2. Periodisasi
Pemerintahan Bani
Abbasiyah menjadi tiga
periode, yaitu:
Periode Pertama
(132 H – 232H)
kekuasaan berada di
tangan khalifah
penuh
Periode Kedua (232 H – 590
H) kekuasaan politik
berpindah ke tangan
golongan Turki, Bani Buwaih,
Bani Saljuq
Periode Ketiga (590
H – 656 H)
kekuasaan kembali
ke tangan khalifah,
tetapi hanya di
Baghdad dan
sekitarnya
* Menurut Ahmad Syalabi
Keemasan masa ini dicapai pada periode
pertama landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan
3. 1. Daulah Abbasiyyah Periode pertama merupakan periode fondasi
dalam pengembangan sejarah pemikiran ekonomi Islam.
2. Fikih Keuangan Publik Islami lebih banyak berkembang pada masa
periode pertama Daulah Abbasiyah seperti munculnya kitab klasik
ekonomi Islam yang berjudul al-kharaj dan al-amwal.
3. Imam Hasan al-Syaibâni lebih memilih pada kajian ekonomi mikro
rumah tangga Muslim bagaimana cara mendapatkan al-kasb dan
mengalokasikan infâq nya.
4. Kajian al-hisbah pun menjadi perhatian para ulama pada masa
Daulah Abbasiyah pertama yang dimulai kajiannya oleh Imam
Mawardi dan kemudian dikembangkan oleh para ulama setelahnya
seperti Yahya bin Umar dalam kitab ahkam al-Sûq dan Ibnu
Taimiyah dalam Hisbah fil Islam.
4. TRADISI DAN PRAKTEK EKONOMI PADA MASA
ABBASIYAH
Perkembangan pemikiran
ekonomi Daulah ABBASIYAH
bisa dilihat melalui
Masa ke-
khalifahan
Hadirnya
Ekonom
Muslim
5. Sudut Pandang Masa ke Khalifahan
1. Abu Ja‟far Al-Manshor
O Meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang baik
O Pengendalian harga dilakukan oleh kepala jawatan
pos untuk melaporkan harga pasaran di setiap bahan
makanan dan barang lainnya
2. Al-Mahdi
O Kebijakan yang menguntungkan rakyat banyak,
seperti: membangun tempat persinggahan para
musyafir haji; pembuatan kolam-kolam air bagi
kafilah dagang
O Mengembalikan harta rampasan kepada pemiliknya
O Peningkatan ekonomi terjadi sejak terjadi
peningkatan sektor pertanian dan pertambangan
serta perdagangan
6. 3. Harun al-Rasyid
O Pembentukan wazir yang mengepalai Dwan, yaitu:
O Diwan al-Khazanah bertugas mengurus seluruh
perbendaharaan negara
O Diwan al-Azra‟ bertugas mengurus kekayaan negara
yang berupa hasil bumi
O Diwan Khazain as-Syiasah bertugas mengurus
perlengkapan angkatan perang
O Sumber pendapatan negara meliputi: Kharaj,
jizyah, zakat, fa‟i, ghanimah, „usyr dan harta lain,
seperti: wakaf, sedekah, dan harta warisan
O Pada masa Harun al-Rasyid pendapatan Baitul Mal
dialokasikan untuk riset ilmiah dan penterjemahan
buku-buku Yunani disamping untuk biaya
pertahanan dan angaran rutin pegawai
Sudut Pandang Masa ke Khalifahan
7. O Harun al-Rasyid
O Pemerintahan Harun al-Rasyid sangat
memperhatikan masalah pajak Qadi Abu Yusuf
menyusun kitab al-Kharaj
O Dalam pemungutan al-Kharaj, para Khalifah
Abbasiyah melakukannya dengan tiga cara:
O Al-Muhasabah atau penaksiran luas areal tanah dan
jumlah pajak yang harus dibayar dalam bentuk uang
O Al-Muqasamah atau penetapan jumlah tertentu
(persentase) dari hasil yang diperoleh
O Al-Muqatha’ah atau penatapan pajak hasil bumi
terhadap para jutawan berdasarkan persetujuan antara
pemerintah dengan yang bersangkutan
O Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pada
perkembangan peradaban dan kebudayaan
islam, termasuk kehidupan ekonomi daripada
perluasan wilayah
Sudut Pandang Masa ke Khalifahan
9. Pemikiran Ekonomi Daulah Abbasiyah
Beberapa ekonom muslim pada masa Daulah
Abbasiyah
1. Abu Yusuf (113-182H)
2. Al-Syaibani (132-189H)
3. Abu Ubaid (150-224H)
4. Yahya bin Umar (213-289H)
5. Ibn Miskawaih (330-421H)
6. Al-Mawardi (364-450H)
7. Nasiruddin Thusi (485H)
13. 2. Asy Syaibani (132-189 H/750-804 M)
Salah satu rekan sejawat Abu Yusuf dalam mazhab Hanafiyah adalah
Muhammad bin Hasan asy-Syaibani.
Asy Syaibani menyusun risalah kecil yang berjudul al-Iktisab fi ar-Rizq al-
Mustathab membahas pendapatan dan belanja rumah tangga.
Asy Syaibani menguraikan perilaku konsumsi seorang muslim yang baik serta
keutamaan orang yang suka berderma dan tidak suka meminta-minta.
Asy Syaibani membagi pekerjaan jadi 4
jenis: ijarah (sewamenyewa), tijarah (perdagangan), zira’ah(pertanian),
dan shina’ah (industri).
14. • Asy Syaibani menilai pertanian sebagai lapangan
pekerjaan terbaik, padahal masyarakat Arab saat itu
lebih tertarik berdagang/berniaga.
• Dalam suatu risalah yang lain, yakni Kitab al-Asl, asy-
Saibani telah membahas masalah kerjasama usaha dan
bagi hasil.
• Secara umum, pandangan asy-Syaibani cenderung
berkaitan dengan perilaku ekonomi seorang muslim
sebagai individu.
• Asy Syaibani berbeda dengan Abu Yusuf yang
cenderung berkaitan dengan perilaku penguasa dan
kebijakan publik.
15. 3. Abu Ubaid (150-224 H)
Biografi
• Nama lengkap Abu Ubaid: al-
Qasim bin Sallam bin Miskin bin
Zaid al-Harawi al-Azadi al-
Baghdadi. Ia lahir pada 150 H di
Harrah, Khurasan.
Abu Ubaid adalah ahli
hadis (muhaddits), ahli fiqh
(fuqaha), menjabat qadi di
Tarsus, sering menangani
kasus pertanahan dan
perpajakan.
Karya
• Karya Abu Ubaid yang fenomenal
adalah Kitab Al Amwal, yang
dianggap lebih kaya
dibanding Kitab Al Kharaj karya
Abu Yusuf.
Fokus Abu Ubaid lebih
tertuju pada permasalahan
terkait standar etika politik
suatu pemerintahan
daripada teknik efisiensi
pengelolaannya.
16. • Kitab al-Amwal fokus pada masalah Keuangan Publik
(Public Finance) meskipun mayoritas membahas
permasalahan administrasi pemerintahan.
• Kitab al-Amwal menekankan beberapa isu mengenai
perpajakan dan hukum pertanahan serta hukum
administrasi dan hukum internasional.
• Pada masa Abu Ubaid, pertanian adalah sektor terbaik
dan utama karena menyediakan kebutuhan dasar dan
sumber utama pendapatan negara.
• Abu Ubaid memiliki pendekatan yang berimbang
terhadap hak-hak individu, publik, dan Negara.
• Menurut Abu Ubaid, jika kepentingan individu
berbenturan dengan kepentingan publik, ia akan
berpihak pada kepentingan publik.
Kitab Al Amwal
17. • Abu Ubaid menekankan bahwa perbendaharaan negara
tidak boleh disalahgunakan atau dimanfaatkan oleh
penguasa untuk kepentingan pribadi.
• Abu Ubaid menyinggung pentingnya keseimbangan
kekuatan finansial penduduk nonmuslim (capacity to pay)
dengan kepentingan muslim.
• Kaum muslimin dilarang menarik pajak terhadap tanah
penduduk nonmuslim melebihi dari apa yang
diperbolehkan dalam perjanjian perdamaian.
• Abu Ubaid menyatakan bahwa tarif pajak kontraktual tidak
dapat dinaikkan, bahkan dapat diturunkan apabila terjadi
ketidakmampuan membayar.
• Abu Ubaid berupaya menghentikan diskriminasi atau
favoritisme, penindasan dalam perpajakan serta upaya
penghindaran pajak (tax evasion).
• Abu Ubaid mengakui adanya kepemilikan pribadi dan
kepemilikan publik.
18. • Pemikiran Abu Ubaid yang khas adalah mengenai hubungan
antara kepemilikan dengan kebijakan perbaikan pertanian.
• Dalam pandangan Abu Ubaid, sumber daya publik, seperti
air, padang rumput, dan api tidak boleh dimonopoli
seperti hima’ (taman pribadi).
• Menurut Abu Ubaid, seluruh sumber daya publik adalah milik
negara yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
publik.
• Bagi Abu Ubaid, zakat adalah untuk memenuhi kebutuhan
dasar, serta bagaimana menyelamatkan orang-orang dari
bahaya kelaparan.
• Kalangan kaya wajib berzakat, kalangan menengah tidak
wajib berzakat tapi bukan mustahik zakat, kalangan bawah
adalah penerima zakat.
19. • Abu Ubaid mengadopsi prinsip “bagi setiap orang
adalah menurut kebutuhannya masing-masing” (li
kulli wahidin hasba hajatihi).
• Fungsi uang menurut Abu Ubaid: (1) standar nilai
pertukaran (standard of exchange value), (2) media
pertukaran (medium of exchange).
• Abu Ubaid mengakui fungsi uang sebagai penyimpan
nilai (store of value) saat membahas jumlah
tabungan minimum tahunan wajib kena zakat.
• Salah satu ciri khas Kitab al-Amwal di antara kita-
kitab lain yang membahas tentang keuangan publik
(public finance).
• Al Amwal membahas timbangan dan ukuran, yang
biasa digunakan menghitung beberapa kewajiban
agama yang berkaitan dengan harta atau denda.
20. Abu Ubaid pantas
disebut sebagai
pemimpin
“pemikiran
ekonomi mazhab
klasik” di antara
penulis tentang
keuangan publik
(public finance).
Abu Ubaid
membela
pelaksanaan
distribusi
kekayaan secara
adil dan merata
berdasarkan
prinsip keadilan
fiskal yang sebaik
dan sempurna.
Menurut Abu
Ubaid, segala
kebijakan yang
hanya
menguntungkan
sekelompok
masyarakat dan
membebani yang
lainnya harus
dihindari negara.
Abu Ubaid secara
tegas menyatakan
bahwa
pemerintah wajib
memberi jaminan
standar
kehidupan layak
bagi setiap
individu dalam
masyarakat
21. 4. Yahya bin Umar (213-289H)
• Biografi
Nama lengkap Yahya bin Umar: Abu Bakar
Yahya bin Umar bin Yusuf al-Kannani al-
Andalusi, lahir pada 213 H, dibesarkan di
Kordova, Spanyol.
• Karya
Karya Yahya bin Umar yang terkenal adalah
kitab al-Muntakhabah fi Ikhtishâr al-
Mustakhrijah fi al-Fiqh al-Mâliki dan
kitab Ahkâm al-Sûq.
• Pandangan
Menurut Yahya bin Umar, ketakwaan kepada
Allah swt adalah asas dalam perekonomian
Islam, dan menjadi pembeda dengan
ekonomi konvensional.
• Fokus
Fokus perhatian Yahya ibn Umar tertuju pada
hukum-hukum pasar yang terefleksikan
dalam pembahasan tentang tas’ir (penetapan
harga).
22. Pandangan Yahya bin Umar
• Menurut Yahya bin Umar, pemerintah tidak berhak
melakukan intervensi harga, kecuali jika penyebab
kenaikan harga adalah human error.
• Menurut Yahya ibn Umar, hukum asal intervensi
pemerintah adalah haram. Boleh dilakukan jika dan hanya
jika kesejahteraan publik terancam.
• Yahya bin Umar melarang praktek banting harga
(dumping) untuk mencegah dampak negatif pada
mekanisme pasar & seluruh kehidupan masyarakat.
• Tentang ihtikar, Yahya bin Umar menyatakan bahwa
timbulnya kemudaratan terhadap masyarakat merupakan
syarat pelarangan penimbunan barang.
• Menurut Yahya bin Umar, kebijakan pemerintah saat harga
naik akibat ulah manusia adalah mengembalikan tingkat
harga ke equilibrium price.
23. Salah satu pandangan Ibn Miskawaih yang terkait
dengan aktivitas ekonomi adalah tentang pertukaran
dan peranan uang.
Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa manusia merupakan
makhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri.
Menurut Ibnu Miskawaih, untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia harus bekerja sama dan saling
membantu dengan sesamanya.
Menurut Ibnu Miskawaih, manusia akan saling mengambil
dan memberi. Konsekuensinya, mereka akan menuntut
suatu kompensasi yang pantas
24. • Menurut Ibnu Miskawaih, barter jasa dua profesi
berbeda, akan menjadi reward jika kedua karya
tersebut seimbang.
• Menurut Ibnu Miskawaih, jika barter dua jasa
tidak seimbang, maka Dinar bisa jadi alternatif
penyeimbang.
• Ibnu Miskawaih menegaskan bahwa logam yang
dapat dijadikan sebagai mata uang adalah logam
yang dapat diterima secara universal.
• Menurut Ibnu Miskawaih, konvensi uang logam:
tahan lama, mudah dibawa, tidak mudah rusak,
dikehendaki orang dan orang senang melihatnya
25. •Biografi
Al Mawardi Abu al-Hasan Ali bin
Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Basri
asy-Syafi’i lahir di kota Basrah pada
tahun 364 H (974 M).
•Karya
Pemikiran ekonomi al-Mawardi ada pada
tiga buah karya tulisnya, yaitu Kitab Adab
ad-Dunya wa ad-Din, al-Hawi dan al-
Ahkam as-Sulthaniyyah.
• Pandangan
Al Mawardi memaparkan perilaku ekonomi
muslim serta jenis mata pencaharian
utama, yaitu pertanian, peternakan,
perdagangan, dan industri.
•Fokus
Dalam Kitab al-Hawi, di salah satu
bagiannya, al-Mawardi secara khusus
membahas tentang mudharabah dalam
pandangan berbagai mazhab.
26. Dalam Kitab al-Ahkam as-
Sulthaniyyah, Al Mawardi
banyak menguraikan
tentang sistem
pemerintahan dan
administrasi negara Islam.
Dalam Kitab al-Ahkam as-
Sulthaniyyah, Al Mawardi
menguraikan lembaga
negara, penerimaan dan
pengeluaran negara, serta
institusi hisbah.
Menurut Al-Mawardi,
pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat adalah
kewajiban penguasa dari
sudut pandang ekonomi,
moral dan agama.
Menurut Al-Mawardi,
negara harus menyediakan
infrastruktur yang
diperlukan bagi
perkembangan ekonomi
dan kesejahteraan umum.
Kitab al-Ahkam as-Sulthaniyyah
27. • Menurut Al-Mawardi, penilaian atas kharaj harus
bervariasi sesuai faktor kemampuan tanah:
kesuburan, jenis tanaman dan sistem irigasi.
• Menurut Al-Mawardi, alternatif metode
penetapan kharaj adalah berdasarkan: misahah,
atau ukuran tanah yang ditanami saja,
atau musaqah.
• Metode Misahah: penetapan kharaj berdasarkan
ukuran tanah. Metode ini merupakan fixed-tax,
selama tanah tersebut memang bisa ditanami.
• Pada penetapan kharaj berdasarkan ukuran
tanah yang ditanami saja, tanah subur yang tidak
dikelola tidak termasuk penilaian obyek kharaj.
Pandangan Al Mawardi
28. • # Metode Musaqah: metode
penetapan kharaj berdasarkan persentase dari hasil
produksi (proportional tax) yang dipungut setelah
panen.
• # Menurut Al-Mawardi, untuk membiayai
kepentingan publik, Negara membutuhkan lembaga
keuangan negara (Baitul Mal) yang didirikan
permanen.
• # Menurut Al-Mawardi, melalui Baitul Mal,
pendapatan negara akan disimpan dalam pos
terpisah dan dibelanjakan sesuai alokasi masing-
masing.
• # Menurut Al-Mawardi, harta benda yang disimpan
di Baitul Mal sebagai amanah untuk didistribusikan
kepada mereka yang berhak.