SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
TEKNIK PENGAMBILAN
SAMPEL DAN PENGUJIAN
      HIPOTESIS
        Bandar Lampung, 31 OKTOBER 2012




Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
 Populasi atau sering juga disebut
  universe adalah keseluruhan atau
  totalitas objek yang diteliti yang ciri-
  cirinya akan diduga atau ditaksir
  (estimated).




 Sampel atau juga sering disebut
  contoh adalah wakil dari populasi
  yang ciri-cirinya akan diungkapkan
  dan akan digunakan untuk menaksir
  ciri-ciri populasi
Sampel representatif adalah sampel
  yang memiliki ciri karakteristik yang sama
  atau relatif sama dengan ciri karakteristik
  populasinya.


 Cara atau prosedur yang digunakan untuk
  mengambil sampel dari populasi tertentu
  disebut teknik   sampling.

 Kejelasan populasi dan ketepatan
  pengambilan sampel dalam penelitian akan
  menentukan validitas proses dan hasil
  penelitian kita.
 Populasi penelitian terdiri dari populasi sampling dan populasi sasaran.
  Populasi sampling adalah keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan populasi
  sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber data. Contoh
  populasi sampling adalah SMP se Provinsi Lampung sedangkan populasi sasaran
  adalah SMP yang menerima DAK



Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang dijadikan
  objek penelitian, misalnya jumlah populasinya satu yaitu smp yang menerima
  DAK



Ukuran populasi adalah banyaknya unsur atau unit yang terkandung
  dalam sebuah kategori populasi tertentu, misalnya 154 SMP
Sensus merupakan penelitian yang dianggap
  dapat mengungkapkan ciri-ciri populasi
  (parameter) secara akurat dan komprehensif,
  sebab dengan menggunakan seluruh
  unsur populasi sebagai sumber data,
  maka gambaran tentang populasi tersebut secara
  utuh dan menyeluruh akan diperoleh.

survei merupakan metode pengumpulan dan
  analisa data melalui interview terstruktur untuk
  memperoleh informasi responden yang
  diasumsikan   mewakili populasi
  tertentu (Menurut Wiseman dan Aron,2000)
Probability
          Samples


Systematic             Stratified




                  Simple
    Cluster
                  Random
Simple Random Sampling
Simple random sampling, memilih n units dari N sedemikian hingga setiap unit
dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Persyaratan tersedia
kerangka sampel.Simple random sampling bukan merupakan metode statistik yang
efisien karena kita tidak akan mendapatkan keterwakilan yang baik dari Populasi.
Minoritas di dalam populasi sering tidak terkena sampel.
Systematic Sampling
Apabila ukuran populasinya sangat besar, maka gunakanlah teknik sampling
random sistematik. Persyaratan yang harus dipenuhi yakni tersedianya kerangka
sampling (ukuran populasinya diketahui dengan pasti), dan populasinya
mempunyai pola beraturan yang memungkinkan untuk diberikan nomor urut
serta bersifat homogen.


Dalam Systematic Random Sampling unit-unit dalam populasi diberi nomor dari
1 sampai N dengan ukuran interval k yang dihitung dengan membagi N dengan
n sedemikian hingga k=N/n. Bilangan antara 1 sampai k dipilih secara
random. Jika unit terpilih adalah rth unit, lalu unit-unit yang akan disampel
selanjutnya adalah   ke(r+ k), (r+2k), dan seterusnya.
Systematic Sampling
misalnya,
kita ingin mengambil sampel 10 siswa SMP dari Total sebanyak 100 siswa SMP
sepropinsi Lampung (N). Interval size k=100/10=10 misalkan antara angka 1 dan
10 terpilih angka 3 sebagai unit pertama. kIta akan memilih ke sepuluh rumah
tangga , sedemikian hingga terpilih sample bernomor 3, 13, 23, dan seterusnya
hingga unit yang ke sepuluh
Stratified Sampling
• Teknik sampling ini digunakan apabila populasinya tidak
  homogen      (heterogen).    Makin      heterogen    suatu
  populasi, makin besar pula perbedaan sifat-sifat populasi.
  Padahal, sebagaimana telah diungkapkan di atas, presisi dan
  tingkat kerepresentatifan sampel yang diambil dari suatu
  populasi antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman
  (tingkat homogenitas) populasi yang bersangkutan.

• Untuk dapat menggambarkan secara tepat tentang sifat-sifat
  populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan
  harus dibagi-bagi kedalam lapisan-lapisan (strata) yang
  seragam atau homogen, dan dari setiap strata dapat diambil
  sampel secara random (acak).
Stratified Sampling
Untuk dapat menggunakan teknik sampling random strata, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, antara lain (Singarimbun dan Effendi, 1989:162-163):
 Harus ada kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi
    populasi ke dalam lapisan-lapisan.
 Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk
    menstratifikasi.
 Jumlah satuan elementer dari setiap strata (ukuran setiap subpopulasi) harus diketahui
    dengan pasti.
 Misal: 1000 sampel akan diambil secara statifikasi


   Stratum        Income           Proporsi Population              Stratum size
    1             dibawah $15,000             25%                          250
    2             15,000-29,999               40%                          400
    3             30.000-50,000               30%                          300
    4             diatas $50,000               5%                           50
Cluster Sampling
Metode penarikan sampel dengan kluster dapat digunakan jika terdapat kelompok-kelompok
alamiah dalam populasi.

Populasi keseluruhan dibagi ke dalam beberapa kelompok atau disebut sebagai kluster dan satu
sampel dalam kelompok-kelompok tersebut kemudian dipilih.

Kemudian informasi yang diperlukan akan dikumpulkan dari semua elemen dalam masing-masing
kelompok yang terpilih.
Hal ini dapat dilakukan untuk setiap elemen dalam kelompok-kelompok ini atau sub-sampel dari
semua elemen dapat diseleksi melalui masing-masing kelompok tersebut.

Semua elemen dalam suatu kluster harus beraneka ragam
seideal mungkin tetapi harus ada kesamaan antara rata-rata
kluster. Masing-masing kluster harus merupakan versi mini dari
populasi .
Selanjutnya dalam metode penarikan sampel stratifikasi, sampel random ditarik
dari masing-masing strata, sedangkan metode penarikan sampel kluster hanya
semua kluster terpilih yang dipelajari.

Tujuan pokok menggunakan metode ini ialah untuk mengurangi biaya dengan
cara meningkatkan efisiensi penarikan sampel.

Salah satu versi metode ini ialah penarikan sampel didasarkan pada area atau
disebut juga sebagai penarikan sampel kluster geografis.


Keuntungan dalam menggunakan metode ini diantaranya ialah:

Paling murah biayanya dibandingkan dengan metode-metode lainnya
Kerangka sampel hanya diperlukan untuk kluster-kluster yang dipilih bukan untuk
semua populasi.
Sedang kelemahan menggunakan metode ini ialah kemungkinan terdapat
kesalahan yang tinggi dan sulit untuk diukur.
Semua kluster harus mutually exclusive dan kolektif .

Teknik pengambilan sampel secara random kemudian digunakan
dalam setiap kluster yang cocok untuk dimasukan ke dalam
penelitian yang sedang dijalankan.

Dalam satu tahap penarikan sampel kluster maka semua
elemen dari masing-masing kluster yang dipilih akan digunakan.

Sedang dalam dua tahap penarikan sampel kluster, teknik
penarikan sampel secara random diterapkan untuk semua elemen
dari masing-masing kluster yang terpilih.

Perbedaan penting antara metode penarikan sampel
menggunakan kluster dengan stratifikasi adalah dimana yang
pertama diperlakukan sebagai unit penarikan sampel dengan
demikian analisis dilakukan pada populasi semua kluster; sedang
pada metode kedua, analisis dilakukan pada semua elemen dalam
strata.
Catatan
Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam menentukan berapa besar
ukuran sampel yang harus diambil dari populasi tertentu (I Gusti Bagoes Mantra dan
Kasto dalam buku yang ditulis oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode
Penelitian Survai (1989):
 Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Semakin homogen sampel
   yang diambil semakin sedikit
 Tingkat Presisi (level of precisions) yang digunakan, tingkat presisi biasanya
   dinyatakan dengan taraf signifikansi (α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar
   0,05 (5%) atau 0,01 (1%), sehingga keakuratan hasil penelitiannya (selang
   kepercayaannya) 1–α yakni bisa 95% atau 99%.
 Rancangan Analisis. Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu yang
   berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan
   penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian.
 Alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasn yang ada
   pada peneliti, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain. (Catatan:
   Alasan ini jangan digunakan sebagai pertimbangan utama dalam menentukan
   ukuran sampel, sebab hal ini lebih berkaitan dengan pertimbangan peneliti (tanpa
   akhiran an) dan bukan pertimbangan penelitian (metodologi).
Ukuran
   sampel



Jika ukuran populasinya besar yang didapat dari pendugaan proporsi populasi, maka
Rumus Yamane yang harus digunakan.
                           N
                     n = ———–
                          Nd² + 1
d = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan.
Ukuran sampel
Beberapa buku metode penelitian menyarankan digunakannya rumus
tertentu untuk menentukan berapa besar sampel yang harus diambil dari
populasi.
Jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini
dapat digunakan.
Rumus Slovin:
                          N
                    n = ———
                       1 + Ne²
Keterangan;
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
ditololerir, misalnya 5%.
Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang
1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.
UJI HIPOTESIS

Contoh yang akan diuraikan berikut
ini, kita berasumsi bahwa data untuk
keperluan perhitungan uji t test ini
telah memenuhi syarat dan kriteria uji
t seperti kenormalan dan jumlah
sampel.

                                     19
UJI HIPOTESIS

Uji t satu sampel digunakan sebagai inferensi statistik bertujuan untuk menguji
apakah suatu nilai tertentu (sebuah konstanta pembanding) berbeda secara nyata
atau tidak dengan rata-rata sampel penelitian.

Untuk melakukan one sample t test dengan SPSS kita dapat menggunakan langkah
kerja sebagai berikut :
1. Pada jendela SPSS editor, pilih menu Analyze kemudian pilih submenu Compare
    Means setelah itu pilih One Sample t test




                                                                                 20
UJI HIPOTESIS

2. Isikan pada kotak dialog yang muncul pada bagian ;
   Test Variabel (s) sebagai variabel yang akan diuji dan kita pilih variabel korupsi.
   - pada Test Value isikan dengan 32 sebagai nilai yang akan kita uji (rata – rata
   korupsi (penyimpangan) secara nasional.
   - tombol options dapat dipilih jika kita ingin mengatur confidence interval atau
   taraf kepercayaan. Nilai baku yang diberikan SPSS adalah 95% atau tingkat
   signifikansi 5%




                                                                                         21
UJI HIPOTESIS
3. Output hasil proses perhitungan SPSS untuk uji t satu sampel akan ditampilkan
   kemudian pada jendela SPSS Output Viewer seperti berikut :
.




                                                                                   22
UJI HIPOTESIS
Cara menafsirkan output tersebut adalah :
1. Tabel One Sample Statistics
Tabel ini menginformasikan ringkasan statistik dari variabel korupsi, yaitu jumlah
sampel penelitian adalah 30, rata-rata korupsi (% penyimpangan DAK SMP) 21,3 dan
memiliki standar deviasi 14,7558.
2. Tabel One Sample Test
Pada contoh kasus ini, kita buat hipotesis sebagai berikut :
H0 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) tidak
berbeda dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional).
h1 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda
secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional).

Pengambilan keputusan hipotesis diatas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan kriteria Probabilitas atau nilai Sig. (signifikansi) dan dengan
membandingkan t-hitung dan t-tabel.




                                                                                     23
UJI HIPOTESIS

a. Probabilitas atau Nilai Sig.
   Jika Nilai Sig. > 0,05 , maka H0 diterima dan
   sebaliknya jika Nilai Sig. < 0,05 , maka H0 ditolak.
   Berdasarkan output SPSS diatas diperoleh nilai Sig.
   = 0,000. Nilai Sig. ini jauh di bawah kriteria
   0,05, dengan demikian H0 ditolak, dengan kata lain
   dapat disimpulkan bahwa rata rata persentase
   korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung)
   berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi
   (penyimpangan DAK SMP secara nasional).


                                                      24
UJI HIPOTESIS
b. Perbandingan t-hitung dan t-tabel
Jika (nilai mutlak) I t -hitung (output hasil perhitungan SPSS)| > t-tabel, maka H0
ditolak, dan berlaku sebaliknya jika t-hitung < t-tabel. Berdasarkan perhitungan
SPSS diperoleh t-hitung = -3,972 t-tabel dapat dicari berdasarkan kriteria taraf
signifikan 5% dan degree of freedom (derajat kebebasan=dk) dengan rumus dk
= n-1 = 30 – 1 = 29. Uji yang dilakukan two-tailed (dua sisi atau dua arah) karena
kita akan mengetahui jika rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP
di Lampung) sama dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara
nasional) atau tidak yang berarti nilainya bisa > atau <, karena itu digunakan uji
dua sisi.

Dari tabel-t diperoleh nilai t-tabel = 2,2045 dan dari output SPSS diperoleh t-
hitung = 3,972. Nilai t-hitung ini > t-tabel, maka dapat disimpulkan h0 ditolak,
dengan kata lain rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di
Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan
DAK SMP secara nasional).


                                                                                25
SIMULASI PERTAMA
1. METODE SAMPLING YANG DIGUNAKAN ADALAH
   SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING.
2. POPULASI : SMP PENERIMA DAK TAHUN 2011 DI
   PROVINSI LAMPUNG
3. UKURAN POPULASI : 100 SMP.
4. JUMLAH SAMPEL YANG DIAMBIL (30%) = 30 SMP.
5. KARAKTERISTIK POPULASI HETEROGEN (NILAI
   DAK YANG DITERIMA) : DIBUAT 3 KELOMPOK,
   KELOMPOK I : < 350JT, KELOMPOK II : 350 –
   500JT, & KELOMPOK III : > 500JT.
6. DATA SIMULASI SEBAGAI BERIKUT :
                                           26
SIMULASI PERTAMA
          NAMA         KELOMPOK                   NAMA         KELOMPOK                   NAMA         KELOMPOK                    NAMA             KELOMPOK
NO.                                     NO.                                     NO.                                     NO.
          SMP     I       II      III             SMP     I       II      III             SMP     I       II      III              SMP         I      II       III
(1)        (2)   (3)      (4)     (5)   (1)        (2)   (3)      (4)     (5)   (1)        (2)   (3)      (4)     (5)   (1)             (2)   (3)     (4)      (5)


 1    SMPN 1             40             26    SMPN 26            47             51    SMPN 51            54             76    SMPN 76                 61
 2    SMPN 2                      70    27    SMPN 27                     76    52    SMPN 52            55             77    SMPN 77                 62
 3    SMPN 3     1                      28    SMPN 28            48             53    SMPN 53            56             78    SMPN 78                 63
 4    SMPN 4     2                      29    SMPN 29    13                     54    SMPN 54    21                     79    SMPN 79                 64
 5    SMPN 5                      71    30    SMPN 30            49             55    SMPN 55            57             80    SMPN 80         30
 6    SMPN 6     3                      31    SMPN 31                     77    56    SMPN 56                     86    81    SMPN 81         31
 7    SMPN 7             41             32    SMPN 32    14                     57    SMPN 57    22                     82    SMPN 82         32
 8    SMPN 8             42             33    SMPN 33    15                     58    SMPN 58                     87    83    SMPN 83         33
 9    SMPN 9             43             34    SMPN 34    16                     59    SMPN 59    23                     84    SMPN 84         34
10    SMPN 10    4                      35    SMPN 35    17                     60    SMPN 60            58             85    SMPN 85                 65
11    SMPN 11    5                      36    SMPN 36                     78    61    SMPN 61    24                     86    SMPN 86         35
12    SMPN 12    6                      37    SMPN 37                     79    62    SMPN 62                     88    87    SMPN 87                          95
13    SMPN 13    7                      38    SMPN 38                     80    63    SMPN 63    25                     88    SMPN 88         36
14    SMPN 14            44             39    SMPN 39                     81    64    SMPN 64    26                     89    SMP SW1                          96
15    SMPN 15    8                      40    SMPN 40            50             65    SMPN 65    27                     90    SMP SW2                          97
16    SMPN 16                     72    41    SMPN 41            51             66    SMPN 66    28                     91    SMP SW3                          98
17    SMPN 17                     73    42    SMPN 42            52             67    SMPN 67    29                     92    SMP SW4                          99
18    SMPN 18                     74    43    SMPN 43    18                     68    SMPN 68                     89    93    SMP SW5                          100
19    SMPN 19                     75    44    SMPN 44    19                     69    SMPN 69                     90    94    SMP SW6                 66
20    SMPN 20    9                      45    SMPN 45    20                     70    SMPN 70                     91    95    SMP SW7                 67
21    SMPN 21    10                     46    SMPN 46                     82    71    SMPN 71                     92    96    SMP SW8                 68
22    SMPN 22    11                     47    SMPN 47                     83    72    SMPN 72                     93    97    SMP SW9                 69
23    SMPN 23    12                     48    SMPN 48                     84    73    SMPN 73                     94    98    SMP SW10        37
24    SMPN 24            45             49    SMPN 49                     85    74    SMPN 74            59             99    SMP SW11        38
25    SMPN 25            46             50    SMPN 50            53             75    SMPN 75            60             100   SMP SW12        39

                                                                                                                                                                27
SIMULASI PERTAMA
TAHAPAN SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING :
1.   HITUNG INTERVAL (I) = N/n = 100/30 = 3,33
2.   MENENTUKAN ANGKA RANDOM PERTAMA (R1), DENGAN ATURAN R1 < I,
     MISAL R1=1 (TAR).
3.   HITUNG ANGKA RANDOM 2 – 30, DENGAN RUMUS : Rn=R1+ (n-1)*I.
     (LAKUKAN PEMBULATAN MATEMATIKA) ~ HASILNYA ADALAH NOMOR URUT
     SAMPEL TERPILIH.
4.   URUTKAN MULAI DARI 1 SAMPAI NOMOR TERAKHIR (39) DI KELOMPOK I,
     LANJUTKAN NOMOR BERIKUTNYA (40) DI KELOMPOK II HINGGA TERAKHIR
     (69) & SELANJUTNYA DI KELOMPOK III (70) SAMPAI AKHIR (100).
5.   IDENTIFIKASI SAMPEL TERPILIH BERDASARKAN NOMOR URUT YANG
     SUDAH DIBUAT. (TERPILIH 30 SMP).
6.   DATA YANG AKAN DIUJI HIPOTESISNYA ADALAH % PENYIMPANGAN HASIL
     PEMERIKSAAN BPKP TERHADAP 30 SMP PENERIMA DAK TAHUN 2011 DI
     PROVINSI LAMPUNG. DATA SIMULASI SBB.:



                                                                 28
SIMULASI PERTAMA
                                                                      Uji t satu sampel digunakan sebagai
                  SIMULASI UJI HIPOTESIS                              inferensi statistik bertujuan untuk
                 % BESAR                            % BESAR
                                                                      menguji apakah suatu nilai tertentu
NO. NAMA SMP                      NO. NAMA SMP
               PENYIMPANGAN                       PENYIMPANGAN        (sebuah      konstanta      pembanding)
(1)    (2)          (3)           (1)       (2)        (3)
                                                                      berbeda secara nyata atau tidak dengan
1 SMPN 3                  22.00   17 SMPN 54                  52.00   rata-rata sampel penelitian
2 SMPN 5                  1.00    18 SMPN 60                   4.00
3 SMPN 7                  41.00   19 SMPN 61                  56.00
4 SMPN 10                 21.00   20 SMPN 62                  36.00
5 SMPN 14                 12.00   21 SMPN 66                  32.00
6 SMPN 15                 14.00   22 SMPN 70                  24.00
7 SMPN 18                 17.00   23 SMPN 73                  22.00
8 SMPN 22                 19.00   24 SMPN 76                  23.00
9 SMPN 28                 21.00   25 SMPN 79                  28.00
10 SMPN 32                32.00   26 SMPN 81                  31.00
11 SMPN 36                35.00   27 SMPN 84                  33.00
12 SMPN 39                 2.00   28 SMP SW3                   2.00
13 SMPN 41                 6.00   29 SMP SW8                   1.00
14 SMPN 43                25.00   30 SMP SW11                  6.00
15 SMPN 48                 3.00         JUMLAH               639.00
16 SMPN 51                18.00         RATA2                 21.30



                                                                                                        29
SIMULASI PERTAMA
Cara menafsirkan output tersebut adalah :
1. Tabel One Sample Statistics
Tabel ini menginformasikan ringkasan statistik dari variabel korupsi, yaitu
jumlah sampel penelitian adalah 30, rata-rata korupsi (% penyimpangan DAK
SMP) 21,3 dan memiliki standar deviasi 14,7558.
2. Tabel One Sample Test
Pada contoh kasus ini, kita buat hipotesis sebagai berikut :
H0 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung)
tidak berbeda dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara
nasional).
h1 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung)
berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP
secara nasional).

Pengambilan keputusan hipotesis diatas dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu menggunakan kriteria Probabilitas atau nilai Sig. (signifikansi) dan
dengan membandingkan t-hitung dan t-tabel.
                                                                             30
SIMULASI KEDUA

      Kasus Pemilihan Sampel DAK
                  SMP
I. Pemilihan kabupaten

    Jika tujuan dari penelitian ini untuk menjamin generalisasi
     tingkat provinsi maka pemilihan kabupaten dilakukan
     secara random dimana besar kecilnya peluang kabupaten
     tergantung dari bobot masing-masing kabupaten, misal
     proporsi dana yang diberikan.
    Jika kabupaten sudah ditentukan maka generalisasinya
     hanya sampai tingkat kabupaten terpilih.
SIMULASI KEDUA
                                   Dana Alokasi Khusus SMP 2011


                Kabupaten/Kota          Dana (juta Rupiah)        Kesempatan terpilih
Lampung Barat                                 4528.2                      2
Tanggamus                                     5603.3                      2
Lampung Selatan                               7521.5                      3
Lampung Timur                                 8204.8                      3
Lampung Tengah                                9513.1                      4
Lampung Utara                                 5956.6                      2
Way Kanan                                     4040.9                      2
Tulang Bawang                                 5372.1                      2
Pesawaran                                     3713.9                      2
Pringsewu                                     4784.3                      2
Mesuji                                        3120.9                      1
Tulang Bawang Barat                           3061.3                      1
Bandar Lampung                                5781.7                      2
Metro                                         2413.9                      1


         Berdasarkan pengocokan nomor satu hingga nomor dua
         puluh sembilan maka terpilih kabupaten tanggamus dan
         lampung tengah (Simpel Random Sampling)
SIMULASI KEDUA
1. Metode Sampling yang digunakan adalah Stratified
   Sampling.
2. Populasi : SMP penerima DAK di Kabupaten Tanggamus
   dan Lampung Tengah.
3. Ukuran Populasi : Tanggamus 14 SMP dan Lamteng 17
   SMP.
4. Jumlah Sampel yang diambil : 30% di setiap kab/kota.
5. Strata yang dibuat : berat, sedang dan ringan.
6. Data simulasi sbb. :
SIMULASI KEDUA
TAHAPAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING :
1.   PENGELOMPOKAN SMP PENERIMA DAK DALAM STRATA BERAT, SEDANG
     RINGAN.
2.   KAB. TANGGAMUS : BERAT = 3 SMP, SEDANG = 7 SMP, RINGAN = 4 SMP.
     KAB. LAMPUNG TENGAH : BERAT = 5 SMP, SEDANG = 4 SMP, RINGAN = 8
     SMP.
3.   TENTUKAN JUMLAH SAMPEL : 30% TIAP KABUPATEN, TANGGAMUS =
     30%*14 = 4 SMP & LAMPUNG TENGAH = 30%*17 = 5 SMP.
4.   MENGHITUNG JUMLAH SAMPEL DI TIAP STRATA :
     TANGGAMUS ~ BERAT = 3*4/14=1, 7*4/14=2 & 4*4/14=1.
     LAMTENG ~ BERAT = 5*5/17=2, 4*5/17=1 & 8*5/17=2.
5.   MEMILIH SAMPEL DI SETIAP STRATA DENGAN RANDOM, SIMULASINYA :




                                                                  34
SIMULASI KEDUA
                                       SIMULASI SAMPLING DENGAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING
KAB. TANGGAMUS                                                         KAB. LAMPUNG TENGAH

                  NAMA                 STRATA                                                NAMA                  STRATA
 NO.                                                                       NO.
                  SMP      BERAT      SEDANG           RINGAN                                  SMP    BERAT       SEDANG            RINGAN
  1     SMPN 1                                                              1          SMPN 1
  2     SMPN 2                                                              2          SMPN 2
  3     SMPN 3                                                              3          SMPN 3
  4     SMPN 4                                                              4          SMPN 4
  5     SMPN 5                                                              5          SMPN 5
  6     SMPN 6                                                              6          SMPN 6
  7     SMPN 7                                                              7          SMPN 7
  8     SMPN 8                                                              8          SMPN 8
  9     SMPN 9                                                              9          SMPN 9
  10    SMPN 10                                                             10         SMPN 10
  11    SMP SW1                                                             11         SMPN 11
  12    SMP SW2                                                             12         SMPN 12
  13    SMP SW3                                                             13         SMP SW1
  14    SMP SW4                                                             14         SMP SW2
          JUMLAH             3           7                4       14        15         SMP SW3
             %           21.43       50.00            28.57                 16         SMP SW4

        JMLH SAMPEL                     30% * 14 =4                         17         SMP SW5
       SAMPEL TERPILIH           1           2                1                    JUMLAH                5            4                8
                                                                                      %              29.41        23.53            47.06

                                                                                 JMLH SAMPEL                         30% * 17 =5
                                                                                SAMPEL TERPILIH               2           1                2
SIMULASI KEDUA
SIMULASI KEDUA

Cara menafsirkan output tersebut adalah :
1. Tabel One Sample Statistics
Tabel ini menginformasikan ringkasan statistik dari variabel korupsi, yaitu jumlah
sampel penelitian adalah 9, rata-rata korupsi (% penyimpangan DAK SMP) 26,7778
dan memiliki standar deviasi 11,8192.
2. Tabel One Sample Test
Pada contoh kasus ini, kita buat hipotesis sebagai berikut :
H0 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) tidak
berbeda dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional).
h1 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda
secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara
nasional).

Pengambilan keputusan hipotesis diatas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan kriteria Probabilitas atau nilai Sig. (signifikansi) dan dengan
membandingkan t-hitung dan t-tabel.
SIMULASI KEDUA

a. Probabilitas atau Nilai Sig.
   Jika Nilai Sig. > 0,05 , maka H0 diterima dan
   sebaliknya jika Nilai Sig. < 0,05 , maka H0 ditolak.
   Berdasarkan output SPSS diatas diperoleh nilai Sig.
   = 0,007. Nilai Sig. ini jauh di bawah kriteria 0,05,
   dengan demikian H0 ditolak, dengan kata lain
   dapat disimpulkan bahwa rata rata persentase
   korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung)
   berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi
   (penyimpangan DAK SMP secara nasional).


                                                      38
SIMULASI KEDUA
b. Perbandingan t-hitung dan t-tabel
Jika (nilai mutlak) I t -hitung (output hasil perhitungan SPSS)| > t-tabel, maka H0
ditolak, dan berlaku sebaliknya jika t-hitung < t-tabel. Berdasarkan perhitungan
SPSS diperoleh t-hitung = -3,610 t-tabel dapat dicari berdasarkan kriteria taraf
signifikan 5% dan degree of freedom (derajat kebebasan=dk) dengan rumus dk
= n-1 = 9 – 1 = 8. Uji yang dilakukan two-tailed (dua sisi atau dua arah) karena
kita akan mengetahui jika rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP
di Lampung) sama dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara
nasional) atau tidak yang berarti nilainya bisa > atau <, karena itu digunakan uji
dua sisi.

Dari tabel-t diperoleh nilai t-tabel = 2,306 dan dari output SPSS diperoleh t-
hitung = 3,610. Nilai t-hitung ini > t-tabel, maka dapat disimpulkan h0 ditolak,
dengan kata lain rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di
Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan
DAK SMP secara nasional).


                                                                                39
Thank you for your attention

More Related Content

What's hot

statistika - populasi dan sampel
statistika - populasi dan sampelstatistika - populasi dan sampel
statistika - populasi dan sampelAprinsya Panjaitan
 
11.statistik parametrik dan non parametrik
11.statistik parametrik dan non parametrik11.statistik parametrik dan non parametrik
11.statistik parametrik dan non parametrikHafiza .h
 
Pengujian hipotesis 05
Pengujian hipotesis 05Pengujian hipotesis 05
Pengujian hipotesis 05robin2dompas
 
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-SquareTabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-SquareTrisnadi Wijaya
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampelzmeffendi
 
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)eyepaste
 
Pertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingPertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingAyu Sefryna sari
 
Teori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiTeori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiPerum Perumnas
 
Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas dan HomogenitasUji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas dan HomogenitasPutri Handayani
 
Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Anantyo Bimosuseno...
Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Anantyo Bimosuseno...Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Anantyo Bimosuseno...
Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Anantyo Bimosuseno...Maulana Husada
 
Ppt perumusan masalah penelitian
Ppt perumusan masalah penelitianPpt perumusan masalah penelitian
Ppt perumusan masalah penelitianyurika mariani
 
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2Ratih Ramadhani
 
Kuliah 9 populasi & sampel
Kuliah 9 populasi & sampelKuliah 9 populasi & sampel
Kuliah 9 populasi & sampelDerima Febrike
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelAinur
 
PPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaPPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaLusi Kurnia
 

What's hot (20)

statistika - populasi dan sampel
statistika - populasi dan sampelstatistika - populasi dan sampel
statistika - populasi dan sampel
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
11.statistik parametrik dan non parametrik
11.statistik parametrik dan non parametrik11.statistik parametrik dan non parametrik
11.statistik parametrik dan non parametrik
 
Pengujian hipotesis 05
Pengujian hipotesis 05Pengujian hipotesis 05
Pengujian hipotesis 05
 
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-SquareTabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi-Square
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
Ukuran variasi atau dispersi (penyebaran)
 
Pertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik samplingPertemuan 9 teknik sampling
Pertemuan 9 teknik sampling
 
Teori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiTeori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasi
 
Uji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas dan HomogenitasUji Normalitas dan Homogenitas
Uji Normalitas dan Homogenitas
 
P10 menentukan populasi dan sampel
P10 menentukan populasi dan sampelP10 menentukan populasi dan sampel
P10 menentukan populasi dan sampel
 
Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Anantyo Bimosuseno...
Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Anantyo Bimosuseno...Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Anantyo Bimosuseno...
Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Anantyo Bimosuseno...
 
PPT UJI NORMALITAS
PPT UJI NORMALITASPPT UJI NORMALITAS
PPT UJI NORMALITAS
 
Ppt perumusan masalah penelitian
Ppt perumusan masalah penelitianPpt perumusan masalah penelitian
Ppt perumusan masalah penelitian
 
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
 
Kuliah 9 populasi & sampel
Kuliah 9 populasi & sampelKuliah 9 populasi & sampel
Kuliah 9 populasi & sampel
 
Uji beda mean
Uji beda meanUji beda mean
Uji beda mean
 
Statistika Dasar Pertemuan 10
Statistika Dasar Pertemuan 10Statistika Dasar Pertemuan 10
Statistika Dasar Pertemuan 10
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel
 
PPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaPPT Regresi Berganda
PPT Regresi Berganda
 

Similar to Sampling

Fp unsam 2009 teknik sampling
Fp unsam 2009 teknik samplingFp unsam 2009 teknik sampling
Fp unsam 2009 teknik samplingIr. Zakaria, M.M
 
Sampel acak sederhana
Sampel acak sederhanaSampel acak sederhana
Sampel acak sederhanapikopong
 
Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Kampus-Sakinah
 
Kuadrat ppt new
Kuadrat ppt newKuadrat ppt new
Kuadrat ppt newabiumi01
 
POPULASI SAMPEL SAMPLING.ppt
POPULASI SAMPEL SAMPLING.pptPOPULASI SAMPEL SAMPLING.ppt
POPULASI SAMPEL SAMPLING.pptAbedoRechment1
 
Teknik penarikan sampel
Teknik penarikan sampelTeknik penarikan sampel
Teknik penarikan sampelYoga Lgy
 
3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.ppt
3. Populasi, Sampel, dan Teknik  Sampling.ppt3. Populasi, Sampel, dan Teknik  Sampling.ppt
3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.pptBUNGARAHMASARISUHART
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptAgathaHaselvin
 
Research methodology sampling
Research methodology   samplingResearch methodology   sampling
Research methodology samplingrsd kol abundjani
 
Bab vi dan bab xi
Bab vi dan bab xiBab vi dan bab xi
Bab vi dan bab xiIda Susanti
 
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.pptBAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.pptBasyiruddinAfi654
 
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.pptBAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.pptBasyiruddinAfi654
 
Sampel dan teknik sampling
Sampel dan teknik samplingSampel dan teknik sampling
Sampel dan teknik samplinghafsah hafsah
 
Ppt Metodologi Penelitian: 7. Teknik Sampling | Kelas: 6B | Dosen: Yayuk Putr...
Ppt Metodologi Penelitian: 7. Teknik Sampling | Kelas: 6B | Dosen: Yayuk Putr...Ppt Metodologi Penelitian: 7. Teknik Sampling | Kelas: 6B | Dosen: Yayuk Putr...
Ppt Metodologi Penelitian: 7. Teknik Sampling | Kelas: 6B | Dosen: Yayuk Putr...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 

Similar to Sampling (20)

Metode sampling kimia farmasi
Metode sampling kimia farmasiMetode sampling kimia farmasi
Metode sampling kimia farmasi
 
Teknik Sampling
Teknik SamplingTeknik Sampling
Teknik Sampling
 
Fp unsam 2009 teknik sampling
Fp unsam 2009 teknik samplingFp unsam 2009 teknik sampling
Fp unsam 2009 teknik sampling
 
Sampel acak sederhana
Sampel acak sederhanaSampel acak sederhana
Sampel acak sederhana
 
Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)
 
Kuadrat ppt new
Kuadrat ppt newKuadrat ppt new
Kuadrat ppt new
 
Teknik Sampling
Teknik SamplingTeknik Sampling
Teknik Sampling
 
POPULASI SAMPEL SAMPLING.ppt
POPULASI SAMPEL SAMPLING.pptPOPULASI SAMPEL SAMPLING.ppt
POPULASI SAMPEL SAMPLING.ppt
 
Teknik penarikan sampel
Teknik penarikan sampelTeknik penarikan sampel
Teknik penarikan sampel
 
3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.ppt
3. Populasi, Sampel, dan Teknik  Sampling.ppt3. Populasi, Sampel, dan Teknik  Sampling.ppt
3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.ppt
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
 
populasi dan sampel.pptx
populasi dan sampel.pptxpopulasi dan sampel.pptx
populasi dan sampel.pptx
 
Research methodology sampling
Research methodology   samplingResearch methodology   sampling
Research methodology sampling
 
Bab vi dan bab xi
Bab vi dan bab xiBab vi dan bab xi
Bab vi dan bab xi
 
Bab vi dan bab xi
Bab vi dan bab xiBab vi dan bab xi
Bab vi dan bab xi
 
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.pptBAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
 
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.pptBAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
BAHAN (3) POPULASI dan SAMPEL.ppt
 
Sampel dan teknik sampling
Sampel dan teknik samplingSampel dan teknik sampling
Sampel dan teknik sampling
 
Populasi sampling.pdf
Populasi sampling.pdfPopulasi sampling.pdf
Populasi sampling.pdf
 
Ppt Metodologi Penelitian: 7. Teknik Sampling | Kelas: 6B | Dosen: Yayuk Putr...
Ppt Metodologi Penelitian: 7. Teknik Sampling | Kelas: 6B | Dosen: Yayuk Putr...Ppt Metodologi Penelitian: 7. Teknik Sampling | Kelas: 6B | Dosen: Yayuk Putr...
Ppt Metodologi Penelitian: 7. Teknik Sampling | Kelas: 6B | Dosen: Yayuk Putr...
 

More from XYZ Williams

World economy and Lampung 2019
World economy and Lampung 2019World economy and Lampung 2019
World economy and Lampung 2019XYZ Williams
 
Pengenalan Ekonometrika
Pengenalan EkonometrikaPengenalan Ekonometrika
Pengenalan EkonometrikaXYZ Williams
 
Mengerti indikator makro ekonomi
Mengerti indikator makro ekonomiMengerti indikator makro ekonomi
Mengerti indikator makro ekonomiXYZ Williams
 
Profil provinsi lampung dan ekonomi kreatif
Profil provinsi lampung dan ekonomi kreatifProfil provinsi lampung dan ekonomi kreatif
Profil provinsi lampung dan ekonomi kreatifXYZ Williams
 
Risk Management series presented at Australian Bureau Statistics
Risk Management series presented at Australian Bureau StatisticsRisk Management series presented at Australian Bureau Statistics
Risk Management series presented at Australian Bureau StatisticsXYZ Williams
 
Data sosial ekonomi strategis lampung tw i 2019
Data sosial ekonomi strategis lampung tw i 2019 Data sosial ekonomi strategis lampung tw i 2019
Data sosial ekonomi strategis lampung tw i 2019 XYZ Williams
 
Profil kemiskinan balai keratun 19 februari 2019
Profil kemiskinan balai keratun  19 februari 2019Profil kemiskinan balai keratun  19 februari 2019
Profil kemiskinan balai keratun 19 februari 2019XYZ Williams
 
Standard operating procedure
Standard operating procedureStandard operating procedure
Standard operating procedureXYZ Williams
 
Consumer Sentimen Index
Consumer Sentimen IndexConsumer Sentimen Index
Consumer Sentimen IndexXYZ Williams
 
Bahan djpb ekonomi terkini 2014
Bahan djpb ekonomi terkini 2014Bahan djpb ekonomi terkini 2014
Bahan djpb ekonomi terkini 2014XYZ Williams
 
multidimensional poverty index
multidimensional poverty indexmultidimensional poverty index
multidimensional poverty indexXYZ Williams
 
inclusive growth methodology
inclusive growth methodologyinclusive growth methodology
inclusive growth methodologyXYZ Williams
 
Worshop Wartawan PDRB
Worshop Wartawan PDRBWorshop Wartawan PDRB
Worshop Wartawan PDRBXYZ Williams
 
Statda kecamatan_revisi
Statda kecamatan_revisiStatda kecamatan_revisi
Statda kecamatan_revisiXYZ Williams
 
HOW TO CREATE EXCELLENCE GRAPHIC IN EXCEL
HOW TO CREATE EXCELLENCE GRAPHIC IN EXCELHOW TO CREATE EXCELLENCE GRAPHIC IN EXCEL
HOW TO CREATE EXCELLENCE GRAPHIC IN EXCELXYZ Williams
 
statda Kecamatan Lampung Tengah
statda Kecamatan Lampung Tengahstatda Kecamatan Lampung Tengah
statda Kecamatan Lampung TengahXYZ Williams
 
Macroeconomic Indicator 3rd quarter of lampung province
Macroeconomic Indicator 3rd quarter of lampung provinceMacroeconomic Indicator 3rd quarter of lampung province
Macroeconomic Indicator 3rd quarter of lampung provinceXYZ Williams
 
Bps lampung prolife rb series-untuk sltp
Bps lampung prolife rb series-untuk sltpBps lampung prolife rb series-untuk sltp
Bps lampung prolife rb series-untuk sltpXYZ Williams
 

More from XYZ Williams (20)

World economy and Lampung 2019
World economy and Lampung 2019World economy and Lampung 2019
World economy and Lampung 2019
 
Pengenalan Ekonometrika
Pengenalan EkonometrikaPengenalan Ekonometrika
Pengenalan Ekonometrika
 
Mengerti indikator makro ekonomi
Mengerti indikator makro ekonomiMengerti indikator makro ekonomi
Mengerti indikator makro ekonomi
 
Profil provinsi lampung dan ekonomi kreatif
Profil provinsi lampung dan ekonomi kreatifProfil provinsi lampung dan ekonomi kreatif
Profil provinsi lampung dan ekonomi kreatif
 
Risk Management series presented at Australian Bureau Statistics
Risk Management series presented at Australian Bureau StatisticsRisk Management series presented at Australian Bureau Statistics
Risk Management series presented at Australian Bureau Statistics
 
Data sosial ekonomi strategis lampung tw i 2019
Data sosial ekonomi strategis lampung tw i 2019 Data sosial ekonomi strategis lampung tw i 2019
Data sosial ekonomi strategis lampung tw i 2019
 
Profil kemiskinan balai keratun 19 februari 2019
Profil kemiskinan balai keratun  19 februari 2019Profil kemiskinan balai keratun  19 februari 2019
Profil kemiskinan balai keratun 19 februari 2019
 
Standard operating procedure
Standard operating procedureStandard operating procedure
Standard operating procedure
 
Consumer Sentimen Index
Consumer Sentimen IndexConsumer Sentimen Index
Consumer Sentimen Index
 
Bahan djpb ekonomi terkini 2014
Bahan djpb ekonomi terkini 2014Bahan djpb ekonomi terkini 2014
Bahan djpb ekonomi terkini 2014
 
Kajian ipm
Kajian ipmKajian ipm
Kajian ipm
 
multidimensional poverty index
multidimensional poverty indexmultidimensional poverty index
multidimensional poverty index
 
inclusive growth methodology
inclusive growth methodologyinclusive growth methodology
inclusive growth methodology
 
Data berkualitas
Data berkualitasData berkualitas
Data berkualitas
 
Worshop Wartawan PDRB
Worshop Wartawan PDRBWorshop Wartawan PDRB
Worshop Wartawan PDRB
 
Statda kecamatan_revisi
Statda kecamatan_revisiStatda kecamatan_revisi
Statda kecamatan_revisi
 
HOW TO CREATE EXCELLENCE GRAPHIC IN EXCEL
HOW TO CREATE EXCELLENCE GRAPHIC IN EXCELHOW TO CREATE EXCELLENCE GRAPHIC IN EXCEL
HOW TO CREATE EXCELLENCE GRAPHIC IN EXCEL
 
statda Kecamatan Lampung Tengah
statda Kecamatan Lampung Tengahstatda Kecamatan Lampung Tengah
statda Kecamatan Lampung Tengah
 
Macroeconomic Indicator 3rd quarter of lampung province
Macroeconomic Indicator 3rd quarter of lampung provinceMacroeconomic Indicator 3rd quarter of lampung province
Macroeconomic Indicator 3rd quarter of lampung province
 
Bps lampung prolife rb series-untuk sltp
Bps lampung prolife rb series-untuk sltpBps lampung prolife rb series-untuk sltp
Bps lampung prolife rb series-untuk sltp
 

Sampling

  • 1. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUJIAN HIPOTESIS Bandar Lampung, 31 OKTOBER 2012 Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung
  • 2.  Populasi atau sering juga disebut universe adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciri- cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated).  Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya akan diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi
  • 3. Sampel representatif adalah sampel yang memiliki ciri karakteristik yang sama atau relatif sama dengan ciri karakteristik populasinya.  Cara atau prosedur yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi tertentu disebut teknik sampling.  Kejelasan populasi dan ketepatan pengambilan sampel dalam penelitian akan menentukan validitas proses dan hasil penelitian kita.
  • 4.  Populasi penelitian terdiri dari populasi sampling dan populasi sasaran. Populasi sampling adalah keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan populasi sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber data. Contoh populasi sampling adalah SMP se Provinsi Lampung sedangkan populasi sasaran adalah SMP yang menerima DAK Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang dijadikan objek penelitian, misalnya jumlah populasinya satu yaitu smp yang menerima DAK Ukuran populasi adalah banyaknya unsur atau unit yang terkandung dalam sebuah kategori populasi tertentu, misalnya 154 SMP
  • 5. Sensus merupakan penelitian yang dianggap dapat mengungkapkan ciri-ciri populasi (parameter) secara akurat dan komprehensif, sebab dengan menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka gambaran tentang populasi tersebut secara utuh dan menyeluruh akan diperoleh. survei merupakan metode pengumpulan dan analisa data melalui interview terstruktur untuk memperoleh informasi responden yang diasumsikan mewakili populasi tertentu (Menurut Wiseman dan Aron,2000)
  • 6. Probability Samples Systematic Stratified Simple Cluster Random
  • 7. Simple Random Sampling Simple random sampling, memilih n units dari N sedemikian hingga setiap unit dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Persyaratan tersedia kerangka sampel.Simple random sampling bukan merupakan metode statistik yang efisien karena kita tidak akan mendapatkan keterwakilan yang baik dari Populasi. Minoritas di dalam populasi sering tidak terkena sampel.
  • 8. Systematic Sampling Apabila ukuran populasinya sangat besar, maka gunakanlah teknik sampling random sistematik. Persyaratan yang harus dipenuhi yakni tersedianya kerangka sampling (ukuran populasinya diketahui dengan pasti), dan populasinya mempunyai pola beraturan yang memungkinkan untuk diberikan nomor urut serta bersifat homogen. Dalam Systematic Random Sampling unit-unit dalam populasi diberi nomor dari 1 sampai N dengan ukuran interval k yang dihitung dengan membagi N dengan n sedemikian hingga k=N/n. Bilangan antara 1 sampai k dipilih secara random. Jika unit terpilih adalah rth unit, lalu unit-unit yang akan disampel selanjutnya adalah ke(r+ k), (r+2k), dan seterusnya.
  • 9. Systematic Sampling misalnya, kita ingin mengambil sampel 10 siswa SMP dari Total sebanyak 100 siswa SMP sepropinsi Lampung (N). Interval size k=100/10=10 misalkan antara angka 1 dan 10 terpilih angka 3 sebagai unit pertama. kIta akan memilih ke sepuluh rumah tangga , sedemikian hingga terpilih sample bernomor 3, 13, 23, dan seterusnya hingga unit yang ke sepuluh
  • 10. Stratified Sampling • Teknik sampling ini digunakan apabila populasinya tidak homogen (heterogen). Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat-sifat populasi. Padahal, sebagaimana telah diungkapkan di atas, presisi dan tingkat kerepresentatifan sampel yang diambil dari suatu populasi antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman (tingkat homogenitas) populasi yang bersangkutan. • Untuk dapat menggambarkan secara tepat tentang sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi kedalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam atau homogen, dan dari setiap strata dapat diambil sampel secara random (acak).
  • 11. Stratified Sampling Untuk dapat menggunakan teknik sampling random strata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain (Singarimbun dan Effendi, 1989:162-163):  Harus ada kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar untuk menstratifikasi populasi ke dalam lapisan-lapisan.  Harus ada data pendahuluan dari populasi mengenai kriteria yang dipergunakan untuk menstratifikasi.  Jumlah satuan elementer dari setiap strata (ukuran setiap subpopulasi) harus diketahui dengan pasti.  Misal: 1000 sampel akan diambil secara statifikasi Stratum Income Proporsi Population Stratum size 1 dibawah $15,000 25% 250 2 15,000-29,999 40% 400 3 30.000-50,000 30% 300 4 diatas $50,000 5% 50
  • 12. Cluster Sampling Metode penarikan sampel dengan kluster dapat digunakan jika terdapat kelompok-kelompok alamiah dalam populasi. Populasi keseluruhan dibagi ke dalam beberapa kelompok atau disebut sebagai kluster dan satu sampel dalam kelompok-kelompok tersebut kemudian dipilih. Kemudian informasi yang diperlukan akan dikumpulkan dari semua elemen dalam masing-masing kelompok yang terpilih. Hal ini dapat dilakukan untuk setiap elemen dalam kelompok-kelompok ini atau sub-sampel dari semua elemen dapat diseleksi melalui masing-masing kelompok tersebut. Semua elemen dalam suatu kluster harus beraneka ragam seideal mungkin tetapi harus ada kesamaan antara rata-rata kluster. Masing-masing kluster harus merupakan versi mini dari populasi .
  • 13.
  • 14. Selanjutnya dalam metode penarikan sampel stratifikasi, sampel random ditarik dari masing-masing strata, sedangkan metode penarikan sampel kluster hanya semua kluster terpilih yang dipelajari. Tujuan pokok menggunakan metode ini ialah untuk mengurangi biaya dengan cara meningkatkan efisiensi penarikan sampel. Salah satu versi metode ini ialah penarikan sampel didasarkan pada area atau disebut juga sebagai penarikan sampel kluster geografis. Keuntungan dalam menggunakan metode ini diantaranya ialah: Paling murah biayanya dibandingkan dengan metode-metode lainnya Kerangka sampel hanya diperlukan untuk kluster-kluster yang dipilih bukan untuk semua populasi. Sedang kelemahan menggunakan metode ini ialah kemungkinan terdapat kesalahan yang tinggi dan sulit untuk diukur.
  • 15. Semua kluster harus mutually exclusive dan kolektif . Teknik pengambilan sampel secara random kemudian digunakan dalam setiap kluster yang cocok untuk dimasukan ke dalam penelitian yang sedang dijalankan. Dalam satu tahap penarikan sampel kluster maka semua elemen dari masing-masing kluster yang dipilih akan digunakan. Sedang dalam dua tahap penarikan sampel kluster, teknik penarikan sampel secara random diterapkan untuk semua elemen dari masing-masing kluster yang terpilih. Perbedaan penting antara metode penarikan sampel menggunakan kluster dengan stratifikasi adalah dimana yang pertama diperlakukan sebagai unit penarikan sampel dengan demikian analisis dilakukan pada populasi semua kluster; sedang pada metode kedua, analisis dilakukan pada semua elemen dalam strata.
  • 16. Catatan Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam menentukan berapa besar ukuran sampel yang harus diambil dari populasi tertentu (I Gusti Bagoes Mantra dan Kasto dalam buku yang ditulis oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (1989):  Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Semakin homogen sampel yang diambil semakin sedikit  Tingkat Presisi (level of precisions) yang digunakan, tingkat presisi biasanya dinyatakan dengan taraf signifikansi (α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05 (5%) atau 0,01 (1%), sehingga keakuratan hasil penelitiannya (selang kepercayaannya) 1–α yakni bisa 95% atau 99%.  Rancangan Analisis. Rancangan analisis yang dimaksud adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian.  Alasan-alasan tertentu yang berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasn yang ada pada peneliti, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain. (Catatan: Alasan ini jangan digunakan sebagai pertimbangan utama dalam menentukan ukuran sampel, sebab hal ini lebih berkaitan dengan pertimbangan peneliti (tanpa akhiran an) dan bukan pertimbangan penelitian (metodologi).
  • 17. Ukuran sampel Jika ukuran populasinya besar yang didapat dari pendugaan proporsi populasi, maka Rumus Yamane yang harus digunakan. N n = ———– Nd² + 1 d = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan.
  • 18. Ukuran sampel Beberapa buku metode penelitian menyarankan digunakannya rumus tertentu untuk menentukan berapa besar sampel yang harus diambil dari populasi. Jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini dapat digunakan. Rumus Slovin: N n = ——— 1 + Ne² Keterangan; n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir, misalnya 5%. Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.
  • 19. UJI HIPOTESIS Contoh yang akan diuraikan berikut ini, kita berasumsi bahwa data untuk keperluan perhitungan uji t test ini telah memenuhi syarat dan kriteria uji t seperti kenormalan dan jumlah sampel. 19
  • 20. UJI HIPOTESIS Uji t satu sampel digunakan sebagai inferensi statistik bertujuan untuk menguji apakah suatu nilai tertentu (sebuah konstanta pembanding) berbeda secara nyata atau tidak dengan rata-rata sampel penelitian. Untuk melakukan one sample t test dengan SPSS kita dapat menggunakan langkah kerja sebagai berikut : 1. Pada jendela SPSS editor, pilih menu Analyze kemudian pilih submenu Compare Means setelah itu pilih One Sample t test 20
  • 21. UJI HIPOTESIS 2. Isikan pada kotak dialog yang muncul pada bagian ; Test Variabel (s) sebagai variabel yang akan diuji dan kita pilih variabel korupsi. - pada Test Value isikan dengan 32 sebagai nilai yang akan kita uji (rata – rata korupsi (penyimpangan) secara nasional. - tombol options dapat dipilih jika kita ingin mengatur confidence interval atau taraf kepercayaan. Nilai baku yang diberikan SPSS adalah 95% atau tingkat signifikansi 5% 21
  • 22. UJI HIPOTESIS 3. Output hasil proses perhitungan SPSS untuk uji t satu sampel akan ditampilkan kemudian pada jendela SPSS Output Viewer seperti berikut : . 22
  • 23. UJI HIPOTESIS Cara menafsirkan output tersebut adalah : 1. Tabel One Sample Statistics Tabel ini menginformasikan ringkasan statistik dari variabel korupsi, yaitu jumlah sampel penelitian adalah 30, rata-rata korupsi (% penyimpangan DAK SMP) 21,3 dan memiliki standar deviasi 14,7558. 2. Tabel One Sample Test Pada contoh kasus ini, kita buat hipotesis sebagai berikut : H0 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) tidak berbeda dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). h1 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). Pengambilan keputusan hipotesis diatas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kriteria Probabilitas atau nilai Sig. (signifikansi) dan dengan membandingkan t-hitung dan t-tabel. 23
  • 24. UJI HIPOTESIS a. Probabilitas atau Nilai Sig. Jika Nilai Sig. > 0,05 , maka H0 diterima dan sebaliknya jika Nilai Sig. < 0,05 , maka H0 ditolak. Berdasarkan output SPSS diatas diperoleh nilai Sig. = 0,000. Nilai Sig. ini jauh di bawah kriteria 0,05, dengan demikian H0 ditolak, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). 24
  • 25. UJI HIPOTESIS b. Perbandingan t-hitung dan t-tabel Jika (nilai mutlak) I t -hitung (output hasil perhitungan SPSS)| > t-tabel, maka H0 ditolak, dan berlaku sebaliknya jika t-hitung < t-tabel. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh t-hitung = -3,972 t-tabel dapat dicari berdasarkan kriteria taraf signifikan 5% dan degree of freedom (derajat kebebasan=dk) dengan rumus dk = n-1 = 30 – 1 = 29. Uji yang dilakukan two-tailed (dua sisi atau dua arah) karena kita akan mengetahui jika rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) sama dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional) atau tidak yang berarti nilainya bisa > atau <, karena itu digunakan uji dua sisi. Dari tabel-t diperoleh nilai t-tabel = 2,2045 dan dari output SPSS diperoleh t- hitung = 3,972. Nilai t-hitung ini > t-tabel, maka dapat disimpulkan h0 ditolak, dengan kata lain rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). 25
  • 26. SIMULASI PERTAMA 1. METODE SAMPLING YANG DIGUNAKAN ADALAH SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING. 2. POPULASI : SMP PENERIMA DAK TAHUN 2011 DI PROVINSI LAMPUNG 3. UKURAN POPULASI : 100 SMP. 4. JUMLAH SAMPEL YANG DIAMBIL (30%) = 30 SMP. 5. KARAKTERISTIK POPULASI HETEROGEN (NILAI DAK YANG DITERIMA) : DIBUAT 3 KELOMPOK, KELOMPOK I : < 350JT, KELOMPOK II : 350 – 500JT, & KELOMPOK III : > 500JT. 6. DATA SIMULASI SEBAGAI BERIKUT : 26
  • 27. SIMULASI PERTAMA NAMA KELOMPOK NAMA KELOMPOK NAMA KELOMPOK NAMA KELOMPOK NO. NO. NO. NO. SMP I II III SMP I II III SMP I II III SMP I II III (1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5) 1 SMPN 1 40 26 SMPN 26 47 51 SMPN 51 54 76 SMPN 76 61 2 SMPN 2 70 27 SMPN 27 76 52 SMPN 52 55 77 SMPN 77 62 3 SMPN 3 1 28 SMPN 28 48 53 SMPN 53 56 78 SMPN 78 63 4 SMPN 4 2 29 SMPN 29 13 54 SMPN 54 21 79 SMPN 79 64 5 SMPN 5 71 30 SMPN 30 49 55 SMPN 55 57 80 SMPN 80 30 6 SMPN 6 3 31 SMPN 31 77 56 SMPN 56 86 81 SMPN 81 31 7 SMPN 7 41 32 SMPN 32 14 57 SMPN 57 22 82 SMPN 82 32 8 SMPN 8 42 33 SMPN 33 15 58 SMPN 58 87 83 SMPN 83 33 9 SMPN 9 43 34 SMPN 34 16 59 SMPN 59 23 84 SMPN 84 34 10 SMPN 10 4 35 SMPN 35 17 60 SMPN 60 58 85 SMPN 85 65 11 SMPN 11 5 36 SMPN 36 78 61 SMPN 61 24 86 SMPN 86 35 12 SMPN 12 6 37 SMPN 37 79 62 SMPN 62 88 87 SMPN 87 95 13 SMPN 13 7 38 SMPN 38 80 63 SMPN 63 25 88 SMPN 88 36 14 SMPN 14 44 39 SMPN 39 81 64 SMPN 64 26 89 SMP SW1 96 15 SMPN 15 8 40 SMPN 40 50 65 SMPN 65 27 90 SMP SW2 97 16 SMPN 16 72 41 SMPN 41 51 66 SMPN 66 28 91 SMP SW3 98 17 SMPN 17 73 42 SMPN 42 52 67 SMPN 67 29 92 SMP SW4 99 18 SMPN 18 74 43 SMPN 43 18 68 SMPN 68 89 93 SMP SW5 100 19 SMPN 19 75 44 SMPN 44 19 69 SMPN 69 90 94 SMP SW6 66 20 SMPN 20 9 45 SMPN 45 20 70 SMPN 70 91 95 SMP SW7 67 21 SMPN 21 10 46 SMPN 46 82 71 SMPN 71 92 96 SMP SW8 68 22 SMPN 22 11 47 SMPN 47 83 72 SMPN 72 93 97 SMP SW9 69 23 SMPN 23 12 48 SMPN 48 84 73 SMPN 73 94 98 SMP SW10 37 24 SMPN 24 45 49 SMPN 49 85 74 SMPN 74 59 99 SMP SW11 38 25 SMPN 25 46 50 SMPN 50 53 75 SMPN 75 60 100 SMP SW12 39 27
  • 28. SIMULASI PERTAMA TAHAPAN SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING : 1. HITUNG INTERVAL (I) = N/n = 100/30 = 3,33 2. MENENTUKAN ANGKA RANDOM PERTAMA (R1), DENGAN ATURAN R1 < I, MISAL R1=1 (TAR). 3. HITUNG ANGKA RANDOM 2 – 30, DENGAN RUMUS : Rn=R1+ (n-1)*I. (LAKUKAN PEMBULATAN MATEMATIKA) ~ HASILNYA ADALAH NOMOR URUT SAMPEL TERPILIH. 4. URUTKAN MULAI DARI 1 SAMPAI NOMOR TERAKHIR (39) DI KELOMPOK I, LANJUTKAN NOMOR BERIKUTNYA (40) DI KELOMPOK II HINGGA TERAKHIR (69) & SELANJUTNYA DI KELOMPOK III (70) SAMPAI AKHIR (100). 5. IDENTIFIKASI SAMPEL TERPILIH BERDASARKAN NOMOR URUT YANG SUDAH DIBUAT. (TERPILIH 30 SMP). 6. DATA YANG AKAN DIUJI HIPOTESISNYA ADALAH % PENYIMPANGAN HASIL PEMERIKSAAN BPKP TERHADAP 30 SMP PENERIMA DAK TAHUN 2011 DI PROVINSI LAMPUNG. DATA SIMULASI SBB.: 28
  • 29. SIMULASI PERTAMA Uji t satu sampel digunakan sebagai SIMULASI UJI HIPOTESIS inferensi statistik bertujuan untuk % BESAR % BESAR menguji apakah suatu nilai tertentu NO. NAMA SMP NO. NAMA SMP PENYIMPANGAN PENYIMPANGAN (sebuah konstanta pembanding) (1) (2) (3) (1) (2) (3) berbeda secara nyata atau tidak dengan 1 SMPN 3 22.00 17 SMPN 54 52.00 rata-rata sampel penelitian 2 SMPN 5 1.00 18 SMPN 60 4.00 3 SMPN 7 41.00 19 SMPN 61 56.00 4 SMPN 10 21.00 20 SMPN 62 36.00 5 SMPN 14 12.00 21 SMPN 66 32.00 6 SMPN 15 14.00 22 SMPN 70 24.00 7 SMPN 18 17.00 23 SMPN 73 22.00 8 SMPN 22 19.00 24 SMPN 76 23.00 9 SMPN 28 21.00 25 SMPN 79 28.00 10 SMPN 32 32.00 26 SMPN 81 31.00 11 SMPN 36 35.00 27 SMPN 84 33.00 12 SMPN 39 2.00 28 SMP SW3 2.00 13 SMPN 41 6.00 29 SMP SW8 1.00 14 SMPN 43 25.00 30 SMP SW11 6.00 15 SMPN 48 3.00 JUMLAH 639.00 16 SMPN 51 18.00 RATA2 21.30 29
  • 30. SIMULASI PERTAMA Cara menafsirkan output tersebut adalah : 1. Tabel One Sample Statistics Tabel ini menginformasikan ringkasan statistik dari variabel korupsi, yaitu jumlah sampel penelitian adalah 30, rata-rata korupsi (% penyimpangan DAK SMP) 21,3 dan memiliki standar deviasi 14,7558. 2. Tabel One Sample Test Pada contoh kasus ini, kita buat hipotesis sebagai berikut : H0 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) tidak berbeda dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). h1 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). Pengambilan keputusan hipotesis diatas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kriteria Probabilitas atau nilai Sig. (signifikansi) dan dengan membandingkan t-hitung dan t-tabel. 30
  • 31. SIMULASI KEDUA Kasus Pemilihan Sampel DAK SMP I. Pemilihan kabupaten  Jika tujuan dari penelitian ini untuk menjamin generalisasi tingkat provinsi maka pemilihan kabupaten dilakukan secara random dimana besar kecilnya peluang kabupaten tergantung dari bobot masing-masing kabupaten, misal proporsi dana yang diberikan.  Jika kabupaten sudah ditentukan maka generalisasinya hanya sampai tingkat kabupaten terpilih.
  • 32. SIMULASI KEDUA Dana Alokasi Khusus SMP 2011 Kabupaten/Kota Dana (juta Rupiah) Kesempatan terpilih Lampung Barat 4528.2 2 Tanggamus 5603.3 2 Lampung Selatan 7521.5 3 Lampung Timur 8204.8 3 Lampung Tengah 9513.1 4 Lampung Utara 5956.6 2 Way Kanan 4040.9 2 Tulang Bawang 5372.1 2 Pesawaran 3713.9 2 Pringsewu 4784.3 2 Mesuji 3120.9 1 Tulang Bawang Barat 3061.3 1 Bandar Lampung 5781.7 2 Metro 2413.9 1 Berdasarkan pengocokan nomor satu hingga nomor dua puluh sembilan maka terpilih kabupaten tanggamus dan lampung tengah (Simpel Random Sampling)
  • 33. SIMULASI KEDUA 1. Metode Sampling yang digunakan adalah Stratified Sampling. 2. Populasi : SMP penerima DAK di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Tengah. 3. Ukuran Populasi : Tanggamus 14 SMP dan Lamteng 17 SMP. 4. Jumlah Sampel yang diambil : 30% di setiap kab/kota. 5. Strata yang dibuat : berat, sedang dan ringan. 6. Data simulasi sbb. :
  • 34. SIMULASI KEDUA TAHAPAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING : 1. PENGELOMPOKAN SMP PENERIMA DAK DALAM STRATA BERAT, SEDANG RINGAN. 2. KAB. TANGGAMUS : BERAT = 3 SMP, SEDANG = 7 SMP, RINGAN = 4 SMP. KAB. LAMPUNG TENGAH : BERAT = 5 SMP, SEDANG = 4 SMP, RINGAN = 8 SMP. 3. TENTUKAN JUMLAH SAMPEL : 30% TIAP KABUPATEN, TANGGAMUS = 30%*14 = 4 SMP & LAMPUNG TENGAH = 30%*17 = 5 SMP. 4. MENGHITUNG JUMLAH SAMPEL DI TIAP STRATA : TANGGAMUS ~ BERAT = 3*4/14=1, 7*4/14=2 & 4*4/14=1. LAMTENG ~ BERAT = 5*5/17=2, 4*5/17=1 & 8*5/17=2. 5. MEMILIH SAMPEL DI SETIAP STRATA DENGAN RANDOM, SIMULASINYA : 34
  • 35. SIMULASI KEDUA SIMULASI SAMPLING DENGAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING KAB. TANGGAMUS KAB. LAMPUNG TENGAH NAMA STRATA NAMA STRATA NO. NO. SMP BERAT SEDANG RINGAN SMP BERAT SEDANG RINGAN 1 SMPN 1 1 SMPN 1 2 SMPN 2 2 SMPN 2 3 SMPN 3 3 SMPN 3 4 SMPN 4 4 SMPN 4 5 SMPN 5 5 SMPN 5 6 SMPN 6 6 SMPN 6 7 SMPN 7 7 SMPN 7 8 SMPN 8 8 SMPN 8 9 SMPN 9 9 SMPN 9 10 SMPN 10 10 SMPN 10 11 SMP SW1 11 SMPN 11 12 SMP SW2 12 SMPN 12 13 SMP SW3 13 SMP SW1 14 SMP SW4 14 SMP SW2 JUMLAH 3 7 4 14 15 SMP SW3 % 21.43 50.00 28.57 16 SMP SW4 JMLH SAMPEL 30% * 14 =4 17 SMP SW5 SAMPEL TERPILIH 1 2 1 JUMLAH 5 4 8 % 29.41 23.53 47.06 JMLH SAMPEL 30% * 17 =5 SAMPEL TERPILIH 2 1 2
  • 37. SIMULASI KEDUA Cara menafsirkan output tersebut adalah : 1. Tabel One Sample Statistics Tabel ini menginformasikan ringkasan statistik dari variabel korupsi, yaitu jumlah sampel penelitian adalah 9, rata-rata korupsi (% penyimpangan DAK SMP) 26,7778 dan memiliki standar deviasi 11,8192. 2. Tabel One Sample Test Pada contoh kasus ini, kita buat hipotesis sebagai berikut : H0 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) tidak berbeda dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). h1 = Rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). Pengambilan keputusan hipotesis diatas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kriteria Probabilitas atau nilai Sig. (signifikansi) dan dengan membandingkan t-hitung dan t-tabel.
  • 38. SIMULASI KEDUA a. Probabilitas atau Nilai Sig. Jika Nilai Sig. > 0,05 , maka H0 diterima dan sebaliknya jika Nilai Sig. < 0,05 , maka H0 ditolak. Berdasarkan output SPSS diatas diperoleh nilai Sig. = 0,007. Nilai Sig. ini jauh di bawah kriteria 0,05, dengan demikian H0 ditolak, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). 38
  • 39. SIMULASI KEDUA b. Perbandingan t-hitung dan t-tabel Jika (nilai mutlak) I t -hitung (output hasil perhitungan SPSS)| > t-tabel, maka H0 ditolak, dan berlaku sebaliknya jika t-hitung < t-tabel. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh t-hitung = -3,610 t-tabel dapat dicari berdasarkan kriteria taraf signifikan 5% dan degree of freedom (derajat kebebasan=dk) dengan rumus dk = n-1 = 9 – 1 = 8. Uji yang dilakukan two-tailed (dua sisi atau dua arah) karena kita akan mengetahui jika rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) sama dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional) atau tidak yang berarti nilainya bisa > atau <, karena itu digunakan uji dua sisi. Dari tabel-t diperoleh nilai t-tabel = 2,306 dan dari output SPSS diperoleh t- hitung = 3,610. Nilai t-hitung ini > t-tabel, maka dapat disimpulkan h0 ditolak, dengan kata lain rata rata persentase korupsi (penyimpangan DAK SMP di Lampung) berbeda secara signifikan dengan rata-rata korupsi (penyimpangan DAK SMP secara nasional). 39
  • 40. Thank you for your attention