Dokumen tersebut membahas tentang aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis, mencakup konsep nilai waktu uang, jenis-jenis investasi, prinsip investasi, dan metode penilaian investasi seperti payback period, net present value, dan internal rate of return.
1. MAKALAH TUGAS KELOMPOK
STUDI KELAYAKAN BISNIS
ASPEK KEUANGAN
(Penilaian Investasi dan Resiko Investasi)
Disusun oleh
Nama :
1. Agustia Ardila (29210925)
2. Anisia Astuti (20210881)
3. Dewi Kusumastuti (21210905)
4. Rizky Aulia Dermawan (26210127)
5. Rian Saputro (25210868)
Kelas : 4EB15
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014
2. BAB I
LANDASAN TEORI
1.1 Konsep Nilai Waktu Uang
Konsep nilai waktu dari uang adalah konsep berkaitan dengan waktu dalam
menghitung nilai uang. Artinya, uang yang dimiliki seseorang pada hari ini tidak akan
sama nilainya dengan satu tahun yang akan datang. Uang yang diterima sekarang
nilainya lebih besar daripada uang yang diterima di masa mendatang. Konsep Time
of Value ini sangat berkaitan dengan CAPITAL BUDGETING.
ISTILAH YANG DIGUNAKAN :
Pv = Present Value (Nilai Sekarang)
Fv = Future Value (Nilai yang akan datang)
i = interest (suku bunga)
n = tahun ke-
An = Anuity
Si = Simple interest dalam rupiah
Po = pokok/jumlah uang yg dipinjam/dipinjamkan pada periode waktu
1. Nilai yang Akan Datang (Future Value)
Future value yaitu nilai uang yang akan diterima dimasa yang akan datang dari
sejumlah modal yang ditanamkan sekarang dengan tingkat discount rate (bunga)
tertentu. Nilai waktu yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut :
FV = Mo(1+i)n
Keterangan :
FV = Future Value
Mo = Modal awal
i = Bunga per tahun
n = Jangka waktu dana dibungakan
2. PRESENT VALUE
Nilai sejumlah uang yang saat ini dapat dibungakan untuk memperoleh jumlah yang
lebih besar di masa mendatang. Nilai saat ini dari jumlah uang di masa datang atau
serangkaian pembayaran yang dinilai pada tingkat bunga yang ditentukan:
Pv = FV/(1+i)n
Keterangan:
Pv = Present Value (Nilai Sekarang)
Fv = Future Value (Nilai yang akan datang)
i = Interest/suku bunga
n = Jangka waktu dana dibungakan
3. Nilai Masa Datang dan Nilai sekarang
3. Faktor bunga nilai sekarang PVIF (r,n), yaitu persamaan untuk diskonto dalam
mencari nilai sekarang merupakan kebalikan dari faktor bunga nilai masa depan
FVIF (r,n) untuk kombinasi r dan n yang sama.
FV = Ko (1 + r) ^n
Keterangan :
FV = Future value ( Nilai mendatang)
Ko = arus kas awal
R = rate / tingkat bunga
^n = tahun ke-n (pangkat n)
4. Anuitas
Anuitas adalah suatu rangkaian penerimaan atau pembayaran tetap yang dilakukan
secara berkala pada jangka waktu tertentu. Selain itu, anuitas juga diartikan sebagai
kontrak di mana perusahaan asuransi memberikan pembayaran secara berkala
sebagai imbalan premi yang telah Anda bayar. Contohnya adalah bunga yang
diterima dari obligasi atau dividen tunai dari suatu saham preferen. Ada dua jenis
anuitas, yaitu:
1. Anuitas biasa (ordinary) adalah anuitas yang pembayaran atau
penerimaannya terjadi pada akhir periode.
2. Anuitas jatuh tempo (due) adalah anuitas yang pembayaran atau
penerimaannya dilakukan di awal periode.
a. Nilai Sekarang Anuitas (Present Value Annuity)
Nilai Sekarang Anuitas adalah nilai hari ini dari pembayaran sejumlah dana tertentu
yang dilakukan secara teratur selama waktu yang telah ditentukan. Dengan kata
lain, jumlah yang harus anda tabung dengan tingkat bunga tertentu untuk
mandapatkan sejumlah dana tertentu secara teratur dalam jangka waktu tertentu.
b. Anuitas Abadi
Anuitas abadi adalah serangkaian pembayaran yang sama jumlahnya dan
diharapkan akan berlangsung terus menerus. Sebagian besar anuitas terbatas
jangka waktunya secara definitif misalnya 5 tahun atau 7 tahun, tetapi terdapat juga
anuitas yang berjalan terus secara infinitif disebut anuitas abadi (perpetuities).
c. Pinjaman yang Diamortisasi
Salah satu penerapan penting dari bunga majemuk adalah pinjaman yang
dibayarkan secara dicicil selama waktu tertentu. Termasuk di dalamnya adalah
kredit mobil, kredit kepemilikan rumah, kredit pendidikan, dan pinjaman-pinjaman
bisnis lainnya selain pinjaman jangka waktu sangat pendek dan obligasi jangka
panjang. Jika suatu pinjaman akan dibayarkan dalam periode yang sama
panjangnya (bulanan, kuartalan, atau tahunan), maka pinjaman ini disebut juga
sebagai pinjaman yang diamortisasi (amortized loan).
4. 1.2 Pengertian Investasi
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan investasi diantaranya
adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan
devisa ataupun penambahan devisa, dalam menggunakan pengertian proyek
investasi sebagai suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang
bisa dinilai secara cukup independen.
Investasi adalah pengaitan sumber – sumber dalam jangka panjang untuk
menghasilkan laba di masa yang akan datang. Mulyadi (2001:284).
Ada berbagai cara dalam menggolongkan usulan investasi, salah satunya
penggolongan usulan yang didasarkan menurut katagori, sebagai berikut :
1) Investasi penggantian, adalah penggantian aktiva yang sudah aus dengan yang
baru.
2) Investasi dengan penambahan kapasitas, sering juga bersifat penggantian.
3) Investasi penambahan jenis produk baru, yaitu investasi untuk menghasilkan
produk baru disamping tetap memproduksi yang lama.
4) Investasi lain-lain, yaitu investasi yang tidak termasuk dalam tiga golongan
diatas.
1.3 Jenis- jenis investasi
Dalam investasi terdapat empat penggolongan investasi, yaitu:
1. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment)
Investasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-
syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk
melaksanakanya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. Contohnya karena
air limbah yang telahdigunakan dalam proses produksi jika dialirkan keluar
pabrik akan mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan, maka
pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air
limbah, sebelum dibuang keluar pabrik.
2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measureable profit investment)
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun laba yang diharapkan
akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung
secara teliti. Contohnya adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka
panjang, biaya penelitian, dan pengembangan, dan biaya program pelatihan
dan pendidikan karyawan. Sulit untuk mengukur tambahan laba yag dapat
diperoleh dengan adanya pengeluaran biaya promosi produk , begitu juga sulit
untuk mengukur penghematan biaya (karena adanya efisiensi) akibat adanya
program pelatihan.
3. Investasi dalam penggantian ekuipment (replacement investment)
Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk mesin dan ekuipmen yang ada.
Dalam pemakaian mesin dan ekuipmen, pada suatu saat yang terjadi biaya
operasi mesin dan ekuipmen menjadi lebih besar dibandingkan dengan biaya
operasi jika mesin tersebut diganti dengan yang baru, atau produktivitasnya
tidak mampu memenuhi kebutuhan.
4. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment)
Investasi ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau
operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. Tambahan kapasitas akan
memerlukan aktiva diferensial berupa tambahan investasi dan akan
menghasilkan pandapatan diferensial, yang berupa tambahan pendapatan
5. (revenues), serta memerlukan biaya diferensial, yang berupa tambahan biaya
karena tambahan kapasitas.
1.4Prinsip – prinsip Investasi
Investasi memiliki prinsip – prinsip yang wajib diperhatikan dalam
berinvestasi, agar yang ditananamkan tidak memiliki resiko yang dapat merugikan
para investor, yaitu:
1) High risk high return dan low risk low return adalah prinsip yang mengatakan
bahwa semakin beresiko investasi seseorang semakin tinggi pendapatan yang
akan diterima dimasa yang akan datang dan sebaliknya.
2) Diversification (diverse low risk) adalah prinsip yang akan mengatakan bahwa
penganekaragaman dalam investasi akan membuat resiko investasi berkurang.
3) Long term stability (long term low risk) adalah prinsipyang mengatakan bahwa
investasi yang berjangka waktu panjang beresiko rendah.
4) Liquidity (liquid high risk) adalah prinsip yang mengatakan bahwa semakin liquid
investasi tersebut, semakin besar resiko yang melekat.
1.5 Metode Penilaian Investasi
Para investor biasanya terlebih dahulu akan memperhatikan laporan arus kas
dibandingkan laporan laba rugi (incomestatement). Hal ini dikarenakan kas adalah
tergolong harta lancer yang tingkat likuiditasnya paling tinggi di antara semua harta
lancar. Karena tingkat likuiditasnya paling tinggi, maka kas tersebut dapat dengan
segera melunasi segala kewajiban yang ada pada perusahaan terhadap investor.
Dengan kata lain, dalam keadaan yang paling buruk, sejauhmana perusahaan
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dapat melunasi kewajibannya, dapat diukur
dengan seberapa besar nilai kas yang ada pada laporan arus kas-nya.
1.5.1 Pemilihan Investasi
Dalam bisnis kategori pemilihan investasi didasarkan pada replacement
(mengganti peralatan yang telah rusak/boros) dan expansion (ekspansi untuk
produk yang sudah ada atau produk yang berbeda). Beberapa metode yang dapat
dilakukan di dalam penilaian investasi akan dipaparkan dalam bagian ini. Metode-
metode yang akan dikemukakan ini adalah metode-metode yang secara umum
digunakan di dalam Laporan Studi Kelayakan Bisnis.
1.5.2 Metode-Metode Evaluasi Proyek
Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang
paling penting di antara ketiga keputusan jangka panjang yang diambil manajer
keuangan. Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha
yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung
risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan.
Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan
keputusan investasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya usulan investasi (proposal investasi).
2. Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.
3.Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode
penilaian kelayakan investasi.
6. 4. Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.
Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu
metode konvensional dan metode nonkonvensional (discounted cash flow). Dalam
metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai
profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return,
sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga macam tolok ukur
profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal
Rate of Return (IRR).
1. Metode Payback Period (PP)
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas netto (net cash
flow), atau total arus kas bersih dalam periode tertentu sama dengan pengeluaran
investasi di awal periode.
Metode payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran
kas netto (net cash flow).
Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau
periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash
investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period
merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flownya yang hasilnya
merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback
period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh
perusahaan.
Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek berbeda
jumlahnya setiap tahun:
Payback Periode = n +
𝑎−𝑏
𝑐−𝑏
x 1 tahun
di mana:
n = tahun terakhir di mana arus kas masih belum bisa menutupi initial investment
a = jumlah initial investment
b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n+1
Rumus payback period jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek sama
jumlahnya setiap tahun:
Payback Period = Initial Investment x 1 tahun
Cash Flow
2. Metode Net Present Value (NPV)
Dalam metode ini, pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present
value) dari keseluruhan proceeds yang diharapkan atas discount rate tertentu.
Kemudian jumlah present value dari keseluruhan selama usianya dikurangi dengan
present value dari jumlah investasinya (initial investment). Selisih antara Present
Value dari keseluruhan dengan Present Value dari pengeluaran modal (Capital
outlays) dinamakan nilai neto sekarang ( Net Present Value).
Secara matematik rumus untuk menghitung Net Present Value (NPV) dapat
dituliskan sebagai berikut:
NPV =
𝐶𝐼𝐹𝑡
(1+𝑘) 𝑡
− 𝐶𝑂𝐹𝑛
𝑡=1
7. di mana:
CIF = cash inflow pada waktu t yang dihasilkan suatu investasi
k = biaya modal
COF = initial cash outflow
n = usia investasi
Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash inflow)
yang digunakan dalam menghitung net present value (nilai sekarang bersih) adalah
arus kas masuk yang didiskontokan atas dasar discount rate tertentu (biaya modal,
opportunity cost, tingkat bunga yang berlaku umum). Selisih antara present value
penerimaan kas dengan present value pengeluaran kas dinamakan Net Present
Value.
Kriteria keputusan:
Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima.
Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.
3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR ialah menentukan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai
sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan akan diterima (PV of future
proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV if capital
outlays).
Pada dasarnya IRR harus dicari dengan cara “trial dan error”. Yaitu dengan
cara coba-coba. Pertama-tama jika menghitung Present Value dari proceeds suatu
investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang dipilih. Kemudian hasil
perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah Present Value dari outlet-nya.
Cara 1. Secara matematik rumus internal rate of return (IRR) dapat dituliskan
sebagai berikut:
𝐶𝑂𝐹 =
𝐶𝐼𝐹𝑡
(1 + 𝐼𝑅𝑅) 𝑡
𝑛
𝑡=1
Cara 2. Secara trial dan error
Menggunakan rumus:
IRR = Dr1 – Dr2 - Dr1 X NPV1
NPV2 - NPV1
Keterangan:
Dr1 = Tingkat bunga ke-1
Dr2 = Tingkat bunga ke-2
NPV1 = NPV yang dihitung berdasarkan Dr1
NPV2 = NPV yang dihitung berdasarkan Dr2
4. Accounting Rate of Return (ARR)
Model ini adalah menghitung rata-rata laba bersih (earning after tax) dari suatu
proyek dibagi nilai tunai investasi. Jika hasil lebih besar daripada biaya modal
proyek, maka dianggap proyek tersebut layak dan begitupula sebaliknya.
Rata-rata EAT
ARR =
Rata-rata Investasi
8. 5. Profitability Index (PI)
Model ini adalah menghitung nilai tunai arus kas masuk bersih dibagi nilai tunai
investasi. Jika nilainya lebih besar dari 1, maka proyek investasi tersebut dianggap
layak, dan sebaliknya.
Nilai Aliran Kas Masuk
PROFITABILITY INDEX ( PI ) =
Nilai Investasi
Kelayakan investasi menurut standar analisa ini adalah :
Jika PI > 1 ; maka investasi tsb dpt dijalankan (Go Project)
Jika PI < 1 ; investasi tsb tidak layak dijalankan (No Go Project)
1.6 Perbandingan Metode- Metode Penilaian Investasi
1. Periode Pengembalian Investasi (PP) – Tes Kriteria Keputusan
a) PP tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Pada
metode ini tidak ada perhitungan diskonto dari arus kas yang diperoleh.
b) PP tidak memperhitungkan resiko dari proyek. PP tidak mengaitkan antara
resiko dan hasil yang diinginkan. PP hanya mementingkan berapa lama uang
dikeluarkan dapat kembali.
c) PP tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi perusahaan
dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah tercapainya
periode pengembalian investasi.
Mengingat PP tidak lulus terhadap ketiga ujian (pertanyaan) tersebut, maka
PP tidak bisa dijadikan sebagai metode yang utama.
Kelebihan dan kelemahan dari Metode PP
Kelebihan : mudah dipahami (metode yang paling sederhana), selaras dengan
ketidakpastian arus kas di masa mendatang (makin kecil arus kas yang diperoleh
maka semakin lama kembali modalnya), menggunakan arus kas (bukan laba
pembukuan).
Kelemahan : mengabaikan nilai waktu dari uang, membutuhkan lamanya waktu balik
modal pembanding (periode waktu yang dijadikan patokan untuk pengembalian
investasi), mengabaikan arus kas setelah tercapainya periode pengembalian
investasi, bias untuk proyek jangka panjang seperti riset dan pengembangan dll.
2. Periode Pengembalian Investasi Terdiskonto (DPP) – Tes Kriteria
Keputusan
a) DPP memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Pada
metode ini sudah diperhitungkan diskonto dari arus kas yang diperoleh.
b) DPP tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang tercermin dari
hasil (return) yang dikehendaki.
c) DPP tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi perusahaan
dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah tercapainya
periode pengembalian investasi.
d) Mengingat DPP tidak lulus terhadap satu ujian (pertanyaan) tersebut, maka
DPP tidak bisa dijadikan sebagai metode yang utama.
9. Kelebihan dan kelemahan dari Metode DPP
Kelebihan : memperhitungkan nilai waktu dari uang, mudah dipahami, tidak
menerima investasi dengan NPV negative walau semua arus kas positif ,
menggunakan arus kas (bukan laba pembukuan).
Kelemahan : mungkin menolak investasi yang memiliki NPV positif, membutuhkan
lamanya waktu balik modal pembanding (periode waktu yang dijadikan patokan
untuk pengembalian investasi), mengabaikan arus kas setelah tercapainya periode
pengembalian investasi, bias untuk proyek jangka panjang seperti riset dan
pengembangan dll.
3. Hasil Akuntansi Rata-rata (ARR) – Tes Kriteria Keputusan
a) ARR tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money).
b) ARR tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang tercermin dari
hasil (return) yang dikehendaki.
c) ARR tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi perusahaan
dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas (menggunakan laba
bersih).
d) Mengingat ARR tidak lulus terhadap ujian (pertanyaan) tersebut, maka ARR
tidak bisa dijadikan sebagai metode yang utama.
Kelebihan dan kelemahan dari Metode ARR
Kelebihan : mudah menghitungnya, informasi yang diperlukan biasanya tersedia.
Kelemahan : bukan merupakan tingkat hasil yang sebenarnya (nilai waktu dari uang
diabaikan), menggunakan tarif pembanding yang arbitrar (subjektif), didasarkan
pada laba bersih dan nilai buku akuntansi (bukan arus kas dan nilai pasar).
4. IRR – Test Kriteria Keputusan
a) IRR memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini terlihat dari adanya
perhitungan diskonto terhadap arus kas yang diperoleh setiap periodenya.
b) IRR memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas (semakin besar
resikonya, hasil yang diharapkan semakin besar)
c) IRR memberikan informasi tentang kenaikan nilai perusahaan (IRR berkaitan
dengan perhitungan NPV) Karena IRR memenuhi ketiga kriteria tersebut,
maka IRR merupakan metode alterantif yang baik.
Kelebihan IRR : mengetahui hasil merupakan hal yang menarik secara intuisi,
mudah untuk mengkomunikasikan nilai proyek kepada seseorang yang tidak tahu
rincian perkiraan secara rinci.
Jika IRR relative tinggi, maka tidak perlu memperkirakan hasil yang diinginkan
(required return / RRR), yang sering merupakan suatu tugas yang sulit.
5. Profitability Index (PI) / Cost Benefit Ratio (CBR)
Metode ini untuk mengukur manfaat per unit biaya didasarkan atas nilai waktu dari
uang. PI sebesar 1,1 berarti untuk setiap investasi sebesar Rp 1, akan menciptakan
tambahan nilai sebesar Rp 0,1 (yakni Rp 1,1 – Rp 1 nilai investasi). Ukuran ini
sangat berguna saat modal yang tersedia jumlahnya terbatas. Bila proyek memiliki
PI>1, maka proyek tersebut diterima. Tidak dapat digunakan untuk memberi
peringkat proyek yang bersifat mutually exclusive. Dapat digunakan untuk membuat
peringkat proyek dalam capital rasioning.
10. Kelebihan dan kelemahan dari Metode PI
Kelebihan : sangat mendekati metode NPV, umumnya menghasilkan keputusan
yang identik (sama), mudah dimengerti dan dijelaskan, sangat bermanfaat bila dana
investasi yang tersedia terbatas.
Kelemahan : dapat mengarah pada keputusan yang keliru saat membandingkan
investasi yang bersifat mutually exclusive.
1.7Pengertian Resiko
Risiko merupakan penyimpangan hasil (return) yang diperoleh dari rencana
hasil (return) yang diharapkan. Apabila kita membicarakan risiko investasi berarti kita
menganalisis kemungkinan tidak tercapainya hasil (keuntungan) yang diharapkan.
Tidak tercapainya hasil yang diharapkan tersebut berarti terjadi penyimpangan atas
hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil yang direncanakan (diharapkan).
Risiko ini terjadi karena keadaan waktu yang akan datang penuh dengan
Resiko adalah kemungkinan adanya sesuatu yang tidak menguntungkan akan
terjadi di masa mendatang ( chance that some unfavorable event will occur ).
Untuk menggambarkan lebih lanjut mengenai keadaan resiko yang timbul
dalam financial assets, berikut akan diberikan suatu ilustrasi seperti dibawah ini :
1. Umpamakan seorang investor membeli short-term government bond ( surat-
surat berharga pemerintah jangka pendek ) seharga Rp. 100.000.000,- dengan
tingkat bunga / coupon rate sebesar 15,5% setahun. Jangka waktu daripada
short-term bond dari pemerintah tersebut adalah 5 tahun. Dalam contoh kasus
ini, pendapatan yang akan diperoleh oleh investor dengan cara
menginvestasikan uangnya pada short-term bond tersebut dapat diperkirakan
dengan pasti, dan investor semacam ini bisa digolongkan dalam apa yang
disebut risk-free.
2. Andaikata uang sebesar Rp. 100.000.000,- tersebut diinvestasikan dalam
bentuk stock / saham dari suatu perusahaan yang sedang merencanakan untuk
melakukan pengeboran minyak di lepas pantai, maka hasil dari investasi ini
tidak bisa diramalkan dengan pasti. Karena rate of return akan bervariasi dari
sejumlah besar angka dengan nilai positif sampai dengan angka minus 100%,
dan karena ini adalah sangat besar kemungkinannya untuk memperoleh
kerugian. Maka stock / saham bisa dikatakan secara relatif mengandung resiko
yang lebih tinggi atau bisa dikatakan risky.
Dari kedua ilustrasi tersebut diatas, maka dapatlah dikatakan bahwa
investment risk adalah dapat diartikan dengan “ probability of losses “, yaitu
semakin besar kemungkinan untuk rugi maka investment tersebut akan semakin
risky.
Dengan demikian pengertian risk dari kedua ilustrasi tersebut diatas, akan
mempunyai dampak yang berbeda bagi investor apabila mereka dihadapkan pada
situasi pengambilan keputusan di bidang investasi. Untuk lebih jelasnya, berikut
akan diuraikan mengenai kriteria risk yang sesungguhnya seperti dibawah ini.
a. RISK, adalah apa yang akan kita lakukan belum tentu akan mendapatkan hasil
sesuai dengan apa yang kita harapkan. Atau dengan perkataan lain “ sesuatu
yang tidak menguntungkan “.
Semua ini adalah dalam situasi / keadaan uncertainty atau under risk.
11. b. CERTAINTY, adalah merupakan suatu keadaan yang bisa kita ketahui
sebelumnya tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dan
keadaan ini dapat kita ketahui secara pasti.
Misalnya, coupon rate yang akan kita peroleh apabila kita membeli obligasi atau
SUN ( Surat Utang Negara ).
c. UNCERTAINTY, adalah suatu keadaan dalam mana ada beberapa alternatif
keputusan yang harus diambil, tetapi dalam hal ini si pengambil keputusan tidak
mempunyai pengetahuan dan pengalaman didalam rangka proses pengambilan
keputusan tentang alternatif mana yang sekiranya akan dipilih dari beberapa
alternatif keputusan yang ada.
d. UNDER RISK, adalah suatu keadaan dalam mana ada beberapa alternatif
keputusan yang akan dipilih, dimana si pengambil keputusan mempunyai
pengetahuan dan pengalaman dalam rangka proses pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan alternatif-alternatif yang tersedia. Jadi dalam hal ini si
pengambil keputusan mempunyai kemampuan untuk memilih alternatif mana
yang baik dan yang buruk diantara alternatif-alternatif yang harus dipilih.
Berdasarkan atas kriteria-kriteria risk diatas, maka didalam rangka proses
pengambilan keputusan, sebaiknya kita buat banyak kemungkinan-kemungkinan
alternatif yang akan kita pilih. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat memilih alternatif
yang paling menguntungkan.
1.7.1 Risiko Investasi
Risiko investasi adalah kemungkinan hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan apa yang diharapakan. Dalam konteks Manajemen investasi, risiko
merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapakan
(expected return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual
return). Semakin besar penyimpangannya bearti semakin besar tingkat risikonya.
Risiko juga merupakan keadaan dimana kemungkinanya timbulnya kerugian/bahaya
itu didapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data/informasi yang
cukup terpercaya atau relevan yang tersedia. Adapun konteks resiko dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1. Risiko sistematis (systematic risk)
Risiko sistematis adalah risiko yang terjadi karean perubahan pasar secara
keseluruhan dan terjadi karena kejadian diluar perusahaan. Risiko ini tidak bisa
didiversifikasi atau dikurangi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh factor-faktor
yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya risiko inflasi, resiko
tingkat suk bunga, risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini juga disebut Undiversifiable
risk
2. Risiko non sistematis (unsystematic risk)
Risiko non sistematis adalah risiko yang terjadi karena kondisi mikro perusahaan itu
sendiri. Risiko ini dapat dikurangi atau dapat didiversifikasi dengan cara membentuk
portfolio, karena risiko ini dipengaruhi pasar secara local atau regional. Misalnya
kebijakan di suatu daerah tertentu mengenai perubahan tingkat retribusi dan pajak
daerah. Risiko ini juga disebut Diversifiable risk.
1.7.2 Jenis Risiko
1. Risiko individual,
Yaitu risiko yang berasal dari proyek investasi secara individu tanpa dipengaruhi
oleh proyek investasi yang lain. Risiko ini terjadi apabila perusahaan hanya
12. melakukan investasi pada satu jenis investasi saja. Pemodalpun hanya
menanamkan dananya pada satu jenis investasi tersebut. Risiko ini diukur dari naik-
turunnya tingkat hasil yang diharapkan atas investasi yang bersangkutan.
2. Risiko perusahaan
Yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan penganekaragaman (diversifikasi)
investasi atau portofolio yang dilakukan oleh investor. Risiko ini diukur dengan
melihat naik-turunnya hasil yang diperoleh dari investasi tertentu yang dilakukan
oleh perusahaan. Investor yang menanamkan modal pada investasi tersebut dan
mungkin juga menanamkan modal pada investasi yang lain tidak dipertimbangkan
dalam perhitungan risiko ini.
3. Risiko pasar atau beta
Yaitu risiko investasi ditinjau dari investor yang menanamkan modalnya pada
investasi yang juga dilakukan oleh perusahaan. Investor dapat melakukan
diversifikasi atau penganekaragaman investasi (portofolio). Besarnya risiko pasar ini
tidak dapat dieliminasi (dihilangkan) dengan melakukan diversifikasi. Hal ini karena
risiko ini tergantung pada pasar yang ada, sehingga risiko ini dinamakan risiko pasar
(market risk) yang diukur dengan beta.
1.8 Penyesuaian terhadap tingkat bunga untuk menilai NPV
1. Bunga Biasa
Bunga biasa adalah perhitungan bunga yang sederhana dengan
menggunakan formula sebagai berikut.
F = p i n
Keterangan :
P = jumlah atau nilai sekarang
F = jumlah atau nilai yang akan datang
i = tingkat bunga pada suatu periode
n = waktu
Bila seseorang meminjam sejumlah uang P dengan bunga i maka uang yang
harus dikembalikan adalah
F (harga yang akan datang) = P + i = P + P i n
Seseorang meminjam uang Rp. 1.000,00 dengan bunga i = 20 % per tahun.
Tiga bulan atau ¼ tahun kemudian uang dikembalikan. Berapa besarnya ?
F= P ( 1 + i n )
F = P ( 1 + ¼ . 20 % )
= 1.000 ( 1 + 0,05 )
= Rp. 1.050,00
Bagaimana bila pengembaliannya selama 2 tahun
F = P ( 1 + 2 . 20 % )
= 1.000 ( 1 + 0,40 )
= Rp. 1.400,00
2. Bunga Majemuk
Bunga yang didapat pada suatu periode dibungakan lagi sehingga berlipat
(majemuk)
13. Pada kasus di atas untuk pengembalian 2 tahun
Pada tahun pertama F1 = 1.000 ( 1 + 20 % ) = Rp. 1.200,00
Pada tahun kedua F2 = 1.200 ( 1 + 20 % ) = Rp. 1.440,00
Ada penambahan sebesar Rp. 40,00 dibandingkan dengan bunga biasa,
angka ini merupakan penggandaan bunga dari tahun pertama sebesar 20 % .
Rp. 200,00
Bila dilihat dengan rumus menjadi
Tahun pertama = F1 = P ( 1 + i )
Tahun kedua = F2 = F1 ( 1 + i ) = P (1+i)(1+i) = P (1+i)2
Tahun ketiga = F3 = F2 ( 1 + i ) = P (1+i)3
……………………..
Tahun ke-n = Fn = P (1+i)n
1.9Perhitungan Risiko dalam Investasi
Pendekatan Perhitungan Risiko Investasi meliputi :
1. Perhitungan Risiko Aliran Kas
Metode ini mempertimbangkan adanya ketidakpastian yang mungkin muncul
atas aliran kas suatu investasi. Semakin tinggi ketidakpastian aliran kas, maka
semakin besar tingkat risiko investasi tersebut dan sebaliknya semakin rendah
ketidakpastian aliran kas maka semakin rendah risikonya. Ketidakpastian aliran kas
tersebut menyangkut jumlah aliran kas tiap periode aliran kas. Ketidakpastian aliran
kas yang akan dihasilkan tersebut sebenarnya merupakan perkiraan (proyeksi) oleh
karena itu ada kemungkinan realisasi aliran kas tersebut menyimpang dari nilai
aliran kas yang diharapkan (expected value). Penyimpangan inilah yang disebut
sebagai risiko investasi. Besarnya penyimpangan aliran kas tersebut dapat diukur
dengan menggunakan standar penyimpangan (deviasi standar) oleh karena itu,
pendekatan perhitungan risiko ini juga sering dinamakan pendekatan deviasi
standar.
Nilai yang diharapkan (expected value) aliran kas, dapat dirumuskan:
𝐸𝑣 = 𝑉𝑖 𝑥 𝑃𝑖
dimana :
EV = Expected value atau nilai aliran kas yang diharapkan
Vi = Aliran kas pada tiap kemungkinan yang terjadi
Pi = Probabilitas (kemungkinan) dari tiap aliran kas yang terjadi
Besarnya risiko atau standar deviasi, dapat dirumuskan:
σ = √ 𝑉𝑖 − 𝐸𝑣𝑛
𝑡=1
2
𝑥 𝑃𝑖
di mana:
σ = deviasi standar dari nilai aliran kas
(Vi - Ev) = besarnya penyimpangan tiap-tiap aliran kas yang terjadi yang dihitung
lebih besar dari selisih antara nilai aliran kas yang terjadi dengan nilai aliran kas
yang diharapkan
14. 2. Perhitungan Risiko Proyek Investasi
Suatu usulan proyek investasi yang memiliki standar deviasi yang lebih besar
dibandingkan dengan usulan proyek investasi lain belum tentu memiliki koefisien
variasi yang lebih besar. Hal ini tergantung pada besarnya perbandingan antara
besarnya deviasi standar dengan besarnya nilai aliran kas yang diharapkan dari
proyek investasi yang bersangkutan.
Ada 2 sifat atau pola aliran kas selama umur ekonomis suatu proyek investasi:
1. Aliran kas yang tidak saling tergantung (independen) antara aliran kas yang satu
dengan lainnya. Aliran kas yang tidak saling tergantung (independen) artinya aliran
kas tahun tertentu (tahun ke-n) tidak mempengaruhi aliran kas tahun berikutnya
(tahun ke n+1). Untuk menghitung risiko proyek yang mempunyai aliran kas yang
independen perlu dihitung:
a. Besarnya Net Present Value (NPV) yang diharapkan dari aliran kas proyek
b. Besarnya deviasi standar dari NPV tersebut.
E(NPV) = =
𝐶𝑡
1+𝑟 𝑡
𝑛
𝑡=0
dimana:
Ct = aliran kas yang diharapkan pada
waktu ke t, dan t = 0, 1,2,3 ...
Untuk t = 0, maka Ct merupakan aliran kas
keluar
Untuk t = 1, 2, 3, ...n, Q merupakan aliran kas
masuk.
r = hasil (return) yang diharapkan, berupa
tingkat bunga bebas risiko.
2. Aliran kas yang saling tergantung satu sama lain (tidak independen).
Aliran kas yang saling tergantung (dependen atau tidak independen) artinya bahwa
aliran kas tahun tertentu (tahun ke-n) mempengaruhi aliran kas tahun berikutnya
(tahun n+1).
Aliran Kas yang Tidak Independen
• Aliran kas masuk yang diharapkan oleh perusahaan sering kali saling terkait atau
saling mempengaruhi antara periode satu dengan periode berikutnya aliran kas
periode sekarang dipengaruhi oleh aliran kas periode sebelumnya.
• Menghitung risiko perlu memperhatikan koefisien korelasi antar waktu dari aliran
kas proyek yang
bersangkutan.
• Koefisien korelasi antar waktu tersebut, kita dapat menghitung besarnya
probabilitas gabungan (joint
probability) antara aliran kas yang satu dengan yang lainnya untuk kemudian
digunakan untuk menghitung deviasi standar suatu proyek.
3. Analisis Sensitivitas
• Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) merupakan teknik untuk menilai akibat
yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan aliran kas suatu proyek investasi.
• Analisis ini dapat digunakan untuk menilai tingkat kepekaan (tingkat sensitivitas)
perubahan aliran kas apabila faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya aliran kas
tersebut diubah-ubah.
15. • Faktor-faktor yang mempengharuhi besarnya aliran kas misalnya tingkat penjualan,
harga jual produk, kebijakan pengumpulan piutang, unsurunsur biaya tetap dan
variabel serta pangsa pasar perusahaan.
16. BAB II
STUDI KASUS
2.1Profil Perusahaan
Dealer Chanel Multi Sepeda Motor menjual sepeda motor merk Honda,
Yamaha, Suzuki,dan Kawasaki. Melayani pembelian motor secara Cash & Credit.
Dealer Chanel Multi Sepeda Motor berlokasi di Jl. Rawa Kuning No.7 RT.01/07
Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara langsung terhadap objeknya, dengan
mendatangi tempat usaha tersebut untuk mengetahui lokasi tempat usaha, kegiatan
yang berjalan, dan mendapatkan data-data primer yang akurat.Wawancara
dilakukan langsung dengan pemilik usaha untuk mendapatkan dan melengkapi data
sekunder, serta informasi yang akurat tentang ruang lingkup kegiatan usaha Dealer
Chanel Multi WIJOYO MOTOR. Data sekunder didapat langsung dari pemilik usaha,
yaitu berupa data aspek non keuangan dan aspek keuangan. Data sekunder juga
didapat dari media internet untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam
penulisan, yaitu berupa data tingkat inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
tingkat suku bunga dari Bank Indonesia (BI).
2.3 Alat analisis yang digunakan
Dalam memperhitungkan estimasi pendapatan, taksiran rugi laba,
perhitungan proceeds, dan perhitungan penilaian investasi penulis menganalisis
masalah dengan mendeskripsikannya menggunakan tabel.
Dalam studi kasus ini dilakukan perhitungan dengan menggunakan
metode Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan
Internal Rate of Return (IRR), dengan estimasi laba 3 (tiga) tahun ke depan periode
awal tahun 2013 sampai akhir tahun 2015.
17. BAB III
PEMBAHASAN
Perhitungan Penilaian Investasi
a. Payback Period (PP)
Payback Period dari investasi yang diusulkan dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Jumlah Investasi Rp 197.875.000,-
Proceeds tahun ke-1 ( Rp 100.048.746,5 )
Investasi yang belum tertutup
Setelah akhir tahun ke-1 Rp 97.826.253,5
Karena sisa tidak dapat dikurangi proceed tahun ke-2, maka sisa proceed tahun ke-
1 dibagi proceed tahun ke-2 :
PP =
Rp 97.826.253,5
Rp 125.484.276,4
x 12 bulan
= 9,4
Jadi, investasi diperkirakan dapat kembali dalam kurun waktu 1 tahun 9 bulan.
Keputusan : Karena Payback Period (PI) lebih kecil dari umur ekonomis yang
diisyaratkan maka investasi tersebut diterima.
b. Net Present Value (NPV)
NPV = 100.048.746,5 + 125.484.276,4 + 153.890.072,5 – 197.875.000
( 1 + 0,06 ) ( 1 + 0,06 )2
( 1 + 0,06 )3
= 335.294.634,8 – 197.875.000
NPV = 137.419.634,8
Net Present Value (NPV) juga dapat dihitung dengan menggunakan table:
Tahun E.A.T Depresiasi Kas Bersih
(Proceeds)
Discount
Factor
(DF) 6%
PV Kas
Bersih
2013
92.513.746,5
7.535.000 100.048.746,5 0,943
94.345.967,95
2014 117.949.276,4 7.535.000 125.484.276,4 0,890 111.681.006
2015 146.355.072,5 7.535.000 153.890.072,5 0,840 129.267.660,9
Total PV Kas Bersih
335.294.634,8
Total PV kas bersih = Rp 335.294.634,8
Total PV Investasi = ( Rp 197.875.000,- )
NPV = Rp 137.419.634,8
Keputusan : Hasil NPV adalah positif yaitu sebesar Rp 137.419.634,8 maka
investasi diterima.
18. c. Profitability Index (PI)
PI = 335.294.634,8 x 100%
197.875.000
PI = 1,7
Keputusan : Karena PI > 1 yakni sebesar 1,7 maka investasi tersebut dinilai
menguntungkan sehingga investasi tersebut diterima.
d. Internal Rate of Return (IRR)
- Mencari rata-rata kas bersih :
100.048.746,5+125.484.276,4+153.890.072,5 = 126.474.365,1
3
- Memperkirakan besarnya PP, yaitu :
PP =
197.875.000
126.474.365
= 1, 564
- Tahun ke-3 diketahui discount factor yang terdekat dengan angka 1,564 adalah
1,609 sebesar 39%.
- Secara subjektif tiap discount dikurangi 2% menjadi 37% sehingga NPV-nya dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Perhitungan Net Present Value dengan DF 37%
Tahun Kas Bersih
(Proceeds)
DF
37%
PV Kas Bersih
2013
2014
2015
100.048.746,5
125.484.276,4
153.890.072,5
0,730
0,533
0,389
73.035.584,95
66.883.119,32
59.863.238,2
Total PV Kas Bersih 199.781.942,5
Nilai NPV positif, yaitu = 199.781.942,5 – 197.875.000
= 1.906.942,5
19. Perhitungan Net Present Value dengan DF 38%
Tahun Kas Bersih
(Proceeds)
DF
38%
PV Kas Bersih
2013
2014
2015
100.048.746,5
125.484.276,4
153.890.072,5
0,727
0,525
0,381
72.735.438,71
65.879.245,11
58.632.117,62
Total PV Kas Bersih 197.246.801,4
Nilai NPV sudah negatif = 197.246.801,4 – 197.875.000
= – 628.198,6
Perhitungan Net Present Value dengan DF 37% dan 38%
Tahun Kas Bersih
(Proceeds)
Bunga 37% Bunga 38%
DF
37%
PV Kas
Bersih
DF
38%
PV Kas Bersih
2013
2014
2015
100.048.746,5
125.484.276,4
153.890.072,5
0,730
0,533
0,389
73.035.584,95
66.883.119,32
59.863.238,2
0,727
0,525
0,381
72.735.438,71
65.879.245,11
58.632.117,62
Total PV Kas Bersih
Total PV Investasi
199.781.942,5
197.875.000
197.246.801,41
197.875.000
NPV C1 1.906.942,5 C2 ( 628.198,6 )
Interpolasi PVIFA PVIFA
37% 199.781.942,5 199.781.942,5
Initial Investment 197.875.000 (-)
38% 197.246.801,41 (-)
2.535.141,1 1.906.942,5
NPV1
IRR = i1 + x ( i2 – i1 )
NPV1 – NPV2
IRR = 37 + 1.906.942,5 x 1%
2.535.141,1
IRR = 37 + 0,752%
= 37,752%
20. Keputusan :
Karena IRR yang dihasilkan sebesar 37,752% lebih besar daripada tingkat bunga
yang digunakan sebagai biaya modal sebear 6%, maka investasi diterima.
Kesimpulan
Pembukaan cabang baru pada Dealer Chanel Multi WIJOYO MOTOR ini layak untuk
dijalankan, karena modal yang ada dipergunakan untuk pembukaan cabang baru
dinilai dapat memberikan keuntungan bagi penanam modal dilihat dari Net Present
Value (NPV), Payback Period (PP), Profitability Indeks (PI), dan Internal Rate Of
Return(IRR).
Diharapkan pula kepada pemilik untuk lebih meningkatkan penjualannya dengan
cara memperluas jaringan, memperbanyak karyawan freelance dan mediator.