Bnpb petunjuk teknis pengumpulan data & informasi bencana
Nurindra dewi astrini 50004903 hapzi ali tugas i_ut jakarta_2017
1. Sstem Informasi Perencanaan Kontinjensi Dalam Upaya
Kesiapsiagaan Menghadapai Bencana Banjir Bidang Kesehatan di
Wilayah Jakarta Timur
Penulis : Vanda Roza
Sumber Artikel: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Tahun : 2012
2. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bencana merupakan suatu rangkaian peristiwa yang dapat mengancam kehidupan
manusia. Dampak bencana dirasakan semakin parah, hal ini disebabkan oleh beberapa factor,
yaitu factor alam, factor non alam, maupun factor ulah manusia. Bencana dapat
mengakibatkan kerugian, baik dari timbulnya korban juwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, maupun dampak psikologis.
Secara geografis wilayah Jakarta Timur terdiri dari 95% daratan dan seebihnya rawa atau
persawahan dengan ketinggian rata-rata 50m dari permukaan laut serta dilewati beberapa
sungai kanal antara lain: Cakung Drain, Kali Ciliwung, Kali Malang, Kali Sunter dan Kali
Cipinang. Posisi yang melengkapi wilayah ini dengan batas-batas Sebelah Utara Jakarta
Pusat dan Jakarta Utara, Sebelah Barat Jakarta Selatan, Sebelah SelatanKab Daerah Tk.II
Bogor dan Sebelah Timur Kab. Daerah Tk. II Bekasi. (Pemerintahan Kota Administratif
Jakarta Timur, 2012)
Dengan melihat kondisi geografis, Wilayah Jakarta Timur termasuk daerah rawan banjir
karena merupakan daerah dataran rendah, daerah aliran sungai (DAS) yang telah berubah
fungsi sebagai tempat pemukiman yang pada akhirnya mengganggu aliran sungai ke muara.
Situasi di atas sangat memungkinkan untuk melakukan penanggulangan bencana agar
dampak yang ditimbulkan tidak semakin besar.
Oleh karena kondisi di atas penulis ingin mengembangkan suatu system informasi
perencanaan kontinjensi yang dilaksanaka pada saat kesiapsiagaan untuk menghadapi
bencana banjir khususnya di bidang kesehatan di wilayah Jakarta Timur. Sistem ini
diharapkan dapat membantu pihak-pihak terkait khususnya Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur dalam penanggulangan bencana bidang kesehatan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal tersebut, perlu dikembangkan suatu tools atau alat bantu untuk
menyusun suatu perencanaan kontinjensi yang mampu menghasilkan informasi yang akurat,
berkesinambungan dan berkala.
3. TUJUAN PENELITIAN
1. Terbangunnya rancangan antar muka input dan output system informasi sebagai alat
bantu untuk menyusun suatu perencanaan kontinjensi bencana banjir bidang
kesehatan.
2. Terbangunnya struktur basis data untuk menghasilkan informasi yang akurat,
berkesinambungan dan berkala.
3. Tersusunnya alur kegiatan (bisnis proses) dalam penanggulangan bencana banjir di
wilayah Jakarta Timur.
1. PROSES DAN LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN KONTINJENSI BADAN
NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)
Penilaian Bahaya
Analisis Kesenjangan
Penetapan Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Skenario
Penentu Kejadian
Aktifasi
Formalisasi
Rencana Tindak Lanjut
Ketersediaan Sumber
Daya
Proyeksi Kebutuhan
Bencana
Kaji Ulang
Simulasi/Geladi
4. 2. KONSEP ANALISIS SISTEM YANG DIGUNAKAN
Suatu scenario memerlukan data yang akurat yang dapat selalu update sehingga scenario
yang dihasilkan benar-benar akurat sesuai dengan data di lapangan. Untuk mendukung hal
tersebut maka dibangunlah suatu system informasi agar dapat menghasilkan informasi yang
cepat, tepat , akurat.
Suatu system pada umumnya terdiri dari proses input, proses, dan output. Sedangkan
untuk membangun Sistem Informasi Perencanaan Kontinjensi Dalam Upaya Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Banjir Bidang Kesehatan di Wilayah Jakarta Timur, konsep Sistem
Penunjang Keputusan (Decision Support System – DSS) adalah suatu system interkatif
berbasis computer yang dapat membantu para pengambil keputusan dalam menggunakan
data dan model untuk memecahkan persoalan yang bersifat tidak terstruktur. Konsep ini
diambil karena dalam situasi darurat apapundapat terjadi, dalam rentang waktu yang tidak
dapat diprediksi. Sehingga diharapkan dengan menggunakan konsep ini, system dapat
berjalan dengan baik.
Kerangka Pikir Sistem Informasi Perencanaan Kontinjensi Dalam Upaya
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir Bidang Kesehatan di Wilayah Jakarta
Timur
INPUT
- Penentuan
Entitas/unit
kerja/instansi
yang terlibat
- Data Wilayah
- Data geografis
- Data
kependudukan
- Data sarana
prasarana
- Data fasilitas
- Data kebutuhan
- Menetapkan
tugas pokok dan
fungsi unit
- Entry data
- Analisis data
- Simulasi
PROSES
- Informasi
Perencanaan
Kontinjensi
Dalam Upaya
Kesiapsiagaan
Menghadapi
Bencana Banjir
Bidang
Kesehatan
Wilayah Jakarta
Timur
OUTPUT
5. DIAGRAM ALIR SISTEM
INPUT PROSES OUTPUT
Data dasar dan
kebutuhan
Mulai
Pencatatan
& rekap
data
Laporan
kebutuhan
Entry Data
Laporan
Renkon
Simulasi
Validasi
Dokumen
Renkon
Analisis
kebutuhan sistem
Selesai
6. ANALISA
Dalam penelitiannya penulis menggunakan konsep Sistem Penunjang Keputusan atau yang
kita kenal dengan DSS (Decision Support System).
Terdapat 3 tipe permasalahan:
1. Permasalahn yang terstruktur
Yaitu permasalahan yang memiliki 4 fase:
a. investigasi, identifikasi masalah dan pengumpulan data
b. menganalisa alternative tindakan
c. memilih alternative tindakan
d. implementasi
Dalam hal implementasi tidak berhasil (gagal), maka pengambil keputusan harus
mengulang kembali langkah-langkah di atas.
2. Permasalahan yang tidak terstruktur
Yaitu permasalahan yang tidak memiliki 3 fase pertama dari permasalahan terstruktur.
Sehingga keputusan yang diambil akan mengandalkan intuisi dari pengambil keputusan.
3. Permasalahan yang semi-terstruktur
Yaitu memiliki satu atau dua fase saja dari 3 fase pertama permasalahan terstruktur.
Sehingga keputusan yang diambil pun akan merupakan perpaduan dari prosedur solusi
standard an pertimbangan individual pembuat keputusan.
Dalam makalah penulis, disebutkan bahwa permasalahan yang menjadi topik adalah
permasalahan yang tidak terstruktur. Namun menurut teori di atas, dengan digunakannya
konsep DSS, seharusnya permasalahan yang dihadapi adalah semi-terstruktur.
Dalam masalah semi-terstruktur terdapat elemen-elemen yang bisa dipahami pengambil
keputusan (terukur), dan elemen-elemen yang tidak dipahami pengambil keputusan
(mengandalkan intuisi).
7. Dalam penelitian ini, dibuktikan bahwa kedua elemen tersebut ada. Elemen yang bisa
dipahami pengambil keputusan berupa rumusan masalah yang jelas, prosedur tindakan yang
jelas apabila bencana terjadi, namun pada saat bencana terjadi banyak faktor-faktor di
lapangan yang menuntut pertimbangan individual pengambil keputusan.
DSS adalah konsep system informasi yang membantu pengambilan keputusan yang
menitikberatkan pada (Peter G.W. Keen, anggota tim Scott Morton):
a. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.
b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantinya.
c. Meningkatkan efektifitas pembuatan keputusan, bukan hasil keputusan yang paling
efisien, tapi dalam waktu yang sempit dapat memberikan keputusan yang lebih baik
Dari bagan mengenai system informasi pada makalah penulis di atas, dapat kita ketahui
bahwa pada fase Input dilakukan pengumpulan data-data yang diperlukan sebagai dasar
informasi yang akurat dan terkini bagi pengguna, dimana fase ini setara dengan Enterprise
Information System yang bisa kita ketemui dalam IRIS di perusahaan. Data-data yang
digunakan tersebut meliputi:
1. Data wilayah
2. Data geografis
3. Data kependudukan
4. Data sarana dan prasarana
5. Data fasilitas kesehatan
6. Data kebutuhan
Selain hal tersebut di atas, dapat ditambahkan pula data mengenai:
1. Peraturan pemerintah terkait bencana,
2. Prosedur standar dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)
3. Data lokasi evakuasi meliputi kapasitas penampungan, sarana yang memadai seperti air
bersih, fasilitas MCK.
4. Data historis bencana sebelumnya.
8. Selain memberikan informasi mengenai rencana dalam kesiapsiagaan bencana, sistem yang
dibangun ini juga harus bisa menjawab pertanyaan “what if”, yaitu bagaimana hasilnya jika
suatu asumsi dimasukkan ke dalam system, dan memberikan hasil yang berbeda apabila
asumsi tersebut dirubah, sehingga system tersebut dapat memberikan fungsi peramalan.
Fungsi peramalan ini dimungkinkan dengan diikutsertakannya data historis kejadian bencana
sebelumnya sebagai input system.
Setelah data-data tersebut terkumpul, maka dimulailah pembuatan database, yang meliputi
data entry dan analisa data, lalu dilanjutkan dengan pemrosesan data.
Perangkat lunak yang digunakan adalah Bahasa Pemrograman Visual Basic 6.0. Penggunaan
program ini dengan alasan bahasa pemrogramannya berbasis Microsoft Windows sehingga
sangat compatible bila menggunakan computer dengan system operasi Microsoft Windows.
Visual Basic adalah alat bantu untuk membuat berbagai macam program computer, dalam
artian mengotomasi suatu pekerjaan, khususnya yang menggunakan sistem operasi Windows.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Visual Basic memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk
membuat berbagai macam program computer, karena begitu populernya Windows.
Sayangnya, Visual Basic sampai saat ini hanya dapat berjalan pada sistem operasi Windows.
Sistem Windows yang user friendly membuatnya rentan dalam hal keamanan, dan stabilitas
system dibandingkan dengan Linux. Diharapkan dengan berkembangnya teknologi,
Windows dapat lebih aman dan stabil.
Sistem Pakar (Expert System)
Jika dalam makalah di atas penulis menitikberatkan pada penggunaan konsep DSS, dengan
kebutuhan dari pengguna informasi, sebenarnya kita bisa melihat peluang digunakannya
Sistem Pakar dalam memenuhinya,
Pada fase Input, disebutkan salah satunya adalah data mengenai peta wilayah. Peta wilayah
sangat penting untuk mengetahui seberapa luas area dan untuk melihat letak titik lokasi
bencana. Namun peta wilayah merupakan data yang statis. Dari referensi jurnal, digunakan
peta yang lebih realtime dan up to date, yaitu Google Map API (Application Programming
Interface), yaitu fungsi pemrograman yang disediakan oleh aplikasi atau layanan agar
9. layanan tersebut bisa diintegrasikan dengan aplikasi yang kita buat. Aplikasi ini sangat
bermanfaat saat terjadi bencana, karena dengan mudah dapat menunjukkan arah saat bencana
dengan dilengkapi perkiraan jarak jalan. Pada aplikasi ini juga bisa kita letakkan marker
seperti marker letak posko, sehingga dapat diinformasikan posko terdekat, berapa jaraknya,
sehingga proses evakuasi bisa lebih cepat.
Aplikasi Google Map API ini memiliki keterbatasan. Aplikasi ini adalah gratis, sehingga
hanya mampu mengakomodir 2500 permintaan dalam satu hari, dan apabila kebutuhan lebih
banyak, disarankan untuk membeli versi bisnis. Walaupun demikian manfaatnya akan lebih
besar daripada biaya yang kita keluarkan.
User
request
Controller
ModelView
10. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Pada makalah ini, dengan melihat system yang berusaha dibangun, konsep DSS telah tepat
digunakan, namun lebih tepat diungkapkan bahwa permasalahan adalah semi-terstruktur.
2. Dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana, juga wajib dibuat backup terhadap system itu
sendiri, dengan cara membangun system yang sama di tempat yang berbeda, dengan data
yang terupdate secara online, atau secara manual dalam disk.
3. Prototype system masih dapat disempurnakan lagi dengan melengkapi fitur lain seperti
aplikasi Google Map API.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, SE.Ak, Dr. Debby Ratna, Supratiwi MBA Ak., Wiwik, Sistem Informasi
Manajemen, 2005, Universitas Terbuka
McCleod, Jr, Raymond, Schel, George P., Management Information System 10th
Edition,
2007, Pearson Prentice Hall
Mahdiya, Faya, Noviyanto, Fiftin, Pemanfaatan Google Map API Untuk Pembangunan
Sistem Informasi Manajemen Bantuan Logistik Pasca Bencana Alam Berbasis Mobile Web
(Studi Kasus : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta), 2013, Universitas
Ahmad Dahlan