SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
POTENSI EDIBLE INSECTS
DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN PROTEIN
DISAMPAIKAN PADA SEMINAR NASIONAL
TEMA : FOOD TECHNOLOGY AND ITS RELATION TO NUTRITION CONTANT
16 DESEMBER 2023
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
EDIBLE INSECTS
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit.
Sed eget lorem ac nibh auctor euismod. Duis
malesuada, mi a vehicula vehicula, quam nisl fringilla
neque, vel tristique orci nisl sed diam. Ut lacinia ante in
porta laoreet. Suspendisse dictum odio enim, et rutrum
mauris euismod in. In lorem nulla, ornare sed purus sit
amet, aliquam lacinia nibh.
EDIBLE INSECTS
EDIBLE INSECTS = NOVEL FOOD????
• Serangga yang dapat dimakan.
• Lebih dari 2 miliar orang diperkirakan memakan serangga
setiap hari.
• Secara global, lebih dari 2.000 spesies serangga dianggap
dapat dimakan, meskipun jauh lebih sedikit yang dibahas
untuk produksi massal industri dan diizinkan secara
regional untuk digunakan sebagai makanan.
NOVEL FOOD
• Non Traditional Food
• Dengan ketentuan, yaitu :
1) Pangan yang belum pernah dikonsumsi sebelumnya
2) Zat yang berasal dari bahan pangan yang belum
pernah di konsumsi sebelumnya
3) Substansi lain, atau sumber lain dari manapun
berasal, yang tidak memiliki riwayat konsumsi
manusia sebagai makanan
FAO 2017 : edible insect species
and the most important ones are in
the orders :
- Coleoptera (beetles)/Kumbang
- Lepidoptera (butterfly and
moths)/kupu-kupu/ngengat
- Hymenoptera (bees, wasps and ants) /
lebah/semut
- Orthoptera (grasshoppers and
crickets)/Belalang
- Isoptera (termites) / rayap
- Hemiptera (true bugs) / Kepik
- Homoptera (cicadas) / Kutu
Ensifera merupakan subordo
serangga yang mencakup
berbagai jenis jangkrik dan
sekutunya antara lain: jangkrik
sejati, jangkrik unta, jangkrik
semak atau tonggeret, grig, weta,
dan monster Cooloola. bersifat
karnivora, memakan serangga
lain, serta tumbuhan.
01
JANGKRIK
02 03 04
Coleoptera dalam superordo
Holometabola berupa
kumbang, serangga yang
membentuk ordo, sekitar
400.000 spesies yang
dideskripsikan, ordo terbesar
dari semua ordo, mencakup
hampir 40% serangga dan 25%
dari seluruh spesies hewan
yang diketahui
KUMBANG
Orthoptera adalah
ordo serangga yang
terdiri dari belalang,
Lebih dari 20.000
spesies tersebar di
seluruh dunia.
BELALANG
Caelifera adalah
subordo serangga
ortopteran; wereng
tanah (Tetrigoidea),
mencakup sekitar 2.400
genera yang valid dan
sekitar 12.000 spesies
yang diketahui.
WERENG
INSECTS YANG SERING DIKONSUMSI
Lepidoptera merupakan ordo
serangga yang mencakup
kupu-kupu dan ngengat.
Sekitar 180.000 spesies
Lepidoptera telah
dideskripsikan,
01
NGENGAT/RAYAP
02 03 04
Hyminoptera adalah
sejumlah besar serangga,
terdiri dari lalat gergaji,
tawon, lebah, dan semut.
Lebih dari 150.000
spesies Hymenoptera
yang hidup
LEBAH/TAWON
Hemiptera adalah ordo
serangga yangbiasa
disebut kutu sejati, terdiri
dari lebih dari 80.000
spesies seperti jangkrik,
kutu daun, wereng,
wereng, kutu pembunuh,
kutu busuk, dan kutu
perisai.
KEPIK
Homoptera adalah
penghasil zat pewarna alami
Karmin CL 75470, yang
memiliki nama ilmiah
Dactylopius coccus costa,
digunakan pada makanan,
minuman, tekstil, obat-obatan
dan kosmetik
KUTU
Negara pemakan serangga
yang paling banyak adalah :
1.Thailand
2.China
3.Mexico
4.Ghana
5.Australia
6.Jepang
7.Korea Selatan
In 130 countries, 3071 ethnic
groups consume over 2086
insect species, with the African,
Australian, Asian, and South
American continents
traditionally being the most
entomophagous regions
Belalang Goreng
(Gunungkidul, DIY)
MASAKAN TERBUAT DARI INSECTS
DI INDONESIA
Peyek Laron
(Jawa)
Tawon Gurih Pedas
(Banyuwangi, Jatim)
Getok Capung
(Sukabumi, Jabar)
Kepompong Tumis
(Blora, Jateng)
Jangkrik Goreng
(Jawa)
Sate Ulat Sagu
(Papua)
INSECTS SERING DIKONMSUMSI
DI INDONESIA
Sumber : Kuntadi et al. 2016
6 JENIS INSECTS YANG SERING DIMAKAN DI
INDONESIA
Empat spesies merupakan serangga yang
dibudidayakan,
yaitu
1. jangkrik (Gryllus sp.),
2. ulat kuning (Tenebrio molitor L.),
3. ulat bambu raksasa (Zophobas morio F.),
4. ulat sutera (Bombyx mori L.).
Dua spesies lain ditangkap dari alam yaitu:
1. belalang jawa (Valanga nigricornis Burm.)
2. belalang padi (Nomadacris succincta L.)
PROTEIN
• Rata-rata kandungan protein pada serangga kering bervariasi antara
35% (rayap) dan 61% (jangkrik, belalang) dan pada beberapa kasus
mencapai 77%
• Kandungan protein serangga setara dengan daging babi dan sapi
(40–75 g/100 g berat kering)
• Sebagian besar spesies serangga yang dapat dimakan memenuhi
rekomendasi kandungan asam amino (fenilalanin, tirosin, triptofan,
• treonin dan lisin)
LEMAK
• Kandungan lemak total berkisar antara 2% hingga 62% [33].
• Profil asam lemak serupa dengan lemak hewani dan minyak nabati
• asam lemak tak jenuh dalam jumlah tinggi, dengan kadar hingga
75% dari total kandungan asam lemak
• Komposisi dari omega-3 tak jenuh ganda dan beberapa asam lemak
lainnya adalah sebanding dengan yang ditemukan pada ikan dan
lebih tinggi dibandingkan pada babi dan sapi.
• Serangga darat terbukti mengandung jumlah yang lebih tinggi asam
lemak tak jenuh ganda rantai panjang dibandingkan serangga air
N u t r i e n t s C o n t a n t
LARANA, INC.
KARBOHIDRAT
• terdiri dari kitin, yang menyediakan serat dalam jumlah besar. Konten kitin menyumbang sekitar 10% dari berat kering dan
tergantung pada serangga spesies dan tahap perkembangan
• Kitin yang dimurnikan terdiri dari sekitar 90% serat makanan yang dapat dicerna oleh manusia
• Baik kitin maupun bentuk deasilasinya, kitosan, mungkin memberikan efek menguntungkan pada kesehatan kardiovaskular dan
kolon, respon imun adaptif, pengurangan kolesterol dan luka penyembuhn
VITAMIN
• Mengandung tinggi vitamin B kompleks (riboflavin,
pantotenat asam dan biotin)
• konsentrasi vitamin C rendah
MINERAL
• Meskipun serangga rendah kalsium, natrium dan kalium,
• Tinggi kadar magnesium, seng dan tembaga pada jangkrik
dan belalang
• Jangkrik dan rayap mengandung konsentrasi tinggi zat besi
dan seng
• Tembaga, magnesium, adar mangan dan zinc pada belalang
dan ulat bambu lebih tinggi dibandingkan daging sapi
N u t r i t i o n c o n t e n t ( e x e m p l e )
WWW.REALLYGREATSITE.COM
LARANA, INC.
Edible insects (based on dry matter) Protein Fat Fiber NFE Ash Energy Origin
[%] [%] [%] [%] [%] content
[Kcal/100 g]
Blattodea (cockroaches)
57.30 29.90 5.31 4.53 2.94
Blaberus sp.1
43.90 34.20 8.44 10.09 3.33 Mexico; wild
Periplaneta americana L.1
65.60 28.20 3.00 0.78 2.48 Mexico; wild
Periplaneta australasiae F.1 62.40 27.30 4.50 2.73 3.00 Mexico; wild
Coleoptera (beetles, grubs)
40.69 33.40 10.74 13.20 5.07 490.30
Analeptes trifasciata2
29.62 18.39 1.96 43.60 4.21 Nigeria; wild
Aplagiognathus spinosus3
26.00 36.00 15.00 19.00 3.00 Mexico; wild
Aplagiognathus spinosus4
25.80 36.38 15.01 19.53 3.28 508.30 Mexico; wild
Arophalus rusticus4
20.10 56.06 5.14 17.04 1.66 652.30 Mexico; wild
Callipogon barbatus3
41.00 34.00 23.00 1.00 2.00 Mexico; wild
Copris nevinsoni Waterhouse5
54.43 13.61 15.15 7.63 9.18 Thailand; wild
Cybister flavocicinctus4
69.01 5.64 Mexico; wild
Holotrichia sp.5
51.74 5.41 19.31 11.20 12.34 Thailand; wild
Homolepta sp.3
54.00 18.00 12.00 10.00 7.00 Mexico; wild
Metamasius spinolae4
69.05 17.44 3.65 9.24 0.62 Mexico; wild
Oileus rimator3
21.00 47.00 13.00 18.00 2.00 Mexico; wild
Oryctes boas (larvae)2
26.00 1.50 3.40 38.50 1.50 Nigeria; wild
Oryctes rhinoceros (larvae)6
50.48 0.66 33.25 15.25 342.14 Nigeria; wild
Oryctes rhinoceros (larvae)7
30.15 38.12 17.16 14.13 Nigeria; wild
Oryctes rhinocerus Linnaeus (larvae)8
57.81 0.73 1.40 24.51 15.56 Nigeria; wild
Passalus af. Punctiger3
26.00 44.00 15.00 12.00 3.00 Mexico; wild
Phyllophaga sp.4
47.41 18.81 4.17 15.92 13.69 282.74 Mexico; wild
Phyllophaga sp. (larvae)9
42.52 5.72 12.30 15.36 24.10 282.32 Mexico; wild
Rhantus atricolor4
71.10 6.37 12.26 5.67 4.60 Mexico; wild
Rhynchophorus phoenicis (larvae)2
28.42 31.40 2.82 48.60 2.70 Nigeria; wild
Rhynchophorus phoenicis (larvae)10
41.69 37.12 3.27 478.60 Nigeria; wild
Sumber : Rumpold and Schuletr. 2013
KANDUNGAN
PROTEIN
Kandungan protein tertinggi (berdasarkan bahan
kering) adalah :
1. Orthoptera (belalang, jangkrik).
2. Blattodea (kecoa)
3. Odonata (capung)
Kandungan protein serangga yang dapat
dimakan antara 35,34% untuk Isoptera (rayap)
dan 61,32% untuk Orthoptera (jangkrik,
belalang). Kandungan protein maksimum
antara 56,22% (Odonata) dan 77,13%
(Orthoptera)
Sumber : Rumpold and Schuletr. 2013
PROTEIN
EFEK KESEHATAN
• protein serangga dapat menjadi
pilihan yang tepat alternatif yang
digunakan untuk meningkatkan
sintesis protein otot.
• Kehadiran kitin pada bahan dasar
serangga dapat mengakibatkan laju
pencernaan lebih lambat dan
pelepasan asam amino tertunda.
• kadar insulin secara signifikan lebih
rendah setelah dikonsumsi produk
berbasis serangga dibandingkan
dengan sumber protein lainnya
ASAM LEMAK TAK
JENUH
• mengandung asam lemak tak jenuh dalam
jumlah tinggi, dengan kadar yang terhitung
hingga 75% dari total kandungan asam lemak
• Komposisi dari omega-3 tak jenuh ganda dan
beberapa asam lemak lainnya dalam ulat
bambu adalah sebanding dengan yang
ditemukan pada ikan dan lebih tinggi
dibandingkan pada babi dan sapi.
• Serangga darat terbukti mengandung jumlah
yang lebih tinggi asam lemak tak jenuh ganda
rantai panjang dibandingkan serangga air
CHITIN
• Kitin menyumbang sekitar 10% dari
berat kering dan tergantung pada
serangga spesies dan tahap
perkembangan
• Kitin yang dimurnikan terdiri dari
sekitar 90% serat makanan yang
dapat dicerna oleh manusia
• Baik kitin maupun bentuk deasilasinya,
kitosan, memberikan efek
menguntungkan pada kesehatan
kardiovaskular dan kolon, bawaan dan
respon imun adaptif, pengurangan
kolesterol dan lukapenyembuhan
Keracunan
Alergi Zat Antigizi
BAHAYA KONSUMSI INSECTS
• Protein pada ulat bambu tampaknya
memiliki struktur yang mirip dengan
protein pada kepiting, udang, atau udang
(Broekman, 2016)
• Makanan apa pun yang mengandung
protein dapat menyebabkannya
• reaksi alergi dan beberapa protein yang
terkandung dalam EI seperti arginin
kinase, α-amilase dan tropomiosin,
• Orang telah ditemukan berisiko terkena
alergi reaksi terhadap jenis EI, seperti
jangkrik dan ulat bambu..
• Akumulasi logam berat telah dilaporkan pada
serangga yang dapat dimakan,
• Arsenik dan kadmium telah ditunjukkan terakumulasi
pada larva ulat bambu kuning dan lalat tentara hitam
• Peran potensial EI dalam penularan parasite penyakit
bawaan makanan misalnya, Dicrocoelium
dendriticum telah terbukti dapat ditularkan kepada
manusia melalui konsumsi semut.
• Serangga yang dipanen secara liar, lebih mungkin
menularkan penyakit parasit pada manusia
dibandingkan serangga yang dibudidayakan.
• Mikotoksin yang berasal dari kontaminasi substrat
pakan di mana serangga dipelihara. Berbagai
mikotoksin telah terdteksi dengan aflatoksin, terbukti
bersifat karsinogen, juga telah terbukti
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak-
anak
• Aflatoksin dan kontaminasi pestisida dari tempat
hidup dan pakan ED
• Dapat menghambat asupan, pencernaan,
penyerapan dan pemanfaatan zat gizi makro dan
zat gizi mikro dan mungkin menghasilkan efek
kesehatan yang merugikan pada konsumen
• Beberapa spesies serangga telah dilaporkan
mengandung antinutrien tersebut, termasuk
alkaloid, saponin, tanin, oksalat, fitat dan
hidrosianida
• heksamerin, tropomiosin, α-amilasen
diidentifikasi sebagai alergen pada ulat bambu
EFEK ALERGI / KERACUNAN Konsumsi serangga ini dapat menyebabkan mual, muntah,
gangguan penglihatan, atau lebih buruk lagi
Hasil Systematic
Literature Review dari
35 Artikel menggunakan
VOSViewer
menunjukkan faktor
yang paling banyak
mempengaruhi :
1. Entomophagy
2. Sustainibility
3. Food neophobia
4. Disgust
5. Willingness to eat
6. Consumer behavior
7. knowledge
Riset / Review Faktor yang mempengaruhi
perpective dan acceptability EI
Conclusion
Sumber : Schluter et al. 2016,
Bentuk Olahan
Pangan dengan
Edible insects
T A N T A N G A N E D I B L E I N S E C T S
Alergen
• Alergi
terhadap zat
tertentu
• Menimbulkan
gatal, mual,
pusing,
muntah
Faktor
Mikrobiologi
• Mengandung
mikroba dari
makanan dan
lingkungan
• Mikroba
patogen
Keamanan
pangan
• Kebersihan
tidak terjamin
• Berasal dari
hutan atau
tempat hidup
lainnya
Penolakan Legitimasi
• Jijik
• Takut
• Tidak
sehat/beracun
• Larangan
agama
• Kelompok
Vegan
• Regulasi
melarang/batasi
PENUTUP
• Peningkatan asupan protein melalui makan serangga dapat
meningkatkan kualitas nutrisi secara signifikan
• Rata-rata kandungan protein pada serangga kering
bervariasi antara 35% (rayap) dan 61% (jangkrik, belalang)
dan pada beberapa kasus mencapai 77%
• Kandungan protein serangga setara dengan daging babi
dan sapi (40–75 g/100 g berat kering)
• Sebagian besar spesies Edible insects memenuhi
rekomendasi kandungan asam amino (fenilalanin, tirosin,
triptofan, treonin dan lisin)
• Tantangan edible insects sebagai novel food
dengan protein tinggi adalah selain
penolakan, adanya zat allergen, kontaminasi
mikroba, kemanan pangan dan legitimasi juga
akibat berbahaya dari konsumsi EI
REFERENCES
1. Lange, K.W.; Nakamura, Y. Edible Insects as Future Food: Chances and
Challenges. J. Future Foods 2021, 1, 38–46. [CrossRef]
2. Huis, A.V.; Itterbeeck, J.A.; Klunder, H.; Mertens, E.; Halloran, A.; Muir, G.;
Vantomme, P. Edible Insects-Future Prospects for Food and Feed Security
Edible Insects Future Prospects for Food and Feed Security; FAO-Food and
Agriculture Organization of the United Nations: Rome, Italy, 2013.
3. Birgit A. Rumpold and Oliver K. Schlu
¨ ter . Nutritional composition
and safety aspectsof edible insects. Mol. Nutr. Food Res. 2013, 57,
802–823 . http://doi.org/10.1002/mnfr.201200735
4. Klaus W. Lange*, Yukiko Nakamura. Edible insects as future food: chances and
challenges. Journal of Future Foods1-1 (2021) 38–46
1http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/
5. Oliver Schlüter, Birgit Rumpold, Thomas Holzhauser,et al. Safety
aspects of the production of foods and food ingredients from
insects. Molecular Nutrition & Food Researc.
https://doi.org/10.1002/mnfr.201600520
6. Raquel P. F. Guiné 1,* , Sofia G. Florença 1 , Cristina A. Costa 1 et al. Edible
Insects: Perceptions of Marketing, Economic, and Social Aspects among
Citizens of Different Countries. Foods 2023, 12, 4229.
https://doi.org/10.3390/foods12234229
7. Nura Abdullahi1*, Enerst Chukwusoro Igwe2, Munir Abba Dandago1, Alkasim
Kabiru Yunusa1. Consumption Of Edible-insects: The Challenges And The Prospects
. Food Scientech Journal 3(1) 2021. http://doi.org/10.33512/fsj.v3i1.10468
8. Kuntadi* , Yelin Adalina and Kun E. Maharani. NUTRITIONAL COMPOSITIONS
OF SIX EDIBLE INSECTS IN JAVA. Indonesian Journal of Forestry Research Vol. 5,
No. 1, April 2018, 57-68.
9. 35 Article from SLR ; A Global Perspective and Acceptability of Edible
Insects as Novel Food: A Systematic Literature Review
THANK
YOU

More Related Content

Similar to Edible Insects

Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptfahmiganteng
 
Keanekaragaman makhluk hidup oleh kelompok 7
Keanekaragaman makhluk hidup oleh kelompok 7Keanekaragaman makhluk hidup oleh kelompok 7
Keanekaragaman makhluk hidup oleh kelompok 7Agustinus Wiyarno
 
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Biocomunity Bekasi
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Moh Masnur
 
Jurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraJurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraSurya Agus
 
Insekta yang berhubungan dengan hiegenitas dan sanitasi.pptx
Insekta yang berhubungan dengan hiegenitas dan sanitasi.pptxInsekta yang berhubungan dengan hiegenitas dan sanitasi.pptx
Insekta yang berhubungan dengan hiegenitas dan sanitasi.pptxAnonymouscdLyeXKB
 
Analisis isi lambung kadal
Analisis isi lambung kadalAnalisis isi lambung kadal
Analisis isi lambung kadalErvi Afifah
 
PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK Ayda.N Mazlan
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiJosua Sitorus
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraSurya Agus
 
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictIlmianisa Azizah
 
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )Pyo Jihoon
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatidenotsudiana
 
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptxppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptxSudarminSudarmin3
 

Similar to Edible Insects (20)

Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
 
Keanekaragaman makhluk hidup oleh kelompok 7
Keanekaragaman makhluk hidup oleh kelompok 7Keanekaragaman makhluk hidup oleh kelompok 7
Keanekaragaman makhluk hidup oleh kelompok 7
 
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
 
Kelomok 1 leidoptera
Kelomok 1 leidopteraKelomok 1 leidoptera
Kelomok 1 leidoptera
 
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
 
Jurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraJurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT Diptera
 
Insekta yang berhubungan dengan hiegenitas dan sanitasi.pptx
Insekta yang berhubungan dengan hiegenitas dan sanitasi.pptxInsekta yang berhubungan dengan hiegenitas dan sanitasi.pptx
Insekta yang berhubungan dengan hiegenitas dan sanitasi.pptx
 
Analisis isi lambung kadal
Analisis isi lambung kadalAnalisis isi lambung kadal
Analisis isi lambung kadal
 
LKPD 1,2,3 fix uts.docx
LKPD 1,2,3 fix uts.docxLKPD 1,2,3 fix uts.docx
LKPD 1,2,3 fix uts.docx
 
LKPD 1,2,3 fix uts.docx
LKPD 1,2,3 fix uts.docxLKPD 1,2,3 fix uts.docx
LKPD 1,2,3 fix uts.docx
 
PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT Hemiptera
 
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
 
Ekologi
EkologiEkologi
Ekologi
 
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
 
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptxppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
 

More from Syartiwidya Syariful (20)

Pengemasan
PengemasanPengemasan
Pengemasan
 
Jasa Boga
Jasa BogaJasa Boga
Jasa Boga
 
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure dan SSOP
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure  dan SSOPRantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure  dan SSOP
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure dan SSOP
 
Identifikasi Kerusakan
 Identifikasi Kerusakan Identifikasi Kerusakan
Identifikasi Kerusakan
 
Kerusakan Pangan
Kerusakan  PanganKerusakan  Pangan
Kerusakan Pangan
 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
 
Fermentasi
Fermentasi Fermentasi
Fermentasi
 
Pengawetan beku
Pengawetan bekuPengawetan beku
Pengawetan beku
 
Manipulasi Genetika.pdf
Manipulasi Genetika.pdfManipulasi Genetika.pdf
Manipulasi Genetika.pdf
 
Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
Apa itu Protein
Apa itu ProteinApa itu Protein
Apa itu Protein
 
Karbohidrat
 Karbohidrat Karbohidrat
Karbohidrat
 
Hubungan gizi dengan kesehatan.pdf
Hubungan gizi dengan kesehatan.pdfHubungan gizi dengan kesehatan.pdf
Hubungan gizi dengan kesehatan.pdf
 
Konsep ilmu gizi
Konsep ilmu giziKonsep ilmu gizi
Konsep ilmu gizi
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 
Zat gizi dan Evaluasi gizi Hasil Pertanian
Zat gizi dan Evaluasi gizi Hasil PertanianZat gizi dan Evaluasi gizi Hasil Pertanian
Zat gizi dan Evaluasi gizi Hasil Pertanian
 
Pengeringan
PengeringanPengeringan
Pengeringan
 
Pemanggangan
PemangganganPemanggangan
Pemanggangan
 
Penerapan Sanitasi Industri
Penerapan Sanitasi IndustriPenerapan Sanitasi Industri
Penerapan Sanitasi Industri
 

Edible Insects

  • 1. POTENSI EDIBLE INSECTS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PROTEIN DISAMPAIKAN PADA SEMINAR NASIONAL TEMA : FOOD TECHNOLOGY AND ITS RELATION TO NUTRITION CONTANT 16 DESEMBER 2023 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
  • 2. EDIBLE INSECTS Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed eget lorem ac nibh auctor euismod. Duis malesuada, mi a vehicula vehicula, quam nisl fringilla neque, vel tristique orci nisl sed diam. Ut lacinia ante in porta laoreet. Suspendisse dictum odio enim, et rutrum mauris euismod in. In lorem nulla, ornare sed purus sit amet, aliquam lacinia nibh.
  • 3. EDIBLE INSECTS EDIBLE INSECTS = NOVEL FOOD???? • Serangga yang dapat dimakan. • Lebih dari 2 miliar orang diperkirakan memakan serangga setiap hari. • Secara global, lebih dari 2.000 spesies serangga dianggap dapat dimakan, meskipun jauh lebih sedikit yang dibahas untuk produksi massal industri dan diizinkan secara regional untuk digunakan sebagai makanan. NOVEL FOOD • Non Traditional Food • Dengan ketentuan, yaitu : 1) Pangan yang belum pernah dikonsumsi sebelumnya 2) Zat yang berasal dari bahan pangan yang belum pernah di konsumsi sebelumnya 3) Substansi lain, atau sumber lain dari manapun berasal, yang tidak memiliki riwayat konsumsi manusia sebagai makanan
  • 4. FAO 2017 : edible insect species and the most important ones are in the orders : - Coleoptera (beetles)/Kumbang - Lepidoptera (butterfly and moths)/kupu-kupu/ngengat - Hymenoptera (bees, wasps and ants) / lebah/semut - Orthoptera (grasshoppers and crickets)/Belalang - Isoptera (termites) / rayap - Hemiptera (true bugs) / Kepik - Homoptera (cicadas) / Kutu
  • 5. Ensifera merupakan subordo serangga yang mencakup berbagai jenis jangkrik dan sekutunya antara lain: jangkrik sejati, jangkrik unta, jangkrik semak atau tonggeret, grig, weta, dan monster Cooloola. bersifat karnivora, memakan serangga lain, serta tumbuhan. 01 JANGKRIK 02 03 04 Coleoptera dalam superordo Holometabola berupa kumbang, serangga yang membentuk ordo, sekitar 400.000 spesies yang dideskripsikan, ordo terbesar dari semua ordo, mencakup hampir 40% serangga dan 25% dari seluruh spesies hewan yang diketahui KUMBANG Orthoptera adalah ordo serangga yang terdiri dari belalang, Lebih dari 20.000 spesies tersebar di seluruh dunia. BELALANG Caelifera adalah subordo serangga ortopteran; wereng tanah (Tetrigoidea), mencakup sekitar 2.400 genera yang valid dan sekitar 12.000 spesies yang diketahui. WERENG INSECTS YANG SERING DIKONSUMSI
  • 6. Lepidoptera merupakan ordo serangga yang mencakup kupu-kupu dan ngengat. Sekitar 180.000 spesies Lepidoptera telah dideskripsikan, 01 NGENGAT/RAYAP 02 03 04 Hyminoptera adalah sejumlah besar serangga, terdiri dari lalat gergaji, tawon, lebah, dan semut. Lebih dari 150.000 spesies Hymenoptera yang hidup LEBAH/TAWON Hemiptera adalah ordo serangga yangbiasa disebut kutu sejati, terdiri dari lebih dari 80.000 spesies seperti jangkrik, kutu daun, wereng, wereng, kutu pembunuh, kutu busuk, dan kutu perisai. KEPIK Homoptera adalah penghasil zat pewarna alami Karmin CL 75470, yang memiliki nama ilmiah Dactylopius coccus costa, digunakan pada makanan, minuman, tekstil, obat-obatan dan kosmetik KUTU
  • 7. Negara pemakan serangga yang paling banyak adalah : 1.Thailand 2.China 3.Mexico 4.Ghana 5.Australia 6.Jepang 7.Korea Selatan In 130 countries, 3071 ethnic groups consume over 2086 insect species, with the African, Australian, Asian, and South American continents traditionally being the most entomophagous regions
  • 8. Belalang Goreng (Gunungkidul, DIY) MASAKAN TERBUAT DARI INSECTS DI INDONESIA Peyek Laron (Jawa) Tawon Gurih Pedas (Banyuwangi, Jatim) Getok Capung (Sukabumi, Jabar) Kepompong Tumis (Blora, Jateng) Jangkrik Goreng (Jawa) Sate Ulat Sagu (Papua)
  • 9. INSECTS SERING DIKONMSUMSI DI INDONESIA Sumber : Kuntadi et al. 2016 6 JENIS INSECTS YANG SERING DIMAKAN DI INDONESIA Empat spesies merupakan serangga yang dibudidayakan, yaitu 1. jangkrik (Gryllus sp.), 2. ulat kuning (Tenebrio molitor L.), 3. ulat bambu raksasa (Zophobas morio F.), 4. ulat sutera (Bombyx mori L.). Dua spesies lain ditangkap dari alam yaitu: 1. belalang jawa (Valanga nigricornis Burm.) 2. belalang padi (Nomadacris succincta L.)
  • 10. PROTEIN • Rata-rata kandungan protein pada serangga kering bervariasi antara 35% (rayap) dan 61% (jangkrik, belalang) dan pada beberapa kasus mencapai 77% • Kandungan protein serangga setara dengan daging babi dan sapi (40–75 g/100 g berat kering) • Sebagian besar spesies serangga yang dapat dimakan memenuhi rekomendasi kandungan asam amino (fenilalanin, tirosin, triptofan, • treonin dan lisin) LEMAK • Kandungan lemak total berkisar antara 2% hingga 62% [33]. • Profil asam lemak serupa dengan lemak hewani dan minyak nabati • asam lemak tak jenuh dalam jumlah tinggi, dengan kadar hingga 75% dari total kandungan asam lemak • Komposisi dari omega-3 tak jenuh ganda dan beberapa asam lemak lainnya adalah sebanding dengan yang ditemukan pada ikan dan lebih tinggi dibandingkan pada babi dan sapi. • Serangga darat terbukti mengandung jumlah yang lebih tinggi asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang dibandingkan serangga air N u t r i e n t s C o n t a n t LARANA, INC. KARBOHIDRAT • terdiri dari kitin, yang menyediakan serat dalam jumlah besar. Konten kitin menyumbang sekitar 10% dari berat kering dan tergantung pada serangga spesies dan tahap perkembangan • Kitin yang dimurnikan terdiri dari sekitar 90% serat makanan yang dapat dicerna oleh manusia • Baik kitin maupun bentuk deasilasinya, kitosan, mungkin memberikan efek menguntungkan pada kesehatan kardiovaskular dan kolon, respon imun adaptif, pengurangan kolesterol dan luka penyembuhn
  • 11. VITAMIN • Mengandung tinggi vitamin B kompleks (riboflavin, pantotenat asam dan biotin) • konsentrasi vitamin C rendah MINERAL • Meskipun serangga rendah kalsium, natrium dan kalium, • Tinggi kadar magnesium, seng dan tembaga pada jangkrik dan belalang • Jangkrik dan rayap mengandung konsentrasi tinggi zat besi dan seng • Tembaga, magnesium, adar mangan dan zinc pada belalang dan ulat bambu lebih tinggi dibandingkan daging sapi
  • 12. N u t r i t i o n c o n t e n t ( e x e m p l e ) WWW.REALLYGREATSITE.COM LARANA, INC. Edible insects (based on dry matter) Protein Fat Fiber NFE Ash Energy Origin [%] [%] [%] [%] [%] content [Kcal/100 g] Blattodea (cockroaches) 57.30 29.90 5.31 4.53 2.94 Blaberus sp.1 43.90 34.20 8.44 10.09 3.33 Mexico; wild Periplaneta americana L.1 65.60 28.20 3.00 0.78 2.48 Mexico; wild Periplaneta australasiae F.1 62.40 27.30 4.50 2.73 3.00 Mexico; wild Coleoptera (beetles, grubs) 40.69 33.40 10.74 13.20 5.07 490.30 Analeptes trifasciata2 29.62 18.39 1.96 43.60 4.21 Nigeria; wild Aplagiognathus spinosus3 26.00 36.00 15.00 19.00 3.00 Mexico; wild Aplagiognathus spinosus4 25.80 36.38 15.01 19.53 3.28 508.30 Mexico; wild Arophalus rusticus4 20.10 56.06 5.14 17.04 1.66 652.30 Mexico; wild Callipogon barbatus3 41.00 34.00 23.00 1.00 2.00 Mexico; wild Copris nevinsoni Waterhouse5 54.43 13.61 15.15 7.63 9.18 Thailand; wild Cybister flavocicinctus4 69.01 5.64 Mexico; wild Holotrichia sp.5 51.74 5.41 19.31 11.20 12.34 Thailand; wild Homolepta sp.3 54.00 18.00 12.00 10.00 7.00 Mexico; wild Metamasius spinolae4 69.05 17.44 3.65 9.24 0.62 Mexico; wild Oileus rimator3 21.00 47.00 13.00 18.00 2.00 Mexico; wild Oryctes boas (larvae)2 26.00 1.50 3.40 38.50 1.50 Nigeria; wild Oryctes rhinoceros (larvae)6 50.48 0.66 33.25 15.25 342.14 Nigeria; wild Oryctes rhinoceros (larvae)7 30.15 38.12 17.16 14.13 Nigeria; wild Oryctes rhinocerus Linnaeus (larvae)8 57.81 0.73 1.40 24.51 15.56 Nigeria; wild Passalus af. Punctiger3 26.00 44.00 15.00 12.00 3.00 Mexico; wild Phyllophaga sp.4 47.41 18.81 4.17 15.92 13.69 282.74 Mexico; wild Phyllophaga sp. (larvae)9 42.52 5.72 12.30 15.36 24.10 282.32 Mexico; wild Rhantus atricolor4 71.10 6.37 12.26 5.67 4.60 Mexico; wild Rhynchophorus phoenicis (larvae)2 28.42 31.40 2.82 48.60 2.70 Nigeria; wild Rhynchophorus phoenicis (larvae)10 41.69 37.12 3.27 478.60 Nigeria; wild Sumber : Rumpold and Schuletr. 2013
  • 13. KANDUNGAN PROTEIN Kandungan protein tertinggi (berdasarkan bahan kering) adalah : 1. Orthoptera (belalang, jangkrik). 2. Blattodea (kecoa) 3. Odonata (capung) Kandungan protein serangga yang dapat dimakan antara 35,34% untuk Isoptera (rayap) dan 61,32% untuk Orthoptera (jangkrik, belalang). Kandungan protein maksimum antara 56,22% (Odonata) dan 77,13% (Orthoptera) Sumber : Rumpold and Schuletr. 2013
  • 14. PROTEIN EFEK KESEHATAN • protein serangga dapat menjadi pilihan yang tepat alternatif yang digunakan untuk meningkatkan sintesis protein otot. • Kehadiran kitin pada bahan dasar serangga dapat mengakibatkan laju pencernaan lebih lambat dan pelepasan asam amino tertunda. • kadar insulin secara signifikan lebih rendah setelah dikonsumsi produk berbasis serangga dibandingkan dengan sumber protein lainnya ASAM LEMAK TAK JENUH • mengandung asam lemak tak jenuh dalam jumlah tinggi, dengan kadar yang terhitung hingga 75% dari total kandungan asam lemak • Komposisi dari omega-3 tak jenuh ganda dan beberapa asam lemak lainnya dalam ulat bambu adalah sebanding dengan yang ditemukan pada ikan dan lebih tinggi dibandingkan pada babi dan sapi. • Serangga darat terbukti mengandung jumlah yang lebih tinggi asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang dibandingkan serangga air CHITIN • Kitin menyumbang sekitar 10% dari berat kering dan tergantung pada serangga spesies dan tahap perkembangan • Kitin yang dimurnikan terdiri dari sekitar 90% serat makanan yang dapat dicerna oleh manusia • Baik kitin maupun bentuk deasilasinya, kitosan, memberikan efek menguntungkan pada kesehatan kardiovaskular dan kolon, bawaan dan respon imun adaptif, pengurangan kolesterol dan lukapenyembuhan
  • 15. Keracunan Alergi Zat Antigizi BAHAYA KONSUMSI INSECTS • Protein pada ulat bambu tampaknya memiliki struktur yang mirip dengan protein pada kepiting, udang, atau udang (Broekman, 2016) • Makanan apa pun yang mengandung protein dapat menyebabkannya • reaksi alergi dan beberapa protein yang terkandung dalam EI seperti arginin kinase, α-amilase dan tropomiosin, • Orang telah ditemukan berisiko terkena alergi reaksi terhadap jenis EI, seperti jangkrik dan ulat bambu.. • Akumulasi logam berat telah dilaporkan pada serangga yang dapat dimakan, • Arsenik dan kadmium telah ditunjukkan terakumulasi pada larva ulat bambu kuning dan lalat tentara hitam • Peran potensial EI dalam penularan parasite penyakit bawaan makanan misalnya, Dicrocoelium dendriticum telah terbukti dapat ditularkan kepada manusia melalui konsumsi semut. • Serangga yang dipanen secara liar, lebih mungkin menularkan penyakit parasit pada manusia dibandingkan serangga yang dibudidayakan. • Mikotoksin yang berasal dari kontaminasi substrat pakan di mana serangga dipelihara. Berbagai mikotoksin telah terdteksi dengan aflatoksin, terbukti bersifat karsinogen, juga telah terbukti mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak- anak • Aflatoksin dan kontaminasi pestisida dari tempat hidup dan pakan ED • Dapat menghambat asupan, pencernaan, penyerapan dan pemanfaatan zat gizi makro dan zat gizi mikro dan mungkin menghasilkan efek kesehatan yang merugikan pada konsumen • Beberapa spesies serangga telah dilaporkan mengandung antinutrien tersebut, termasuk alkaloid, saponin, tanin, oksalat, fitat dan hidrosianida • heksamerin, tropomiosin, α-amilasen diidentifikasi sebagai alergen pada ulat bambu EFEK ALERGI / KERACUNAN Konsumsi serangga ini dapat menyebabkan mual, muntah, gangguan penglihatan, atau lebih buruk lagi
  • 16. Hasil Systematic Literature Review dari 35 Artikel menggunakan VOSViewer menunjukkan faktor yang paling banyak mempengaruhi : 1. Entomophagy 2. Sustainibility 3. Food neophobia 4. Disgust 5. Willingness to eat 6. Consumer behavior 7. knowledge Riset / Review Faktor yang mempengaruhi perpective dan acceptability EI
  • 19. T A N T A N G A N E D I B L E I N S E C T S Alergen • Alergi terhadap zat tertentu • Menimbulkan gatal, mual, pusing, muntah Faktor Mikrobiologi • Mengandung mikroba dari makanan dan lingkungan • Mikroba patogen Keamanan pangan • Kebersihan tidak terjamin • Berasal dari hutan atau tempat hidup lainnya Penolakan Legitimasi • Jijik • Takut • Tidak sehat/beracun • Larangan agama • Kelompok Vegan • Regulasi melarang/batasi
  • 20. PENUTUP • Peningkatan asupan protein melalui makan serangga dapat meningkatkan kualitas nutrisi secara signifikan • Rata-rata kandungan protein pada serangga kering bervariasi antara 35% (rayap) dan 61% (jangkrik, belalang) dan pada beberapa kasus mencapai 77% • Kandungan protein serangga setara dengan daging babi dan sapi (40–75 g/100 g berat kering) • Sebagian besar spesies Edible insects memenuhi rekomendasi kandungan asam amino (fenilalanin, tirosin, triptofan, treonin dan lisin) • Tantangan edible insects sebagai novel food dengan protein tinggi adalah selain penolakan, adanya zat allergen, kontaminasi mikroba, kemanan pangan dan legitimasi juga akibat berbahaya dari konsumsi EI
  • 21. REFERENCES 1. Lange, K.W.; Nakamura, Y. Edible Insects as Future Food: Chances and Challenges. J. Future Foods 2021, 1, 38–46. [CrossRef] 2. Huis, A.V.; Itterbeeck, J.A.; Klunder, H.; Mertens, E.; Halloran, A.; Muir, G.; Vantomme, P. Edible Insects-Future Prospects for Food and Feed Security Edible Insects Future Prospects for Food and Feed Security; FAO-Food and Agriculture Organization of the United Nations: Rome, Italy, 2013. 3. Birgit A. Rumpold and Oliver K. Schlu ¨ ter . Nutritional composition and safety aspectsof edible insects. Mol. Nutr. Food Res. 2013, 57, 802–823 . http://doi.org/10.1002/mnfr.201200735 4. Klaus W. Lange*, Yukiko Nakamura. Edible insects as future food: chances and challenges. Journal of Future Foods1-1 (2021) 38–46 1http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/ 5. Oliver Schlüter, Birgit Rumpold, Thomas Holzhauser,et al. Safety aspects of the production of foods and food ingredients from insects. Molecular Nutrition & Food Researc. https://doi.org/10.1002/mnfr.201600520 6. Raquel P. F. Guiné 1,* , Sofia G. Florença 1 , Cristina A. Costa 1 et al. Edible Insects: Perceptions of Marketing, Economic, and Social Aspects among Citizens of Different Countries. Foods 2023, 12, 4229. https://doi.org/10.3390/foods12234229 7. Nura Abdullahi1*, Enerst Chukwusoro Igwe2, Munir Abba Dandago1, Alkasim Kabiru Yunusa1. Consumption Of Edible-insects: The Challenges And The Prospects . Food Scientech Journal 3(1) 2021. http://doi.org/10.33512/fsj.v3i1.10468 8. Kuntadi* , Yelin Adalina and Kun E. Maharani. NUTRITIONAL COMPOSITIONS OF SIX EDIBLE INSECTS IN JAVA. Indonesian Journal of Forestry Research Vol. 5, No. 1, April 2018, 57-68. 9. 35 Article from SLR ; A Global Perspective and Acceptability of Edible Insects as Novel Food: A Systematic Literature Review