SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011
113
PENATAAN RUANG PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN,
BERDAYA SAING DAN BEROTONOMI
(Suatu Tinjauan Pustaka)
I Wayan Suweda
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
Email : suwedabalun@yahoo.com
Abstrak: “Pembangunan yang kita lakukan harus menyadari bahwa generasi
yang akan datang akan dapat menikmati apa yang kita rasakan saat ini…”. Ini
berarti kemajuan yang dihasilkan dari interaksi aspek lingkungan hidup, dimensi
ekonomi dan aspek sosial politik sedemikian rupa masing-masing dapat
menjamin kehidupan manusia yang hidup pada masa kini dan masa mendatang
dan disertai akses pembangunan sosial ekonomi tanpa melampaui batas ambang
lingkungan. Pembangunan perkotaan harus mengedepankan rasa keadilan dan
keberlanjutan ekonomi lokal dengan meningkatkan keberadaan sektor informal
sebagai jaring sosial, serta pelestarian kawasan lama untuk menyediakan memori
kolektif bagi masyarakat. Jadi, penciptaan kota berkelanjutan, berdaya saing dan
berotonomi melalui perencanaan dan pengelolaan baru akan efektif jika
terintegrasi dengan strategi pengelolaan penggunaan lahan dan lingkungan.
Kata kunci : pembangunan yang berkelanjutan, perkotaan, perencanaan
Autonomous and Competitive of Sustainable Urban Planning
(A Literature Review)
Abstract: "The development that we do need to realize is that future generations
will be able to enjoy what we feel at this moment ...". This means that the
progress resulting from the interaction of environmental aspects, the economic
dimension and socio-political aspects in such a way is to guarantee each human
life that live in the present and future and is accessible to socio-economic
development without exceeding environmental limits. Urban development should
promote a sense of justice, and sustainable local economy by increasing the
presence of the informal sector as social nets, and the preservation of the heritage
area to provide a collective memory for the community. Thus, the creation of
sustainable city, competitive and autonomous through the planning and
management will be effective only if integrated with land use management
strategies and the environment.
Keywords: sustainable development, urban area, planning
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi mendorong la-
hirnya sistem transportasi yang lebih an-
dal dan sangat berpengaruh pada bentuk
suatu kota. Sistem transportasi yang di-
maksud meliputi transportasi umum dan
kendaraan pribadi. Transportasi umum
memegang peranan yang cukup penting
dalam kota karena sistem ini dapat
mengangkut lebih banyak penumpang de-
ngan menggunakan luas lahan dan ruang
jalan yang sedikit. Selain itu perencanaan
transportasi umum regional dapat menjadi
perangkat utama dalam pengembangan
ekonomi wilayah perkotaan. Sarana trans-
portasi umum memiliki beberapa syarat
agar dapat melayani dengan baik denyut
kehidupan perkotaan tersebut.
Namun bagaimanapun baiknya sistem
transportasi umum, kendaraan pribadi ha-
rus tetap diperhitungkan. Hal ini disebab-
kan karena kendaraan ini memiliki sifat
yang jauh lebih fleksibel, dapat dioperasi-
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011
114
kan dengan mudah dan juga dapat dipro-
duksi secara masal sehingga dapat meme-
nuhi dan melayani bagian-bagian dari sua-
tu kota, khususnya yang tidak terlayani
oleh angkutan umum. Dalam perkemba-
ngannya, pertumbuhan kendaraan dalam
suatu sistem transportasi ternyata memba-
wa berbagai permasalahan yang serius ter-
utama bagi kehidupan perkotaan. Sering-
kali pembangunan infrastruktur jalan me-
nyebabkan rusaknya pola perkotaan kare-
na hanya didasarkan atas pertimbangan
teknis jalan raya dan kebutuhan untuk
menciptakan sistem transportasi yang a-
man, nyaman, mudah dan ekonomis.
Perencanaan dan pengintegrasian ru-
ang perkotaan haruslah berdasarkan kepa-
da potensi, kendala dan limitasi yang di-
miliki. Demikian pula pertimbangan ma-
nusianya sebagai pemakai ruang tersebut,
sehingga ada keterikatan antara ruang per-
kotaan dengan warganya. Trancik (1986)
berpendapat bahwa dalam satu ruang per-
kotaan yang bagus, antara ruang dan mas-
sanya haruslah memiliki hubungan yang
baik sehingga bentukan antara ruang solid
(massa bangunan) dan ruang void (ruang
terbuka) memenuhi standar perencanaan
yang ideal. Ruang perkotaan juga harus
mempunyai suatu sistem keterkaitan anta-
ra fungsi satu dengan fungsi lain ataupun
kawasan satu dengan kawasan lainnya se-
hingga tidak menjadi terpisah-pisah dan
dapat di akses oleh seluruh warga. Setelah
terdefinisi dengan baik dan memiliki
keterkaitan, kawasan perkotaan juga harus
memiliki makna dan aktivitas sebagai
generator kegiatan di wilayah tersebut, se-
hingga akan menjadi pusat kegiatan war-
ganya.
LATAR BELAKANG MASALAH
Kota pada awalnya tidak lebih dari suatu
pemukiman atau desa-desa yang secara
umum tersebar di sekitar kawasan, akan
tetapi karena nilai strategis dan potensi
yang dimilikinya, maka desa tersebut per-
lahan tapi pasti tumbuh menjadi ramai dan
membentuk suatu kota atau perkotaan.
Bahkan pada beberapa tempat pertumbu-
hannya dapat sangat cepat sekali dan men-
jadi suatu perkotaan dengan aktivitas dan
kegiatannya yang sangat ramai. Ada 3
faktor utama yang menyebabkan berbagai
permasalahan muncul di perkotaan, yaitu
pertambahan penduduk, bertambahnya
aktivitas kegiatan dan bertambah luasnya
ukuran wilayah terbangun perkotaan.
Dari segi pertambahan penduduk, di-
sebabkan oleh pertambahan alamiah aki-
bat proses kelahiran dan kematian. Tetapi
untuk daerah perkotaan, migrasi, khusus-
nya urbanisasi mempunyai pengaruh jauh
lebih besar dan menyebabkan penduduk
perkotaan meningkat dengan pesat. Akibat
urbanisasi pula, tahun 2008, untuk per-
tama kali penduduk dunia lebih dari 50%
berada di perkotaan. Di Indonesia sendiri,
saat ini diperkirakan 41% penduduk
tinggal di perkotaan. Khusus wilayah
Jawa-Bali 55% penduduk berada di
perkotaan. Tahun 2025 di perkirakan 65%
penduduk akan menghuni perkotaan
terutama di 16 kota besar yang ada di
Indonesia (Tabel 1).
Pertambahan jumlah penduduk, khu-
susnya akibat migrasi dari desa ke kota
(urbanisasi) telah menyebabkan pemada-
tan penduduk perkotaan (urban densifica-
tion) dan pembengkakan/pemekaran ka-
wasan pinggiran (urban sprawling), Gam-
bar 1. Tidak jarang pemekaran wilayah
akhirnya sampai membentuk suatu kabu-
paten atau kota baru. Di Indonesia, hingga
tahun 2009 terdapat penambahan 165 ka-
bupaten baru dan 34 kota baru. Pengem-
bangan wilayah terbangun sangat mende-
sak untuk memenuhi kebutuhan perumah-
an dan tempat-tempat aktivitas lainnya,
dan ini telah mengorbankan keberadaan
jalur hijau maupun areal persawahan, se-
perti yang ditunjukkan Tabel 2. Ruang
Terbuka Hijau yang diamanahkan harus
30% (UU 26 Tahun 2007 tentang Penata-
an Ruang) sulit dapat dipenuhi oleh kota-
kota di Indonesia.
Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan ........................................................ Suweda
115
Tabel 1 Perbandingan Penduduk Perkotaan dan Perdesaan
Tahun Perdesaan (% pdd) Perkotaan (% pdd)
1970
1980
1990
1995
2002
2005
2010
2015
2020
2025
82.6
77.73
69.1
64.09
56.01
51.7
47.97
43.95
39.61
34.95
17.4
22.27
30.9
35.91
43.99
48.3
52.03
56.05
60.39
65.05
Sumber: Bappenas (2005) dan Pustra (2008), diolah dengan asumsi growth 1.5%/thn
Gambar 1 Dampak Peningkatan Populasi pada Kawasan Perkotaan
Tabel 2 Persentase Perubahan Lahan Sawah Tahun 2005-2007
Sawah menjadi perumahan Sawah ke Non perumahan
Pulau Jawa 58.7 % 21.8 %
Luar Pulau Jawa 16.1 % 48.6 %
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2008.
Selain perubahan guna lahan, pertam-
bahan penduduk, baik secara alamiah
maupun urbanisasi sebagai gejala yang sa-
ngat umum di negara-negara berkembang
telah memunculkan kota-kota metropoli-
tan. Selanjutnya, akibat ketidakmampuan
dalam mengantisipasi perkembangan per-
kotaan yang demikian pesat telah menim-
bulkan berbagai isu-isu permasalahan ka-
wasan perkotaan, seperti:
- Bertambahnya Angka Kemiskinan
- Kurangnya Lapangan Pekerjaan
- Tumbuhnya kawasan kumuh di perko-
taan
- Meningkatnya kebutuhan perumahan
sederhana dan murah
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011
116
- Kemacetan lalulintas yang makin me-
ningkat
- Terbatasnya akses terhadap jaringan air
minum/bersih dan sanitasi
- Makin berkurangnya Ruang Terbuka
Hijau di perkotaan
- Penanganan masalah persampahan
yang kurang terpadu
- Kebijakan pengelolaan sektor informal
(PKL) yang belum optimal
Gambar 2. Bertambahnya Angka Kemiskinan di Perkotaan
Gambar 3 Tumbuhnya Kawasan Kumuh di Perkotaan
Urbanisasi telah menciptakan penurunan
kualitas lingkungan di perkotaan akibat te-
kanan kebutuhan ruang untuk hunian. Hal
ini telah menciptakan kawasan KUMUH
dan hilangnya ruang terbuka hijau di per-
kotaan.
Gambar 4. Kemacetan Lalu Lintas yang Semakin Meningkat
Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan ........................................................ Suweda
117
Kebutuhan akan transportasi telah me-
nyebabkan kemacetan lalulintas akibat ter-
batasnya kapasitas jaringan jalan di perko-
taan dan rendahnya kualitas angkutan
umum
Gambar 5 Masih terbatasnya akses terhadap jaringan air minum/bersih dan sanitasi
yang higinies
KONSEP PEMBANGUNAN BERKE-
LANJUTAN (SUSTAINABLE DEVE-
LOPMENT)
Solusi permasalahan umumnya cende-
rung berbasis pada multi aspek/sektor,
yaitu melalui pengelolaan perkotaan
(Kapasitas daerah, SDM, Kelembagaan,
Pembiayaan), manajemen keterkaitan
antar kota dalam sistem perkotaan (ke-
senjangan kota-kota besar dan metropoli-
tan dengan kota kecil-menengah dan per-
desaan) dan melalui kerja sama antar
wilayah (misalnya dalam pengelolaan air
baku, TPA, bencana, dst.).
Dimasa depan, perlu adanya reorienta-
si paradigma dimana kota merupakan enti-
ty kawasan atau wilayah, yang berarti kota
bukan saja sebagai “Engine of National &
Regional Growth” tetapi sekaligus “Kota
yang Nyaman/Layak Huni, Berkelanjutan
dan Berkeadilan”. Dengan demikian, arah
kebijakan pembangunan perkotaan dimasa
depan harus memenuhi fungsi entity ka-
wasan/wilayah tersebut, yang dapat dides-
kripsikan secara detil sebagai berikut
(lihat pula Gambar 6):
- Nyaman/layak huni (livable)
Memenuhi kebutuhan manusia akan ke-
nyamanan hidup, fisik, sosial budaya,
dan lingkungan.
- Berkelanjutan (sustainable)
Antisipasi terhadap perubahan iklim
dan bencana alam serta memenuhi ke-
perluan hidup manusia kini dengan tan-
pa mengabaikan keperluan hidup ma-
nusia masa datang
- Berkeadilan (just)
Menyediakan ruang hidup dan berusaha
bagi seluruh golongan masyarakat per-
kotaan
- Pendorong pertumbuhan (engine of
growth)
Mampu berkompetisi dalam perkemba-
ngan ekonomi global dengan memanfa-
atkan potensi sosial budaya dan kreati-
fitas lokal (ekonomi kreatif); serta
mampu menciptakan hierarki pasar ba-
gi kota menengah, kecil, dan perdesaan.
Secara definisi, pembangunan berkelanju-
tan adalah pembangunan untuk memenuhi
keperluan hidup manusia kini dengan tan-
pa mengabaikan keperluan hidup manusia
masa datang (Brundlandt, 2001). Bila
dikaitkan dengan lingkungan maka
pembangunan berkelanjutan dapat juga di-
definisikan sebagai kemajuan yang diha-
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011
118
silkan dari interaksi aspek lingkungan
hidup, dimensi ekonomi dan aspek sosial
politik sedemikian rupa, masing-masing
terhadap pola perubahan yang terjadi pada
kegiatan manusia dapat menjamin
kehidupan manusia yang hidup pada masa
kini dan masa mendatang dan disertai
akses pembangunan sosial ekonomi tanpa
melampaui batas ambang lingkungan
(WCED, 1987). Dari segi legalitas
pedoman hukum pembangunan meliputi:
- PP No. 26 Tahun 2008 tentang RT-
RWN: Sistem Perkotaan Nasional,
meliputi PKN, PKW, PKSN, PKL
dan kawasan budidaya dan kawasan
lindung.
- UU No. 26 Tahun 2007 tentang Pe-
nataan Ruang, Penyelenggaraan pena-
taan ruang bertujuan untuk mewujud-
kan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berke-
lanjutan.
KOTA
BerkeadilanPendorong
Pertumbuhan
Tempat
Tinggal
Engine of
Growth
BerkelanjutanNyaman/
Layak Huni
1. Meningkatkan
pemanfaatan modal
sosial dan budaya
di perkotaan
2. Meningkatkan
investasi dan
pembangunan
ekonomi di
perkotaan
1. Menurunkan
tingkat
kemiskinan
perkotaan
2. Menyediakan
pelayanan publik
sesuai dengan
Standar
Pelayanan
Perkotaan
1. Menurunkan tingkat
kerawanan sosial dan
kriminalitas di perkotaan
2. Meningkatkan
penanganan polusi
lingkungan dan mitigasi
bencana dalam
pengelolaan perkotaan
3. Meningkatkan
implementasi rencana
tata ruang perkotaan dan
pengendalian
pemanfaatan ruang
perkotaan
1. Menguatkan
kapasitas pemerintah
kota dalam perencanaan
dan penyelenggaraan
pembangunan dan
pengelolaan perkotaan
serta penerapan prinsip
tata kepemerintahan
yang baik
2. Menguatkan
kelembagaan dan
kerjasama antar kota
Arah
Kebijakan
Prinsip
Strategi
Gambar 6 Arah Kebijakan Pembangunan Perkotaan
Salah satu pasal yaitu Pasal 8 Ayat 1
PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN,
menyebutkan bahwa perwujudan dan pe-
ningkatan keterpaduan dan keterkaitan
antarkegiatan budidaya; dan pengendalian
perkembangan kegiatan budi daya agar ti-
dak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan. Minimal ada 3 (tiga)
Matra untuk Pembangunan Berkelanjutan,
meliputi:
a. Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi:
mengelola lingkungan hidup dan sum-
berdaya alam secara efektif dan efisien
dengan yang berkeadilan perimbangan
modal masyarakat, pemerintah dan du-
nia usaha.
b. Keberlanjutan sosial budaya: pemben-
tukan nilai-nilai sosial budaya baru ser-
ta peranan pembangunan yang berke-
lanjutan terhadap iklim politik dan sta-
bilitasnya.
c. Keberlanjutan kehidupan lingkungan
(ekologi) manusia dan segala eksisten-
sinya: keselarasan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan.
Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan ........................................................ Suweda
119
Secara bagan prinsip pembangunan
berkelanjutan dapat digambarkan seperti
Gambar 7.
Gambar 7 Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan
PEMBANGUNAN KOTA BERKE-
LANJUTAN DI INDONESIA
Kota berkelanjutan adalah suatu dae-
rah perkotaan yang mampu berkompetisi
secara sukses dalam pertarungan ekonomi
global dan mampu pula mempertahankan
vitalitas budaya serta keserasian lingku-
ngan (Research Triangle Institute, 1996
dalam Budihardjo dan Sujarto, 2005).
Lima prinsip dasar kota berkelanjutan:
Environment (Ecology), Economy (Em-
ployment), Equity, Engagement dan
Energy. Suatu kota telah memenuhi
kriteria pembangunan berkelanjutan dapat
diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri sebagai
berikut:
- Ditemukan suatu masyarakat yang
perduli dan melakukan kegiatan ber-
orientasi keberlanjutan ekologis.
- Berkelanjutan tidak selalu berarti ba-
nyak memproduksi atau mengkonsum-
si, tetapi mampu memilih kapan harus
banyak dan kapan harus sedikit.
- Kesetaraan sosial merupakan prinsip
dasar dalam aspek ekologis bagi kota.
Prinsip ini akan menempatkan kondisi
kompetisi, dan seleksi alam secara le-
bih berkemanusiaan.
- Krisis terhadap lingkungan merupa-
kan krisis terhadap kreativitas. Bila
permasalahan lingkungan belum me-
nemukan solusi, maka terdapat keku-
rangan kreativitas. Dengan demikian
perlu peningkatan partisipasi anggota
masyarakat untuk meningkatkan kre-
atifitas tersebut.
- Keberlanjutan ekologis tidak saja ter-
kait dengan isu lokal melainkan juga
menyelaraskan dengan isu global.
Perwujudan pembangunan berkelanjutan
di Indonesia, khususnya oleh pemerintah
di wilayah perkotaan dapat dijelaskan me-
lalui langkah-langkah yang sudah diambil,
meliputi:
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011
120
Bidang Lingkungan:
- perlindungan dan konservasi sumber
daya alam.
- pembangunan wilayah pesisir dan laut
terpadu.
- peningkatan pelaksanaan pengawasan
dan pengendalian, penegakan hukum,
peningkatan kelembagaan serta sarana
dan prasarana pengawasan.
- peningkatan konservasi dan rehabilita-
si sumber daya kelautan dan perika-
nan.
- peningkatan adaptasi dan mitigasi ter-
hadap dampak perubahan iklim.
- pengembangan peralatan pemantauan
kualitas air.
- pelaksanaan Program Langit Biru, pro-
gram Proper, Program Kali Bersih
(Prokasih), Pengelolaan Limbah Do-
mestik dan Usaha Skala Kecil, Penge-
lolaan Sampah Terpadu, Pengelolaan
B3 dan Limbah; penegakan hukum pi-
dana dan perdata serta administrasi
lingkungan.
- telah disusunnya Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yang memuat substansi antara lain (1)
Rencana Perlindungan dan Pengelola-
an Lingkungan Hidup, (2) Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
(3) Penegasan Pengaturan B3, (4) Pe-
nguatan AMDAL dan UKL-UPL, (5)
Izin Lingkungan, (6) Instrumen Eko-
nomi Lingkungan, (7) Eco Region, (8)
Penguatan Masyarakat Adat dan Kea-
rifan Lokal dalam Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan, (9) Legislasi
Hijau, (10) Anggaran berbasis Lingku-
ngan, (11) Penguatan Pejabat Penga-
was Lingkungan Hidup (PPLH), (12)
Penguatan Audit Lingkungan, dan
(13) Penguatan Penyidik Pegawai Ne-
geri Sipil (PPNS).
Bidang Sosial:
- Penanggulangan kemiskinan.
- Pemberdayaan masyarakat sipil.
- Pelaksanaan musrenbang tingkat desa,
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi
dan nasional.
- Meningkatkan tingkat pendidikan ma-
syarakat Indonesia.
Bidang Ekonomi:
- Pengendalian inflasi.
- Konsolidasi fiskal.
- Stimulus fiscal, dan
- Memperkuat ketahanan sektor keua-
ngan domestik.
EVOLUSI TEORI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN DUNIA
• Gerakan kota taman (Garden City Movement):
abad ke-19 Ebenezer Howard (1898) menekan-
kan keseimbangan antara kawasan hunian, in-
dustri dan ruang-ruang terbuka di perkotaan
yang dibatasi wilayahnya oleh adanya sabuk hi-
jau (green belts).
• Teori Konsentris: (Burgess,1925) Central Bus-
siness District (CBD) adalah pusat kota, letak-
nya tepat di tengah kota dan merupakan pusat
kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik,
serta merupakan zona dengan aksesibilitas ter-
tinggi dalam suatu kota.
• Konsep pembangunan berkelanjutan (sustain-
able development): (awal 1970-an) mendorong
keseimbangan dalam penyelenggaraan pemba-
ngunan, terutama aspek ekonomi, sosial-budaya
dan lingkungan hidup.
Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan ........................................................ Suweda
121
• Konsep penataan ruang kota dan wilayah yang
terpadu: (awal tahun1980-an) mendorong pe-
nyediaan ruang-ruang terbuka yang memadai
dan keseimbangan ruang bagi hunian dan aktivi-
tas bekerja, termasuk pelestarian kota-kota lama
dan pembangunan kembali kawasan-kawasan
pergudangan tua (brownfield).
• Transit–Oriented-Development (TOD) (1990-
an): zona campuran antara hunian dan komersial
dengan kemudahan akses pejalan kaki terhadap
angkutan (dikembangkan di lokasi-lokasi sepan-
jang jalur-jalur KA, metro, tram atau busway).
Setiap TOD pada kota, memiliki karakter tersen-
diri sesuai dengan karakter lingkungannya.
• Konsep eco-town atau green city: kota ramah
lingkungan  zero carbon atau carbon neutral
melalui penggunaan energi yang efisien dan
pengolahan limbah secara terpadu.
Gambar 12 Prinsip Urban TOD (Sumber: The Next American Metropolis, 1993)
Kecenderungan keberlanjutan pengemba-
ngan perkotaan yang terjadi di Amerika
(Dittmar, 2004) antara lain:
• Meningkatnya investasi kawasan ter-
padu di tengah kota. Kecenderungan
penduduk perkotaan menghuni kembali
pusat-pusat kota yang pernah ditinggal-
kan.
• Berlanjutnya pertumbuhan dan proses
pematangan kawasan pinggiran kota
(suburbs). Sebagian kota baru mulai
beranjak menjadi kota yang mandiri
yang berusaha memenuhi kebutuhan
sosial-ekonomi penduduknya. Di Ja-
bodetabek, kota dormitory seperti De-
pok tumbuh menjadi kota satelit yang
berusaha memenuhi aktivitas sosial-
ekonomi warganya.
• Diliriknya kembali angkutan kereta
api/busway sebagai solusi terhadap
masalah transportasi perkotaan. Pe-
ngembangan jalur-jalur angkutan
umum dikaitkan dengan keberadaan
kota-kota baru baik di pinggiran kota
maupun di sepanjang koridor yang ada.
Gabungan ketiga kecenderungan tersebut
mendorong munculnya kebutuhan ruang-
ruang permukiman yang memiliki karak-
teristik TOD, yaitu:
(i) ramah terhadap pedestrian (walkable);
(ii) bersifat mixed-use antara hunian, per-
kantoran dan perdagangan;
(iii) berada dekat dengan jaringanbusway
atau stasiun kereta api.
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011
122
PENUTUP
Dari uraian dan penjelasan di atas dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai beri-
kut:
Pengembangan kawasan perkotaan
perlu mempertimbangkan pro growth,
pro green, pro job, dan pro poor.
Kepemimpinan yang visioner.
Bentuk kelembagaan yang bersifat hy-
brid antar informal dan non formal.
Pengembangan kelembagaan kawasan
metropolitan yang lebih otoritatif.
TOD dan eco-city merupakan alter-
natif mendorong terwujudnya pem-
bangunan perkotaan berkelanjutan.
Prinsip-prinsip perencanaan dan per-
ancangan perlu menyesuaikan dengan
tingkat perkembangan lingkungan
strategis perkotaan.
Peran swasta/masyarakat yang meru-
pakan pelaku utama pembangunan
perkotaan (80% investasi/ belanja dae-
rah, PDRB) perlu ditingkatkan sejak
dari perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian.
Dalam konteks kerjasama regional
perlu dikembangkan mekanisme koor-
dinasi yang efektif diantara lembaga-
lembaga/ sektor secara horisontal dan
vertikal pada berbagai tingkatan peme-
rintahan dengan tetap menjamin keter-
wakilan pihak non-pemerintahan.
Beberapa hal yang dapat menjadi les-
son learn dalam kasus penataan ruang
kawasan Jabodetabekjur, antara lain:
a. Perlu ada perumusan dan pendefi-
nisian perencanaan partisipatif ber-
basis komunitas.
b. Perlu adanya otoritas untuk meng-
implementasikan perencanaan di
tingkat regional.
c. Perlu pengaturan khusus dalam pe-
manfaatan lokasi-lokasi privat bagi
kepentingan umum dan Sektor in-
formal diakomodasi secara formal.
d. Perlu ada kebijakan khusus dalam
hal kependudukan serta strategi
pengembangan pusat-pusat permu-
kiman baru.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawi, I. S. (2009). Penataan Ruang
Perkotaan yang Berkelanjutan, Ber-
daya Saing, dan Berotonomi, Dirjen
Penataan Ruang Departemen PU,
Jakarta.
Pohan, Max H. (2009). Penataan Ruang
Perkotaan yang Berkelanjutan, Ber-
daya Saing dan Berotonomi: Arah
Kebijakan, Pelaksanaan, dan Perma-
salahan, Deputi Bidang Pengem-
bangan Regional dan Otonomi Dae-
rah Kementerian Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Bappenas,
Jakarta.
Firman, T. (2009). Urbanization, Globali-
zation and Decentralization in Indo-
nesia: Implications for Governance
and Spatial Development. School of
Architecture, Planning, and Policy
Development, Institute of Techno-
logy, Bandung.
Wijaya, A. (2009). Penataan Ruang yang
Ramah Lingkungan melalui Peren-
canaan TOD (Transit Oriented Deve-
lopment), Universitas Langlangbua-
na, Bandung

More Related Content

What's hot

Urban Sprawl and Energy Provision (Moview Review and Synthesis to Indonesian ...
Urban Sprawl and Energy Provision (Moview Review and Synthesis to Indonesian ...Urban Sprawl and Energy Provision (Moview Review and Synthesis to Indonesian ...
Urban Sprawl and Energy Provision (Moview Review and Synthesis to Indonesian ...bramantiyo marjuki
 
City growth filosofi
City growth filosofiCity growth filosofi
City growth filosofiFuad Ramadhan
 
Bu shinta spi kelompok 3
Bu shinta spi kelompok 3Bu shinta spi kelompok 3
Bu shinta spi kelompok 3Enchink Qw
 
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota DI DUNIA
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota DI DUNIA 2 bahan ajar sejarah perencanaan kota DI DUNIA
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota DI DUNIA Benny Iskandar
 
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...bramantiyo marjuki
 
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Shahnaz Acrydiena
 
Booklet Eksperimental Arsitektur Desain
Booklet  Eksperimental Arsitektur DesainBooklet  Eksperimental Arsitektur Desain
Booklet Eksperimental Arsitektur DesainCharisma Amanda
 
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIPOLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIJacqueline Celine
 
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaInteraksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaNashriyah Tsabitah
 
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan KotaRangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan KotaNesha Mutiara
 
4. elemen urban design
4. elemen urban design4. elemen urban design
4. elemen urban designBenny Iskandar
 
Pola Perkembangan Desa dan Kota
Pola Perkembangan Desa dan KotaPola Perkembangan Desa dan Kota
Pola Perkembangan Desa dan Kotararantean
 

What's hot (20)

Urban Sprawl and Energy Provision (Moview Review and Synthesis to Indonesian ...
Urban Sprawl and Energy Provision (Moview Review and Synthesis to Indonesian ...Urban Sprawl and Energy Provision (Moview Review and Synthesis to Indonesian ...
Urban Sprawl and Energy Provision (Moview Review and Synthesis to Indonesian ...
 
City growth filosofi
City growth filosofiCity growth filosofi
City growth filosofi
 
Bu shinta spi kelompok 3
Bu shinta spi kelompok 3Bu shinta spi kelompok 3
Bu shinta spi kelompok 3
 
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota DI DUNIA
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota DI DUNIA 2 bahan ajar sejarah perencanaan kota DI DUNIA
2 bahan ajar sejarah perencanaan kota DI DUNIA
 
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
 
20 30-1-pb jurnal
20 30-1-pb jurnal20 30-1-pb jurnal
20 30-1-pb jurnal
 
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
 
Teori pertumbuhan kota
Teori pertumbuhan kotaTeori pertumbuhan kota
Teori pertumbuhan kota
 
adi
adiadi
adi
 
Morfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kotaMorfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kota
 
Booklet Eksperimental Arsitektur Desain
Booklet  Eksperimental Arsitektur DesainBooklet  Eksperimental Arsitektur Desain
Booklet Eksperimental Arsitektur Desain
 
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIPOLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
 
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaInteraksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
 
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan KotaRangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
Rangkuman Geografi : Interaksi Spasial Desa dan Kota
 
Arsitektur Kota 1
Arsitektur Kota  1Arsitektur Kota  1
Arsitektur Kota 1
 
Hout pendekatan wilayah
Hout pendekatan wilayahHout pendekatan wilayah
Hout pendekatan wilayah
 
4. elemen urban design
4. elemen urban design4. elemen urban design
4. elemen urban design
 
Kota baru
Kota baruKota baru
Kota baru
 
Bentuk Kota
Bentuk KotaBentuk Kota
Bentuk Kota
 
Pola Perkembangan Desa dan Kota
Pola Perkembangan Desa dan KotaPola Perkembangan Desa dan Kota
Pola Perkembangan Desa dan Kota
 

Viewers also liked

Pages from prosiding_avoer_2011-23
Pages from prosiding_avoer_2011-23Pages from prosiding_avoer_2011-23
Pages from prosiding_avoer_2011-23Indriati Dewi
 
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasiLaporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasiFirlita Nurul Kharisma
 
Analisa vegetasi laporan
Analisa vegetasi laporanAnalisa vegetasi laporan
Analisa vegetasi laporanPedi Anyoy
 
Ektum kel 9 metode analisis vegetasi
Ektum kel 9 metode analisis vegetasiEktum kel 9 metode analisis vegetasi
Ektum kel 9 metode analisis vegetasiasnaini marlis
 
Analisis vegetasi
Analisis vegetasiAnalisis vegetasi
Analisis vegetasiayireni
 

Viewers also liked (7)

Pages from prosiding_avoer_2011-23
Pages from prosiding_avoer_2011-23Pages from prosiding_avoer_2011-23
Pages from prosiding_avoer_2011-23
 
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasiLaporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
 
Koes4
Koes4Koes4
Koes4
 
Analisa vegetasi laporan
Analisa vegetasi laporanAnalisa vegetasi laporan
Analisa vegetasi laporan
 
Ektum kel 9 metode analisis vegetasi
Ektum kel 9 metode analisis vegetasiEktum kel 9 metode analisis vegetasi
Ektum kel 9 metode analisis vegetasi
 
200701
200701200701
200701
 
Analisis vegetasi
Analisis vegetasiAnalisis vegetasi
Analisis vegetasi
 

Similar to 3637 5191-1-sm

Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaFitri Indra Wardhono
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanSari Faizah
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1agunjul
 
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaMateri Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaFitri Indra Wardhono
 
Praswil 14 rthPERENCANAAN WILAYAH KOTA
Praswil 14 rthPERENCANAAN WILAYAH KOTA Praswil 14 rthPERENCANAAN WILAYAH KOTA
Praswil 14 rthPERENCANAAN WILAYAH KOTA suningterusberkarya
 
Sistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSyaifOer
 
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxArifin Abidin
 
urban policy in Indonesia
urban policy in Indonesiaurban policy in Indonesia
urban policy in Indonesiaelkana.catur
 
ANALISA_ALUN_ALUN_PURWODADI.pdf
ANALISA_ALUN_ALUN_PURWODADI.pdfANALISA_ALUN_ALUN_PURWODADI.pdf
ANALISA_ALUN_ALUN_PURWODADI.pdfPitMuliani
 
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptxAKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptxnurrahmanHakim2
 
Geografi Kota (1).pptx
Geografi Kota (1).pptxGeografi Kota (1).pptx
Geografi Kota (1).pptxTriasFebri2
 
Pengelolaan Kawasan Perkotaan
Pengelolaan Kawasan PerkotaanPengelolaan Kawasan Perkotaan
Pengelolaan Kawasan PerkotaanSiti Sahati
 
Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia
Pengembangan Kota Cerdas di IndonesiaPengembangan Kota Cerdas di Indonesia
Pengembangan Kota Cerdas di IndonesiaInstansi
 
Bab 2 teori dan kebijakan
Bab 2   teori dan kebijakanBab 2   teori dan kebijakan
Bab 2 teori dan kebijakandandi rustandi
 

Similar to 3637 5191-1-sm (20)

Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1a
 
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaMateri Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
 
Praswil 14 rthPERENCANAAN WILAYAH KOTA
Praswil 14 rthPERENCANAAN WILAYAH KOTA Praswil 14 rthPERENCANAAN WILAYAH KOTA
Praswil 14 rthPERENCANAAN WILAYAH KOTA
 
Bappenas ksppn
Bappenas ksppnBappenas ksppn
Bappenas ksppn
 
Konsep Agropolitan
Konsep AgropolitanKonsep Agropolitan
Konsep Agropolitan
 
Sistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kota
 
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
 
Tugas etika 2 bu isma
Tugas etika 2 bu ismaTugas etika 2 bu isma
Tugas etika 2 bu isma
 
urban policy in Indonesia
urban policy in Indonesiaurban policy in Indonesia
urban policy in Indonesia
 
ANALISA_ALUN_ALUN_PURWODADI.pdf
ANALISA_ALUN_ALUN_PURWODADI.pdfANALISA_ALUN_ALUN_PURWODADI.pdf
ANALISA_ALUN_ALUN_PURWODADI.pdf
 
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptxAKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
AKDP.PKP.UTS.Muhammadhisyam.05072020 (1).pptx
 
Review RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarangReview RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarang
 
Makalah new urbanism
Makalah new urbanismMakalah new urbanism
Makalah new urbanism
 
Geografi Kota (1).pptx
Geografi Kota (1).pptxGeografi Kota (1).pptx
Geografi Kota (1).pptx
 
Pengelolaan Kawasan Perkotaan
Pengelolaan Kawasan PerkotaanPengelolaan Kawasan Perkotaan
Pengelolaan Kawasan Perkotaan
 
Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia
Pengembangan Kota Cerdas di IndonesiaPengembangan Kota Cerdas di Indonesia
Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia
 
Bab 2 teori dan kebijakan
Bab 2   teori dan kebijakanBab 2   teori dan kebijakan
Bab 2 teori dan kebijakan
 
Teori Pembangunan
Teori PembangunanTeori Pembangunan
Teori Pembangunan
 

More from Indriati Dewi

Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipaKumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipaIndriati Dewi
 
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangBagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangIndriati Dewi
 
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap KehidupanDegradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap KehidupanIndriati Dewi
 
Materi hindu-budha sejarah
Materi hindu-budha sejarahMateri hindu-budha sejarah
Materi hindu-budha sejarahIndriati Dewi
 
Kriteria pengukuran kualitas hidup
Kriteria pengukuran kualitas hidupKriteria pengukuran kualitas hidup
Kriteria pengukuran kualitas hidupIndriati Dewi
 
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikanContoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikanIndriati Dewi
 
Fisiologi sistim-respirasi
Fisiologi sistim-respirasiFisiologi sistim-respirasi
Fisiologi sistim-respirasiIndriati Dewi
 
25139330 makalah-lingkungan-hidup
25139330 makalah-lingkungan-hidup25139330 makalah-lingkungan-hidup
25139330 makalah-lingkungan-hidupIndriati Dewi
 
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industriIndriati Dewi
 
Mengidentifikasi aldehid dan keton
Mengidentifikasi aldehid dan ketonMengidentifikasi aldehid dan keton
Mengidentifikasi aldehid dan ketonIndriati Dewi
 
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...Indriati Dewi
 
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetriIndriati Dewi
 
51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetriIndriati Dewi
 

More from Indriati Dewi (20)

Internet
InternetInternet
Internet
 
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipaKumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
 
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangBagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
 
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap KehidupanDegradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
 
Materi hindu-budha sejarah
Materi hindu-budha sejarahMateri hindu-budha sejarah
Materi hindu-budha sejarah
 
Kriteria pengukuran kualitas hidup
Kriteria pengukuran kualitas hidupKriteria pengukuran kualitas hidup
Kriteria pengukuran kualitas hidup
 
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikanContoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Mansur al-Hallaj
Mansur al-HallajMansur al-Hallaj
Mansur al-Hallaj
 
Fisiologi sistim-respirasi
Fisiologi sistim-respirasiFisiologi sistim-respirasi
Fisiologi sistim-respirasi
 
Contoh makalah
Contoh makalahContoh makalah
Contoh makalah
 
Corpulmonale
CorpulmonaleCorpulmonale
Corpulmonale
 
25139330 makalah-lingkungan-hidup
25139330 makalah-lingkungan-hidup25139330 makalah-lingkungan-hidup
25139330 makalah-lingkungan-hidup
 
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
 
Mengidentifikasi aldehid dan keton
Mengidentifikasi aldehid dan ketonMengidentifikasi aldehid dan keton
Mengidentifikasi aldehid dan keton
 
Geothermal
GeothermalGeothermal
Geothermal
 
Corel draw
Corel drawCorel draw
Corel draw
 
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
 
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
 
51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri
 

3637 5191-1-sm

  • 1. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011 113 PENATAAN RUANG PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN, BERDAYA SAING DAN BEROTONOMI (Suatu Tinjauan Pustaka) I Wayan Suweda Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar Email : suwedabalun@yahoo.com Abstrak: “Pembangunan yang kita lakukan harus menyadari bahwa generasi yang akan datang akan dapat menikmati apa yang kita rasakan saat ini…”. Ini berarti kemajuan yang dihasilkan dari interaksi aspek lingkungan hidup, dimensi ekonomi dan aspek sosial politik sedemikian rupa masing-masing dapat menjamin kehidupan manusia yang hidup pada masa kini dan masa mendatang dan disertai akses pembangunan sosial ekonomi tanpa melampaui batas ambang lingkungan. Pembangunan perkotaan harus mengedepankan rasa keadilan dan keberlanjutan ekonomi lokal dengan meningkatkan keberadaan sektor informal sebagai jaring sosial, serta pelestarian kawasan lama untuk menyediakan memori kolektif bagi masyarakat. Jadi, penciptaan kota berkelanjutan, berdaya saing dan berotonomi melalui perencanaan dan pengelolaan baru akan efektif jika terintegrasi dengan strategi pengelolaan penggunaan lahan dan lingkungan. Kata kunci : pembangunan yang berkelanjutan, perkotaan, perencanaan Autonomous and Competitive of Sustainable Urban Planning (A Literature Review) Abstract: "The development that we do need to realize is that future generations will be able to enjoy what we feel at this moment ...". This means that the progress resulting from the interaction of environmental aspects, the economic dimension and socio-political aspects in such a way is to guarantee each human life that live in the present and future and is accessible to socio-economic development without exceeding environmental limits. Urban development should promote a sense of justice, and sustainable local economy by increasing the presence of the informal sector as social nets, and the preservation of the heritage area to provide a collective memory for the community. Thus, the creation of sustainable city, competitive and autonomous through the planning and management will be effective only if integrated with land use management strategies and the environment. Keywords: sustainable development, urban area, planning PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mendorong la- hirnya sistem transportasi yang lebih an- dal dan sangat berpengaruh pada bentuk suatu kota. Sistem transportasi yang di- maksud meliputi transportasi umum dan kendaraan pribadi. Transportasi umum memegang peranan yang cukup penting dalam kota karena sistem ini dapat mengangkut lebih banyak penumpang de- ngan menggunakan luas lahan dan ruang jalan yang sedikit. Selain itu perencanaan transportasi umum regional dapat menjadi perangkat utama dalam pengembangan ekonomi wilayah perkotaan. Sarana trans- portasi umum memiliki beberapa syarat agar dapat melayani dengan baik denyut kehidupan perkotaan tersebut. Namun bagaimanapun baiknya sistem transportasi umum, kendaraan pribadi ha- rus tetap diperhitungkan. Hal ini disebab- kan karena kendaraan ini memiliki sifat yang jauh lebih fleksibel, dapat dioperasi-
  • 2. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011 114 kan dengan mudah dan juga dapat dipro- duksi secara masal sehingga dapat meme- nuhi dan melayani bagian-bagian dari sua- tu kota, khususnya yang tidak terlayani oleh angkutan umum. Dalam perkemba- ngannya, pertumbuhan kendaraan dalam suatu sistem transportasi ternyata memba- wa berbagai permasalahan yang serius ter- utama bagi kehidupan perkotaan. Sering- kali pembangunan infrastruktur jalan me- nyebabkan rusaknya pola perkotaan kare- na hanya didasarkan atas pertimbangan teknis jalan raya dan kebutuhan untuk menciptakan sistem transportasi yang a- man, nyaman, mudah dan ekonomis. Perencanaan dan pengintegrasian ru- ang perkotaan haruslah berdasarkan kepa- da potensi, kendala dan limitasi yang di- miliki. Demikian pula pertimbangan ma- nusianya sebagai pemakai ruang tersebut, sehingga ada keterikatan antara ruang per- kotaan dengan warganya. Trancik (1986) berpendapat bahwa dalam satu ruang per- kotaan yang bagus, antara ruang dan mas- sanya haruslah memiliki hubungan yang baik sehingga bentukan antara ruang solid (massa bangunan) dan ruang void (ruang terbuka) memenuhi standar perencanaan yang ideal. Ruang perkotaan juga harus mempunyai suatu sistem keterkaitan anta- ra fungsi satu dengan fungsi lain ataupun kawasan satu dengan kawasan lainnya se- hingga tidak menjadi terpisah-pisah dan dapat di akses oleh seluruh warga. Setelah terdefinisi dengan baik dan memiliki keterkaitan, kawasan perkotaan juga harus memiliki makna dan aktivitas sebagai generator kegiatan di wilayah tersebut, se- hingga akan menjadi pusat kegiatan war- ganya. LATAR BELAKANG MASALAH Kota pada awalnya tidak lebih dari suatu pemukiman atau desa-desa yang secara umum tersebar di sekitar kawasan, akan tetapi karena nilai strategis dan potensi yang dimilikinya, maka desa tersebut per- lahan tapi pasti tumbuh menjadi ramai dan membentuk suatu kota atau perkotaan. Bahkan pada beberapa tempat pertumbu- hannya dapat sangat cepat sekali dan men- jadi suatu perkotaan dengan aktivitas dan kegiatannya yang sangat ramai. Ada 3 faktor utama yang menyebabkan berbagai permasalahan muncul di perkotaan, yaitu pertambahan penduduk, bertambahnya aktivitas kegiatan dan bertambah luasnya ukuran wilayah terbangun perkotaan. Dari segi pertambahan penduduk, di- sebabkan oleh pertambahan alamiah aki- bat proses kelahiran dan kematian. Tetapi untuk daerah perkotaan, migrasi, khusus- nya urbanisasi mempunyai pengaruh jauh lebih besar dan menyebabkan penduduk perkotaan meningkat dengan pesat. Akibat urbanisasi pula, tahun 2008, untuk per- tama kali penduduk dunia lebih dari 50% berada di perkotaan. Di Indonesia sendiri, saat ini diperkirakan 41% penduduk tinggal di perkotaan. Khusus wilayah Jawa-Bali 55% penduduk berada di perkotaan. Tahun 2025 di perkirakan 65% penduduk akan menghuni perkotaan terutama di 16 kota besar yang ada di Indonesia (Tabel 1). Pertambahan jumlah penduduk, khu- susnya akibat migrasi dari desa ke kota (urbanisasi) telah menyebabkan pemada- tan penduduk perkotaan (urban densifica- tion) dan pembengkakan/pemekaran ka- wasan pinggiran (urban sprawling), Gam- bar 1. Tidak jarang pemekaran wilayah akhirnya sampai membentuk suatu kabu- paten atau kota baru. Di Indonesia, hingga tahun 2009 terdapat penambahan 165 ka- bupaten baru dan 34 kota baru. Pengem- bangan wilayah terbangun sangat mende- sak untuk memenuhi kebutuhan perumah- an dan tempat-tempat aktivitas lainnya, dan ini telah mengorbankan keberadaan jalur hijau maupun areal persawahan, se- perti yang ditunjukkan Tabel 2. Ruang Terbuka Hijau yang diamanahkan harus 30% (UU 26 Tahun 2007 tentang Penata- an Ruang) sulit dapat dipenuhi oleh kota- kota di Indonesia.
  • 3. Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan ........................................................ Suweda 115 Tabel 1 Perbandingan Penduduk Perkotaan dan Perdesaan Tahun Perdesaan (% pdd) Perkotaan (% pdd) 1970 1980 1990 1995 2002 2005 2010 2015 2020 2025 82.6 77.73 69.1 64.09 56.01 51.7 47.97 43.95 39.61 34.95 17.4 22.27 30.9 35.91 43.99 48.3 52.03 56.05 60.39 65.05 Sumber: Bappenas (2005) dan Pustra (2008), diolah dengan asumsi growth 1.5%/thn Gambar 1 Dampak Peningkatan Populasi pada Kawasan Perkotaan Tabel 2 Persentase Perubahan Lahan Sawah Tahun 2005-2007 Sawah menjadi perumahan Sawah ke Non perumahan Pulau Jawa 58.7 % 21.8 % Luar Pulau Jawa 16.1 % 48.6 % Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Selain perubahan guna lahan, pertam- bahan penduduk, baik secara alamiah maupun urbanisasi sebagai gejala yang sa- ngat umum di negara-negara berkembang telah memunculkan kota-kota metropoli- tan. Selanjutnya, akibat ketidakmampuan dalam mengantisipasi perkembangan per- kotaan yang demikian pesat telah menim- bulkan berbagai isu-isu permasalahan ka- wasan perkotaan, seperti: - Bertambahnya Angka Kemiskinan - Kurangnya Lapangan Pekerjaan - Tumbuhnya kawasan kumuh di perko- taan - Meningkatnya kebutuhan perumahan sederhana dan murah
  • 4. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011 116 - Kemacetan lalulintas yang makin me- ningkat - Terbatasnya akses terhadap jaringan air minum/bersih dan sanitasi - Makin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di perkotaan - Penanganan masalah persampahan yang kurang terpadu - Kebijakan pengelolaan sektor informal (PKL) yang belum optimal Gambar 2. Bertambahnya Angka Kemiskinan di Perkotaan Gambar 3 Tumbuhnya Kawasan Kumuh di Perkotaan Urbanisasi telah menciptakan penurunan kualitas lingkungan di perkotaan akibat te- kanan kebutuhan ruang untuk hunian. Hal ini telah menciptakan kawasan KUMUH dan hilangnya ruang terbuka hijau di per- kotaan. Gambar 4. Kemacetan Lalu Lintas yang Semakin Meningkat
  • 5. Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan ........................................................ Suweda 117 Kebutuhan akan transportasi telah me- nyebabkan kemacetan lalulintas akibat ter- batasnya kapasitas jaringan jalan di perko- taan dan rendahnya kualitas angkutan umum Gambar 5 Masih terbatasnya akses terhadap jaringan air minum/bersih dan sanitasi yang higinies KONSEP PEMBANGUNAN BERKE- LANJUTAN (SUSTAINABLE DEVE- LOPMENT) Solusi permasalahan umumnya cende- rung berbasis pada multi aspek/sektor, yaitu melalui pengelolaan perkotaan (Kapasitas daerah, SDM, Kelembagaan, Pembiayaan), manajemen keterkaitan antar kota dalam sistem perkotaan (ke- senjangan kota-kota besar dan metropoli- tan dengan kota kecil-menengah dan per- desaan) dan melalui kerja sama antar wilayah (misalnya dalam pengelolaan air baku, TPA, bencana, dst.). Dimasa depan, perlu adanya reorienta- si paradigma dimana kota merupakan enti- ty kawasan atau wilayah, yang berarti kota bukan saja sebagai “Engine of National & Regional Growth” tetapi sekaligus “Kota yang Nyaman/Layak Huni, Berkelanjutan dan Berkeadilan”. Dengan demikian, arah kebijakan pembangunan perkotaan dimasa depan harus memenuhi fungsi entity ka- wasan/wilayah tersebut, yang dapat dides- kripsikan secara detil sebagai berikut (lihat pula Gambar 6): - Nyaman/layak huni (livable) Memenuhi kebutuhan manusia akan ke- nyamanan hidup, fisik, sosial budaya, dan lingkungan. - Berkelanjutan (sustainable) Antisipasi terhadap perubahan iklim dan bencana alam serta memenuhi ke- perluan hidup manusia kini dengan tan- pa mengabaikan keperluan hidup ma- nusia masa datang - Berkeadilan (just) Menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi seluruh golongan masyarakat per- kotaan - Pendorong pertumbuhan (engine of growth) Mampu berkompetisi dalam perkemba- ngan ekonomi global dengan memanfa- atkan potensi sosial budaya dan kreati- fitas lokal (ekonomi kreatif); serta mampu menciptakan hierarki pasar ba- gi kota menengah, kecil, dan perdesaan. Secara definisi, pembangunan berkelanju- tan adalah pembangunan untuk memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tan- pa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang (Brundlandt, 2001). Bila dikaitkan dengan lingkungan maka pembangunan berkelanjutan dapat juga di- definisikan sebagai kemajuan yang diha-
  • 6. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011 118 silkan dari interaksi aspek lingkungan hidup, dimensi ekonomi dan aspek sosial politik sedemikian rupa, masing-masing terhadap pola perubahan yang terjadi pada kegiatan manusia dapat menjamin kehidupan manusia yang hidup pada masa kini dan masa mendatang dan disertai akses pembangunan sosial ekonomi tanpa melampaui batas ambang lingkungan (WCED, 1987). Dari segi legalitas pedoman hukum pembangunan meliputi: - PP No. 26 Tahun 2008 tentang RT- RWN: Sistem Perkotaan Nasional, meliputi PKN, PKW, PKSN, PKL dan kawasan budidaya dan kawasan lindung. - UU No. 26 Tahun 2007 tentang Pe- nataan Ruang, Penyelenggaraan pena- taan ruang bertujuan untuk mewujud- kan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berke- lanjutan. KOTA BerkeadilanPendorong Pertumbuhan Tempat Tinggal Engine of Growth BerkelanjutanNyaman/ Layak Huni 1. Meningkatkan pemanfaatan modal sosial dan budaya di perkotaan 2. Meningkatkan investasi dan pembangunan ekonomi di perkotaan 1. Menurunkan tingkat kemiskinan perkotaan 2. Menyediakan pelayanan publik sesuai dengan Standar Pelayanan Perkotaan 1. Menurunkan tingkat kerawanan sosial dan kriminalitas di perkotaan 2. Meningkatkan penanganan polusi lingkungan dan mitigasi bencana dalam pengelolaan perkotaan 3. Meningkatkan implementasi rencana tata ruang perkotaan dan pengendalian pemanfaatan ruang perkotaan 1. Menguatkan kapasitas pemerintah kota dalam perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan perkotaan serta penerapan prinsip tata kepemerintahan yang baik 2. Menguatkan kelembagaan dan kerjasama antar kota Arah Kebijakan Prinsip Strategi Gambar 6 Arah Kebijakan Pembangunan Perkotaan Salah satu pasal yaitu Pasal 8 Ayat 1 PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, menyebutkan bahwa perwujudan dan pe- ningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya; dan pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar ti- dak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. Minimal ada 3 (tiga) Matra untuk Pembangunan Berkelanjutan, meliputi: a. Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi: mengelola lingkungan hidup dan sum- berdaya alam secara efektif dan efisien dengan yang berkeadilan perimbangan modal masyarakat, pemerintah dan du- nia usaha. b. Keberlanjutan sosial budaya: pemben- tukan nilai-nilai sosial budaya baru ser- ta peranan pembangunan yang berke- lanjutan terhadap iklim politik dan sta- bilitasnya. c. Keberlanjutan kehidupan lingkungan (ekologi) manusia dan segala eksisten- sinya: keselarasan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
  • 7. Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan ........................................................ Suweda 119 Secara bagan prinsip pembangunan berkelanjutan dapat digambarkan seperti Gambar 7. Gambar 7 Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan PEMBANGUNAN KOTA BERKE- LANJUTAN DI INDONESIA Kota berkelanjutan adalah suatu dae- rah perkotaan yang mampu berkompetisi secara sukses dalam pertarungan ekonomi global dan mampu pula mempertahankan vitalitas budaya serta keserasian lingku- ngan (Research Triangle Institute, 1996 dalam Budihardjo dan Sujarto, 2005). Lima prinsip dasar kota berkelanjutan: Environment (Ecology), Economy (Em- ployment), Equity, Engagement dan Energy. Suatu kota telah memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut: - Ditemukan suatu masyarakat yang perduli dan melakukan kegiatan ber- orientasi keberlanjutan ekologis. - Berkelanjutan tidak selalu berarti ba- nyak memproduksi atau mengkonsum- si, tetapi mampu memilih kapan harus banyak dan kapan harus sedikit. - Kesetaraan sosial merupakan prinsip dasar dalam aspek ekologis bagi kota. Prinsip ini akan menempatkan kondisi kompetisi, dan seleksi alam secara le- bih berkemanusiaan. - Krisis terhadap lingkungan merupa- kan krisis terhadap kreativitas. Bila permasalahan lingkungan belum me- nemukan solusi, maka terdapat keku- rangan kreativitas. Dengan demikian perlu peningkatan partisipasi anggota masyarakat untuk meningkatkan kre- atifitas tersebut. - Keberlanjutan ekologis tidak saja ter- kait dengan isu lokal melainkan juga menyelaraskan dengan isu global. Perwujudan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, khususnya oleh pemerintah di wilayah perkotaan dapat dijelaskan me- lalui langkah-langkah yang sudah diambil, meliputi:
  • 8. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011 120 Bidang Lingkungan: - perlindungan dan konservasi sumber daya alam. - pembangunan wilayah pesisir dan laut terpadu. - peningkatan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian, penegakan hukum, peningkatan kelembagaan serta sarana dan prasarana pengawasan. - peningkatan konservasi dan rehabilita- si sumber daya kelautan dan perika- nan. - peningkatan adaptasi dan mitigasi ter- hadap dampak perubahan iklim. - pengembangan peralatan pemantauan kualitas air. - pelaksanaan Program Langit Biru, pro- gram Proper, Program Kali Bersih (Prokasih), Pengelolaan Limbah Do- mestik dan Usaha Skala Kecil, Penge- lolaan Sampah Terpadu, Pengelolaan B3 dan Limbah; penegakan hukum pi- dana dan perdata serta administrasi lingkungan. - telah disusunnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang memuat substansi antara lain (1) Rencana Perlindungan dan Pengelola- an Lingkungan Hidup, (2) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), (3) Penegasan Pengaturan B3, (4) Pe- nguatan AMDAL dan UKL-UPL, (5) Izin Lingkungan, (6) Instrumen Eko- nomi Lingkungan, (7) Eco Region, (8) Penguatan Masyarakat Adat dan Kea- rifan Lokal dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, (9) Legislasi Hijau, (10) Anggaran berbasis Lingku- ngan, (11) Penguatan Pejabat Penga- was Lingkungan Hidup (PPLH), (12) Penguatan Audit Lingkungan, dan (13) Penguatan Penyidik Pegawai Ne- geri Sipil (PPNS). Bidang Sosial: - Penanggulangan kemiskinan. - Pemberdayaan masyarakat sipil. - Pelaksanaan musrenbang tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional. - Meningkatkan tingkat pendidikan ma- syarakat Indonesia. Bidang Ekonomi: - Pengendalian inflasi. - Konsolidasi fiskal. - Stimulus fiscal, dan - Memperkuat ketahanan sektor keua- ngan domestik. EVOLUSI TEORI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN DUNIA • Gerakan kota taman (Garden City Movement): abad ke-19 Ebenezer Howard (1898) menekan- kan keseimbangan antara kawasan hunian, in- dustri dan ruang-ruang terbuka di perkotaan yang dibatasi wilayahnya oleh adanya sabuk hi- jau (green belts). • Teori Konsentris: (Burgess,1925) Central Bus- siness District (CBD) adalah pusat kota, letak- nya tepat di tengah kota dan merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan aksesibilitas ter- tinggi dalam suatu kota. • Konsep pembangunan berkelanjutan (sustain- able development): (awal 1970-an) mendorong keseimbangan dalam penyelenggaraan pemba- ngunan, terutama aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup.
  • 9. Penataan Ruang Perkotaan Yang Berkelanjutan ........................................................ Suweda 121 • Konsep penataan ruang kota dan wilayah yang terpadu: (awal tahun1980-an) mendorong pe- nyediaan ruang-ruang terbuka yang memadai dan keseimbangan ruang bagi hunian dan aktivi- tas bekerja, termasuk pelestarian kota-kota lama dan pembangunan kembali kawasan-kawasan pergudangan tua (brownfield). • Transit–Oriented-Development (TOD) (1990- an): zona campuran antara hunian dan komersial dengan kemudahan akses pejalan kaki terhadap angkutan (dikembangkan di lokasi-lokasi sepan- jang jalur-jalur KA, metro, tram atau busway). Setiap TOD pada kota, memiliki karakter tersen- diri sesuai dengan karakter lingkungannya. • Konsep eco-town atau green city: kota ramah lingkungan  zero carbon atau carbon neutral melalui penggunaan energi yang efisien dan pengolahan limbah secara terpadu. Gambar 12 Prinsip Urban TOD (Sumber: The Next American Metropolis, 1993) Kecenderungan keberlanjutan pengemba- ngan perkotaan yang terjadi di Amerika (Dittmar, 2004) antara lain: • Meningkatnya investasi kawasan ter- padu di tengah kota. Kecenderungan penduduk perkotaan menghuni kembali pusat-pusat kota yang pernah ditinggal- kan. • Berlanjutnya pertumbuhan dan proses pematangan kawasan pinggiran kota (suburbs). Sebagian kota baru mulai beranjak menjadi kota yang mandiri yang berusaha memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi penduduknya. Di Ja- bodetabek, kota dormitory seperti De- pok tumbuh menjadi kota satelit yang berusaha memenuhi aktivitas sosial- ekonomi warganya. • Diliriknya kembali angkutan kereta api/busway sebagai solusi terhadap masalah transportasi perkotaan. Pe- ngembangan jalur-jalur angkutan umum dikaitkan dengan keberadaan kota-kota baru baik di pinggiran kota maupun di sepanjang koridor yang ada. Gabungan ketiga kecenderungan tersebut mendorong munculnya kebutuhan ruang- ruang permukiman yang memiliki karak- teristik TOD, yaitu: (i) ramah terhadap pedestrian (walkable); (ii) bersifat mixed-use antara hunian, per- kantoran dan perdagangan; (iii) berada dekat dengan jaringanbusway atau stasiun kereta api.
  • 10. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No. 2, Juli 2011 122 PENUTUP Dari uraian dan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai beri- kut: Pengembangan kawasan perkotaan perlu mempertimbangkan pro growth, pro green, pro job, dan pro poor. Kepemimpinan yang visioner. Bentuk kelembagaan yang bersifat hy- brid antar informal dan non formal. Pengembangan kelembagaan kawasan metropolitan yang lebih otoritatif. TOD dan eco-city merupakan alter- natif mendorong terwujudnya pem- bangunan perkotaan berkelanjutan. Prinsip-prinsip perencanaan dan per- ancangan perlu menyesuaikan dengan tingkat perkembangan lingkungan strategis perkotaan. Peran swasta/masyarakat yang meru- pakan pelaku utama pembangunan perkotaan (80% investasi/ belanja dae- rah, PDRB) perlu ditingkatkan sejak dari perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Dalam konteks kerjasama regional perlu dikembangkan mekanisme koor- dinasi yang efektif diantara lembaga- lembaga/ sektor secara horisontal dan vertikal pada berbagai tingkatan peme- rintahan dengan tetap menjamin keter- wakilan pihak non-pemerintahan. Beberapa hal yang dapat menjadi les- son learn dalam kasus penataan ruang kawasan Jabodetabekjur, antara lain: a. Perlu ada perumusan dan pendefi- nisian perencanaan partisipatif ber- basis komunitas. b. Perlu adanya otoritas untuk meng- implementasikan perencanaan di tingkat regional. c. Perlu pengaturan khusus dalam pe- manfaatan lokasi-lokasi privat bagi kepentingan umum dan Sektor in- formal diakomodasi secara formal. d. Perlu ada kebijakan khusus dalam hal kependudukan serta strategi pengembangan pusat-pusat permu- kiman baru. DAFTAR PUSTAKA Ernawi, I. S. (2009). Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Ber- daya Saing, dan Berotonomi, Dirjen Penataan Ruang Departemen PU, Jakarta. Pohan, Max H. (2009). Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Ber- daya Saing dan Berotonomi: Arah Kebijakan, Pelaksanaan, dan Perma- salahan, Deputi Bidang Pengem- bangan Regional dan Otonomi Dae- rah Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas, Jakarta. Firman, T. (2009). Urbanization, Globali- zation and Decentralization in Indo- nesia: Implications for Governance and Spatial Development. School of Architecture, Planning, and Policy Development, Institute of Techno- logy, Bandung. Wijaya, A. (2009). Penataan Ruang yang Ramah Lingkungan melalui Peren- canaan TOD (Transit Oriented Deve- lopment), Universitas Langlangbua- na, Bandung