Densitas air laut bergantung pada suhu, salinitas, dan tekanan. Densitas memainkan peran penting dalam dinamika laut karena perbedaan densitas, baik secara vertikal maupun horizontal, dapat menghasilkan arus laut kuat. Distribusi densitas dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal dan perbedaan secara horizontal yang disebabkan oleh arus.
2. FUNGSI DENSITAS PERAIRAN :
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa
jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap
benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki
massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3
)
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis
yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah
ρ = m / v
dengan
ρ adalah massa jenis,
m adalah massa,
V adalah volume.
Satuan massa jenis dalam ‘CGS [centi-gram-sekon]‘ adalah: gram per sentimeter kubik (g/cm3
).
1 g/cm3
=1000 kg/m3
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal
dalam kolom perairan dan perbedaan secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi
densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang
berdensitas tinggi pada lapisan permukaan pada kedalaman tertentu. Densitas air laut
tergantung pada suhu dan salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu
dan salinitas. Densitas permukaan laut berkurang apabila ada pemanasan, presipitasi, dan aliran
sungai, serta dapat meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di
permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas
merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk
menyatakan densitas adalah ρ (rho).
3. Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water):
ρ = ρ(T,S,p)
Penentuan dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen
dan Ekman pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3
. Penentuan
dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan kisaran yang lebih besar,
menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal sebagai Persamaan Keadaan Internasional
(The International Equation of State, 1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam o
C,
salinitas dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal = 10.000 N
m-2
). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3
. Jadi, densitas dengan harga 1,025
g cm-3
dalam rumusan yang lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3
dalam
Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur,
kecuali pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada kisaran
1025 kg m-3
sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3
. Para oseanografer biasanya menggunakan
lambang σt(huruf Yunani sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan
densitas air laut. dimana σt = ρ – 1000 dan biasanya tidak menggunakan satuan (seharusnya
menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata air laut adalah σt = 25. Aturan
praktis yang dapat kita gunakan untuk menentukan perubahan densitas adalah: σtberubah
dengan nilai yang sama jika T berubah 1o
C, S 0,1, dan p yang sebanding dengan perubahan
kedalaman 50 m.
Perlu diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas di
bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini mengakibatkan adanya
konveksi panas.
S < 24.7 : air menjadi dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan
menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati) pendinginan terjadi hanya
pada lapisan campuran akibat angin (wind mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi
pembekuan. Di bagian kolam (basin) yang lebih dalam akan dipenuhi oleh air dengan
densitas maksimum.
S > 24.7 : konveksi selalu terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat akibat
adanya sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan air. Hal ini terjadi
karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas maksimum tercapai.
Seperti halnya pada temperatur, pada densitas juga dikenal parameter densitas
potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut yang dibawa secara adiabatis ke
level tekanan referensi.
Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses :
4. Evaporasi di permukaan laut
Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang, sehingga
besarnya densitas relatif homogeny
Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan juga
salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup besar
(Pynocline)
Dibawah Polycline hingga dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi
Densitas atau Thermohaline. Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air
dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.
Umumnya ada hubungan tak lansung antara suhu dan densitas, karena adanya ganguan
atom-atom dalam molekul air. Kenaikan sushu menurunkan densitas air laut dan menambah
daya larut air laut. Air murni dapat beku pada suhu 0 derajat Celsius, karena ada pengaruh dari
densitas dan salinitas air laut masih dapat cair pada suhu 0 derajat Celsius. Pada permukaan air
laut membeku pada suhu -1,9 derajat Celsius. Kapasitas menahan panas air laut dari air laut dan
sirkulasi massa air laut menjadikan laut sebagai pompa panas raksasa. Panas dari matahari akan
menghangatkan pada permukaan lintang rendah di bumi. Oleh sirkulasi permukaan air laut akan
mengngkut panas ke lintang yang tinggi yang seharusnya dingin akan menjadi panas seperti
daerah eropa. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan posisi Indonesia
merupakan posisi penentu dalam mengontrol iklim global dan dunia yang bersumber pada arus
lintas Indonesia dari samudera pasifik menuju samudera hindia dan atlantik.
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal di
dalam kolom perairan, dan perbedaan secara horisontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi
densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang
berdensitas tinggi pada lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Densitas air laut tergantung
pada suhu dan salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas.
Densitas permukaan laut berkurang karena ada pemanasan, presipitasi, run off dari daratan serta
meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan
massa air. Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and
Lindstrom (1991), mengatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % terlihat adanya hubungan
yang positif antara densitas dan suhu dengan kecepatan angin, dimana ada kecenderungan
meningkatnya kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum
densitas meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya
suhu.