Sistem informasi penanggulangan bencana sangat membantu dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan untuk penanganan bencana secara cepat, tepat, terkoordinasi, dan menyeluruh. Sistem informasi geografis (GIS) dapat menampilkan data spasial dan atribut lokasi bencana seperti banjir di Jakarta Selatan untuk mempercepat penanganan. Komponen utama GIS adalah perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, dan metode.
Yoyok,hapzi ali, sim bencana alam, ut palangkaraya, 2018
1. SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN BENCANA
PENULIS : YOYOK
NIM : 530012695)
Sumber Jurnal :
1. Analisis dan perencanaan Sistem Pengumpulan Data Bencana Alam; Theresia
Devi Indriasari,Kusworo Anindito, Eddy Julianto, 2015
2. Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan : Studi Kasus Jogya Tanggap cepat
Dalam Mengelola Informasi Bencana Erupsi Merapi; Septian Aji Permana,
2015
3. Sistem Informasi Multi Ancaman Bencana Alam Di Aceh; Nasaruddin, Kairul
Munadi, Dedi Yuliansyah, 2011
4. Sistem Informasi Geografis Bencana Alam Banjir Jakarta Selatan; Sri Melati
Sagita, 2016
2. A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada koordinat 60 LU
(Lintang Utara) – 110 LS (Lintang Selatan dan 940 BT (Bujur Timur) – 1410 BT (Bujur
Timur).
Indonesia terletak pada pertemuan lempeng tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan
kawasan beriklim tropik; sehingga menjadikan sebagian besar wilayahnya rawan
terhadap bencana alam. Bencana alam tersebut anatara lain letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Bahkan dari data United States
Geological Survey (USGS) Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
tingkat kegempaan tertinggi di dunia (Sipahutar, 2013).
Melihat kondisi Indonesia yang merupakan negara yang rawan dengan bencana,
tentunya menjadi tanggung jawab dari pemerintah dalam upaya penanganan dari
bencana tersebut. Secara prinsif penanganan bencana antara lain cepat, tepat, prioritas,
koordinasi, keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna. Tujuan utama peanggulangan
bencana adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
dan menjamin terselenggaranya pennaggulangan bencana secara terancana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh (UU No.24, 2007).
Upaya penanganan bencana tersebut membutuhkan data yang akurat pada saat
bencana terjadi agar bisa melakukan penanggulangan bencana yang cepat dan tepat
serta terkoordinasi dan menyeluruh dengan instansi – instansi pemerintah yang terkait,
maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat membenatu proses pengumpulan data
bencana dan korban bencana. Sehingga pemanfaatan teknologi informasi sangat efektif
dalam mengatasi masalah tidak hanya dalam periode pasca bencana tapi juga
mendeteksi lebih dini dari bencana tersebut. Sehingga dapat dilakukan tindakan
antisipasi dari dampak yang lebih buruk dari terjadinya bencana.
3. B. ANALISIS
Teknologi informasi dapat digunakan secara efektif untuk mengatasi masalah
dalam periode pasca-bencana. Sebagai salah satu contoh adalah Sahana Sistem
Manajemen Bencana. Sahana Sistem meruapak sistem yang bersifat Free dan Open
Source yang dikembangkan oleh Lank Software Foundation. Sistem ini berbasis Web
yang menyediakan solusi untuk masalah yang timbul pada kondisi setelah bencana.
Sistem aplikasi Sahana melacak lokasi dari semua kamp-kamp bantuan terutama untuk
mengatasi masalah koordinasi penyebarluasan bantuan dan mencari informasi orang
yang hilang.
Pada saat bencana alam terjadi, salah satu proses penanggulangan bencana yang
penting adalah tanggap darurat. Dalam kondisi darurat hal pertama yang harus
dilakukan adalah pengkajian secara tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya.
Sebagai salah satu contoh pemanfaat sistem informasi dalam penangangan bencana
alam di Pemerintah daerah DIY. Sistem yang dikembangkan terdiri dari dua Platform.
Pertama, platform mobile yang digunakan oleh petugas TRC/relawan untuk mencatat
data yang dibutuhkan di lokasi bencana. Kedua, platform web dmana data yang
dikumpulkan oleh para relawan/petugas lapangan akan disimpan server dan ditampilan
pada peta untuk memudahkan petugas/relawan/aparat dalam melakukan koordinasi
penanganan bencana, bahkan situs web dapat diakses oleh publik yang menginginkan
melihat kondisi terkini terkait dengan bencana alam. Simulasi sistem informasi
penanganan bencana dapat dijelaskan sebagai berikut : Aparat/ Relawan menggunakan
aplikasi mobile untuk mencatat data bencana dan posko, data-data berupa koordinasi
lokasi bencana dan posko dikirimkan dalam format data SMS, server SMS dateway
menerima data SMS dan menyampaikan ke database lokal, kemudian data dikirim ke
database server lewat web service, Data yang tersimpan di database/web server
ditampilkan dalam bentuk web sehingga bisa diakses secara online. Pada saat bencana
alamterjadi tim relawan menggunakan monile phone yang memilikifasilitas GPS dna
telah terinstall aplikasi yang telah dikembangkan untuk mengumpulkan data. Data yang
dikumpulkan oleh tim relawan bisa beruapa laporan awan bencana, laporan
perkembangan bencana, laporan awal posko atau laporan perkembangan posko. GPS
dibutuhkan untuk mendapatkan posisi longitude dan latitude bencana dan posko.
Pemanfaatan sistem informasi juga dapat dilihat pada bencana alam banjir di
Jakarta Selatan. Sistem informasi geografis bencana banjir Jakarta Selatan bertujuan
untuk memberikan informasi kepada pengguna mengenai titik – titik lokasi bencana
4. banjir atau yang terkait di dalamnya speeri alamat spesifik lokasi dan ukuran kedalaman
banjir. Sistem informasi geografis (SIG) merupakan sistem yang dirancang untuk
bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat geografi. SIG
memiliki kemampuan untuk pengolahan data dan melakukan operasi – operasi tertentu
dengan menampilkan dan menganalisis data. Adapun komponen – komponen GIS
anatara lain :
a) Perangkat keras (hardware)
Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan bagian
dari system komputer byang mendukung analisis geografi dan pemetaaan.
b) Perangkat Lunak (software)
Digunakan untuk melakukan proses menyimpanan, menganalisa, memvisualkan
data – data.
c) Data
Data pada prinsifnya terdiri dari data spasial yaitu gambaran nyata suatu wilayah
yang terdapat di permukaan bumi dan data non spasial yaitu data yang berbentuk
tabel yan berisi informasi-informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data
spasial.
d) Manusia
Merupakan inti elemen dar SIG karena manusia adalah perencana dan pengguna
dari SIG.
e) Metode
Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan.
SIG yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.
Dapat dijelaskan perancangan GIS bencana banjir di Jakarat Selatan menyajikan
informasi spasial yang terpresentasi ke dalam bentuk grafis, sedangkan dalam bentuk
garis dan titik lokasi mempresentasikan informasi atribut dari data spasial tersebut
sebagai pendukung untuk mempercepat pengguna mengatahui letak-letak lokasi banjir
di daerah tersebut.
5. C. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Penggunaan Sistem Informasi dalam penanganan bencana alam sangat
membantu dalam menyampaikan berbagai informasi yang dibutuhkan dalam
penanggulangan bencana alam. Sehingga penanganan bencana alam akan lebih
cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdayaguna dan berhasil
guna.
b) Komponen sistem informasi GIS terdiri dari : Perangkat Keras (Hardware),
Perangkat Lunak (Software), Data, Manusia, dan Metode.
6. Daftar Pustaka
Dr. Debby Ratna Daniel, Se.Ak, Wiwik Supratiwi, MBA, Ak. (2005). Sistem
Informasi Manajemen : Universitas Terbuka.