SlideShare a Scribd company logo
1 of 60
SOILS and Earth Systems
Roni Marudut Situmorang
Specialist Teacher of ESO
Mass Wasting
 Mass wasting adalah perpindahan massa batuan atau
tanah karena pengaruh gaya berat. Prosesnya sama
seperti erosi, ada pelepasan massa batuan dan
pemindahan batuan yang terkikis.
Mass wasting dapat terjadi akibat
beberapa faktor, yaitu :
1. Kemiringan lereng
2. Pengaruh gravitasi
3. Pengaruh air
Sharpe (1938) mengemukakan
empat klas besar mass wasting,
yaitu :
A. Aliran pelan (Rayapan)
B. Aliran cepat
C. Longsor lahan (landslide)
D. Amblesan atau subsidensi
Aliran pelan
Aliran pelan meliputi berbagai rayapan. Rayapan adalah gerakan
tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan,
biasanya sulit untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang
cermat. Aliran pelan, meliputi :
 Rayapan tanah (soil creep), yaitu gerakan tanah menuruni
lereng. Proses ini ditandai dengan pembengkokan lapisan
batuan, tiang telpon, pagar, monumen menjadi miring, dan
dinding bangunan retak.
 Rayapan talus, yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan
pada lereng curam yang menuruni lereng.
 Rayapan batuan (rock creep), yaitu gerakan blok-blok batuan
secara individual menuruni lereng.
 Rayapan batuan-gletsyer (rock-glacier creep), yaitu gerakan
lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng.
 Solifluksi (solifluction), yaitu aliran pelan massa puing batuan
yang kenyang air dan tidak terkurung di dalam saluran tertentu,
mengalir menuruni lereng.
Aliran cepat
 Aliran tanah (earthflow), yaitu gerakan tanah
berlempung atau berlumpur yang kenyang air
menuruni teras atau lereng perbukitan yang
kemiringannya kecil.
 Aliran lumpur (mudflow), yaitu gerakan puing-puing
batuan yang kenyang air menuruni saluran tertentu
secara pelan hingga sangat cepat. Aliran lumpur juga
dapat terjadi pada gunung api yang baru meletus.
Prosesnya dipengaruhi oleh hujan yang membawa abu
dan debu vulkanik sisa letusan.
 Guguran puing, yaitu puing-puing batuan yang
meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng
curam.
Longsor lahan (landslide)
Meliputi berbagai jenis gerakan yang dapat diamati dengan
mudah, dan biasanya berupa massa puing batuan.
 Luncur (slump), yaitu penggelinciran ke bawah dari satu atau
beberapa unit puing batuan, dan biasanya disertai suatu
putaran ke belakang terhadap lereng atas di tempat gerakan
terjadi.
 Longsor puing, yaitu pengguliran atau peluncuran puing
batuan yang tidak terpadatkan, bergerak dengan cepat dan
tanpa putaran ke belakang.
 Jatuh puing, yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari
suatu permukaan yang vertikal atau menggantung.
 Longsor batu, yaitu massa batuan yang secara individual
meluncur atau jatuh menuruni permukaan perlapisan atau
sesaran.
 Jatuh batu, yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari
setiap lereng curam.
Amblesan atau subsidensi
 Amblesan atau subsidensi, yaitu pergeseran
tempat kearah bawah tanpa permukaan bebas
maupun pergeseran horizontal. Hal ini umumnya
terjadi karena adanya perpindahan material secara
pelan-pelan di bawah massa yang ambles.
PEMBENTUKAN TANAH
Tanah (Bahan
Mineral dan
Organik)
50%Udara
25%
Air tanah
25%
Komposisi Lahan
KOMPOSISI
TANAH
DIUNDUH DARI: myspace.aamu.edu/users/monday.../soils/Pedogenic%20Processes.ppt ….. 11/2/2013
PERKEMBANGAN HORISON TANAH
PROFIL TANAH: satu sisi dari pedon, menunjukkan semua
horison, 2-D
DIUNDUH DARI: www.d.umn.edu/~pfarrell/Soils/powerpoints/profile.ppt ……. 10/2/2013
PROFIL TANAH = Penampang melintang vertikal dari suatu tanah.
When exposed, various layers of soil should be apparent.
Each layer of soil may be different from the rest in a physical or chemical way.
The differences are developed from the interaction of such soil-forming factors
as:
1. Bahan Induk Tanah
2. Topografi - Slope
3. Vegetasi alamiah
4. Waktu-lamanya Pelapukan
5. Iklim.
Suatu profil tanah biasanya dideskripsikan hingga ke dalaman 3 - 5 feet.
DIUNDUH DARI: www.d.umn.edu/~pfarrell/Soils/powerpoints/profile.ppt ……. 10/2/2013
HORISON UTAMA = MASTER HORIZONS
O
A
E
B
C
R
Horison “O”. Ini adalah lapisan organik yang terdiri atas sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang
telah mengalami pelapukan secara partial. Horison ini biasanya terdapat pada tanah-tanah yang
belum terganggu, seperti tanah-tanah hutan.
Horison “A”. Ini sering disebut sebagai “topsoil” dan merupakan lapisan permukaan tempat
akumulasi bahan organik. Dengan perjalanan waktu, horison ini dapat kehilangan liat, besi dan
bahan-bahan lain karena pencucian, disebut Horison ELuviasi. Horison A menyediakan
lingkungan tumbuh yang bagus bagi akar tanaman, mikroba dan organisme lainnya.
“E” horizon. This is the zone of greatest eluviation. Because the clay, chemicals, and organic
matter are very leached, the color of the E horizon is very light. It usually occurs in sandy
forest soils with high amounts of rainfall.
“B” horizon. This horizon is referred to as the subsoil. It is often called the “zone of
accumulation” since chemicals leached from the A and E horizons accumulate here. This
accumulation is called illuviation. The B horizon will have less organic matter and more clay
than the A horizon. Together, the A, E, and B horizons are known as the solum. This is where
most of the plant roots grow.
“C” horizon. This horizon is referred to as the substratum. It lacks the properties of the A and
B horizons since it is influenced less by the soil forming processes. It is usually the parent
material of the soil.
Horison “R”. Ini adalah batuan yang mendasari (di bagian bawah) profil tanah, misalnya batu
kapur (limestone), sandstone, atau granit. Posisinya di bawah horison C.
Horison O terdiri atas seresah tumbuhan
dan bahan organik mlainnya yang terletak
di permukaan tganah.
Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt
HORISON O : LAPISAN ORGANIK
HORISON O :
Horison ini didominasi oleh bahan organik segar dan bahan
organik yang mengalami dkeomposisi partial, seperti
dedaunan, needles, ranting, moss dan lichens, yang
terakumulasi di permukaan tanah; berada di permukaan
tanah mineral atau tanah organik.
Horison O tidak jenuh air dalam periode waktu yang lama.
Fraksi mineral dalam horison ini sangat sedikit, biasanya
kurang dari separuh beratnya.
An O layer may be at the surface of a mineral soil or at
any depth beneath the surface where it is buried.
A horizon formed by illuviation of organic material into
mineral subsoil is not an O horizon, although some
horizons formed in this manner contain much organic
matter.
Sumber: Guidelines for soil description. Fourth edition. FOOD AND
AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS. Rome, 2006
Lapisan ini biasanya longgar dan remah dengan
kandungan bahan organik yang beragam.
Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt
HORISON-A : TOPSOIL
HORISON A :
From Soil Taxonomy:
Mineral horizons which have formed at the surface or
below an O horizon; they exhibit obliteration of all or much
of the original rock structure and show one or both of the
following:
(1) An accumulation of humified organic matter intimately
mixed with the mineral fraction and not dominated by
properties characteristic of E or B horizons (defined
below), or
(2) Properties resulting from cultivation, pasturing, or
similar kinds of disturbance.
Sumber: http://nesoil.com/properties/horizons/sld004.htm
Lapisan tanah ini biasanya sangat
produktif.
Lapisan tanah ini harus di
konservasi !
Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt
HORISON-A : TOPSOIL
Subsoil biasanya warnanya lebih terang,
lebih rapat dan miskin bahan organik.
Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt
HORISON-B : SUBSOIL
HORISON B :
B horizons: are commonly referred to as the subsoil. They are a
zone of accumulation where rain water percolating through the soil
has leached material from above and it has precipitated within the B
horizons or the material may have weathered in place. Well drained
soils typically have the brightest color development within the B
horizons.
Kriteria Lapangan:
1. Horison bahwa-permukaan yang terbentuk di bawah horison O,
A dan/atau E dan di atas horison C.
2. In well drained soils, the B horizon is typically a yellowish brown
to strong brown color and is commonly referred to as the subsoil.
3. B - horizons have material (usually iron but also humus, clay,
carbonates, etc.) which has moved into it (Illuviation) they also
have structure development in some pedons.
4. Within New England, B horizons typically extend to a depth of 2
to 3 feet below the surface.
5. Horison A dan B bersama-sama disebut “solum” tanah.
Sumber: http://nesoil.com/properties/horizons/sld007.htm
Lapisan ini hampir tidak mengandung bahan
organik, dan terdiri atas batuan induk yang
terlapuk secara parsial.
Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt
HORISON-C : TRANSISI
HORISON C :
From Soil Taxonomy:
Horizons or layers, excluding hard bedrock, that are little
affected by pedogenic processes and lack the properties
of O, A, E, or B horizons. Most are mineral layers. The
material of C layers may be either like or unlike the
material from which the solum has presumably formed.
Horison C mungkin telah mengalami
modifikasi, tetapi tidak ada tanda-tanda bukti
proses pedogenesis.
Sumber: http://nesoil.com/properties/horizons/sld009.htm
Batuan induk berada di bawah
horison C, berupa batuan yang
belum mengalami pelapukan.
Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt
BATUAN INDUK
Parent Material
The original state of the soil. The
relatively unaltered lower material
in soils is often similar to the
material in which the horizons
above have formed.
HORIZON TRANSISI
Zone transisi di antara horison-horison utama
AB : A B ; A dominan
BA: A B ; B dominan
AC: A C ; A dominan
EB: E B ; E dominan
Dll …………….
DIUNDUH DARI: www.d.umn.edu/~pfarrell/Soils/powerpoints/profile.ppt ……. 10/2/2013
Organisme
tanah pada
umumnya
berada pada
lapisan tanah
bagian atas,
kurang lebih
10 cm di
bawah
permukaan
tanah.
Aktivitas
biologis yang
ada di tanah
80-100%
dilakukan oleh
jamur dan
bakteri.
Denitrifikasi merupakan
proses reduksi nitrat
menjadi gas nitrogen.
Cacing tanah tidak makan vegetasi
hidup tetapi makan bahan organik
mati sisa-sisa hewan atau tanaman.
Bahan organik yang dimakan
kemudian dikeluarkan berupa
agregat-agregat banyak
mengandung unsur hara yang
berguna bagi tanaman.
Cacing memperbaiki tata udara
tanah sehingga infiltrasi air menjadi
lebih baik dan lebih mudah
ditembus akar tanaman.
Kebanyakan cacing hidup di
kedalaman kurang dari 2m.cacing
suka hidup pada tanah-tanah
lembab.
Tanah regosol, tanah muda belum mengalami diferensiasi
horizon. Tanah ini bertekstur pasir, berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang
dan berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau
pasir atau pantai. Penyebarannya didaerah lereng vulkanik
muda, di darah beting pantai dan gumuk gumuk pasir pantai.
Persebaran : meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
REGOSOL
Tanah litosol merupakan tanah yang baru
mengalami perkembangan dan merupakan
tanah yang masih muda. Terbentuk dari
adanya perubahan iklim, topografi dan
adanya vulkanisme.
Karakteristik
 Untuk mengembangkan tanah ini harus
dilakukan dengan cara menanam pohon
supaya mendapatkan mineral dan unsur
hara yang cukup. tekstur tanah litosol
bermacam-macam ada yang lembut,
bebatuan bahkan berpasir.
Persebaran
 Biasanya terdapat pada daerah yang
memiliki tingkat kecuraman tinggi
seperti di bukit tinggi, nusa tenggara
barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan
Sulawesi.
LITOSOL
ANDOSOL
 Tanah vulkanis adalah tanah yang
berasal dari pelapukan batu-batuan
vulkanis baik dari lava yang telah
membeku maupun dari abu
vulkanis yang telah membeku.
Daerah pembekuan lava tidak
begitu luas bila dibanding dengan
daerah abu vulkanis. Contoh tanah
vulkanis adalah tanah tufa yang
terbentuk dari abu gunung api yang
besifat sangat subur. Tanah tufa
terdapat di Lampung, Palembang
dan Sumatra barat. Ada beberapa
daerah yang terisi abu vulkanis
karena lertusan gunung berapi
misalnya, Bandung, Garut dan
sekitar danau toba. Persebaran :
Sumatera, Jawa, Bali, Lombok,
Halmahera, Nusa Tenggara Barat,
dan Sulawes
Tanah kapur adalah tanah
yang berasal dari batuan kapur
dan umumnya terdapat
didaerah pegunungan kapur
berumur tua. Tanah jenis ini
bersifat tidak subur tetapi
masih dapat ditanami pohon
jati, seperti daerah hutan jati
di pegunungan Kendeng, Blora,
Jawa tengah, dan di
pegunungan Sewu, gunung
kidul, Yogakarta.
TANAH KAPUR
Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa
vulkanik. Kandungan organic di dalamnya rendah karena dari
batuan kapur jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan
tidak cocok untuk ditanami tanaman.
 Karakteristik
 Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim
kemarau dan memiliki warna hitam. Ph yang dimiliki netral
hingga alkalis. Tanah ini biasanya berada di permukaan yang
tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan memiliki
bentuk topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu
pada daerah yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika
panas dan hujan.
 Persebaran
 Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak,
Jepara, Pati, Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa
Tenggara Timur. Karena teksturnya yang kering maka akan bagus
jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati.
GRUMUSOL
 Tanah renzina atau tanah mollisol
adalah tanah yang bahan induknya
berupa batuan basalt, batu kapur,
dan granit. Ciri-ciri tanah renzina
antara lain harus kering, berwarna
cokelat, merah, dan hitam, serta
mengandung bahan organik.
 Tanah renzina pada umumnya
banyak dijumpai di daerah yang
beriklim kering di Indonesia bagian
timur, namun di tempat lain juga
dapat di jumpai meskipun tidak
banyak. Tanah renzina banyak di
mamfaatkan untuk menanam
tanaman semusim, misalnya
jagung, kedelai, dan kacang tanah.
Persebaran tanah renzina yang
paling luas
TANAH RENZINA
Tanah rendzina berasal daripelapukan batuan kapur dengan
curah hujan yang tinggi. Tanah memiliki kandungan Ca dan Mg
yang cukup tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya
mengandung sedikit unsur hara. Rendzia banyak terdapat di
Maluku, papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung dan
pegunungan kapur di selatan Pulau Jawa. Rendzina digunakan
untuk budidaya tanaman keras semusim dan juga tanaman
palawija.
TANAH RENZINA
TANAH ALLUVIAL
 Tanah aluvial adalah tanah
yang berasal dari endapan
lumpur yang dibawa aliran
sungai. Tanah jenis ini
bersifat subur sehingga baik
untuk pertanian. Dataran
aluvial yang terluas terdapat
di Sumatra bagian timur,
Jawa bagian utara,
Kalimantan bagian selatan
dan tegah, dan Papua bagian
selatan.
Tanah organosol adalah tanah
yang terbentuk dari bahan induk
organik, seperti gambut dan
rumput rawa, pada iklim basah
dengan curah hujan lebih dari
2.500 mm/tahun. Sebagian besar
tanah jenis ini masih tertutup
hutan rawa gambut dan rumput
rawa. Di Indonesia tanah
organosol terdapat didaerah
pasang surut pesisir timur
Sumatra, pantai Kalimantan
bagian barat dan selatan, serta
pantai Papua bagian barat dan
selatan. Tanah organosol yang
terdapat di Jawa, pantai barat
Sumatra, dan pantai timur
Kalimantan merupakn tanah
organosol yang kaya akan unsur
hara.
TANAH ORGANOSOL
Tanah humus (bunga tanah)
adalah tanah yang terbentuk
dari tumbuh-tumbuhan yang
telah membusuk. Tanah yang
mengandung humus bersifat
sangat subur dan umumnya
berwarna hitam. Wilayah
persebaran meliputi kawasan
hutan Indonesia.
TANAH HUMUS
 Terjadi dari batuan induk, batuan pejal,
dan batuan beku akibat erosi
 Mempunyai tekstur atau bentuk tanah yang
sangat padat
 Mempunyai kandungan organik yang
sangat rendah
 Tidak mempuyai kandungan mineral.
 Peka terhadap erosi
 Mempunyai sifat sangat sulit menyerap air
 Biasanya dimanfaatkan untuk infrastuktur
bangunan
 Mempunyai suhu yang tinggi
 Biasanya terletak di lapisan tanah bagian
bawah
tanah padas merupakan salah satu jenis
tanah yang tidak dimanfaatkan dalam bidang
pertanian seperti kebanyakan tanah lainnya.
Namun tanah padas ini dimanfaatkan dalam
bidang lain yang sama- sama bermanfaat
bagi manusia.
TANAH PADAS
Tanah padas bukanlah merupakan suatu jenis tanah yang
terbilang khusus ada di wilayah daerah tertentu. Tanah padas
ini dapat dengan mudah kita temui di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Tanah padas dapat kita jumpai di daerah- daerah
dataran tinggi secara merata di Indonesia.
TANAH PADAS
Tanah podsolik merah kuning
adalah tanah yang terbentuk
dari pelapukan batuan yang
mengandung kuarsa pada iklim
basah dengan curah hujan
2.500-3.500 mm/tahun. Sifat
tanah podsolik adalah peka
terhadap erosi. Jenis tanah ini
bayak terdapat di Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi,
Papua, dan Nusa Tenggara. Di
tempat-tempat tersebut tanah
jenis ini, digunakan untuk
perladangan dan perkebunan.
TANAH PODSOLIK
 Tanah laterit adalah tanah
yang benyak mengandung
zat besi dan aluminium.
Tanah jenis ini tergolong
tanah tua sehingga sudah
tidak subur lagi. Tanah
laterit berwarna merah
muda sehingga disebut juga
tanah merah. Wilayah
persebarannya meliputi
Jakarta, Banten,
Kalimantan Barat, dan
Pacitan.
TANAH LATERIT
Terbentuk dari pelapukan batuan sedimen
dan metamorf.
Karakteristik
 Ciri-ciri dari tanah latosol adalah
warnanya yang merah hingga kuning,
teksturnya lempung dan memiliki solum
horizon. Persebaran tanah litosol ini
berada di daerah yang memiliki curah
hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi
pula serta pada ketinggian berkisar pada
300-1000 meter dari permukaan laut.
Tanah latosol tidak terlalu subur karena
mengandung zat besi dan alumunium.
Persebaran
 Persebaran tanah latosol di daerah
Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan
barat, Bali dan Papua.
TANAH LATOSOL
Secara garis besar, pembagian kesuburan tanah dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
 Tanah muda, tanah ini banyak mengandung zat makan, udara,
dan air. Tanah muda banyak dijumpai dilereng gunung dan
daerah aliran sungai serta berwarna abu-abu.
 Tanah tua, tanah ini masih cukup memiliki makanan tetapi
tidak sesubur tanah muda karena sering diapakai pertanian.
 Tanah mati, tanah ini terjadi akibat erosi yang terus menerus
sehingga tanah tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri.
KLASIFIKASI TANAH BERDASARKAN
KESUBURAN
LATOSOL LITOSOL ANDOSOL PADAS
PODSOLIK RENZINA GRUMUSOL
HUMUS
ALUVIAL ORGANOSOL
RENZINAGRUMUSOL
LITOSOL ANDOSOL
HUMUSALUVIAL ORGANOSOL
LATOSOL PADASPODSOLIK
LATOSOL LITOSOL ANDOSOL PADAS
PODSOLIK RENZINA GRUMUSOL
HUMUS
ALUVIAL ORGANOSOL

More Related Content

What's hot

BENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIALBENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIAL
mahesha ramadhini zolyan
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
fahmiganteng
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanah
Husna Kadir
 

What's hot (20)

Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
Evaporasi (Penguapan)
Evaporasi (Penguapan)Evaporasi (Penguapan)
Evaporasi (Penguapan)
 
Bab ii Lamun (Seagrass)
Bab ii Lamun (Seagrass)Bab ii Lamun (Seagrass)
Bab ii Lamun (Seagrass)
 
suhu tanah
suhu tanahsuhu tanah
suhu tanah
 
Ilmu tanah
Ilmu tanahIlmu tanah
Ilmu tanah
 
Lauraceae
LauraceaeLauraceae
Lauraceae
 
Acara 4 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 4 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 4 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 4 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
 
Ppt poltekes koleksi, herbarium
Ppt poltekes koleksi, herbariumPpt poltekes koleksi, herbarium
Ppt poltekes koleksi, herbarium
 
Biji
BijiBiji
Biji
 
Praktkum ii fenol
Praktkum ii fenolPraktkum ii fenol
Praktkum ii fenol
 
Laporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi strukturLaporan fieldtrip geologi struktur
Laporan fieldtrip geologi struktur
 
mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuan
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan Tanaman
 
Tekanan udara n angin
Tekanan udara n anginTekanan udara n angin
Tekanan udara n angin
 
Isolasi dan purifikasi protein
Isolasi dan purifikasi protein Isolasi dan purifikasi protein
Isolasi dan purifikasi protein
 
Ilmu tanah 1
Ilmu tanah 1Ilmu tanah 1
Ilmu tanah 1
 
BENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIALBENTUK LAHAN FLUVIAL
BENTUK LAHAN FLUVIAL
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanah
 
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
12. Klasifikasi Tanah -DIT.ppt
 

Similar to Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4

penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
Novita Lessy
 
Analisa patahan lembang
Analisa patahan lembangAnalisa patahan lembang
Analisa patahan lembang
Awang Deswari
 
Sejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiSejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumi
Dian Ulfa
 
1. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 11. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 1
fahmi09
 
Aan kerusakan tanah
Aan kerusakan tanahAan kerusakan tanah
Aan kerusakan tanah
aanjuniardi
 

Similar to Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4 (20)

Lapisan Tanah.pptx
Lapisan Tanah.pptxLapisan Tanah.pptx
Lapisan Tanah.pptx
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
 
Analisa patahan lembang
Analisa patahan lembangAnalisa patahan lembang
Analisa patahan lembang
 
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptxPROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.pptx
 
Litosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosferLitosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosfer
 
Tenaga eksogen
Tenaga eksogenTenaga eksogen
Tenaga eksogen
 
BA X 3.5 Dinamika Litosfer - Copy (1).pdf
BA X 3.5 Dinamika Litosfer - Copy (1).pdfBA X 3.5 Dinamika Litosfer - Copy (1).pdf
BA X 3.5 Dinamika Litosfer - Copy (1).pdf
 
Sejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiSejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumi
 
Makalah erosi
Makalah erosiMakalah erosi
Makalah erosi
 
1. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 11. mekanika tanah 1
1. mekanika tanah 1
 
Pengembangan tanah
Pengembangan tanahPengembangan tanah
Pengembangan tanah
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Laporan geoteknik-gerakan-tanah
Laporan geoteknik-gerakan-tanahLaporan geoteknik-gerakan-tanah
Laporan geoteknik-gerakan-tanah
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
Sekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang PedosferSekilas Tentang Pedosfer
Sekilas Tentang Pedosfer
 
20151105081116 kuliah 10 luluhawa
20151105081116 kuliah 10 luluhawa20151105081116 kuliah 10 luluhawa
20151105081116 kuliah 10 luluhawa
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Aan kerusakan tanah
Aan kerusakan tanahAan kerusakan tanah
Aan kerusakan tanah
 
Bab i geomorfo
Bab i geomorfoBab i geomorfo
Bab i geomorfo
 
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanik
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanikTugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanik
Tugas kelompok satuan bentuk lahan vulkanik
 

More from Roni Marudut Situmorang

More from Roni Marudut Situmorang (11)

Clouds and earth systems (Awan Lengkap)
Clouds and earth systems (Awan Lengkap)Clouds and earth systems (Awan Lengkap)
Clouds and earth systems (Awan Lengkap)
 
Kisi-kisi Eso day 3 (Atmosphere and ES)
Kisi-kisi Eso day 3 (Atmosphere and ES)Kisi-kisi Eso day 3 (Atmosphere and ES)
Kisi-kisi Eso day 3 (Atmosphere and ES)
 
Basic Hydrosphere (Hidrosfer Dasar) Day 2
Basic Hydrosphere (Hidrosfer Dasar) Day 2Basic Hydrosphere (Hidrosfer Dasar) Day 2
Basic Hydrosphere (Hidrosfer Dasar) Day 2
 
Eso day 2 (Key Ideas) Kisi Kisi
Eso day 2 (Key Ideas) Kisi KisiEso day 2 (Key Ideas) Kisi Kisi
Eso day 2 (Key Ideas) Kisi Kisi
 
Basic Movement of plate (Lempeng Tektonik) Eso Day 1 (Kebumian)
Basic Movement of plate (Lempeng Tektonik) Eso Day 1 (Kebumian)Basic Movement of plate (Lempeng Tektonik) Eso Day 1 (Kebumian)
Basic Movement of plate (Lempeng Tektonik) Eso Day 1 (Kebumian)
 
Stratigrafi Key Idea 5 Kebumian
Stratigrafi Key Idea 5 KebumianStratigrafi Key Idea 5 Kebumian
Stratigrafi Key Idea 5 Kebumian
 
Hidrologi dan earth sistem
Hidrologi dan earth sistemHidrologi dan earth sistem
Hidrologi dan earth sistem
 
Arus konveksi (ESO DAY 1 Key Ideas 2)
Arus konveksi (ESO DAY 1 Key Ideas 2)Arus konveksi (ESO DAY 1 Key Ideas 2)
Arus konveksi (ESO DAY 1 Key Ideas 2)
 
Earth science olympiad (ESO) (Key Idea 1b)
Earth science olympiad (ESO) (Key Idea 1b)Earth science olympiad (ESO) (Key Idea 1b)
Earth science olympiad (ESO) (Key Idea 1b)
 
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
Basic Litosphere Day 1 (Key Idea 1)
 
Earth science olympiad (ESO) matery day 1
Earth science olympiad (ESO) matery day 1Earth science olympiad (ESO) matery day 1
Earth science olympiad (ESO) matery day 1
 

Recently uploaded

Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
MemenAzmi1
 

Recently uploaded (11)

Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdfSoal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
 
imunisasi measles rubella indonesia puskesmas
imunisasi measles rubella indonesia puskesmasimunisasi measles rubella indonesia puskesmas
imunisasi measles rubella indonesia puskesmas
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT KehutanananPATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
 

Soils and Earth Systems (Kebumian) Key Idea 4

  • 1. SOILS and Earth Systems Roni Marudut Situmorang Specialist Teacher of ESO
  • 2. Mass Wasting  Mass wasting adalah perpindahan massa batuan atau tanah karena pengaruh gaya berat. Prosesnya sama seperti erosi, ada pelepasan massa batuan dan pemindahan batuan yang terkikis.
  • 3. Mass wasting dapat terjadi akibat beberapa faktor, yaitu : 1. Kemiringan lereng 2. Pengaruh gravitasi 3. Pengaruh air
  • 4. Sharpe (1938) mengemukakan empat klas besar mass wasting, yaitu : A. Aliran pelan (Rayapan) B. Aliran cepat C. Longsor lahan (landslide) D. Amblesan atau subsidensi
  • 5. Aliran pelan Aliran pelan meliputi berbagai rayapan. Rayapan adalah gerakan tanah dan puing batuan yang menuruni lereng secara pelan, biasanya sulit untuk diamati kecuali dengan pengamatan yang cermat. Aliran pelan, meliputi :  Rayapan tanah (soil creep), yaitu gerakan tanah menuruni lereng. Proses ini ditandai dengan pembengkokan lapisan batuan, tiang telpon, pagar, monumen menjadi miring, dan dinding bangunan retak.  Rayapan talus, yaitu gerakan puing batuan hasil pelapukan pada lereng curam yang menuruni lereng.  Rayapan batuan (rock creep), yaitu gerakan blok-blok batuan secara individual menuruni lereng.  Rayapan batuan-gletsyer (rock-glacier creep), yaitu gerakan lidah-lidah batuan yang tercampak menuruni lereng.  Solifluksi (solifluction), yaitu aliran pelan massa puing batuan yang kenyang air dan tidak terkurung di dalam saluran tertentu, mengalir menuruni lereng.
  • 6.
  • 7. Aliran cepat  Aliran tanah (earthflow), yaitu gerakan tanah berlempung atau berlumpur yang kenyang air menuruni teras atau lereng perbukitan yang kemiringannya kecil.  Aliran lumpur (mudflow), yaitu gerakan puing-puing batuan yang kenyang air menuruni saluran tertentu secara pelan hingga sangat cepat. Aliran lumpur juga dapat terjadi pada gunung api yang baru meletus. Prosesnya dipengaruhi oleh hujan yang membawa abu dan debu vulkanik sisa letusan.  Guguran puing, yaitu puing-puing batuan yang meluncur di dalam saluran sempit menuruni lereng curam.
  • 8.
  • 9. Longsor lahan (landslide) Meliputi berbagai jenis gerakan yang dapat diamati dengan mudah, dan biasanya berupa massa puing batuan.  Luncur (slump), yaitu penggelinciran ke bawah dari satu atau beberapa unit puing batuan, dan biasanya disertai suatu putaran ke belakang terhadap lereng atas di tempat gerakan terjadi.  Longsor puing, yaitu pengguliran atau peluncuran puing batuan yang tidak terpadatkan, bergerak dengan cepat dan tanpa putaran ke belakang.  Jatuh puing, yaitu puing batuan yang jatuh hampir bebas dari suatu permukaan yang vertikal atau menggantung.  Longsor batu, yaitu massa batuan yang secara individual meluncur atau jatuh menuruni permukaan perlapisan atau sesaran.  Jatuh batu, yaitu blok-blok batuan yang jatuh secara bebas dari setiap lereng curam.
  • 10.
  • 11. Amblesan atau subsidensi  Amblesan atau subsidensi, yaitu pergeseran tempat kearah bawah tanpa permukaan bebas maupun pergeseran horizontal. Hal ini umumnya terjadi karena adanya perpindahan material secara pelan-pelan di bawah massa yang ambles.
  • 12.
  • 14. Tanah (Bahan Mineral dan Organik) 50%Udara 25% Air tanah 25% Komposisi Lahan KOMPOSISI TANAH
  • 16. PROFIL TANAH: satu sisi dari pedon, menunjukkan semua horison, 2-D DIUNDUH DARI: www.d.umn.edu/~pfarrell/Soils/powerpoints/profile.ppt ……. 10/2/2013 PROFIL TANAH = Penampang melintang vertikal dari suatu tanah. When exposed, various layers of soil should be apparent. Each layer of soil may be different from the rest in a physical or chemical way. The differences are developed from the interaction of such soil-forming factors as: 1. Bahan Induk Tanah 2. Topografi - Slope 3. Vegetasi alamiah 4. Waktu-lamanya Pelapukan 5. Iklim. Suatu profil tanah biasanya dideskripsikan hingga ke dalaman 3 - 5 feet.
  • 18. HORISON UTAMA = MASTER HORIZONS O A E B C R Horison “O”. Ini adalah lapisan organik yang terdiri atas sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang telah mengalami pelapukan secara partial. Horison ini biasanya terdapat pada tanah-tanah yang belum terganggu, seperti tanah-tanah hutan. Horison “A”. Ini sering disebut sebagai “topsoil” dan merupakan lapisan permukaan tempat akumulasi bahan organik. Dengan perjalanan waktu, horison ini dapat kehilangan liat, besi dan bahan-bahan lain karena pencucian, disebut Horison ELuviasi. Horison A menyediakan lingkungan tumbuh yang bagus bagi akar tanaman, mikroba dan organisme lainnya. “E” horizon. This is the zone of greatest eluviation. Because the clay, chemicals, and organic matter are very leached, the color of the E horizon is very light. It usually occurs in sandy forest soils with high amounts of rainfall. “B” horizon. This horizon is referred to as the subsoil. It is often called the “zone of accumulation” since chemicals leached from the A and E horizons accumulate here. This accumulation is called illuviation. The B horizon will have less organic matter and more clay than the A horizon. Together, the A, E, and B horizons are known as the solum. This is where most of the plant roots grow. “C” horizon. This horizon is referred to as the substratum. It lacks the properties of the A and B horizons since it is influenced less by the soil forming processes. It is usually the parent material of the soil. Horison “R”. Ini adalah batuan yang mendasari (di bagian bawah) profil tanah, misalnya batu kapur (limestone), sandstone, atau granit. Posisinya di bawah horison C.
  • 19. Horison O terdiri atas seresah tumbuhan dan bahan organik mlainnya yang terletak di permukaan tganah. Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt HORISON O : LAPISAN ORGANIK HORISON O : Horison ini didominasi oleh bahan organik segar dan bahan organik yang mengalami dkeomposisi partial, seperti dedaunan, needles, ranting, moss dan lichens, yang terakumulasi di permukaan tanah; berada di permukaan tanah mineral atau tanah organik. Horison O tidak jenuh air dalam periode waktu yang lama. Fraksi mineral dalam horison ini sangat sedikit, biasanya kurang dari separuh beratnya. An O layer may be at the surface of a mineral soil or at any depth beneath the surface where it is buried. A horizon formed by illuviation of organic material into mineral subsoil is not an O horizon, although some horizons formed in this manner contain much organic matter. Sumber: Guidelines for soil description. Fourth edition. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS. Rome, 2006
  • 20. Lapisan ini biasanya longgar dan remah dengan kandungan bahan organik yang beragam. Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt HORISON-A : TOPSOIL HORISON A : From Soil Taxonomy: Mineral horizons which have formed at the surface or below an O horizon; they exhibit obliteration of all or much of the original rock structure and show one or both of the following: (1) An accumulation of humified organic matter intimately mixed with the mineral fraction and not dominated by properties characteristic of E or B horizons (defined below), or (2) Properties resulting from cultivation, pasturing, or similar kinds of disturbance. Sumber: http://nesoil.com/properties/horizons/sld004.htm
  • 21. Lapisan tanah ini biasanya sangat produktif. Lapisan tanah ini harus di konservasi ! Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt HORISON-A : TOPSOIL
  • 22. Subsoil biasanya warnanya lebih terang, lebih rapat dan miskin bahan organik. Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt HORISON-B : SUBSOIL HORISON B : B horizons: are commonly referred to as the subsoil. They are a zone of accumulation where rain water percolating through the soil has leached material from above and it has precipitated within the B horizons or the material may have weathered in place. Well drained soils typically have the brightest color development within the B horizons. Kriteria Lapangan: 1. Horison bahwa-permukaan yang terbentuk di bawah horison O, A dan/atau E dan di atas horison C. 2. In well drained soils, the B horizon is typically a yellowish brown to strong brown color and is commonly referred to as the subsoil. 3. B - horizons have material (usually iron but also humus, clay, carbonates, etc.) which has moved into it (Illuviation) they also have structure development in some pedons. 4. Within New England, B horizons typically extend to a depth of 2 to 3 feet below the surface. 5. Horison A dan B bersama-sama disebut “solum” tanah. Sumber: http://nesoil.com/properties/horizons/sld007.htm
  • 23. Lapisan ini hampir tidak mengandung bahan organik, dan terdiri atas batuan induk yang terlapuk secara parsial. Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt HORISON-C : TRANSISI HORISON C : From Soil Taxonomy: Horizons or layers, excluding hard bedrock, that are little affected by pedogenic processes and lack the properties of O, A, E, or B horizons. Most are mineral layers. The material of C layers may be either like or unlike the material from which the solum has presumably formed. Horison C mungkin telah mengalami modifikasi, tetapi tidak ada tanda-tanda bukti proses pedogenesis. Sumber: http://nesoil.com/properties/horizons/sld009.htm
  • 24. Batuan induk berada di bawah horison C, berupa batuan yang belum mengalami pelapukan. Diuntuh dari: step.nn.k12.va.us/science/ES/Earth_Science_PowerPoint/Soils.ppt BATUAN INDUK Parent Material The original state of the soil. The relatively unaltered lower material in soils is often similar to the material in which the horizons above have formed.
  • 25. HORIZON TRANSISI Zone transisi di antara horison-horison utama AB : A B ; A dominan BA: A B ; B dominan AC: A C ; A dominan EB: E B ; E dominan Dll …………….
  • 27.
  • 28.
  • 29.
  • 30. Organisme tanah pada umumnya berada pada lapisan tanah bagian atas, kurang lebih 10 cm di bawah permukaan tanah. Aktivitas biologis yang ada di tanah 80-100% dilakukan oleh jamur dan bakteri.
  • 31.
  • 32.
  • 33.
  • 34. Denitrifikasi merupakan proses reduksi nitrat menjadi gas nitrogen.
  • 35. Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup tetapi makan bahan organik mati sisa-sisa hewan atau tanaman. Bahan organik yang dimakan kemudian dikeluarkan berupa agregat-agregat banyak mengandung unsur hara yang berguna bagi tanaman. Cacing memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik dan lebih mudah ditembus akar tanaman. Kebanyakan cacing hidup di kedalaman kurang dari 2m.cacing suka hidup pada tanah-tanah lembab.
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39. Tanah regosol, tanah muda belum mengalami diferensiasi horizon. Tanah ini bertekstur pasir, berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang dan berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir atau pantai. Penyebarannya didaerah lereng vulkanik muda, di darah beting pantai dan gumuk gumuk pasir pantai. Persebaran : meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara REGOSOL
  • 40. Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya vulkanisme. Karakteristik  Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup. tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir. Persebaran  Biasanya terdapat pada daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi seperti di bukit tinggi, nusa tenggara barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi. LITOSOL
  • 41. ANDOSOL  Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari pelapukan batu-batuan vulkanis baik dari lava yang telah membeku maupun dari abu vulkanis yang telah membeku. Daerah pembekuan lava tidak begitu luas bila dibanding dengan daerah abu vulkanis. Contoh tanah vulkanis adalah tanah tufa yang terbentuk dari abu gunung api yang besifat sangat subur. Tanah tufa terdapat di Lampung, Palembang dan Sumatra barat. Ada beberapa daerah yang terisi abu vulkanis karena lertusan gunung berapi misalnya, Bandung, Garut dan sekitar danau toba. Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawes
  • 42. Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur dan umumnya terdapat didaerah pegunungan kapur berumur tua. Tanah jenis ini bersifat tidak subur tetapi masih dapat ditanami pohon jati, seperti daerah hutan jati di pegunungan Kendeng, Blora, Jawa tengah, dan di pegunungan Sewu, gunung kidul, Yogakarta. TANAH KAPUR
  • 43. Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Kandungan organic di dalamnya rendah karena dari batuan kapur jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.  Karakteristik  Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki warna hitam. Ph yang dimiliki netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika panas dan hujan.  Persebaran  Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati, Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur. Karena teksturnya yang kering maka akan bagus jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati. GRUMUSOL
  • 44.  Tanah renzina atau tanah mollisol adalah tanah yang bahan induknya berupa batuan basalt, batu kapur, dan granit. Ciri-ciri tanah renzina antara lain harus kering, berwarna cokelat, merah, dan hitam, serta mengandung bahan organik.  Tanah renzina pada umumnya banyak dijumpai di daerah yang beriklim kering di Indonesia bagian timur, namun di tempat lain juga dapat di jumpai meskipun tidak banyak. Tanah renzina banyak di mamfaatkan untuk menanam tanaman semusim, misalnya jagung, kedelai, dan kacang tanah. Persebaran tanah renzina yang paling luas TANAH RENZINA
  • 45. Tanah rendzina berasal daripelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang tinggi. Tanah memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya mengandung sedikit unsur hara. Rendzia banyak terdapat di Maluku, papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung dan pegunungan kapur di selatan Pulau Jawa. Rendzina digunakan untuk budidaya tanaman keras semusim dan juga tanaman palawija. TANAH RENZINA
  • 46. TANAH ALLUVIAL  Tanah aluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa aliran sungai. Tanah jenis ini bersifat subur sehingga baik untuk pertanian. Dataran aluvial yang terluas terdapat di Sumatra bagian timur, Jawa bagian utara, Kalimantan bagian selatan dan tegah, dan Papua bagian selatan.
  • 47. Tanah organosol adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk organik, seperti gambut dan rumput rawa, pada iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun. Sebagian besar tanah jenis ini masih tertutup hutan rawa gambut dan rumput rawa. Di Indonesia tanah organosol terdapat didaerah pasang surut pesisir timur Sumatra, pantai Kalimantan bagian barat dan selatan, serta pantai Papua bagian barat dan selatan. Tanah organosol yang terdapat di Jawa, pantai barat Sumatra, dan pantai timur Kalimantan merupakn tanah organosol yang kaya akan unsur hara. TANAH ORGANOSOL
  • 48. Tanah humus (bunga tanah) adalah tanah yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk. Tanah yang mengandung humus bersifat sangat subur dan umumnya berwarna hitam. Wilayah persebaran meliputi kawasan hutan Indonesia. TANAH HUMUS
  • 49.  Terjadi dari batuan induk, batuan pejal, dan batuan beku akibat erosi  Mempunyai tekstur atau bentuk tanah yang sangat padat  Mempunyai kandungan organik yang sangat rendah  Tidak mempuyai kandungan mineral.  Peka terhadap erosi  Mempunyai sifat sangat sulit menyerap air  Biasanya dimanfaatkan untuk infrastuktur bangunan  Mempunyai suhu yang tinggi  Biasanya terletak di lapisan tanah bagian bawah tanah padas merupakan salah satu jenis tanah yang tidak dimanfaatkan dalam bidang pertanian seperti kebanyakan tanah lainnya. Namun tanah padas ini dimanfaatkan dalam bidang lain yang sama- sama bermanfaat bagi manusia. TANAH PADAS
  • 50. Tanah padas bukanlah merupakan suatu jenis tanah yang terbilang khusus ada di wilayah daerah tertentu. Tanah padas ini dapat dengan mudah kita temui di hampir seluruh wilayah Indonesia. Tanah padas dapat kita jumpai di daerah- daerah dataran tinggi secara merata di Indonesia. TANAH PADAS
  • 51. Tanah podsolik merah kuning adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan yang mengandung kuarsa pada iklim basah dengan curah hujan 2.500-3.500 mm/tahun. Sifat tanah podsolik adalah peka terhadap erosi. Jenis tanah ini bayak terdapat di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara. Di tempat-tempat tersebut tanah jenis ini, digunakan untuk perladangan dan perkebunan. TANAH PODSOLIK
  • 52.  Tanah laterit adalah tanah yang benyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah jenis ini tergolong tanah tua sehingga sudah tidak subur lagi. Tanah laterit berwarna merah muda sehingga disebut juga tanah merah. Wilayah persebarannya meliputi Jakarta, Banten, Kalimantan Barat, dan Pacitan. TANAH LATERIT
  • 53. Terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Karakteristik  Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Tanah latosol tidak terlalu subur karena mengandung zat besi dan alumunium. Persebaran  Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan barat, Bali dan Papua. TANAH LATOSOL
  • 54. Secara garis besar, pembagian kesuburan tanah dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :  Tanah muda, tanah ini banyak mengandung zat makan, udara, dan air. Tanah muda banyak dijumpai dilereng gunung dan daerah aliran sungai serta berwarna abu-abu.  Tanah tua, tanah ini masih cukup memiliki makanan tetapi tidak sesubur tanah muda karena sering diapakai pertanian.  Tanah mati, tanah ini terjadi akibat erosi yang terus menerus sehingga tanah tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri. KLASIFIKASI TANAH BERDASARKAN KESUBURAN
  • 55. LATOSOL LITOSOL ANDOSOL PADAS PODSOLIK RENZINA GRUMUSOL HUMUS ALUVIAL ORGANOSOL
  • 60. LATOSOL LITOSOL ANDOSOL PADAS PODSOLIK RENZINA GRUMUSOL HUMUS ALUVIAL ORGANOSOL