SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
Download to read offline
PENGAWETAN
BEKU
Dr. Syartiwidya, STP., Msi
Praktisi
q Menurut Tambunan (1999), pembekuan berarti pemindahan
panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair
ke padat, dan merupakan salah satu proses pengawetan yang
umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan.
q Pada proses pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan
aktifitas mikroorganisma dan sistem enzim, sehingga mencegah
kerusakan bahan pangan.
q Selain itu, kristalisasi air akibat pembekuan akan mengurangi
kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan tersebut
sehingga menghambat pertumbuhan mikroba atau aktivitas
sekunder enzim.
PENGERTIAN
PEMBEKUAN
Tujuan
menurunkan suhu sampai batas titik tertentu
yang dapat menghambat proses deteriorasi
oleh mikroba sehingga diperoleh produk yang
lebih awet.
Mekanisme Pembekuan :
1. Panas bahan diambil à suhu turun hingga
titik beku
2. Energi panas terus dilepaskan à air dan
bahan pangan membeku
3. Energi panas terus dilepaskan à hingga
suhu yang dikehendaki
PEMBEKUAN
q Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau
dengan terbentuknya es (ketersediaan air menurun), maka
kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat atau dihentikan
sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan.
q Mutu hasil pembekuan masih mendekati buah segar walaupun
tidak dapat dibandingkan dengan mutu hasil pendinginan.
q Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan
pangan yang lebih baik daripada metoda lain, karena
pengawetan dengan suhu rendah (pembekuan) dapat
menghambat aktivitas mikroba mencegah terjadinya reaksi-
reaksi kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak
kandungan gizi bahan pangan.
MANFAAT
Pengaruh dari
Pembekuan
a. Pengaruh Pembekuan terhadap Jaringan
Umumnya telah diketahui bahwa pada tahapan ini terjadi
kerusakan sel dan struktur yang irreversible yang mengakibatkan
mutu menjadi jelek setelah pencairan, terjadi khususnya sebagai hasil
pembentukan kristal es yang besar dan perpindahan air selama
pembekuan dari dalam sel ke bagian luar sel yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel karena pengaruh tekanan osmotis.
Pembekuan yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu
yang tidak terlalu besar, akan membentuk kristal-kristal es kecil di
dalam sel dan akan mempertahankan jaringan dengan kerusakan
minimum pada membran sel.
b. Pengaruh Pembekuan terhadap Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di
bawah kira-kira -12oC belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi
penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar 18oC dan di
bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobologis, dengan
persyaratan tidak terjadi perubahan suhu yang besar.
Pembekuan yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu
yang tidak terlalu besar, akan membentuk kristal-kristal es kecil di
dalam sel dan akan mempertahankan jaringan dengan kerusakan
minimum pada membran sel.
Pengaruh dari
Pembekuan
b. Pengaruh Pembekuan terhadap Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di
bawah kira-kira -12oC belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi
penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar 18oC dan di
bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobologis, dengan
persyaratan tidak terjadi perubahan suhu yang besar.
Mikroorganisme psikofilik mempunyai kemampuan untuk tumbuh
pada suhu lemari es terutama di antara 0o dan 5oC. Jadi
penyimpanan yang lama pada suhu-suhu ini baik sebelum atau
sesudah pembekuan dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan oleh mikroba.
Pengaruh dari
Pembekuan
c. Pengaruh Pembekuan terhadap Protein
Oleh karena pembekuan hanya menyebabkan sedikit perubahan
nilai gizi protein, maka dimungkinkan untuk mendenaturasi protein
dengan perlakukan demikian. Hal ini dapat dilihat dalam proses
pendadihan bahan-bahan yang berprotein terutama selama
pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.
Walaupun nilai biologis protein yang mengalami denaturasi, sebagai
bahan pangan manusia, tidak banyak berbeda dengan protein asli,
kenampakan dan kualitas bahan pangan tersebut mungkin akan
berubah sama sekali karena perlakuan-perlakuan yang demikian.
Pengaruh dari
Pembekuan
d. Pengaruh Pembekuan terhadap Enzim
Aktivitas enzim tergantung pada suhu. Aktivitas enzim mempunyai pH
optimum dan dipengaruhi oleh kadar substrat. Aktivitas suatu enzim atau system
enzim dapat dirusakan pada suhu mendekati 200oF. Enzim masih mempunyai
sebagian aktivitasnya pada suhu serendah –100oF. Walaupun kecepatan reaksinya
sangat rendah pada suhu tersebut. Sistem enzim hewan cenderung mempunyai
kecepatan reaksi optimum pada suhu sekitar 98oF.
Sistem enzim tanaman cenderung mempunyai suhu optimum pada suhu yang
sedikit lebih rendah. Pembekuan menghentikan aktivitas mikrobiologis. Aktivitas
enzim hanya dihambat oleh suhu pembekuan. Pengendalian enzim yang termudah
dapat dikerjakan dengan merusak dengan perlakuan pemanasan yang pendek
(balansing) sebelum pembekuan dan penyimpanan.
Pengaruh dari
Pembekuan
e. Pengaruh Pembekuan terhadap Lemak
Deteriorasi oksidatif lemak dan minyak bukanlah hal yang asing lagi pada
bahan pangan. Lemak dalam jaringan ikan cenderung lebih cepat menjadi tengik
daripada lemak dalam jaringan hewan.
Pada suhu –10oC ketengikan yang berkembang dalam jaringan berlemak yang
beku sangat berkurang. Lemak yang tengik cenderung mempunyai nilai gizi yang
lebih rendah daripada lemak yang segar. Untuk mencegah proses tersebut maka
proses pembekuan merupakan pencegahan yang sangat baik hampir pada semua
makanan berlemak.
METODE
PEMBEKUAN
- Penggunaan udara dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu rendah
kontak langsung dengan makanan, misalnya dengan alat-alat pembeku tiup
(blast), terowongan (tunnel), bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral, tali (belt)
dan lain-lain.
­ Kontak langsung misalnya alat pembeku lempeng (plate freezer), di mana
makanan atau cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam
(lempengan, silindris) yang telah didinginkan dengan mensirkulasi cairan
pendingin (alat pembeku berlempeng banyak).
­ Perendaman langsung makanan ke dalam cairan pendingin, atau
menyemprotkan cairan pendingin di atas makanannya (misalnya nitrogen cair dan
freon, larutan gula atau garam).
àwaktu yang diperlukan untuk menurunkan suhu
pusat dari suhu awal produk tersebut menjadi suhu
yang diinginkan (Muchtadi dan Fitriyono, 2010).
Waktu pembekuan (Freezing Time)
Ø Persamaan Plank
Persamaan ini menggambarkan periode perubahan
fase pada proses pembekuan untuk air.
Pendugaan Laju Pembekuan
• Jumlah pindah panas,q, yang melewati dua
lapisan beku secara konduksi dan konveksi :
• Karena semua panas yang dilepas pada saat pembekuan
harus dilepaskan ke sekelilingnya maka :
( )
kf
x
h
T
T
dt
dx
L a
F
f
+
-
=
1
r
( )
1
kf
x
h
T
T
A
q A
F
+
-
=
r f = the density of the frozen material
L f = the change in the latent heat of the food (kJ/kg)
T f = the freezing temperature (°C)
T a = the freezing air temperature (°C)
h = the convective heat transfer coefficient at the surface of the
material (W/(m2 °C))
k = the thermal conductivity of the frozen material (W/m °C)
• sehingga, waktu pembekuan, tF adalah:
( ) ú
ú
û
ù
ê
ê
ë
é
+
-
=
f
a
F
f
F
k
R’a
h
P’a
T
T
L
t
2
r
• Panas Laten Bahan:
L
m
L m
f =
L = 333,2 kJ/(kg K)
P’= 1/2 , R’= 1/8 à infinite plate
P’= 1/4 , R’= 1/16 à infinite cylinder
P’= 1/6 , R’= 1/24 à sphere
Ø Metode Pham
• Metode ini dapat digunakan untuk bahan yang bentuk
tidak beraturan dengan pendekatan elipsoidal.
• Keunggulan dari metode ini adalah mudah digunakan
dengan tingkat keakuratan yang dapat dipercaya
• Metode ini menggunakan asumsi sebagai berikut:
- kondisi lingkungan adalah konstan
- suhu awal , Ti, konstan
- nilai suhu akhir, Tc, tetap
- konveksi pada permukaan bahan
mengikuti hukum Newton tentang
pendinginan.
Diagram Pembekuan
• Suhu rata-rata pembekuan (T fm )membagi
pembekuan menjadi dua bagian yaitu pre cooling dan
post cooling
• Dari data penelitian Pham (1986) maka ditemukan :
dimana Tc : suhu akhir (°C) dan
Ta : suhu medium pembekuan (°C).
Persamaan tersebut cocok untuk bahan pangan yang
banyak mengandung air.
a
c
fm T
T
T 105
,
0
263
,
0
8
,
1 +
+
=
• Waktu pembekuan untuk beberapa bentuk beraturan :
÷
ø
ö
ç
è
æ
+
ú
û
ù
ê
ë
é
D
D
+
D
D
=
2
1
2
2
1
1 Bi
f
N
T
H
T
H
h
E
dc
t
dc = a characteristic dimension or radius (m)
h = the convective heat transfer coefficient (W/m2 K)
E f = the shape factor, an equivalent heat transfer heat transfer
dimension
E f = 1 à infinite slab
E f = 2 à infinite cylinder
E f = 3 à sphere
• DH1 adalah perubahan enthalpi secara volumetrik
untuk periode pre cooling (J/m3).
cu = panas spesifik untuk bahan yang tak terbekukan
(J/[kg.K]),
Ti = suhu awal bahan (°C)
• DH2 adalah perubahan enthalpi secara volumetrik
pada periode perubahan fase dan post cooling .
( )
[ ]
c
fm
f
f
f T
T
c
L
H -
+
=
D r
2
cf = panas spesifik untuk bahan beku(J/[kg.K])
Lf = panas laten pembekuan (J/kg)
rf = massa jenis bahan beku
( )
fm
i
u
u T
T
c
H -
=
D r
1
ú - Ta
û
ù
ê
ë
é +
=
2
fm
i T
T
Tfm = mean freezing temperature
T a = freezing medium temperature
DT1
Tfm - Ta
=
DT2
KURVA HUBUNGAN ANTARA SUHU DAN
WAKTU SELAMA PEMBEKUAN
Pelepasan panas
sensibel air
Supercooling
Pelepasan panas laten
Suhu eutectic
Panas
sensibel es
A-S
• Produk atau bahan pangan didinginkan sampai suhu di bawah titik beku θf (bergantung
jenis bahan), dengan pengecualian air murni, selalu di bawah 0 oC.
• Pada titik S, air tetap cair, walaupun di bawah titik beku. Gejala ini disebut sebagai
kondisi lewat dingin, biasanya 10 oC di bawah titik beku.
• Periode lewat dingin dipengaruhi oleh jenis bahan dan kecepatan pengambilan panas.
S-B
• Suhu meningkat secara cepat sampai titik beku ketika kristal es mulai terbentuk dan panas
laten kristalisasi dilepaskan.
• Jumlah inti kristal yang terbentuk dipengaruhi oleh kecepatan pindah panas. Pindah panas
tinggi menghasilkan sejumlah besar inti kristal.
B-C
• Panas dilepaskan dari bahan pangan.
• Panas laten diambil dan es terbentuk, tetapi suhu tetap hampir konstan.
• Titik beku turun akibat peningkatan konsentrasi solut pada cairan yang tidak beku. Saat
tersebut sebagian kristal es terbentuk.
C-D
• Saat sebagian solut menjadi lewat jenuh dan mengkristal.
• Panas laten kristalisasi dilepaskan dan suhu meningkat.
D-E
• Kristalisasi air dan solut berlanjut.
• Waktu total yang diperlukan, tf, ditentukan berdasarkan kecepatan pengambilan panas.
E-F
• Suhu campuran air-es turun sampai suhu pembeku (freezer).
• Sebagian air tetap tidak membeku pada saat suhu yang digunakan pada
pembekuan komersial.
• Proporsi es yang terbentuk bergantung pada jenis dan komposisi bahan pangan
dan suhu penyimpanan.
• Misalnya, pada suhu penyimpanan -20 oC persentase es pada daging kambing
sebesar 85%, pada ikan sebesar 91%, dan pada albumin telur sebesar 93%.
KURVA PEMBEKUAN CEPAT DAN
LAMBAT
(1)
(3)
(2)
Contoh 1
Sayuran segar didistribusikan dengan menggunakan truk berpendingin. Total waktu yang
diperlukan hingga sampai pasar adalah 48 jam. Hitunglah jumlah panas yang harus
dilepaskan, jika sayuran segar (kapasitas panas 4,02 kJ kg-1 oC-1) beratnya 3 ton, suhu
pendingin 2 oC, suhu sayur pada saat siap dimasukkan ke dalam truk adalah 5 oC, dan
panas respirasi sayuran pada kisaran suhu ini adalah 0,035 J detik-1 kg-1!
Jawab
Panas yang dapat dihitung adalah panas sensibel untuk menurunkan suhu dari 5 oC menjadi 2 oC:
Q 1 = m Cp ∆T = (3000 kg) (4,02 kJ kg-1 oC-1) (5 – 2) oC = 36,180 kJ
Panas respirasi yang ditimbulkan sayuran:
Q2 = m qresp = (3000 kg) (0,035 J detik-1 kg-1) (1 kJ/1000 J) (48 jam) (3600 detik/jam) = 18,144 kJ
Panas yang harus dihilangkan:
Q1 + Q2 = 36,180 + 18,144 = 54,324 kJ
Waktu Pembekuan
Waktu yang diperlukan untuk menurunkan suhu dari bahan
pangan dari suhu awalnya ke suhu di bawah titik beku yang
diinginkan di bagian pusatnya
Penting diketahui untuk disain proses pembekuan, antara lain untuk memperkiran
ukuran sistem dan evaluasi beban refrigerasi
Waktu yang diperlukan untuk membekukan bahan sangat tergantung berbagai
faktor, yaitu (a) ukuran dan bentuk bahan, (b) konduktivitas panas bahan, (c) luas
bahan tempat terjadinya pindah panas, (d) koefisien pindah panas permukaan dari
medium, (e) perbedaan panas antara bahan dan media pembeku, (f) jenis
pengemas yang digunakan
Perhitungan waktu pembekuan pada kenyataannya cukup sulit. Hal ini disebabkan
adanya perbedaan suhu pembekuan dan laju pembentukan kristal es pada bagian
yang berbeda dari bahan dan terjadinya perubahan densitas, konduktivitas panas,
panas jenis, dan difusivitas panas bahan selama penurunan suhu
Perkiraan waktu pembekuan dengan menggunakan metode waktu-suhu
dikembangkan oleh Plank
Waktu efektif pembekuan didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
menurunkan suhu bahan dari suhu awal ke suhu tertentu yang diinginkan
pada titik pusat bahan yang dianggap paling lambat melepskan panas
Asumsi yang dikembangkan Plank:
• Seluruh air dalam bahan pangan berada pada fase air pada awal pembekuan
• Kehilangan panas sensibel diabaikan
• Pindah panas terjadi secara lambat dalam kondisi steady state
• Pembekuan tidak memengaruhi bentuk bahan (bulat, silinder, kubus, dsb.)
• Terdapat hanya satu suhu pembekuan
• Konduktivitas panas dan pindah panas dari bahan konstan (tidak dipengaruhi
oleh penurunan suhu selama pembekuan)
Waktu pembekuan bahan pangan
berbentuk kubus:
Tf (detik) = waktu pembekuan
L (m) = panjang kubus
h (Wm-2K-1) = koefisien transfer panas permukaan
θf (oC) = titik beku bahan pangan
θa (oC) = suhu medium pembekuan
λ (J kg-1) = panas laten kristalisasi
ρ (kg m-3) = densitas bahan pangan
x (m) = tebal pengemasan
k1 (Wm-1K-1) = konduktivitas panas pengemasan
k2 (Wm-1K-1) = konduktivitas panas daerah beku
Angka 6 dan 24 merupakan faktor. Bentuk atau dimensi bahan yang lain
memerlukan faktor yang berbeda yang mewakili jarak terdekat dari pusat ke
permukaan bahan pangan à 2 dan 8 untuk bentuk lempeng (slab), 4 dan 6
untuk bentuk silinder, 6 dan 24 untuk bentuk bulat
Contoh 2
Potongan kentang berbentuk kubus dengan sisi 5 cm dikeringkan dengan cepat
menggunakan blast freezer pada suhu -40 oC dengan koefisien transfer panas
permukaan 30 Wm-2K-1. Jika titik beku kentang adalah -1 oC, dan densitasnya 1180
kgm-3, dugalah waktu pembekuan tiap kubusnya. Apabila kubus tersebut dikemas
dalam kardus berukuran 20 x 10 x 10 cm, hitunglah waktu pembekuannya. Diketahui
bahwa tebal kardus 1,5 mm, konduktivitas panas kardus 0,07 Wm-1K-1, konduktivitas
panas kentang 2,5 Wm-1K-1 dan panas laten kristalisasi 2,74 x 105 J kg-1
Jawab
Tanpa pengemasan:
= 2648 detik = 44 menit
(2,74 x 105) 1180
-1 – (-40)
0,05
6
1
30
+ 0 +
0,052
24 x 2,5
tf =
Bahan dikemas dalam kardus,
sehingga membentuk lempeng setebal
10 cm:
(2,74 x 105)
1180
-1 – (-40)
0,1
2
1
30
+ 0,0015
0,07
+
0,12
8 x 2,5
tf =
= 25462,94 detik
= 7,07 jam
Sifat Koligatif Bahan Pangan
Air murni pada tekanan 1 atm umumnya memeku pada 0 oC, sedangkan air
dalam bentuk larutan membeku di bawah 0 oC
Sifat penurunan titik beku larutan dikenal sebagai sifat koligatif larutan à
dipengaruhi oleh jenis pelarut dan tekanan udara
Penurunan titik beku larutan untuk pelarut air pada tekanan atmosfer:
di mana:
m = molalitas (mol solut/1000 g pelarut)
TAo = titik beku pelarut murni (untuk air 0 oC atau K)
Rg = konstanta gas = 8,314 J mol-1k-1
λ = panas laten pembekuan, kJ kg-1 (untuk air 335 kJ kg-1)
BMA = berat molekul pelarut
Bila titik beku larutan diketahui, maka fraksi mol air dalam larutan
tersebut dapat dihitung dengan persamaan:
Contoh 3
Suatu adonan es krim memiliki komposisi: 10% butterfat, 12% solid non-fat (54,5% dari solid
non-fat adalah laktosa), 15% sukrosa, 0,22% stabilizer, dan 62,78% air. Berapakah
penurunan titik beku es krim tersebut?
Jawab
Asumsikan bahwa hanya gula (laktosa dan sukrosa) yang mempunyai efek
menurunkan titik beku larutan
BM sukrosa = BM laktosa = 342 g mol-1
Fraksi gula = 0,15 + 0,12(0,545) = 0,2154
Fraksi air = 0,6278
Konsentrasi gula dalam air = 0,2154/0,6278 = 0,3431 g gula/g air = 343,1 g gula/1000 g air
m =
343,1/342 mol gula
1000 g air
= 1,003 m
∆Tf =
(8,314 J mol -1K-1) (273)2 (18 g mol-1) (1,003 mol kg-1)
(1000)(335) J kg-1
= 33,39 K
Contoh 4
Buah anggur diketahui memiliki kadar air 84,7%, titik beku (Tf) -1,08 oC
dan panas laten (λ) 6003 J mol-1. Hitunglah berapa fraksi mol airnya!
Jawab
6003 J mol-1
8,314 J mol-1 K-1
1 1
_
273 K 271,2 K
= ln XA
ln XA = -0,01755
XA = 0,9826 (fraksi mol air yang terdapat dalam buah anggur)

More Related Content

Similar to Pengawetan beku

3.-Pendinginan.pptx.pptx
3.-Pendinginan.pptx.pptx3.-Pendinginan.pptx.pptx
3.-Pendinginan.pptx.pptx
Hafizmuchti
 
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Nur Haida
 
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikPendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
cecepisnandarsetiawan
 
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenikpendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
azizah ramadhani
 
pengondisian ikan
pengondisian ikan pengondisian ikan
pengondisian ikan
Kiki Amelia
 

Similar to Pengawetan beku (20)

3.-Pendinginan.pptx.pptx
3.-Pendinginan.pptx.pptx3.-Pendinginan.pptx.pptx
3.-Pendinginan.pptx.pptx
 
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.ppt
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.pptPPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.ppt
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.ppt
 
Pembekuan
PembekuanPembekuan
Pembekuan
 
Sterilisasi
SterilisasiSterilisasi
Sterilisasi
 
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
 
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikPendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
 
Sterilisasi pangan
Sterilisasi panganSterilisasi pangan
Sterilisasi pangan
 
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenikpendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
 
p08-0809-suhu-dan-kalor.ppt
p08-0809-suhu-dan-kalor.pptp08-0809-suhu-dan-kalor.ppt
p08-0809-suhu-dan-kalor.ppt
 
Penggunaan Suhu 2.pptx
Penggunaan Suhu 2.pptxPenggunaan Suhu 2.pptx
Penggunaan Suhu 2.pptx
 
P08 0809 suhu dan kalor
P08 0809 suhu dan kalorP08 0809 suhu dan kalor
P08 0809 suhu dan kalor
 
pengondisian ikan
pengondisian ikan pengondisian ikan
pengondisian ikan
 
KARAKTERISTIK PEMBEKUAN VAKUM PULP MARKISA Vacuum Freezing Characteristics of...
KARAKTERISTIK PEMBEKUAN VAKUM PULP MARKISA Vacuum Freezing Characteristics of...KARAKTERISTIK PEMBEKUAN VAKUM PULP MARKISA Vacuum Freezing Characteristics of...
KARAKTERISTIK PEMBEKUAN VAKUM PULP MARKISA Vacuum Freezing Characteristics of...
 
Makalah ptp
Makalah ptpMakalah ptp
Makalah ptp
 
Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Suhu atau Temperatur.pdf
Suhu atau Temperatur.pdfSuhu atau Temperatur.pdf
Suhu atau Temperatur.pdf
 
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtrPeran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 

More from Syartiwidya Syariful

More from Syartiwidya Syariful (20)

Edible Insects
Edible InsectsEdible Insects
Edible Insects
 
Pengemasan
PengemasanPengemasan
Pengemasan
 
Jasa Boga
Jasa BogaJasa Boga
Jasa Boga
 
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure dan SSOP
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure  dan SSOPRantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure  dan SSOP
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure dan SSOP
 
Identifikasi Kerusakan
 Identifikasi Kerusakan Identifikasi Kerusakan
Identifikasi Kerusakan
 
Kerusakan Pangan
Kerusakan  PanganKerusakan  Pangan
Kerusakan Pangan
 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
 
Fermentasi
Fermentasi Fermentasi
Fermentasi
 
Manipulasi Genetika.pdf
Manipulasi Genetika.pdfManipulasi Genetika.pdf
Manipulasi Genetika.pdf
 
Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
Apa itu Protein
Apa itu ProteinApa itu Protein
Apa itu Protein
 
Karbohidrat
 Karbohidrat Karbohidrat
Karbohidrat
 
Hubungan gizi dengan kesehatan.pdf
Hubungan gizi dengan kesehatan.pdfHubungan gizi dengan kesehatan.pdf
Hubungan gizi dengan kesehatan.pdf
 
Konsep ilmu gizi
Konsep ilmu giziKonsep ilmu gizi
Konsep ilmu gizi
 
Zat gizi dan Evaluasi gizi Hasil Pertanian
Zat gizi dan Evaluasi gizi Hasil PertanianZat gizi dan Evaluasi gizi Hasil Pertanian
Zat gizi dan Evaluasi gizi Hasil Pertanian
 
Pengeringan
PengeringanPengeringan
Pengeringan
 
Pemanggangan
PemangganganPemanggangan
Pemanggangan
 
Penerapan Sanitasi Industri
Penerapan Sanitasi IndustriPenerapan Sanitasi Industri
Penerapan Sanitasi Industri
 
Bahan Pembersih dalam Sanitasi
Bahan Pembersih dalam SanitasiBahan Pembersih dalam Sanitasi
Bahan Pembersih dalam Sanitasi
 

Pengawetan beku

  • 2. q Menurut Tambunan (1999), pembekuan berarti pemindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat, dan merupakan salah satu proses pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan. q Pada proses pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisma dan sistem enzim, sehingga mencegah kerusakan bahan pangan. q Selain itu, kristalisasi air akibat pembekuan akan mengurangi kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan tersebut sehingga menghambat pertumbuhan mikroba atau aktivitas sekunder enzim. PENGERTIAN
  • 3. PEMBEKUAN Tujuan menurunkan suhu sampai batas titik tertentu yang dapat menghambat proses deteriorasi oleh mikroba sehingga diperoleh produk yang lebih awet.
  • 4. Mekanisme Pembekuan : 1. Panas bahan diambil à suhu turun hingga titik beku 2. Energi panas terus dilepaskan à air dan bahan pangan membeku 3. Energi panas terus dilepaskan à hingga suhu yang dikehendaki PEMBEKUAN
  • 5. q Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es (ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. q Mutu hasil pembekuan masih mendekati buah segar walaupun tidak dapat dibandingkan dengan mutu hasil pendinginan. q Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan pangan yang lebih baik daripada metoda lain, karena pengawetan dengan suhu rendah (pembekuan) dapat menghambat aktivitas mikroba mencegah terjadinya reaksi- reaksi kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan pangan. MANFAAT
  • 6. Pengaruh dari Pembekuan a. Pengaruh Pembekuan terhadap Jaringan Umumnya telah diketahui bahwa pada tahapan ini terjadi kerusakan sel dan struktur yang irreversible yang mengakibatkan mutu menjadi jelek setelah pencairan, terjadi khususnya sebagai hasil pembentukan kristal es yang besar dan perpindahan air selama pembekuan dari dalam sel ke bagian luar sel yang dapat mengakibatkan kerusakan sel karena pengaruh tekanan osmotis. Pembekuan yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar, akan membentuk kristal-kristal es kecil di dalam sel dan akan mempertahankan jaringan dengan kerusakan minimum pada membran sel.
  • 7. b. Pengaruh Pembekuan terhadap Mikroorganisme Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah kira-kira -12oC belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar 18oC dan di bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobologis, dengan persyaratan tidak terjadi perubahan suhu yang besar. Pembekuan yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar, akan membentuk kristal-kristal es kecil di dalam sel dan akan mempertahankan jaringan dengan kerusakan minimum pada membran sel.
  • 8. Pengaruh dari Pembekuan b. Pengaruh Pembekuan terhadap Mikroorganisme Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah kira-kira -12oC belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar 18oC dan di bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobologis, dengan persyaratan tidak terjadi perubahan suhu yang besar. Mikroorganisme psikofilik mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada suhu lemari es terutama di antara 0o dan 5oC. Jadi penyimpanan yang lama pada suhu-suhu ini baik sebelum atau sesudah pembekuan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan oleh mikroba.
  • 9. Pengaruh dari Pembekuan c. Pengaruh Pembekuan terhadap Protein Oleh karena pembekuan hanya menyebabkan sedikit perubahan nilai gizi protein, maka dimungkinkan untuk mendenaturasi protein dengan perlakukan demikian. Hal ini dapat dilihat dalam proses pendadihan bahan-bahan yang berprotein terutama selama pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang. Walaupun nilai biologis protein yang mengalami denaturasi, sebagai bahan pangan manusia, tidak banyak berbeda dengan protein asli, kenampakan dan kualitas bahan pangan tersebut mungkin akan berubah sama sekali karena perlakuan-perlakuan yang demikian.
  • 10. Pengaruh dari Pembekuan d. Pengaruh Pembekuan terhadap Enzim Aktivitas enzim tergantung pada suhu. Aktivitas enzim mempunyai pH optimum dan dipengaruhi oleh kadar substrat. Aktivitas suatu enzim atau system enzim dapat dirusakan pada suhu mendekati 200oF. Enzim masih mempunyai sebagian aktivitasnya pada suhu serendah –100oF. Walaupun kecepatan reaksinya sangat rendah pada suhu tersebut. Sistem enzim hewan cenderung mempunyai kecepatan reaksi optimum pada suhu sekitar 98oF. Sistem enzim tanaman cenderung mempunyai suhu optimum pada suhu yang sedikit lebih rendah. Pembekuan menghentikan aktivitas mikrobiologis. Aktivitas enzim hanya dihambat oleh suhu pembekuan. Pengendalian enzim yang termudah dapat dikerjakan dengan merusak dengan perlakuan pemanasan yang pendek (balansing) sebelum pembekuan dan penyimpanan.
  • 11. Pengaruh dari Pembekuan e. Pengaruh Pembekuan terhadap Lemak Deteriorasi oksidatif lemak dan minyak bukanlah hal yang asing lagi pada bahan pangan. Lemak dalam jaringan ikan cenderung lebih cepat menjadi tengik daripada lemak dalam jaringan hewan. Pada suhu –10oC ketengikan yang berkembang dalam jaringan berlemak yang beku sangat berkurang. Lemak yang tengik cenderung mempunyai nilai gizi yang lebih rendah daripada lemak yang segar. Untuk mencegah proses tersebut maka proses pembekuan merupakan pencegahan yang sangat baik hampir pada semua makanan berlemak.
  • 12. METODE PEMBEKUAN - Penggunaan udara dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu rendah kontak langsung dengan makanan, misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (blast), terowongan (tunnel), bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral, tali (belt) dan lain-lain. ­ Kontak langsung misalnya alat pembeku lempeng (plate freezer), di mana makanan atau cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam (lempengan, silindris) yang telah didinginkan dengan mensirkulasi cairan pendingin (alat pembeku berlempeng banyak). ­ Perendaman langsung makanan ke dalam cairan pendingin, atau menyemprotkan cairan pendingin di atas makanannya (misalnya nitrogen cair dan freon, larutan gula atau garam).
  • 13. àwaktu yang diperlukan untuk menurunkan suhu pusat dari suhu awal produk tersebut menjadi suhu yang diinginkan (Muchtadi dan Fitriyono, 2010). Waktu pembekuan (Freezing Time)
  • 14. Ø Persamaan Plank Persamaan ini menggambarkan periode perubahan fase pada proses pembekuan untuk air. Pendugaan Laju Pembekuan
  • 15. • Jumlah pindah panas,q, yang melewati dua lapisan beku secara konduksi dan konveksi : • Karena semua panas yang dilepas pada saat pembekuan harus dilepaskan ke sekelilingnya maka : ( ) kf x h T T dt dx L a F f + - = 1 r ( ) 1 kf x h T T A q A F + - =
  • 16. r f = the density of the frozen material L f = the change in the latent heat of the food (kJ/kg) T f = the freezing temperature (°C) T a = the freezing air temperature (°C) h = the convective heat transfer coefficient at the surface of the material (W/(m2 °C)) k = the thermal conductivity of the frozen material (W/m °C) • sehingga, waktu pembekuan, tF adalah: ( ) ú ú û ù ê ê ë é + - = f a F f F k R’a h P’a T T L t 2 r
  • 17. • Panas Laten Bahan: L m L m f = L = 333,2 kJ/(kg K) P’= 1/2 , R’= 1/8 à infinite plate P’= 1/4 , R’= 1/16 à infinite cylinder P’= 1/6 , R’= 1/24 à sphere
  • 18. Ø Metode Pham • Metode ini dapat digunakan untuk bahan yang bentuk tidak beraturan dengan pendekatan elipsoidal. • Keunggulan dari metode ini adalah mudah digunakan dengan tingkat keakuratan yang dapat dipercaya • Metode ini menggunakan asumsi sebagai berikut: - kondisi lingkungan adalah konstan - suhu awal , Ti, konstan - nilai suhu akhir, Tc, tetap - konveksi pada permukaan bahan mengikuti hukum Newton tentang pendinginan.
  • 20. • Suhu rata-rata pembekuan (T fm )membagi pembekuan menjadi dua bagian yaitu pre cooling dan post cooling • Dari data penelitian Pham (1986) maka ditemukan : dimana Tc : suhu akhir (°C) dan Ta : suhu medium pembekuan (°C). Persamaan tersebut cocok untuk bahan pangan yang banyak mengandung air. a c fm T T T 105 , 0 263 , 0 8 , 1 + + =
  • 21. • Waktu pembekuan untuk beberapa bentuk beraturan : ÷ ø ö ç è æ + ú û ù ê ë é D D + D D = 2 1 2 2 1 1 Bi f N T H T H h E dc t dc = a characteristic dimension or radius (m) h = the convective heat transfer coefficient (W/m2 K) E f = the shape factor, an equivalent heat transfer heat transfer dimension E f = 1 à infinite slab E f = 2 à infinite cylinder E f = 3 à sphere
  • 22. • DH1 adalah perubahan enthalpi secara volumetrik untuk periode pre cooling (J/m3). cu = panas spesifik untuk bahan yang tak terbekukan (J/[kg.K]), Ti = suhu awal bahan (°C) • DH2 adalah perubahan enthalpi secara volumetrik pada periode perubahan fase dan post cooling . ( ) [ ] c fm f f f T T c L H - + = D r 2 cf = panas spesifik untuk bahan beku(J/[kg.K]) Lf = panas laten pembekuan (J/kg) rf = massa jenis bahan beku ( ) fm i u u T T c H - = D r 1
  • 23. ú - Ta û ù ê ë é + = 2 fm i T T Tfm = mean freezing temperature T a = freezing medium temperature DT1 Tfm - Ta = DT2
  • 24. KURVA HUBUNGAN ANTARA SUHU DAN WAKTU SELAMA PEMBEKUAN Pelepasan panas sensibel air Supercooling Pelepasan panas laten Suhu eutectic Panas sensibel es
  • 25. A-S • Produk atau bahan pangan didinginkan sampai suhu di bawah titik beku θf (bergantung jenis bahan), dengan pengecualian air murni, selalu di bawah 0 oC. • Pada titik S, air tetap cair, walaupun di bawah titik beku. Gejala ini disebut sebagai kondisi lewat dingin, biasanya 10 oC di bawah titik beku. • Periode lewat dingin dipengaruhi oleh jenis bahan dan kecepatan pengambilan panas. S-B • Suhu meningkat secara cepat sampai titik beku ketika kristal es mulai terbentuk dan panas laten kristalisasi dilepaskan. • Jumlah inti kristal yang terbentuk dipengaruhi oleh kecepatan pindah panas. Pindah panas tinggi menghasilkan sejumlah besar inti kristal. B-C • Panas dilepaskan dari bahan pangan. • Panas laten diambil dan es terbentuk, tetapi suhu tetap hampir konstan. • Titik beku turun akibat peningkatan konsentrasi solut pada cairan yang tidak beku. Saat tersebut sebagian kristal es terbentuk.
  • 26. C-D • Saat sebagian solut menjadi lewat jenuh dan mengkristal. • Panas laten kristalisasi dilepaskan dan suhu meningkat. D-E • Kristalisasi air dan solut berlanjut. • Waktu total yang diperlukan, tf, ditentukan berdasarkan kecepatan pengambilan panas. E-F • Suhu campuran air-es turun sampai suhu pembeku (freezer). • Sebagian air tetap tidak membeku pada saat suhu yang digunakan pada pembekuan komersial. • Proporsi es yang terbentuk bergantung pada jenis dan komposisi bahan pangan dan suhu penyimpanan. • Misalnya, pada suhu penyimpanan -20 oC persentase es pada daging kambing sebesar 85%, pada ikan sebesar 91%, dan pada albumin telur sebesar 93%.
  • 27. KURVA PEMBEKUAN CEPAT DAN LAMBAT
  • 28.
  • 30. Contoh 1 Sayuran segar didistribusikan dengan menggunakan truk berpendingin. Total waktu yang diperlukan hingga sampai pasar adalah 48 jam. Hitunglah jumlah panas yang harus dilepaskan, jika sayuran segar (kapasitas panas 4,02 kJ kg-1 oC-1) beratnya 3 ton, suhu pendingin 2 oC, suhu sayur pada saat siap dimasukkan ke dalam truk adalah 5 oC, dan panas respirasi sayuran pada kisaran suhu ini adalah 0,035 J detik-1 kg-1! Jawab Panas yang dapat dihitung adalah panas sensibel untuk menurunkan suhu dari 5 oC menjadi 2 oC: Q 1 = m Cp ∆T = (3000 kg) (4,02 kJ kg-1 oC-1) (5 – 2) oC = 36,180 kJ Panas respirasi yang ditimbulkan sayuran: Q2 = m qresp = (3000 kg) (0,035 J detik-1 kg-1) (1 kJ/1000 J) (48 jam) (3600 detik/jam) = 18,144 kJ Panas yang harus dihilangkan: Q1 + Q2 = 36,180 + 18,144 = 54,324 kJ
  • 31. Waktu Pembekuan Waktu yang diperlukan untuk menurunkan suhu dari bahan pangan dari suhu awalnya ke suhu di bawah titik beku yang diinginkan di bagian pusatnya Penting diketahui untuk disain proses pembekuan, antara lain untuk memperkiran ukuran sistem dan evaluasi beban refrigerasi Waktu yang diperlukan untuk membekukan bahan sangat tergantung berbagai faktor, yaitu (a) ukuran dan bentuk bahan, (b) konduktivitas panas bahan, (c) luas bahan tempat terjadinya pindah panas, (d) koefisien pindah panas permukaan dari medium, (e) perbedaan panas antara bahan dan media pembeku, (f) jenis pengemas yang digunakan Perhitungan waktu pembekuan pada kenyataannya cukup sulit. Hal ini disebabkan adanya perbedaan suhu pembekuan dan laju pembentukan kristal es pada bagian yang berbeda dari bahan dan terjadinya perubahan densitas, konduktivitas panas, panas jenis, dan difusivitas panas bahan selama penurunan suhu
  • 32. Perkiraan waktu pembekuan dengan menggunakan metode waktu-suhu dikembangkan oleh Plank Waktu efektif pembekuan didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk menurunkan suhu bahan dari suhu awal ke suhu tertentu yang diinginkan pada titik pusat bahan yang dianggap paling lambat melepskan panas Asumsi yang dikembangkan Plank: • Seluruh air dalam bahan pangan berada pada fase air pada awal pembekuan • Kehilangan panas sensibel diabaikan • Pindah panas terjadi secara lambat dalam kondisi steady state • Pembekuan tidak memengaruhi bentuk bahan (bulat, silinder, kubus, dsb.) • Terdapat hanya satu suhu pembekuan • Konduktivitas panas dan pindah panas dari bahan konstan (tidak dipengaruhi oleh penurunan suhu selama pembekuan)
  • 33. Waktu pembekuan bahan pangan berbentuk kubus: Tf (detik) = waktu pembekuan L (m) = panjang kubus h (Wm-2K-1) = koefisien transfer panas permukaan θf (oC) = titik beku bahan pangan θa (oC) = suhu medium pembekuan λ (J kg-1) = panas laten kristalisasi ρ (kg m-3) = densitas bahan pangan x (m) = tebal pengemasan k1 (Wm-1K-1) = konduktivitas panas pengemasan k2 (Wm-1K-1) = konduktivitas panas daerah beku Angka 6 dan 24 merupakan faktor. Bentuk atau dimensi bahan yang lain memerlukan faktor yang berbeda yang mewakili jarak terdekat dari pusat ke permukaan bahan pangan à 2 dan 8 untuk bentuk lempeng (slab), 4 dan 6 untuk bentuk silinder, 6 dan 24 untuk bentuk bulat
  • 34. Contoh 2 Potongan kentang berbentuk kubus dengan sisi 5 cm dikeringkan dengan cepat menggunakan blast freezer pada suhu -40 oC dengan koefisien transfer panas permukaan 30 Wm-2K-1. Jika titik beku kentang adalah -1 oC, dan densitasnya 1180 kgm-3, dugalah waktu pembekuan tiap kubusnya. Apabila kubus tersebut dikemas dalam kardus berukuran 20 x 10 x 10 cm, hitunglah waktu pembekuannya. Diketahui bahwa tebal kardus 1,5 mm, konduktivitas panas kardus 0,07 Wm-1K-1, konduktivitas panas kentang 2,5 Wm-1K-1 dan panas laten kristalisasi 2,74 x 105 J kg-1 Jawab Tanpa pengemasan: = 2648 detik = 44 menit (2,74 x 105) 1180 -1 – (-40) 0,05 6 1 30 + 0 + 0,052 24 x 2,5 tf =
  • 35. Bahan dikemas dalam kardus, sehingga membentuk lempeng setebal 10 cm: (2,74 x 105) 1180 -1 – (-40) 0,1 2 1 30 + 0,0015 0,07 + 0,12 8 x 2,5 tf = = 25462,94 detik = 7,07 jam
  • 36. Sifat Koligatif Bahan Pangan Air murni pada tekanan 1 atm umumnya memeku pada 0 oC, sedangkan air dalam bentuk larutan membeku di bawah 0 oC Sifat penurunan titik beku larutan dikenal sebagai sifat koligatif larutan à dipengaruhi oleh jenis pelarut dan tekanan udara Penurunan titik beku larutan untuk pelarut air pada tekanan atmosfer: di mana: m = molalitas (mol solut/1000 g pelarut) TAo = titik beku pelarut murni (untuk air 0 oC atau K) Rg = konstanta gas = 8,314 J mol-1k-1 λ = panas laten pembekuan, kJ kg-1 (untuk air 335 kJ kg-1) BMA = berat molekul pelarut
  • 37. Bila titik beku larutan diketahui, maka fraksi mol air dalam larutan tersebut dapat dihitung dengan persamaan: Contoh 3 Suatu adonan es krim memiliki komposisi: 10% butterfat, 12% solid non-fat (54,5% dari solid non-fat adalah laktosa), 15% sukrosa, 0,22% stabilizer, dan 62,78% air. Berapakah penurunan titik beku es krim tersebut? Jawab Asumsikan bahwa hanya gula (laktosa dan sukrosa) yang mempunyai efek menurunkan titik beku larutan BM sukrosa = BM laktosa = 342 g mol-1 Fraksi gula = 0,15 + 0,12(0,545) = 0,2154 Fraksi air = 0,6278
  • 38. Konsentrasi gula dalam air = 0,2154/0,6278 = 0,3431 g gula/g air = 343,1 g gula/1000 g air m = 343,1/342 mol gula 1000 g air = 1,003 m ∆Tf = (8,314 J mol -1K-1) (273)2 (18 g mol-1) (1,003 mol kg-1) (1000)(335) J kg-1 = 33,39 K
  • 39. Contoh 4 Buah anggur diketahui memiliki kadar air 84,7%, titik beku (Tf) -1,08 oC dan panas laten (λ) 6003 J mol-1. Hitunglah berapa fraksi mol airnya! Jawab 6003 J mol-1 8,314 J mol-1 K-1 1 1 _ 273 K 271,2 K = ln XA ln XA = -0,01755 XA = 0,9826 (fraksi mol air yang terdapat dalam buah anggur)