Dokumen tersebut membahas tentang alur pelaporan logistik di rumah sakit dan puskesmas, meliputi 1) sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas, 2) pencatatan dan pelaporan logistik obat, 3) alur pelaporan rutin, 4) penyediaan obat dan perbekalan kesehatan, 5) pelaporan dan indikator obat dan perbekalan kesehatan, 6) penggunaan alat bantu pencatatan dan pelaporan, 7) alur dan tahapan
1. Alur pelaporan Logistik di
RS dan Puskesmas
Dosen Pengampu : Dr. Syafrawati, SKM, M.
CommHealth, Sc
Kelompok 1
2. 1. Mia Fitria 1911213025
2. Lala Aprilia Putri 1911212013
3. Annisa Ramadhani 1911211017
4. Zil Himmah 1911211003
5. Sindi Maulani 1911211033
6. Muhammad Rahul Gunawan 1911212040
7. Muthia Ikhsania 1911212055
8. Emlly Tria Ananda 1911212031
9. Raudhatul Hasanah AF 1911212011
10. Rania Sasabila 1911213041
11. Dinda Syafitrillah 1911211045
12. Millata Salami 1911211002
Anggota Kelompok 1
3. 1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
(SP2TP)
2. Pencatatan Dan Pelaporan Logistik Obat
3. Alur Pelaporan Rutin
4. Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
5. Pelaporan dan Indikator Obat dan Perbekalan
Kesehatan
6. Penggunaan Alat Bantu Pencatatan dan Pelaporan
7. Alur dan tahapan pencatatan dan pelaporan logistik
Rumah sakit
8. Studi Kasus : Pengelolaan Kebutuhan Logistik
Farmasi pada Instalasi Farmasi RS Islam Faisal
Makassar
Table of
contents
5. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) dapat diartikan sebagai kegiatan Pencatatan dan
Pelaporan data umum, sarana, tenaga (SDM) yang
dilakukan sesuai kebutuhan dan berkala dengan upaya
pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
63/MENKES/SK/II/1981: Data SP2TP berupa umum dan
demografi, ketenagaan, sarana, kegiatan, pokok puskesmas
Definisi SP2TP
6. a. Tujuan Umum
Tercapainya data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan
mutakhir secara periodik dan teratur pengolahan program
kesehatan masyarakat melalui Puskesmas dibagai tingkat
administrasi
b. Tujuan Khusus
• Tersedianya data meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan
kegiatan pokok Puskesmas akurat, tepat waktu dan mutakhir
secara teratur
• Terlaksananya pelaporan data secara teratur di berbagai jenjang
administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku
• Digunakan data untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas
diberbagai tingkat administrasi
Tujuan SP2TP
7. 1. Fasilitas (Sarana dan Prasarana) = Fasilitas Kerja yang dimaksud
dalam hal ini adalah suatu bentuk pelayanan perusahaan
terhadap pegawai agar menunjang kinerja dalam memenuhi
kebutuhan pegawai, sehingga dapat meningkat kinerja kerja
pegawai
2. Kepemimpinan = Bentuk kepemimpinan dengan memberikan
motivasi dan menginsentifkan monitoring terhadap pegawai
3. Lama Tugas = Pengalaman kerja menciptakan sebuah kreatifitas
bagi petugas kesehatan dalam mengembangkan SP2TP.
4. Frekuensi pelatihan = Pelatihan merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam
mengembankan tugas yang telah diberikan
Faktor-faktor yang Menghambat
Pelaksanaan SP2TP
9. Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka pengelolaan obat
secara tertib baik obat yang diterima, disimpan,
didistribusikan maupun yang digunakan diunit
pelayanan kesehatan
Pengertian Pencatatan dan
Pelaporan Logistik Obat
10. • Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah
penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan dan
data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan
mutasi obat.
• Sebagai bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan
• Sebagai sumber untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian
• Sebagai sumber data untuk pembuatan laporan lain
atau laporan berikutnya.
Tujuan Pencatatan dan Pelaporan
Logistik Obat
11. • Kartu stok obat
Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, kadaluarsa)
• Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Oba
(LPLPO)
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) merupakan suatu pngelolahan terhadap obat
yang pemakian, distribusi, tingkatan stok, kebutuhan obat
dibatasi dengan tujuan agar pemakaian yang ada dapat
terkendali dengan baik.
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan
pelaporan Logistik Obat di Puskesmas
13. • Pencatatan dan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan di
Indonesia dilakukan dari level yang paling rendah (Puskesmas).
• Puskesmas mengirim formulir Laporan Penggunaan dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
• LPLPO dikompilasi di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sebagai
dasar untuk distribusi obat. Kompilasi laporan tersebut juga
dikirimkan ke level yang lebih tinggi (Instalasi Farmasi Provinsi dan
Kementrian Kesehatan).
• Pelaporan ke Instalasi Farmasi Provinsi dilakukan 3 bulan sekali
yang berasal dari kompilasi laporan Puskesmas.
• Sedangkan Instalasi Farmasi Provinsi akan melaporkan ke
Kementrian Kesehatan setiap 6 bulan.
Alur Pelaporan Rutin
15. • Instalasi Farmasi level Kabupaten/Kota memiliki peran
penting dalam mendistribusikan obat ke unit layanan
(Puskesmas).
• Terdapat beberapa sumber dalam penyediaan obat dan
perbekalan kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota.
• Fasilitas kesehatan primer yang sudah berstatus badan
layanan umum (BLUD) juga memiliki wewenang untuk
melakukan penyediaan logistik secara mandiri.
Penyediaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan
16. Berdasarkan gambar,
Penerimaan obat dan
perbekalan kesehatan di level
Kabupaten/Kota berasal dari
4 sumber yang berbeda,
antara lain
1. pembelian langsung,
2. penyediaan dari provinsi,
3. penyediaan dari pusat,
dan
4. obat hibah
18. • Instalasi farmasi memiliki tanggung
jawab untuk membuat laporan rutin
yang telah ditentukan Kementrian
Kesehatan dan Pemerintah Daerah
karena merupakan bagian dari
tatakelola kepemerintahan daerah.
• Sebagai pengelola aset obat dan
perbekalan kesehatan, instalasi farmasi
juga diwajibkan untuk melaporkan ke
pemerintah daerah, pihak jaminan
kesehatan (Jamkesda) dan badan
pemeriksaan keuangan
20. • Untuk mengakomodasi pencatatan dan pelaporan yang terjadi, beberapa
Instalasi Farmasi sudah menggunakan pendekatan teknologi informasi dan
komunikasi. Salah satu yang paling banyak digunakan adalah aplikasi
spreadsheet untuk pencatatan dan pelaporan
• Beberapa Kabupaten/Kota menginisiasi pemanfaatan Sistem Informasi
Manajemen Logistik (LMIS) dengan berbagai nama seperti Sistem Informasi
Manajemen Obat (SIMO), e-logistik dan system farmasi
• Terdapat formulir Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yang digunakan
untuk pencatatan distribusi logistik dari instalasi farmasi ke level
dibawahnya.
• Puskesmas ke Kabupaten/Kota terdapat formulir Lembar Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Penggunaan Alat Bantu Pencatatan
dan Pelaporan
21. Alur dan tahapan pencatatan
dan pelaporan logistik
Rumah sakit
07.
22. 1. Pencatatan Penerimaan
a. Formulir rencana penerimaan
b. Buku harian penerimaan barang
2. Pencatatan penyimpanan
a. Kartu persediaan obat atau barang
3. Pencatatan kartu stok induk
a. Kartu stok induk dipergunakan untuk mencatat mutasi
obat seperti penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak
atau kadaluarsa
4. Pencatatan dan pengeluaran
a. Buku Harian Pengeluaran Barang
b. Bukti Mutasi
5. Pelaporan
a. Laporan Mutasi Barang
Alur dan tahapan pencatatan dan
pelaporan logistik Rumah sakit
24. Rumah Sakit Islam Faisal secara independen menjalankan
Instalasi Farmasi untuk manajemen logistik farmasi. Instalasi
Farmasi menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi
atau kombinasi keduanya. Sistem saat ini menambahkan
kebutuhan akan obat hingga 10-30% dari penggunaan
sebelumnya, namun tidak memiliki rencana prioritas. Dengan
cara ini, anggaran berpotensi tidak memenuhi persyaratan dan
menyebabkan kekurangan stok. . Oleh karena itu, analisis yang
komprehensif dilakukan pada manajemen logistik farmasi
untuk menggambarkan ketersediaan dan kualitas stok obat-
obatan
1. Pendahuluan
25. • Penelitian kualitatif ini dilakukan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Islam Faisal. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Maret hingga Juni 2020, terdiri atas observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi.
• Penelitian ini memilih staf Instalasi Farmasi di Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar sebagai populasi, sementara sampel
ditentukan untuk wawancara berdasarkan purposive
sampling
2. Metode
26. a. Perencanaan
• Hasil wawancara mendalam dengan informan terkait
perencanaan obat menunjukan bahwa perencanaan obat
melibatkan tim KFT yang telah dibentuk oleh RS Islam Faisal dan
berkordinasi dengan Kepala Istalasi Farmasi
• Metode perencanaan yang digunakan adalah metode konsumsi
b. Pengadaan
• Pengadaan obat dilakukan dengan metode pembelian langsung
ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) tanpa sistem tender.
Pengadaan obat juga berasal dari hibah pemerintah untuk obat–
obat khusus yang merupakan program pemerintah.
• Pengadaan obat dilakukan berdasarkan surat pesanan (SP) dari
kepala instalasi dan ditujukan kepada PBF yang menyediakan
obat-obat tersebut
3. Hasil
27. c. Penerimaan
• Hasil observasi langsung dan penelusuran dokumen
diperoleh bahwa kegiatan penerimaan obat berjalan
dengan optimal sebab komunikasi antara panitia
penerimaan barang dan petugas gudang farmasi (petugas
instalasi farmasi) berjalan baik
• Kendala yang ada yaitu panitia penerimaan barang hanya 1
(satu) orang yang berprofesi sebagai tenaga farmasi dan
tenaga administrasi. Kendala selanjutnya saat penerimaan
barang apabila barang yang diterima rusak atau waktu ED
dekat maka di return.
28. d. Pendistribusian
• Hasil wawancara dengan informan diperoleh bahwa sistem
distribusi obat yang dilakukan oleh instalasi farmasi RS
Islam Faisal Makassar adalah sistem resep perorangan baik
itu resep pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap.
• Kendala untuk sistem resep perorangan adalah terjadi
penumpukan pasien dan keluarga pasien yang mengantri
untuk mengambil obat.
e. Pengendalian
Kegiatan Pengendalian di Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar dilakukan oleh pihak Gudang Farmasi dan tiap
unit/depo setiap akhir bulan, yaitu dengan kegiatan stok
opname.
29. f. Penghapusan
• Dari hasil wawancara mendalam dan observasi dokumen
ditemukan tersedia dokumen yang memuat laporan
pemusnahan obat.
• Kegiatan pemusnahan dilakukan setiap 3 (tiga) sampai
dengan 5 (lima) tahun sekali untuk sediaan farmasi dan alat
kesehatan dari setiap unit/depo yang kedaluwarsa dan
tidak memenuhi persyaratan (rusak) dengan cara
dikumpulkan lalu diserahkan ke petugas Gudang Farmasi
Rumah Sakit.
30. g. Pencatatan dan Pelaporan
• Hasil wawancara yang didapat bahwa pencatatan dan
pelaporan penggunaan obat selalu dibuat dan dilaporkan
pada manajemen rumah sakit. Dalam observasi langsung
dan penelusuran dokumen terdapat catatan masuk
keluarnya obat baik dari gudang maupun dari depo
instalasi farmasi
• Kegiatan Administrasi yang dilakukan yaitu dengan
melakukan pencatatan pada kartu stok, membuat rekapan
data berupa laporan pemakaiaan/penggunaan obat pada
aplikasi yang telah dibuat baik dari pihak Rumah Sakit,
Dinas Kesehatan Kota/Provinsi dan BPOM
31. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan yaitu dengan melakukan
pencatatan pada kartu stok, membuat rekapan data berupa
laporan pemakaiaan/ penggunaan obat pada aplikasi yang telah
dibuat baik dari pihak Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kota/Provinsi
dan BPOM.
1) Pencatatan Pada Kartu Stok : Kegiatan ini dilakukan setiap hari,
baik di Gudang Farmasi maupun unit/depo yang ada di Rumah
Sakit
2) Stok Opname Setiap Akhir Bulan : Kegiatan ini dilakukan setiap
akhir bulan, baik di Gudang Farmasi maupun unit/depo yang ada
di Rumah Sakit
3) RKO (Rencana Kebutuhan Obat) : Kegiatan ini dilakukan setiap 1
(satu) tahun sekali berupa laporan rencana kebutuhan obat yang
diperlukan untuk perencanaan periode berikutnya.
4) SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika)
5) SIMRS
Pembahasan
32. Kesimpulan : Manajemen Logistik pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan,
pencatatan dan pelaporan sudah memenuhi standard yang
diterapkan sehingga mutu dan kualitas sediaan farmasi dapat
terjamin.
Saran : Menambahkan SDM untuk tenaga farmasi , menerapkan
pemantauan yang tepat untuk pasokan obat-obatan untuk pasien
rawat inap, memperbarui teknologi untuk pemantauan stok obat
dalam Sistem Informasi dan Manajemen Rumah Sakit, dan
berkoordinasi dengan keuangan untuk memfasilitasi anggaran
yang sesuai untuk perencanaan yang dibuat
Kesimpulan & Saran
33. Daftar Pustaka
Ibrahim, Apriliyana. 2020. Literature Review : Analisis Pelaksanaan Sistem
Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2010.
Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI
Sanjaya, Guardian Yoki, dan Ahadi Wahyu Hidayat. 2016. PEMANTAUAN
OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI INDONESIA: TANTANGAN DAN
PENGEMBANGANNYA. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Vol 6
(2) : 159-168.
Yusman, Rahmanita, dan Rika Amran. 2021. Modul Praktikum :
Manajemen Logistik (Medis dan Nonmedis). Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Baiturrahmah.
Arianto, Adi. 2021. Pencatatan dan Pelaporan Logistik Rumah Sakit.
Makassar : Universitas Indonesia timur.
34. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including infographics & images by Freepik
Thanks!
Do you have any questions?