SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022
Daftar Isi
Tajuk Utama
- 	 Potensi dan Tantangan Penyehat
Tradisional	2
-	 Klusterisasi Penyehat Tradisional
Disoal	3
-	 PP tentang Praktisi Kesehatan
	 Tradisional Dinilai Abaikan
	 Pengobatan Alternatif	 4
Advokasi
-	 Nagori Panombean Susun Perdes
Peletarian Lingkungan	 5
Pertanian
-	 Inovasi Pertanian Padi Menghadapi
Perubahan Iklim	 6
Kesehatan Alternatif
-	 Daun Jelatang “Si Pembakar”
	 yang Berkhasiat	 7
Profil
-	 Sugimin: Pengetahuan dan
Keterampilan Agar Bermanfaat
	 Bagi Masyarakat	 8
1
Edisi 47 / Nopember 2021-Januari 2022
Untuk Kalangan Terbatas
bitranet
newsletter
	 Indonesia memiliki potensi pelayanan kesehatan tradisional yang
sangat kaya, baik berupa penerapis dan ramuan herbal. Potensi pelayanan
kesehatan tradisional tersebut berkembang seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan. Berdasarkan survey yang dilakukan sekitar 50 persen
masyarakat masih mengandalkan pelayanan kesehatan tradisional dan
merasakannya manfaatnya. Namun, keberadaan penyehat tradisional belum
mendapat perhatian, perlindungan, pembinaan, dan pengembangan dari
pemerintah.
	 Tahun 2014 lalu pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 103 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional. Namun, regulasi
itu justru menyulitkan penyehat tradisional. Banyak penyehat tradisional
yang saat ini tidak bisa memperpanjang izin setelah berlakunya PP No
103/2014. Persoalan utama yang mereka hadapi, penyehat tradisional harus
mendapat surat rekomendasi dari organisasi profesi yang berskala nasional.
	 Masalah lainnya adalah klusterisasi pelayanan kesehatan tradisional
dalamtigakategoriyangdinilaidiskriminatif,membatasipeluangpartisipasi,
dan tidak memberikan ruang pengambangan. Kategori itu ialah penyehat
tradisional empiris, komplementer, dan integrasi.
	 Penyehat tradisional yang mengikuti pelatihan selama berbulan-bulan
dan berpengalaman selama bertahun-tahun pun dimasukkan dalam kategori
yang sama dengan penyehat tradisional yang mendapatkan kemampuan
secara turun-temurun atau sering disebut dukun. Mereka dikelompokkan
dalam penyehat tradisional empiris. Sementara kelompok komplementer
adalah yang mengikuti pendidikan minimal diploma 3 dan integrasi adalah
yang menggabungkan keduanya.
	 Padahal siapapun dapat melihat secara langsung di beberapa daerah
dan pedesaan, masyarakat memilih tidak ke puskesmas karena sikap nakes,
jarak yang jauh dan butuh biaya transportasi yang mahal meskipun biaya
berobat gratis. Seharusnya pelayanan kesehatan tradisional yang masih
menjadi tulang punggung sistem kesehatan, khususnya di daerah-daerah
dan pedesaan.
	 SebabbanyakketentuandalamPPNo103/2014belumbisadilaksanakan
secara operasional karena hingga kini belum ada peraturan turunannya,
yakni peraturan daerah di tingkat provinsi ataupun kabupaten. Untuk
mendapat sertifikat dan berbagai izin, misalnya, sampai sekarang belum
diatur lebih jelas di level provinsi dan kabupaten. (red)
Yankes Tradisional Terganjal Peraturan Pemerintah
HIV/AIDS Jauhi Penyakitnya,
Bukan Orangnya
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022
2
Tajuk Utama
Jurnalis BITRANET dalam melaksanakan
tugasnya tidak dibenarkan menerima
amplop atau imbalan apapun. Bagi
masyarakat yang melihat dan dirugikan,
silakan menghubungi redaksi dan
menggunakan hak jawabnya.
Potensi dan Tantangan Penyehat Tradisional
	 Pengobatan tradisional mem-
berikan manfaat dalam meningka-
tkan kesehatan dan kesejahteraan
keluarga seperti penyediaan ta-
naman obat, penyehat tradisional
pijat, dan lain-lain. Potensi besar
yang dimiliki pengobatan tradi-
sional dapat dilakukan sendiri
oleh masyarakat selain itu mudah
diperoleh dan relatif lebih murah
dari pada obat modern.
	 Saat ini pelayanan keseha-
tan tradisional semakin diminati
masyarakat dan menjadi salah satu
pilihan dalam menyelesaikan ma-
salahnya. Namun, pengembangan
penyehatan atau pengobatan tra-
disional menghadapi tantangan,
mulai dari kualitas dan kuantitas
bahan baku yang menurun, sulit-
nya mendapat izin praktik, dan
izin edar. Pengobatan tradisional
pun terancam ditinggalkan karena
minimnya riset.
	 “Kendala paling dominan yang
dihadapi para penyehat tradisio-
nal adalah sulitnya mengurus izin
praktik penyehat tradisional dan
izin edar obat tradisional,” kata Ke-
tua P-APASU Muhammad Yusuf Ha-
rahap dalam semintar yang digelar
di Sibolangit medio 2020 lalu.
	 Yusuf mengatakan, untuk mem-
buka praktik, penyehat tradisional
harus mempunyai surat terdaf-
tar penyehat tradisional (STPT)
yang dikeluarkan dinas kesehatan
atau pelayanan terpadu satu pin-
tu di kabupaten/kota yang berlaku
selama dua tahun. Selain itu, ra-
muan yang mereka buat juga masih
banyak yang belum mendapat izin
edar.
	 Selain perizinan, kata Yusuf,
kesulitan lain yang mereka hadapi
adalah semakin sedikitnya bahan
baku membuat ramuan.
	 “Berkurangnya pasokan bahan
baku ramuan ini antara lain
disebabkan banyaknya hutan yang
hilang. Padahal, peramu obat tradi-
sional itu banyak di desa penyangga
hutan. Kini, hutannya hilang, tana-
man obatnya pun ikut hilang,” kata
Yusuf.
	 Yusuf mencontohkan, tanaman
kumis kucing yang beberapa puluh
tahun lalu banyak tumbuh di peka-
rangan desa atau di pinggir hutan.
Kini, tanaman yang biasa diramu
untuk pengobatan gangguan ginjal
itu sudah sulit ditemukan. Kalaupun
ada, khasiatnya kemungkinan besar
sudah berkurang karena terkonta-
minasi polusi udara.
	
Tanaman lainnya yang
mengalami penurunan kualitas ada-
lah akar lalang. Tanaman ini banyak
digunakan dalam berbagai jenis ra-
muan tradisional. “Namun, khasiat-
nya kini berkurang karena sebagian
besar lalang terkontaminasi residu
pestisida di tanah,” kata Yusuf.
	
Menurut, anggota Sentra
Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional Dinas Ke-
sehatan Sumut Sri Agustina Sembi-
ring, masyarakat Indonesia sangat
lekat dengan pengobatan tradisio-
nal. Obat tradisional adalah warisan
dari leluhur. “Berdasarkan Riset Ke-
sehatan Dasar 2010, sebanyak 59,1
persen masyarakat pernah minum
jamu dan 95,6 persen di antaranya
merasakan manfaatnya,”.
	 Akan tetapi, kata Sri, berbagai
regulasi terus dibuat pemerintah
untuk pengawasan dan pembinaan
penyehat tradisional. Pembinaan
dilakukan untuk mengembangkan
layanan penyehatan tradisional. Di
sisi lain pemerintah juga harus me-
lindungi konsumen dari malpraktik
yang cukup sering terjadi dengan
mengatasnamakan pengobatan tra-
disional. (hf)
Penerbit: Yayasan BITRA
Indonesia Medan
Pimpinan Umum: Rusdiana
Pimpinan Redaksi: M. Ikhsan
Dewan Redaksi: Iswan Kaputra,
Aprianta. T. Reporter: Erika
Rosmawati, Berliana, Hawari, Q.
Azam, Misdi, Sudarmanto.
Fotografer: Anto Ungsi, Icen
Manajemen Pelaksana: H. Fachri
Sirkulasi: Ade, Budi.
Redaksi: Jl. Bahagia By Pass
No. 11/35 Medan - 20218
Telepon: 061-787 6408
Email: newsletterbitranet@
yahoo.com
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 3
	 Klusterisasi penyehat tradisio-
nal dan aturan terkait pengajuan izin
dalam Peraturan Pemerintah Nomor
103 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional disoal. Aturan
dinilai tidak memberi ruang bagi
penyehat terlatih dan membuat
banyak penyehat tradisional seperti
pijat, akupunktur, akupresur, bekam,
dan ramuan jamu tradisional terpu-
ruk setelah terbitnya peraturan itu.
	 ”PP No 103/2014 hanya menon-
jolkan pengawasan dan perizinan,
sangat minim unsur pembinaan
dan pengembangan. Banyak prak-
tisi penyehat tradisional tidak bisa
memperpanjang izin setelah terbit-
nya aturan itu,” kata Wakil Direktur
Yayasan Bina Keterampilan Pedesaan
(Bitra) Iswan Kaputra dalam seminar
di Medan, Selasa (21/12/2021).
	Seminar nasional bertajuk
”Peluang dan Tantangan PP No
103/2014 terhadap Eksistensi Prak-
tisi dan Organisasi Penyehat Tradi-
sional” itu dihadiri pengajar Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universi-
tas Medan Area Rustam Ependi, Ke-
tua Perkumpulan Asosiasi Penyehat
Alternatif Sumut (P-Apasu) M Yusuf
Harahap, dan para praktisi penyehat
tradisional di Sumut.
	 Pembicara lain tersambung me-
lalui sambungan konferensi video,
yakni Ketua Gabungan Pengusaha
Jamu Indonesia Ranny Zarman, Kepa-
la Bidang Pendidikan dan Pelayanan
Kesehatan Tradisional CD Bethesda
Yogyakarta Eko Rusmiyati, serta Di-
rektur Pelayanan Kesehatan Tradi-
sional Kementerian Kesehatan Wira-
brata.
	 Iswan menjelaskan, lebih dari 50
persen masyarakat Indonesia masih
mengandalkan layanan kesehatan
tradisional dan merasakan manfaat-
nya.
	 Rustam, yang melakukan kajian
terhadap PP No 103/2014, menyebut
ada dua hal sangat mendasar yang
perlu direvisi dari PP itu. Pertama,
klusterisasi layanan kesehatan tradi-
sional yang hanya meliputi tiga klus-
ter, yakni empiris, komplementer,
dan terintegrasi.
	 Tiga kluster itu, menurut Rus-
tam, tidak mengakomodasi penyehat
tradisional terlatih yang mengikuti
pelatihan selama berbulan-bulan,
bersertifikasi, dan pengalaman ber-
tahun-tahun. Penyehat ini mengikuti
latihan pijat, akupunktur, akupresur,
bekam, meramu jamu, atau kemam-
puan lain dan terbukti manfaatnya
secara empiris.
	 Namun, PP No 103/2014 mema-
sukkan penyehat tradisional terlatih
dalam satu kluster dengan penyehat
tradisional turun-temurun atau se-
ring disebut dukun. Pihaknya mendo-
rong supaya ada satu kelompok lagi,
yakni penyehat tradisional empiris
terlatih.
	 Sementara penyehat tradisional
komplementer adalah layanan ke-
sehatan tradisional yang manfaat dan
keamanannya terbukti secara ilmiah.
Tenaga kesehatannya mendapat ilmu
kesehatan tradisional dari perguruan
tinggi paling rendah diploma.
	 Adapun kelompok ketiga adalah
terintegrasi, yakni paduan antara em-
piris dan komplementer.
	 Substansi kedua yang perlu di-
revisi adalah perihal perizinan yang
harus mendapat rekomendasi dari
organisasi profesi berskala nasional.
SebelumPPNo103/2014diterbitkan,
rekomendasi bisa didapat dari P-Apa-
su yang memang sudah sejak 1989
menjadi wadah bagi penyehat tradi-
sional di Sumut.
	 ”Sudah lebih dari 800 penyehat
tradisional dilatih dan dibina di
P-Apasu dengan pendampingan Bitra.
P-Apasu juga sudah puluhan tahun
menjadi mitra Kementerian Keseha-
tan setiap ada kegiatan penyehatan
tradisional. Namun, saat ini rekomen-
dasi dari P-Apasu tidak diakui lagi ka-
rena hanya lokal di Sumut,” kata Rus-
tam.
	 Salah satu yang merasakan
dampak cukup signifikan dari PP
103/2014 adalah penyehat tradisio-
nal akupunktur. ”Setelah PP itu terbit,
banyak akupunkturis tidak bisa ber-
praktik, perkembangan pelayanannya
sangat kurang, dan banyak yang me-
lakukan secara diam-diam,” kata Eko.
	 Di Yogyakarta, kata Eko, akupunk-
tur berkembang pesat sebelum PP No
103/2014 disahkan. Masyarakat pun
merasakan manfaat dari layanan ke-
sehatan tradisional dari akupunktu-
ris yang telah mendapat sertifikasi.
Namun, saat ini layanan itu tidak bisa
dilaksanakan karena tindakan invasif
dengan jarum wajib dilakukan tenaga
kesehatan tradisional paling rendah
berpendidikan diploma.
	 Untuk mendapat gelar diploma
di bidang akupunktur, kata Eko, me-
reka harus membayar uang kuliah Rp
5,4 juta per semester selama empat
semester. ”Dengan PP No 103/2014,
kami seolah-olah ingin dimusnahkan.
Semua sertifikasi yang sudah didapat
tidak berlaku lagi,” kata Eko.
	 Ranny mengatakan, persoalan
serupa dialami penyehat tradisional
di bidang jamu dan obat tradisio-
nal. Berdasarkan PP No 103/2014,
penyehat tradisional hanya dapat
memberikan obat tradisional dari
industri jamu atau obat yang sudah
memiliki nomor izin edar. Akhirnya,
banyak peracik jamu yang hanya
membeli izin edar dari industri jamu.
	 Ada juga yang membuka kemasan
yang punya izin edar dan mema-
sukkan atau mencampur racikan
sendiri ke kemasan itu. ”Pemerintah
seharusnya mendorong bagaimana
penyehat tradisional bisa mendirikan
fasilitas bersama untuk memproduk-
si obat tradisional,” kata Ranny.
	 Direktur Pelayanan Kesehatan
Tradisional Kementerian Kesehatan
Wirabrata tidak memberikan tang-
gapan secara langsung tentang do-
rongan revisi PP itu. Ia menyebut,
masyarakat diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk mengemban-
gkan, meningkatkan, dan menggu-
nakan layanan kesehatan tradisional.
	”Pemerintah mengatur dan
mengawasi pelayanan kesehatan
tradisional dengan didasarkan pada
keamanan, kepentingan, dan perlin-
dungan. (hf)
Sumber: Klusterisasi Penyehat Tradi-
sional Disoal - Kompas.id
Klusterisasi Penyehat Tradisional Disoal
Tajuk Utama
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022
4
Tajuk Utama
	Sebagian masyarakat yang tinggal
di perdesaan masih memanfaatkan
pengobatan alternatif ketimbang be-
robat ke dokter. Problemnya, saat ini
keberdaanpenyehattradisionalbelum
mendapat perhatian, perlindungan,
pembinaan, dan pengembangan dari
pemerintah.
	 Presiden Joko Widodo telah mene-
tapkan Peraturan Pemerintah Nomor
103 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional pada 3 Desem-
ber 2014. Namun, peraturan tersebut
justru menyulitkan penyehat atau
praktisi kesehatan tradisional. Dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli-
tik (FISIP) Universitas Medan Area,
Rustam Ependi mengatakan, saat ini,
banyak praktisi kesehatan tradisional
yang tidak bisa memperpanjang izin
praktik setelah ketentuan itu berlaku.
	 “Sebab mereka harus mendapat
surat rekomendasi dari organisasi
profesi berskala nasional dahulu,”
kata Rustam saat dihubungi dari Kota
Malang pada Kamis, 7 Oktober 2021.
Rustam mengkaji Peraturan Pemerin-
tah Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional ber-
sama Yayasan Bina Keterampilan Pe-
desaan Indonesia atau Yayasan BITRA
Indonesia.
	 Rustam menambahkan, Peraturan
Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014
itu juga mengelompokkan pelayanan
kesehatan tradisional dalam tiga ka-
tegori, yaitu pelayanan kesehatan tra-
disional empiris, komplementer, dan
integrasi. Dalam kelompok penyehat
tradisional empiris, orang yang
mengikuti pelatihan berbulan-bulan
maupun sudah berpengalaman jus-
tru sama dengan penyehat tradisional
yang memperoleh kemampuan secara
turun-temurun, yang populer disebut
dukun
	 Penyehat tradisional dalam klas-
ter komplementer harus berpendi-
dikan minimal diploma III. Sedangkan
kelompok integrasi merupakan ga-
bungan kelompok empiris dan kom-
plementer. Menurut Rustam, pola
klaster semacam itu memang terlihat
terstruktur dan terukur (sistematis)
dari strategi mikro pelayanan keseha-
tan tradisional. Namun, pola klaster
itu kontradiktif dengan asas keadilan,
nondiskriminasi, dan menghambat
peluang partisipasi penyehat tradisio-
nal secara luas.
	 Dalam konteks tersebut, penyehat
tradisional empiris yang menjadi kor-
ban pertama. Mereka tak bisa berpar-
tisipasi dalam pelayanan kesehatan
komplementer dan integrasi. Padahal,
fakta empiris para penyehat tradisio-
nal mempunyai kemampuan dan ke-
terampilan yang relatif sama dengan
praktisi kesehatan yang masuk dua
klaster lain.
	 Pengelompokan dan kewajiban
mendapatkan rekomendasi Surat Ter-
daftar Penyehat Tradisional (SPTP)
dari organisasi berskala nasional, me-
nurut Rustam, menunjukkan regulasi
yang diskriminatif, mengabaikan kea-
rifan lokal, melemahkan organisasi
tingkat lokal, menghambat pengem-
bangan sumber daya manusia, dan
penyerapan ekonomi yang terpusat.
Klaterisasi ini diskriminatif, mem-
batasi peluang partisipasi, dan tidak
memberi ruang pengembangan,” kata
Rustam yang juga pengusaha jamu.
“Sedangkan kewajiban mendapatkan
STPT dari organisasi berskala nasio-
nal juga makin meneguhkan sifat or-
ganisasi profesi yang sentralistik.”
	 Sebab itu, Rustam menyarankan
pemerintah pusat merevisi peraturan
tersebut agar terhindar dari pelang-
garan atas asas keadilan, nondiskrimi-
nasi, perikemanusiaan, dan asas lain
yang termaktub dalam ketentuan tadi.
Rustam memberikan lima saran kepa-
da pemerintah untuk mengakomodasi
kebutuhan para penyehat tradisional.
	 Pertama, pemerintah mendata
potensi kuantitas dan kualitas kete-
rampilan penyehat tradisional. Kedua,
pemerintah membuka ruang dialog
untuk mendapatkan simpul-simpul
kebenaran praktis dan solusi bagi
para praktisi kesehatan tradisional
dan pemerintah. Ketiga, pemerintah
memetakan masalah untuk menum-
buhkembangkan penyehat tradisional
empiris.
	 Keempat, pemerintah memak-
simalkan fungsi pemberdayaan dan
pembinaan secara khusus kepada
para penyehat tradisional empiris
PP tentang Praktisi Kesehatan Tradisional Dinilai Abaikan Pengobatan Alternatif
agar mereka “naik kelas” menjadi
pelayan kesehatan tradisional kom-
plementer. Kelima, pemerintah meru-
muskan kebijakan berbasis fakta dan
akomodatif terhadap eksistensi para
penyehat tradisional.
	 Penjelasan Rustam selaras dengan
harapan Irianto Sipayung, penyehat
tradisional dari Desa Tanjung Harap,
Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Ser-
dang Bedagai, Sumatera Utara. Irianto
sudah mempunyai STPT dari dinas
kesehatan setempat setelah mendapat
rekomendasi dari P-Apusu. Namun,
sejak 2017 dia tak lagi bisa memper-
panjang maupun memperbarui STPT
karena berdasarkan peraturan tadi,
P-Apusu bukan lagi organisasi profesi
berskala nasional. Padahal, selama ini
P-Apusu yang membina Irianto sehin-
gga terampil memijat dan membuat
ramuan tradisional.
	 Profesor Heru Santoso dari Fakul-
tas Kesehatan Masyarakat Univer-
sitas Sumatera Utara menyatakan,
pelayanan kesehatan tradisional ma-
sih menjadi tulang punggung sistem
kesehatan di perdesaan. Dia berha-
rap pemerintah membangun dan
mengembangkan layanan kesehatan
tradisional ke hulu. “Supaya pendu-
duk desa tidak perlu jauh-jauh ke
puskesmas dan mengeluarkan ongkos
transportasi yang tak sedikit, meski
di puskesmas berobatnya gratis,” ka-
tanya. “Itu sebabnya sebagian besar
penduduk desa memilih berobat ke
penyehat tradisional.”
	 Satu lagi persoalan dalam Pera-
turan Pemerintah Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional, menurut Heru, belum bisa
terlaksana karena sampai sekarang
belum ada peraturan turunan, berupa
peraturan daerah di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota. Akibatnya, tidak
jelas siapa lembaga yang berwenang
mengurus sertifikasi dan pelbagai
izin bagi para penyehat tradisional ini,
apakah pemerintah provinsi atau pe-
merintah kabupaten/kota? (hf)
Sumber: https://nasional.tempo.co/
read/1515065/pp-tentang-praktisi
-kesehatan-tradisional-dinilai-abaikan
-pengobatan-alternatif/full&view=ok
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 5
	Untuk melindungi wilayah de-
sanya dari perusakan lingkungan
dan agar desa tetap lestari meski-
pun pembangunan di desa terus
tumbuh, desa didorong untuk
membuat peraturan desa tentang
pelestarian lingkungan hidup se-
suai kearifan lokal masing-masing
desa. Begitu juga dengan Peme-
rintah Desa/ Nagori Panombean
Kecamatan Panombean Panei
Kabupaten Simalungun yang men-
dapatkan program pendampingan
penyusunan Peraturan Desa ten-
tang Pelestarian Lingkungan oleh
Yayasan BITRA Indonesia
	Pendampingan penyusunan
Perdes Pelestarian Lingkungan di
Nagori Panombean dilakukan Pada
hari Jumat (18/2) pagi, pelaksa-
naan pendampingan ini sudah yang
ke 3 kalinya dari jadwal 7 kali per-
temuan. Dalam penyusunan Peratu-
ran Desa, salah satu tahapan yang
dilalui yaitu dengan menggunakan
pohon masalah untuk menemu ke-
nali akar masalah dan solusi , per-
temuan ini melibatkan perwakilan
seluruh unsur masyarakat di desa
(Perangkat Desa, Unsur BPD, Unsur
Perempuan, dan Tokoh Masyarakat
dan Agama).
	 Potensi desa dan kekayaan kea-
nekaragaman budaya dan hayati
yang ada di desa tersebut dilakukan
inventarisasi termasuk juga per-
masalahan mengenai lingkungan
didata seperti masalah membuang
bekas popok bayi kealiran air, pe-
nangkapan ikan dengan strum
dan racun, pembuangan sampah
sembarangan, penambangan liar
dan beberapa masalah lingkungan
lainnya.
Nagori Panombean Susun Perdes Peletarian Lingkungan
	 Melalui forum permusyawara-
tan nagori, selanjutnya disepaka-
ti tindakan pencegahan dan juga
sanksi yang akan dikenakan kepa-
da oknum yang melanggar Perdes
tersebut. Peserta dibentuk dalam
beberapa kelompok untuk mengi-
dentifikasi kondisi desa, melipu-
ti Kawasan Perumahan dan Per-
mukiman, Kawasan Lahan Tegalan/
Tanah Kering/Hutan, Kawasan
Lahan Persawahan, Kawasan Jalan
dan Kawasan Aliran Sungai/Aliran
Irigasi. Dengan semakin banyaknya
Perdes yang disusun dan diterapkan
diharapkan tindakan perusakan
lingkungan bisa lebih ditekan kare-
na masyarakat desa sudah memiliki
dasar hukum dalam mengambil tin-
dakan kepada oknum yang melang-
gar aturan yang ada di wilayah de-
sanya. (hf)
Advokasi
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022
6
Pertanian
Penyediaan pangan bagi pen-
duduk Indonesia yang semakin
bertambah memerlukan upaya
nyata peningkatan produksi padi.
Kebutuhan beras terus meningkat
setiap tahun seiring dengan pe-
ningkatan penduduk. Namun per-
soalannya, budidaya padi dewasa
ini dihadapkan pada perubahan
iklim global yang jika tidak stabili-
tas perberasan nasional akan ter-
ganggu. Perubahan iklim global
telah membawa dampak nyata pada
sektor pertanian dalam bentuk per-
geseran musim. Dampak dari peru-
bahan Iklim adalah meningkatnya
kejadian iklim ekstrim, berubahnya
pola hujan, bergesernya awal mu-
sim, banjir, kekeringan, dan naiknya
permukaan air laut. Perubahan itu
otomatis merubah pola tanam padi
di Indonesia dan memicu peruba-
han pola hidup OPT (organisme
penganggu tanaman) yang dapat
menyebabkan ledakan hama penya-
kit tanaman padi.
	 Fenomena ini berdampak lang-
sung pada meningkatnya tekanan
abiotik dan biotik bagi lahan per-
tanian. Tekanan abiotik seperti me-
ningkatnya areal lahan marginal
(kekeringan, kemasaman, kahat
pupuk utamanya nitrogen), sedang-
kan tekanan biotik seperti ledakan
hama dan penyakit karena iklim
yang tidak menentu atau muncul-
nya hama atau penyakit yang se-
belumnya bukan utama menjadi
utama dan sebaliknya yang dise-
babkan oleh perubahan iklim baik
makro maupun mikro (Muhammad
A, dkk, 2013).
	 Guna mengantisipasi dan meng-
hadapi perubahan iklim, karenanya,
inovasi teknologi padi yang telah di-
siapkan adalah varietas padi toleran
terhadap cekaman abiotik seperti
rendaman (banjir), kekeringan, dan
salinitas. Varietas padi yang beru-
mur genjah dan tahan terhadap
hama dan penyakit juga tersedia di
samping inovasi teknologi budidaya
dan pengendalian hama dan penya-
kit terpadu.
	 Metode pengairan basah dan
kering juga dikenal dengan sis-
tem pengairan berselang, dimana
dalam kondisi tertentu tanaman
dalam kondisi macak-macak dan
pada periode tertentu dalam kon-
disi tergenang. Pengairan berselang
atau disebut juga intermitten
adalah pengaturan kondisi lahan
dalam kondisi kering dan terge-
nang secara bergantian. Pengairan
berselang memberi kesempatan
kepada akar untuk berkembang
lebih baik, pengairan berselang
mengurangi kerebahan, mengaktif-
kan jasad renik mikroba yang ber-
manfaat, mengurangi kerebahan,
mengurangi jumlah anakan yang ti-
dak produktif (tidak menghasilkan
malai dan gabah), menyeragamkan
pemasakan gabah dan memperce-
pat waktu panen, memudahkan
pembenaman pupuk ke dalam ta-
nah (lapisan olah), memudahkan
pengendalian hama keong mas,
mengurangi penyebaran hama we-
reng coklat dan penggerek batang,
mengurangi kerusakan tanaman
padi karena hama tikus (Puslit-
bangtan, 2011).
	 Cara pengairan berselang: (1)
Tanam bibit dalam kondisi sawah
macakmacak; (2) Secara berangsur
tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman
berumur 10 hari; (3) Biarkan sawah
mengering sendiri, tanpa diairi
(biasanya 5-6 hari); (4) Setelah per-
mukaan tanah retak selama 1 hari,
sawah kembali diairi setinggi 5 cm;
(5) Biarkan sawah mengering sen-
diri, tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi
setinggi 5 cm. Pengairan berselang
memerlukan pengaturan kapan
lahan digenangi dan dikeringkan.
Ulangi hal di atas sampai tanaman
masuk stadia pembungaan. Sejak
fase keluar bunga sampai 10 hari
sebelum panen, lahan terus diairi
setinggi 5 cm, kemudian lahan di-
keringkan. Sepuluh hari sebelum
panen lahan dikeringkan. (hf)
Inovasi Pertanian Padi Menghadapi Perubahan Iklim
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 7
Kesehatan Alternatif
	 Sejak dahulu, daun jelatang
yang memiliki tekstur tajam di si-
sinya ini dipercaya mampu men-
gobati berbagai kondisi. Nama il-
miahnya, Urtica dioica, berasal dari
bahasa latin uro yang berarti “mem-
bakar”. Sebab, daun jelatang dapat
memberikan sensasi panas saat
menyentuh kulit sehingga menye-
babkan gatal, kemerahan, serta
pembengkakan.
	 Namun, jangan salah sangka
dulu, meskipun daun jelatang me-
miliki deskripsi yang cukup menge-
rihkan, tapi nyatanya daun ini aman
untuk dikonsumsi saat sudah dima-
sak, dibekukan, dikeringkan, atau
dijadikan suplemen. Berikut adalah
manfaat daun jelatang untuk ke-
sehatan yang bisa Anda dapatkan.
1. 	Bernutrisi tinggi
	 Daun Jelatang mengandung Vita-
min (A, C, K, dan B), Mineral (kal-
sium, zat besi, magnesium, fos-
for, kalium, dan natrium), Lemak
baik (asam linoleat, asam linole-
nat, asam palmitat, asam stearat,
dan asam oleat), Asam amino
esensial, Polifenol (kaempferol,
quercetin, asam caffeic, couma-
rin, dan flavonoid lainnya), Pig-
men (beta karoten, lutein, luteo-
xanthin dan karotenoid lainnya),
dan Meningkatkan kadar antiok-
sidan dalam darah.
6. Mengurangi perdarahan
	 Menurut studi, obat-obatan yang
mengandung ekstrak daun jela-
tang terbukti bisa mengurangi
perdarahan, terutama setelah
prosedur operasi.
7. Bersifat diuretik (meredakan da-
rah tinggi)
	 Daun jelatang dianggap bisa ber-
tindak sebagai diuretik alami
sehingga membantu tubuh men-
geluarkan garam dan air ber-
lebih. Hasilnya, tekanan darah
tinggi dapat diatasi untuk semen-
tara waktu.
Efek samping daun jelatang
	 Meskipun manfaat daun jela-
tang di atas cukup menggiurkan,
waspadai juga efek samping yang
bisa ditimbulkannya antara lain
masalah pencernaan, tubuh berke-
ringat, munculnya ruam di kulit,
dan masalah pada kandung kemih.
	 Dalam beberapa kasus yang
langka, daun jelatang juga bisa
menyebabkan alergi. Anak-anak
dan wanita hamil disarankan un-
tuk tidak mencoba daun jelatang
karena daun ini bisa menimbulkan
kontraksi rahim dan menyebabkan
keguguran pada ibu hamil.
(Dari berbagai sumber)
Daun Jelatang “Si Pembakar” yang Berkhasiat
2. Mengatasi radang sendi (arthri-
tis)
	 Menurut Arthritis Foundation,
daun jelatang dapat mengurangi
peradangan sehingga nyeri os-
teoarthritis dapat diatasi.Selain
itu, daun jelatang juga memiliki
beberapa bahan kimia yang ber-
sifat antiradang dan mampu me-
redakan rasa nyeri.
3. Meredakan gejala pembesaran
prostat
	 Studi pada manusia membuk-
tikan kalau ekstrak daun jelatang
dapat mengatasi masalah buang
air kecil, baik jangka pendek
maupun panjang.
4. Mengatasi rhinitis alergi
	 Rhinitis alergi terjadi saat lapisan
hidung mengalami peradangan.
Daun jelatang dianggap sebagai
salah satu pengobatan alami rhi-
nitis alergi yang menjanjikan.
5. Berpotensi mengontrol gula da-
rah
	 Daun jelatang mengandung kom-
ponen yang bisa menyerupai
obat-obatan insulin, Dalam se-
buah studi berdurasi 3 bulan, 46
partisipan diminta mengonsumsi
500 miligram ekstrak daun je-
latang sebanyak tiga kali dalam
sehari. Hasilnya, kadar gula da-
rah mereka menurun.
Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022
Sugimin: Pengetahuan dan Keterampilan Agar Bermanfaat Bagi Masyarakat
Profil
	 Kepeduliannya membangun desa
dengan mendorong gotong royong dan
menumbuhkan keswadayaan warga
sudah tidak lagi diragukan. Tepat tiga
tahun yang lalu warga memilih dan
memastikan Sugimin menjadi anggota
Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Teluk Kecamatan Secanggang,
Langkat.
	 Sugimin, pria kelahiran Lubuk
Rotan, 43 tahun lalu yang kini
menjabat sebagai kepala bidang
pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa melaksanakan
amanah warga padanya. Melakukan
fungsi pemerintahan dengan turut
membahas serta menyepakati
berbagai kebijakan yang berasal
dari warga pada penyelenggaraan
pemerintahan desa dalam upaya
meningkatkan kinerja kelembagaan
di desa, memperkuat kebersamaan
serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
	 Menampung aspirasi dari warga
sangat lazim dia lakukan, bahkan
dengan mendatangi satu persatu-
persatu kumpulan kelompok warga
baru dengan mengikuti pelatihan Pijat
Akupresur yang digelar dan difasilitasi
oleh Yayasan BITRA Indonesia di Desa
Teluk, “tapi tidak semudah membalikan
telapak tangan, pertama kali praktek,
banyak salah pijit, yang seharusnya titik
refleksi untuk lambung malah ke pijit
titik yang lain” ucap Sugimin sambil
tersenyum.
	 Latihan praktik pada tubuh sendiri
bahkan pada istri yang bertujuan untuk
menguji apakah hasil pijatannya tepat,
enak atau pijatannya terlalu kuat atau
kurang kuat rutin Sugimin lakukan.
Kini setelah beberapa kali mengikuti
pertemuan pemijat dan latihan sendiri
Sugimin mengakui merasa lebih
memahami titik-titik dalam akupresur
dan ramuan herbal yang gunakan
untuk menjaga kesehatan diri, keluarga
dan pengguna jasa yang datang
kepadanya.
	 “Sekarang gak menduga-duga
lagi, waktu menerapi sudah tahu titik-
titiknya, kalau masalanya dilambung
yang dipijit meridian lambung, bukan
yang penting enak pijitannya namun
tidak berefek pada pemulihan” jelas
Sugimin.
	 Sugimin tidak pernah meminta
atau mematok tarif dari orang-orang
yang menggunakan jasa terapinya,
menurut Sugimin saat orang lain
sehat dan pulih kembali menjadi suatu
kepuasan tersendiri baginya.
	 “Harapan ku, semua pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan yang
aku miliki saat ini bermanfaat bagi
orang-orang disekitar ku, terutama
keluarga ku, karena prinsip yang ku
pegang saat ini orang yang paling
baik adalah orang yang paling banyak
manfaatnya bagi orang lain.” tutup
Sugimin, orang yang kini di percaya
menjadi ketua Kelompok Tani Batang
Sirih di Desa Teluk. (hf)
diwilayah dapilnya. Masyarakat
yang ditemui kadang mengadu dan
mengeluhkan beberapa masalah
bansos, pertanian, program dan
pembangunan desa baik yang berasal
dari desa, kabupaten sampai pusat.
	 Selain menjadi anggota BPD, pria
yang menikahi Nurmayanti empat
belas tahun lalu, kesehari-harianya
juga merupakan seorang peternak
dan petani padi. Hidup sederhana,
giat dan selaras alam ia tanamankan
sejak dini pada anak perempuan
semata wayangnya yang kini sedang
menempuh pendidikan menengah
pertama di SMP Maju Desa Teluk.
Meski Sugimin hanya berkesempatan
menyelesaikan Pendidikan SMP, Dia
mendorong putrinya untuk menempuh
pendidikan setinggi-tingginya hingga
ketingkat universitas walaupun diluar
provinsi. Sugimin berpendapat untuk
membangun diri sendiri, orang lain,
desa, dan bahkan negara butuh
pengetahuan yang didapat dari
pengalaman dan pendidikan.
	
Medio 2017 Sugimin
berkesempatan menambah keahlian

More Related Content

What's hot (17)

Makalah home care3
Makalah home care3Makalah home care3
Makalah home care3
 
ASKEP HOME CARE
ASKEP HOME CARE ASKEP HOME CARE
ASKEP HOME CARE
 
Makalah manajemen puskesmas
Makalah manajemen puskesmas  Makalah manajemen puskesmas
Makalah manajemen puskesmas
 
227377503 makalah-puskesmas
227377503 makalah-puskesmas227377503 makalah-puskesmas
227377503 makalah-puskesmas
 
Pengobatan Tradisional
Pengobatan TradisionalPengobatan Tradisional
Pengobatan Tradisional
 
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_iIpe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm_i
 
Makalah puskesmas
Makalah  puskesmasMakalah  puskesmas
Makalah puskesmas
 
Pengobatan Tradisional dan Komplementer
Pengobatan Tradisional dan KomplementerPengobatan Tradisional dan Komplementer
Pengobatan Tradisional dan Komplementer
 
Pleno modul 2 blok 5 b
Pleno modul 2 blok 5 bPleno modul 2 blok 5 b
Pleno modul 2 blok 5 b
 
Promkes di puskesmas dan rs 1
Promkes di puskesmas dan rs 1Promkes di puskesmas dan rs 1
Promkes di puskesmas dan rs 1
 
Makalah permasalahan puskesmas
Makalah permasalahan puskesmasMakalah permasalahan puskesmas
Makalah permasalahan puskesmas
 
Konsep homecare
Konsep homecareKonsep homecare
Konsep homecare
 
Makalah home care
Makalah home careMakalah home care
Makalah home care
 
Promosi Kesehatan
Promosi KesehatanPromosi Kesehatan
Promosi Kesehatan
 
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
 
Homecare lansia
Homecare lansiaHomecare lansia
Homecare lansia
 
Teoritis rumah sakit
Teoritis rumah sakitTeoritis rumah sakit
Teoritis rumah sakit
 

Similar to Yankes Tradisional Terganjal Peraturan Pemerintah

materi ASPEK LEGAL ETIK KOMPLEMENTER.pptx
materi ASPEK LEGAL ETIK KOMPLEMENTER.pptxmateri ASPEK LEGAL ETIK KOMPLEMENTER.pptx
materi ASPEK LEGAL ETIK KOMPLEMENTER.pptxVipAisyah
 
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-iIpe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-iacmanihuruk
 
LOKAKARYA MINI TRIWULAN LINTAS SEKTOR 1.pptx
LOKAKARYA MINI TRIWULAN LINTAS SEKTOR 1.pptxLOKAKARYA MINI TRIWULAN LINTAS SEKTOR 1.pptx
LOKAKARYA MINI TRIWULAN LINTAS SEKTOR 1.pptxSumiyati95
 
PPT-UEU-Terapi-Komplementer-Pertemuan-2(1).pptx
PPT-UEU-Terapi-Komplementer-Pertemuan-2(1).pptxPPT-UEU-Terapi-Komplementer-Pertemuan-2(1).pptx
PPT-UEU-Terapi-Komplementer-Pertemuan-2(1).pptxJoniSiahaan
 
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18SiLvi Fata
 
Proposal untuk dompet dhuafa
Proposal untuk dompet dhuafaProposal untuk dompet dhuafa
Proposal untuk dompet dhuafaTeguh Edu
 
3. Materi dr agus purwadinoto.pptx.pdf
3. Materi dr agus purwadinoto.pptx.pdf3. Materi dr agus purwadinoto.pptx.pdf
3. Materi dr agus purwadinoto.pptx.pdfIntanKarninaPutri2
 
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007Ulfah Hanum
 
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-pptYeniRimadeni
 
Kebijakan pelayanan kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan Kebijakan pelayanan kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan Selvia Agueda
 
Slide akreditasi ppk
Slide akreditasi ppkSlide akreditasi ppk
Slide akreditasi ppkdike1
 

Similar to Yankes Tradisional Terganjal Peraturan Pemerintah (20)

materi ASPEK LEGAL ETIK KOMPLEMENTER.pptx
materi ASPEK LEGAL ETIK KOMPLEMENTER.pptxmateri ASPEK LEGAL ETIK KOMPLEMENTER.pptx
materi ASPEK LEGAL ETIK KOMPLEMENTER.pptx
 
KAK KESTRAD
KAK KESTRADKAK KESTRAD
KAK KESTRAD
 
PPT yeww.pptx
PPT yeww.pptxPPT yeww.pptx
PPT yeww.pptx
 
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-iIpe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
Ipe.40 1306480433-agatha cornelia-manihuruk-ltm-i
 
Kerangka acuan
Kerangka acuan Kerangka acuan
Kerangka acuan
 
LOKAKARYA MINI TRIWULAN LINTAS SEKTOR 1.pptx
LOKAKARYA MINI TRIWULAN LINTAS SEKTOR 1.pptxLOKAKARYA MINI TRIWULAN LINTAS SEKTOR 1.pptx
LOKAKARYA MINI TRIWULAN LINTAS SEKTOR 1.pptx
 
Sistem yankes
Sistem yankesSistem yankes
Sistem yankes
 
PPT-UEU-Terapi-Komplementer-Pertemuan-2(1).pptx
PPT-UEU-Terapi-Komplementer-Pertemuan-2(1).pptxPPT-UEU-Terapi-Komplementer-Pertemuan-2(1).pptx
PPT-UEU-Terapi-Komplementer-Pertemuan-2(1).pptx
 
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
Tutorial 1 kelompok 6 blok 18
 
Proposal untuk dompet dhuafa
Proposal untuk dompet dhuafaProposal untuk dompet dhuafa
Proposal untuk dompet dhuafa
 
Ukbm di puskesmas
Ukbm di puskesmasUkbm di puskesmas
Ukbm di puskesmas
 
Konsep puskesmas
Konsep puskesmasKonsep puskesmas
Konsep puskesmas
 
MD2
MD2MD2
MD2
 
3. Materi dr agus purwadinoto.pptx.pdf
3. Materi dr agus purwadinoto.pptx.pdf3. Materi dr agus purwadinoto.pptx.pdf
3. Materi dr agus purwadinoto.pptx.pdf
 
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
Kebijakan obat tradisional nasional tahun 2007
 
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
 
dasar puskesmas.pdf
dasar puskesmas.pdfdasar puskesmas.pdf
dasar puskesmas.pdf
 
Kebijakan pelayanan kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan Kebijakan pelayanan kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan
 
Slide akreditasi ppk
Slide akreditasi ppkSlide akreditasi ppk
Slide akreditasi ppk
 
DOKTER KELUARGA.pdf
DOKTER KELUARGA.pdfDOKTER KELUARGA.pdf
DOKTER KELUARGA.pdf
 

More from BitraIndonesia

More from BitraIndonesia (13)

Profil Bitra 2023.pdf
Profil Bitra 2023.pdfProfil Bitra 2023.pdf
Profil Bitra 2023.pdf
 
BITRANET edisi 50.pdf
BITRANET edisi 50.pdfBITRANET edisi 50.pdf
BITRANET edisi 50.pdf
 
BITRANET edisi 49
BITRANET edisi 49BITRANET edisi 49
BITRANET edisi 49
 
BITRANET edisi 48.pdf
BITRANET edisi 48.pdfBITRANET edisi 48.pdf
BITRANET edisi 48.pdf
 
BITRANET edisi 48
BITRANET edisi 48BITRANET edisi 48
BITRANET edisi 48
 
Bitranet edisi 46
Bitranet edisi 46Bitranet edisi 46
Bitranet edisi 46
 
Bitranet edisi 46
Bitranet edisi 46Bitranet edisi 46
Bitranet edisi 46
 
Poster organik-2021
Poster organik-2021Poster organik-2021
Poster organik-2021
 
Poster permakultur
Poster permakulturPoster permakultur
Poster permakultur
 
Permakultur
PermakulturPermakultur
Permakultur
 
Bitranet edisi 45
Bitranet edisi 45Bitranet edisi 45
Bitranet edisi 45
 
Bitranet edisi 44
Bitranet edisi 44Bitranet edisi 44
Bitranet edisi 44
 
Bitranet edisi 43
Bitranet edisi 43Bitranet edisi 43
Bitranet edisi 43
 

Recently uploaded

Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 

Recently uploaded (15)

Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 

Yankes Tradisional Terganjal Peraturan Pemerintah

  • 1. Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 Daftar Isi Tajuk Utama - Potensi dan Tantangan Penyehat Tradisional 2 - Klusterisasi Penyehat Tradisional Disoal 3 - PP tentang Praktisi Kesehatan Tradisional Dinilai Abaikan Pengobatan Alternatif 4 Advokasi - Nagori Panombean Susun Perdes Peletarian Lingkungan 5 Pertanian - Inovasi Pertanian Padi Menghadapi Perubahan Iklim 6 Kesehatan Alternatif - Daun Jelatang “Si Pembakar” yang Berkhasiat 7 Profil - Sugimin: Pengetahuan dan Keterampilan Agar Bermanfaat Bagi Masyarakat 8 1 Edisi 47 / Nopember 2021-Januari 2022 Untuk Kalangan Terbatas bitranet newsletter Indonesia memiliki potensi pelayanan kesehatan tradisional yang sangat kaya, baik berupa penerapis dan ramuan herbal. Potensi pelayanan kesehatan tradisional tersebut berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Berdasarkan survey yang dilakukan sekitar 50 persen masyarakat masih mengandalkan pelayanan kesehatan tradisional dan merasakannya manfaatnya. Namun, keberadaan penyehat tradisional belum mendapat perhatian, perlindungan, pembinaan, dan pengembangan dari pemerintah. Tahun 2014 lalu pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 103 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional. Namun, regulasi itu justru menyulitkan penyehat tradisional. Banyak penyehat tradisional yang saat ini tidak bisa memperpanjang izin setelah berlakunya PP No 103/2014. Persoalan utama yang mereka hadapi, penyehat tradisional harus mendapat surat rekomendasi dari organisasi profesi yang berskala nasional. Masalah lainnya adalah klusterisasi pelayanan kesehatan tradisional dalamtigakategoriyangdinilaidiskriminatif,membatasipeluangpartisipasi, dan tidak memberikan ruang pengambangan. Kategori itu ialah penyehat tradisional empiris, komplementer, dan integrasi. Penyehat tradisional yang mengikuti pelatihan selama berbulan-bulan dan berpengalaman selama bertahun-tahun pun dimasukkan dalam kategori yang sama dengan penyehat tradisional yang mendapatkan kemampuan secara turun-temurun atau sering disebut dukun. Mereka dikelompokkan dalam penyehat tradisional empiris. Sementara kelompok komplementer adalah yang mengikuti pendidikan minimal diploma 3 dan integrasi adalah yang menggabungkan keduanya. Padahal siapapun dapat melihat secara langsung di beberapa daerah dan pedesaan, masyarakat memilih tidak ke puskesmas karena sikap nakes, jarak yang jauh dan butuh biaya transportasi yang mahal meskipun biaya berobat gratis. Seharusnya pelayanan kesehatan tradisional yang masih menjadi tulang punggung sistem kesehatan, khususnya di daerah-daerah dan pedesaan. SebabbanyakketentuandalamPPNo103/2014belumbisadilaksanakan secara operasional karena hingga kini belum ada peraturan turunannya, yakni peraturan daerah di tingkat provinsi ataupun kabupaten. Untuk mendapat sertifikat dan berbagai izin, misalnya, sampai sekarang belum diatur lebih jelas di level provinsi dan kabupaten. (red) Yankes Tradisional Terganjal Peraturan Pemerintah HIV/AIDS Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022
  • 2. Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 2 Tajuk Utama Jurnalis BITRANET dalam melaksanakan tugasnya tidak dibenarkan menerima amplop atau imbalan apapun. Bagi masyarakat yang melihat dan dirugikan, silakan menghubungi redaksi dan menggunakan hak jawabnya. Potensi dan Tantangan Penyehat Tradisional Pengobatan tradisional mem- berikan manfaat dalam meningka- tkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga seperti penyediaan ta- naman obat, penyehat tradisional pijat, dan lain-lain. Potensi besar yang dimiliki pengobatan tradi- sional dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat selain itu mudah diperoleh dan relatif lebih murah dari pada obat modern. Saat ini pelayanan keseha- tan tradisional semakin diminati masyarakat dan menjadi salah satu pilihan dalam menyelesaikan ma- salahnya. Namun, pengembangan penyehatan atau pengobatan tra- disional menghadapi tantangan, mulai dari kualitas dan kuantitas bahan baku yang menurun, sulit- nya mendapat izin praktik, dan izin edar. Pengobatan tradisional pun terancam ditinggalkan karena minimnya riset. “Kendala paling dominan yang dihadapi para penyehat tradisio- nal adalah sulitnya mengurus izin praktik penyehat tradisional dan izin edar obat tradisional,” kata Ke- tua P-APASU Muhammad Yusuf Ha- rahap dalam semintar yang digelar di Sibolangit medio 2020 lalu. Yusuf mengatakan, untuk mem- buka praktik, penyehat tradisional harus mempunyai surat terdaf- tar penyehat tradisional (STPT) yang dikeluarkan dinas kesehatan atau pelayanan terpadu satu pin- tu di kabupaten/kota yang berlaku selama dua tahun. Selain itu, ra- muan yang mereka buat juga masih banyak yang belum mendapat izin edar. Selain perizinan, kata Yusuf, kesulitan lain yang mereka hadapi adalah semakin sedikitnya bahan baku membuat ramuan. “Berkurangnya pasokan bahan baku ramuan ini antara lain disebabkan banyaknya hutan yang hilang. Padahal, peramu obat tradi- sional itu banyak di desa penyangga hutan. Kini, hutannya hilang, tana- man obatnya pun ikut hilang,” kata Yusuf. Yusuf mencontohkan, tanaman kumis kucing yang beberapa puluh tahun lalu banyak tumbuh di peka- rangan desa atau di pinggir hutan. Kini, tanaman yang biasa diramu untuk pengobatan gangguan ginjal itu sudah sulit ditemukan. Kalaupun ada, khasiatnya kemungkinan besar sudah berkurang karena terkonta- minasi polusi udara. Tanaman lainnya yang mengalami penurunan kualitas ada- lah akar lalang. Tanaman ini banyak digunakan dalam berbagai jenis ra- muan tradisional. “Namun, khasiat- nya kini berkurang karena sebagian besar lalang terkontaminasi residu pestisida di tanah,” kata Yusuf. Menurut, anggota Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional Dinas Ke- sehatan Sumut Sri Agustina Sembi- ring, masyarakat Indonesia sangat lekat dengan pengobatan tradisio- nal. Obat tradisional adalah warisan dari leluhur. “Berdasarkan Riset Ke- sehatan Dasar 2010, sebanyak 59,1 persen masyarakat pernah minum jamu dan 95,6 persen di antaranya merasakan manfaatnya,”. Akan tetapi, kata Sri, berbagai regulasi terus dibuat pemerintah untuk pengawasan dan pembinaan penyehat tradisional. Pembinaan dilakukan untuk mengembangkan layanan penyehatan tradisional. Di sisi lain pemerintah juga harus me- lindungi konsumen dari malpraktik yang cukup sering terjadi dengan mengatasnamakan pengobatan tra- disional. (hf) Penerbit: Yayasan BITRA Indonesia Medan Pimpinan Umum: Rusdiana Pimpinan Redaksi: M. Ikhsan Dewan Redaksi: Iswan Kaputra, Aprianta. T. Reporter: Erika Rosmawati, Berliana, Hawari, Q. Azam, Misdi, Sudarmanto. Fotografer: Anto Ungsi, Icen Manajemen Pelaksana: H. Fachri Sirkulasi: Ade, Budi. Redaksi: Jl. Bahagia By Pass No. 11/35 Medan - 20218 Telepon: 061-787 6408 Email: newsletterbitranet@ yahoo.com
  • 3. Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 3 Klusterisasi penyehat tradisio- nal dan aturan terkait pengajuan izin dalam Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional disoal. Aturan dinilai tidak memberi ruang bagi penyehat terlatih dan membuat banyak penyehat tradisional seperti pijat, akupunktur, akupresur, bekam, dan ramuan jamu tradisional terpu- ruk setelah terbitnya peraturan itu. ”PP No 103/2014 hanya menon- jolkan pengawasan dan perizinan, sangat minim unsur pembinaan dan pengembangan. Banyak prak- tisi penyehat tradisional tidak bisa memperpanjang izin setelah terbit- nya aturan itu,” kata Wakil Direktur Yayasan Bina Keterampilan Pedesaan (Bitra) Iswan Kaputra dalam seminar di Medan, Selasa (21/12/2021). Seminar nasional bertajuk ”Peluang dan Tantangan PP No 103/2014 terhadap Eksistensi Prak- tisi dan Organisasi Penyehat Tradi- sional” itu dihadiri pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universi- tas Medan Area Rustam Ependi, Ke- tua Perkumpulan Asosiasi Penyehat Alternatif Sumut (P-Apasu) M Yusuf Harahap, dan para praktisi penyehat tradisional di Sumut. Pembicara lain tersambung me- lalui sambungan konferensi video, yakni Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia Ranny Zarman, Kepa- la Bidang Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional CD Bethesda Yogyakarta Eko Rusmiyati, serta Di- rektur Pelayanan Kesehatan Tradi- sional Kementerian Kesehatan Wira- brata. Iswan menjelaskan, lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia masih mengandalkan layanan kesehatan tradisional dan merasakan manfaat- nya. Rustam, yang melakukan kajian terhadap PP No 103/2014, menyebut ada dua hal sangat mendasar yang perlu direvisi dari PP itu. Pertama, klusterisasi layanan kesehatan tradi- sional yang hanya meliputi tiga klus- ter, yakni empiris, komplementer, dan terintegrasi. Tiga kluster itu, menurut Rus- tam, tidak mengakomodasi penyehat tradisional terlatih yang mengikuti pelatihan selama berbulan-bulan, bersertifikasi, dan pengalaman ber- tahun-tahun. Penyehat ini mengikuti latihan pijat, akupunktur, akupresur, bekam, meramu jamu, atau kemam- puan lain dan terbukti manfaatnya secara empiris. Namun, PP No 103/2014 mema- sukkan penyehat tradisional terlatih dalam satu kluster dengan penyehat tradisional turun-temurun atau se- ring disebut dukun. Pihaknya mendo- rong supaya ada satu kelompok lagi, yakni penyehat tradisional empiris terlatih. Sementara penyehat tradisional komplementer adalah layanan ke- sehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah. Tenaga kesehatannya mendapat ilmu kesehatan tradisional dari perguruan tinggi paling rendah diploma. Adapun kelompok ketiga adalah terintegrasi, yakni paduan antara em- piris dan komplementer. Substansi kedua yang perlu di- revisi adalah perihal perizinan yang harus mendapat rekomendasi dari organisasi profesi berskala nasional. SebelumPPNo103/2014diterbitkan, rekomendasi bisa didapat dari P-Apa- su yang memang sudah sejak 1989 menjadi wadah bagi penyehat tradi- sional di Sumut. ”Sudah lebih dari 800 penyehat tradisional dilatih dan dibina di P-Apasu dengan pendampingan Bitra. P-Apasu juga sudah puluhan tahun menjadi mitra Kementerian Keseha- tan setiap ada kegiatan penyehatan tradisional. Namun, saat ini rekomen- dasi dari P-Apasu tidak diakui lagi ka- rena hanya lokal di Sumut,” kata Rus- tam. Salah satu yang merasakan dampak cukup signifikan dari PP 103/2014 adalah penyehat tradisio- nal akupunktur. ”Setelah PP itu terbit, banyak akupunkturis tidak bisa ber- praktik, perkembangan pelayanannya sangat kurang, dan banyak yang me- lakukan secara diam-diam,” kata Eko. Di Yogyakarta, kata Eko, akupunk- tur berkembang pesat sebelum PP No 103/2014 disahkan. Masyarakat pun merasakan manfaat dari layanan ke- sehatan tradisional dari akupunktu- ris yang telah mendapat sertifikasi. Namun, saat ini layanan itu tidak bisa dilaksanakan karena tindakan invasif dengan jarum wajib dilakukan tenaga kesehatan tradisional paling rendah berpendidikan diploma. Untuk mendapat gelar diploma di bidang akupunktur, kata Eko, me- reka harus membayar uang kuliah Rp 5,4 juta per semester selama empat semester. ”Dengan PP No 103/2014, kami seolah-olah ingin dimusnahkan. Semua sertifikasi yang sudah didapat tidak berlaku lagi,” kata Eko. Ranny mengatakan, persoalan serupa dialami penyehat tradisional di bidang jamu dan obat tradisio- nal. Berdasarkan PP No 103/2014, penyehat tradisional hanya dapat memberikan obat tradisional dari industri jamu atau obat yang sudah memiliki nomor izin edar. Akhirnya, banyak peracik jamu yang hanya membeli izin edar dari industri jamu. Ada juga yang membuka kemasan yang punya izin edar dan mema- sukkan atau mencampur racikan sendiri ke kemasan itu. ”Pemerintah seharusnya mendorong bagaimana penyehat tradisional bisa mendirikan fasilitas bersama untuk memproduk- si obat tradisional,” kata Ranny. Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan Wirabrata tidak memberikan tang- gapan secara langsung tentang do- rongan revisi PP itu. Ia menyebut, masyarakat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengemban- gkan, meningkatkan, dan menggu- nakan layanan kesehatan tradisional. ”Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan kesehatan tradisional dengan didasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlin- dungan. (hf) Sumber: Klusterisasi Penyehat Tradi- sional Disoal - Kompas.id Klusterisasi Penyehat Tradisional Disoal Tajuk Utama
  • 4. Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 4 Tajuk Utama Sebagian masyarakat yang tinggal di perdesaan masih memanfaatkan pengobatan alternatif ketimbang be- robat ke dokter. Problemnya, saat ini keberdaanpenyehattradisionalbelum mendapat perhatian, perlindungan, pembinaan, dan pengembangan dari pemerintah. Presiden Joko Widodo telah mene- tapkan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional pada 3 Desem- ber 2014. Namun, peraturan tersebut justru menyulitkan penyehat atau praktisi kesehatan tradisional. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli- tik (FISIP) Universitas Medan Area, Rustam Ependi mengatakan, saat ini, banyak praktisi kesehatan tradisional yang tidak bisa memperpanjang izin praktik setelah ketentuan itu berlaku. “Sebab mereka harus mendapat surat rekomendasi dari organisasi profesi berskala nasional dahulu,” kata Rustam saat dihubungi dari Kota Malang pada Kamis, 7 Oktober 2021. Rustam mengkaji Peraturan Pemerin- tah Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional ber- sama Yayasan Bina Keterampilan Pe- desaan Indonesia atau Yayasan BITRA Indonesia. Rustam menambahkan, Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 itu juga mengelompokkan pelayanan kesehatan tradisional dalam tiga ka- tegori, yaitu pelayanan kesehatan tra- disional empiris, komplementer, dan integrasi. Dalam kelompok penyehat tradisional empiris, orang yang mengikuti pelatihan berbulan-bulan maupun sudah berpengalaman jus- tru sama dengan penyehat tradisional yang memperoleh kemampuan secara turun-temurun, yang populer disebut dukun Penyehat tradisional dalam klas- ter komplementer harus berpendi- dikan minimal diploma III. Sedangkan kelompok integrasi merupakan ga- bungan kelompok empiris dan kom- plementer. Menurut Rustam, pola klaster semacam itu memang terlihat terstruktur dan terukur (sistematis) dari strategi mikro pelayanan keseha- tan tradisional. Namun, pola klaster itu kontradiktif dengan asas keadilan, nondiskriminasi, dan menghambat peluang partisipasi penyehat tradisio- nal secara luas. Dalam konteks tersebut, penyehat tradisional empiris yang menjadi kor- ban pertama. Mereka tak bisa berpar- tisipasi dalam pelayanan kesehatan komplementer dan integrasi. Padahal, fakta empiris para penyehat tradisio- nal mempunyai kemampuan dan ke- terampilan yang relatif sama dengan praktisi kesehatan yang masuk dua klaster lain. Pengelompokan dan kewajiban mendapatkan rekomendasi Surat Ter- daftar Penyehat Tradisional (SPTP) dari organisasi berskala nasional, me- nurut Rustam, menunjukkan regulasi yang diskriminatif, mengabaikan kea- rifan lokal, melemahkan organisasi tingkat lokal, menghambat pengem- bangan sumber daya manusia, dan penyerapan ekonomi yang terpusat. Klaterisasi ini diskriminatif, mem- batasi peluang partisipasi, dan tidak memberi ruang pengembangan,” kata Rustam yang juga pengusaha jamu. “Sedangkan kewajiban mendapatkan STPT dari organisasi berskala nasio- nal juga makin meneguhkan sifat or- ganisasi profesi yang sentralistik.” Sebab itu, Rustam menyarankan pemerintah pusat merevisi peraturan tersebut agar terhindar dari pelang- garan atas asas keadilan, nondiskrimi- nasi, perikemanusiaan, dan asas lain yang termaktub dalam ketentuan tadi. Rustam memberikan lima saran kepa- da pemerintah untuk mengakomodasi kebutuhan para penyehat tradisional. Pertama, pemerintah mendata potensi kuantitas dan kualitas kete- rampilan penyehat tradisional. Kedua, pemerintah membuka ruang dialog untuk mendapatkan simpul-simpul kebenaran praktis dan solusi bagi para praktisi kesehatan tradisional dan pemerintah. Ketiga, pemerintah memetakan masalah untuk menum- buhkembangkan penyehat tradisional empiris. Keempat, pemerintah memak- simalkan fungsi pemberdayaan dan pembinaan secara khusus kepada para penyehat tradisional empiris PP tentang Praktisi Kesehatan Tradisional Dinilai Abaikan Pengobatan Alternatif agar mereka “naik kelas” menjadi pelayan kesehatan tradisional kom- plementer. Kelima, pemerintah meru- muskan kebijakan berbasis fakta dan akomodatif terhadap eksistensi para penyehat tradisional. Penjelasan Rustam selaras dengan harapan Irianto Sipayung, penyehat tradisional dari Desa Tanjung Harap, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Ser- dang Bedagai, Sumatera Utara. Irianto sudah mempunyai STPT dari dinas kesehatan setempat setelah mendapat rekomendasi dari P-Apusu. Namun, sejak 2017 dia tak lagi bisa memper- panjang maupun memperbarui STPT karena berdasarkan peraturan tadi, P-Apusu bukan lagi organisasi profesi berskala nasional. Padahal, selama ini P-Apusu yang membina Irianto sehin- gga terampil memijat dan membuat ramuan tradisional. Profesor Heru Santoso dari Fakul- tas Kesehatan Masyarakat Univer- sitas Sumatera Utara menyatakan, pelayanan kesehatan tradisional ma- sih menjadi tulang punggung sistem kesehatan di perdesaan. Dia berha- rap pemerintah membangun dan mengembangkan layanan kesehatan tradisional ke hulu. “Supaya pendu- duk desa tidak perlu jauh-jauh ke puskesmas dan mengeluarkan ongkos transportasi yang tak sedikit, meski di puskesmas berobatnya gratis,” ka- tanya. “Itu sebabnya sebagian besar penduduk desa memilih berobat ke penyehat tradisional.” Satu lagi persoalan dalam Pera- turan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional, menurut Heru, belum bisa terlaksana karena sampai sekarang belum ada peraturan turunan, berupa peraturan daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Akibatnya, tidak jelas siapa lembaga yang berwenang mengurus sertifikasi dan pelbagai izin bagi para penyehat tradisional ini, apakah pemerintah provinsi atau pe- merintah kabupaten/kota? (hf) Sumber: https://nasional.tempo.co/ read/1515065/pp-tentang-praktisi -kesehatan-tradisional-dinilai-abaikan -pengobatan-alternatif/full&view=ok
  • 5. Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 5 Untuk melindungi wilayah de- sanya dari perusakan lingkungan dan agar desa tetap lestari meski- pun pembangunan di desa terus tumbuh, desa didorong untuk membuat peraturan desa tentang pelestarian lingkungan hidup se- suai kearifan lokal masing-masing desa. Begitu juga dengan Peme- rintah Desa/ Nagori Panombean Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun yang men- dapatkan program pendampingan penyusunan Peraturan Desa ten- tang Pelestarian Lingkungan oleh Yayasan BITRA Indonesia Pendampingan penyusunan Perdes Pelestarian Lingkungan di Nagori Panombean dilakukan Pada hari Jumat (18/2) pagi, pelaksa- naan pendampingan ini sudah yang ke 3 kalinya dari jadwal 7 kali per- temuan. Dalam penyusunan Peratu- ran Desa, salah satu tahapan yang dilalui yaitu dengan menggunakan pohon masalah untuk menemu ke- nali akar masalah dan solusi , per- temuan ini melibatkan perwakilan seluruh unsur masyarakat di desa (Perangkat Desa, Unsur BPD, Unsur Perempuan, dan Tokoh Masyarakat dan Agama). Potensi desa dan kekayaan kea- nekaragaman budaya dan hayati yang ada di desa tersebut dilakukan inventarisasi termasuk juga per- masalahan mengenai lingkungan didata seperti masalah membuang bekas popok bayi kealiran air, pe- nangkapan ikan dengan strum dan racun, pembuangan sampah sembarangan, penambangan liar dan beberapa masalah lingkungan lainnya. Nagori Panombean Susun Perdes Peletarian Lingkungan Melalui forum permusyawara- tan nagori, selanjutnya disepaka- ti tindakan pencegahan dan juga sanksi yang akan dikenakan kepa- da oknum yang melanggar Perdes tersebut. Peserta dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mengi- dentifikasi kondisi desa, melipu- ti Kawasan Perumahan dan Per- mukiman, Kawasan Lahan Tegalan/ Tanah Kering/Hutan, Kawasan Lahan Persawahan, Kawasan Jalan dan Kawasan Aliran Sungai/Aliran Irigasi. Dengan semakin banyaknya Perdes yang disusun dan diterapkan diharapkan tindakan perusakan lingkungan bisa lebih ditekan kare- na masyarakat desa sudah memiliki dasar hukum dalam mengambil tin- dakan kepada oknum yang melang- gar aturan yang ada di wilayah de- sanya. (hf) Advokasi
  • 6. Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 6 Pertanian Penyediaan pangan bagi pen- duduk Indonesia yang semakin bertambah memerlukan upaya nyata peningkatan produksi padi. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan pe- ningkatan penduduk. Namun per- soalannya, budidaya padi dewasa ini dihadapkan pada perubahan iklim global yang jika tidak stabili- tas perberasan nasional akan ter- ganggu. Perubahan iklim global telah membawa dampak nyata pada sektor pertanian dalam bentuk per- geseran musim. Dampak dari peru- bahan Iklim adalah meningkatnya kejadian iklim ekstrim, berubahnya pola hujan, bergesernya awal mu- sim, banjir, kekeringan, dan naiknya permukaan air laut. Perubahan itu otomatis merubah pola tanam padi di Indonesia dan memicu peruba- han pola hidup OPT (organisme penganggu tanaman) yang dapat menyebabkan ledakan hama penya- kit tanaman padi. Fenomena ini berdampak lang- sung pada meningkatnya tekanan abiotik dan biotik bagi lahan per- tanian. Tekanan abiotik seperti me- ningkatnya areal lahan marginal (kekeringan, kemasaman, kahat pupuk utamanya nitrogen), sedang- kan tekanan biotik seperti ledakan hama dan penyakit karena iklim yang tidak menentu atau muncul- nya hama atau penyakit yang se- belumnya bukan utama menjadi utama dan sebaliknya yang dise- babkan oleh perubahan iklim baik makro maupun mikro (Muhammad A, dkk, 2013). Guna mengantisipasi dan meng- hadapi perubahan iklim, karenanya, inovasi teknologi padi yang telah di- siapkan adalah varietas padi toleran terhadap cekaman abiotik seperti rendaman (banjir), kekeringan, dan salinitas. Varietas padi yang beru- mur genjah dan tahan terhadap hama dan penyakit juga tersedia di samping inovasi teknologi budidaya dan pengendalian hama dan penya- kit terpadu. Metode pengairan basah dan kering juga dikenal dengan sis- tem pengairan berselang, dimana dalam kondisi tertentu tanaman dalam kondisi macak-macak dan pada periode tertentu dalam kon- disi tergenang. Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan terge- nang secara bergantian. Pengairan berselang memberi kesempatan kepada akar untuk berkembang lebih baik, pengairan berselang mengurangi kerebahan, mengaktif- kan jasad renik mikroba yang ber- manfaat, mengurangi kerebahan, mengurangi jumlah anakan yang ti- dak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah), menyeragamkan pemasakan gabah dan memperce- pat waktu panen, memudahkan pembenaman pupuk ke dalam ta- nah (lapisan olah), memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama we- reng coklat dan penggerek batang, mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus (Puslit- bangtan, 2011). Cara pengairan berselang: (1) Tanam bibit dalam kondisi sawah macakmacak; (2) Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari; (3) Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (biasanya 5-6 hari); (4) Setelah per- mukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm; (5) Biarkan sawah mengering sen- diri, tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5 cm. Pengairan berselang memerlukan pengaturan kapan lahan digenangi dan dikeringkan. Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia pembungaan. Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan di- keringkan. Sepuluh hari sebelum panen lahan dikeringkan. (hf) Inovasi Pertanian Padi Menghadapi Perubahan Iklim
  • 7. Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 7 Kesehatan Alternatif Sejak dahulu, daun jelatang yang memiliki tekstur tajam di si- sinya ini dipercaya mampu men- gobati berbagai kondisi. Nama il- miahnya, Urtica dioica, berasal dari bahasa latin uro yang berarti “mem- bakar”. Sebab, daun jelatang dapat memberikan sensasi panas saat menyentuh kulit sehingga menye- babkan gatal, kemerahan, serta pembengkakan. Namun, jangan salah sangka dulu, meskipun daun jelatang me- miliki deskripsi yang cukup menge- rihkan, tapi nyatanya daun ini aman untuk dikonsumsi saat sudah dima- sak, dibekukan, dikeringkan, atau dijadikan suplemen. Berikut adalah manfaat daun jelatang untuk ke- sehatan yang bisa Anda dapatkan. 1. Bernutrisi tinggi Daun Jelatang mengandung Vita- min (A, C, K, dan B), Mineral (kal- sium, zat besi, magnesium, fos- for, kalium, dan natrium), Lemak baik (asam linoleat, asam linole- nat, asam palmitat, asam stearat, dan asam oleat), Asam amino esensial, Polifenol (kaempferol, quercetin, asam caffeic, couma- rin, dan flavonoid lainnya), Pig- men (beta karoten, lutein, luteo- xanthin dan karotenoid lainnya), dan Meningkatkan kadar antiok- sidan dalam darah. 6. Mengurangi perdarahan Menurut studi, obat-obatan yang mengandung ekstrak daun jela- tang terbukti bisa mengurangi perdarahan, terutama setelah prosedur operasi. 7. Bersifat diuretik (meredakan da- rah tinggi) Daun jelatang dianggap bisa ber- tindak sebagai diuretik alami sehingga membantu tubuh men- geluarkan garam dan air ber- lebih. Hasilnya, tekanan darah tinggi dapat diatasi untuk semen- tara waktu. Efek samping daun jelatang Meskipun manfaat daun jela- tang di atas cukup menggiurkan, waspadai juga efek samping yang bisa ditimbulkannya antara lain masalah pencernaan, tubuh berke- ringat, munculnya ruam di kulit, dan masalah pada kandung kemih. Dalam beberapa kasus yang langka, daun jelatang juga bisa menyebabkan alergi. Anak-anak dan wanita hamil disarankan un- tuk tidak mencoba daun jelatang karena daun ini bisa menimbulkan kontraksi rahim dan menyebabkan keguguran pada ibu hamil. (Dari berbagai sumber) Daun Jelatang “Si Pembakar” yang Berkhasiat 2. Mengatasi radang sendi (arthri- tis) Menurut Arthritis Foundation, daun jelatang dapat mengurangi peradangan sehingga nyeri os- teoarthritis dapat diatasi.Selain itu, daun jelatang juga memiliki beberapa bahan kimia yang ber- sifat antiradang dan mampu me- redakan rasa nyeri. 3. Meredakan gejala pembesaran prostat Studi pada manusia membuk- tikan kalau ekstrak daun jelatang dapat mengatasi masalah buang air kecil, baik jangka pendek maupun panjang. 4. Mengatasi rhinitis alergi Rhinitis alergi terjadi saat lapisan hidung mengalami peradangan. Daun jelatang dianggap sebagai salah satu pengobatan alami rhi- nitis alergi yang menjanjikan. 5. Berpotensi mengontrol gula da- rah Daun jelatang mengandung kom- ponen yang bisa menyerupai obat-obatan insulin, Dalam se- buah studi berdurasi 3 bulan, 46 partisipan diminta mengonsumsi 500 miligram ekstrak daun je- latang sebanyak tiga kali dalam sehari. Hasilnya, kadar gula da- rah mereka menurun.
  • 8. Edisi 47: Nopember 2021 - Januari 2022 Sugimin: Pengetahuan dan Keterampilan Agar Bermanfaat Bagi Masyarakat Profil Kepeduliannya membangun desa dengan mendorong gotong royong dan menumbuhkan keswadayaan warga sudah tidak lagi diragukan. Tepat tiga tahun yang lalu warga memilih dan memastikan Sugimin menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Teluk Kecamatan Secanggang, Langkat. Sugimin, pria kelahiran Lubuk Rotan, 43 tahun lalu yang kini menjabat sebagai kepala bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa melaksanakan amanah warga padanya. Melakukan fungsi pemerintahan dengan turut membahas serta menyepakati berbagai kebijakan yang berasal dari warga pada penyelenggaraan pemerintahan desa dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di desa, memperkuat kebersamaan serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Menampung aspirasi dari warga sangat lazim dia lakukan, bahkan dengan mendatangi satu persatu- persatu kumpulan kelompok warga baru dengan mengikuti pelatihan Pijat Akupresur yang digelar dan difasilitasi oleh Yayasan BITRA Indonesia di Desa Teluk, “tapi tidak semudah membalikan telapak tangan, pertama kali praktek, banyak salah pijit, yang seharusnya titik refleksi untuk lambung malah ke pijit titik yang lain” ucap Sugimin sambil tersenyum. Latihan praktik pada tubuh sendiri bahkan pada istri yang bertujuan untuk menguji apakah hasil pijatannya tepat, enak atau pijatannya terlalu kuat atau kurang kuat rutin Sugimin lakukan. Kini setelah beberapa kali mengikuti pertemuan pemijat dan latihan sendiri Sugimin mengakui merasa lebih memahami titik-titik dalam akupresur dan ramuan herbal yang gunakan untuk menjaga kesehatan diri, keluarga dan pengguna jasa yang datang kepadanya. “Sekarang gak menduga-duga lagi, waktu menerapi sudah tahu titik- titiknya, kalau masalanya dilambung yang dipijit meridian lambung, bukan yang penting enak pijitannya namun tidak berefek pada pemulihan” jelas Sugimin. Sugimin tidak pernah meminta atau mematok tarif dari orang-orang yang menggunakan jasa terapinya, menurut Sugimin saat orang lain sehat dan pulih kembali menjadi suatu kepuasan tersendiri baginya. “Harapan ku, semua pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang aku miliki saat ini bermanfaat bagi orang-orang disekitar ku, terutama keluarga ku, karena prinsip yang ku pegang saat ini orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” tutup Sugimin, orang yang kini di percaya menjadi ketua Kelompok Tani Batang Sirih di Desa Teluk. (hf) diwilayah dapilnya. Masyarakat yang ditemui kadang mengadu dan mengeluhkan beberapa masalah bansos, pertanian, program dan pembangunan desa baik yang berasal dari desa, kabupaten sampai pusat. Selain menjadi anggota BPD, pria yang menikahi Nurmayanti empat belas tahun lalu, kesehari-harianya juga merupakan seorang peternak dan petani padi. Hidup sederhana, giat dan selaras alam ia tanamankan sejak dini pada anak perempuan semata wayangnya yang kini sedang menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Maju Desa Teluk. Meski Sugimin hanya berkesempatan menyelesaikan Pendidikan SMP, Dia mendorong putrinya untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya hingga ketingkat universitas walaupun diluar provinsi. Sugimin berpendapat untuk membangun diri sendiri, orang lain, desa, dan bahkan negara butuh pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan pendidikan. Medio 2017 Sugimin berkesempatan menambah keahlian