2. Pembangunan pertanian merupakan kegiatan
vital dalam kehidupan, yang saat ini sudah
merupakan tujuan pembangunan dunia
menghadapi era Milenium yang diserukan oleh
World Bank (2008), bahwa tiga dari empat orang
miskin di negara berkembang, tinggal di
pedesaan yang sebagian besar tergantung
langsung maupun tidak langsung pada pertanian.
3. Defenisi Pembangunan Pertanian
Pembangunan Pertanian adalah suatu
proses yang ditujukan untuk selau
menambah produksi pertanian untuk
menambah produksi pertanian untuk
tiap-tiap konsumen, yang sekaligus
mempertinggi pendapatan dan
produktivitas usaha tiap-tiap petani
dengan jalan menambah modal dan skill
untuk memperbesar turut campur
tangannya manusia di dalam
perkembangan tumbuh-tumbuhan dan
hewan
Defenisi Pembangunan Pertanian Menurut Ahli
Menurut A.T. Moscher didalam bukunya yang
berjudul “Geeting Agriculture Moving” bahwa
pembangunan pertanian adalah suatu bagian
integral dari pada pembangunan ekonomi dan
masyarakat secara umum
4. Tujuan Pembangunan Pertanian
Ada 6 tujuan pembangunan pertanian yang
ditetapkan, antara lain :
1) membangun sumber daya manusia aparatur
profesional, petani mandiri, dan
kelembagaan pertanian yang kokoh,
2) meningkatkan pemanfaatan sumber daya
pertanian secara berkelanjutan,
3) memantapkan ketahanan dan keamanan
pangan,
4) meningkatkan daya saing dan nilai tambah
produk pertanian,
5) menumbuh kembangkan usaha pertanian
yang dapat memacu aktivitas ekonomi
pedesaan, serta
6) membangun sistem ketatalaksanaan
pembangunan pertanian yang berpihak
kepada petani. (Departemen Pertanian
2004)
1) Terwujudnya sistem pertanian industrial
yang memiliki daya saing,
2) Mantapnya ketahanan pangan secara
mandiri,
3) Terciptanya kesempatan kerja bagi
masyarakat pertanian, dan
4) Terhapusnya kemiskinan di sektor
pertanian serta meningkatnya
pendapatan petani (Departemen
Pertanian 2004).
Sasaran Pembangunan Pertanian
5. Menurut FAO (Food and Agriculture Organization of the United
Nations) (2017) secara global, tujuan pembangunan pertanian adalah :
1. Mengurangi kelaparan dan kemiskinan, terutama para petani;
2. Meningkatkan taraf hidup petani sehingga para petani hidup sejahtera
meski menghadapi perubahan sosial yang meningkat, adanya
guncangan ekonomi dan fisik, serta tekanan yang timbul dalam
kehidupan mereka sehari-hari;
3. Mengusahakan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Tujuan pembangunan pertanian, menurut FAO
(Food and Agriculture Organization of the United Nations)
6. I. Pembangunan Pertanian Masa Lalu
1. Pembangunan Pertanian Revolusi Neolitik, yaitu Pembangunan pertanian dimulai sejak
manusia mulai bercocok tanam, yang sebelumnya hidup nomaden (berpindah- pindah)
dimana hanya mengandalkan tanaman dan hewan yang ada ditempat itu
2. Pembangunan Pertanian Revolusi Arab, yaitu transformasi pertanian dari abad ke-8
sampai abad ke-13 diwilayah Islam artinya seiring berkembangnya agama Islam,
pengetahuan ilmiah Islam tentang pertanian dan hortikultura juga berkembang pada abad
itu.
3. Pembangunan Pertanian Revolusi Inggris, Salah satu perubahan penting dalam metode
pertanian revolusi Inggris adalah terjadinya rotasi tanaman. Rotasi tanaman dari revolusi
Inggris ini sangat dikenal dengan nama rotasi tanaman Norfolk, yakni menumbuhkan
serangkaian jenis tanaman berbeda di daerah yang sama dalam musim yang berurutan.
7. II. Pembangunan Pertanian Setelah Perang Dunia II
Perang Dunia II merupakan masa yang paling sulit dirasakan oleh banyak bangsa di
dunia, paling sedikit itu yang dirasakan oleh manusia abad ke 19 – 21. Sebab terjadinya
Perang Dunia II, hampir semua kegiatan manusia tersita oleh perang.
Setelah perang dunia II selesai, dunia pertanian marak ditandai dengan peningkatan
produktivitas, penggunaan pupuk kimia, pestisida kimia, yang kemudian hal itu
menyebabkan polusi air dan tanah. Setelah perang usai, kegiatan manusia termasuk
pertanian, kembali pulih. Manusia disibukkan kembali dengan aktivitas sehari-hari
membangun kehidupan.
Saat itulah kemudian menjadi saat yang membawa perubahan besar kepada
pertanian, karena populasi manusia menjadi sangat meningkat, yang disebut sebagai
masa “baby booming” (peledakan bayi/penduduk).
8. III. Pembangunan Pertanian di Indonesia
1. Sistem tanam paksa, Sprague (2012) menjelaskan, saat masa penjajahan,
Indonesia sebagai sumber produk mentah untuk kapitalisme pedagang, yang secara
bertahap menjadi sumber produk mentah untuk kapitalisme industri. Sistem tanam
paksa yang diperkenalkan Belanda merupakan sebuah sistem budidaya yang
memaksa petani Indonesia untuk menanam tanaman komersial dengan tujuan ekspor
dan sistem itu yang menjadi dasar kemajuan ekonomi di Belanda.
2. Repelita, adalah Rencana Pembangunan Lima Tahun dari program pemerintah era
Presiden Suharto, yang dirancang dengan peletakan pondasi yang kokoh pada
pertanian. Oleh karenanya, dalam Repelita I, dirancang tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar rakyat yang sebagian besar petani dan pembangunan infrastruktur,
yang ditekankan kepada bidang pertanian
9. 1. Masalah dunia : menjadi masalah bangsa, Kelaparan dan kemiskinan merupakan masalah dunia,
karena melanda tidak saja negara-negara miskin, di Amerika Serikat, sebagai salah satu negara terkaya di
dunia pun terdapat orang kelaparan dan kemiskina. Tentu saja, Indonesia juga masih belum lepas dari
kelaparan dan kemiskinan. Utama (2015), menyampaikan bahwa masih banyak penduduk Indonesia yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka, khususnya di wilayah bagian timur Indonesia, seperti
Papua, NTT dan Maluku. Berdasarkan hasil penelitian dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), diperkirakan
sebanyak 19,4 juta penduduk Indonesia masih mengalami kelaparan, dengan penyebab utamanya adalah
kemiskinan. Jumlah ini sudah jauh berkurang dibanding awal Tahun 90-an.
2. Menuju Sustainable Agriculture yang belum sepenuhnya, Pertanian berkelanjutan atau sustainable
agriculture adalah suatu kondisi pertanian yang dapat memberikan penghasilan pertanian yang
menguntungkan sekaligus dapat mempromosikan kepedulian terhadap lingkungan, seperti : memperbaiki
dan melindungi kualitas tanah, mengurangi ketergantungan kepada sumberdaya alam tak terbarukan,
seperti BBM, pupuk dan pestisida kimia, meminimalkan dampak buruk terhadap keselamatan satwa liar,
kualitas air dan sumberdaya lingkungan lainnya serta mempromosikan keluarga petani yang stabil dan
sejahtera
3. Pemanfaatan biomass dan bioenergy yang belum maksimal, Biomass adalah bahan bakar yang
dikembangkan dari bahan organik yang disebut juga sebagai sumber energi terbarukan dan berkelanjutan
yang digunakan untuk menciptakan listrik atau bentuk kekuatan lainnya. Contoh bahan biomass adalah :
kayu, puing-puing kayu, tanaman, pupuk organik, limbah organik, kertas, dan lain-lain. Jadi biomass
adalah sumber bahan bakar terbarukan untuk menghasilkan energi
Masalah dalam Pembangunan Pertanian
10. UPAYA TERHADAP PERMASALAHAN
1) Sustainable intensification / Intensifikasi
berkelanjutan adalah upaya meningkatkan
produksi pangan dari lahan pertanian sambil
meminimalkan tekanan terhadap lingkungan,
2) Mengatasi kelaparan
3) Mengatasi kemiskinan
4) Peningkatan produksi dan produktivitas
pertanian
5) Mengatasi sumber daya air yang terbatas
6) Mengatasi keterbasan lahan
7) Peningkatan pengetahuan teknologi bagi
petani
8) Menyediakan kebutuhan petani dan
membuka akses terhadap permodalan
9) Urban Farming / Pertanian perkotaan
11. REKOMENDASI
KESIMPULAN
Untuk menjadi petani yang tangguh dan siap
maju guna memperbaiki kualitas dan mental
petani, dapat dilakukan melalui berbagai cara,
diantaranya adalah (Campbell, 2015) :
1) Menerima tantangan.
2)Menjadi mandiri.
3)Melihat kesulitan sebagai peluang.
4)Tidak terlalu serius.
5)Membantu orang lain.
6)Miliki tujuan
7) Memilih sikap
8) Menghindari dari kelompok negatif
Masa depan pembangunan pertanian sangat
tergantung pada kinerja kelompok tani. Dalam jangka
pendek langkah-langkah penting yang diperlukan di
antaranya adalah :
(1) Perbaikan irigasi yang sinergis dan terintegrasi
mulai dari saluran primer, sekunder, sampai
tertier pada petak sawah petani;
(2) Penyediaan benih unggul bermutu yang tepat /
sesuai pilihan petani dan agroekosistem;
(3) Penyediaan pupuk berimbang sesuai dengan
karakteristik lahan petani;
(4) Penerapan paket teknologi usaha tani terpadu
seperti PTT (pengelolaan sumber daya dan
pertanian terpadu) atau SRI (System of Rice
Intensification); dan
(5) Penyuluhan dan pendampingan yang intensif