SlideShare a Scribd company logo
1 of 54
Download to read offline
“Bahan Ajar SMA / MA Kelas X”
KD 3: 3.5 Menganalisis dinamika litosfer dan dampaknya terhadap
kehidupan
KD 4: 4.5 Menyajikan proses dinamika litosfer dengan menggunakan
peta, bagan, gambar, tabel, grafik, video, dan atau animasi
Wisnu Sinartejo
2019
KELAS
10
1. STRUKTUR LAPISAN BUMI
A. KARAKTERISTIK LAPISAN-LAPISAN BUMI
Secara umum, bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama yaitu:
a. Kerak Bumi (Crust)
Kerak bumi adalah lapisan bumi paling luar, paling dingin dan keras
dari bagian-bagian bumi lainnya. Lapisan ini memiliki ketebalan berkisar 5-
70 km (± 3-44 mil). Kerak bumi termasuk bagian paling tipis, bahkan hanya
1% dari keseluruhan volume bumi. Kerak bumi terbagi menjadi dua bagian,
yakni kerak samudra (oceanic crust) dan kerak benua (continental crust).
b. Mantel Bumi (Mantle)
Di bawah kerak bumi terhitung dari lapisan Moho hingga kedalaman
2.900 km (1.800 mil) disebut dengan lapisan Mantel. Ialah lapisan berbatu
Gambar 1. Struktur Lapisan Bumi
(Sumber : Encyclopedia Britanic, 2008)
yang mencakup 84% volume bumi. Bagian paling atas dari Mantel, disebut
dengan Astenosfer, yang berasal dari kata astheno yang berarti lemah, atau
lambat. Astenosfer dengan ketebalan 400 km merupakan lapisan yang
menjadi sumber magma gunungapi atau dengan kata lain sebagai dapur
magma. Densitas Astenosfer lebih tinggi daripada kerak bumi, yakni 3.4
g/cm3. Bagian kerak bumi sampai astenosfer (mantel atas) disebut sebagai
Litosfer.
c. Inti Bumi (Core)
Inti bumi adalah bagian bumi
yang terdiri dari magma pijar. Pada
bagian ini suhu dan tekanannya
sangat tinggi. Lapisan ini
dibedakan menjadi dua, yaitu inti
luar (outer core) dan inti dalam
(inner core).
1) Inti luar adalah inti bumi
yang berada di bagian luar (outer
core), diduga berwujud cair sebab
lapisan ini tidak dapat dilalui oleh
gelombang sekunder.
2) Inti dalam adalah inti bumi
yang berada dilapisan dalam (inner
core) diduga berwujud padat, tersusun dari materi berupa besi atau besi dan
nikel (nife).
2. STRUKTUR LAPISAN KULIT BUMI (LITOSFER)
Gambar 2. Struktur Lapisan Kulit Bumi
Sumber: Whough, 2002
Menurut Plummer dalam Physical Geology (2010), yang dimaksud
dengan litosfer adalah lapisan bumi yang terdiri dari kerak bumi (crust) dan
mantel bagian atas (uppermost mantle). Sedangkan, lapisan di bawahnya
adalah lapisan yang materialnya cair (astenosphere). Kerak bumi dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Kerak Benua (Continental Crust), merupakan lapisan padat yang terdiri dari
batuan beku granit pada bagian atasnya dan batuan beku basalt pada
bagian bawahnya. Kerak ini yang sering kita kenal dengan benua. Lapisan
ini sering disebut juga sebagai lapisan SiAl. Dinamakan demikian karena
kandungannya yang didominasi oleh Silisium dan Alumunium.
b. Kerak samudera (Oceanic Crust), merupakan lapisan padat yang terdiri dari
endapan di laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya betuan-batuan
vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku. Kerak ini
sering kita kenal menempati samudera. Lapisan ini sering disebut sebagai
lapisan SiMa, karena didominasi oleh unsur Silisium dan Magnesium.
Kerak Benua (SiAl) Kerak samudra (SiMa)
Ketebalan
Ketebalan rata-rata 35-
40 km, sedangkan di
daerah pegunungan
bisa mencapai 60-70
km
Lebih tipis, yakni 6-10 km
Umur batuan
Lebih tua, mencapai
1500 juta tahun
Muda, bahkan kurang dari
200 juta tahun
Berat
Lebih ringan, dengan
densitas 2.6 gr/cm3
Lebih berat, dengan
densitas 3.0 gr/cm3
Batuan induk
Batuan berwarna
cerah, dengan unsur
penyusun utama
silisium dan
alumunium (granit)
Batuan berwarna gelap,
dengan unsur penyusun
utama silisium dan
magnesium (basalt)
B. PROSES TEKTONISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN
Tektonisme adalah proses gerakan pada kerak bumi yang menimbulkan
lekukan, lipatan, retakan, dan patahan sehingga berbentuk tinggi, rendah, atau relief
pada permukaan bumi. Tektonisme dibedakan menjadi dua yaitu gerak epirogenetik
dan orogenetik.
1. Gerak Epirogenetik
Gerak epirogenetik (gerak pembentuk kontinen atau benua) adalah gerakan
turun naiknya lapisan kulit bumi dalam waktu lambat dan meliputi daerah yang
luas. Gerak ini terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut:
a. Epirogenetik Positif
Gambar 1. Epirogenetik Positif
Epirogenetik positif adalah gerak penurunan suatu daratan sehingga
permukaan air laut naik. Misalnya, turunnya Kepulauan Maluku Barat Daya
sampai ke Pulau Banda dan Pantai Skandinavia. Selain itu, turunnya lembah
Sungai Hudson di Amerika Serikat yang dapat dilihat dengan jarak yang
jauhnya kurang lebih 1.700 meter dan turunnya lembah Sungai Kongo sampai
2.000 meter di bawah permukaan laut.
b. Epirogenetik Negatif
Gambar 2. Epirogenetik Negatif
Epirogenetik negatif adalah gerak naiknya suatu daratan sehingga
permukaan air laut turun. Misalnya, naiknya Pulau Timor dan Pulau Buton,
naiknya dataran tinggi Colorado di Amerika, dan naiknya Pulau Simeulue
bagian utara saat gempa di Aceh pada bulan Desember 2014.
2. Gerak Orogenetik
Gerak orogenetik adalah gerakan kulit bumi yang cepat dengan wilayah lebih
sempit. Hal ini menghasilkan lipatan dan patahan.
a. Lipatan (Fold)
Gambar 3. Skema Bentuk-bentuk Lipatan
Lipatan (Fold) terjadi akibat adanya tekanan horizontal dan tekanan
vertikal. Bagian yang turun dinamakan sinklinal dan yang terangkat
dinamakan antiklinal. Jika terbentuk beberapa puncak lipatan tersebut
antiklinorium dan beberapa lembah lipatan disebut sinklinorium.
Gambar 4. Macam-macam Lipatan Kulit Bumi
b. Patahan/Sesar (Fault)
Gambar 5. Bentuk Patahan Bumi
Patahan/Sesar (Fault) terjadi karena tenaga horizontal atau tenaga
vertikal pada kulit bumi yang tidak elastis. Bidang patahan tersebut fault atau
besar. Patahan terdiri atas graben atau slenk dan bagian yang menonjol
disebut horst. Contoh patahan adalah sistem patahan di Bukit Barisan mulai
dari Sumatera Utara sampai ke Teluk Semangko di Sumatera Selatan. Daerah
patahan ini dikenal dengan nama Zona Patahan Semangko.
3. Pengaruh Tektonisme Terhadap Kehidupan
Pengaruh tektonisme berupa patahan, pergeseran, dan lipatan kulit bumi
dapat memberikan beberapa dampak positif dan dampak negatif, di antaranya
adalah:
a. Dampak positif, yaitu naiknya barang tambang ke permukaan bumi dan
terbukanya barang tambang seperti batu bara, bijih besi, tembaga, marmer,
bauksit, emas, dan perak.
b. Dampak negatif, yaitu dapat merusak permukaan bumi seperti jalan, jembatan,
waduk, rumah, dan bangunan lainnya.
C. PROSES VULKANISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN
1. Proses Vulkanisme
Vulkanisme diartikan sebagai suatu gejala atau akibat adanya aktivitas
magma di dalam litosfer hingga keluar ke permukaan bumi. Magma adalah
batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat di dalam kulit bumi,
terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya. Magma
terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun
suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan
tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga
batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma. Terdapat dua gerakan
magma yaitu intrusi dan ekstrusi magma.
a. Intrusi Magma
Intrusi magma adalah proses penerobosan magma melalui
rekahan-rekahan (retakan) dan celah pada lapisan batuan
pembentuk litosfer, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi
magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung
hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci,
adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan
bermacam-macam bentuk, yaitu:
1) Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur
magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
Intrusi ini sebenarnya adalah dapur magma yang membeku.
2) Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan
yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat
sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan
atasnya tetap rata
3) Keping intrusi atau sill adalah sisipan magma yang membeku
diantara dua lapisan litosfer, relatif tipis, melebar, dan sejajar
dengan bidang perlapisan.
4) Intrusi korok/gang/ dike adalah batuan hasil intrusi magma
memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau
lempeng.
5) Apolisa (aphophyse) adalah semacam cabang dari intrusi gang
yang bercabang-cabang banyak (seperti menjari).
6) Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk
silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.
7) Lopolith, yaitu batuan beku intrusi yang mendesak lapisan
diatas dan dibawahnya menjadi bentuk bikonveks.
8) Pacolith, yaitu jenis batuan beku intrusi yang mendesak lapisan
dibawahnya sehingga membentuk suatu bentukan lensa datar-
cembung.
Gambar hasil pembentukan intrusi magma
b. Ektrusi magma
Ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan
bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau
disebut juga vulkan. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan
tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi
bisa terjadi di dasar lautan. Ekstrusi identik dengan erupsi atau
letusan gunungapi yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erupsi
efusif dan eksplosif.
1) Erupsi efusif, yaitu erupsi berupa lelehan lava melalui retakan
atau rekahan atau lubang kawah suatu gunungapi.
2) Erupsi eksplosif, yaitu erupsi berupa ledakan dengan
mengeluarkan bahan-bahan padat (Eflata/Piroklastika) berupa
bom, lapili, kerikil,dan debu vulkanik bersama-sama dengan gas
dan fluida.
Berdasarkan banyaknya celah pada permukaan bumi waktu
magma keluar, erupsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu erupsi
linear dan erupsi sentral.
1) Erupsi linear, yaitu gerakan magma menuju permukaan bumi
melalui celah-celah atau retakan-retakan.
2) Erupsi sentral, terjadi jika lava keluar melalui terusan
kepundan. Erupsi sentral dibagi menjadi tiga macam, yaitu
erupsi yang semata-mata efusif, eksplosif, dan campuran.
3) Erupsi yang semata-mata efusif, sebagian besar hasilnya
adalah lava.
4) Erupsi yang semata-mata eksplosif, sebagian besar hasilnya
adalah berapi embryo.
5) Erupsi campuran menghasilkan gunung berapi strato atau
gunung berapi berlapis. Erupsi ini terdiri atas bahan-bahan
lepas dan lava.
2. Material hasil aktivitas vulkanis
Material yang dikeluarkan saat gunung api meletus bermacam-macam. Ada
yang berupa padat, cair, dan gas. Masing-masing zat tersebut dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis material. Jenis material yang dikeluarkan
gunung api adalah:
a. Material padat (efflata)
Material padat (efflata) terdiri atas:
1) Bom (batu-batu besar).
2) Terak (batu-batu yang tidak beraturan dan lebih kecil dari bom).
3) Lapili, berupa kerikil.
4) Pasir
5) Debu
6) Batu apung
Menurut asalnya, efflata dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Efflata allogen, berasal dari batu-batu di sekitar kawah yang terlempar
ketika terjadi letusan.
2) Efflata autogen (PYROCLASTICA), berasal dari magma itu sendiri.
b. Material cair
Bahan cair dari dapur magma akan mengalir keluar dari gunung api jika
magma cair dari dalam Bumi meleleh keluar dari lubang kawah tanpa
terhambat oleh sumbatan dan tidak terdapat sumbatan di puncaknya.
Material cair yang keluar ini terdiri atas:
1) Lava, yaitu magma yang meleleh di luar pada lereng gunung api.
2) Lahar panas, yaitu campuran magma dan air, sehingga merupakan
lumpur panas yang mengalir.
3) Lahar dingin, terbentuk dari efflata porus atau bahan padat di puncak
gunung menjadi lumpur ketika turun hujan lebat dan mengalir pada
lereng serta lembah. Contohnya, akibat letusan Gunung Merapi tahun
2006 yang lalu telah menghasilkan sekitar 6 juta meter kubik
timbunan material yang akan membentuk aliran lahar dingin saat
turun hujan.
c. Material gas atau ekshalasi
Material gas atau ekshalasi terdiri atas:
1) SOLFATAR, berbentuk gas belerang (H2S).
2) FUMAROL, berbentuk uap air (H2O).
3) MOFET, berbentuk gas asam arang (CO2). Gas ini berbahaya bagi
kehidupan karena bersifat racun. Selain itu, sifatnya yang lebih berat
dari oksigen menyebabkan gas ini lebih dekat dengan permukaan tanah
sehingga mudah dihirup oleh makhluk hidup.
1. Tipe-tipe Gunung Api
1) Berdasarkan bentuknya, gunung api dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Gunung api perisai
Gambar Gunung Api Perisai
Dibangun oleh aliran lava dalam jumlah besar dari suatu kawah pusat.
Sifat magmanya basa dengan kekentalan rendah serta kurang mengandung
gas. Karena itulah erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi meleleh
atau effusif. Akibatnya lereng vulkan ini landai (kira-kira kemiringan 2-
10), tingginya tidak seberapa dibandingkan dengan diameter alasnya.
Contoh vulkan perisai banyak dijumpai di Kep. Hawaii seperti gunung
Mauna Loa, Mauna Kea, Kilauea dan sebagainya.
2) Gunung api maar
Dibangun oleh erupsi dahsyat yang menghempaskan sebagian besar
tubuh gunung, namun erupsi selanjutnya lebih dominan gas yang mengikis
batuan membentuk lubang besar. Nama maar berasal dari nama danau
kawah di daerah pegunungan eifel, jerman, yang diameternya 2 km.
Contohnya Ranu Grati, Ranu Klakah, Ranu Bedali, dan banyak lagi di
lereng gunung Lamongan.
3) Gunung api strato
Dibangun oleh material erupsi berupa piroklastik. Magmanya bersifat
asam, lebih kental dan banyak mengandung gas sehingga erupsinya
eksplosif. Materi-materi piroklastik tersebut setelah dihempaskan ke udara
kemudian jatuh di lereng-lereng gunung tersebut, menghasilkan bentuk
vulkan yang makin ke puncak makin meruncing. Kadang-kadang bahan
erupsinya berganti-ganti antara piroklastik dan lava sehingga kelihatan
berlapis-lapis, dan dikenal sebagai kerucut campuran (composite cone) atau
strato volcanoes. Bentuknya juga berupa kerucut dengan lereng curam
(10-35) dan hampir simetris dengan dasar berupa lingkaran. Kebanyakan
vulkan di Indonesia tergolong vulkan strato.
Gambar : penampakan gunung api berdasarkan bentuknya
2) Berdasarkan besar tekanan gas, derajat kecairan magma, dan kedalaman
waduk magma.
1) Tipe Hawaii
Magma yang dikeluarkan sangat cair dengan tekanan gas rendah
berasal dari dapur magma yang dangkal. Contohnya: gunung Mauna Loa,
Mauna Kea, Kilauea dan sebagainya.
Gambar Gunung Api Tipe Hawaii
2) Tipe Stromboli
Erupsi yang terjadi tidak terlalu eksplosif, tetapi berlangsung lama.
Sering terjadi letusan kecildan banyak mengeluarkan eflata. Magma yang
dikeluarkan cair dengan tekanan gas sedang berasal dari dapur magma
yang agak dalam. Contohnya Gunung Raung di Jawa Timur dan gunung
Vesuvius di Italia.
Gambar Gunung Api Tipe SAtromboli
3) Tipe Perret
Mempunyai ledakan yang sangat dahsyat disertai material yang
menyembur ke angkassa karena tekanan gas yang sangat tinggi. Contohnya
gunung Krakatau di selat sunda.
Gambar gunung Api Tipe Perret
4) Tipe Merapi
Magma kental yang mengalir secara perlahan karena tekanan gas yang
rendah sehingga membentuk sumbat kawah. Akibatnya, tekanan gas makin
kuat hingga kawah tersebut terangkat dan pecah yang disertai keluarnya
awan panas. Contohnya gunung Merapi di Jawa Tengah.
Gambar Gunung Api Tipe Merapi
5) Tipe Pelee
Magma kental dengan tekanan gas yang tinggi berasal dari dapur
magma yang dalam. Contohnya Gunung Pelee di Amerika Tengah.
Gambar Gunung Api Tipe Pele
6) Tipe Vulkano
Magma yang dikeluarkan cair kental dengan tekanan gas sedang sampai
tinggi,bersal dari dapur magma yang dangkal sampai agak dalam.
Contohnya Gunung Bromo, Gunung Etna di Italia.
Gambar Gunung Api Tipe Vulkano
7) Tipe St.Vincent
Magma kental dengan tekanan gas sedang berasal dari dapur magma
yang dangkal. Contohnya Gunung Kelud di jawa timur dan Gunung St.
Vincent di kepulauan Antiles.
Gambar Gunung Api Tipe St. Vincent
3) Berdasarkan aktifitasnya, gung api dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Gunung api tipe A atau gunung api aktif, adalah gunung api yang
masih menghasilkan magma bekerja dan pernah mengalami erupsi
magmatik sekurang kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
Ciri – cirinya :
1. Kawahnya selalu mengeluarkan asap dan letusan
2. Aktivitas ditandai dengan gempa yang dapat terekam oleh seismograf
Contoh gunung api aktif diantaranya Gunung Merapi, Gunung
Sinabung,
2) Gunung api tipe B atau gunung api pasif adalah gunung api yang
beum pernah mengalami letusan sesudah tahun 1600, tetapi masih
memperlihatkan gejala gunung berapi aktif yaitu mengeluarkan
solfatara. Contoh gunung api ini adalah Gunung Rajabasa di
Lampung, Gunung Patuha di Jawa Barat
3) Gunung api tipe C adalah gunung api yang tidak diketahui sejarah
erupsinya dalam catatan manusia, namun masih menunjukkan
adanya aktifitas di masa lampau. Hal ini dapat diketahui dari
keberadaan solfatara dan fumarola. Contoh gunung api tipe ini adalah
Kawah Manui Kamojang, dan Gunung Lahendong
2. Gejala dalam Letusan Gunung Api
a. Gejala Pra vulkanik
Merupakan tanda-tanda gunung api akan meletus. Indikator pra vulkanik
diantaranya:
1) Suhu udara disekitar gunung naik secara mendada
2) Sumber air banyak yang mongering
3) Sering terjadi getaran-getaran gempa local
4) Pohon-pohon banyak yang meranggas dan mati
5) Binatang-binatang liar banyak yang mengungsi ke tempat lain karena
ekologinya terganggu.
b. Gejala Pasca vulkanis
Adalah gejala sesudah gunung api meletus. Ada beberapa tanda atau
gejala yang bisa dipakai sebagai pedoman bahwa gunung api sudah tidak
aktif lagi atau hampir padam. Gejala-gejala tersebut disebut gejala
pascavulkanik atau gejala postvulkanik. Gejala-gejala tersebut adalah
sebagai berikut;
1) Terdapat gas belerang, gas yang menggeluarkan belerang dinamakan
solfatar. Contohnya di gunung weulirang.
2) Terdapat gas fumarow adalah gas yang mengandung uap air.
Contohnya di nilai dieng (jawa tengah, sulawesi utara),
3) Terdapat mofet adalah gas yang mengandung asam arang. Contohnya
di gunung tangkuban perahu dan papandayan (jabar),
4) Sumber air panas berasal dari air hujan yang meresap kedalam lapisan
batuan yang masih panas. Kemudian keluar menjadi air panas.
Sumber air panas yang memiliki kandungan belerang dapat digunakan
untuk mengobati penyakit kulit,
5) Terdapat mata air makdani adalah mata air yang mengandung mineral.
Contohnya di maribaya (jawa barat),
6) Terdapat geyser adalah air panas yang memancar dari dalam bumi
secara periodik yang terbentuk dari air yang terdapat didalam batuan
kemudian terpanaskan oleh gas panas yang berasal dari sirkulasi
kepermukaan bumi sehingga terjadilah pemancaran air dengan suhu
cukup tinggi. Contohnya di pelabuhan ratu.
3. Dampak Vulkanisme Terhadap Kehidupan
a. Dampak negatif
1) Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut
antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen
Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat
membahayakan manusia.
2) Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari
dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir
mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat
dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-
macam batuan.
3) Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan
material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng
gunung berapi.
4) Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat
terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin
dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa
menganggu pernapasan.
5) Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam
gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik
padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat
mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala,
lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang
berbahaya bagi organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak
diperlukan. Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus:
1) Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung
bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas
Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa
partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
2) Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua
aktifitas penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk
kegiatan ekonomi.
3) Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu
vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.
4) Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak
terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
5) Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
6) Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan
dengan adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan
juga Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal
merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan
pecinta alam.
b. Dampak positif
1) Tanah yang dilalui oleh hasil vulkanis gunung berapi sangat baik bagi
pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan
bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi
penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat
menguntungkan.
2) Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang
telah meletus, yakni penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir
tentu memiliki nilai ekonomis.
3) Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung
berapi saat meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai
bahan bangungan warga sekitar gunung.
4) Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan
tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem
yang juga baru.
5) Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air
panas yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara
periodik. Geyser ini baik bagi kesehatan kulit.
6) Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan
kandungan mineral yang sangat melimpah.
7) Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini
potensial terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.
8) Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik
didirikan pembangkit listrik.
D. PROSES SEISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN
1. Pengertian Gempa Bumi
empa bumi atau getaran seismik adalah getaran pada permukaan bumi yang
disebabkan oleh kekuatan dari dalam dan umumnya berasosiasi dengan gerakan
lempeng. Gempa disebabkan pelepasan energi secara tiba-tiba pada litosfer.
Semakin besar energi dilepaskan, semakin kuat gempa yang ditimbulkan.
Pusat gempa di dalam bumi disebut hiposentrum. Berawal dari
hiposentrum, getaran gempa diteruskan ke segala arah. Letak hiposentrum ada
yang sangat dalam dan ada yang dangkal. Di Indonesia terdapat hiposentrum
dengan kedalaman lebih dari 500 km, contohnya hiposentrum dibawah Laut
Flores dengan kedalaman sekitar 720 km.
Pusat gempa pada permukaan bumi diatas hiposentrum disebut
episentrum. Kerusakan terbesar yang diakibatkan oleh gempa terdapat di sekitar
daerah episentrum. Di Indonesia, episentrum kebanyakan terdapat di bawah
permukaan laut, sehingga kerusakan yang terjadi di daratan tidak begitu besar.
2. Jenis-Jenis Gempa Bumi
a. Berdasarkan intensitasnya
Berdasarkan intensitasnya, gempa bumi dibagi menjadi dua macam, yaitu
sebagai berikut:
1) Makroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui
tanpa alat.
2) Mikroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya
dapat diketahui dengan menggunakan alat.
b. Berdasarkan penyebabnya
G
Berdasarkan penyebabnya, gempa bumi dibagi menjadi empat macam, yaitu
sebagai berikut:
1) Gempa Tektonik
Gempa tektonik disebabkan adanya kegiatan tektonik lempeng. Gempa
bumi ini terjadi di zona batas antarlempeng dan patahan, yaitu sirkum
Mediterania (termasuk Balkan, Iran, India, dan Indonesia) dan sirkum
Pasifik (termasuk Jepang, Filipina, Cile, dan Amerika Tengah). Gempa ini
sering mengakibatkan perpindahan tanah, sehingga gempa ini disebut
gempa dislokasi. Bahaya gempa ini relatif besar karena tanah dapat terjadi
pelipatan atau bergeser. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar
dan sebarannya meliputi daerah sangat luas. Kekuatan gempa tektonik
dapat mencapai 9 skala richter.
2) Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas gunung api.
Gempa ini terjadi baik sebelum, selama, atau setelah peletusan gunung api.
Gempa ini hanya terjadi di daerah gunung api. Jika gunung api akan
meletus, timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawahnya yang
menyebabkan terjadinya getaran yang disebut gempa vulkanis. Dalam
banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului terjadinya erupsi gunungapi,
tetapi lebih sering terjadi dalam waktu bersamaan. Getaran gempa vulkanik
lebih terasa jika dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa
di daerah yang lebih luas.
3) Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan adalah gempa yang terjadi akibat runtuhan batuan,
biasanya terjadi di daerah kapur atau terowongan bawah tanah akibat
kegiatan penambangan. Pada daerah kapur, runtuhan dipengaruhi oleh
proses pelarutan. Runtuhan yang besar dapat mengakibatkan getaran yang
kuat dan bersifat lokal.
4) Gempa Tumbukan
Gempa tumbukan terjadi akibat meteor yang menabrak bumi. Salah satu
contohnya adalah meteor yang jatuh di Rusia pada tahun 1908. Akibatnya
adalah terjadi lubang yang sangat besar menyerupai sebuah kawah.
c. Berdasarkan letak hiposentrum
Berdasarkan penyebabnya, gempa bumi dibagi menjadi empat macam, yaitu
sebagai berikut:
1) Gempa Bumi Dalam
Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum lebih dari 300 km. Letak
hiposentrum yang dalam mengakibatkan gempa ini tidak begitu
mengguncang permukaan bumi. Contohnya adalah gempa yang pernah
terjadi di bwah Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Sulawesi.
2) Gempa Bumi Menengah
Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum antara 100-300 km. Contoh
gempa ini pernah terjadi di selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Teluk Tomini. Gempa bumi ini biasanya menyebabkan kerusakan ringan.
3) Gempa Bumi Dangkal
Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum kurang dari 100 km. Gempa
bumi ini berbahaya sebab dapat menimbulkan kerusakan besar, seperti
yang terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah pada bulan Mei tahun
2006.
3. GELOMBANG SEISMIK
Proses perambatan gelombang gempa bumi terjadi melalui tiga macam gelombang,
yaitu sebagai berikut:
a. Gelombang Longitudinal, yaitu gelombang yang merambat dari sumber gempa
ke segala arah, dengan kecepatan 7-14 km per detik. Gelombang inilah yang
pertama dicatat oleh seismograf dan yang pertama kali dirasakan orang di
daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer.
b. Gelombang Transversal, yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang
primer dengan kecepatan 4-7 km per detik, dinamakan juga gelombang
sekunder.
c. Gelombang Panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang
merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 3,5-3,9 km per detik.
Gelombang inilah yang paling banyak menimbulkan kerusakan.
Gambar 1. Ilustrasi gelombang seismik
4. PENGUKURAN GEMPA BUMI
Hal-hal terkait dengan gempa bumi perlu diselidiki agar akibat yang terjadi dapat
diperhitungkan dan upaya mitigasi bencana gempa dapat dilakukan. Ilmu yang
mempelajari gempa bumi, gelombang-gelombang seismik, serta perambatannya
disebut seismologi.
Dalam kajian seismologi diperlukan berbagai alat. Salah satu alat yang terpenting
adalah seismograf atau alat pencatat gempa. Terdapat dua macam seismograf
yaitu sebagai berikut:
a) Seismograf horizontal adalah seismograf yang mencatat getaran bumi pada
arah horizontal.
b) Seismograf vertikal adalah seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
vertikal.
a. seismograf vertikal b. seismograf horizontal
Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik
dicatat oleh seismograf dengan menggunakan skala Richter. Pada tahun 1935,
Charles Francis Richter, seorang seismolog dan fisikawan asal Amerika,
mengembangkan skala magnitudo Richter untuk mengukur dan membandingkan
kekuatan serta intensitas gempa secara matematis. Intensitas gempa merupakan
ukuran pengaruh gempa bumi terhadap manusia dan benda-benda. Gambaran
kekuatan gempa berdasarkan skala Richter dapat diamati pada tabel 1.
Tabel 1. Skala Richter
Magnitudo Karakteristik
0-2,9
Tidak terasa oleh manusia tetapi dapat direkam oleh
seismograf lokal.
3-3,9 Gempa kecil, terasa oleh manusia.
4-4,9
Gempa ringan, merusak beberapa benda, dapat
direkam oleh seismograf sensitif di seluruh dunia.
5-5,9 Gempa sedang, merusak banyak benda.
6-6,9
Gempa kuat, mengakibatkan kerugian miliaran dolar,
mengakibatkan korban jiwa.
7-7,9
Gempa besar, mengakibatkan kerugian ekonomi
berjumlah sangat besar, mengakibatkan banyak
korban jiwa.
Diatas 8
Gempa sangat besar, mengakibatkan kehancuran
massal, mengakibatkan banyak sekali korban.
Sumber : K. Wardiyatmoko (2013: 181)
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini telah ditemukan
beberapa cara untuk mengetahui pusat gempa. Beberapa cara itu antara lain
sebagai berikut:
1) Menggunakan hasil pencatatan seismograf, yaitu seismograf vertikal,
seismograf horizontal yang berarah utara-selatan, dan seismograf horizontal
yang berarah timur-barat. Dengan ketiga seismograf tersebut, letak episentrum
dapat diketahui.
2) Menggunakan tiga tempat yang terletak dalam satu homoseista. Pada peta,
ketiga tempat yang terletak dalam satu homoseista itu dihubungkan, kemudian
ditarik garis sumbu pada garis yang menghubungkan tempat-tempat
pencatatan.
3) Menggunakan tiga tempat yang mencatat jarak episentrum. Cara ini
menggunakan rumus Laska, yaitu:
∆ = {(𝑆 − 𝑃) − 1} 𝑥 1 𝑚𝑒𝑔𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Δ = jarak episentrum dengan pencatat gempa
S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dan sekunder, dalam
satuan menit
1 megameter = 1.000 km
5. PENGARUH GEMPA BUMI TERHADAP KEHIDUPAN
Di permukaan bumi dampak gempa bumi dipengaruhi oleh kekuatan
gempa. Kerusakan berat timbul dari gempa berkekuatan tinggi. Banyak
bangunan hancur, rata dengan tanah, korban pun banyak berjatuhan. Gempa
tidak hanya memberikan dampak bagi lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan
sosial masyarakat karena gempa dapat menjadi salah satu bencana yang harus
diwaspadai. Gempa bumi juga menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya
tsunami. Kondisi yang menyebabkan tsunami antara lain gempa berkekuatan
besar (lebih dari 6 SR, pusat gempa di dasar laut dengan pusat gempa yang
dangkal), dan adanya dislokasi kerak bumi bawah laut.
Selain memberikan dampak negatif, gempa bumi juga memberikan
pengaruh positif. Gempa menjadikan kemajuan teknologi semakin pesat terutama
dalam penemuan alat pendeteksi gempa. Gempa juga memberikan pengaruh
positif di bidang pariwisata terutama tepat di lokasi terjadinya gempa. Hal ini
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar lokasi tersebut. Setelah
terjadi gempa, manusia juga mengambil hikmah di balik peristiwa tersebu karena
menjadikan manusia lebih peduli terhadap sesamanya dan meningkatkan
kewaspadaan jika terjadi gempa.
E. PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN
1. Pengertian Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar yang berpengaruh
terhadap relief permukaan bumi. Agen pembentuk tenaga eksogen berupa: air,
angin, organisme, sinar matahari, dan es.
Yang termasuk tenaga eksogen meliputi:
a. Pelapukan
Pelapukan adalah perusakan batuan akibat pengaruh cuaca,
temperatur, air, atau organisme. Adanya perbedaan temperatur
berpengaruh sangat besar terhadap batuan. Batuan akan menjadi lapuk
dan terurai. Pelapukan hanya terdapat pada lapisan bumi bagian luar.
Ketebalan lapisan kulit bumi yang mengalami pelapukan ditentukan oleh
besar pengaruh faktor-faktor penyebabnya.
Proses pelapukan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Pelapukan Fisis (Mekanis)
Pada pelapukan jenis ini, batuan akan mengalami perusakan fisik.
Batuan berukuran besar menjadi kecil dan batuan berukuran kecil
menjadi halus. Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanis karena
prosesnya berlangsung secara mekanis.
Pelapukan fisis terjadi karena hal-hal sebagai berikut.
1) Perbedaan temperatur
yang besar.
2) Membekunya air
tanah atau air hujan
dalam pori-pori
batuan.
3) Mengkristalnya air
garam. Jika air tanah
mengandung garam
pada suhu tinggi air
akan menguap dan
garam mengkristal.
Kristal-kristal garam
berbentuk tajam dan
dapat merusak lapisan
batuan di sekitarnya.
4) Erosi di daerah
pegunungan.
Gambar 1. Rusaknya batuan karena
pengaruh mencoloknya perbedaan
temperatur siang dan malam. (Sumber :
http://www.ebiologi.com/2016/03/macam-
macam-pelapukan-dan-contohnya.html )
b. Pelapukan Organis
Pelapukan
jenis ini
disebabkan
oleh
organisme
bakteri,
jamur,hewan
atau
tumbuhan.
Hewan yang
dapat
menimbulkan
pelapukan
Gambar 2. Perusakan Batuan yang disebabkan oleh
tumbuhan (Sumber:
http://zonangelmu.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-
dan-jenis-jenis-pelapukan.html )
antara lain
cacing tanah
dan serangga.
Pelapukan
yang
disebabkan
oleh
tumbuhan
dapat bersifat
organis dan
kimiawi.
Pelapukan organis berupa penjalaran akar tumbuhan di dalam
tanah yang dapat merusak batuan di sekitarnya. Pelapukan kimiawi
terjadi akibat asam-asam yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan ketika
mengisap garam mineral. Asam-asam ini bersifat merusak batuan
sehingga mendorong terjadinya pelapukan.
c. Pelapukan Kimiawi
Pada pelapukan kimiawi batuan mengalami perubahan secara
kimiawi. Pelapukan ini terjadi akibat pengaruh air dan didorong oleh
temperatur yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (zat asam
arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO3). Peristiwa
pelarutan ini menimbulkan adanya gejala-gejala karst.
Terdapat berbagai macam gejala karst, antara lain sebagai berikut:
Gambar 3. Stalagtit dan stalagmit (Sumber :
http://geograph88.blogspot.co.id/2016/01/perbedaanstal
aktit-dan-stalagmit.html )
Pelapukan yang banyak terjadi di Indonesia adalah
pelapukan kimiawi. Hal ini disebabkan tingginya curah
hujan. Air hujan memudahkan terjadinya pelapukan
kimiawi.
1) Dolina
2) Gua
dan
sungai
di
dalam
tanah
3) Stalagti
t dan
stalagm
it
d. Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami (aliran air,
angin, atau es). Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari
suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada
suatu tempat lain. Berdasarkan penyebabnya, ada empat macam erosi,
yaitu sebagai berikut:
1) Erosi Air
Gerakan air, baik yang di permukaan tanah maupun di dalam
tanah, dapat menyebabkan erosi. Semakin cepat gerakan air tersebut,
proses terkikisnya tanah akan semakin cepat. Lembaga United States
Department of Agriculture (USDA) atau Departemen Pertanian Amerika
Serikat membuat rumusan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
erosi tanah. Faktor-faktor tersebut terdiri atas curah hujan, erodibilitas
tanah (kepekaan tanah terhadap erosi), panjang lereng, kemiringan
lereng, tutupan vegetasi dan manajemen penggunaan lahan. Erosi
batuan oleh air mengalami empat tingkatan, yaitu:
2) Erosi percik.
Gambar 4. Erosi Percik (Sumber :
http://www.panoramio.com/photo/65770 )
Biasanya disebabkan oleh percikan air hujan. Erosi ini terjadi
ketika butiran air hujan mengenai permukaan tanah. Butiran air
yang menumbuk permukaan tanah bercampur dengan tanah dan
menjadi lumpur. Lumpur tersebut kemudian terlepas dari
permukaan tanah dan terlempar menjauh. Proses ini terjadi terus-
menerus selama hujan sehingga banyak butiran tanah yang terlepas
dan berpindah ke tempat lain.
3) Erosi lembar
Gambar 5. Erosi Lembar (Sumber :
https://www.qld.gov.au/environment/land/soil/erosion/types/ )
Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah
yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Pada
tahap ini, lapisan paling atas tanah yang terdiri dari bahan humus
hilang terkikis oleh air. Ciri-ciri tanah yang mengalami hal ini adalah
sebagai berikut:
 Air yang mengalir berwarna keruh hingga cokelat.
 Warna tanah pucat karena hilangnya humus.
 Tingkat kesuburannya rendah.
4) Erosi alur
Gambar 6. Erosi Alur
(Sumber : http://projects.inweh.unu.edu/kmland/display)
Erosi alur (rill erosion) terjadi karena air terkonsentrasi dan
mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah sehingga
pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut.
Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan
dengan pengolahan tanah.
5) Erosi parit
Gambar 7. Erosi Parit (Sumber :
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2551912/Severe-soil-
erosion-causes-5ft-gullies-field-without-crops-prior-heavy-winter-
rain.html )
Erosi parit (gully erosion) terjadinya sama dengan erosi alur,
tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah demikian dalamnya
sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Erosi parit yang baru terbentuk berukuran sekitar 40cm lebarnya
dengan kedalaman sekitar 25cm. Erosi parit yang telah lanjut dapat
mencapai 30 meter dalamnya.
Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan
erosi substratanya. Bentuk V adalah bentuk yang ada pada
umumnya, tetapi pada daerah yang substratanya mudah lepas yang
umumnya berasal dari batuan sedimen maka akan berbentuk U.
Tanah-tanah yang telah mengalami erosi parit sangat sulit untuk
dijadikan tanah pertanian. Di antara kedua bentuk di atas bentuk U
lebih sulit diperbaiki dari pada bentuk V.
6) Erosi tebing sungai
Gambar 8. Erosi di tebing sungai (Sumber:
https://socialeone.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-dan-jenis-
erosi.html )
Erosi tebing sungai terjadi sebagai akibat pengikisan tebing oleh
air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air
yang kuat pada kelokan sungai. Erosi tebing akan lebih hebat terjadi
jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan
pengolahan tanah terlalu dekat dengan tebing.
Erosi juga dapat terjadi di sepanjang aliran sungai. Air sungai
yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah yang
dilaluinya. Gesekan itu besar bila debit dan volume airnya besar.
Gesekan air menimbulkan pengikisan, karena air sungai banyak
mengangkut benda-benda padat. Air yang tenang tidak menimbulkan
gesekan dan pengikisan. Syarat dari pengikisan adalah air sungai
harus mengalir dan mengangkut material padat. Akibat pengikisan
oleh aliran air sungai, terbentuklah lembah-lembah, ngarai, dan
jurang.
7) Erosi Angin (korosi)
Gambar 9. Hasil bentukan erosi angin di Gumuk Pasir, Parangtritis
Erosi angin biasanya terjadi di wilayah gurun pasir. Pasir-pasir yang
terkena angin akan diendapkan di tempat lain dan membentuk bukit
pasir dan gelombang-gelombang pasir. Jika angin bersama pasir
mengikis batu-batuan yang dilaluinya, akan terbentuk batu cendawan
di gurun pasir.
Gambar 10. Batuan yang terkikis oleh angin membentuk batu jamur
(Sumber : http://vibizmedia.com/2015/09/14/batu-jamur-di-barat-
daya-kairo/ )
8) Erosi Air Laut (Abrasi)
Erosi air laut juga
disebut dengan abrasi.
Abrasi merupakan
perusakan atau pengikisan
batuan yang ada di pantai
akibat terpaan gelombang
air laut yang terus menerus
terhadap dinding pantai.
Material-material yang
terkikis akan dibawa ke
tempat lain di sekitarnya
atau ke arah laut.
Gambar 11. Pengikisan yang disebabkan
oleh gelombang air laut
9) Erosi Glasial
Gambar 12. Erosi Glasial (Sumber : https://phys.org/news/2015-10-
scientists-formula-glacial-erosion.html )
Erosi glasial merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gerakan
lapisan es atau karena pencairannya menuruni pegunungan. Hasil
pengikisan batuan terseret ke bawah dan ketika tenaga pengangkut
melemah, maka material-material akan terendapkan.
Beberapa pengaruh erosi adalah sebagai berikut:
a. Terhadap sungai (erosi air)
1) Hulu sungai
Di hulu, air sungai mengalir deras karena gradien dasar sungai
besar. Erosi pada dasar sungai lebih besar daripada erosi bagian
tepi. Akibatnya sungai menjadi dalam dan dasar sungai berbentuk
seperti huruf V.
2) Bagian tengah sungai
Di bagian tengah, dasar sungai sudah melandai. Kecepatan aliran
air sungai sudah berkurang. Benda-benda padat yang besar mulai
diendapkan. Pengendapan itu terjadi terutama di bagian tepi sungai.
Garis arus mulai membelok sehingga erosi pada bagian tepi sungai
menjadi besar. Akibatnya, sungai mulai membelok dan belokan ini
makin lama makin besar. Jika batuan dasar sungai homogen, tidak
mudah gugur, dan tidak ada batu-batu besar, akan berbentuk
meander. Meander adalah kelokan sungai ke kiri dan ke kanan
secara berurutan dan ada pula belokan yang membentuk sudut 180o
(arah aliran sungai berkebalikan. Meander kebanyakan terdapat di
hilir sungai karena memenuhi syarat-syarat terjadinya meander.
3) Hilir sungai
Dasar sungai di bagian hilir berbentuk datar. Air sungai mengalir
lambat sekali atau hampir tidak mengalir. Benda-benda yang
diangkut banyak diendapkan, terutama pada muara sungai.
Akibatnya, terbentuk sejenis pulau kecil yang disebut delta. Delta
tidak terbentuk bila perbedaan antara pasang surut air laut besar,
dataran muara sungai mengalami penurunan, dan terdapat arus
kencang atau gelombang besar.
b. Terhadap relief permukaan bumi
Akibat pengaruh erosi, gunung-gunung yang tinggi menjadi rendah.
Puncak-puncak gunung yang semula tajam menjadi bulat. Jurang-
jurang yang dalam makin lama makin dangkal akibat erosi pada tebing
dan lereng gunung. Dataran-dataran tinggi menjadi rendah akibat
pengikisan, dan dataran rendah menjadi tinggi karena endapan tanah.
Pada akhirnya, terbentuklah kenampakan muka bumi yang disebut
peneplain.
c. Terhadap tanah pertanian
Erosi dapat memiliki dua macam pengaruh terhadap tanah pertanian.
Pengaruh itu ditentukan oleh jenis erosi. Kedua pengaruh tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Pengaruh buruk, terjadi bila tanah yang tererosi lebih banyak dari
tanah yang terbentuk akibat pelapukan. Erosi menyebabkan tanah
menjadi tandus.
2) Pengaruh baik, terjadi apabila jumlah tanah yang tererosi seimbang
dengan jumlah tanah yang terbentuk oleh pelapukan.erosi semacam
ini menjaga kesuburan.
Umumnya erosi berpengaruh buruk terhadap tanah pertanian.
b. Mass Wasting
Gambar 13. Tanah Longsor (Sumber :
http://wizamisasi.com/penyebab-tanah-longsor/ )
Mass Wasting atau pergerakan masa batuan merupakan gerakan
serpihan batuan hasil pelapukan dan sedimen yang menuruni lereng
karena pengaruh gravitasi. Peristiwa mass wasting dapat mengubah
bentang alam, terutama jika terjadi dalam skala besar. Salah satu
contohnya adalah tanah longsor.
Fenomena mass wasting dapat terjadi akibat kombinasi beberapa
beberapa faktor yaitu,
 Kemiringan lereng
Semakin besar kemiringan lereng dan semakin rendah gaya gesek pada
lereng tersebut, semakin besar kemungkinan terjadi mass wasting.
 Pengaruh gravitasi
Semakin besar kemiringan lereng, semakin besar pula komponen
gravitasi yang bekerja sejajajar lereng sehingga benda-benda semakin
cenderung menuruni lereng.
 Pengaruh air
Keberadaan air di antara butiran batuan atau tanah dapat mengurangi
kekohesifan antar material sehingga mudah terurai. Keberadaan air
juga dapat menambah beban pada lereng sehingga material batuan dan
tanah menjadi tidak stabil.
Jenis-jenis mass wasting antara lain adalah rayapan tanah, aliran
tanah, aliran lumpur, tanah longsor, dan batu longsor. Penjelasan untuk
tiap fenomena tersebut adalah sebagai berikut:
 Rayapan tanah (soil creep)
Rayapan tanah adalah proses gerakan tanah yang sangat lambat.
Proses ini ditandai dengan pembengkokan lapisan batuan, tiang
telepon, pagar, monumen menjadi miring, dan dinding bangunan retak.
 Aliran tanah (earthflow)
Aliran tanah umumnya terjadi pada wilayah beriklim lembab dengan
lereng curam. Fenomena ini terjadi dalam beberapa jam dan
menghasilkan timbunan material berbentuk seperti undakan.
 Aliran Lumpur (mudflow)
Fenomena ini berupa lumpur yang mengalir menuruni lereng pada
daerah perbukitan atau pegunungan. Aliran lumpur dapat terjadi pada
perbukitan atau pegunungan. Aliran lumpur dapat terjadi pada
perbukitan di gurun pasir saat hujan deras. Aliran lumpur juga dapat
terjadi pada gunung api yang baru meletus. Prosesnya dipengaruhi oleh
hujan yang membawa abu dan debu vulkanik sisa letusan.
 Tanah Longsor (landslide)
Tanah longsor adalah masa batuan yang meluncur dengan cepat ke
bawah dengan sedikit atau tanpa aliran material. Terdapat dua bentuk
utama tanah longsor, yaitu longsoran batu (rockslide) dan runtuhan
tanah (slump). Longsoran batu berupa massa batuan induk yang
meluncur turun pada bidang miring yang rata, seperti patahan. Di sisi
lain, runtuhan tanah adalah massa batuan yang meluncur turun pada
bidang miring yang cekung.
 Guguran Batu (rockfall)
Proses mass wasting yang paling cepat adalah guguran batu.
Fenomena ini berupa massa batuan yang menggelinding atau jatuh
bebas dari sebuah tebing curam. Ukuran batu yang gugur dapat
bervariasi mulai dari batu kecil hingga batu sebesar rumah.
c. Pengendapan / Sedimentasi
Material yang
terbawa erosi akan
mengendap setelah
menempuh jarak
tertentu, karena
tenaga
pengangkutnya
semakin berkurang.
Semua hasil
pelapukan batuan
yang mengendap
lama kelamaan
menjadi batuan
sedimen. Batuan
sedimen dapat
diklasifikasikan
berdasarkan tenaga
alam yang
mengangkutnya dan
tempat
pengendapannya
sebagai berikut:
Gambar 13. Kipas Aluvial (Sumber :
http://pinterdw.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-
kipas-aluvial-alluvial-fan.html )
a. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya:
1) Sedimen aquatis, yaitu sedimen yang terbawa oleh air.
2) Sedimen aeolis, yaitu sedimen yang terbawa oleh angin.
3) Sedimen marine, yaitu sedimen yang terbawa oleh air laut.
4) Sedimen glasial, yaitu sedimen yang terbawa oleh gletser (es).
b. Berdasarkan tempat pengendapannya:
1) Sedimen fluvial, yaitu sedimen yang mengendap di sungai.
2) Sedimen terestris, yaitu sedimen yang mengendap di darat.
3) Sedimen limnis, yaitu sedimen yang mengendap di danau atau rawa.
4) Sedimen marine, yaitu sedimen yang mengendap di laut.
5) Sedimen glasial, yaitu sedimen yang mengendap di daerah es.
2. Pengaruh Tenaga Eksogen terhadap Kehidupan
1. Pengaruh positif dari adanya tenaga eksogen:
a. Aktivitas pelapukan dapat menghasilkan bentuk muka bumi yang indah
dan menjadi obyek wisata, contoh: Grand Canyon di Amerika Serikat.
b. Pelapukan di daerah kapur dapat membentuk goa-goa yang mempunyai
stalagtit dan stalagmit yang dapat menjadi tujuan wisata, contoh : Goa
Gong di Pacitan, Jawa Timur.
c. Angin membawa pasir dan butiran tanah subur ke tempat lain sehingga
tempat tersebut menjadi subur.
d. Air sungai membawa endapan tanah yang subur menuju hilir sehingga
daerah hilir sungai menjadi subur.
2. Pengaruh negatif dari adanya tenaga eksogen:
a. Menyebabkan pelapukan batuan di bumi.
b. Rusaknya lapisan kulit bumi karena erosi (pengikisan) baik oleh air
hujan atau air yang mengalir deras.
c. Rusaknya lapisan kulit bumi karena erosi angin yang membawa material
tanah di daerah permukaan yang gundul.
d. Terjadinya erosi di pantai yang tidak terlindung hutan bakau akibat
ombak yang besar (abrasi).
e. Gunung es mencair karena panas matahari yang terik dan terjadi erosi
es (glasiasi). Hal ini menyebabkan es mencair dan air masuk ke sungai
hingga menimbulkan banjir.
f. Erosi yang terjadi secara besar-besaran dapat menyebabkan hilangnya
kesuburan tanah.
g. Hasil-hasil erosi yang diendapkan (sedimentasi) di muara-muara sungai
menyebabkan pendangkalan di muara sungai, akibatnya sungai menjadi
mudah mengalami banjir ketika musim hujan. Hal ini terjadi karena
arus sungai yang mengalir mengalami hambatan di muara sungai.
h. Abrasi yang terus-menerus terjadi mengakibatkan garis pantai makin
maju ke arah daratan, sehingga banyak rumah di pantai yang hancur
karena terdampak abrasi.
F. PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH
A. PEMBENTUKAN TANAH
1. Pengertian Tanah
Pedosfer adalah lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari
lithosfer. Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Tanah (Soil) adalah kumpulan dari
benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Tanah merupakan media
tumbuhnya tanaman.
Tanah tersusun dari beberapa komponen. Komponen tanah pada setiap
tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca, iklim, dan
campur tangan manusia. Komponen utama penyusun tanah adalah sebagai
berikut:
a. Bahan mineral (45%), berasal dari pelapukan secara mekanis dan diteruskan
oleh proses kimiawi yang pada akhirnya membentuk mineral pembentuk tanah
yang terdiri atas mineral primer dan sekunder. Mineral primer adalah mineral
yang berasal langsung dari batuan yang lapuk. Mineral primer umumnya
terdapat dalam fraksi pasir dan debu. Contoh mineral primer adalah Mg, Fe, K,
Ca, P, dan Na. Mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk
selama proses pembentukan tanah berlangsung. Mineral sekunder umumnya
terdapat dalam fraksi liat. Contoh mineral sekunder yaitu Al oksida dan Fe
oksida.
b. Bahan organik (5%), berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, dan
mikroorganisme yang mengalami pelapukan. Bahan organik dalam tanah terdiri
dari bahan organik kasar dan bahan organik halus/ humus. Humus merupakan
senyawa yang resisten berwarna hitam atau coklat, mempunyai daya menahan
air, dan unsur hara yang tinggi. Tanah yang banyak mengandung humus adalah
tanah lapisan atas (top soil).
c. Udara (25%) yang terdapat dalam tanah tidak sama dengan yang terdapat pada
atmosfer. Udara yang berada dalam tanah selalu tetap termasuk
kelembapannya.
d. Air (25%) terdapat dalam tanah karena ditahan/ diserap oleh masa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena drainase yang kurang baik.
2. Faktor Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i,o,b,t,w)
Keterangan:
T : tanah b : bahan induk
f : faktor t : topografi
i : iklim w : waktu
o : organisme
Gambar Faktor-faktor utama pembentuk tanah
Penjelasan dari tiap-tiap faktor sebagai berikut:
1. Bahan induk
Bahan induk pembentuk tanah adalah hasil pelapukan batuan. Bahan
induk pembentuk tanah berasal dari bahan induk residual dan angkutan.
Bahan induk residual berasal dari tempat dimana tanah itu berada, sedangkan
bahan induk angkutan berasal dari tempat lain yang diangkut oleh air, angin, es
atau grafivitasi. Bahan induk juga merupakan salah satu faktor penentu sifat
tanah, contohnya tanah yang berasal dari pelapukan batu pasir akan memiliki
sifat berpasir.
2. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah
terutama ada dua yaitu:
a. Suhu atau temperatur berpengaruh pada proses pelapukan bahan induk.
Apabila perbedaan suhu siang-malam tinggi, maka proses pelapukan akan
berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
Waktu
Bahan induk
Topografi
Iklim
Organisme
b. Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah.
Pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah).
3. Organisme
Aktivitas hewan dan tumbuhan serta dekomposisi sisa jasad hewan dan
tumbuhan turut mempengaruhi pembentukan tanah. Contohnya
mikroorganisme juga membantu pembentukan tanah dengan menguraikan
materi organik dan melarutkan mineral. Hewan-hewan penggali lubang yang
tinggal di dalam tanah mempengaruhi kondisi perlapisan tanah.
4. Topografi
Toprogafi atau bentuk muka bumi terkait dengan keberadaan air dan
suhu. Topografi suatu daerah mempengaruhi jumlah air hujan yang dapat
diserap oleh tanah, kedalaman air tanah, gerakan air, kondisi drainase dan
permukaan air tanah (ground water table) dan erosi tanah. Akumulasi bahan
organik biasanya terjadi pada tanah-tanah tergenang. Warna tanah pada daerah
rendah berubah dari kuning kemerahan dan coklat (drainase baik) menjadi
kelabu (drainase jelek).
5. Waktu
Faktor waktu berpengaruh dengan tingkat perkembangan tanah. Kondisi
ideal lapisan tanah, umumnya terbentuk dalam kurun waktu 200 tahun. Mohr
dan van Baren telah memperkenalkan bahwa ada 5 fase yang terlibat dalam
perkembangan tanah-tanah tropis,yaitu:
a. Fase pemula : bahan induk belum dilapuki,
b. Fase juvenil : pelapukan mulai terjadi, namun sebagian besar bahan aslinya
belum dilapuki,
c. Fase viril : kebanyakan mineral mulai pecah-pecah, kandungan liat
meningkat, dan pelapulan msh berjalan lambat,
d. Fase senil : dekomposisi tiba pada fase akhir, hanya mineral-mineral yang
tahan lapuk yang masih bertahan,
e. Fase akhir : perkembangan tnh telah sempurna dan telah melapuk menurut
kondisinya.
Gambar1.ase Perkembangan Tanah
3. Proses Pembentukan Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batu-batuan menjadi bahan induk
tanah yang disebabkan oleh pengaruh iklim dan organisme. Proses pembentukan
tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan
kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah
komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah,
tetapi sebagai bahan tanah (REGOLITH) karena masih menunjukkan struktur
batuan induk. Proses pelapukan yang berlangsung pada batuan diikuti oleh proses
percampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah,
pembentukan struktur, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah yang menghasilkan horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-
lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah.
a. Karakteristik Tanah
Sifat fisik tanah yang dapat diamati adalah sebagai berikut:
1. Keasaman tanah
Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki sifat netral, yaitu pH antara
6,0- 7,0. Tanah yang memiliki pH kurang dari 6,0 bersifat asam, sedangkan
bila lebih dari 7,0 bersifat basa.
2. Warna
Warna setiap jenis tanah berbeda-beda sesuai dengan kandungan mineral
dan bahan organik. Semakin gelap warna tanah, maka tingkat
kesuburannya semakin baik. Urutan warna tanah berdasarkan tingkat
kesuburannya dari yang tertinggi adalah hitam, coklat, karat, merah, abu-
abu, kuning, dan putih.
3. Tekstur
Tekstur tanah adalah ukuran partikel tanah, yaitu pasir, debu, dan liat.
Tanah bertekstur liat bersifat lengket dan menyerap banyak air sehingga
sulit untuk diolah. Tanah yang cocok untuk pertanian adalah tanah yang
mempunyai perbandingan pasir, debu, dan lempung yang hamper seimbang.
4. Struktur tanah
Struktur tanah adalah ikatan butiran-butiran pasir, debu, dan liat, sehingga
membentuk suatu gumpalan, seperti berbutir, kubus, lempeng, remah, dan
prisma.
5. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Tanah
pasir memiliki pori-pori lebih kasar daripada tanah liat, sehingga sulit untuk
menahan air. Akibatnya, tanaman pada tanah pasir menjadi kekeringan.
6. Konsistensi tanah
Sifat tanah ini berpengaruh pada pengolahan tanah yang akan dilakukan
oleh manusia. Tanah dapat dibedakan menjadi tanah gembur dan tanah
teguh pada saat tanah dalm kondisi basah. Tanah pada saat kering dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu tanah lunak dan keras.
b. Struktur Lapisan Tanah
Gambar: Profil tanah
Lapisan-lapisan tanah pada profil tanah disebut horizon. Sebuah horizon
tanah merupakan penampang melintang dari permukaan tanah hingga ke bahan
induk tanah. Horizon tanah meliputi:
1) Horizon O, horizon ini dapat kita temukan pada tanah-tanah hutan yang belum
terganggu. Pada lapisan ini terdapat banyak akar tanaman dan jasad tumbuhan
dan hewan. Horizon O, merupakan horizon organik yang terbentuk di atas
lapisan tanah mineral. Lapisan ini berwarna gelap dan kaya akan humus
merupakan lapisan permukaan.
2) Horizon A, horizon ini terdiri atas campuran bahan organik dan bahan mineral.
Horizon A merupakan horizon yang mengalami pencucian. Pada lapisan ini
merupakan eluviasi yang masih mempunyai banyak humus. Lapisan ini
berwarna keabu-abuan dan lebih pucat. Warna pucat tersebut akibat banyaknya
kandungan mineral yang hanyut bersama air hujan.
3) Horizon E, horizon ini terdiri atas lapisan bawah permukaan yang telah
kehilangan sebagian besar kandungan mineralnya karena terjadi eluviasi atau
pencucian mineral.. Eluviasi menyebabkan tanah berwarna pucat. Horison
mineral dengan sifat utama terjadi pencucian liat, Fe, Al, atau kombinasinya,
bahan organik, dan lain-lain; sehingga tertinggal pasir dan debu, dan umumnya
berwarna pucat. Warna tersebut lebih terang daripada horison A di atasnya dan
horison B di bawahnya.
4) Horizon B, pada lapisan ini partikel dan liat yang tercuci dari horizon E
terakumulasi. Proses akumulasi mineral hasil pencucian ini disebut iluviasi.
Hanya terdapat sedikit materi organik pada lapisan ini.
5) Horizon C, horizon ini tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit
pelapukan dan bersifat tidak subur. Horizon C adalah bahan endapan, saprolit,
batuan yang tidak padu (unconsolidated), dan bahan geologi yang agak keras
tetapi dapat hancur bila direndam dalam air selama 24 jam, sedangkan bila
lembab dapat digali dengan cangkul. Pada lapisan ini merupakan lapisan tanah
terbawah yang terdiri atas bahan induk tanah seperti batuan dasar yang
melapuk atau sedimen yang belum memadat.
6) Horizon R, horizon ini tersusun atas batuan keras yang belum terlapukkan.
Lapisan ini merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat pejal
dan belum mengalami pelapukan.
B. PERSEBARAN JENIS TANAH
1. KLASIFIKASI TANAH
Ada berbagai sistem klasifikasi tanah yang ada didunia, tetapi ada
dua sistem yang terkenal dan diterapkan secara luas yaitu :
1. Sistem klasifikasi tanah USDA atau dikenal dengan Soil
Taxonomy
2. Sistem FAO/UNESCO yang dikenal dengan sistem World
Referrence Base for Soil (WRB)
Sistem klasifikasi tanah Indonesia lebih dikenal dengan nama
sistem L.P.T/ Puspetan, yang didasarkan pada sistem USDA lama.
Dalam perkembangan selanjutnya mengalami beberapa klai
modifikasi dan penyempurnaan sampai diterbitkanya Term of
Referrence Tipe A, Pemetaan Tanah, (1980).
2. Jenis tanah
Satuan-satuan jenis tanah yang ada di Indonesia antara lain adalah :
1. Tanah Vulkanis
Tanah Vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang
dikeluarkan oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur karena
mengandung unsur hara atau mineral yang diperlukan tanaman.
Persebaran : Terdapat di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara.
Pemanfaatan : dipergunakan di daerah pertanian dan perkebunan. Tanah
Vulkanis terdiri dari dua jenis yaitu sebagai berikut :
a) Regosol
Dikategorikan sebagai tanah yang muda karena belum menunjukan adanya
perkembangan horizon tanah. Mempunyai ciri berbutir kasar, berwarna kelabu
hingga kuning, cocok untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan.
Persebaran : ada di lereng gunung api muda dan pada daerah beting dan
gumuk pasir pantai.
b) Andosol
Berasal dari bahan induk abu atau tuf gunung api. Cirinya berbutir halus,
tidak mudah tertiup angin, berwarna abu-abu, dan tanah ini sangat subur
sehingga cocok untuk pertanian.
Persebaran : Andosol banyak tersebar di daerah yang memiliki banyak gunung
berapi atau sering terjadi aktivitas vulkanik, mulai dari ujung sumatera hingga
ujung nusa tenggara dan sebagian kawasan sulawesi dan kepulauan maluku.
Sedangkan untuk pulau kalimantan, sangat jarang dijumpai tanah andosol
mengingat disana tidak banyak ditemukan gunung berapi dan berikut
beberapa lokasi penyebaran tanah andosol di Indonesia.
2. Tanah Aluvial
Berasal dari endapan lumpur yang dibawa aliran sungai. Tanah aluvial umumnya
subur karena kandungan air yang cukup. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian
hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.
Persebaran : tanah ini ada di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Jawa.
Pemanfaatan : Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi
maupun palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena
teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan
kerja yang keras untuk mencangkulnya.
3. Tanah Gambut atau Organosol
Tanah gambut berwarna coklat kehitaman berasal dari bahan induk organik,
biasanya dari hutan rawa atau rumput rawa. Memiliki kandungan air dan bahan
organik yang tinggi, PH juga tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan pada
umumnya kurang subur.
Persebaran : Kalimantan, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, dan Papua bagian
Selatan.
Pemanfaatan : Tanah gambut untuk persawahan, palawija, dan tanaman
perkebunan seperti karet dan kelapa.
4. Tanah Podsolik Merah-Kuning
Tanah ini terbentuk dari batuan kuarsa, tersebar didaerah beriklim basah tanpa
bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun dan jenis tanah ini
berwarna merah sampai kuning, bersifat asam sekali. Kandungan bahan organik
sedikit, dan kandungan unsur hara rendah.
Persebaran : Banyak ditemukan di Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Maluku,
dan Papua.
Pemanfaatan : tanah podsolik ini cocok untuk tanaman karet, pinus, dan akasia.
5. Mediterania Merah Kuning
Jenis tanah hasil pelapukan dari batuan kapur keras (limestone). Tanah ini
berwarna coklat hingga merah. Khusus tanah topografi karst merah kuning
didaerah topografi karst disebut “Terra Rossa”.
Penyebaran : Daerah beriklim subhumid, topografi karst pegunungan lipatan dan
lereng vulkan dengan ketinggian dibawah 400 m.
Pemanfaatan : Tanah ini bisa dimanfaatkan untuk tanaman jati dan palawija.
6. Tanah Litosol
Tanah litosol adalah jenis tanah berbatu dengan lapisan tanah yang tidak begitu
tebal. Tanah ini berasal dari jenis batuan-batuan keras yang belum mengalami
proses pelapukan secara sempurna sehingga sukar ditanami dan kandungan
unsur haranya sangat rendah.
Persebaran : Jenis tanah litosol banyak ditemukan dilereng gunung dan
pegunungan diseluruh Indonesia.
Pemanfaatan : Tanah litosol secara umum tidak bisa dimanfaatkan, hanya
sebagian kecil yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman pohon-pohon besar di
hutan, palawija, dan padang rumput.
7. Tanah Latosol
Tanah latosol merupakan jenis tanah tua, mengalami proses pelapukan lebih
lanjut. Jenis tanah latosol bersifat asam dan kandungan bahan organiknya
rendah hingga rendah.
Persebaran : Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Pemanfaatan : Tanah ini cocok untuk hutan hujan tropis.
8. Tanah Podsol
Tanah ini terbentuk karena pengaruh suhu rendah dengan curah hujan yang
tinggi, berwarna merah hingga kuning. Tanah podsol mengandung unsur hara
yang sangat miskin, tidak subur, dan sulit ditananami.
Persebaran : Tanah podsol banyak terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Kalimantan Tengah dan Papua.
Pemanfaatan : Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete.
9. Tanah Mergel
Tanah mergel hampir sama dengan tanah kapur, yang membedakan adalah ia
lebih mirip seperti pasir. Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan
tanah liat dan mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak
merata.
Persebaran : Tanah mergel terdapat di Kediri dan Madiun serta Nusa Tenggara.
Pemanfaatan : Tanah ini subur dan cocok dimanfaatkan untuk tanaman jati.
10. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah hasil pencucian karena pengaruh suhu rendah dan
curah hujan tinggi, mengakibatkan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh
tanaman larut dan meninggalkan sisa oksida besi dan alumunium berwarna merah
sehingga tanah ini tidak subur.
Persebaran : Tanah laterit terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan
Barat.
Pemanfaatan : untuk tanaman kelapa dan jambu mete.
11. Tanah Humus
Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-
tumbuhan. Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat subur. Tanah
ini memiliki unsur hara dan mineral yang banyak karena pelapukkan tumbuhan
hingga warnanya agak kehitam hitaman.
Persebaran : Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya
di Indonesia meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian
wilayah dari Sulawesi.
Pemanfaatan : Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena
kandungannya yang sangat subur dan baik untuk tanaman
G. PEMANFAATAN DAN KONSERVASI TANAH
Konservasi (pengawetan) tanah merupakan upaya pemanfaatan tanah dan
menerapkan kaidah-kaidah pengawetan agar tanah yang gunakan memberikan hasil
optimal dan lestari.
Tujuan konservasi tanah
a. Mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan aliran permukaan.
b. Memperbaiki tanah yang rusak.
c. Mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapai produksi yang
optimal dalam waktu tidak terbatas.
d. Meningkatkan produktivitas lahan usaha tani.
Metode yang digunakan dalam konservasi tanah dibagi menjadi tiga macam
metode yaitu:
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan
menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997).
Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya
erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan
organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi
temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk
antara lain: cover crop (penanaman penutup lahan). Berfungsi untuk menahan air
hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan
tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan
mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997). Teknik
konservasi secara vegetatif adalah yang paling lazim dilakukan pada awalnya
karena relatif mudah, murah serta efisien. Penanaman dengan jenis tanaman
tertentu dapat bermakna ganda, pada satu sisi menghasilkan komoditas ekonomi
tertentu sedang pada sisi lain bermakna pengawetan tanah (jujun sartohadi, dkk,
2013).
1) Penghijauan
Penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman
tahunan seperti akasia, angsana, flamboyant. Fungsinya untuk mencegah
erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran di
udara lapisan bawah.
2) Reboisasi
Penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras seperti
pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil
kayunya
3) Penanaman secara kontur (Contour Strip Cropping)
Yaitu menanami lahan searah garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini
sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8%
4) Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering)
Yaitu penanaman lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati,
cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh
air hujan, memperhambat erosi, dan memperkaya bahan organik tanah
5) Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping)
Yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris
(larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah
angin. Pada daerah yang hampir datar, jarak tanaman diperbesar. Sedangkan
pada daerah yang kemiringannya lebih dari 8% maka jarak tanamannya
dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi erosi dan mempertahankan
kesuburan
6) Penggiliran tanaman (cropp rotation)
Yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu
lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk
menjaga agar kesuburan tanah tetap terpelihara
b. Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan
menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi
tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi
erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya
pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap
tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan
tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan
sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
1) Pengelolaan tanah menurut garis kontur (contour village)
Yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat aliran air dan memperbesar resapan air
2) Pembuatan tanggul/guludan/pematang bersaluran
Yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar
air hujan dapat tertapung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat
ditanami palawija
3) Pembuatan teras (terrasering)
Yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan
lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng,
memperbesar resapan air dan mengurangi erosi. Pembuatan terras adalah
untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya
agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi
(Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk
mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan
dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah,
dengan demikian erosi berkurang.
4) Pembuatan saliran air (drainase)
Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang
menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat diperlambat atau mengatur
aliran air sampai ke sungai
c. Metode kimia
Maksud dari metode kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan
pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah.
Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba
tanah. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada
tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Kemantapan struktur tanah merupakan
salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
H. LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENYEDIAKAN DAN MEMANFAATKAN DATA
GEOLOGI DI INDONESIA.
a. Badan Geologi
Badan Geologi merupakan salah satu unit teknis di bawah Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral yang berlokasi di Jl. Diponegoro 57, Bandung
40122. Badan Geologi mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pelayanan
di bidang geologi. Badan Geologi juga mempunyai tugas yaitu penyusunan
kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pelayanan di bidang geologi,
Pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi, Pemantauan, evaluasi
dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi dan
pelaksanaan administrasi Badan Geologi.
Badan Geologi terdiri dari unit-unit Eselon II dibawahnya, yaitu:
1. Pusat Survei Geologi
2. Pusat Sumber Daya Geologi
3. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan
4. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Kelembagaan ini terbentuk antara tahun 2005 - sekarang bernama Badan
Geologi. Badan Geologi menyimpan sebagian besar dokumen hasil penyelidikan
mineral dan geologi dari berbagai pelosok wilayah Indonesia, berupa pustaka
(laporan, terbitan, peta) dan percontoh (batuan, mineral, fosil). Selain menyimpan
dokumen hasil penyelidikan dan pemetaan geologi, juga mewarisi dan merawat
semua dokumen hasil penyelidikan dan pemetaan geologi dan bahan tambang
yang dilakukan oleh lembaga - lembaga pendahulunya, mulai dari Dienst van het
Mijnwezen (1850-1922) sampai dengan Puslitbang Geologi (1978-2005).
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM no 18 tahun 2010 Badan Geologi
memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut.
1. Tugas
Melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi
2. Fungsi
i. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan
pelayanan di bidang geologi.
ii. Pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi
iii. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pelayanan di bidang geologi dan
iv. Pelaksanaan administrasi Badan Geologi.
b. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
PVMBG merupakan salah satu unit kerja Badan Geologi. Badan Geologi
sendiri merupakan salah satu unit di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM). PVMBG berkantor pusat di Bandung dan mempunyai tugas
melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, dan pelayanan di bidang
vulkanologi dan mitigasi bencana geologi. Lembaga ini sebenarnya sudah ada
sejak tahun 1920. Pada saat itu, namanya adalah Vulkaan Bewakings Dients atau
Dinas Penjagaan Gunung Api. Pada tahun 1922, namanya berubah menjadi
Volcanologische Onderzoek. Sejak saat itu, lembaga ini membangun pos-pos
pengamatan untuk memantau aktivitas gunung berapi di Indonesia. Gunung
berapi yang dipantau aktivitasnya antara lain Gunung Krakatau, Gunung
Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, Gunung Merapi, dan Gunung Semeru.
Setelah jaman penjajahan berakhir, dibentuklah Dinas Gunung Berapi yang
posisinya berada di bawah Jawatan Pertambangan. Selanjutnya, nama lembaga ini
terus berubah beberapa kali sampai akhirnya bernama Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) seperti yang kita kenal sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
(http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-jenis-tanah) diakses
tanggal 13 Maret 2017.
Gatot Hermanto. 2013. Geografi Untuk SMA/ MA Kelas X. Bandung: Yrama
Widya
Harmanto, Gatot. 2016. Buku Siswa Geografi untuk SMA/MA Kelas X
Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Yrama Widya.
http://azanulahyan.blogspot.co.id/2014/08/gerak-tektonik-orogenesa-dan-
epirogenesa.html
http://www.berpendidikan.com/2015/05/pengertian-bentuk-lipatan-dan-
patahan-jenisnya.html
https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=22&idm
ateri=154&mnu=Uraian2
https://www.plengdut.com/tenaga-endogen/514/
K. Wardiyatmoko. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:Erlangga.
P., Yasinto Sindhu. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Sartohadi, Junun. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sitanala Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB
Yasinto Sindhu P dan Sunaryo. 2016. Mandiri Geografi untuk SMA/MA Kelas
X. Jakarta: Erlangga
Yasinto Sindhu P. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:Erlangga.
Yasinto Sindhu, P. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

More Related Content

Similar to DINAMIKA LITOSFER

Keragaman bentuk-muka-bumi
Keragaman bentuk-muka-bumiKeragaman bentuk-muka-bumi
Keragaman bentuk-muka-bumiNur Istikomah
 
soal kebumian untuk simulasi osn tingkat nasional 1.pdf
soal kebumian untuk simulasi osn tingkat nasional  1.pdfsoal kebumian untuk simulasi osn tingkat nasional  1.pdf
soal kebumian untuk simulasi osn tingkat nasional 1.pdfsurianaSMAN2MAJENE
 
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.pptAlvinF2
 
Asslamula’kum
Asslamula’kum Asslamula’kum
Asslamula’kum Jjemilah
 
Litosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosferLitosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosferPaarief Udin
 
Geografi lintas minat X MIA 2 - 2013/2014
Geografi lintas minat  X MIA 2 - 2013/2014Geografi lintas minat  X MIA 2 - 2013/2014
Geografi lintas minat X MIA 2 - 2013/2014Okky Silvi
 
Mengenal Bumi
Mengenal BumiMengenal Bumi
Mengenal BumiDonarin
 
geologi-pendalaman_materi.pdf
geologi-pendalaman_materi.pdfgeologi-pendalaman_materi.pdf
geologi-pendalaman_materi.pdfPenikmatkuliner
 
BAB 2. LAPISAN BUMI (PART 2) KELAS 7.ppt
BAB 2. LAPISAN BUMI (PART 2) KELAS 7.pptBAB 2. LAPISAN BUMI (PART 2) KELAS 7.ppt
BAB 2. LAPISAN BUMI (PART 2) KELAS 7.pptElisabethRisaHeriani
 

Similar to DINAMIKA LITOSFER (20)

Litosfer
LitosferLitosfer
Litosfer
 
Keragaman bentuk-muka-bumi
Keragaman bentuk-muka-bumiKeragaman bentuk-muka-bumi
Keragaman bentuk-muka-bumi
 
soal kebumian untuk simulasi osn tingkat nasional 1.pdf
soal kebumian untuk simulasi osn tingkat nasional  1.pdfsoal kebumian untuk simulasi osn tingkat nasional  1.pdf
soal kebumian untuk simulasi osn tingkat nasional 1.pdf
 
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
6.-PSD-121-TM-6-Atmosfer-Litosfer-dan-Hidrosfer.ppt
 
IPBA
IPBAIPBA
IPBA
 
Asslamula’kum
Asslamula’kum Asslamula’kum
Asslamula’kum
 
Litosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosferLitosfer dan pedosfer
Litosfer dan pedosfer
 
Bumi.ppt
Bumi.pptBumi.ppt
Bumi.ppt
 
Geografi lintas minat X MIA 2 - 2013/2014
Geografi lintas minat  X MIA 2 - 2013/2014Geografi lintas minat  X MIA 2 - 2013/2014
Geografi lintas minat X MIA 2 - 2013/2014
 
Struktur Lapisan Bumi
Struktur Lapisan BumiStruktur Lapisan Bumi
Struktur Lapisan Bumi
 
LAPISAN_LITOSFER.pptx
LAPISAN_LITOSFER.pptxLAPISAN_LITOSFER.pptx
LAPISAN_LITOSFER.pptx
 
Mengenal Bumi
Mengenal BumiMengenal Bumi
Mengenal Bumi
 
GEOGRAFI
GEOGRAFIGEOGRAFI
GEOGRAFI
 
geologi-pendalaman_materi.pdf
geologi-pendalaman_materi.pdfgeologi-pendalaman_materi.pdf
geologi-pendalaman_materi.pdf
 
BAB 2. LAPISAN BUMI (PART 2) KELAS 7.ppt
BAB 2. LAPISAN BUMI (PART 2) KELAS 7.pptBAB 2. LAPISAN BUMI (PART 2) KELAS 7.ppt
BAB 2. LAPISAN BUMI (PART 2) KELAS 7.ppt
 
LAPISAN_LITOSFER.pptx
LAPISAN_LITOSFER.pptxLAPISAN_LITOSFER.pptx
LAPISAN_LITOSFER.pptx
 
Tenaga endogen
Tenaga endogenTenaga endogen
Tenaga endogen
 
Lithosfer
LithosferLithosfer
Lithosfer
 
BUMI.pptx
BUMI.pptxBUMI.pptx
BUMI.pptx
 
Litosfer-Materi kelas X
Litosfer-Materi kelas XLitosfer-Materi kelas X
Litosfer-Materi kelas X
 

Recently uploaded

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanAprissiliaTaifany1
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 

Recently uploaded (10)

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 

DINAMIKA LITOSFER

  • 1. “Bahan Ajar SMA / MA Kelas X” KD 3: 3.5 Menganalisis dinamika litosfer dan dampaknya terhadap kehidupan KD 4: 4.5 Menyajikan proses dinamika litosfer dengan menggunakan peta, bagan, gambar, tabel, grafik, video, dan atau animasi Wisnu Sinartejo 2019 KELAS 10
  • 2. 1. STRUKTUR LAPISAN BUMI A. KARAKTERISTIK LAPISAN-LAPISAN BUMI Secara umum, bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama yaitu: a. Kerak Bumi (Crust) Kerak bumi adalah lapisan bumi paling luar, paling dingin dan keras dari bagian-bagian bumi lainnya. Lapisan ini memiliki ketebalan berkisar 5- 70 km (± 3-44 mil). Kerak bumi termasuk bagian paling tipis, bahkan hanya 1% dari keseluruhan volume bumi. Kerak bumi terbagi menjadi dua bagian, yakni kerak samudra (oceanic crust) dan kerak benua (continental crust). b. Mantel Bumi (Mantle) Di bawah kerak bumi terhitung dari lapisan Moho hingga kedalaman 2.900 km (1.800 mil) disebut dengan lapisan Mantel. Ialah lapisan berbatu Gambar 1. Struktur Lapisan Bumi (Sumber : Encyclopedia Britanic, 2008)
  • 3. yang mencakup 84% volume bumi. Bagian paling atas dari Mantel, disebut dengan Astenosfer, yang berasal dari kata astheno yang berarti lemah, atau lambat. Astenosfer dengan ketebalan 400 km merupakan lapisan yang menjadi sumber magma gunungapi atau dengan kata lain sebagai dapur magma. Densitas Astenosfer lebih tinggi daripada kerak bumi, yakni 3.4 g/cm3. Bagian kerak bumi sampai astenosfer (mantel atas) disebut sebagai Litosfer. c. Inti Bumi (Core) Inti bumi adalah bagian bumi yang terdiri dari magma pijar. Pada bagian ini suhu dan tekanannya sangat tinggi. Lapisan ini dibedakan menjadi dua, yaitu inti luar (outer core) dan inti dalam (inner core). 1) Inti luar adalah inti bumi yang berada di bagian luar (outer core), diduga berwujud cair sebab lapisan ini tidak dapat dilalui oleh gelombang sekunder. 2) Inti dalam adalah inti bumi yang berada dilapisan dalam (inner core) diduga berwujud padat, tersusun dari materi berupa besi atau besi dan nikel (nife).
  • 4. 2. STRUKTUR LAPISAN KULIT BUMI (LITOSFER) Gambar 2. Struktur Lapisan Kulit Bumi Sumber: Whough, 2002 Menurut Plummer dalam Physical Geology (2010), yang dimaksud dengan litosfer adalah lapisan bumi yang terdiri dari kerak bumi (crust) dan mantel bagian atas (uppermost mantle). Sedangkan, lapisan di bawahnya adalah lapisan yang materialnya cair (astenosphere). Kerak bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Kerak Benua (Continental Crust), merupakan lapisan padat yang terdiri dari batuan beku granit pada bagian atasnya dan batuan beku basalt pada bagian bawahnya. Kerak ini yang sering kita kenal dengan benua. Lapisan ini sering disebut juga sebagai lapisan SiAl. Dinamakan demikian karena kandungannya yang didominasi oleh Silisium dan Alumunium. b. Kerak samudera (Oceanic Crust), merupakan lapisan padat yang terdiri dari endapan di laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya betuan-batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku. Kerak ini sering kita kenal menempati samudera. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan SiMa, karena didominasi oleh unsur Silisium dan Magnesium.
  • 5. Kerak Benua (SiAl) Kerak samudra (SiMa) Ketebalan Ketebalan rata-rata 35- 40 km, sedangkan di daerah pegunungan bisa mencapai 60-70 km Lebih tipis, yakni 6-10 km Umur batuan Lebih tua, mencapai 1500 juta tahun Muda, bahkan kurang dari 200 juta tahun Berat Lebih ringan, dengan densitas 2.6 gr/cm3 Lebih berat, dengan densitas 3.0 gr/cm3 Batuan induk Batuan berwarna cerah, dengan unsur penyusun utama silisium dan alumunium (granit) Batuan berwarna gelap, dengan unsur penyusun utama silisium dan magnesium (basalt) B. PROSES TEKTONISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN Tektonisme adalah proses gerakan pada kerak bumi yang menimbulkan lekukan, lipatan, retakan, dan patahan sehingga berbentuk tinggi, rendah, atau relief pada permukaan bumi. Tektonisme dibedakan menjadi dua yaitu gerak epirogenetik dan orogenetik. 1. Gerak Epirogenetik Gerak epirogenetik (gerak pembentuk kontinen atau benua) adalah gerakan turun naiknya lapisan kulit bumi dalam waktu lambat dan meliputi daerah yang luas. Gerak ini terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut: a. Epirogenetik Positif Gambar 1. Epirogenetik Positif
  • 6. Epirogenetik positif adalah gerak penurunan suatu daratan sehingga permukaan air laut naik. Misalnya, turunnya Kepulauan Maluku Barat Daya sampai ke Pulau Banda dan Pantai Skandinavia. Selain itu, turunnya lembah Sungai Hudson di Amerika Serikat yang dapat dilihat dengan jarak yang jauhnya kurang lebih 1.700 meter dan turunnya lembah Sungai Kongo sampai 2.000 meter di bawah permukaan laut. b. Epirogenetik Negatif Gambar 2. Epirogenetik Negatif Epirogenetik negatif adalah gerak naiknya suatu daratan sehingga permukaan air laut turun. Misalnya, naiknya Pulau Timor dan Pulau Buton, naiknya dataran tinggi Colorado di Amerika, dan naiknya Pulau Simeulue bagian utara saat gempa di Aceh pada bulan Desember 2014. 2. Gerak Orogenetik Gerak orogenetik adalah gerakan kulit bumi yang cepat dengan wilayah lebih sempit. Hal ini menghasilkan lipatan dan patahan. a. Lipatan (Fold) Gambar 3. Skema Bentuk-bentuk Lipatan Lipatan (Fold) terjadi akibat adanya tekanan horizontal dan tekanan vertikal. Bagian yang turun dinamakan sinklinal dan yang terangkat dinamakan antiklinal. Jika terbentuk beberapa puncak lipatan tersebut antiklinorium dan beberapa lembah lipatan disebut sinklinorium.
  • 7. Gambar 4. Macam-macam Lipatan Kulit Bumi b. Patahan/Sesar (Fault) Gambar 5. Bentuk Patahan Bumi Patahan/Sesar (Fault) terjadi karena tenaga horizontal atau tenaga vertikal pada kulit bumi yang tidak elastis. Bidang patahan tersebut fault atau besar. Patahan terdiri atas graben atau slenk dan bagian yang menonjol disebut horst. Contoh patahan adalah sistem patahan di Bukit Barisan mulai dari Sumatera Utara sampai ke Teluk Semangko di Sumatera Selatan. Daerah patahan ini dikenal dengan nama Zona Patahan Semangko. 3. Pengaruh Tektonisme Terhadap Kehidupan Pengaruh tektonisme berupa patahan, pergeseran, dan lipatan kulit bumi dapat memberikan beberapa dampak positif dan dampak negatif, di antaranya adalah: a. Dampak positif, yaitu naiknya barang tambang ke permukaan bumi dan terbukanya barang tambang seperti batu bara, bijih besi, tembaga, marmer, bauksit, emas, dan perak.
  • 8. b. Dampak negatif, yaitu dapat merusak permukaan bumi seperti jalan, jembatan, waduk, rumah, dan bangunan lainnya. C. PROSES VULKANISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN 1. Proses Vulkanisme Vulkanisme diartikan sebagai suatu gejala atau akibat adanya aktivitas magma di dalam litosfer hingga keluar ke permukaan bumi. Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya. Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma. Terdapat dua gerakan magma yaitu intrusi dan ekstrusi magma. a. Intrusi Magma Intrusi magma adalah proses penerobosan magma melalui rekahan-rekahan (retakan) dan celah pada lapisan batuan pembentuk litosfer, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk, yaitu: 1) Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat. Intrusi ini sebenarnya adalah dapur magma yang membeku. 2) Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata 3) Keping intrusi atau sill adalah sisipan magma yang membeku diantara dua lapisan litosfer, relatif tipis, melebar, dan sejajar dengan bidang perlapisan. 4) Intrusi korok/gang/ dike adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
  • 9. 5) Apolisa (aphophyse) adalah semacam cabang dari intrusi gang yang bercabang-cabang banyak (seperti menjari). 6) Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi. 7) Lopolith, yaitu batuan beku intrusi yang mendesak lapisan diatas dan dibawahnya menjadi bentuk bikonveks. 8) Pacolith, yaitu jenis batuan beku intrusi yang mendesak lapisan dibawahnya sehingga membentuk suatu bentukan lensa datar- cembung. Gambar hasil pembentukan intrusi magma b. Ektrusi magma Ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Ekstrusi identik dengan erupsi atau letusan gunungapi yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erupsi efusif dan eksplosif. 1) Erupsi efusif, yaitu erupsi berupa lelehan lava melalui retakan atau rekahan atau lubang kawah suatu gunungapi. 2) Erupsi eksplosif, yaitu erupsi berupa ledakan dengan mengeluarkan bahan-bahan padat (Eflata/Piroklastika) berupa bom, lapili, kerikil,dan debu vulkanik bersama-sama dengan gas dan fluida. Berdasarkan banyaknya celah pada permukaan bumi waktu magma keluar, erupsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu erupsi linear dan erupsi sentral.
  • 10. 1) Erupsi linear, yaitu gerakan magma menuju permukaan bumi melalui celah-celah atau retakan-retakan. 2) Erupsi sentral, terjadi jika lava keluar melalui terusan kepundan. Erupsi sentral dibagi menjadi tiga macam, yaitu erupsi yang semata-mata efusif, eksplosif, dan campuran. 3) Erupsi yang semata-mata efusif, sebagian besar hasilnya adalah lava. 4) Erupsi yang semata-mata eksplosif, sebagian besar hasilnya adalah berapi embryo. 5) Erupsi campuran menghasilkan gunung berapi strato atau gunung berapi berlapis. Erupsi ini terdiri atas bahan-bahan lepas dan lava. 2. Material hasil aktivitas vulkanis Material yang dikeluarkan saat gunung api meletus bermacam-macam. Ada yang berupa padat, cair, dan gas. Masing-masing zat tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa jenis material. Jenis material yang dikeluarkan gunung api adalah: a. Material padat (efflata) Material padat (efflata) terdiri atas: 1) Bom (batu-batu besar). 2) Terak (batu-batu yang tidak beraturan dan lebih kecil dari bom). 3) Lapili, berupa kerikil. 4) Pasir 5) Debu 6) Batu apung Menurut asalnya, efflata dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Efflata allogen, berasal dari batu-batu di sekitar kawah yang terlempar ketika terjadi letusan. 2) Efflata autogen (PYROCLASTICA), berasal dari magma itu sendiri. b. Material cair Bahan cair dari dapur magma akan mengalir keluar dari gunung api jika magma cair dari dalam Bumi meleleh keluar dari lubang kawah tanpa terhambat oleh sumbatan dan tidak terdapat sumbatan di puncaknya. Material cair yang keluar ini terdiri atas: 1) Lava, yaitu magma yang meleleh di luar pada lereng gunung api. 2) Lahar panas, yaitu campuran magma dan air, sehingga merupakan lumpur panas yang mengalir.
  • 11. 3) Lahar dingin, terbentuk dari efflata porus atau bahan padat di puncak gunung menjadi lumpur ketika turun hujan lebat dan mengalir pada lereng serta lembah. Contohnya, akibat letusan Gunung Merapi tahun 2006 yang lalu telah menghasilkan sekitar 6 juta meter kubik timbunan material yang akan membentuk aliran lahar dingin saat turun hujan. c. Material gas atau ekshalasi Material gas atau ekshalasi terdiri atas: 1) SOLFATAR, berbentuk gas belerang (H2S). 2) FUMAROL, berbentuk uap air (H2O). 3) MOFET, berbentuk gas asam arang (CO2). Gas ini berbahaya bagi kehidupan karena bersifat racun. Selain itu, sifatnya yang lebih berat dari oksigen menyebabkan gas ini lebih dekat dengan permukaan tanah sehingga mudah dihirup oleh makhluk hidup. 1. Tipe-tipe Gunung Api 1) Berdasarkan bentuknya, gunung api dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Gunung api perisai Gambar Gunung Api Perisai Dibangun oleh aliran lava dalam jumlah besar dari suatu kawah pusat. Sifat magmanya basa dengan kekentalan rendah serta kurang mengandung gas. Karena itulah erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi meleleh atau effusif. Akibatnya lereng vulkan ini landai (kira-kira kemiringan 2- 10), tingginya tidak seberapa dibandingkan dengan diameter alasnya. Contoh vulkan perisai banyak dijumpai di Kep. Hawaii seperti gunung Mauna Loa, Mauna Kea, Kilauea dan sebagainya.
  • 12. 2) Gunung api maar Dibangun oleh erupsi dahsyat yang menghempaskan sebagian besar tubuh gunung, namun erupsi selanjutnya lebih dominan gas yang mengikis batuan membentuk lubang besar. Nama maar berasal dari nama danau kawah di daerah pegunungan eifel, jerman, yang diameternya 2 km. Contohnya Ranu Grati, Ranu Klakah, Ranu Bedali, dan banyak lagi di lereng gunung Lamongan. 3) Gunung api strato Dibangun oleh material erupsi berupa piroklastik. Magmanya bersifat asam, lebih kental dan banyak mengandung gas sehingga erupsinya eksplosif. Materi-materi piroklastik tersebut setelah dihempaskan ke udara kemudian jatuh di lereng-lereng gunung tersebut, menghasilkan bentuk vulkan yang makin ke puncak makin meruncing. Kadang-kadang bahan erupsinya berganti-ganti antara piroklastik dan lava sehingga kelihatan berlapis-lapis, dan dikenal sebagai kerucut campuran (composite cone) atau strato volcanoes. Bentuknya juga berupa kerucut dengan lereng curam (10-35) dan hampir simetris dengan dasar berupa lingkaran. Kebanyakan vulkan di Indonesia tergolong vulkan strato.
  • 13. Gambar : penampakan gunung api berdasarkan bentuknya 2) Berdasarkan besar tekanan gas, derajat kecairan magma, dan kedalaman waduk magma. 1) Tipe Hawaii Magma yang dikeluarkan sangat cair dengan tekanan gas rendah berasal dari dapur magma yang dangkal. Contohnya: gunung Mauna Loa, Mauna Kea, Kilauea dan sebagainya. Gambar Gunung Api Tipe Hawaii 2) Tipe Stromboli Erupsi yang terjadi tidak terlalu eksplosif, tetapi berlangsung lama. Sering terjadi letusan kecildan banyak mengeluarkan eflata. Magma yang dikeluarkan cair dengan tekanan gas sedang berasal dari dapur magma yang agak dalam. Contohnya Gunung Raung di Jawa Timur dan gunung Vesuvius di Italia.
  • 14. Gambar Gunung Api Tipe SAtromboli 3) Tipe Perret Mempunyai ledakan yang sangat dahsyat disertai material yang menyembur ke angkassa karena tekanan gas yang sangat tinggi. Contohnya gunung Krakatau di selat sunda. Gambar gunung Api Tipe Perret 4) Tipe Merapi Magma kental yang mengalir secara perlahan karena tekanan gas yang rendah sehingga membentuk sumbat kawah. Akibatnya, tekanan gas makin kuat hingga kawah tersebut terangkat dan pecah yang disertai keluarnya awan panas. Contohnya gunung Merapi di Jawa Tengah. Gambar Gunung Api Tipe Merapi 5) Tipe Pelee Magma kental dengan tekanan gas yang tinggi berasal dari dapur magma yang dalam. Contohnya Gunung Pelee di Amerika Tengah.
  • 15. Gambar Gunung Api Tipe Pele 6) Tipe Vulkano Magma yang dikeluarkan cair kental dengan tekanan gas sedang sampai tinggi,bersal dari dapur magma yang dangkal sampai agak dalam. Contohnya Gunung Bromo, Gunung Etna di Italia. Gambar Gunung Api Tipe Vulkano 7) Tipe St.Vincent Magma kental dengan tekanan gas sedang berasal dari dapur magma yang dangkal. Contohnya Gunung Kelud di jawa timur dan Gunung St. Vincent di kepulauan Antiles. Gambar Gunung Api Tipe St. Vincent 3) Berdasarkan aktifitasnya, gung api dibedakan menjadi 3 yaitu : 1) Gunung api tipe A atau gunung api aktif, adalah gunung api yang masih menghasilkan magma bekerja dan pernah mengalami erupsi magmatik sekurang kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Ciri – cirinya : 1. Kawahnya selalu mengeluarkan asap dan letusan
  • 16. 2. Aktivitas ditandai dengan gempa yang dapat terekam oleh seismograf Contoh gunung api aktif diantaranya Gunung Merapi, Gunung Sinabung, 2) Gunung api tipe B atau gunung api pasif adalah gunung api yang beum pernah mengalami letusan sesudah tahun 1600, tetapi masih memperlihatkan gejala gunung berapi aktif yaitu mengeluarkan solfatara. Contoh gunung api ini adalah Gunung Rajabasa di Lampung, Gunung Patuha di Jawa Barat 3) Gunung api tipe C adalah gunung api yang tidak diketahui sejarah erupsinya dalam catatan manusia, namun masih menunjukkan adanya aktifitas di masa lampau. Hal ini dapat diketahui dari keberadaan solfatara dan fumarola. Contoh gunung api tipe ini adalah Kawah Manui Kamojang, dan Gunung Lahendong 2. Gejala dalam Letusan Gunung Api a. Gejala Pra vulkanik Merupakan tanda-tanda gunung api akan meletus. Indikator pra vulkanik diantaranya: 1) Suhu udara disekitar gunung naik secara mendada 2) Sumber air banyak yang mongering 3) Sering terjadi getaran-getaran gempa local 4) Pohon-pohon banyak yang meranggas dan mati 5) Binatang-binatang liar banyak yang mengungsi ke tempat lain karena ekologinya terganggu. b. Gejala Pasca vulkanis Adalah gejala sesudah gunung api meletus. Ada beberapa tanda atau gejala yang bisa dipakai sebagai pedoman bahwa gunung api sudah tidak aktif lagi atau hampir padam. Gejala-gejala tersebut disebut gejala pascavulkanik atau gejala postvulkanik. Gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut; 1) Terdapat gas belerang, gas yang menggeluarkan belerang dinamakan solfatar. Contohnya di gunung weulirang. 2) Terdapat gas fumarow adalah gas yang mengandung uap air. Contohnya di nilai dieng (jawa tengah, sulawesi utara), 3) Terdapat mofet adalah gas yang mengandung asam arang. Contohnya di gunung tangkuban perahu dan papandayan (jabar), 4) Sumber air panas berasal dari air hujan yang meresap kedalam lapisan batuan yang masih panas. Kemudian keluar menjadi air panas.
  • 17. Sumber air panas yang memiliki kandungan belerang dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit, 5) Terdapat mata air makdani adalah mata air yang mengandung mineral. Contohnya di maribaya (jawa barat), 6) Terdapat geyser adalah air panas yang memancar dari dalam bumi secara periodik yang terbentuk dari air yang terdapat didalam batuan kemudian terpanaskan oleh gas panas yang berasal dari sirkulasi kepermukaan bumi sehingga terjadilah pemancaran air dengan suhu cukup tinggi. Contohnya di pelabuhan ratu. 3. Dampak Vulkanisme Terhadap Kehidupan a. Dampak negatif 1) Gas vulkanik Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia. 2) Lava dan aliran pasir serta batu panas Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam- macam batuan. 3) Lahar Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi. 4) Hujan Abu Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan. 5) Awan panas Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
  • 18. Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus: 1) Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya. 2) Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan ekonomi. 3) Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas akan merusak pemukiman warga. 4) Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam. 5) Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA. 6) Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan juga Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan pecinta alam. b. Dampak positif 1) Tanah yang dilalui oleh hasil vulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan. 2) Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah meletus, yakni penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki nilai ekonomis. 3) Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung. 4) Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
  • 19. 5) Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini baik bagi kesehatan kulit. 6) Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral yang sangat melimpah. 7) Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik. 8) Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan pembangkit listrik. D. PROSES SEISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN 1. Pengertian Gempa Bumi empa bumi atau getaran seismik adalah getaran pada permukaan bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam dan umumnya berasosiasi dengan gerakan lempeng. Gempa disebabkan pelepasan energi secara tiba-tiba pada litosfer. Semakin besar energi dilepaskan, semakin kuat gempa yang ditimbulkan. Pusat gempa di dalam bumi disebut hiposentrum. Berawal dari hiposentrum, getaran gempa diteruskan ke segala arah. Letak hiposentrum ada yang sangat dalam dan ada yang dangkal. Di Indonesia terdapat hiposentrum dengan kedalaman lebih dari 500 km, contohnya hiposentrum dibawah Laut Flores dengan kedalaman sekitar 720 km. Pusat gempa pada permukaan bumi diatas hiposentrum disebut episentrum. Kerusakan terbesar yang diakibatkan oleh gempa terdapat di sekitar daerah episentrum. Di Indonesia, episentrum kebanyakan terdapat di bawah permukaan laut, sehingga kerusakan yang terjadi di daratan tidak begitu besar. 2. Jenis-Jenis Gempa Bumi a. Berdasarkan intensitasnya Berdasarkan intensitasnya, gempa bumi dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut: 1) Makroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa alat. 2) Mikroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat. b. Berdasarkan penyebabnya G
  • 20. Berdasarkan penyebabnya, gempa bumi dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut: 1) Gempa Tektonik Gempa tektonik disebabkan adanya kegiatan tektonik lempeng. Gempa bumi ini terjadi di zona batas antarlempeng dan patahan, yaitu sirkum Mediterania (termasuk Balkan, Iran, India, dan Indonesia) dan sirkum Pasifik (termasuk Jepang, Filipina, Cile, dan Amerika Tengah). Gempa ini sering mengakibatkan perpindahan tanah, sehingga gempa ini disebut gempa dislokasi. Bahaya gempa ini relatif besar karena tanah dapat terjadi pelipatan atau bergeser. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan sebarannya meliputi daerah sangat luas. Kekuatan gempa tektonik dapat mencapai 9 skala richter. 2) Gempa Vulkanik Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas gunung api. Gempa ini terjadi baik sebelum, selama, atau setelah peletusan gunung api. Gempa ini hanya terjadi di daerah gunung api. Jika gunung api akan meletus, timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawahnya yang menyebabkan terjadinya getaran yang disebut gempa vulkanis. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului terjadinya erupsi gunungapi, tetapi lebih sering terjadi dalam waktu bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa jika dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang lebih luas. 3) Gempa Runtuhan Gempa runtuhan adalah gempa yang terjadi akibat runtuhan batuan, biasanya terjadi di daerah kapur atau terowongan bawah tanah akibat kegiatan penambangan. Pada daerah kapur, runtuhan dipengaruhi oleh proses pelarutan. Runtuhan yang besar dapat mengakibatkan getaran yang kuat dan bersifat lokal. 4) Gempa Tumbukan Gempa tumbukan terjadi akibat meteor yang menabrak bumi. Salah satu contohnya adalah meteor yang jatuh di Rusia pada tahun 1908. Akibatnya adalah terjadi lubang yang sangat besar menyerupai sebuah kawah. c. Berdasarkan letak hiposentrum Berdasarkan penyebabnya, gempa bumi dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
  • 21. 1) Gempa Bumi Dalam Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum lebih dari 300 km. Letak hiposentrum yang dalam mengakibatkan gempa ini tidak begitu mengguncang permukaan bumi. Contohnya adalah gempa yang pernah terjadi di bwah Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Sulawesi. 2) Gempa Bumi Menengah Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum antara 100-300 km. Contoh gempa ini pernah terjadi di selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan Teluk Tomini. Gempa bumi ini biasanya menyebabkan kerusakan ringan. 3) Gempa Bumi Dangkal Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum kurang dari 100 km. Gempa bumi ini berbahaya sebab dapat menimbulkan kerusakan besar, seperti yang terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah pada bulan Mei tahun 2006. 3. GELOMBANG SEISMIK Proses perambatan gelombang gempa bumi terjadi melalui tiga macam gelombang, yaitu sebagai berikut: a. Gelombang Longitudinal, yaitu gelombang yang merambat dari sumber gempa ke segala arah, dengan kecepatan 7-14 km per detik. Gelombang inilah yang pertama dicatat oleh seismograf dan yang pertama kali dirasakan orang di daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer. b. Gelombang Transversal, yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang primer dengan kecepatan 4-7 km per detik, dinamakan juga gelombang sekunder. c. Gelombang Panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 3,5-3,9 km per detik. Gelombang inilah yang paling banyak menimbulkan kerusakan. Gambar 1. Ilustrasi gelombang seismik
  • 22. 4. PENGUKURAN GEMPA BUMI Hal-hal terkait dengan gempa bumi perlu diselidiki agar akibat yang terjadi dapat diperhitungkan dan upaya mitigasi bencana gempa dapat dilakukan. Ilmu yang mempelajari gempa bumi, gelombang-gelombang seismik, serta perambatannya disebut seismologi. Dalam kajian seismologi diperlukan berbagai alat. Salah satu alat yang terpenting adalah seismograf atau alat pencatat gempa. Terdapat dua macam seismograf yaitu sebagai berikut: a) Seismograf horizontal adalah seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah horizontal. b) Seismograf vertikal adalah seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah vertikal. a. seismograf vertikal b. seismograf horizontal Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dicatat oleh seismograf dengan menggunakan skala Richter. Pada tahun 1935, Charles Francis Richter, seorang seismolog dan fisikawan asal Amerika, mengembangkan skala magnitudo Richter untuk mengukur dan membandingkan kekuatan serta intensitas gempa secara matematis. Intensitas gempa merupakan ukuran pengaruh gempa bumi terhadap manusia dan benda-benda. Gambaran kekuatan gempa berdasarkan skala Richter dapat diamati pada tabel 1. Tabel 1. Skala Richter Magnitudo Karakteristik 0-2,9 Tidak terasa oleh manusia tetapi dapat direkam oleh seismograf lokal. 3-3,9 Gempa kecil, terasa oleh manusia.
  • 23. 4-4,9 Gempa ringan, merusak beberapa benda, dapat direkam oleh seismograf sensitif di seluruh dunia. 5-5,9 Gempa sedang, merusak banyak benda. 6-6,9 Gempa kuat, mengakibatkan kerugian miliaran dolar, mengakibatkan korban jiwa. 7-7,9 Gempa besar, mengakibatkan kerugian ekonomi berjumlah sangat besar, mengakibatkan banyak korban jiwa. Diatas 8 Gempa sangat besar, mengakibatkan kehancuran massal, mengakibatkan banyak sekali korban. Sumber : K. Wardiyatmoko (2013: 181) Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini telah ditemukan beberapa cara untuk mengetahui pusat gempa. Beberapa cara itu antara lain sebagai berikut: 1) Menggunakan hasil pencatatan seismograf, yaitu seismograf vertikal, seismograf horizontal yang berarah utara-selatan, dan seismograf horizontal yang berarah timur-barat. Dengan ketiga seismograf tersebut, letak episentrum dapat diketahui. 2) Menggunakan tiga tempat yang terletak dalam satu homoseista. Pada peta, ketiga tempat yang terletak dalam satu homoseista itu dihubungkan, kemudian ditarik garis sumbu pada garis yang menghubungkan tempat-tempat pencatatan. 3) Menggunakan tiga tempat yang mencatat jarak episentrum. Cara ini menggunakan rumus Laska, yaitu: ∆ = {(𝑆 − 𝑃) − 1} 𝑥 1 𝑚𝑒𝑔𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 Δ = jarak episentrum dengan pencatat gempa S – P = selisih waktu pencatatan gelombang primer dan sekunder, dalam satuan menit 1 megameter = 1.000 km 5. PENGARUH GEMPA BUMI TERHADAP KEHIDUPAN Di permukaan bumi dampak gempa bumi dipengaruhi oleh kekuatan gempa. Kerusakan berat timbul dari gempa berkekuatan tinggi. Banyak bangunan hancur, rata dengan tanah, korban pun banyak berjatuhan. Gempa
  • 24. tidak hanya memberikan dampak bagi lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat karena gempa dapat menjadi salah satu bencana yang harus diwaspadai. Gempa bumi juga menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya tsunami. Kondisi yang menyebabkan tsunami antara lain gempa berkekuatan besar (lebih dari 6 SR, pusat gempa di dasar laut dengan pusat gempa yang dangkal), dan adanya dislokasi kerak bumi bawah laut. Selain memberikan dampak negatif, gempa bumi juga memberikan pengaruh positif. Gempa menjadikan kemajuan teknologi semakin pesat terutama dalam penemuan alat pendeteksi gempa. Gempa juga memberikan pengaruh positif di bidang pariwisata terutama tepat di lokasi terjadinya gempa. Hal ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar lokasi tersebut. Setelah terjadi gempa, manusia juga mengambil hikmah di balik peristiwa tersebu karena menjadikan manusia lebih peduli terhadap sesamanya dan meningkatkan kewaspadaan jika terjadi gempa. E. PROSES TENAGA EKSOGEN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN 1. Pengertian Tenaga Eksogen Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar yang berpengaruh terhadap relief permukaan bumi. Agen pembentuk tenaga eksogen berupa: air, angin, organisme, sinar matahari, dan es. Yang termasuk tenaga eksogen meliputi: a. Pelapukan Pelapukan adalah perusakan batuan akibat pengaruh cuaca, temperatur, air, atau organisme. Adanya perbedaan temperatur berpengaruh sangat besar terhadap batuan. Batuan akan menjadi lapuk dan terurai. Pelapukan hanya terdapat pada lapisan bumi bagian luar. Ketebalan lapisan kulit bumi yang mengalami pelapukan ditentukan oleh besar pengaruh faktor-faktor penyebabnya. Proses pelapukan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut: a. Pelapukan Fisis (Mekanis) Pada pelapukan jenis ini, batuan akan mengalami perusakan fisik. Batuan berukuran besar menjadi kecil dan batuan berukuran kecil menjadi halus. Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanis karena prosesnya berlangsung secara mekanis. Pelapukan fisis terjadi karena hal-hal sebagai berikut.
  • 25. 1) Perbedaan temperatur yang besar. 2) Membekunya air tanah atau air hujan dalam pori-pori batuan. 3) Mengkristalnya air garam. Jika air tanah mengandung garam pada suhu tinggi air akan menguap dan garam mengkristal. Kristal-kristal garam berbentuk tajam dan dapat merusak lapisan batuan di sekitarnya. 4) Erosi di daerah pegunungan. Gambar 1. Rusaknya batuan karena pengaruh mencoloknya perbedaan temperatur siang dan malam. (Sumber : http://www.ebiologi.com/2016/03/macam- macam-pelapukan-dan-contohnya.html ) b. Pelapukan Organis Pelapukan jenis ini disebabkan oleh organisme bakteri, jamur,hewan atau tumbuhan. Hewan yang dapat menimbulkan pelapukan Gambar 2. Perusakan Batuan yang disebabkan oleh tumbuhan (Sumber: http://zonangelmu.blogspot.co.id/2013/01/pengertian- dan-jenis-jenis-pelapukan.html )
  • 26. antara lain cacing tanah dan serangga. Pelapukan yang disebabkan oleh tumbuhan dapat bersifat organis dan kimiawi. Pelapukan organis berupa penjalaran akar tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak batuan di sekitarnya. Pelapukan kimiawi terjadi akibat asam-asam yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan ketika mengisap garam mineral. Asam-asam ini bersifat merusak batuan sehingga mendorong terjadinya pelapukan. c. Pelapukan Kimiawi Pada pelapukan kimiawi batuan mengalami perubahan secara kimiawi. Pelapukan ini terjadi akibat pengaruh air dan didorong oleh temperatur yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO3). Peristiwa pelarutan ini menimbulkan adanya gejala-gejala karst. Terdapat berbagai macam gejala karst, antara lain sebagai berikut: Gambar 3. Stalagtit dan stalagmit (Sumber : http://geograph88.blogspot.co.id/2016/01/perbedaanstal aktit-dan-stalagmit.html ) Pelapukan yang banyak terjadi di Indonesia adalah pelapukan kimiawi. Hal ini disebabkan tingginya curah hujan. Air hujan memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi. 1) Dolina 2) Gua dan sungai di dalam tanah 3) Stalagti t dan stalagm it
  • 27. d. Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami (aliran air, angin, atau es). Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Berdasarkan penyebabnya, ada empat macam erosi, yaitu sebagai berikut: 1) Erosi Air Gerakan air, baik yang di permukaan tanah maupun di dalam tanah, dapat menyebabkan erosi. Semakin cepat gerakan air tersebut, proses terkikisnya tanah akan semakin cepat. Lembaga United States Department of Agriculture (USDA) atau Departemen Pertanian Amerika Serikat membuat rumusan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat erosi tanah. Faktor-faktor tersebut terdiri atas curah hujan, erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi), panjang lereng, kemiringan lereng, tutupan vegetasi dan manajemen penggunaan lahan. Erosi batuan oleh air mengalami empat tingkatan, yaitu: 2) Erosi percik. Gambar 4. Erosi Percik (Sumber : http://www.panoramio.com/photo/65770 ) Biasanya disebabkan oleh percikan air hujan. Erosi ini terjadi ketika butiran air hujan mengenai permukaan tanah. Butiran air yang menumbuk permukaan tanah bercampur dengan tanah dan menjadi lumpur. Lumpur tersebut kemudian terlepas dari permukaan tanah dan terlempar menjauh. Proses ini terjadi terus-
  • 28. menerus selama hujan sehingga banyak butiran tanah yang terlepas dan berpindah ke tempat lain. 3) Erosi lembar Gambar 5. Erosi Lembar (Sumber : https://www.qld.gov.au/environment/land/soil/erosion/types/ ) Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Pada tahap ini, lapisan paling atas tanah yang terdiri dari bahan humus hilang terkikis oleh air. Ciri-ciri tanah yang mengalami hal ini adalah sebagai berikut:  Air yang mengalir berwarna keruh hingga cokelat.  Warna tanah pucat karena hilangnya humus.  Tingkat kesuburannya rendah. 4) Erosi alur Gambar 6. Erosi Alur (Sumber : http://projects.inweh.unu.edu/kmland/display) Erosi alur (rill erosion) terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut.
  • 29. Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah. 5) Erosi parit Gambar 7. Erosi Parit (Sumber : http://www.dailymail.co.uk/news/article-2551912/Severe-soil- erosion-causes-5ft-gullies-field-without-crops-prior-heavy-winter- rain.html ) Erosi parit (gully erosion) terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah demikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit yang baru terbentuk berukuran sekitar 40cm lebarnya dengan kedalaman sekitar 25cm. Erosi parit yang telah lanjut dapat mencapai 30 meter dalamnya. Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi substratanya. Bentuk V adalah bentuk yang ada pada umumnya, tetapi pada daerah yang substratanya mudah lepas yang umumnya berasal dari batuan sedimen maka akan berbentuk U. Tanah-tanah yang telah mengalami erosi parit sangat sulit untuk dijadikan tanah pertanian. Di antara kedua bentuk di atas bentuk U lebih sulit diperbaiki dari pada bentuk V.
  • 30. 6) Erosi tebing sungai Gambar 8. Erosi di tebing sungai (Sumber: https://socialeone.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-dan-jenis- erosi.html ) Erosi tebing sungai terjadi sebagai akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai. Erosi tebing akan lebih hebat terjadi jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat dengan tebing. Erosi juga dapat terjadi di sepanjang aliran sungai. Air sungai yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah yang dilaluinya. Gesekan itu besar bila debit dan volume airnya besar. Gesekan air menimbulkan pengikisan, karena air sungai banyak mengangkut benda-benda padat. Air yang tenang tidak menimbulkan gesekan dan pengikisan. Syarat dari pengikisan adalah air sungai harus mengalir dan mengangkut material padat. Akibat pengikisan oleh aliran air sungai, terbentuklah lembah-lembah, ngarai, dan jurang. 7) Erosi Angin (korosi) Gambar 9. Hasil bentukan erosi angin di Gumuk Pasir, Parangtritis
  • 31. Erosi angin biasanya terjadi di wilayah gurun pasir. Pasir-pasir yang terkena angin akan diendapkan di tempat lain dan membentuk bukit pasir dan gelombang-gelombang pasir. Jika angin bersama pasir mengikis batu-batuan yang dilaluinya, akan terbentuk batu cendawan di gurun pasir. Gambar 10. Batuan yang terkikis oleh angin membentuk batu jamur (Sumber : http://vibizmedia.com/2015/09/14/batu-jamur-di-barat- daya-kairo/ ) 8) Erosi Air Laut (Abrasi) Erosi air laut juga disebut dengan abrasi. Abrasi merupakan perusakan atau pengikisan batuan yang ada di pantai akibat terpaan gelombang air laut yang terus menerus terhadap dinding pantai. Material-material yang terkikis akan dibawa ke tempat lain di sekitarnya atau ke arah laut. Gambar 11. Pengikisan yang disebabkan oleh gelombang air laut 9) Erosi Glasial
  • 32. Gambar 12. Erosi Glasial (Sumber : https://phys.org/news/2015-10- scientists-formula-glacial-erosion.html ) Erosi glasial merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gerakan lapisan es atau karena pencairannya menuruni pegunungan. Hasil pengikisan batuan terseret ke bawah dan ketika tenaga pengangkut melemah, maka material-material akan terendapkan. Beberapa pengaruh erosi adalah sebagai berikut: a. Terhadap sungai (erosi air) 1) Hulu sungai Di hulu, air sungai mengalir deras karena gradien dasar sungai besar. Erosi pada dasar sungai lebih besar daripada erosi bagian tepi. Akibatnya sungai menjadi dalam dan dasar sungai berbentuk seperti huruf V. 2) Bagian tengah sungai Di bagian tengah, dasar sungai sudah melandai. Kecepatan aliran air sungai sudah berkurang. Benda-benda padat yang besar mulai diendapkan. Pengendapan itu terjadi terutama di bagian tepi sungai. Garis arus mulai membelok sehingga erosi pada bagian tepi sungai menjadi besar. Akibatnya, sungai mulai membelok dan belokan ini makin lama makin besar. Jika batuan dasar sungai homogen, tidak mudah gugur, dan tidak ada batu-batu besar, akan berbentuk meander. Meander adalah kelokan sungai ke kiri dan ke kanan secara berurutan dan ada pula belokan yang membentuk sudut 180o (arah aliran sungai berkebalikan. Meander kebanyakan terdapat di hilir sungai karena memenuhi syarat-syarat terjadinya meander. 3) Hilir sungai Dasar sungai di bagian hilir berbentuk datar. Air sungai mengalir lambat sekali atau hampir tidak mengalir. Benda-benda yang diangkut banyak diendapkan, terutama pada muara sungai. Akibatnya, terbentuk sejenis pulau kecil yang disebut delta. Delta tidak terbentuk bila perbedaan antara pasang surut air laut besar, dataran muara sungai mengalami penurunan, dan terdapat arus kencang atau gelombang besar. b. Terhadap relief permukaan bumi Akibat pengaruh erosi, gunung-gunung yang tinggi menjadi rendah. Puncak-puncak gunung yang semula tajam menjadi bulat. Jurang-
  • 33. jurang yang dalam makin lama makin dangkal akibat erosi pada tebing dan lereng gunung. Dataran-dataran tinggi menjadi rendah akibat pengikisan, dan dataran rendah menjadi tinggi karena endapan tanah. Pada akhirnya, terbentuklah kenampakan muka bumi yang disebut peneplain. c. Terhadap tanah pertanian Erosi dapat memiliki dua macam pengaruh terhadap tanah pertanian. Pengaruh itu ditentukan oleh jenis erosi. Kedua pengaruh tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pengaruh buruk, terjadi bila tanah yang tererosi lebih banyak dari tanah yang terbentuk akibat pelapukan. Erosi menyebabkan tanah menjadi tandus. 2) Pengaruh baik, terjadi apabila jumlah tanah yang tererosi seimbang dengan jumlah tanah yang terbentuk oleh pelapukan.erosi semacam ini menjaga kesuburan. Umumnya erosi berpengaruh buruk terhadap tanah pertanian. b. Mass Wasting Gambar 13. Tanah Longsor (Sumber : http://wizamisasi.com/penyebab-tanah-longsor/ ) Mass Wasting atau pergerakan masa batuan merupakan gerakan serpihan batuan hasil pelapukan dan sedimen yang menuruni lereng karena pengaruh gravitasi. Peristiwa mass wasting dapat mengubah bentang alam, terutama jika terjadi dalam skala besar. Salah satu contohnya adalah tanah longsor. Fenomena mass wasting dapat terjadi akibat kombinasi beberapa beberapa faktor yaitu,  Kemiringan lereng
  • 34. Semakin besar kemiringan lereng dan semakin rendah gaya gesek pada lereng tersebut, semakin besar kemungkinan terjadi mass wasting.  Pengaruh gravitasi Semakin besar kemiringan lereng, semakin besar pula komponen gravitasi yang bekerja sejajajar lereng sehingga benda-benda semakin cenderung menuruni lereng.  Pengaruh air Keberadaan air di antara butiran batuan atau tanah dapat mengurangi kekohesifan antar material sehingga mudah terurai. Keberadaan air juga dapat menambah beban pada lereng sehingga material batuan dan tanah menjadi tidak stabil. Jenis-jenis mass wasting antara lain adalah rayapan tanah, aliran tanah, aliran lumpur, tanah longsor, dan batu longsor. Penjelasan untuk tiap fenomena tersebut adalah sebagai berikut:  Rayapan tanah (soil creep) Rayapan tanah adalah proses gerakan tanah yang sangat lambat. Proses ini ditandai dengan pembengkokan lapisan batuan, tiang telepon, pagar, monumen menjadi miring, dan dinding bangunan retak.  Aliran tanah (earthflow) Aliran tanah umumnya terjadi pada wilayah beriklim lembab dengan lereng curam. Fenomena ini terjadi dalam beberapa jam dan menghasilkan timbunan material berbentuk seperti undakan.  Aliran Lumpur (mudflow) Fenomena ini berupa lumpur yang mengalir menuruni lereng pada daerah perbukitan atau pegunungan. Aliran lumpur dapat terjadi pada perbukitan atau pegunungan. Aliran lumpur dapat terjadi pada perbukitan di gurun pasir saat hujan deras. Aliran lumpur juga dapat terjadi pada gunung api yang baru meletus. Prosesnya dipengaruhi oleh hujan yang membawa abu dan debu vulkanik sisa letusan.  Tanah Longsor (landslide) Tanah longsor adalah masa batuan yang meluncur dengan cepat ke bawah dengan sedikit atau tanpa aliran material. Terdapat dua bentuk utama tanah longsor, yaitu longsoran batu (rockslide) dan runtuhan tanah (slump). Longsoran batu berupa massa batuan induk yang meluncur turun pada bidang miring yang rata, seperti patahan. Di sisi
  • 35. lain, runtuhan tanah adalah massa batuan yang meluncur turun pada bidang miring yang cekung.  Guguran Batu (rockfall) Proses mass wasting yang paling cepat adalah guguran batu. Fenomena ini berupa massa batuan yang menggelinding atau jatuh bebas dari sebuah tebing curam. Ukuran batu yang gugur dapat bervariasi mulai dari batu kecil hingga batu sebesar rumah. c. Pengendapan / Sedimentasi Material yang terbawa erosi akan mengendap setelah menempuh jarak tertentu, karena tenaga pengangkutnya semakin berkurang. Semua hasil pelapukan batuan yang mengendap lama kelamaan menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen dapat diklasifikasikan berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya dan tempat pengendapannya sebagai berikut: Gambar 13. Kipas Aluvial (Sumber : http://pinterdw.blogspot.co.id/2012/01/pengertian- kipas-aluvial-alluvial-fan.html ) a. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya: 1) Sedimen aquatis, yaitu sedimen yang terbawa oleh air. 2) Sedimen aeolis, yaitu sedimen yang terbawa oleh angin. 3) Sedimen marine, yaitu sedimen yang terbawa oleh air laut. 4) Sedimen glasial, yaitu sedimen yang terbawa oleh gletser (es). b. Berdasarkan tempat pengendapannya:
  • 36. 1) Sedimen fluvial, yaitu sedimen yang mengendap di sungai. 2) Sedimen terestris, yaitu sedimen yang mengendap di darat. 3) Sedimen limnis, yaitu sedimen yang mengendap di danau atau rawa. 4) Sedimen marine, yaitu sedimen yang mengendap di laut. 5) Sedimen glasial, yaitu sedimen yang mengendap di daerah es. 2. Pengaruh Tenaga Eksogen terhadap Kehidupan 1. Pengaruh positif dari adanya tenaga eksogen: a. Aktivitas pelapukan dapat menghasilkan bentuk muka bumi yang indah dan menjadi obyek wisata, contoh: Grand Canyon di Amerika Serikat. b. Pelapukan di daerah kapur dapat membentuk goa-goa yang mempunyai stalagtit dan stalagmit yang dapat menjadi tujuan wisata, contoh : Goa Gong di Pacitan, Jawa Timur. c. Angin membawa pasir dan butiran tanah subur ke tempat lain sehingga tempat tersebut menjadi subur. d. Air sungai membawa endapan tanah yang subur menuju hilir sehingga daerah hilir sungai menjadi subur. 2. Pengaruh negatif dari adanya tenaga eksogen: a. Menyebabkan pelapukan batuan di bumi. b. Rusaknya lapisan kulit bumi karena erosi (pengikisan) baik oleh air hujan atau air yang mengalir deras. c. Rusaknya lapisan kulit bumi karena erosi angin yang membawa material tanah di daerah permukaan yang gundul. d. Terjadinya erosi di pantai yang tidak terlindung hutan bakau akibat ombak yang besar (abrasi). e. Gunung es mencair karena panas matahari yang terik dan terjadi erosi es (glasiasi). Hal ini menyebabkan es mencair dan air masuk ke sungai hingga menimbulkan banjir. f. Erosi yang terjadi secara besar-besaran dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah. g. Hasil-hasil erosi yang diendapkan (sedimentasi) di muara-muara sungai menyebabkan pendangkalan di muara sungai, akibatnya sungai menjadi mudah mengalami banjir ketika musim hujan. Hal ini terjadi karena arus sungai yang mengalir mengalami hambatan di muara sungai. h. Abrasi yang terus-menerus terjadi mengakibatkan garis pantai makin maju ke arah daratan, sehingga banyak rumah di pantai yang hancur karena terdampak abrasi.
  • 37. F. PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A. PEMBENTUKAN TANAH 1. Pengertian Tanah Pedosfer adalah lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari lithosfer. Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Tanah (Soil) adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air, dan udara. Tanah merupakan media tumbuhnya tanaman. Tanah tersusun dari beberapa komponen. Komponen tanah pada setiap tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca, iklim, dan campur tangan manusia. Komponen utama penyusun tanah adalah sebagai berikut: a. Bahan mineral (45%), berasal dari pelapukan secara mekanis dan diteruskan oleh proses kimiawi yang pada akhirnya membentuk mineral pembentuk tanah yang terdiri atas mineral primer dan sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang lapuk. Mineral primer umumnya terdapat dalam fraksi pasir dan debu. Contoh mineral primer adalah Mg, Fe, K, Ca, P, dan Na. Mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung. Mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi liat. Contoh mineral sekunder yaitu Al oksida dan Fe oksida. b. Bahan organik (5%), berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang mengalami pelapukan. Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus/ humus. Humus merupakan senyawa yang resisten berwarna hitam atau coklat, mempunyai daya menahan air, dan unsur hara yang tinggi. Tanah yang banyak mengandung humus adalah tanah lapisan atas (top soil). c. Udara (25%) yang terdapat dalam tanah tidak sama dengan yang terdapat pada atmosfer. Udara yang berada dalam tanah selalu tetap termasuk kelembapannya. d. Air (25%) terdapat dalam tanah karena ditahan/ diserap oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena drainase yang kurang baik. 2. Faktor Pembentukan Tanah Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
  • 38. T = f (i,o,b,t,w) Keterangan: T : tanah b : bahan induk f : faktor t : topografi i : iklim w : waktu o : organisme Gambar Faktor-faktor utama pembentuk tanah Penjelasan dari tiap-tiap faktor sebagai berikut: 1. Bahan induk Bahan induk pembentuk tanah adalah hasil pelapukan batuan. Bahan induk pembentuk tanah berasal dari bahan induk residual dan angkutan. Bahan induk residual berasal dari tempat dimana tanah itu berada, sedangkan bahan induk angkutan berasal dari tempat lain yang diangkut oleh air, angin, es atau grafivitasi. Bahan induk juga merupakan salah satu faktor penentu sifat tanah, contohnya tanah yang berasal dari pelapukan batu pasir akan memiliki sifat berpasir. 2. Iklim Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua yaitu: a. Suhu atau temperatur berpengaruh pada proses pelapukan bahan induk. Apabila perbedaan suhu siang-malam tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Waktu Bahan induk Topografi Iklim Organisme
  • 39. b. Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah. Pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah). 3. Organisme Aktivitas hewan dan tumbuhan serta dekomposisi sisa jasad hewan dan tumbuhan turut mempengaruhi pembentukan tanah. Contohnya mikroorganisme juga membantu pembentukan tanah dengan menguraikan materi organik dan melarutkan mineral. Hewan-hewan penggali lubang yang tinggal di dalam tanah mempengaruhi kondisi perlapisan tanah. 4. Topografi Toprogafi atau bentuk muka bumi terkait dengan keberadaan air dan suhu. Topografi suatu daerah mempengaruhi jumlah air hujan yang dapat diserap oleh tanah, kedalaman air tanah, gerakan air, kondisi drainase dan permukaan air tanah (ground water table) dan erosi tanah. Akumulasi bahan organik biasanya terjadi pada tanah-tanah tergenang. Warna tanah pada daerah rendah berubah dari kuning kemerahan dan coklat (drainase baik) menjadi kelabu (drainase jelek). 5. Waktu Faktor waktu berpengaruh dengan tingkat perkembangan tanah. Kondisi ideal lapisan tanah, umumnya terbentuk dalam kurun waktu 200 tahun. Mohr dan van Baren telah memperkenalkan bahwa ada 5 fase yang terlibat dalam perkembangan tanah-tanah tropis,yaitu: a. Fase pemula : bahan induk belum dilapuki, b. Fase juvenil : pelapukan mulai terjadi, namun sebagian besar bahan aslinya belum dilapuki, c. Fase viril : kebanyakan mineral mulai pecah-pecah, kandungan liat meningkat, dan pelapulan msh berjalan lambat, d. Fase senil : dekomposisi tiba pada fase akhir, hanya mineral-mineral yang tahan lapuk yang masih bertahan, e. Fase akhir : perkembangan tnh telah sempurna dan telah melapuk menurut kondisinya.
  • 40. Gambar1.ase Perkembangan Tanah 3. Proses Pembentukan Tanah Tanah merupakan hasil pelapukan batu-batuan menjadi bahan induk tanah yang disebabkan oleh pengaruh iklim dan organisme. Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (REGOLITH) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan yang berlangsung pada batuan diikuti oleh proses percampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah yang menghasilkan horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan- lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah. a. Karakteristik Tanah Sifat fisik tanah yang dapat diamati adalah sebagai berikut: 1. Keasaman tanah Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki sifat netral, yaitu pH antara 6,0- 7,0. Tanah yang memiliki pH kurang dari 6,0 bersifat asam, sedangkan bila lebih dari 7,0 bersifat basa. 2. Warna Warna setiap jenis tanah berbeda-beda sesuai dengan kandungan mineral dan bahan organik. Semakin gelap warna tanah, maka tingkat kesuburannya semakin baik. Urutan warna tanah berdasarkan tingkat
  • 41. kesuburannya dari yang tertinggi adalah hitam, coklat, karat, merah, abu- abu, kuning, dan putih. 3. Tekstur Tekstur tanah adalah ukuran partikel tanah, yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah bertekstur liat bersifat lengket dan menyerap banyak air sehingga sulit untuk diolah. Tanah yang cocok untuk pertanian adalah tanah yang mempunyai perbandingan pasir, debu, dan lempung yang hamper seimbang. 4. Struktur tanah Struktur tanah adalah ikatan butiran-butiran pasir, debu, dan liat, sehingga membentuk suatu gumpalan, seperti berbutir, kubus, lempeng, remah, dan prisma. 5. Permeabilitas tanah Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Tanah pasir memiliki pori-pori lebih kasar daripada tanah liat, sehingga sulit untuk menahan air. Akibatnya, tanaman pada tanah pasir menjadi kekeringan. 6. Konsistensi tanah Sifat tanah ini berpengaruh pada pengolahan tanah yang akan dilakukan oleh manusia. Tanah dapat dibedakan menjadi tanah gembur dan tanah teguh pada saat tanah dalm kondisi basah. Tanah pada saat kering dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tanah lunak dan keras. b. Struktur Lapisan Tanah Gambar: Profil tanah
  • 42. Lapisan-lapisan tanah pada profil tanah disebut horizon. Sebuah horizon tanah merupakan penampang melintang dari permukaan tanah hingga ke bahan induk tanah. Horizon tanah meliputi: 1) Horizon O, horizon ini dapat kita temukan pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu. Pada lapisan ini terdapat banyak akar tanaman dan jasad tumbuhan dan hewan. Horizon O, merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Lapisan ini berwarna gelap dan kaya akan humus merupakan lapisan permukaan. 2) Horizon A, horizon ini terdiri atas campuran bahan organik dan bahan mineral. Horizon A merupakan horizon yang mengalami pencucian. Pada lapisan ini merupakan eluviasi yang masih mempunyai banyak humus. Lapisan ini berwarna keabu-abuan dan lebih pucat. Warna pucat tersebut akibat banyaknya kandungan mineral yang hanyut bersama air hujan. 3) Horizon E, horizon ini terdiri atas lapisan bawah permukaan yang telah kehilangan sebagian besar kandungan mineralnya karena terjadi eluviasi atau pencucian mineral.. Eluviasi menyebabkan tanah berwarna pucat. Horison mineral dengan sifat utama terjadi pencucian liat, Fe, Al, atau kombinasinya, bahan organik, dan lain-lain; sehingga tertinggal pasir dan debu, dan umumnya berwarna pucat. Warna tersebut lebih terang daripada horison A di atasnya dan horison B di bawahnya. 4) Horizon B, pada lapisan ini partikel dan liat yang tercuci dari horizon E terakumulasi. Proses akumulasi mineral hasil pencucian ini disebut iluviasi. Hanya terdapat sedikit materi organik pada lapisan ini. 5) Horizon C, horizon ini tersusun atas bahan induk yang sudah mengalami sedikit pelapukan dan bersifat tidak subur. Horizon C adalah bahan endapan, saprolit, batuan yang tidak padu (unconsolidated), dan bahan geologi yang agak keras tetapi dapat hancur bila direndam dalam air selama 24 jam, sedangkan bila lembab dapat digali dengan cangkul. Pada lapisan ini merupakan lapisan tanah terbawah yang terdiri atas bahan induk tanah seperti batuan dasar yang melapuk atau sedimen yang belum memadat. 6) Horizon R, horizon ini tersusun atas batuan keras yang belum terlapukkan. Lapisan ini merupakan dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat pejal dan belum mengalami pelapukan.
  • 43. B. PERSEBARAN JENIS TANAH 1. KLASIFIKASI TANAH Ada berbagai sistem klasifikasi tanah yang ada didunia, tetapi ada dua sistem yang terkenal dan diterapkan secara luas yaitu : 1. Sistem klasifikasi tanah USDA atau dikenal dengan Soil Taxonomy 2. Sistem FAO/UNESCO yang dikenal dengan sistem World Referrence Base for Soil (WRB) Sistem klasifikasi tanah Indonesia lebih dikenal dengan nama sistem L.P.T/ Puspetan, yang didasarkan pada sistem USDA lama. Dalam perkembangan selanjutnya mengalami beberapa klai modifikasi dan penyempurnaan sampai diterbitkanya Term of Referrence Tipe A, Pemetaan Tanah, (1980). 2. Jenis tanah Satuan-satuan jenis tanah yang ada di Indonesia antara lain adalah : 1. Tanah Vulkanis Tanah Vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang dikeluarkan oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur karena mengandung unsur hara atau mineral yang diperlukan tanaman. Persebaran : Terdapat di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara. Pemanfaatan : dipergunakan di daerah pertanian dan perkebunan. Tanah Vulkanis terdiri dari dua jenis yaitu sebagai berikut : a) Regosol Dikategorikan sebagai tanah yang muda karena belum menunjukan adanya perkembangan horizon tanah. Mempunyai ciri berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning, cocok untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan. Persebaran : ada di lereng gunung api muda dan pada daerah beting dan gumuk pasir pantai.
  • 44. b) Andosol Berasal dari bahan induk abu atau tuf gunung api. Cirinya berbutir halus, tidak mudah tertiup angin, berwarna abu-abu, dan tanah ini sangat subur sehingga cocok untuk pertanian. Persebaran : Andosol banyak tersebar di daerah yang memiliki banyak gunung berapi atau sering terjadi aktivitas vulkanik, mulai dari ujung sumatera hingga ujung nusa tenggara dan sebagian kawasan sulawesi dan kepulauan maluku. Sedangkan untuk pulau kalimantan, sangat jarang dijumpai tanah andosol mengingat disana tidak banyak ditemukan gunung berapi dan berikut beberapa lokasi penyebaran tanah andosol di Indonesia. 2. Tanah Aluvial Berasal dari endapan lumpur yang dibawa aliran sungai. Tanah aluvial umumnya subur karena kandungan air yang cukup. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu. Persebaran : tanah ini ada di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Jawa. Pemanfaatan : Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena
  • 45. teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras untuk mencangkulnya. 3. Tanah Gambut atau Organosol Tanah gambut berwarna coklat kehitaman berasal dari bahan induk organik, biasanya dari hutan rawa atau rumput rawa. Memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi, PH juga tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan pada umumnya kurang subur. Persebaran : Kalimantan, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, dan Papua bagian Selatan. Pemanfaatan : Tanah gambut untuk persawahan, palawija, dan tanaman perkebunan seperti karet dan kelapa. 4. Tanah Podsolik Merah-Kuning Tanah ini terbentuk dari batuan kuarsa, tersebar didaerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun dan jenis tanah ini berwarna merah sampai kuning, bersifat asam sekali. Kandungan bahan organik sedikit, dan kandungan unsur hara rendah. Persebaran : Banyak ditemukan di Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Maluku, dan Papua.
  • 46. Pemanfaatan : tanah podsolik ini cocok untuk tanaman karet, pinus, dan akasia. 5. Mediterania Merah Kuning Jenis tanah hasil pelapukan dari batuan kapur keras (limestone). Tanah ini berwarna coklat hingga merah. Khusus tanah topografi karst merah kuning didaerah topografi karst disebut “Terra Rossa”. Penyebaran : Daerah beriklim subhumid, topografi karst pegunungan lipatan dan lereng vulkan dengan ketinggian dibawah 400 m. Pemanfaatan : Tanah ini bisa dimanfaatkan untuk tanaman jati dan palawija. 6. Tanah Litosol Tanah litosol adalah jenis tanah berbatu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Tanah ini berasal dari jenis batuan-batuan keras yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna sehingga sukar ditanami dan kandungan unsur haranya sangat rendah. Persebaran : Jenis tanah litosol banyak ditemukan dilereng gunung dan pegunungan diseluruh Indonesia. Pemanfaatan : Tanah litosol secara umum tidak bisa dimanfaatkan, hanya sebagian kecil yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman pohon-pohon besar di hutan, palawija, dan padang rumput.
  • 47. 7. Tanah Latosol Tanah latosol merupakan jenis tanah tua, mengalami proses pelapukan lebih lanjut. Jenis tanah latosol bersifat asam dan kandungan bahan organiknya rendah hingga rendah. Persebaran : Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Pemanfaatan : Tanah ini cocok untuk hutan hujan tropis. 8. Tanah Podsol Tanah ini terbentuk karena pengaruh suhu rendah dengan curah hujan yang tinggi, berwarna merah hingga kuning. Tanah podsol mengandung unsur hara yang sangat miskin, tidak subur, dan sulit ditananami. Persebaran : Tanah podsol banyak terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah dan Papua. Pemanfaatan : Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete.
  • 48. 9. Tanah Mergel Tanah mergel hampir sama dengan tanah kapur, yang membedakan adalah ia lebih mirip seperti pasir. Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan tanah liat dan mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata. Persebaran : Tanah mergel terdapat di Kediri dan Madiun serta Nusa Tenggara. Pemanfaatan : Tanah ini subur dan cocok dimanfaatkan untuk tanaman jati. 10. Tanah Laterit Tanah laterit adalah tanah hasil pencucian karena pengaruh suhu rendah dan curah hujan tinggi, mengakibatkan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh tanaman larut dan meninggalkan sisa oksida besi dan alumunium berwarna merah sehingga tanah ini tidak subur. Persebaran : Tanah laterit terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat. Pemanfaatan : untuk tanaman kelapa dan jambu mete.
  • 49. 11. Tanah Humus Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh- tumbuhan. Mengandung banyak unsur hara dan mineral dan sangat subur. Tanah ini memiliki unsur hara dan mineral yang banyak karena pelapukkan tumbuhan hingga warnanya agak kehitam hitaman. Persebaran : Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di Indonesia meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari Sulawesi. Pemanfaatan : Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena kandungannya yang sangat subur dan baik untuk tanaman G. PEMANFAATAN DAN KONSERVASI TANAH Konservasi (pengawetan) tanah merupakan upaya pemanfaatan tanah dan menerapkan kaidah-kaidah pengawetan agar tanah yang gunakan memberikan hasil optimal dan lestari. Tujuan konservasi tanah a. Mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan aliran permukaan. b. Memperbaiki tanah yang rusak. c. Mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapai produksi yang optimal dalam waktu tidak terbatas. d. Meningkatkan produktivitas lahan usaha tani. Metode yang digunakan dalam konservasi tanah dibagi menjadi tiga macam metode yaitu: a. Metode vegetatif Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan
  • 50. organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: cover crop (penanaman penutup lahan). Berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997). Teknik konservasi secara vegetatif adalah yang paling lazim dilakukan pada awalnya karena relatif mudah, murah serta efisien. Penanaman dengan jenis tanaman tertentu dapat bermakna ganda, pada satu sisi menghasilkan komoditas ekonomi tertentu sedang pada sisi lain bermakna pengawetan tanah (jujun sartohadi, dkk, 2013). 1) Penghijauan Penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanaman tahunan seperti akasia, angsana, flamboyant. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran di udara lapisan bawah. 2) Reboisasi Penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras seperti pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil kayunya 3) Penanaman secara kontur (Contour Strip Cropping) Yaitu menanami lahan searah garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8% 4) Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering) Yaitu penanaman lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara. Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan, memperhambat erosi, dan memperkaya bahan organik tanah 5) Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping) Yaitu melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar, jarak tanaman diperbesar. Sedangkan pada daerah yang kemiringannya lebih dari 8% maka jarak tanamannya dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi erosi dan mempertahankan kesuburan 6) Penggiliran tanaman (cropp rotation)
  • 51. Yaitu penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar kesuburan tanah tetap terpelihara b. Metode mekanik Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997). Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989). 1) Pengelolaan tanah menurut garis kontur (contour village) Yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran air dan memperbesar resapan air 2) Pembuatan tanggul/guludan/pematang bersaluran Yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat tertapung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat ditanami palawija 3) Pembuatan teras (terrasering) Yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air dan mengurangi erosi. Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang. 4) Pembuatan saliran air (drainase) Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat diperlambat atau mengatur aliran air sampai ke sungai
  • 52. c. Metode kimia Maksud dari metode kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. H. LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENYEDIAKAN DAN MEMANFAATKAN DATA GEOLOGI DI INDONESIA. a. Badan Geologi Badan Geologi merupakan salah satu unit teknis di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang berlokasi di Jl. Diponegoro 57, Bandung 40122. Badan Geologi mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi. Badan Geologi juga mempunyai tugas yaitu penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pelayanan di bidang geologi, Pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi, Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi dan pelaksanaan administrasi Badan Geologi. Badan Geologi terdiri dari unit-unit Eselon II dibawahnya, yaitu: 1. Pusat Survei Geologi 2. Pusat Sumber Daya Geologi 3. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan 4. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kelembagaan ini terbentuk antara tahun 2005 - sekarang bernama Badan Geologi. Badan Geologi menyimpan sebagian besar dokumen hasil penyelidikan mineral dan geologi dari berbagai pelosok wilayah Indonesia, berupa pustaka (laporan, terbitan, peta) dan percontoh (batuan, mineral, fosil). Selain menyimpan dokumen hasil penyelidikan dan pemetaan geologi, juga mewarisi dan merawat semua dokumen hasil penyelidikan dan pemetaan geologi dan bahan tambang yang dilakukan oleh lembaga - lembaga pendahulunya, mulai dari Dienst van het Mijnwezen (1850-1922) sampai dengan Puslitbang Geologi (1978-2005).
  • 53. Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM no 18 tahun 2010 Badan Geologi memiliki Tugas dan Fungsi sebagai berikut. 1. Tugas Melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi 2. Fungsi i. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pelayanan di bidang geologi. ii. Pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi iii. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi dan iv. Pelaksanaan administrasi Badan Geologi. b. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) PVMBG merupakan salah satu unit kerja Badan Geologi. Badan Geologi sendiri merupakan salah satu unit di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). PVMBG berkantor pusat di Bandung dan mempunyai tugas melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan, dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi. Lembaga ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1920. Pada saat itu, namanya adalah Vulkaan Bewakings Dients atau Dinas Penjagaan Gunung Api. Pada tahun 1922, namanya berubah menjadi Volcanologische Onderzoek. Sejak saat itu, lembaga ini membangun pos-pos pengamatan untuk memantau aktivitas gunung berapi di Indonesia. Gunung berapi yang dipantau aktivitasnya antara lain Gunung Krakatau, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, Gunung Merapi, dan Gunung Semeru. Setelah jaman penjajahan berakhir, dibentuklah Dinas Gunung Berapi yang posisinya berada di bawah Jawatan Pertambangan. Selanjutnya, nama lembaga ini terus berubah beberapa kali sampai akhirnya bernama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) seperti yang kita kenal sekarang.
  • 54. DAFTAR PUSTAKA (http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-jenis-tanah) diakses tanggal 13 Maret 2017. Gatot Hermanto. 2013. Geografi Untuk SMA/ MA Kelas X. Bandung: Yrama Widya Harmanto, Gatot. 2016. Buku Siswa Geografi untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Yrama Widya. http://azanulahyan.blogspot.co.id/2014/08/gerak-tektonik-orogenesa-dan- epirogenesa.html http://www.berpendidikan.com/2015/05/pengertian-bentuk-lipatan-dan- patahan-jenisnya.html https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?ver=22&idm ateri=154&mnu=Uraian2 https://www.plengdut.com/tenaga-endogen/514/ K. Wardiyatmoko. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:Erlangga. P., Yasinto Sindhu. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Sartohadi, Junun. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sitanala Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Yasinto Sindhu P dan Sunaryo. 2016. Mandiri Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga Yasinto Sindhu P. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:Erlangga. Yasinto Sindhu, P. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga