Dokumen tersebut membahas sistem informasi penanggulangan bencana di Indonesia. Indonesia rentan terhadap berbagai bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan erupsi gunung api karena faktor geografi dan geologinya. Dokumen menjelaskan situasi bencana di Indonesia dan peraturan yang menjadi landasan sistem penanggulangan bencana. Sistem informasi BNPB digambarkan sebagai sistem terintegrasi yang melibatkan berbagai instansi pemerintah dan non-pemer
Dokumen tersebut membahas sistem informasi penanggulangan bencana di Indonesia. Indonesia rentan terhadap berbagai bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan erupsi gunung api karena faktor geografi dan geologinya. Dokumen menjelaskan situasi bencana di Indonesia dan peraturan yang menjadi landasan sistem penanggulangan bencana. Sistem informasi BNPB digambarkan sebagai sistem terintegrasi yang melibatkan berbagai instansi pemerintah dan non-pemer
Yoyok,hapzi ali, sim bencana alam, ut palangkaraya, 2018Bayu Ajhi
Sistem informasi penanggulangan bencana sangat membantu dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan untuk penanganan bencana secara cepat, tepat, terkoordinasi, dan menyeluruh. Sistem informasi geografis (GIS) dapat menampilkan data spasial dan atribut lokasi bencana seperti banjir di Jakarta Selatan untuk mempercepat penanganan. Komponen utama GIS adalah perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, dan metode.
1. Dokumen ini membahas penelitian tentang pemetaan daerah rawan banjir di Kabupaten Jepara dengan menggunakan metode skoring dan pembobotan pada sistem informasi geografis (SIG).
2. Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan banjir antara lain curah hujan, ketinggian tanah, dan panjang sungai. Setiap parameter diberi skor berdasarkan klasifikasinya.
3. Hasil akhirnya berupa peta zon
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM (SIGI-PU) U...bramantiyo marjuki
Aplikasi SIGI-PU (Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Pekerjaan Umum) telah berkembang sejak 2006 untuk mendukung pengelolaan data infrastruktur dan manajemen bencana dengan menyediakan informasi spasial dan analisis. Aplikasi ini memiliki potensi untuk mendukung aktivitas mitigasi, kesiapsiagaan, respons dan pemulihan bencana."
Dokumen tersebut membahas sistem nasional pengelolaan bencana di Indonesia, yang mencakup konsep dasar, kondisi pengelolaan saat ini, dan visi sistem pada tahun 2035. Sistem ini bertujuan mengurangi risiko bencana melalui mitigasi, tanggap darurat, dan pemulihan dengan melibatkan berbagai lembaga pemerintah dan masyarakat. Visi sistem pada 2035 adalah mengintegrasikan peringatan dini dan informasi bencana serta
Bab I Tugas Akhir SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI CONTOH DAN TITIK PENGAMA...Irsan Widyawan
Sistem informasi geografis (SIG) direncanakan untuk menyajikan informasi lokasi contoh dan titik pengamatan geologi di Lembar Nangapinoh, Kalimantan Barat untuk memudahkan pengambilan keputusan di Pusat Survei Geologi. SIG akan menampilkan hasil penelitian lapangan dan laboratorium secara komputerisasi dan interaktif. Tujuannya adalah meningkatkan kinerja Pusat Survei Geologi melalui penyajian informasi geolog
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IAmos Pangkatana
Mata kuliah ini membahas penerapan sistem informasi geografis dan teknik manajemen dalam pengelolaan SIG untuk berbagai bidang seperti pengelolaan perkotaan, wilayah pesisir dan laut, telekomunikasi, dan administrasi pertanahan. Mata kuliah ini berfokus pada penelusuran literatur, penyusunan makalah, dan evaluasi pemahaman mahasiswa melalui UTS, UAS, dan penugasan.
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gisMohd. Yunus
Modul ini membahas pengolahan data geospasial menggunakan perangkat lunak QGIS secara gratis dan terbuka. Modul ini disusun untuk pelatihan pemetaan partisipatif bagi fasilitator lapangan dan staf BPDAS untuk mengelola database spasial di enam lokasi proyek SCBFWM.
Buku ini membahas pengenalan sistem informasi geografis (SIG) dan penginderaan jauh menggunakan perangkat lunak sumber terbuka ILWIS. Materi pelatihan ini memberikan panduan praktis tentang konsep dasar SIG dan penginderaan jauh, penggunaan ILWIS untuk mengelola dan menganalisis data spasial, serta contoh aplikasi SIG untuk perencanaan sumber daya alam.
Proposal Tugas Akhir Tugas Akhir SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI CONTOH DAN TITIK PENGAMATAN GEOLOGI (Studi Kasus : LEMBAR NANGAPINOH, KALIMANTAN BARAT)
1. Penelitian ini membuat rute evakuasi bencana banjir di Kota Gorontalo dengan menggunakan teknologi SIG.
2. Data spasial seperti peta penggunaan lahan, kemiringan lereng, dan zonasi banjir digunakan untuk menganalisis rute evakuasi.
3. Hasilnya adalah peta rute evakuasi dari daerah rawan banjir tinggi ke tempat pengungsian.
Evaluasi program keselamatan transportasi dilakukan dengan 3 tahap: pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan rekomendasi. Data dikumpulkan dari 5 kota melalui wawancara dan studi literatur. Analisis menggunakan statistik, cost effectiveness analysis, dan cost benefit analysis. Hasilnya berupa pedoman evaluasi program keselamatan transportasi.
Dokumen tersebut membahas tentang praktikum sistem informasi sumberdaya perairan yang meliputi digitasi peta Jawa Barat menggunakan MapInfo 6.0 dan membuat layout peta Jawa Barat menggunakan ArcView 3.3 untuk memahami fungsi SIG dan simbol-simbol pada peta.
Sistem ini merancang dan membangun sistem informasi penduduk untuk Desa Sambeng Wetan guna mempermudah pengolahan data penduduk terkait kelahiran, kematian, dan perpindahan. Sistem ini dirancang menggunakan metode waterfall dan database MySQL untuk menyimpan data, serta dilengkapi laporan yang dibuat menggunakan Crystal Report.
Kartografi adaptif dapat digunakan untuk visualisasi kartografi yang efisien dalam manajemen krisis. Kartografi adaptif secara otomatis memvisualisasikan data sesuai kondisi, tujuan, dan latar belakang pengguna. Penelitian ini membahas integrasi data geografis, transformasi model prediksi, generalisasi otomatis, dan dukungan visualisasi perubahan untuk mendukung pengambilan keputusan selama krisis.
This document provides a summary of a 40-hour hazardous waste site training course. The course covers health and safety regulations, hazard recognition and control, monitoring instruments, toxicology, respiratory protection, protective equipment, site entry procedures, decontamination, and safety planning. It is intended to train personnel working at hazardous waste sites to meet OSHA requirements. The course uses a student training handbook to provide overviews of key topics and serve as a reference for developing health and safety programs.
Li & Fung reported strong financial results for 2011, with turnover increasing 26% and profit attributable to shareholders rising 24%. The company reorganized its business structure into three networks - Trading, Logistics and Distribution - to capitalize on growth opportunities, particularly in Asia as domestic consumption increases. Acquisitions were made to bolster the networks and cross-selling opportunities between the networks are expected to drive organic growth. While economic uncertainty remains, Li & Fung is well positioned for future growth through its expanded global supply chain capabilities.
Yoyok,hapzi ali, sim bencana alam, ut palangkaraya, 2018Bayu Ajhi
Sistem informasi penanggulangan bencana sangat membantu dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan untuk penanganan bencana secara cepat, tepat, terkoordinasi, dan menyeluruh. Sistem informasi geografis (GIS) dapat menampilkan data spasial dan atribut lokasi bencana seperti banjir di Jakarta Selatan untuk mempercepat penanganan. Komponen utama GIS adalah perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, dan metode.
1. Dokumen ini membahas penelitian tentang pemetaan daerah rawan banjir di Kabupaten Jepara dengan menggunakan metode skoring dan pembobotan pada sistem informasi geografis (SIG).
2. Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan banjir antara lain curah hujan, ketinggian tanah, dan panjang sungai. Setiap parameter diberi skor berdasarkan klasifikasinya.
3. Hasil akhirnya berupa peta zon
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM (SIGI-PU) U...bramantiyo marjuki
Aplikasi SIGI-PU (Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Pekerjaan Umum) telah berkembang sejak 2006 untuk mendukung pengelolaan data infrastruktur dan manajemen bencana dengan menyediakan informasi spasial dan analisis. Aplikasi ini memiliki potensi untuk mendukung aktivitas mitigasi, kesiapsiagaan, respons dan pemulihan bencana."
Dokumen tersebut membahas sistem nasional pengelolaan bencana di Indonesia, yang mencakup konsep dasar, kondisi pengelolaan saat ini, dan visi sistem pada tahun 2035. Sistem ini bertujuan mengurangi risiko bencana melalui mitigasi, tanggap darurat, dan pemulihan dengan melibatkan berbagai lembaga pemerintah dan masyarakat. Visi sistem pada 2035 adalah mengintegrasikan peringatan dini dan informasi bencana serta
Bab I Tugas Akhir SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI CONTOH DAN TITIK PENGAMA...Irsan Widyawan
Sistem informasi geografis (SIG) direncanakan untuk menyajikan informasi lokasi contoh dan titik pengamatan geologi di Lembar Nangapinoh, Kalimantan Barat untuk memudahkan pengambilan keputusan di Pusat Survei Geologi. SIG akan menampilkan hasil penelitian lapangan dan laboratorium secara komputerisasi dan interaktif. Tujuannya adalah meningkatkan kinerja Pusat Survei Geologi melalui penyajian informasi geolog
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IAmos Pangkatana
Mata kuliah ini membahas penerapan sistem informasi geografis dan teknik manajemen dalam pengelolaan SIG untuk berbagai bidang seperti pengelolaan perkotaan, wilayah pesisir dan laut, telekomunikasi, dan administrasi pertanahan. Mata kuliah ini berfokus pada penelusuran literatur, penyusunan makalah, dan evaluasi pemahaman mahasiswa melalui UTS, UAS, dan penugasan.
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gisMohd. Yunus
Modul ini membahas pengolahan data geospasial menggunakan perangkat lunak QGIS secara gratis dan terbuka. Modul ini disusun untuk pelatihan pemetaan partisipatif bagi fasilitator lapangan dan staf BPDAS untuk mengelola database spasial di enam lokasi proyek SCBFWM.
Buku ini membahas pengenalan sistem informasi geografis (SIG) dan penginderaan jauh menggunakan perangkat lunak sumber terbuka ILWIS. Materi pelatihan ini memberikan panduan praktis tentang konsep dasar SIG dan penginderaan jauh, penggunaan ILWIS untuk mengelola dan menganalisis data spasial, serta contoh aplikasi SIG untuk perencanaan sumber daya alam.
Proposal Tugas Akhir Tugas Akhir SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI CONTOH DAN TITIK PENGAMATAN GEOLOGI (Studi Kasus : LEMBAR NANGAPINOH, KALIMANTAN BARAT)
1. Penelitian ini membuat rute evakuasi bencana banjir di Kota Gorontalo dengan menggunakan teknologi SIG.
2. Data spasial seperti peta penggunaan lahan, kemiringan lereng, dan zonasi banjir digunakan untuk menganalisis rute evakuasi.
3. Hasilnya adalah peta rute evakuasi dari daerah rawan banjir tinggi ke tempat pengungsian.
Evaluasi program keselamatan transportasi dilakukan dengan 3 tahap: pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan rekomendasi. Data dikumpulkan dari 5 kota melalui wawancara dan studi literatur. Analisis menggunakan statistik, cost effectiveness analysis, dan cost benefit analysis. Hasilnya berupa pedoman evaluasi program keselamatan transportasi.
Dokumen tersebut membahas tentang praktikum sistem informasi sumberdaya perairan yang meliputi digitasi peta Jawa Barat menggunakan MapInfo 6.0 dan membuat layout peta Jawa Barat menggunakan ArcView 3.3 untuk memahami fungsi SIG dan simbol-simbol pada peta.
Sistem ini merancang dan membangun sistem informasi penduduk untuk Desa Sambeng Wetan guna mempermudah pengolahan data penduduk terkait kelahiran, kematian, dan perpindahan. Sistem ini dirancang menggunakan metode waterfall dan database MySQL untuk menyimpan data, serta dilengkapi laporan yang dibuat menggunakan Crystal Report.
Kartografi adaptif dapat digunakan untuk visualisasi kartografi yang efisien dalam manajemen krisis. Kartografi adaptif secara otomatis memvisualisasikan data sesuai kondisi, tujuan, dan latar belakang pengguna. Penelitian ini membahas integrasi data geografis, transformasi model prediksi, generalisasi otomatis, dan dukungan visualisasi perubahan untuk mendukung pengambilan keputusan selama krisis.
This document provides a summary of a 40-hour hazardous waste site training course. The course covers health and safety regulations, hazard recognition and control, monitoring instruments, toxicology, respiratory protection, protective equipment, site entry procedures, decontamination, and safety planning. It is intended to train personnel working at hazardous waste sites to meet OSHA requirements. The course uses a student training handbook to provide overviews of key topics and serve as a reference for developing health and safety programs.
Li & Fung reported strong financial results for 2011, with turnover increasing 26% and profit attributable to shareholders rising 24%. The company reorganized its business structure into three networks - Trading, Logistics and Distribution - to capitalize on growth opportunities, particularly in Asia as domestic consumption increases. Acquisitions were made to bolster the networks and cross-selling opportunities between the networks are expected to drive organic growth. While economic uncertainty remains, Li & Fung is well positioned for future growth through its expanded global supply chain capabilities.
The document discusses the benefits of exercise for mental health. Regular physical activity can help reduce anxiety and depression and improve mood and cognitive functioning. Exercise causes chemical changes in the brain that may help protect against mental illness and improve symptoms.
Emergency response planning guide for public wastewater systAgus Witono
This document provides guidance for developing an emergency response plan for public wastewater systems. It outlines key sections that should be included in the plan such as system information, chain of command, potential emergency events, emergency notification procedures, and plans for response and recovery. The template is intended to help wastewater systems create a customized emergency plan to improve preparedness and management during emergency situations.
This document provides a fire and emergency response procedures manual for a small residential facility located at 16 Xyz Street, Victown. It contains information about the emergency planning committee and control organization, fire safety plans and equipment, evacuation procedures, and response plans for various emergency situations including fire, medical emergencies, bomb threats, and utility failures. The manual aims to ensure the safety of residents and staff during emergencies through preparedness, training, and coordinated response.
Gempa bumi berkekuatan 5,4 SR mengguncang Kabupaten Lombok Utara pada 22 Juni 2013, menyebabkan kerusakan rumah dan fasilitas umum serta membuat lebih dari 28.000 orang mengungsi. Pemerintah setempat membentuk posko tanggap darurat dan melakukan evakuasi korban, menyediakan kebutuhan sandang dan pangan, serta memulihkan fasilitas terdampak. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengirimkan
Evakuasi adalah perpindahan penduduk karena bencana alam atau ancaman keamanan. Rencana evakuasi darurat dikembangkan untuk memastikan waktu evakuasi teraman dan paling efisien bagi semua penduduk. Prosedur evakuasi mencakup pengosongan gedung secara teratur dan pengumpulan di daerah aman.
Dokumen tersebut membahas tanggap darurat bencana dan penanganannya, termasuk klasifikasi bencana, tahapan tanggap darurat, protokol keselamatan, penilaian kesehatan cepat, triase korban, resusitasi, dan perencanaan penanggulangan bencana di rumah sakit.
PT. Air Mancur memproduksi jamu, kosmetik, dan minuman kesehatan. Laporan ini menganalisis potensi bahaya kebakaran dan sistem pencegahan serta penanggulangannya di perusahaan tersebut. Penelitian menemukan bahwa bahan baku seperti karton, etiket, botol plastik, dan bahan jamu kering berpotensi terbakar. Oleh karena itu diperlukan rencana tanggap darurat, peralatan pemadam kebakaran yang memad
This document outlines consulting and training services for occupational health and safety management systems and environmental management systems. It includes consulting on standards like OHSAS 18001 and ISO 14001, as well as training at basic, intermediate, and advanced levels covering topics such as hazard identification, risk assessment, emergency response, compliance, management systems, and more. It also describes related technology, engineering, and product/service offerings.
The document summarizes the key provisions of OSHA's Hazardous Waste Operations and Emergency Response (HAZWOPER) standard. It covers three categories of work: (1) hazardous waste site cleanup operations, (2) operations at treatment, storage, and disposal facilities, and (3) emergency response operations. For each category, the standard requires a safety and health program, training, medical surveillance, exposure monitoring, and other provisions to protect workers from hazardous waste and emergency hazards. The document provides an overview of the requirements for planning, site characterization, health and safety plans, and other important elements to ensure compliance with HAZWOPER.
The document provides an overview of the social compliance program for Hudson's Bay Company and Lord & Taylor. It outlines the program's goals of ensuring products are produced humanely and factories comply with labor laws and standards. The program uses self-audits, alternate audit reports from other brands, and full third-party audits to evaluate factories. Depending on audit results, factories may need to implement corrective actions or face consequences like postponed production or terminated contracts. The supplier's responsibilities in participating fully in the program and ensuring their factories comply with the Code of Vendor Conduct are also reviewed.
This document summarizes the findings of the first 20 factory assessments conducted by Better Work Indonesia between July 2011 and March 2012. Key findings include:
- No child or forced labor was found, though one factory had poor documentation procedures.
- The most common issues of non-compliance related to national labor law were in Occupational Safety and Health, employment contracts, and working time.
- Discrimination in hiring (not hiring enough disabled workers) was the main issue regarding core labor standards.
- While freedom of association is legally implemented, some factories did not fully optimize workers' ability to associate.
The report provides baseline data on compliance with labor standards and identifies areas for factories to improve working conditions.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
Manajeme evaluasi dan evakuasi banjir
1. MANAJEMEN EMERGENCY DAN EVAKUASI UNTUK BENCANA BANJIR Andi Dwi Laksono1, Ir. Wahjoe Tjatur Sesulihatien MT2, Arna Fariza S.Kom, M.Kom² Mahasiswa1 , Dosen 2 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus PENS-ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Telp (+62)31-5947280, 5946114, Fax. (+62)31-5946114 Email : andikOnie@gmail.com Abstrak Pada studi ini dibuat sebuah sistem informasi geografis tentang banjir yang ada di wilayah rawan banjir khususnya di daerah aliran sungai Bengawan Solo, tepatnya kabupaten Bojonegoro yang setiap tahun terkena banjir akibat luberan sungai. Sistem ini memberikan informasi mengenai hirarki prosedur darurat dan evakuasi ketika banjir terjadi. SIG digunakan sebagai visualisasi kondisi dengan menggunakan peta yang dibangun di atas aplikasi berbasis web. Aplikasi ini juga menggunakan database postgre karena database mampu menangani data peta atau geom dengan bantuan postgis. Metode yang digunakan dalam menentukan kondisi emergency adalah decision tree, yang menggunakan data history. Prosedur warning yang diberikan dibuat sebagai acuan bagaimana evakuasi harus dilakukan sesuai dengan referensi yang sudah ada, dengan mengacu pada standar nasional ataupun internasional. Kata Kunci : GIS, banjir, Emergency, Evakuasi, Sungai Bengawan Solo, decision tree.
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tiap tahun Indonesia selalu terjadi bencana banjir, apalagi untuk daerah-daerah yang dilalui sungai-sungai besar tanpa adanya tataguna lahan yang baik Bah-kan kini daerah-daerah yang dalam beberapa tahun yang lalu tidak terjadi banjir, kini telah menjadi daerah langganan banjir tiap tahunya, tentu saja hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan, bagaimana kita menanggulanginya. Di sisi lain kerugian tiap ta-hunya semakin besar, jumlah korban jiwa juga semakin bertambah, tentu saja dibu-tuhkan sebuah sistem penanganan yang cepat dan tepat. Salah satunya adalah daerah yang berada di aliran sungai bengawan solo yang merupakan daerah tidak padat penduduk dan mempunyai tingkat penyerapan air yang cukup baik pun kini mengalami masalah yang sama. Terbukti dengan adanya banjir besar pada tahun 2007 dan bahkan 42 tahun yang lalu, yakni pada tahun 1965, juga terjadi banjir yang sama besarnya. Bahkan menurut data pada tahun 2007, banjir besar ini adalah sebuah awal dari rangkaian banjir-banjir pada tahun-tahun berikutnya. Memang bencana banjir hampir tidak bisa dihindari lagi, tetapi dengan penangan dan informasi mengenai banjir secara dini akan mampu mengurangi dampak yang terjadi. Di berbagai Negara di dunia, GIS sudah banyak digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan bencana, baik itu gempa, banjir, bahkan terorisme. Hal inilah yang perlu kita adaptasi. Dengan menggunakan SIG, data dan informasi yang ada dapat diintegrasikan, pemodelan dapat dilakukan dengan mudah, selain itu trend dan kecenderungan dari pola hujan serta kemungkinan terjadinya banjir dapat dianalisis. Dengan demikian prediksi untuk terjadinya banjir serta kerugian yang diakibatkan dapat segera diketahui. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang timbul dalam pengerjaan Proyek Akhir ini adalah :
1. Menentukan suatu algoritma prosedur penanganan banjir dan proses evakuasi penduduk yang memungkinkan sehingga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan keputusan yang tepat dalam mencapai suatu solusi yang lebih baik berdasarkan history kejadian.
2. Membangun SIG berdasarkan data-data (data spasial dan data non-spasial) yang ada sehingga dapat membantu masyarakat dalam melakukan tindakan preventif dan menanggulangi dampak bencana.
2. 3. Hasil keluaran yang diperoleh dapat dengan mudah dimengerti oleh petugas maupun penduduk terkait, sehingga apa yang kita rekomendasikan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
4. Pemanfaatan data survey supaya dapat diintregasikan menjadi hasil keluaran yang informatif.
Dan batasan masalah untuk proyek akhir sebagai berikut :
1. Untuk sementara sistem dibangun untuk daerah Bojonegoro, untuk daerah lain sepanjang sungai Bengawan Solo menyusul
2. Parameter warning mengacu pada history dan data yang telah dibuat Balai Pengawas
1.3 Penelitian Terkait Adapun penelitian yang berkaitan dengan proyek akhir ini dan memiliki beberapa kesamaan, yaitu : GIS and local knowledge in disaster management: a case study of flood risk mapping in Viet Nam”, Phong Tran, International Environment and Disaster Management Lab, 2008 Pada penelitian tersebut GIS digunakan sebagai pengintegrasian teknologi dan pengetahuan umum yang berupa catatan kejadian bencana ke dalam suatu sistem informasi manajemen bencana. GIS digunakan karena dengan GIS kita mampu mendapatkan visualisasi dan memodelkan kondisi bencana banjir tersebut. Selain itu dengan GIS Map memiliki kelebihan dibanding Map atau peta konvensional diantaranya fleksibilitas dan kemudahan menggambarkan kondisi riil serta parameter yang ingin kita tampilkan bisa langsung terlihat. 1.4 Tujuan Proyek Berdasarkan fakta dan analisis serta keinginan untuk memberikan rekomendasi yang sesuai terhadap proses penanganan bencana banjir khususnya pada daerah bantaran Sungai Bengawan Solo, maka tujuan dari Proyek Akhir ini adalah memberikan rekomendasi dan arahan sebagai alat bantu pengambilan keputusan dalam menangani banjir yang terjadi. Meliputi proses evakuasi penduduk dan hirarki prosedur penanganan banjir serta memberikan visualisasi rekomendasi rencana yang lebih mudah dipahami, sehingga kinerja petugas terkait dapat lebih optimal dan terkoordinasi. 1.5 Kontribusi Proyek Proyek Akhir ini nantinya diharapkan dapat dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan bencana banjir di Indonesia untuk memberikan informasi pencegahan dan penanggulangan saat terjadi maupun pasca bencana banjir. 2. Teori Penunjang 2.1 Fase Manajemen Bencana Manajemen bencana adalah proses berkelanjutan yang melibatkan setiap individu, kelompok, dan komunitas untuk menangani bencana dengan tujuan untuk menghindari atau mengurangi dampak yang dihasilkannya. Manajemen bencana yang efektif bergantung pada perencaaan yang terintegrasi secara menyeluruh pada setiap tingkat pemerintahan dan organisasi lain yang terlibat. Terdapat empat fase utama dalam manajemen bencana diantaranya adalah pencegahan (mitigation), kesiapsiagaan (preparedness), tanggap darurat (response), dan pemulihan (recovery) sehingga membentuk sebuah siklus seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini (Sembiring, 2007). Gambar 1. Fase Manajemen Bencana 2.2 Sistem Informasi Geografis Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Memiliki perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah memiliki SIG apabila data geografis dan sumberdaya manusia yang mengoperasikannya belum ada. Sebagaimana sistem komputer pada umumnya, SIG hanyalah sebuah ‘alat’ yang mempunyai kemampuan khusus. Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG. (Puntadewo A+, 2003)
3. Gambar 2. Diagram GIS
Dari diagram diatas terlihat bahwa data inputan yang
dibutuhkan berupa Satellite image, Hydrology,
Topographic, Transportation sustem, land cover, land use,
data-data inilah yang nantinya diproses secara GIS
sehingga membentuk sebuah Integrated Flood Risk
Hazard Map ( Sistem Informasi Manajemen Bencana
Banjir terintegrasi ), yang di dalamnya terdapat peta digital
lokasi bencana banjir, Pemetaan bahaya serta evakuasinya.
Setelah didapatkan Pemetaanya kemudian dilakukan
pengumpulan data-data history dan juga data variabel
inputan diantaranya, TMA, land height, distance. Inputan
varibel ini nantinya juga diproses sehingga membentuk
data keluaran berupa daerah-daerah rawan bencana dengan
tingkat atau level bahayanya, yang kemudian
dimanfaatkan ketika terjadi bencana secara langsung.
Setelah semua variabel telah diintegrasikan, kemudian
diambilah sebuah tindakan sesuai dengan standart
operation procedure ( SOP ),
Inilah yang nantinya akan digunakan sebagai acuan
dalam membangun sistem informasi berbasis GIS untuk
bencana banjir sungai bengawan solo.
2.3 Map Server
MapServer merupakan aplikasi freeware dan open
source yang memungkinkan kita menampilkan data spasial
(peta) di web. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan di
Universitas Minesotta, Amerika Serikat untuk proyek
ForNet (sebuah proyek untuk menajemen sumber daya
alam) yang disponsori NASA (Nasional Aeronautics and
Space Administration). Dukungan NASA dilanjutkan
dengan dikembangkan proyek TerraSIP untuk menajemen
data lahan. Saat ini, karena sifatnya yang terbuka (open
source), pengembangan MapServer dilakukan oleh
pengembang dari berbagai negara .
2.4 Postgre dan Postgis
PostgreSQL atau sering disebut Postgres merupakan
salah satu dari sejumlah database open source yang
menawarkan skalabilitas, keluwesan, dan kinerja yang
tinggi. SQL di Postgres tidaklah seperti yang kita temui
pada RDBMS umumnya. Perbedaan penting antara
Postgres dengan sistem relasional standar adalah arsitektur
Postgres yang memungkinkan user untuk mendefinisikan
sendiri SQL-nya, terutama pada pembuatan function atau
biasa disebut sebagai stored procedure. Hal ini
dimungkinkan karena informasi yang disimpan oleh
Postgres bukan hanya tabel dan kolom, melainkan tipe,
fungsi, metode akses, dan banyak lagi yang terkait dengan
tabel dan kolom tersebut. Semuanya terhimpun dalam
bentuk class yang bisa diubah user. Arsitektur yang
menggunakan class ini lazim disebut sebagai object
oriented.
PostGIS adalah extension dari PostgreSQL yang
bersifat object-relational database server yang
mempunyai kemampuan untuk menyimpan fitur SIG
dalam database server. PostGIS adalah software Open
Source yang tidak perlu membeli lisensi untuk
menggunakannya. PostGIS dikembangkan oleh
Refractions Research of Victoria sebagai proyek penelitian
teknologi database spasial.
2.5 Decision Tree
Algoritma Decision Tree merupakan algoritma
pengambilan keputusan dengan mengubah data menjadi
pohon keputusan (decision tree) dan aturan keputusan
(rule) yang kemudian bisa dilakukan penyederhanaan rule
(pruning) jika diperlukan.
Pada operasi riset, khususnya pada analisa
keputusan, decision tree (atau biasa disebut tree diagram)
adalah sebuah decision support tool yang menggunakan
graph atau model dari keutusan dan kemungkinan yang
akan terjadi, termasuk peluang kejadian, resource cost, dan
utility. Decision tree digunakan untuk mengidentifikasi
strategi apa yang paling mendekati tujuan (goal).
Penggunaan Decision Tree yang lain adalah untuk
mendeskripsikan mean dari perhitungan conditional
probablitities.
Pada Data Mining dan Machine Learning, Decision
Tree adalah model prediksi, sebuah observasi mapping
dari item – item yang akan diputuskan dan item yang
menjadi target value.
3. Rancangan Sistem
3.1 Diagram Sistem
4. Gambar 3. Diagram Sistem Penjelasannya pada tiap blok diuraikan dalam tahap – tahap berikut:
1. Pengumpulan Data
Pada tahapan dilakukan pengumpulan terhadap data – data yang dibutuhkan dengan melakukan survey ke Lembaga Pemerintahan yang ada di Bojonegoro dan Solo, yaitu Balai Pengawas Sungai Bengawan Solo dan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Survey data ini dilakukan saat pertama kali akan memulai membangun sistem.
2. Penyeleksian Data
Data – data yang sudah diperoleh saat proses pengumpulan data tidak semuanya digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan proses seleksi terhadap data – data peta yang akan digunakan untuk membangun sistem. Data yang dipilih hanya yang berada di daerah Kabupaten Bojonegoro saja, data peta yang digunakan antara lain adalah peta Kabupaten, peta Desa, peta Kecamatan, peta Jalan, peta Sungai, peta Pemukiman, dll.
3. Proses Overlay Data
Pada bagian ini perlu dilakukan proses overlays terhadap beberapa data yang sudah diseleksi, termasuk juga proses perubahan data atribut (Geoprocessing Wizard). Hal ini perlu dilakukan karena ada beberapa data yang perlu dirubah isi atribut petanya dan juga perlu dibuat beberapa data peta baru untuk mendukung sistem.
4. Merancang Database
Setelah melakukan proses pengolahan data, maka perlu dibuat database untuk menampung semua data atribut peta dan data informasi lainnya. Database yang digunakan adalah PostgreSQL.
5. Mendesain Menu User
Dalam sistem ini, user diberikan fasilitas untuk memasukkan masukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai prosedur Emergency dan prosedur Evakuasi yang perlu dilakukan. Oleh karena itu perlu dirancang masukan yang harus diisi oleh user.
6. Mendesain User Interface
Hal yang terpenting adalah membuat User Interface yang User Friendly, sehingga memudahkan user untuk mengoperasikan dan memperoleh infromasi yang ada dalam web.
7. Membuat Program
Pada tahapan ini dibuat program untuk melakukan proses emergency dan evakuasi dengan membandingkan masukan yang diisi oleh user dengan data dalam database. 3.2 Proses Kerja Sistem Proses kerja sistem pada Proyek Akhir ini terbagi menjadi beberapa bagian. Mulai dari installasi software, pre-processing data pembuatan database PostgreSQL, perancangan GUI program berbasis web, sampai hasil keluaran dari sistem. Secara garis besar, blok diagram diatas digunakan sebagai acuan untuk merancang sistem. Tahapannya dibagi menjadi beberapa proses yang mempunyai fungsi tersendiri. Penjelasan dari urutan tahapan tersebut sebagai berikut :
Gambar 4. Blok Diagram Proses Kerja Sistem 3.3 Proses DSS dengan Decision Tree Oleh karena algoritma Decision Tree membutuhkan data atribut yang berupa variable, maka tiap atribut juga harus memiliki nilai instance. Nilai instance merupakan nilai parameter untuk tiap atribut atau variable yang dalam projek akhit ini memiliki beban yang sama. Berikut pendeskripsian untuk instance masing – masing atribut. Tabel 1. Atribut dan instance Atribut Rendah / Dekat / Sebentar Sedang Tinggi / Jauh / Lama
5. TMA (m) < 13 13 – 15 15 <
Elevasi (m) <= 20 21 – 40 40 <
Debit (m³) <= 550 551 - 1000 1000 <
Jarak (Km) <= 5 6 – 15 15 <
Durasi (Jam) <= 5 6 – 24 24 Jam <
Populasi
(jiwa)
<=
25000
25001 -
40000
40000 <
Untuk atribut tata guna lahan memiliki instance
pemukiman, sawah, hutan, ladang, dan tanah kosong.
Sementara itu untuk membentuk tree awalan
diperlukan adanya data history banjir, sebelum
dibandingkan dengan inputan dari user.
Setelah ditentukan atribut dan instancenya, kemudian
mulai membentuk tree dengan menghitung entropy,
dimana Entropy(S) adalah jumlah bit yang diperkirakan
dibutuhkan untuk dapat mengekstrak suatu kelas (+ atau -)
dari sejumlah data acak pada ruang sample S atau
digambarkan dengan persamaan :
Entropy(S) = - p+ log2 p+ - p- log2 p-
Untuk menentukan node terpilih, gunakan nilai
Entropy dari setiap kriteria dengan data sample yang
ditentukan. Node terpilih adalah kriteria dengan Entropy
yang paling kecil.
Gambar 5. Mengubah bentuk data menjadi Tree
Setelah membentuk tree, kemudian dirubah menjadi
rule yang digunakan dalam program untuk menentukan
kondisi siaga dan evakuasi.
Gambar 6. Contoh Tree yang digunakan dalam program
Hasil rule inilah yang digunakan memproses inputan
dari user, yang kemudian ditampilkan di web sebagai
informasi yang diberikan kepada user.
3.5 Keluaran
Keluaran dalam program ini dituangkan dalam web
SIG yang memiliki menu untuk menampilkan peta - peta
yang telah dibuat sebelumnya dan menu informasi
Emergency dan Evakuasi. Menu informasi tersebut berupa
hirarki untuk prosedur emergency petugas dan hirarki
untuk prosedur evakuasi penduduk. Dalam hirarki tersebut
juga dijelaskan resource yang terdekat yang bisa
dimanfaatkan.
Selain itu, keluaran yang terjadi adalah terjadi
perubahan tampilan menu peta dalam web setelah user
melakukan masukan,
sehingga dapat informasi yang tertuang dapat dilihat
lokasinya secara jelas dan tervisualkan.
4. Hasil dan Pembahasan
Pada bab pengujian dan analisa ini akan dibahas
mengenai pengujian dari perangkat lunak (software) yang
dibuat. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
ketepatan eksekusi perangkat lunak yang telah dibuat serta
tidak menutup kemungkinan mengetahui kelemahannya.
Sehingga dari sini nantinya dapat disimpulkan apakah
perangkat lunak yang dibuat dapat berjalan secara benar
dan sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
4.1 Uji Coba Aplikasi
Untuk menguji aplikasi, kita memberikan inputan
kepada aplikasi sesuati tabel berikut :
Tabel 2. Inputan aplikasi
Variabel Masukan
Alamat jalan 2134
Tanggal 13 Juli 2010
Tinggi muka air (m) 15
Elevasi (m) 13
Debit (m³) 700
Jarak (Km) 2
Lama genangan (Jam) 5
Tata guna lahan Pemukiman
Populasi 5000
Dalam aplikasi tampilanya akan seperti berikut :
6. Gambar 7. Tampilan input aplikasi
Hasil keluaran yang diberikan :
Gambar 8. Hasil keluaran program
Sementara untuk informasi manajemen Emergency
dan evakuasi bisa dilihat pada gambar dibawah :
Gambar 9. Informasi Emergency dan Evakuasi
Gambar 10. Informasi lokasi evakuasi
Gambar 11. Tampilan peta dan aplikasi
4.2 Uji Coba Decision Tree
Pengujian berikutnya adalah menguji metode yang
digunakan di dalam sistem, yaitu menguji Decision Tree.
Setelah membentuk Tree, kemudian kita buat rule yang
digunakan dalam program, dan rule inilah yang kita
gunakan untuk melakukan pengujian terhadap metode.
Dari data History yang ada, kita lakukan pengujian
terhadap 30 data, dengan rincian tiap kecamatan kita ambil
beberapa data history banjir. Data yang digunakan adalah
data banjir Desember 2007.
Di bawah ini adalah tabel data yang akan kita gunakan
sebagai data inputan untuk menguji metode Decision Tree.
Untuk kategori TMA ( Tinggi Muka Air ) terdapat 2
kategori yaitu A dan B. Jika kategori A, berarti kondisi air
di tanggul sudah tinggi, sedangkan jika B, maka kondisi
air di tanggung sedang.
Tabel 3. Input uji coba
TMA
Kategori Value Kategori Value Kategori
1 Margomulyo Kalangan A 50 - 70 Tinggi 0 - 2 Km Dekat Siaga 3
Ngelo A 50 - 80 Tinggi 0 - 2 Km Dekat Siaga 3
2 Ngraho Tapelan A 20 - 50 Sedang 0 - 1 Km Dekat Siaga 3
Bancer B 20 - 40 Sedang 0.75 - 5 Km Sedang Siaga 2
3 Padangan Tebon A 20 - 30 Sedang 0 - 1 Km Dekat Siaga 3
Ngradi B 20 - 40 Sedang 1 - 3 Km Sedang Siaga 2
4 Kasiman Batokan A 20 - 30 Sedang 0 - 1.5 Km Dekat Siaga 3
Besaki B 20 - 40 Sedang 0.2 - 2.5 Km Sedang Siaga 2
5 Purwosari Purwosari A 20 - 40 Sedang 0 - 2.5 Km Dekat Siaga 3
6 Malo Kemiri A 10 - 30 Rendah 0 - 1 Km Dekat Siaga 3
Sukorejo B 30 - 40 Tinggi 0.25 - 2 Km Sedang Siaga 2
7 Kalitidu Kalitidu B 20 - 40 Tinggi 1 - 2 Km Sedang Siaga 2
Ngraho B 20 - 25 Sedang 0 - 0.75 Km Dekat Siaga 3
8 Trucuk Trucuk A 15 - 20 Rendah 0 - 0.75 Km Dekat Siaga 3
Sumberrejo A 15 - 40 Sedang 0 - 1.5 Km Dekat Siaga 3
9 Dander Ngablak A 15 - 20 Rendah 0 - 0.25 Km Dekat Siaga 3
Ngulanan A 14 - 20 Rendah 0 - 0.8 Km Dekat Siaga 3
10 Bojonegoro Ledok Kulon A 13 – 18 Rendah 0 - 0.5 Km Dekat Siaga 3
Kauman B 15 - 17 Rendah 0 - 0.75 Km Dekat Siaga 2
Kepatihan B 15 - 18 Rendah 1.75 - 5 Km Sedang Siaga 2
11 Kapas Sambiroto B 15 - 30 Sedang 0.75 - 1.5 Km Dekat Siaga 2
Bakalan A 12 - 15 Rendah 0.5 - 1 Km Dekat Siaga 3
12 Balen Pilanggede A 10 - 15 Rendah 0 - 0.75 Km Dekat Siaga 3
Prambanan B 12 - 15 Rendah 1.5 - 2 Km Sedang Siaga 2
13 Sumberrejo Sumuragung A 10 - 15 Rendah 0.3 - 1.2 Km Dekat Siaga 3
14 Kanor Pilang A 12 - 15 Rendah 0 - 0.5 Km Dekat Siaga 3
Prigi B 8 - 12 Rendah 0.5 - 1.5 Km Sedang Siaga 2
Kanor A 10 - 13 Rendah 0 - 0.5 Km Dekat Siaga 3
15 Baureno Gunungsari A 7 - 40 Sedang 1 - 2.5 Km Sedang Siaga 3
Pomahan B 10 - 40 Tinggi 2 - 3 Km Jauh Siaga 2
No Kecamatan Desa
Ketinggian Jarak
Kondisi Emergency
Dari hasil uji coba, data di atas terdapat 5 buah error,
dari 30 data. Jika diprosentasekan berarti 16.7% tingkat
error dari rule yang kita gunakan.
7. 5. Kesimpulan Berdasarkan Dari hasil uji coba perangkat lunak ini dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Aplikasi yang dibuat ini telah dapat melakukan proses pengolahan, pemanfaatan dan integrasi dari berbagai data yang ada untuk kemudian memberikan keluaran yang informatif dan sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Aplikasi ini mampu memberikan masukan kepada user berupa keputusan yang sesuai dengan standar hirarki prosedur Emergency dan Evakuasi berdasar input dari pengguna atau user tersebut.
3. Aplikasi ini dapat melakukan perubahan untuk memanfaatkan suatu regulasi menjadi sebuah algoritma atau aplikasi SIG yang hasilnya dapat lebih mudah dan lebih jelas dipahami user.
4. Metode DSS dengan Decision Tree sudah bisa dianggap mampu menangani proses pengambilan keputusan, tetapi jika ingin mendapatkan hasil yang lebih baik bisa menggunakan metode yang lebih mendalam.
Daftar Pustaka
[1]. Alfuad Ramadhian ST, Dadet Pramadihanto Ir, M.Eng, Ph.D, Arna Fariza S.kom, M.Kom, Manajemen Emergency dan Evakuasi untuk Kebakaran Hutan, Proceding of The 10th Industrial Electronics Seminar, 2008.
[2]. World Meteorological Organization, Integrated Flood Management, 2004.
[3]. International Strategy for Disaster Reduction (ISDR), 2005, World Into Action : A Guide for Implementing the Hyogo Framework, 2005.
[4]. Phong Tran, Rajib Shaw, Guillaume Chantry and John Norton, GIS and local knowledge in disaster management: a case study of flood risk mapping in Viet Nam, International Environment and Disaster Management Lab, 2008.
[5]. Ahmad Basuki, Modul Algoritma Decision Tree, Modul kuliah PENS-ITS, 2007