TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
Pemangku Kepentingan
1.
2. Mengenal FPIC
UU No. 11 tahun
2005 tentang
Ratifikasi Konvenan
Internasional
tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan
Budaya
UU No. 12 tahun 2005 tentang
Ratifikasi Konvenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik
UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan
UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 29 tahun 1999
tentang Rafitikasi Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
Undang-Undang No. 32 tahun 2009
Resolusi Nomor: 61/295
3. DEFINISI
• Free, Prior, Inform, Consent (FPIC) atau
‘Persetujuan Tanpa Paksaan atas Dasar Informasi
Awal (Padiatapa)’
• Suatu mekanisme pengambilan keputusan
sebelum kegiatan pembangunan dimulai (setuju
atau tidak setuju) oleh masyarakat terhadap
dilakukannya suatu pembangunan yang
mempunyai dampak terhadap masyarakat
setempat.
4. KONSEP AWAL
• FPIC (Free and Prior Informed Consent) adalah satu proses yang
memungkinkan masyarakat adat / lokal untuk menjalankan hak
fundamentalnya, menyatakan mereka setuju atau tidak setuju
terhadap sebuah aktivitas, proyek, atau kebijakan yang akan
dilaksanakan di ruang kehidupannya serta berpotensi
berdampak kepada tanah, kawasan, sumberdaya dan
perikehidupan masyarakat
• Suatu mekanisma pengambilan keputusan sebelum kegiatan
pembangunan dimulai (setuju atau tidak setuju) oleh
masyarakat terhadap dilakukannya suatu pembangunan yang
mempunyai dampak terhadap masyarakat setempat.
5. PENGEMBANGAN KONSEP
• Gerakan Free Prior and Informs Consent (FPIC) -
persetujuan tanpa paksaan atas dasar informasi awal -
menekan pemerintah dan para pengusaha besar SDA agar
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan masyarakat adat
atau masyarakat sekitar lokasi investasi SDA sebelum
aktivitas-aktivitas pengusahaan SDA dilakukan.
• Gerakan ini merupakan upaya di luar hukum; lewat
kampanye dan berbagai mediasi agar hak-hak tradisional
masyarakat adat atas SDA lebih dihargai. Gerakan FPIC di
tingkat internasional untuk menekan berbagai perusahaan
multinasional yang melakukan ekstraksi SDA agar
memberikan penghargaan lebih baik terhadap hak-hak
tradisional masyarakat adat atas SDA.
6. DEFINISI KERJA
• FPIC merupakan salah satu mekanisme yang dikembangkan
dalam upaya penguatan dan perlindungan hak masyarakat
adat dan/atau masyarakat lokal atas sumber daya alam.
Hak tersebut bisa berupa hak individual, dan hak bersama
atau komunal.
• Dengan FPIC, masyarakat adat dan/atau masyarakat lokal
dapat menjalankan hak fundamentalnya, yakni:
MENYATAKAN KEPUTUSAN SETUJU atau TIDAK SETUJU
secara demokratis terhadap sebuah rencana aktivitas,
program, atau kebijakan yang akan dilaksanakan dan/atau
berpotensi berdampak kepada kehidupan masyarakat baik
atas hak tanah, kelestarian kawasan dan sumberdaya serta
keberlangsungan perikehidupan mereka
Penekanan FPIC pada prinsip KEADILAN bukan pada PERSETUJUAN
7. Pemangku Kepentingan
UU No. 11 tahun
2005 tentang
Ratifikasi Konvenan
Internasional
tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan
Budaya
UU No. 12 tahun 2005 tentang
Ratifikasi Konvenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik
UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan
UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 29 tahun 1999
tentang Rafitikasi Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
Undang-Undang No. 32 tahun 2009
Resolusi Nomor: 61/295
8. MASYARAKAT SETEMPAT DAN ADAT
• ‘masyarakat setempat’ - masyarakat yang tinggal di suatu
tempat tertentu, di mana mereka menghadapi persoalan yang
sama seputar fasilitas, jasa dan lingkungan setempat. Istilah ini
kadang dapat berasal dari definisi tradisional ataupun yang
diberikan Negara. Pada umumnya memiliki makna yang
melekat pada lahan dan sumber daya alam sebagai sumber bagi
budaya, adat, sejarah dan identitasnya, dan bergantung pada
sumber-sumber tersebut untuk mempertahankan mata
pencaharian, pranata sosial, kebudayaan, tradisi, kepercayaan,
lingkungan dan ekologinya.
• ‘masyarakat adat’ - mengandung prioritas waktu sehubungan
dengan didiami dan dimanfaatkannya suatu wilayah tertentu,
pemeliharaan kekhasan budaya secara sukarela, identifikasi diri
dan pengakuan oleh kelompok lain atau kewenangan Negara
sebagai suatu bentuk kebersamaan yang khas; dan memiliki
pengalaman pernah ditaklukkan, diasingkan atau diskriminasi,
terlepas dari apakah kondisi demikian masih berlangsung.
9. KOMUNITAS , KELOMPOK, DAN INDIVIDU
• Komunitas-komunitas masyarakat desa dan masyarakat
hukum adat yaitu unit-unit sosial yang memiliki sistem
kelembagaan dan struktur organisasi dengan hak-hak
tertentu, seperti wilayah, tata guna lahan, dan hak-hak
ekonomi sosial budaya terkait.
• Kelompok-kelompok orang dari luar yang telah diterima
oleh komunitas masyarakat setempat untuk berusaha
mencari nafkah di wilayah desa atau wilayah masyarakat
hukum adat terkait. Termasuk di dalam kelompok ini
adalah masyarakat yang berasimilasi melalui perkawinan
atau migrasi penduduk.
• Orang per orang atau kelompok orang yang menurut
masyarakat setempat tidak memiliki legitimasi untuk
mencari nafkah di wilayah mereka. Contoh untuk ini adalah
pelaku illegal logging dan illegal fishing dari luar desa.
10. Manfaat FPIC
UU No. 11 tahun
2005 tentang
Ratifikasi Konvenan
Internasional
tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan
Budaya
UU No. 12 tahun 2005 tentang
Ratifikasi Konvenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik
UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan
UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 29 tahun 1999
tentang Rafitikasi Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
Undang-Undang No. 32 tahun 2009
Resolusi Nomor: 61/295
11. MANFAAT FPIC
1 Keberterimaan masyarakat terhadap
pembangunan lebih luas
2 Mengurangi konflik sosial
3 Masyarakat memahami risiko jangka panjang
dan jangka pendek
4 Masyarakat mengetahui dan memanfaatkan
dampak positif dari pelaksanaan pembangunan.
12. FREE PRIOR INFORMATION CONSENT
• Semua bagian dalam istilah ‘Persetujuan’ ‘atas dasar
informasi’ ‘di awal’ ‘tanpa paksaan’ sarat dengan nilai
hukum – mengharuskan:
• Dalam proses pembuatan keputusan apapun, masyarakat
menjalankannya tanpa paksaan (free), keharusan atau
tekanan
• Proses ini dilakukan di awal (prior) sebelum adanya izin
konsesi yang diterbitkan dan sebelum ada tanah yang
diambil tanpa persetujuan masyarakat
• Bahwa masyarakat diberikan informasi sepenuhnya
tentang bagaimana hak-hak mereka bisa terpengaruhi,
dampak dapat dimitigasi dan manfaat dibagikan
• Prosedur mengenai negosiasi kesepakatan dan pemberian
persetujuan (consent) atau izin tersebut diberikan atau
tidak diberikan disetujui oleh masyarakat
13. Dokumen Yang Dibagikan Kepada Masyarakat Sebagai
Bagian Dari Sosialisasi Awal (contoh RSPO)
1. Lembar informasi pemrakarsa proyek
2. Diagram proses perolehan izin dan tahap yang sedang berjalan;
3. Lembar informasi mengenai RSPO dan standarnya
4. Rincian pembangunan yang diajukan (termasuk konsekuensi
hukum dan keuangan);
5. Rangkuman awal dugaan risiko dan manfaat (sosial dan
lingkungan);
6. Proposal kajian NKT dan ESIA partisipatif;
7. Proposal pengembangan peta partisipatif;
8. Proposal skema petani/pemasok luar buah/(outgrower);
9. Rincian kontak organisasi pendukung (IMO);
10. Rincian kontak RSPO;
11. SOP pemrakarsa proyek yang berlaku; dan
12. Langkah selanjutnya yang disarankan dalam proses FPIC.
14. hilang lahan
hilang kebun ladang
hilang spesies flora tertentu
hilang spesies fauna tertentu
hilang binatang buruan
sumber air bersih
berkurang
hilang pekerjaan
Proletarisasi/buruh
tergantikan/subtitusi
konservasi
alternatif mata pencaharian
relasi sosial-daur ekonomi uang
jawaban industri/pasar
DAMPAK PADA AKTIVITAS MASYARAKAT
15. AKTIVITAS MASYARAKAT
ladang,
karet,
sahang,
padi ladang,
situs ritual
madu,
junjung,
jamur
pelawan,
binatang
buruan,
makam
bahan
bangunan,
madu,
tanaman obat,
junjung,
binatang
buruan,
makam
bahan
bangunan,
madu,
tanaman obat,
binatang
buruan, situs
ritual
sumber air,
padi pasang
surut, ikan,
nipah
tanaman obat,
madu, hutan
larangan
HK2
HK1 HK3 HRM BELUKAR PERAIRAN
16. Mekanisme FPIC
UU No. 11 tahun
2005 tentang
Ratifikasi Konvenan
Internasional
tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan
Budaya
UU No. 12 tahun 2005 tentang
Ratifikasi Konvenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik
UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan
UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 29 tahun 1999
tentang Rafitikasi Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
Undang-Undang No. 32 tahun 2009
Resolusi Nomor: 61/295
17. Panduan Penting
• Sebuah proses untuk menghormati hak atas FPIC
memerlukan kejelasan tentang siapa memegang hak
apa di wilayah investasi/program yang diusulkan
• Menentukan siapa yang berhak ikut konsultasi, dan
para pemegang hak mana saja yang bisa
memberikan atau tidak memberikan persetujuan
• Investasi/program perlu memetakan semua klaim
yang ada dan sebuah proses yang menghargai hak
atas FPIC
• Pemetaan partisipatif atau monitoring bersama
masyarakat adalah kegiatan sosial yang partisipatif,
melalui proses pendampingan masyarakat dalam
menemukenali wilayah yang digunakan suatu
komunitas dan hak-hak ulayat yang mereka miliki
18. Pemangku Hak
1. Pemilik Lahan
2. Pengguna Lahan
3. Penyewa Lahan
Apakah dapat diwakili?
Pemberi izin Usaha/izin penggunaan Lahan
Pengesah proses perizinan
Camat/Kepala Desa
Dewan Adat/ketua Adat
Badan Perwakilan
Desa/Kampung
Tokoh Masyarakat
19. Pemangku Hak
• Para pemangku hak diatas memiliki hak untuk
memilih perwakilan mereka sendiri (self chosen
representative) diluar otoritas yang ada dimasyarakat
• Masyarakat memiliki hak untuk memilih perwakilan
dan lembaga mereka sendiri.
• Pemrakarsa proyek dapat melakukan identifikasi
perwakilan dan tata cara pengambilan keputusan
masyarakat melalui wawancara.
• Daftar perwakilan masyarakat yang meliputi
lembaga-lembaga perwakilan masyarakat dan/atau
individu-individu yang dipilih sendiri oleh masyarakat
sebagai perwakilan mereka melalui proses
musyawarah dengan para pemangku hak dan pihak
yang berpotensi terkena dampak.
20. TAHAPAN KEGIATAN
pemetaan
pemangku
kepentingan
persetujuan
studi dari desa
menemukenali
isu sosial yang
akan muncul
pengambilan
contoh fakta
lapangan
mengenai isu-isu
sosial yang akan
terjadi
melakukan
wawancara
melakukan diskusi
terarah
observasi lapang
melakukan
konsultasi para
pihak di tingkat
kecamatan
laporan
dampak, risiko,
dan model
pengelolaan
serta
pemantauan,
mitigasi dan
alternatif
memberikan
kesempatan
pada
pemangku
kepentingan
lain untuk
berdiskusi
tentang
mitigasi dan
alternatif serta
kebijakan
sebagai
dokumen
pengambilan
keputusan
22. Contoh Kegiatan dan Dokuentasi FPIC
Dokumen RSPO
UU No. 11 tahun
2005 tentang
Ratifikasi Konvenan
Internasional
tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan
Budaya
UU No. 12 tahun 2005 tentang
Ratifikasi Konvenan Internasional
tentang Hak Sipil dan Politik
UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan
UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 29 tahun 1999
tentang Rafitikasi Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
Undang-Undang No. 32 tahun 2009
Resolusi Nomor: 61/295
23. Tahapan Kegiatan dan Output
•Surat pemberitahuan kegiatan pelingkupan
•Daftar informan, daftar pertanyaan dan kebutuhan dokumen dalam pelingkupan
•Dokumentasi pelaksanaan wawancara dan review dokumen
•Laporan pelingkupan
1. Pelingkupan
•Laporan identifikasi perwakilan masyarakat dan deskripsi tata cara pengambilan
keputusan masyarakat.
•Daftar perwakilan masyarakat dan
•Surat mandat sebagai perwakilan masyarakat
•Surat pemrakarsa proyek yang menyatakan bahwa pemrakarsa proyek menerima
•perwakilan yang ditunjuk oleh masyarakat.
•Dokumentasi kegiatan.
2. Identifikasi
Perwakilan Masyarakat
Dan Tata Cara
Pengambilan Keputusan
• undangan sosialisasi awal
• Copy dokumen/materi sosilisasi awal.
• Daftar hadir sosialisasi awal.
• Catatan pertemuan sosialisasi awal.
•Dokumentasi kegiatan sosialisasi awal
3. Sosialisasi Awal
24. Tahapan Kegiatan dan Output
• Undangan pertemuan-pertemuan persiapan kajian dan pemetaan partisipatif.
• Rencana kegiatan AMDAL, PM, Kajian Tenurial, SIA dan HCVA.
• Daftar hadir pertemuan-pertemuan persiapan kajian dan pemetaan partisipatif.
• Catatan pertemuan- pertemuan persiapan kajian dan pemetaan partisipatif.
• Dokumentasi kegiatan pertemuan persiapan kajian dan pemetaan partisipatif.
4. Persiapan Kajian
dan Pemetaan
Partisipatif
•Surat pernyataan persetujuan atas pelaksanaan kajian tenurial dan pemetaan partisipatif.
•Surat pernyataan persetujuan atas penggunaan dan distribusi peta-peta.
•Daftar pemilik lahan/pengguna/ahli waris yang telah diidentifikasi/dikaji.
•Daftar masyarakat yang lahannya berbatasan dan/atau masyarakat yang menggunakan sumber daya di atas lahan
yang sama.
•Surat pernyataan penunjukan pendamping (bilamana masyarakat memutuskan penunjukan pendamping)
•Surat pernyataan melakukan proses pemetaan secara mandiri (bilamana masyarakat memutuskan melakukan
pemetaan sendiri)
•Surat pernyataan kesediaan melanjutkan proses pemetaan dengan pemrakarsa proyek.
•Catatan proses dan daftar hadir pemetaan partisipatif dan kajian tenurial.
•Draf peta hasil pemetaan partisipatif dan kajian tenurial.
•Catatan pertemuan dan daftar hadir proses konsultasi draf peta, berita acara, dan/atau profiling konflik lahan.
•Berita acara kajian tenurial, profiling konflik lahan, dan berita acara penyelesaian konflik lahan.
•Hasil overlay peta-peta : peta hasil pemetaan partisipatif dengan peta masyarakat, peta pemerintah, peta izin lokasi,
peta tata ruang.
•Laporan dan peta hasil pemetaan partisipatif dan kajian tenurial.
•Berita acara penyerahan dokumen-dokumen pemetaan partisipatif dan kajian tenurial.
•Dokumentasi kegiatan.
5. Kajian dan
Pemetaan
Partisipatif
25. Tahapan Kegiatan dan Output
• Daftar undangan dan materi sosialisasi lanjutan
• Daftar pengamat dalam hal masyarakat dan Pemrakarsa proyek menyetujui kehadiran pihak ketiga sebagai
pengamat dalam sosialisasi lanjutan
• Catatan proses dan berita acara sosialisasi lanjutan
• Daftar hadir,
• Dokumentasi kegiatan
6. Sosialisasi Lanjutan
• Berita acara penyerahan tanah dan lampiran-lampirannya
• Bukti kompensasi tanah
• Berita acara lain sesuai syarat penyerahan tanah dan dukungan pengembangan proyek yang sudah disepakati
bersama masyarakat
• Draft MOU pengembangan perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah, notaris ataupun pelaksanaan ritual-ritual
adat sesuai budaya masyarakat sekitar.
7. Persiapan Negosiasi,
Pelaksanaan Negosiasi, Pra
dan Finalisasi Kesepakatan
• Berita acara monitoring dan evaluasi yang berisi uraian capaian pengembangan proyek dan kesepakatan
tentang tindakan perbaikan pengembangan proyek berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi.
• Daftar konflik yang disampaikan masyarakat dan respon atau tindakan penanganan yang dilakukan pemrakarsa
proyek.
• Daftar permintaan informasi dari pihak ketiga dan respon atas permintaaninformasi tersebut.
• Daftar penyampaian keluh kesah masyarakat dan respon atau tindakan penanganan yang dilakukan pemrakarsa
proyek.
8. Pelaksanaan
Kesepakatan
26. Tahapan Kegiatan dan Output
• Berita acara rapat yang berisi uraian kesepakatan tentang rencana tindakan atas laporan
masyarakat.
• Penawaran mediasi pihak ketiga, baik dari masyarakat atau dari perusahaan.
• Berita Acara tahapan penyelesaian konflik
• Berita acara pemulihan kerugian
9. Penyelesaian Konflik
dan Penyediaan
Mekanisme Pemulihan
Kerugian
27. Memasukkan tanah (dan juga tenaga kerja) dalam
mekanisme pasar adalah sikap merendahkan hakekat
masyarakat dan dengan demikian menyerahkan begitu
saja pengaturan kehidupan masyarakat pada mekanisme
pasar. Dengan sendirinya akan melahirkan gejolak
perlawanan. (Karl Polanyi, The Great Transformation,
1944).