Dokumen tersebut membahas tentang proses perkembangan kata dan kalimat dalam pemerolehan bahasa pertama anak, yang terbagi menjadi 3 periode yaitu prelingual, lingual dini, dan diferensiasi. Dokumen ini juga menjelaskan hasil penelitian tentang pengaruh lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak.
3. Proses Perkembangan Kata dan Kalimat
dalam Pemerolehan Bahasa Pertama Anak
a. Periode Prelingual (usia 0-1 tahun)
Periode ini ditandai dengan kemampuan bayi untuk
mengoceh sebagai cara berkomunikasi dengan
orangtuanya.
b. Periode Lingual Dini (usia 1-1,5 tahun)
Periode ini ditandai dengan kemampuan anak dalam
membuat kalimat satu kata maupun dua kata dalam
suatu percakapan dengan orang lain.
4. c. Periode Diferensiasi (usia 2,5 – 5 tahun)
Periode ini ditandai dengan kemampuan anak untuk
menguasai bahasa sesuai dengan aturan tata bahasa
yang baik dan sempurna yaitu kalimatnya terdiri
dari subyek, predikat dan objek. Perbendaharaan
katanya pun sudah berkembang baik dari segi
kualitas dan kuantitas.
5. 1. Alat untuk menyatakan
ekspresi diri
2. Alat komunikasi
3. Alat untuk adaptasi sosial
4. Alat untuk mengadakan
kontrol sosial
6. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan metode
eksperimental semu. Menurut Suryabrata (1997: 30)
metode eksperimental menuntut pengaturan
variabel-variabel dan kondisi-kindisi eksperimental
secara tertib-ketat, baik dengan kontrol maupun
dengan manipulasi langsung. Metode ini digunakan
untuk mengetahui ejauh mana bahasa yang di
peroleh oleh anak yang menjadi objek penelitian ini.
7.
Hasil penelitian
Penelitian 1:
Penelitian peretama dilakukan kepada salah satu anak
perempuan usia 21 tahun yang bertempat tinggal di desan
Candirejo, Dempel rt 01/2 Kecamatan Tuntang, Kab.
Semarang. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil:
Anak tersebut memiliki kesulitan dalm berbahasa dikarenakan
sejak kecil hanya di kurung di dalam rumah.
Anak tersebut tidak memperoleh pendidikan sedikitpun
dikarenakan keadaan orang tua yang tidak mampu.
Dalam berbahasa anak tersebut hanya mampu mengucapkan
kata-kata “moh”, “hee”, “mam”,” bali”.
Anak tersebut menjadi keterbelakangan mental karena sejak
kecil dia hanya tumbuh di dalam rumah tanpa ada adaptasi
dengan lingkungan sekitar.
Dia setiap hari hanya dibentak-bentak oleh sang ibu, yang
dimana ibunya juga taidak memperleh pendidikan tinggi, anak
tersebut menjadi ketakutan dan jadi keterbelakangan mental.
8.
Penelitian 2:
Penelitian ke-2 ini dilakukan pada salah seorang anak laki-laki berusia
sekitar 5 tahun yang tingal di daerah Pancuran Kota Salatiga. Anak
tersebut tumbuh dilingkungan preman. Orang-orang sekitarnya
bahkan keluarganya sendiri semuan adalah tergolon orang-orang yang
tidak baik. Bapaknya adalah seorang pencuri yang kini sedang berada
dipenjara. Sedangkan ibunya bekerja di luar kota dan tidak jelas. Dia
tumbuh bersama dengan orang-orang diseitarnya yang sebagian besat
adalah preman. Hasil penelitian yang diperoleh adalah:
Anak itu tumbuh dengan mencaci maki orang.
Anak itu setiap harinya meminta makan salah satu penjual sate di
pasar dekat rumahnya. Jika tidak diberi dia akan teriak-teriak dan
marah-marah.
Dia pernah diajak mengambil barang yang bukan miliknya walau dia
tidak tahu kalau itu adalah mencuri.
Anak itu sering mengucapkan bahasa atau kata-kata kasar yang tak
sepantasnya dia katakan. Seperti mengucapkan kata anjing daam
bahasa kasar, atau mengucapkan kata-kata alat kelamin manusia, dan
masih banyak lagi. Hal itu isebabkan karena ajaran orang-orang yang
disekitarnya.
9. Contoh penanaman
pendidikan karakter:
Pola asuhan anak yang salah dan akibatnya?
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar
memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia
belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia
belajar menyesali diri
10. Pencegahan ...
Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia
belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia
belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia
belajar percaya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih
dalam kehidupannya.
11. Lanjutan..
Saling mengingatkan ucapan yang keluar dari mulut
dan sikap serta perilaku yang “berbahaya” bagi anak
kita.
Berikan contoh itu dalam sikap dan perbuatan serta
kata-kata.
Anak merasakan bahwa kehidupannya adalah hasil
dari “fotocopy” orang tua-nya.
Lihatlah pergaulannya, cara berbicara dan bersikap.