SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
teori pertumbuhan kota
bagus ardian, 6 September 2007, jam 17:20:48 A.Teori Ruang Kota
Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk
kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya
yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan organik.
Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan
Unplanned.
„X Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan
pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik.
„X Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu
segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi,
sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern,
bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan
non geometrik.

Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara biologis seperti
organ tubuh manusia, yaitu :
„X Square, open space sebagai paru-paru.
„X Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).
„X Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.
„X Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.
„X Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.
„X Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke seluruh sistem perkotaan.

Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang komunal dan ruang publik yang tidak teratur
tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan
pendatang, antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan
non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemnya terganggu maka seluruh lingkungan
akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-
ulang.
Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah kota yang terlihat sebagai
tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya dari sekedar mesin,
mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan perilaku
yang khas, perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan keseimbangan yang ada,
menurutnya bentuk fisik organik :
„X Membentuk pola radial dengan unit terbatas.
„X Memiliki focused centre.
„X Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang membentuk lengkung tak
beraturan.
„X Material alami.
„X Kepadatan sedang sampai rendah.
„X Dekat dengan alam
Di dalam model organik ini, organisasi ruang telah membentuk kesatuan yang terdiri dari unit-unit yang
memiliki fungsi masing-masing. Kota terbentuk organik mudah untuk mengalami penurunan kualitas
karena perkembangannya yang spontan, tidak terencana dan sepotong-sepotong. Masyarakat penghuni
kota ini bermacam-macam yang merupakan percampuran antara berbagai macam manusia dalam suatu
tempat (place) yang memiliki keseimbangan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, saling
menyimpang tetapi juga saling mendukung satu sama lain. Kota organik memiliki ciri khas pada
kerjasama dalam pemeliharan lingkungan sosial oleh masyarakat.

B. Morfologi Kota
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan sekitarnya sebagai
bagian dari suatu kawasan perkotaan yang lebih luas, menurut Gallion dalam buku ¡¨The Urban
Pattern¡¨ disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian kota dipengaruhi letak geografis
suatu kota. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perubahan akibat pertumbuhan daerah di kota
tersebut, apabila terletak di daerah pantai yang landai, pada jaringan transportasi dan jaringan
hubungan antar kota, maka kota akan cepat tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan kota akan
cepat berubah.
Dalam proses perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala perubahan cukup besar) dalam
lingkungan termasuk didalamnya perubahan penggunaan lahan secara organik, terdapat beberapa hal
yang bisa diamati yaitu :
„X Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus menerus.
„X Pertumbuhan yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui kapan dimulai dan kapan
akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-kekuatan yang melatar belakanginya.
„X Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang berlangsung tahap
demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif dan berkesinambungan.
„X Perubahan yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada dalam
populasi pendukung.
„X Faktor-faktor penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya kawasan, penataan yang
maksimal pada kawasan dengn fungsi-fungsi yang mendukung, penggunaan struktur yang sesuai pada
bangunan serta komposisi tapak pada kawasan. (Cristoper Alexander, A New Theory Of Urban Design,
1987, 14:32-99).

Uraian diatas sesuai dengan kondisi kawasan penelitian yang berada di kawasan bencana alam, yaitu
adanya perubahan pola tata ruang lingkungan permukiman (kampung kota) mengarah kepada tatanan
kawasan mitigasi bencana alam yang nantinya melalui tahapan proses terus menerus yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusianya.
Dalam kaitanya dengan kota dan arsitektur, morfologi memiliki dua aspek yaitu aspek diakronik yang
berkaitan dengan perubahan ide dalam sejarah dan aspek sinkronik yaitu hubungan antar bagian dalam
kurun waktu tertentu yang dihubungkan dengan aspek lain. Aspek metamorfosis adalah sejarah
individual dari bangunan dan kota, kesemuanya harus dilakukan dalam analisis morfologi.
Karya arsitektur merupakan salah satu refleksi dan perwujudan kehidupan dasar masyarakat menurut
makna yang dapat dikomunikasikan (Rapoport, 1969). Keseragaman dan keberagaman sebagai
ungkapan perwujudan fisik yang terbentuk yaitu citra dalam arti identitas akan memberikan makna
sebagai pembentuk citra suatu tempat (place).
Ada tiga komponen struktural yang dapat dikaji (Schultz, 1984) :
„X Tipologi : menyangkut tatanan sosial (sosial order) dan pengorganisasian ruang (spatial organization)
yang dalam hal ini menyangkut ruang (space) berkaitan dengan tempat yang abstrak.
„X Morfologi : menyangkut kualitas spasial figural dan konteks wujud pembentuk ruang yang dapat
dibaca melalui pola, hirarki, dan hubungan ruang satu dengan yang lainya.

Tipologi lebih menekankan pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan masyarakat mengenai
bagian-bagian arsitektur.
Morfologi lebih menekankan pada pembahasan bentuk geometris, sehingga untuk memberi makna
pada ungkapan ruang harus dikaitkan dengan nilai ruang tertentu, nilai ruang sangat berkaitan dengan
organisasi ruang, hubungan ruang dan bentuk ruang, perwujudan spasial fisik merupakan produk
kolektif perilaku budaya masyarakat serta pengaruh ¡¨kekuasaan¡¨ tertentu yang melatarbelakanginya.
Karakteristik suatu tempat dalam hal ini penggunaan suatu lingkungan binaan tertentu bukan hanya
sekedar mewadahi kegiatan fungsional secara statis, melainkan menyerap dan menghasilkan makna
berbagai kekhasan suatu tempat antara lain setting fisik bangunan, komposisi dan konfigurasi bangunan
dengan ruang publik serta kehidupan masyarakat setempat.
Perubahan morfologi tidak lepas dari pendukung kegiatan (activity support) karena adanya keterkaitan
antara fasilitas ruang-ruang umum kawasan dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan
ruang yang menunjang keberadaan ruang-ruang umum. Kegiatan dan ruang-ruang umum merupakan
hal yang saling mengisi dan melengkapi, keberadaan pendukung kegiatan mulai muncul dan tumbuh,
bila berada diantara dua kutub kegiatan yang ada di kawasan tersebut keberadaan pendukung kegiatan
tidak lepas dari tumbuhnya fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang kawasan,
semakin dekat dengan pusat kegiatan semaking tinggi intensitas dan keberagaman kegiatan.

C. Elemen-elemen Fisik Kota
Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat elemen-elemen fisik Urban Design yang bersifat
ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknya struktur visual kota serta terciptanya citra
lingkungan yang dapat pula ditemukan pada lingkungan di lokasi penelitian, elemen-elemen tersebut
adalah :
a. Tata Guna Tanah
Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk, tata guna lahan perlu
mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan pejalan kaki (street level)
yang akan menciptakan ruang yang manusiawi.
Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan masalah-masalah yang terkait,
bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan, Shirvany mengatakan bahwa zoning ordinace
merupakan suatu mekanisme pengendalian yang praktis dan bermanfaat dalam urban design,
penekanan utama terletak pada masalah tiga dimensi yaitu hubungan keserasin antar bangunan dan
kualitas lingkungan.
Jika kita melihat dilokasi penelitian bisa dilihat dari zona mitigasi tiap-tiap wilayah kaitanya dalam
menyiapkan daerah yang masuk dalam wilayah bencana alam siap menghadapinya dan juga membentuk
kualitas hidup lingkungan dan bersifat kawasan yang manusiawi.
b. Bentuk Dan Massa Bangunan
Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang meliputi ketinggian, besaran, floor
area ratio, koefisien dasar bangunan, pemunduran (setback) dari garis jalan, style bangunan, skala
proporsi, bahan, tekstur dan warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan secara harmonis
dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya.
Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan meliputi :
„X Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan dimensi bangunan sekitar.
„X Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-tipe ruang.
„X Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang yang dapat tersusun
untuk membentuk urban space dan pola aktifitas dalam skala besar dan kecil.

c. Sirkulasi Dan Parkir
Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan perkotaan, tiga
prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah :
„X Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif.
„X Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas
terbaca.
„X Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

d. Ruang Terbuka
Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut :
„X Ruang terbuka sebagai sumber produksi.
„X Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia (cagar alam, daerah
budaya dan sejarah).
„X Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan.



Ruang terbuka memiliki fungsi :
„X Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat kota.
„X Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban scane) terutama dikawasan
pusat kota yang padat.
„X Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus.
„X Melindungi fungsi ekologi kawasan.
„X Memberikan bentuk solid foid pada kawasan.
„X Sebagai area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area pengembangan).

Aspek pengendalian ruang terbuka pusat kota sebagai aspek fisik, visual ruang, lingkage dan kepemilikan
dipengaruhi beberapa faktor :
„X Elemen pembentuk ruang, bagaimana ruang terbuka kota yang akan dikenakan (konteks tempat)
tersebut didefinisikan (shape, jalan, plaza, pedestrian ways, elemen vertikal).
„X Faktor tempat, bagaimana keterkaitan dengan sistem lingkage yang ada.
„X Aktifitas utama.
„X Faktor comfortabilitas, bagaimana keterkaitan dengan kuantitas (besaran ruang, jarak pencapaian)
dan kualitas (estetika visual) ruang.
„X Faktor keterkaitan antara private domain dan public domain.

e. Jalur Pejalan Kaki
Sistem pejalan kaki yang baik adalah :
„X Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota.
„X Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia.
„X Lebih mengekspresikan aktifitas PKL mampu menyajikan kualitas udara.

f. Activity Support
Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota dengan seluruh kegiatan yang
menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota.
Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi.

Pada dasarnya activity support adalah :
„X Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of movement).
„X Kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent).

Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan publik yang
mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin dekat dengan pusat kota makin tinggi
intensitas dan keberagamannya.
Bentuk actifity support adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan
umum yang ada di kota, mislnya open space (taman kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya,
kawasan PKL, pedestrian ways dan sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi
kepentingan umum.

g. Simbol Dan Tanda
Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk :
„X Menciptakan kesesuaian.
„X Mengurangi dampak negatif visual.
„X Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan tanda lalu lintas atau
tanda umum yang penting.
„X Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan
menghidupkan street space dan memberikan informasi bisnis.

h. Simbol Dan Tanda
Dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada dan urban
place, sama seperti tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti pula mempertahankan kegiatan yang
berlangsung di tempat itu.
E. Teori Desain Spasial Kota
Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara figure ground, linkage
dan palce. Figure ground menekankan adanya public civics space atau open space pada kota sebagai
figure.
Melalui figure ground plan dapat diketahui antara lain pola atau tipologi, konfigurasi solid void yang
merupakan elemtal kawasan atau pattern kawasan penelitian, kualitas ruang luar sangat dipengaruhi
oleh figure bangunan-bangunan yang melingkupinya, dimana tampak bangunan merupakan dinding
ruang luar, oleh karena itu tata letak, bentuk dan fasade sistem bangunan harus berada dalam sistem
ruang luar yang membentuknya. Komunikasi antara privat dan publik tercipta secara langsung. Ruang
yang mengurung (enclosure) merupakan void yang paling dominan, berskala manusia (dalam lingkup
sudut pandang mata 25-30 derajat) void adalah ruang luar yang berskala interior, dimana ruang tersebut
seperti di dalam bangunan, sehingga ruang luar yang enclosure terasa seperti interior. Diperlukan
keakraban antara bangunan sebagai private domain dan ruang luar sebagai public dominan yang
menyatu.
Dalam ¡¨lingkage theory¡¨ sirkulasi merupakan penekanan pada hubungan pergerakan yang meruakan
kontribusi yang sangat penting. Menurut Fumihiko Maki, Linkage secara sederhana adalah perekat, yaitu
suatu kegiatan yang menyatukan seluruh lapisan aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik kota, dalam
teorinya dibedakan menjadi tiga tipe ruang kota formal, yaitu : Composition form, Megaform dan
groupform. Teori linkage yang dapat diterapkan dalam kajian ini adalah group form yang merupakan ciri
khas dari bentuk-bentuk spasial kota yang mempunyai kajian sejarah. Linkage ini tidak terbentuk secara
langsung tetapi selalu dihubungkan dengan karakteristik fisik skala manusia, rentetan-rentetan space
yang dipertegas oleh bangunan, dinding, pentu gerbang, dan juga jalan yang membentuk fasade suatu
lingungan perkampungan. Linkage theory ini dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan arahan
dalam penataan suatu kawasan (lingkungan). Dalam konteks urban design, linkage menunjukkan
hubungan pergerakan yang terjadi pada beberapa bagian zone makro dan mikro, dengan atau tanpa
aspek keragaman fungsi yang berkaitan dengan fisik, historis, ekonomi, sosial, budaya dan politik
(danarti Karsono, 1996).
Menurut Shirvani (1985), linkage menggambarkan keterkaitan elemen bentuk dan tatanan masa
bangunan, dimana pengertian bentuk dan tatanan massa bangunan tersebut akan meningkatkan fungsi
kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Karena konfigurasi dan penampilan massa bangunan dapat
membentuk, mengarahkan, menjadi orientasi yang mendukung elemen linkage tersebut.
Bila pada figure ground theory dan linkage theory ditekankan pada konfigurasi massa fisik , dalam place
theory ditekankan bahwa integrasi kota tidak hanya terletak pada konfigurasi fisik morfologi, tetapi
integrasi antara aspek fisik morfologi ruang dengan masyarakat atau manusia yang merupakan tujuan
utama dari teori ini, melalui pandangan bahwa urban design pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan wadah kehidupan yang baik untuk penggunaan ruang kota baik publik maupun privat.
Pentingnya place theory dalam spasial design yaitu pemahaman tentang culture dan karakteristik suatu
daerah yang ada menjadi ciri khas untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan agar penghuni
(masyarakat) tidak merasa asing di dalam lingkungannya. Sebagaimana tempat mempunyai masa lalu
(linkage history), tempat juga terus berkembang pada masa berikutnya. Artinya, nilai sejarah sangat
penting dalam suatu kawasan kota. Aspek spesifik lingkungan menjadi indikator yang sangat penting
dalam menggali potensi, mengatur tingkat perubahan serta kemungkinan pengembangan di masa
datang, teori ini memberikan pengertian bahwa semakin penting nilai-nilai sosial dan budaya, dengan
kaitan sejarah di dalam suatu ruang kota.

http://www.p2kp.org/forumdetil.asp?mid=29826&catid=23




Jika kita berbicara tentang pembangunan

kita banyak sekali berbicara tentang pembangunan prasarana dan pembangunan ekonomi

kita kurang membahas tentang pembangunan sosial dan budaya

Jika kita berbicara tentang keberlanjutan atau sustainability
kita banyak berbicara tentang environmental sustainability dan economic sustainability
kita jarang sekali membicarakan social and cultural sustainability

Jika kita berbicara tentang keserasian atau harmony
kita banyak berbicara tentang harmoni dalam lingkungan dan kehidupan ekonomi
kita tidak banyak membahas keserasian sosial dan budaya

Jika kita bicara tentang kota idaman atau rencana perkembangan
kita segera bicara tentang permukiman, pertokoan, industri, jaringan jalan
kita segera bicara tentang pertumbuhan ekonomi, investasi, produksi, dan pendapatan
kita jarang (tidak pernah) bicara tentang dinamika kehidupan sosial-budaya.

Kota bukan hanya tempat tidur dan tempat mencari nafkah
kota adalah ruang kehidupan tempat manusia dan keluarga membina kehidupannya
membangun masa depan yang lebih berkualitas
yang juga mencakup perbaikan sosial serta dinamika dan kegairahan kehidupan budaya

Para perencana banyak mengolah angka-angka statistik serta perhitungan kebutuhan
permukiman, air, listrik, transportasi, kawasan industri, perdagangan dsb
dibahas upaya menarik investasi, meningkatkan produktivitas, mengatur perpajakan dsb
tetapi jarang dibahas harapan pengembangan sosial budaya warga kotanya

Semua sependapat bahwa merancang dan mendorong perkembangan sosial budaya tidak sama
dengan membangun rumah dan jalan-jembatan
dan jauh lebih kompleks daripada membangun industri dan perdagangan
tidak berarti karena kompleks dan sulit, pembangunan sosial-budaya tidak perlu digarap

Jika ingin membangun manusia seutuhnya, pembangunan itu harus utuh dan bulat,
yang mencakup pembangunan fisik, ekonomi, dan sosial budaya
semua pembangunan juga harus menghasilkan kualitas,
kualitas keluaran maupun kualitas dampak dan manfaatnya bagi masyarakat luas.
Diperlukan integrasi dan sinergi antara pembangunan fisik, ekonomi, dan sosial-budaya
kegiatan masing-masing sektor juga harus memperhatikan sebab-akibat antara ketiganya
memperhatikan potensi ketiganya, kebutuhan ketiganya, dan dampak ketiganya
dinding pembatas birokrasi antar sektor perlu dibuka berangsur-angsur.

Jika kita akan memasuki Gelombang ke-empat yang berbasis pada kekuatan budaya
apakah itu terbatas pada pengembangan industri kreatif untuk manfaat ekonomi?
bagaimana dengan tataruang dan perkembangan kota?
apa yang harus disiapkan dalam penataan ruang dan perkembangan kota ?

Kota harus mampu mendorong kehidupan sosial-budaya yang dinamis dan kreatif
kota harus memperhatikan kebutuhan ruang dan sarana sosial-budaya
kota harus mampu membina dan memanfaatkan potensi sosial-budaya
kota harus mampu mengisi ruang-ruang dengan kehdupan sosial-budaya yang semarak

Bagaimana kita mengembangkan ini?
mari kita garap bersama, dengan menanggalkan kotak-kotak pembatas
dengan semangat baru
keluar dari siklus rutin ”doing business as usual”
http://suhadi.hadiwinoto.org/perkembangan-kota-untuk-pengembangan-kehidupan-sosial-budaya/

More Related Content

What's hot

Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganLatifah Tio
 
Analisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanAnalisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanSOFI ANI
 
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTeoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTrijondro Purwanto
 
Implementasi kriteria perancangan kota
Implementasi kriteria perancangan kotaImplementasi kriteria perancangan kota
Implementasi kriteria perancangan kotaMerisa Kadrina
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukimanpindotutuko
 
Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Oswar Mungkasa
 
Kota dan Kebutuhan Perumahan (1) dan (2)
Kota dan Kebutuhan Perumahan (1) dan (2)Kota dan Kebutuhan Perumahan (1) dan (2)
Kota dan Kebutuhan Perumahan (1) dan (2)Nurul Angreliany
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarRencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarPenataan Ruang
 
Indikasi Program Kota dan Wilayah
Indikasi Program Kota dan WilayahIndikasi Program Kota dan Wilayah
Indikasi Program Kota dan Wilayahstudiopracimantoro
 
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiSugeng Budiharsono
 
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassarrancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassarImam Nur Alam
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Deki Zulkarnain
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Septinia Silviana
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangArief Budiman
 
Rencana Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalRencana Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalPenataan Ruang
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemNur Baqin
 

What's hot (20)

Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancangan
 
Rancang kota yang baik
Rancang kota yang baikRancang kota yang baik
Rancang kota yang baik
 
Analisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahanAnalisis satuan kemampuan lahan
Analisis satuan kemampuan lahan
 
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTeoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
 
Implementasi kriteria perancangan kota
Implementasi kriteria perancangan kotaImplementasi kriteria perancangan kota
Implementasi kriteria perancangan kota
 
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio PerencanaanLaporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukiman
 
Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
Kebijakan Perumahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
 
Kota dan Kebutuhan Perumahan (1) dan (2)
Kota dan Kebutuhan Perumahan (1) dan (2)Kota dan Kebutuhan Perumahan (1) dan (2)
Kota dan Kebutuhan Perumahan (1) dan (2)
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarRencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
 
Indikasi Program Kota dan Wilayah
Indikasi Program Kota dan WilayahIndikasi Program Kota dan Wilayah
Indikasi Program Kota dan Wilayah
 
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
 
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassarrancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
 
Teori figure ground
Teori figure groundTeori figure ground
Teori figure ground
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
 
Teori lokasi dan terbentuknya kota
Teori lokasi dan terbentuknya kotaTeori lokasi dan terbentuknya kota
Teori lokasi dan terbentuknya kota
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
 
Rencana Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalRencana Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Struktur Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistem
 

Similar to Teori pertumbuhan kota

2 catharina depari_transformasi-ruang
2 catharina depari_transformasi-ruang2 catharina depari_transformasi-ruang
2 catharina depari_transformasi-ruangAriDjatmiko1
 
1 30 sept 2013 review dan lingkup
1 30 sept 2013   review dan lingkup1 30 sept 2013   review dan lingkup
1 30 sept 2013 review dan lingkupTities Suryono
 
TEORI ARSITEKTUR DAN STUDI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DENGAN LINGKUNGAN.ppt
TEORI ARSITEKTUR DAN STUDI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DENGAN LINGKUNGAN.pptTEORI ARSITEKTUR DAN STUDI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DENGAN LINGKUNGAN.ppt
TEORI ARSITEKTUR DAN STUDI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DENGAN LINGKUNGAN.pptSonyGobang1
 
Review epistemologi fenomenologi
Review epistemologi fenomenologiReview epistemologi fenomenologi
Review epistemologi fenomenologiAlfalfa Pratiwi
 
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIBaneg Susis
 
makalah P3 KOTA RONALD.docx
makalah P3 KOTA RONALD.docxmakalah P3 KOTA RONALD.docx
makalah P3 KOTA RONALD.docxIpangkAkp
 
makalah P3 KOTA.docx
makalah P3 KOTA.docxmakalah P3 KOTA.docx
makalah P3 KOTA.docxIpangkAkp
 
4. elemen urban design
4. elemen urban design4. elemen urban design
4. elemen urban designBenny Iskandar
 
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...Vijar Galax Putra Jagat Paryoko
 
Sosiologi pertanian
Sosiologi pertanianSosiologi pertanian
Sosiologi pertanianvzub
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Alfian Nopara Saifudin
 
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah SekitarnyaAnalisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah SekitarnyaSally Indah N
 
Masalah Perencanaan : Kontra pemindahan Ibu kota
Masalah Perencanaan : Kontra pemindahan Ibu kotaMasalah Perencanaan : Kontra pemindahan Ibu kota
Masalah Perencanaan : Kontra pemindahan Ibu kotaSusantri Susantri
 
1. a. Tonggak Sejarah dan Filsafat Geografi.pptx
1. a. Tonggak Sejarah dan Filsafat Geografi.pptx1. a. Tonggak Sejarah dan Filsafat Geografi.pptx
1. a. Tonggak Sejarah dan Filsafat Geografi.pptxMonicaDichter
 
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)oowoo
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaLatifah Tio
 

Similar to Teori pertumbuhan kota (20)

2 catharina depari_transformasi-ruang
2 catharina depari_transformasi-ruang2 catharina depari_transformasi-ruang
2 catharina depari_transformasi-ruang
 
840 1678-1-sm
840 1678-1-sm840 1678-1-sm
840 1678-1-sm
 
1 30 sept 2013 review dan lingkup
1 30 sept 2013   review dan lingkup1 30 sept 2013   review dan lingkup
1 30 sept 2013 review dan lingkup
 
TEORI ARSITEKTUR DAN STUDI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DENGAN LINGKUNGAN.ppt
TEORI ARSITEKTUR DAN STUDI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DENGAN LINGKUNGAN.pptTEORI ARSITEKTUR DAN STUDI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DENGAN LINGKUNGAN.ppt
TEORI ARSITEKTUR DAN STUDI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DENGAN LINGKUNGAN.ppt
 
Review epistemologi fenomenologi
Review epistemologi fenomenologiReview epistemologi fenomenologi
Review epistemologi fenomenologi
 
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRIETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
ETIKA & PENGEMBANGAN DIRI
 
makalah P3 KOTA RONALD.docx
makalah P3 KOTA RONALD.docxmakalah P3 KOTA RONALD.docx
makalah P3 KOTA RONALD.docx
 
makalah P3 KOTA.docx
makalah P3 KOTA.docxmakalah P3 KOTA.docx
makalah P3 KOTA.docx
 
4. elemen urban design
4. elemen urban design4. elemen urban design
4. elemen urban design
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
 
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RA...
 
Symbiotic Architecture
Symbiotic ArchitectureSymbiotic Architecture
Symbiotic Architecture
 
Sosiologi pertanian
Sosiologi pertanianSosiologi pertanian
Sosiologi pertanian
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
 
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah SekitarnyaAnalisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
Analisis Interaksi Keruangan Kota Cirebon dengan Wilayah Sekitarnya
 
Masalah Perencanaan : Kontra pemindahan Ibu kota
Masalah Perencanaan : Kontra pemindahan Ibu kotaMasalah Perencanaan : Kontra pemindahan Ibu kota
Masalah Perencanaan : Kontra pemindahan Ibu kota
 
1. a. Tonggak Sejarah dan Filsafat Geografi.pptx
1. a. Tonggak Sejarah dan Filsafat Geografi.pptx1. a. Tonggak Sejarah dan Filsafat Geografi.pptx
1. a. Tonggak Sejarah dan Filsafat Geografi.pptx
 
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
 
Bab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang KotaBab ii Rancang Kota
Bab ii Rancang Kota
 
Paradigma sosiologi
Paradigma sosiologiParadigma sosiologi
Paradigma sosiologi
 

Teori pertumbuhan kota

  • 1. teori pertumbuhan kota bagus ardian, 6 September 2007, jam 17:20:48 A.Teori Ruang Kota Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan organik. Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan Unplanned. „X Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik. „X Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik. Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu : „X Square, open space sebagai paru-paru. „X Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic). „X Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh. „X Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir. „X Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh. „X Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke seluruh sistem perkotaan. Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang, antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemnya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang- ulang. Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah kota yang terlihat sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya dari sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan perilaku yang khas, perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan keseimbangan yang ada, menurutnya bentuk fisik organik : „X Membentuk pola radial dengan unit terbatas. „X Memiliki focused centre. „X Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang membentuk lengkung tak beraturan. „X Material alami. „X Kepadatan sedang sampai rendah.
  • 2. „X Dekat dengan alam Di dalam model organik ini, organisasi ruang telah membentuk kesatuan yang terdiri dari unit-unit yang memiliki fungsi masing-masing. Kota terbentuk organik mudah untuk mengalami penurunan kualitas karena perkembangannya yang spontan, tidak terencana dan sepotong-sepotong. Masyarakat penghuni kota ini bermacam-macam yang merupakan percampuran antara berbagai macam manusia dalam suatu tempat (place) yang memiliki keseimbangan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, saling menyimpang tetapi juga saling mendukung satu sama lain. Kota organik memiliki ciri khas pada kerjasama dalam pemeliharan lingkungan sosial oleh masyarakat. B. Morfologi Kota Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan sekitarnya sebagai bagian dari suatu kawasan perkotaan yang lebih luas, menurut Gallion dalam buku ¡¨The Urban Pattern¡¨ disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian kota dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perubahan akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut, apabila terletak di daerah pantai yang landai, pada jaringan transportasi dan jaringan hubungan antar kota, maka kota akan cepat tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan kota akan cepat berubah. Dalam proses perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala perubahan cukup besar) dalam lingkungan termasuk didalamnya perubahan penggunaan lahan secara organik, terdapat beberapa hal yang bisa diamati yaitu : „X Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus menerus. „X Pertumbuhan yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui kapan dimulai dan kapan akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-kekuatan yang melatar belakanginya. „X Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang berlangsung tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif dan berkesinambungan. „X Perubahan yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada dalam populasi pendukung. „X Faktor-faktor penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya kawasan, penataan yang maksimal pada kawasan dengn fungsi-fungsi yang mendukung, penggunaan struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi tapak pada kawasan. (Cristoper Alexander, A New Theory Of Urban Design, 1987, 14:32-99). Uraian diatas sesuai dengan kondisi kawasan penelitian yang berada di kawasan bencana alam, yaitu adanya perubahan pola tata ruang lingkungan permukiman (kampung kota) mengarah kepada tatanan kawasan mitigasi bencana alam yang nantinya melalui tahapan proses terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusianya. Dalam kaitanya dengan kota dan arsitektur, morfologi memiliki dua aspek yaitu aspek diakronik yang berkaitan dengan perubahan ide dalam sejarah dan aspek sinkronik yaitu hubungan antar bagian dalam kurun waktu tertentu yang dihubungkan dengan aspek lain. Aspek metamorfosis adalah sejarah individual dari bangunan dan kota, kesemuanya harus dilakukan dalam analisis morfologi. Karya arsitektur merupakan salah satu refleksi dan perwujudan kehidupan dasar masyarakat menurut makna yang dapat dikomunikasikan (Rapoport, 1969). Keseragaman dan keberagaman sebagai
  • 3. ungkapan perwujudan fisik yang terbentuk yaitu citra dalam arti identitas akan memberikan makna sebagai pembentuk citra suatu tempat (place). Ada tiga komponen struktural yang dapat dikaji (Schultz, 1984) : „X Tipologi : menyangkut tatanan sosial (sosial order) dan pengorganisasian ruang (spatial organization) yang dalam hal ini menyangkut ruang (space) berkaitan dengan tempat yang abstrak. „X Morfologi : menyangkut kualitas spasial figural dan konteks wujud pembentuk ruang yang dapat dibaca melalui pola, hirarki, dan hubungan ruang satu dengan yang lainya. Tipologi lebih menekankan pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan masyarakat mengenai bagian-bagian arsitektur. Morfologi lebih menekankan pada pembahasan bentuk geometris, sehingga untuk memberi makna pada ungkapan ruang harus dikaitkan dengan nilai ruang tertentu, nilai ruang sangat berkaitan dengan organisasi ruang, hubungan ruang dan bentuk ruang, perwujudan spasial fisik merupakan produk kolektif perilaku budaya masyarakat serta pengaruh ¡¨kekuasaan¡¨ tertentu yang melatarbelakanginya. Karakteristik suatu tempat dalam hal ini penggunaan suatu lingkungan binaan tertentu bukan hanya sekedar mewadahi kegiatan fungsional secara statis, melainkan menyerap dan menghasilkan makna berbagai kekhasan suatu tempat antara lain setting fisik bangunan, komposisi dan konfigurasi bangunan dengan ruang publik serta kehidupan masyarakat setempat. Perubahan morfologi tidak lepas dari pendukung kegiatan (activity support) karena adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kawasan dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang yang menunjang keberadaan ruang-ruang umum. Kegiatan dan ruang-ruang umum merupakan hal yang saling mengisi dan melengkapi, keberadaan pendukung kegiatan mulai muncul dan tumbuh, bila berada diantara dua kutub kegiatan yang ada di kawasan tersebut keberadaan pendukung kegiatan tidak lepas dari tumbuhnya fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang kawasan, semakin dekat dengan pusat kegiatan semaking tinggi intensitas dan keberagaman kegiatan. C. Elemen-elemen Fisik Kota Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat elemen-elemen fisik Urban Design yang bersifat ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknya struktur visual kota serta terciptanya citra lingkungan yang dapat pula ditemukan pada lingkungan di lokasi penelitian, elemen-elemen tersebut adalah : a. Tata Guna Tanah Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk, tata guna lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan ruang yang manusiawi. Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan masalah-masalah yang terkait, bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan, Shirvany mengatakan bahwa zoning ordinace merupakan suatu mekanisme pengendalian yang praktis dan bermanfaat dalam urban design, penekanan utama terletak pada masalah tiga dimensi yaitu hubungan keserasin antar bangunan dan kualitas lingkungan. Jika kita melihat dilokasi penelitian bisa dilihat dari zona mitigasi tiap-tiap wilayah kaitanya dalam menyiapkan daerah yang masuk dalam wilayah bencana alam siap menghadapinya dan juga membentuk
  • 4. kualitas hidup lingkungan dan bersifat kawasan yang manusiawi. b. Bentuk Dan Massa Bangunan Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang meliputi ketinggian, besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan, pemunduran (setback) dari garis jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan, tekstur dan warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan secara harmonis dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya. Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan meliputi : „X Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan dimensi bangunan sekitar. „X Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-tipe ruang. „X Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang yang dapat tersusun untuk membentuk urban space dan pola aktifitas dalam skala besar dan kecil. c. Sirkulasi Dan Parkir Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah : „X Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif. „X Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas terbaca. „X Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. d. Ruang Terbuka Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut : „X Ruang terbuka sebagai sumber produksi. „X Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia (cagar alam, daerah budaya dan sejarah). „X Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan. Ruang terbuka memiliki fungsi : „X Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat kota. „X Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban scane) terutama dikawasan pusat kota yang padat. „X Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus. „X Melindungi fungsi ekologi kawasan. „X Memberikan bentuk solid foid pada kawasan. „X Sebagai area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area pengembangan). Aspek pengendalian ruang terbuka pusat kota sebagai aspek fisik, visual ruang, lingkage dan kepemilikan dipengaruhi beberapa faktor : „X Elemen pembentuk ruang, bagaimana ruang terbuka kota yang akan dikenakan (konteks tempat) tersebut didefinisikan (shape, jalan, plaza, pedestrian ways, elemen vertikal). „X Faktor tempat, bagaimana keterkaitan dengan sistem lingkage yang ada.
  • 5. „X Aktifitas utama. „X Faktor comfortabilitas, bagaimana keterkaitan dengan kuantitas (besaran ruang, jarak pencapaian) dan kualitas (estetika visual) ruang. „X Faktor keterkaitan antara private domain dan public domain. e. Jalur Pejalan Kaki Sistem pejalan kaki yang baik adalah : „X Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota. „X Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia. „X Lebih mengekspresikan aktifitas PKL mampu menyajikan kualitas udara. f. Activity Support Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi. Pada dasarnya activity support adalah : „X Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of movement). „X Kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent). Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin dekat dengan pusat kota makin tinggi intensitas dan keberagamannya. Bentuk actifity support adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, mislnya open space (taman kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum. g. Simbol Dan Tanda Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk : „X Menciptakan kesesuaian. „X Mengurangi dampak negatif visual. „X Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan tanda lalu lintas atau tanda umum yang penting. „X Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street space dan memberikan informasi bisnis. h. Simbol Dan Tanda Dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada dan urban place, sama seperti tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti pula mempertahankan kegiatan yang berlangsung di tempat itu.
  • 6. E. Teori Desain Spasial Kota Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara figure ground, linkage dan palce. Figure ground menekankan adanya public civics space atau open space pada kota sebagai figure. Melalui figure ground plan dapat diketahui antara lain pola atau tipologi, konfigurasi solid void yang merupakan elemtal kawasan atau pattern kawasan penelitian, kualitas ruang luar sangat dipengaruhi oleh figure bangunan-bangunan yang melingkupinya, dimana tampak bangunan merupakan dinding ruang luar, oleh karena itu tata letak, bentuk dan fasade sistem bangunan harus berada dalam sistem ruang luar yang membentuknya. Komunikasi antara privat dan publik tercipta secara langsung. Ruang yang mengurung (enclosure) merupakan void yang paling dominan, berskala manusia (dalam lingkup sudut pandang mata 25-30 derajat) void adalah ruang luar yang berskala interior, dimana ruang tersebut seperti di dalam bangunan, sehingga ruang luar yang enclosure terasa seperti interior. Diperlukan keakraban antara bangunan sebagai private domain dan ruang luar sebagai public dominan yang menyatu. Dalam ¡¨lingkage theory¡¨ sirkulasi merupakan penekanan pada hubungan pergerakan yang meruakan kontribusi yang sangat penting. Menurut Fumihiko Maki, Linkage secara sederhana adalah perekat, yaitu suatu kegiatan yang menyatukan seluruh lapisan aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik kota, dalam teorinya dibedakan menjadi tiga tipe ruang kota formal, yaitu : Composition form, Megaform dan groupform. Teori linkage yang dapat diterapkan dalam kajian ini adalah group form yang merupakan ciri khas dari bentuk-bentuk spasial kota yang mempunyai kajian sejarah. Linkage ini tidak terbentuk secara langsung tetapi selalu dihubungkan dengan karakteristik fisik skala manusia, rentetan-rentetan space yang dipertegas oleh bangunan, dinding, pentu gerbang, dan juga jalan yang membentuk fasade suatu lingungan perkampungan. Linkage theory ini dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan arahan dalam penataan suatu kawasan (lingkungan). Dalam konteks urban design, linkage menunjukkan hubungan pergerakan yang terjadi pada beberapa bagian zone makro dan mikro, dengan atau tanpa aspek keragaman fungsi yang berkaitan dengan fisik, historis, ekonomi, sosial, budaya dan politik (danarti Karsono, 1996). Menurut Shirvani (1985), linkage menggambarkan keterkaitan elemen bentuk dan tatanan masa bangunan, dimana pengertian bentuk dan tatanan massa bangunan tersebut akan meningkatkan fungsi kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Karena konfigurasi dan penampilan massa bangunan dapat membentuk, mengarahkan, menjadi orientasi yang mendukung elemen linkage tersebut. Bila pada figure ground theory dan linkage theory ditekankan pada konfigurasi massa fisik , dalam place theory ditekankan bahwa integrasi kota tidak hanya terletak pada konfigurasi fisik morfologi, tetapi integrasi antara aspek fisik morfologi ruang dengan masyarakat atau manusia yang merupakan tujuan utama dari teori ini, melalui pandangan bahwa urban design pada dasarnya bertujuan untuk memberikan wadah kehidupan yang baik untuk penggunaan ruang kota baik publik maupun privat. Pentingnya place theory dalam spasial design yaitu pemahaman tentang culture dan karakteristik suatu daerah yang ada menjadi ciri khas untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan agar penghuni (masyarakat) tidak merasa asing di dalam lingkungannya. Sebagaimana tempat mempunyai masa lalu (linkage history), tempat juga terus berkembang pada masa berikutnya. Artinya, nilai sejarah sangat penting dalam suatu kawasan kota. Aspek spesifik lingkungan menjadi indikator yang sangat penting dalam menggali potensi, mengatur tingkat perubahan serta kemungkinan pengembangan di masa
  • 7. datang, teori ini memberikan pengertian bahwa semakin penting nilai-nilai sosial dan budaya, dengan kaitan sejarah di dalam suatu ruang kota. http://www.p2kp.org/forumdetil.asp?mid=29826&catid=23 Jika kita berbicara tentang pembangunan kita banyak sekali berbicara tentang pembangunan prasarana dan pembangunan ekonomi kita kurang membahas tentang pembangunan sosial dan budaya Jika kita berbicara tentang keberlanjutan atau sustainability kita banyak berbicara tentang environmental sustainability dan economic sustainability kita jarang sekali membicarakan social and cultural sustainability Jika kita berbicara tentang keserasian atau harmony kita banyak berbicara tentang harmoni dalam lingkungan dan kehidupan ekonomi kita tidak banyak membahas keserasian sosial dan budaya Jika kita bicara tentang kota idaman atau rencana perkembangan kita segera bicara tentang permukiman, pertokoan, industri, jaringan jalan kita segera bicara tentang pertumbuhan ekonomi, investasi, produksi, dan pendapatan kita jarang (tidak pernah) bicara tentang dinamika kehidupan sosial-budaya. Kota bukan hanya tempat tidur dan tempat mencari nafkah kota adalah ruang kehidupan tempat manusia dan keluarga membina kehidupannya membangun masa depan yang lebih berkualitas yang juga mencakup perbaikan sosial serta dinamika dan kegairahan kehidupan budaya Para perencana banyak mengolah angka-angka statistik serta perhitungan kebutuhan permukiman, air, listrik, transportasi, kawasan industri, perdagangan dsb dibahas upaya menarik investasi, meningkatkan produktivitas, mengatur perpajakan dsb tetapi jarang dibahas harapan pengembangan sosial budaya warga kotanya Semua sependapat bahwa merancang dan mendorong perkembangan sosial budaya tidak sama dengan membangun rumah dan jalan-jembatan dan jauh lebih kompleks daripada membangun industri dan perdagangan tidak berarti karena kompleks dan sulit, pembangunan sosial-budaya tidak perlu digarap Jika ingin membangun manusia seutuhnya, pembangunan itu harus utuh dan bulat, yang mencakup pembangunan fisik, ekonomi, dan sosial budaya semua pembangunan juga harus menghasilkan kualitas, kualitas keluaran maupun kualitas dampak dan manfaatnya bagi masyarakat luas.
  • 8. Diperlukan integrasi dan sinergi antara pembangunan fisik, ekonomi, dan sosial-budaya kegiatan masing-masing sektor juga harus memperhatikan sebab-akibat antara ketiganya memperhatikan potensi ketiganya, kebutuhan ketiganya, dan dampak ketiganya dinding pembatas birokrasi antar sektor perlu dibuka berangsur-angsur. Jika kita akan memasuki Gelombang ke-empat yang berbasis pada kekuatan budaya apakah itu terbatas pada pengembangan industri kreatif untuk manfaat ekonomi? bagaimana dengan tataruang dan perkembangan kota? apa yang harus disiapkan dalam penataan ruang dan perkembangan kota ? Kota harus mampu mendorong kehidupan sosial-budaya yang dinamis dan kreatif kota harus memperhatikan kebutuhan ruang dan sarana sosial-budaya kota harus mampu membina dan memanfaatkan potensi sosial-budaya kota harus mampu mengisi ruang-ruang dengan kehdupan sosial-budaya yang semarak Bagaimana kita mengembangkan ini? mari kita garap bersama, dengan menanggalkan kotak-kotak pembatas dengan semangat baru keluar dari siklus rutin ”doing business as usual” http://suhadi.hadiwinoto.org/perkembangan-kota-untuk-pengembangan-kehidupan-sosial-budaya/