1. Edisi 44: Februari - April 2021
Daftar Isi
Tajuk Utama
- Pangan Lokal di Tengah Globalisasi
Pangan 2
- Tantangan Ketahanan Pangan
Kedepan 3
- Menjawab Tantangan Penyediaan
Pangan dengan Permakultur 4
Advokasi
- 71 Lembaga Tolak Pembangunan
Proyek Kota Deli Megapolitan 5
Pertanian
- Harga Gabah Tertekan Rencana
Pemerintah Impor Beras di Tengah
Panen Raya 5
Credit Union
- Credit Union Batang Sirih Lahir di
tengah Pendemi 6
Kesehatan Alternatif
- Rumput Liar di Pekarangan
Rumah redakan Diabetes dan
Hipertensi 7
Profil
- Sugeng: Utamakan Beri Jasa Pijat
Akupresure Bagi Orang-Orang
Miskin 8
1
Edisi 44 / Februari - April 2021
Untuk Kalangan Terbatas
bitranet
newsletter
Meski memproduksi pangan sebagai element asupan yang paling
penting bagi kehidupan manusia, namun dunia pertanian konvensional
berkontribusi cukup besar bagi pemanasan gobal (global warming),
menurut Food and Agriculture Organization (FAO), bidang pertanian dan
aktivitas pengelolaan lahannya menyumbang 20,4% terhadap emisi gas
rumah kaca (GRK), di urutan pertama adalah listrik dan sumber panas
lain (25%), sedang urutan di bawah pertanian ada aktivitas industri
(17,9%), selanjutnya aktivitas transportasi (14%), lalu energi lainnya,
sampah makanan, bangunan dan yang lainnya.
Jadi pertanian konvensional, selain merusak lingkungan juga
menyumbang besar (urutan ke 2) terhadap global warming. Karenanya,
belakangan waktu muncul konsep alternatif, pertanian polikultur/
wanatani/tumpangsari atau sebutan lainnya, polikultur adalah konsep
pertanian yang menganut jenis tanaman beragam sebagai koreksi dari
model pertanian monokultur (tanaman sejenis dalam hamparan luas)
dan polikultur dianggap pertanian yang sangat ramah lingkungan.
Namun konsep ini dikoreksi lagi dengan konsep dan praktik pertanian
paling baru, yakni pertanian permakultur.
Dasar etik dari Permakultur yaitu (1) Peduli akan bumi: bagaimana
kita menyediakan semua sistem kehidupan (elemen hidup dan mati)
untuk tetap berkelanjutan dan bertambah, (2) Peduli akan manusia:
bagaimana kita memperluas akses sumber daya yang diperlukan untuk
keberlangsungan hidup manusia, dan (3) Pengaturan batas konsumsi
dan populasi: bagaimana kita mengatur seberapa banyak kebutuhan
sendiri, sehingga kita bisa menyisihkan sumber daya untuk masa depan.
“Apa yang kita ambil, harus kita kembalikan”, dan “alam membutuhkan
pengembalian dari apa yang sudah diterima manusia”, prinsif Mollison
ini menjadi kode etik dalam permakultur, sehingga dalam penerapannya
harus memiliki perancangan ekologis yang bisa membangun sistem
pemanfaatan energi, baik energi yang masuk maupun yang keluar secara
efisien.(red)
Permakultur Untuk Pangan Yang Ramah Lingkungan
HIV/AIDS Jauhi Penyakitnya,
Bukan Orangnya
Edisi 44: Februari - April 2021
2. Edisi 44: Februari - April 2021
2
Tajuk Utama
Jurnalis BITRANET dalam melaksanakan
tugasnya tidak dibenarkan menerima
amplop atau imbalan apapun. Bagi
masyarakat yang melihat dan dirugikan,
silakan menghubungi redaksi dan
menggunakan hak jawabnya.
Pangan Lokal di Tengah Globalisasi Pangan
Masyarakat desa yang ada di
Indonesia telah sejak lama telah
mengembangkan pola makan tradi-
sional atau lokal yang menyediakan
aneka makanan. Makanan tradi-
sional Indonesia mencakup segala
jenis makanan olahan asli Indone-
sia termasuk makanan utama, ku-
dapan, dan minuman. Sumberdaya
alam Indonesia memiliki potensi
ketersediaan pangan yang beragam
dari satu wilayah ke wilayah lain-
nya, baik sebagai sumber karbohid-
rat maupun protein, vitamin dan
mineral.
Pola makan lokal ini kaya akan
zat gizi untuk kesehatan dan per-
tumbuhan karena terdiri dari ber-
bagai variasi seperti aneka maka-
nan pokok, sayur–sayuran, lauk
pauk, kacang-kacangan, dan berba-
gai macam bumbu yang mengan-
dung lemak dan gula. Pangan pokok
masyarakat juga beragam seperti
beras, jagung, singkong, ubi jalar,
sagu, talas dan kentang.
Pangan yang beragam sangat
penting bagi kita karena tidak ada
satu jenis pangan pun yang dapat
menyediakan gizi secara lengkap.
Dengan konsumsi yang beragam,
maka kekurangan zat gizi dari satu
jenis pangan akan dilengkapi gizi
dari pangan lainnya. Pada sisi lain,
kesadaran akan pentingnya kon-
sumsi pangan beragam menghin-
dari ketergantungan terhadap satu
jenis pangan (beras) dan pangan
impor.
Pola pangan masyarakat menga-
lami perubahan seiring dengan per-
kembangan teknologi dan industri
pertanian-pangan, sarana transpor-
tasi dan komunikasi serta perlu-
asan pasar. Produk pangan olahan
dipasarkan melalui pasar modern
dan mini market bahkan berbagai
rumah makan cepat saji. Kebutu-
han pangan rakyat Indonesia yang
berjumlah lebih dari 270 juta orang
dan terus bertambah menjadi daya
tarik yang luar biasa bagi industri
pangan global dan nasional. Libera-
lisasi perdagangan pangan telah
memungkinkan berbagai jenis pan-
gan baik mentah maupun olahan
masuk ke kota-kota bahkan pelosok
desa di Indonesia.
Kecenderunganinidapatdisebut
sebagai proses globalisasi pangan.
Sistem pangan global mendorong
kompetisi antar perusahaan, antar
wilayah dan antar negara untuk
memproduksi pangan secara be-
sar-besaran dengan menggunakan
teknologi modern. Budidaya tana-
man atau ternak secara monokultur
(tunggal) serta penggunaan input
modern baik benih, pupuk dan pes-
tisida kimia secara besar-besaran.
Selain merusak lingkungan, cara itu
juga membahayakan konsumen ka-
rena kandungan racun dalam maka-
nan yang diproduksi tetap terbawa.
Fokus tersebut berada di tingkat
konsumen. Bagaimanapun kedaula-
tan pangan oleh petani harus dido-
rong oleh ekosistem kompleks ter-
masuk kebiasaan para konsumen
dalam mengonsumsi suatu pangan.
Bila ada produsen, maka sudah pas-
ti ada konsumen. Antara keduanya
ada relasi yang saling bergantung.
Relasi yang dibangun harus bersifat
mutualisme, bukan saling menying-
kirkan antara satu dan lainnya.
Dipandang sebagai sistem, sistem
pangan lokal meliputi dari produk-
si sampai pada konsumsi. Sisi pro-
duksi secara komprehensif dalam
indeks ini diletakkan pada pilar
Pertanian Berkelanjutan. Sedang-
kan sisi konsumsi secara khusus di-
letakkan pada pilar ini yaitu sistem
pangan lokal. (hf)
Penerbit: Yayasan BITRA
Indonesia Medan
Pimpinan Umum: Rusdiana
Pimpinan Redaksi: M. Ikhsan
Dewan Redaksi: Iswan Kaputra,
Aprianta. T. Reporter: Erika
Rosmawati, Berliana, Hawari, Q.
Azam, Misdi, Sudarmanto.
Fotografer: Anto Ungsi, Budi
Manajemen Pelaksana: H. Fachri
Sirkulasi: Ade, Haris.
Redaksi: Jl. Bahagia By Pass
No. 11/35 Medan - 20218
Telepon: 061-787 6408
Email: newsletterbitranet@
yahoo.com
foto: www.jubi.co.id
3. Edisi 44: Februari - April 2021 3
Isu membangun ketahanan
pangan di tanah air sudah dihem-
buskan sejak lama. Bahkan sejak
era Presiden Soeharto. Di era Soe-
harto, ketahanan pangan hanya di-
lihat dari kemampuan swasembada
beras saja. Ketahanan pangan kala
itu diartikan secara sempit. Pada-
hal ketahanan pangan merupakan
salah satu bentuk kedaulatan ne-
gara. Tujuan ketahanan pangan itu
sendiri adalah untuk menyediakan
kebutuhan pangan yang tak hanya
mencukupi (availability), terjang-
kau (affordability) tetapi juga aman
dan bergizi (safety).
Namun, meskipun merupakan
negara agraris yang memiliki lahan
pertanian luas serta sebagian be-
sar mata pencarian penduduknya
adalah sebagai petani, tetap saja
mewujudkan kondisi ketahanan
pangan di Indonesia bukanlah se-
suatu yang mudah. Dalam artikel
jurnal Menuju Ketahanan Pangan
Indonesia Berkelanjutan 2025: Tan-
tangan dan Penanganannya (2014)
karya Achmad Suryana, dijelaskan
bahwa ada dua jenis tantangan
yang harus dilewati Indonesia demi
mewujudkan ketahanan pangan,
yaitu: Tantangan pada sisi penye-
diaan pasokan dan tantangan pada
sisi pemenuhan kebutuhan.
Ada tiga masalah yang harus
diatasi pada tantangan pada sisi
penyediaan pasokan ini, yaitu: per-
tama kendala sumber daya alam,
kendala sumber daya alam di sini
mengacu pada ketersediaan lahan
untuk pertanian. Dulu, Indonesia
memang memiliki lahan pertanian
yang luas, tetapi sekarang lahan ter-
sebut perlahan hilang akibat kon-
versi lahan pertanian untuk kegia-
tan industry dan lainnya.
Masalah kedua yaitu dampak
perubahan iklim global, dimana da-
lam kurun waktu tiga tahun terak-
hir, perubahan iklim global secara
ekstrem cukup terasa di Indonesia.
Misalnya, pola dan intensitas curah
hujan yang berbeda dari sebelum-
nya, kenaikan temperatur udara,
banjir dan kekeringan yang sering
terjadi, intesitas serangan hama,
hingga penyakit yang semakin ting-
gi. Contoh masalah iklim tersebut
bisa berdampak pada penurunan
produktivitas tanaman pangan.
Ketiga, pertanian Indonesia ma-
sih didominasi usaha tani skala kecil
Memang sebagian besar pendu-
duk Indonesia bermata pencarian
sebagai petani. Akan tetapi, usaha
tani yang mendominasi masih skala
kecil bahkan tak jarang hanya seba-
gai petani subsisten. Petani skala
kecil seringkali dihadapkan pada
masalah klasik seperti keterbatasan
akses terhadap pasar, permodalan,
serta informasi dan teknologi. (hf)
Tantangan Ketahanan Pangan Kedepan
Tajuk Utama
foto: www.waspada.co.id
4. Edisi 44: Februari - April 2021
4
Tajuk Utama
Anomali cuaca sangat ber-
pengaruh pada produksi padi dan
palawija kita. Padahal nasi masih
menjadi sumber kalori nomor satu
bagi penduduk Indonesia. Tidak
beraneka ragamnya sumber kar-
bohidrat membuat kita begitu ter-
gantung pada keberhasilan panen
padi. Bila jumlahnya rendah, kita
terpaksa melakukan impor. Padahal
anomali iklim tidak hanya terjadi
di Indonesia. Akan ada satu titik di
mana kita tidak bisa lagi menyeder-
hanakan masalah dengan mencari
sumber makanan dari negara lain.
Pada sistem pertanian yang
umumnya ada di Indonesia, pena-
naman dilakukan sekali atau dua
kali sepanjang tahun. Bahkan bila
memungkinkan dilakukan tiga kali.
Bagi permakultur cara ini dianggap
tidak efisien dan tidak terlalu baik
bagi tanah. Karena itu pada lahan
permakultur ada beragam jenis ta-
naman baik dengan waktu tanam
yang berbeda-beda. Misalnya ada
pohon yang bisa dimakan (edible
tree) dan di bawah kanopinya kita
menanam tanaman pangan lain
dengan usia tanam lebih pendek.
Harapannya, sepanjang tahun ta-
nah tersebut tetap menghasilkan
bahan makanan untuk kita.
Tiga etika utama yang dipegang
dalam permakultur yaitu care for
earth, care for people, dan fair share.
Permakultur menekankan integrasi
dan efisiensi. Bila di sistem perta-
nian yang kita kenal, petani membe-
li pupuk maka tidak dengan perma-
kultur. Di sini petani menyediakan
pupuknya sendiri dari hewan ter-
nak yang ia pelihara. Misalnya di
daerah pertanian tadah hujan maka
air yang disimpan dalam kolam
penampungan digunakan pula un-
tuk memelihara ikan. Permakultur
memperlakukan lahan pertanian
selayaknya hutan alami sehingga
apa saja tersedia di sini.
Bagaimana dengan hama? Per-
makultur menjawabnya dengan
penanaman bunga menyerupai pa-
gar di sekeliling lahan. Tujuannya
adalah mengundang beragam jenis
hama baik itu serangga maupun bu-
rung untuk mengonsumsinya dan
menghindari serangan terhadap
tanaman pangan. Meski praktik ini
menuai kritikan karena dianggap
tak sepenuhnya berhasil, tentu ini
adalah ide yang patut dicoba. Bisa
dibilang permakultur memang me-
nekankan alam untuk bekerja den-
gan sendirinya tanpa banyak digan-
ggu gugat oleh manusia sehingga
ada jargon lazy gardener. Hal ini ka-
rena ketika memutuskan menjalan-
Menjawab Tantangan Penyediaan Pangan dengan Permakultur
kan sistem permakultur, kita ditun-
tut mendesain lahan agar segalanya
tersedia di sana baik itu pengairan,
pupuk, teknik menghindari hama,
dan sebagainya.
Permakultur belum sepopuler
konsep pertanian lain. Begitu pula
kaitannya dengan produksi secara
massal, permakultur masih diragu-
kan. Namun permakultur menekan-
kan hubungan yang seimbang anta-
ra manusia dengan alam. Sehingga
bumi dapat menyembuhkan dirinya
sambil terus menyediakan sumber
makanan bagi manusia. Manusia
pun dilarang melakukan eksploita-
si berlebihan. Tetapi tak ada yang
salah bila mencoba permakultur.
Bumi kita sudah semakin rusak.
Harus ada yang kita lakukan agar
tetap bisa tinggal lebih lama lagi.
Sebenarnya masalah yang patut di-
garisbawahi tak hanya mendorong
pertanian berkelanjutan semata te-
tapi juga mendorong generasi muda
menjadi petani. Bila biaya pertanian
terus meningkat dan hasilnya ren-
dah karena anomali iklim ditambah
tidak ada kebijakan pemerintah
yang mendukung maka profesi ini
bisa punah. Pada saat itulah kita
akan menghadapi bencana yang se-
benarnya ketika tak ada lagi yang
menanam bahan makanan kita. (hf)
5. Edisi 44: Februari - April 2021 5
Sebanyak 71 Aliansi dan Lembaga
di Sumatera Utara dan Nasional me-
lakukan penyataan sikap dengan me-
nolak proyek Kota Deli Megapolitan.
Pasalnya tanah rakyat penunggu yang
telah dikuasai puluhan tahun seluas
1.303 hektar terancam digusur oleh
Ciputra Group dan PTPN II untuk pem-
bangunan proyek Kota Deli Megapoli-
tan.
Pernyataan sikap itu dilakukan,
Senin (19/4/202) di Balai Adat Badan
Perjuangan Rakyat Penunggu Indone-
sia (BPRPI) Kampung Terjun, Medan
Marelan yang dihadiri dengan 71 lem-
baga atau kelompok tani.
Ada enam poin isi pernyataan yang
disampaikan oleh Ketua Umum BPRPI,
Alfi Syahrin bersama perwakilan selu-
ruh Aliansi atau lembaga yang hadir
yaitu menyatakan, ke-1. Menolak selu-
ruh rencana pembangunan Proyek Deli
Megapolitan di atas tanah-tanah dan
wilayah adat Rakyat Penunggu dan Lo-
kasi Prioritas Reforma Agraria BPRPI.
Ke-2.Mendesak Presiden RI sege-
ra memerintahkan Menteri BUMN dan
Direktur PTPN II agar menghentikan
rencana serta proses pembangunan
Proyek Deli Megapolitan, ke-3. Men-
desak Menteri ATR/BPN, Gubernur Su-
matera Utara dan Bupati Deli Serdang
menghentikan proses perubahan dan
peralihan klaim HGU PTPN II menjadi
HGB atau pun ijin prinsip dan ijin lokasi
untuk Ciputra Group.
Selanjutnya ke-4. Mendesak Presi-
den RI memerintahkan jajaran kepoli-
sian dan tentara untuk menjaga kesela-
matan dan keamanan Rakyat Penunggu
dari intimidasi dan teror dari berbagai
pihak termasuk PTPN II akibat pem-
bangunan proyek Deli Megapolitan,
sekaligus melakukan investigasi dan
penegakan hukum atas praktik-praktik
mafia tanah, para spekulan tanah, prak-
tik kolutif dan koruptif yang berkelin-
dan dalam proyek ini, ke-5. Mendesak
seluruh pihak yang terkait Proyek Deli
Megapolitan untuk mengedepankan
prinsip-prinsip kepentingan dan keter-
bukaan dengan rakyat dalam proses ini,
sekaligus penghormatan dan perlin-
dungan wilayah hidup Rakyat Penung-
gu.
71 Lembaga Tolak Pembangunan Proyek Kota Deli Megapolitan
Advokasi
Dan terakhir ke-6. Mendesak Pre-
siden RI untuk memerintahkan Men-
teri ATR/BPN, Menteri BUMN, Menteri
Keuangan untuk segera menjalankan
Reforma Agraria dengan mengeluarkan
tanah-tanah dan perkampungan Raky-
at Penunggu dari klaim HGU PTPN II/
aset BUMN dan mengakui hak konstitu-
sional agraria Rakyat Penunggu, petani
dan masyarakat setempat lainnya.
Sebelumnya juga Ketua Umum
BPRPI, Alfi Syahrin menjelaskan bahwa
tanah rakyat penunggu yang telah diku-
asai puluhan tahun seluas 1.303 hektar
(Ha) terancam digusur oleh Ciputra
Group dan peletakan batu proyek ini
telah dilakukan pada 9 Maret 2021 lalu
oleh PT. Ciputra KPSN (Ciputra Group)
sebagai tanda dimulainya pembangu-
nan komplek perumahan dan kawasan
industri premium di Deli Serdang. Pro-
yek Deli Megapolitan ini merupakan
kerjasama PTPN II dan Ciputra Group
yang akan dibangun di atas tanah se-
luas 8.077 ha dan akan menelan biaya
sekitar 128 triliun rupiah, maka kami
menolak,” tegas Alfi Syahrin.
Pertanian
Rencana pemerintah mengimpor
1 juta ton beras di tengah panen raya,
telah menuai penolakan dari berbagai
pihak. Rencana tersebut bahkan turut
memberikan sentimen negatif terha-
dap harga jual gabah di pasaran men-
jadi lebih tertekan. Kondisi itu merugi-
kan petani yang berharap bisa meraih
keuntungan.
Peneliti Institute for Development
of Economics and Finance (Indef) Rusli
Abdullah menyebut, impor beras boleh
saja dilakukan pemerintah, tetapi tidak
saat berbagai daerah sedang panen
raya.
“Impor itu boleh, tapi ada
syaratnya. Misalnya, diprediksikan ga-
gal panen, kemudian untuk cadangan
Bulog tanpa merembes ke pasar. Jadi
untuk cadangan Bulog saja, jika dibu-
tuhkan untuk operasi pasar,” kata Rusli
saat dihubungi, beberapa hari lalu.
Menurutnya, pemerintah terbilang
tega dengan petani karena menyampai-
Harga Gabah Tertekan Rencana Pemerintah Impor Beras di Tengah Panen Raya
kan impor beras saat panen raya, yang
akhirnya menekan harga gabah.
“Kenapa ada narasi rencana impor
dari pemerintah saat panen? Ini kan
membuat harga gabah turun, dan bisa
dimanfaatkan pencari rente,” papar
Rusli.
“Seharusnya pemerintah sadar diri,
kenapa udah tahu kalau ada narasi im-
por beras di tengah panen, harga gabah
akan jatuh. Kenapa bicara impor meski-
pun baru rencana,” sambungnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Budisa-
trio Djiwandono menyebut rencana im-
por beras telah melukai dan menyakiti
petani.
Akibat adanya rencana impor, kata
Budisatrio, harga gabah dikalangan
petani turun drastis, dan di bawah har-
ga pembelian pemerintah (HPP).
Di Blora, kata Budisatrio, harga
gabah hanya Rp3.300 per kilo gram
(kg), di Kendal Rp 3.600 per kg, dan
Ngawi senilai Rp3.400 per kg.
“Padahal besaran HPP yang ditetap-
kan dalam Permendag 24/2020 yaitu
untuk gabah kering panen di tingkat
petani sebesar Rp4.200 per kg,” tutur
Budisatrio.
Sementara, Direktur Utama Perum
Bulog Budi Waseso (Buwas) mengaku,
tidak mengusulkan impor beras pada
tahun ini.
Rencana impor, kata Buwas, mun-
cul setelah pihaknya menerima per-
intah mendadak dari Menteri Perda-
gangan Muhammad Lutfi dan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Air-
langga Hartanto.
“Walaupun kami mendapatkan tu-
gas untuk impor 1 juta, belum tentu
kami laksanakan,” ucap Buwas.
Setelah ramai adanya penolakan,
Menteri Perdagangan (Mendag) Mu-
hammad Lutfi memastikan, tidak ada
impor beras pada masa panen raya.
Diolah dari berbagai sumber
6. Edisi 44: Februari - April 2021
6
Credit Union
Pandemi covid-19 membawa
dampak yang sangat besar bagi
kehidupan manusia.Setidaknya da-
lam delapan dekade terakhir, ini
merupakan pandemi terbesar yang
pernah dialami manusia di bumi.
Bahkan menurut Dana Moneter In-
ternasional (IMF), pandemi global
covid-19 menyebabkan ekonomi
global mengalami penurunan sebe-
sar 3%.
Penurunan sebesar itu meru-
pakan yang terburuk sejak depresi
besar pada tahun 1930-an. Krisis
seperti ini digambarkan belum per-
nah terjadi sebelumnya dimana hal
ini akan menguji kemampuan nega-
ra-negara didunia dan bank sent-
ral dalam mengendalikan krisis.
Pandemi covid-19 diprediksi akan
berakhir tahun 2021, namun diin-
gatkan bahwa pandemi ini bisa saja
berlanjut setelah 2021, bahkan di
negara maju diprediksi bahwa eko-
nomi tidak akan mampu pulih se-
perti sebelum pandemi setidaknya
sampai tahun 2022.
Kisah berbeda terjadi di Desa
Teluk kecamatan Secanggang Lang-
kat, Meski baru dibentuk diawal
pandemi Covid-19 tahun 2020, na-
mun pertumbuhan usaha keuan-
gan Credit Union Batang Sirih pada
tahun buku 2020 mengalami pe-
ningkatan. Hal ini bisa dilihat dari
peningkatan asset dalam kelolaan/
kekayaan yang mencapai sebesar
Rp 33.319.000.
Peningkatan aset atau kekayaan
tersebut, menurut Bendahara CU
Batang Sirih, Kurniaseh, disebabkan
simpanan anggota yang meningkat.
Sedangkan dari sisi pelayanan ke-
pada anggota, selama tahun 2020
CU Batang Sirih mencairkan pinja-
man sebesar Rp 25.200.000 untuk
19 orang anggota.
“Awalnya dulu satu orang pun
tidak ada yang mau pinjam takut
tidak bisa bayar, sekarang setelah
meminjam malah mendaptakan
uang SHU/keuntungan, pengurus
sampai harus membatasi maksimal
satu juta rupiah agar setiap anggota
bisa bergiliran memanfaatkan laya-
nan CU.
Sementara dari segi anggota,
menurut Sugimin, Ketua CU Batang
Sirih, pihaknya optimis ditahun ke-
dua, CU yang 90 persen anggotanya
adalah petani ini akan mengalami
peningkatan anggota. Mengingat
Rapat Akhir Tahun yang di lakukan
pada Februari lalu, CU Batang Si-
rih mampu membagikan Sisa Hasil
Usaha senilai Rp. 1.910.000.
“Harapannya SHU/keuntungan
ini mampu menjadi motivasi bagi
seluruh anggota untuk mengajak
rekan dan keluarga karena selain
membantu usaha dan kebutuhan
rumah tangga dengan layanan pin-
jamananya, CU Batang Sirih juga
telah mampu membagikan sisa ha-
sil usaha atau keuntungan bagi se-
mua anggota,” terang Sugimin. (hf)
Credit Union Batang Sirih Lahir
di tengah Pendemi
7. Edisi 44: Februari - April 2021 7
Kesehatan Alternatif
Apa yang akan kita laku-
kan saat melihat rumput ti-
ba-tiba muncul di taman atau
pekarangan rumah kita?
Kita tentu akan menganggap
rumput tersebut sebagai salah
satu gulma penggangu dan ke-
mudian mencabutnya. Wajar
sekali ya, kita berpikiran se-
perti itu karena rumput meru-
pakan salah satu tanaman yang
sangat mudah tumbuh menjalar
dan berakar di mana-mana, tan-
pa kita menanam, rumput akan
tumbuh dengan sendirinya.
Mulai sekarang perhatikan
apakah rumput yang akan kita
cabut tersebut adalah rumput
paragis atau bukan.
Soalnya rumput paragis di-
percaya memiliki manfaat yang
dipercaya bisa mencegah bah-
kan menyembuhkan berbagai
penyakit.
Rumput Paragis atau dike-
nal sebagai rumput belulang/
lulangan (bahasa latin: Eleusine
indica L.) termasuk jenis rum-
put-rumputan yang dapat hi-
dup di dataran tinggi, sedang
ataupun rendah. Rumput ini
biasanya digunakan sebagai pa-
kan ternak, termasuk rumput
lam tubuh melalui urine), kare-
na mengandung antioksidan dan
anti inflamasi.
Antioksidan paragis mence-
gah pertumbuhan sel kanker
dalam tubuh. Selain itu, tana-
man paragis dapat mengatasi
masalah ginjal karena paragis
meningkatkan jumlah air dalam
tubuh dan mengeluarkan garam
sebagai urin karena sifat diure-
tiknya. Artritis juga bisa disem-
buhkan dengan mengoleskan
daun paragis yang dipanaskan
dengan kelapa yang sudah di-
kerok di daerah yang terkena.
Teh paragis juga dapat
menyembuhkan diabates kare-
na paragis sendiri memiliki sifat
antidiabetes. Mengoleskan tana-
man paragis pada daerah penda-
rahan luka bisa menghentikan
pendarahan tersebut. Daun dan
batang akar paragis yang dire-
bus juga membantu menyeim-
bangkan dan menurunkan resi-
ko hipertensi. Akar paragis juga
bermanfaat menurunkan de-
mam dan menyembuhkan gast-
roenteritis dan diare.(*)
Diolah dari berbagai sumber
Rumput Liar di Pekarangan Rumah
Redakan Diabetes dan Hipertensi
liar dan dapat tumbuh di berba-
gai daerah. Menurut penelitian
yang dipublikasikan oleh jurnal
farmasi, World Journal of Phar-
mautical Research (WJPS), men-
jelaskan bahwa rumput belulang
(Eleusine indica L.) dapat ber-
khasiat untuk pengobatan ba-
tuk, disentri, gangguan jantung,
tekanan darah tinggi, keluhan
limpa dan hati, kandung kemih
dan batu ginjal, keseleo, dislo-
kasi tulang dan sakit pinggang.
Sejalan dengan itu, jurnal
medis berjudul “Antioxidant
and Anti-Inflammatory Activi-
ties of Extracts from Cassia ala-
ta, Eleusine indica, Eremomas-
tax speciosa, Carica papaya and
Polyscias fulva Medicinal Plants
Collected in Cameroon”, diter-
bitkan oleh The National Center
for Biotechnology Information,
pusat penyediaan pengetahuan
biomedis dan genomik yang ber-
tempat di Amerika, menjelaskan
bahwa rumput belulang (Eleusi-
ne indica L.) bermanfaat seba-
gai obat cacing, menurunkan
demam, menyembuhkan batuk,
dan obat diuretik (membuang
kelebihan garam dan air dari da-
foto: www.guineapigsloverindonesia.wordpress.com
8. Edisi 44: Februari - April 2021
Sugeng: Utamakan Beri Jasa Pijat Akupresure Bagi
Orang-Orang Miskin
Profil
Meski harus mengenakan ton-
gkat setiap berjalan namun tak lan-
tas membatasi langkahnya untuk
terus belajar dan membantu sesa-
ma. Sugeng Rahayu, pria kelahiran
melati 26 November 1975 tak per-
nah merasa memiliki keterbatasan,
“apa yang orang lain bisa lakukan
aku juga pasti bisa lakukan” tegas-
nya menjalani keseharian.
Diusia tiga tahun folio sempat
menghambatnya, sehingga kedua
kakinya lemah dan benar-benar tak
bisa digerakan. Sugeng kecil hanya
mampu menamatkan pendidikan
SD di Kecamatan Perbaungan, na-
mun itu menjadi bekal yang cukup
baginya untuk menantang hidup
tanpa harus mengharap belas ka-
sihan dari orang lain.
Ayah empat orang anak ini tak
sekalipun menyerah pada keadaan,
tahun 2020 pertama kali sugeng
melihat staf yayasan BITRA Indo-
nesia mengajak dan melatih masya-
rakat untuk menerapkan pola hidup
seleras alam salah duanya dengan
pemanfaatan tanaman pekarangan
dan pijat akupresure (tradisional)
untuk menjaga kesehatan diri sen-
diri dan orang lain. Tak menyia-
nyiakan kesempatan, Sugeng lang-
sung mengajukan diri agar diberi
pelatihan serupa.
Dua kali Sugeng mengikuti pela-
tihan akupresur, hingga kelevel da-
sar tingkat II, Ia memberanikan diri
memberikan jasanya kepada orang
lain. Saat berada diwarung langga-
nannya sembari menanti pembeli,
sugeng yang juga merupakan agen
jual beli sepeda motor, memijat
orang-orang yang membutuhkan
terapinya secara cuma-cuma.
sugeng pernah harus beristirahat
sampai satu bulan karenanya na-
mun setelah berkonsultasi dengan
pendamping saat pelatihan akpre-
sur sebelumnya sugeng mampu
mengatasinya.
Sugeng berharap teman-teman
penyehat atau penerapi sepertinya
untuk mengingat kembali janji saat
pertama kali mengenal akupresure
bahwa saat awal pelatihan rata-ra-
ta penerapi berjani akan menggu-
nakan pengetahuannya memban-
tu orang susah dengan sukarela,
namun kini menurutnya banyak
orang-orang yang tak mampu men-
geluh biaya pengobatan pada pe-
nyehat tradisional menjadi jauh le-
bih mahal dan bertarip. (hf)
Sugeng tidak pernah meminta
atau mematok tarip dari orang-
orang yang ia terapi, bahkan dari
kegiatnnya menerapi sampai keluar
desa dalam satu bulan sugeng ha-
nya mendapatkan tambahan uang
sekitar 100 ribu sampai 200 ribu
rupiah saja. Sugeng mengutamakan
memberikan jasa terapinya bagi
orang-orang miskin, menurutnya
mereka lebih kesulitan mengakses
layanan kesehatan konvensional
karena biasanya kekurangan biaya
dan rasa rendah diri.
Ada hal unik yang pernah su-
geng alami dalam melakukan terapi
Akupresure dari pengalamanya me-
nerapi, beberapa kali penyakit pa-
sien berpindah kepadanya bahkan