3. PENGERTIAN
Kerangka Dasar Vertikal merupakan titik-titik
yang telah diketahui atau ditentukan posisi
vertikalnya. Posisi vertikalnya berupa
ketinggiannya terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu.
kembali
5. PENGUKURAN SIPAT DATAR
Istilah yang
Pengertian Digunakan
Definisi dan Stasion
Tujuan
Tinggi
Syarat Alat
Tinggi garis
Cara Pengukuran bidik
Pengukuran
Jenis-Jenis ke Belakang
Pengukuran
Pengukuran
ke Muka
Titik
Putar
Stasion
Antara
kembali Seksi
8. Definisi dan Tujuan
Proses penentuan
ketinggian dari
sejumlah titik atau
pengukuran
perbedaan
elevasi.
Tujuannya adalah,
mencari beda
tinggi antara dua
titik yang diukur.
kembal
i
9. Syarat
• Garis bidik harus sejajar
dengan garis jurusan nivo
• Adanya pesawat sipat datar
dan rambu ukur
kembali
17. Pengertian
Mengukur jarak
langsung (jarak
miring), tinggi alat,
tinggi benang tengah
rambu dan sudut
vertikal (zenith atau
inklinasi) yang
direduksi menjadi
informasi beda tinggi
menggunakan
kembali theodolite.
18. Prosedur Pengukuran dan Perhitungan
1. Tegakkan theodolite di A,
ukur tingginya sumbu
mendatar.
2. Tegakkan target di B. Ukur
tingginya target.
3. Ukur sudut tegak m (sudut
miring)
4. Ukur jarak mendatar D atau
dm
i : inklinasi (sudutmiring)
5. Dari besaran-besaran yang i DHAB: dm . Sin i + ta - BT
diukur, maka:
dab= dm . Cos i
Cos i = dab/dm
19. Input data i
: T.alat, Ba, Bb, Bt, sin i
DHAB = T.alat + dm . sin i – BT
HAB = T.alat + sin i . dm + cos i . dm .
i-
BT
kembali
20. PENGERTIAN
Pengukuran ini dilakukan
bergantung dari ketinggian
permukaan, temperatur
udara, kelembapan, dan
kondisi-kondisi cuaca
lainnya.
Mengukur beda tekan
atmosfer suatu ketinggian
menggunakan alat
barometer yang kemudian
direduksi menjadi beda
tinggi.
kembali
21. PROSEDUR PENGUKURAN DAN
PERHITUNGAN
DP = PB –P A
= (rHg . gB . HB ) – (rHg . gA . HA)
DP = PB – PA
rHg . (gB . HB – gA . HA) = PB – PA
rHg . g . ( HB – HA) = PB – PA
D HAB = PB – PA / rHg . g
DHAB = PB – PA / rHg (gB + gA) : 2
HAB = (PB / rHg . ((gB + gA)/2)))- (PA/
rHg . ((gB + gA)/2)))