1. SISTEM EKSKRESI PADA
REPTIL DAN AVES
DI SUSUN OLEH :
Teuku Ichsan
Aksel-2
SMAN MODAL BANGSA
2. A. Sistem ekskresi / pengeluaran pada aves
Alat pengeluaran pada burung / aves berupa
ginjal, paru-paru dan kulit. Burung mempunyai
sepasang ginjal berwarna coklat dengan tipe
metanefros. Ginjal tipe metanefros memiliki
ciri-ciri tidak bersegmen, tidak memiliki
nefrostoma dan jumlah glomerulusnya
banyak. Ginjal burung berfungsi mengambil
zat-zat sisa dari darah yang berbentuk urine.
3.
4.
5. Saluran ureter bermuara langsung pada kloaka,
karena aves memang tidak memiliki vesika
urinaria (kandung kemih). Kloaka merupakan
muara dari tiga buah saluran, yakni saluran
kotoran, saluran urine, serta saluran reproduksi.
Adapun paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan
gas CO2 yang merupakan hasil metabolisme sel-sel
tubuh. Pada bagian belakang tubuh burung
terdapat ekor yang sangat pendek yang disebut
/uropygium/.
6.
7. Uropygium ini mengandung kelenjar minyak (/glandula
uropygialis/), dimana kelenjar ini menghasilkan minyak untuk
melumasi bulu sehingga burung tersebut tidak mudah basah
jika berada di air. Selain itu, kelenjar minyak juga berfungsi
sebagai cadangan makanan berupa lemak. Ekskret pada aves
bersifat semisolid (menyerupai pasta), hal ini disebabkan
karena aves hanya memiliki satu saluran pengeluaran yakni
kloaka, sehingga urinenya dikeluarkan secara bersamaan
dengan feses. Ekskret ini juga mengandung asam urat
(C5H4N4O3) atau 2,6,8-trioxypurine yang bersifat kurang
larut dalam air, kurang toksik dan untuk mengekskresikannya
diperlukan sedikit air, dapat terakumulasi dalam telur tanpa.
menyebabkan kerusakan pada embrio serta jika berada
dalam jumlah yang besar akan membentuk endapan yang
menyerupai kristal.
8.
9. Ada beberapa jenis burung yang dapat hidup
dalam lingkungan yang sangat kering, misalnya
burung gurun pasir. Salah satu adaptasi yang
dilakukan adalah kemampuannya untuk
mengubah senyawa-senyawa limbah nitrogen
menjadi asam urat yang tidak larut dalam air
sehingga dapat diekskresikan tanpa
menggunakan banyak air. Adaptasi ini
memungkinkan aves dengan habitat gurun dapat
bertahan hidup, walaupun air yang tersedia
sangat sedikit. Kandungan air dalam makanan
yang bergabung dengan air hasil respirasi seluler
cukup untuk memenuhi kebutuhan air mereka.
11. Alat ekskresi pada reptil berupa sepasang ginjal
metanefros. Metanefros berfungsi setelah pronefros
dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi utama
saat stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan
oleh ureter ke vesika urinaria (kandung kemih). Bentuk
ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil,
dan permukaannya beruang-ruang. Vesika urinaria
bermuara langsung ke kloaka. sistem ekskresi pada
reptil Pada jenis kura-kura tertentu terdapat sepasang
vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung
ke kloaka, dan berfungsi pula sebagai organ respirasi.
Pada kura-kura betina, alat respirasi tersebut juga
berperan membasahi tanah yang dipersiapkan untuk
pembuatan sarang sehingga menjadikan tanah lebih
lunak dan mudah digali. Hasil ekskresi reptil adalah
asam urat.
12. Asam urat ini tidak terlalu toksik jika dibandingkan dengan
amonia yang dihasilkan oleh Mammalia. Asam urat dapat
juga diekskresikan tanpa disertai air dalam volume yang
besar. Asam urat tersebut dapat diekskresikan dalam
bentuk pasta berwarna putih. Beberapa jenis Reptilia juga
menghasilkan amonia. Misalnya, pada buaya dan kura-kura.
Penyu yang hidup di lautan memiliki kelenjar ekskresi untuk
mengeluarkan garam yang dikandung dalam tubuhnya.
Muara kelenjar ini adalah di dekat mata. Hasil ekskresi yang
dihasilkan berupa air yang mengandung garam. Ketika
penyu sedang bertelur, kita seringkali melihatnya
mengeluarkan semacam air mata. Namun, yang kita lihat
sebenarnya adalah hasil ekskresi garam. Ular, buaya, dan
aligator tidak memiliki kandung kemih sehingga asam urat
yang dihasilkan ginjalnya keluar bersama feses melalui
kloaka.