Dokumen tersebut membahas tentang penyakit blas pada tanaman padi. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae dan dapat menurunkan hasil panen hingga 70%. Jamur ini menginfeksi berbagai bagian tanaman dan tumbuh baik pada suhu 28 derajat celcius. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyakit ini adalah varietas tanaman, jarak tanam, dan kondisi lingkungan. Upaya pencegahan dan pengendalian melip
1. PENYAKIT BLAS PADI
(Pyricularia oryzae Cav.)
Penyakit Penting Tanaman
Jurusan Agroteknologi
Universitas Lampung
2014
Kelompok 1
Deliyana
Desnida Sari
Dika Agus Tiandra
Dwi Haryati
Habiba Nurul Istiqomah
Noval Ardiansyah
2. Arti Penting Penyakit blas
• Penyakit blas (Pyricularia oryzae) merupakan salah satu kendala dalam usaha
meningkatkan produksi pada pertanaman padi. Penyakit ini awalnya
merupakan penyakit yang menyerang padi gogo. Tapi sekarang merupakan
penyakit utama bagi padi sawah.
• Penyakit blas dapat menurunkan hasil sampai mencapai 70% (Chin, 1975)
• Penyakit ini dapat menginfeksi semua bagian tanaman yaitu daun, buku, leher
malai, bahkan bagian pelepah daun. Keadaan suhu yang kondusif pada kisaran
28°C. Suhu demikian umumnya ditemukan di wilayah-wilayah pengusahaan padi
gogo, maupun padi sawah sehingga blas dapat berkembang baik dan
menyebabkan kerusakan yang serius atau sering mengakibatkan puso.
3. Penyakit ini lebih mudah menyerang padi gogo
karena:
• Padi gogo tidak tergenang air sehingga kadar
silisium (ketahanan tanaman) rendah.
• Padi gogo memiliki daya simpan air lebih tinggi
pada tubuhnya sehingga embun lebih banyak
terdapat di padi gogo. Jamur P. oryzae menyukai
tempat berembun.
4. TAKSONOMI
Menurut Dwidjoseputro ( 1975 ) Jamur P.oryzae dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisio : Mycota
Subdivisio : Eumycotina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Moniliaceae
Genus : Pycularia
Spesies : Pyricularia oryxae Cav.
5. MORFOLOGI
PENYAKIT
P.oryzae mempunyai konidiofor panjang bersekat-sekat. Jarang
bercabang, tunggal, berwarna kelabu, membentuk konidium pada
ujungnya. Jika masak bersekat 2, dengan ukuran 0-22 x 10- 12 µm
(Barnett, 1960).
Konidianya berbentuk seperti buah alpokat dan bersel tiga, konidia
ini dibentuk pada ujung tangkai dan biasanya dilepaskan pada
malam harisaat ada embun atau angin.
Jamur ini berkembang biak bila jarak tanam rapat, ditanam dengan
pupuk N berlebih, dan pada sisa tanaman terutama jenis padi-
padian yang terinfeks jamur ini yang dapat menjadi sumber
penularan. Konidia jamur ini dapat menyebar melalui benih dan
angin.
6.
7. Daur Penyakit
Ada 3 fase penyakit blas: infeksi, kolonisasi dan sporulasi
(Leung dan Shi, 1994).
- Proses infeksi pada saat daun dalam keadaan basah dan pada kondisi lingkungan
yang mendukung, perkecambahan akan terjadi setelah 3 jam. Jika konidia melewati
masa kering selama 24 jam maka perkecambahan akan tertunda. Setelah terjadi
infeksi, hifa akan mempenetrasi melalui epidermis.
- Kolonisasi tergantung dari salah satu faktor seperti genetik, umur tanaman inang, nutrisi
dan faktor lingkungan seperti suhu dan tanah.
- Sporulasi terjadi ketika kelembaban di atas 90% di bawah kondisi optimum, konidiofor
dibentuk selama 4-6 jam. Satu konidium dibentuk 40 menit. Sejumlah spora ditemukan
pada bercak yang terbentuk setelah hari ke-6. Sporulasi maksimum terjadi pada 7-12
hari setelah inokulasi, sporulasi berlanjut sampai 60 hari.
10. Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Jamur P. oryzae
• Inang utamanya yaitu padi, inang alternatif adalah
rerumputan (Digitaria cilaris, Echinochloa colona) (Teng et
al, 1991). Miselia patogen bertahan selama setahun pada
jerami sisa-sisa panen.
• Pada temperatur 24°C - 28°C adalah kondisi optimum
untuk perkembangan penyakit blas.
• Fase penetrasi spora cendawan ini hanya membutuhkan
waktu yang singkat yaitu 6 – 8 jam, menginfeksi melalui
stomata, dan periode laten untuk memproduksi kembali
spora juga tergolong singkat sekitar 4 hari (Hashioka,
1985).
11. Lanjutan
• Kelembaban sekitar 90%, spora dapat diproduksi optimal dari setiap
bercak. Satu bercak terdapat 2000 – 6000 spora per hari. Keadaan
tersebut dapat berlangsung selama 10-14 hari.
• Pemupukan nitrogen yang tinggi menyebabkan lemahnya jaringan
daun.
• Jamur P. oryzae tumbuh baik pada pH <5,6.
• Angin berpengaruh besar pada penyebaran spora dan pelukaan
tanaman.
12.
13. • Tampak bintik-bintik kecil pada
daun.
• Bintik tersebut berwarna ungu
kekuningan kemudian lama-lama
menjadi membesar dan terdapat
titik kecil berwarna putih di
tengahnya.
• Jumlah bintik-bintik ini tergantung
serangan jamur dan ketahanan
varietas padi.
14. • Terdapat bercak-bercak jorong dengan ujung runcing.
• Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dengan
tepi coklat atau coklat kemerahan.
15. Lanjutan….
• Bentuk dan warna bercak
tergantung dari keadaan
lingkungan, umur bercak,
dan derajat ketahanan jenis
padi.
• Pada daun tua, bercak
berbentuk agak kecil dan
lebih bulat.
16. • Bercak pada daun tampak berbentuk bulat, berwarna hijau tua
dengan bagian ujung runcing.
• Lama kelamaan bercak ini akan berkembang menjadi bentuk
gelendong atau kumparan.
• Pada bagian tengah terlihat adanya konidiapor dan konidia
patogen.
• Tangkai malai membusuk dan patah.
• Batang membusuk dan mudah rebah.
• Bila patogen menyerang sebelum masa pengisian bulir padi, maka
terjadi kehampaan pada bulir.
17.
18.
19. Pencegahan Penyakit
• Proses pencegahan pada penyakit blas padi dapat
dilakukan sejak awal dengan pola pemupukan melalui
semprot atau foliar.
• Contoh pupuk yang dapat digunakan untuk mencegah
penyakit blas padi dan banyak mengandung unsur
mikro seperti unsur Mn, Zn, Mo, dan asam amino.
Pupuk ini digunakan untuk mencegah dan mematikan
bibit cendawan di awal penetrasi dengan dosis 3 ml per
liter.
20. PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS PADI
• Pilih varietas yang tahan sesuai dengan lokasi
penanaman.
• Jarak tanam pada saat menanam dengan sistem legowo
2, 4, 6 agar sirkulasi udara lancar kelembaban udara bisa
berkurang.
• Sanitasi tunggul – tunggul dan jerami bekas serangan
blas, setelah panen lahan diolah sehingga lahan bebas
dari sumber penyakit blas.
• Pupuk berimbang (pupuk organik, nitrogen, kalium,
phospor, dsb) yang memadai agar jaringan tanaman
kuat tahan hama dan penyakit.
21. Lanjutan
• Perlakuan benih dengan Agens Hayati PGPR dan Corynebacterium
sebelum disebar. Persemaian umur 10 hari diulangi lagi. Dosis 1 gelas
Aqua ( 220 ml ) dilarutkan 14 liter air. Kebutuhan 2,5 liter setiap
aplikasi. Penyemprotkan pada tanaman padi dilakukan pada umur 14,
28, dan 42 hst.
• Aplikasi Corynebacterium dapat dicampur dengan perekat. Perekat
dapat terbuat dari tepung kanji atau tepung ubi kayu.
22. Lanjutan
• Menggunakan pestisida nabati dari bahan sirih (ekstrak daun), jambu
biji (ekstrak daun) dan lengkuas (ekstrak rimpang).
Cara membuat
• Hancurkan bahan tumbuhan (daun sirih, jambu biji dan rimpang
lengkuas) dengan blender.
• Bahan tersebut direbus dalam air suling dengan perbandingan 1:10
(bahan : air suling).
• Tambahkan dengan sedikit detergen.
• Semua bahan yang sudah tercampur direbus hingga volume larutan
tinggal sedikit dan mengental (Semangun, 1993).
23. Sumber
• Semangun.H., 1993. Penyakit- Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. UGM-
Press. Yogyakarta.
• http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/06/penyakit-blas-pyricularia-
grisea.html
• http://microbiologimolekuler.blogspot.com/2012/06/strategi-ketahanan-
terhadap-cendawan.html
• http://opensline.blogspot.com/2012/10/epidemi-penyakit-blas-pada-
beberapa.html
• http://jawarantau.blogspot.com/2012/05/biologi-perkembangan-penyakit-
dan.html
• Sijabat, Okta Nina Sari. 2007. Epidemi Penyakit Blas pada Beberapa Varietas
Padi Sawah dengan Jarak Tanam Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
• Tandiabang, Johanis dan S. Pakki. 2007. Penyakit Blas (Pyricularia grisea) dan
Strategi Pengendaliannya pada Tanaman Padi. Prosiding Seminar Ilmiah dan
Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Maros.