SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
DESENTRALISASI 
DEKONSENTRASI 
Tri Widodo W. Utomo 
FGD II dalam rangka Penelitian tentang “Relevansi Dekonsentrasi 
Sebagai Instrumen Pemerintah Dalam Mendukung Kebijakan Nasional 
di Daerah di Era Desentralisasi” 
Jakarta, 7 November 2014
Struktur Paparan 
 Temuan / Simpulan 
 Rekomendasi / Agenda untuk 
Rekonstruksi Dekonsentrasi
Temuan / Simpulan 1 
 Dekonsentrasi telah mengalami proses dekonstruksi 
serta menyimpang dari definisi teoretik dan praktek 
internasional 
 Dilakukan bukan oleh instansi vertikal, melainkan oleh 
SKPD. 
 Instansi vertikal (UPT K/L, Kanreg BKN, Kanper BPKP, 
PKP2A LAN, Kanwil urusan absolut, Kodam/Polda) tidak 
menjalankan fungsi dekonsentrasi (mendapat 
pelimpahan, menerima  menjalankan dana dekon). 
 Kekaburan urusan dekonsentrasi karena tidak didahului 
oleh analisis/identifikasi urusan dan kepentingan pusat di 
daerah.
Temuan / Simpulan 2 
 Dekonsentrasi masih memiliki urgensi / relevansi yg 
tinggi dalam tata kelola hubungan pusat-daerah, 
serta dalam menjamin program  kepentingan 
pusat di daerah. 
 Menjalankan fungsi pemerintahan umum: memperkuat 
integritas nasional, penanaman dan pengamalan nilai-nilai 
ideologi bangsa Pancasila, menjaga ketentraman dan 
ketertiban (law and order) dalam kehidupan berbangsa 
dan bernegara. 
 Penyelenggaraan urusan yang berhubungan dengan 
kepentingan dan keselamatan rakyat banyak. 
 Untuk mengurangi kesenjangan antar daerah atau antar 
sektor.
Temuan / Simpulan 3 
 Relevansi dekonsentrasi gagal diwujudkan dalam 
bentuk program2 yg memperkuat urgensi tsb, shg 
asas dekon dalam sistem desentralisasi luas saat ini 
hanya komponen pelengkap thd desentralisasi. 
 Program dekon cenderung sama dengan program yg bisa 
dilaksanakan oleh provinsimelalui urusan desentralisasi. 
 Program dekon terjebak menjadi sebuah rutinitas dari 
tahun ke tahun. 
 Program/anggaran dekon di daerah hanya sekedar 
membuktikan kehadiran unsur pusat dalam sistem 
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, namun 
kemanfaatannya tidak signifikan baik bagi pusat maupun 
bagi daerah.
Temuan / Simpulan 4 
 Tanpa disadari telah terjadi pergeseran filosofi 
tentang program  anggaran dekonsentrasi. 
 Dana dekon selama ini dijadikan sebagai andalan daerah 
untuk membiayai sektor2 yg kurang mendapat dukungan 
dari APBD. Jadi, dana dekon banyak berfungsi 
mendukung program  target pembangunan di daerah. 
 Pusat-daerah memang bukan sebuah dikotomi, shg 
hubungan saling mengisi antara APBD dengan dana 
dekon dapat dipahami. Namun by design dana dekon 
dialokasikan untuk memenuhi kepentingan pusat di 
daerah. 
 Situasi seperti ini berberimplikasi pada semakin 
melemahnya relevansi dekonsentrasi.
Temuan / Simpulan 5 
 Masih ada kesalahpahaman / informasi asimetris 
antara pusat dengan daerah (gubernur selaku wakil 
pemerintah), shg menyebabkan dekonsentrasi 
terjebak dalam kontradiksi atau tarik-menarik 
antara pusat-daerah. 
 Pusat sering meragukan kemampuan  integritas daerah, 
sehingga berbagai program/kegiatan masih dianggap 
belum waktunya untuk diserahkan kepada daerah. 
 Daerah selalu merasa sudah mampu  menganggap tidak 
ada keseriusan pusat untuk memberdayakan daerah. 
 Makna dekonsentrasi menjadi abu-abu dan kurang jelas, 
filosofi apa  sesungguhnya diperjuangkan oleh asas 
dekonsentrasi.
Temuan / Simpulan 6 
 Untuk sektor sosial terdapat tumpang tindih dalam 
program, sedangkan tumpang tindih anggaran tidak 
terjadi, karena target output atau sasaran penerima 
manfaat berbeda dari setiap program. 
 Tumpang tindih program terjadi karena asumsi bahwa 
dekonsentrasi ditujukan untuk menjaga kohesi antara 
pusat dan daerah, shg kepentingan pusat = kepentingan 
daerah. 
 Urusan pusat tidak cukup hanya didefinisikan sebagai 
urusan yg berskala  memiliki eksternalitas nasional atau 
internasional, namun juga mencakup urusan berskala 
lokal yg menjadi concern atau kepentingan nasional, 
misal: kebakaran hutan yg berdampak lintas sektor.
Temuan / Simpulan 7 
 Perangkat wakil pemerintah yg terdiri dari 
Sekretaris Gubernur dengan dibantu kelompok 
kerja, tidak berjalan secara efektif. 
 Kewenangannya tidak ditetapkan secara limitatif, pola 
koordinasi dengan SKPD tidak jelas, serta tidak dilengkapi 
dengan instrumen administrasi seperti pendanaan, 
personil, dan perlengkapan. 
 Sekda yg secara ex-officio adalah Sekretaris Gubernur, 
ternyata sudah overload dengan tugasnya sbg Sekda. 
 Business process program dekonsentrasi menjadi tidak 
jelas, shg SKPD masih terus melakukan loby secara 
langsung ke pusat tanpa koordinasi dengan Pokja, Sekr. 
Gubernur, dan Gubernur selakuWakil pemerintah.
Temuan / Simpulan 8 
 Program/anggaran dekonsentrasi didesain tidak 
memperhatikan atau tidak sejalan prioritas 
pembangunan di daerah (RPJMD). 
 Terdapat fenomena pembangunan yg tidak linier di 
daerah, artinya tidak ada korelasi kuat antara program yg 
dibiayai dari APBN (dekonsentrasi) dengan program yg 
dibiayai APBD (desentralisasi). 
 Program dekon tidak bisa mendukung prioritas daerah 
karena sebagian besar prioritas daerah adalah 
pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang lebih 
banyak terkait dengan pembangunan fisik.
Temuan / Simpulan 9 
 Ada kecenderungan alokasi dana dekonsentrasi 
(khususnya bidang Sosial) semakin mengecil, 
sebaliknya anggaran daerah semakin meningkat. 
 Disatu pihak, hal ini mencerminkan kemandirian daerah 
yg semakin menguat. Disisi lain, bisa menyebabkan 
melemahnya fungsi dekon, shg peran pemerintah dalam 
melakukan Korbinwas thd daerah juga akan berkurang. 
 Jika daerah tidak cerdas dalam menentukan prioritas 
pembangunan beserta alokasi anggaran setiap sektor, 
berpotensi menimbulkan kesenjangan antar sektor 
(selama ini sektor tdk prioritas tertutup dana dekon). 
 Meski terus berkurang, namun dana dekon akan selalu 
ada selama fungsi dekon masih ada. Perintah pengalihan 
dana dekon menjadi DAK tidak sampai ke titik nol.
Temuan / Simpulan 10 
 Ada pemahaman yg kurang tepat ditingkat kab/ 
kota bahwa tidak adanya fungsi dekon di kab/kota 
atau tidak adanya kedudukan wakil pemerintah 
bagi bupati/walikota telah menjadikan hubungan 
pusat-daerah terputus. 
 Peran pemerintah pusat untuk menjaga kohesi dengan 
kab/kota dilakukan melalui skema Tugas Pembantuan 
dan melalui fungsi Gubernur selaku wakil pemerintah. 
 Fungsi Gubernur selaku wakil pemerintah di Kalteng 
meski belum optimal (krn perangkat gubernur belum 
terbentuk), namun dapat dijalankan dengan cukup baik 
melalui upaya koordinasi dan pelaksanaan forum 
Rakordal.
Rekomendasi / Agenda 1 
Melakukan redefinisi thd konsep dekonsentrasi: 
 Dikembalikan kepada definisi yg berlaku secara internasional 
Dekon sbg pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada 
perangkat pusat di daerah  melahirkan pemerintahan wilayah. 
 Menciptakan definisi baru yg khas Indonesia karena 
karakteristik  dinamika sistem politik yg berbeda dibanding 
negara lainDekon sbg pelimpahan wewenang dari 
pemerintah kepada gubernur selaku wakil pemerintah 
(pengganti instansi vertikal), yg dijalankan oleh SKPD dan tidak 
menimbulkan pemerintahan wilayah. 
 Dekonsentrasi tetap mengacu pada definisi internasional, 
namun terbatas ruang lingkupnya hanya untuk urusan absolut 
pusat, sementara urusan pemerintah yg bersifat sektoral  
akan dilimpahkan kepada provinsi dinamakan dengan delegasi.
Rekomendasi / Agenda 2 
 Redefinisi membutuhkan penyesuaian thd 
penataan aspek terkait, mis. format kelembagaan, 
mekanisme manajemen (perencanaan s/d 
pertgjwban), sistem pendanaan/pembiayaan, dsb. 
 Dari ketiga opsi diatas, direkomendasikan urutan 
prioritas sbb: 1) Mengembalikan konsep 
dekonsentrasi sesuai definisi internasional, namun 
hanya berlaku untuk urusan absolut pusat; 2) 
Menciptakan definisi baru yang khas Indonesia; dan 
3) Mengembalikan konsep dekonsentrasi sesuai 
definisi internasional.
Rekomendasi / Agenda 3 
 Fungsi dekonsentrasi, desentralisasi, dan 
tugas pembantuan, direkomendasikan 
tetap dijalankan secara berimbang, namun 
dengan memperjelas area dan urusan yang 
dilaksanakan.
Rekomendasi / Agenda 3
Rekomendasi / Agenda 4 
 Agar fungsi dekonsentrasi dan desentralisasi dapat 
berjalan seimbang tanpa khawatir akan muncul 
tumpang tindih yang mengakibatkan inefisiensi 
program dan anggaran, maka perencanaan program 
dekonsentrasi tidak cukup dibahas melalui 
mekanisme trilateral meeting antara Bappenas, 
Kementerian Keuangan dan Kementerian teknis. 
 Trilateral Meeting perlu diperluas menjadi 
Multilateral Meeting untuk menjamin setiap 
program dapat saling dikomunikasikan antar 
kementerian terkait.
Rekomendasi / Agenda 5 
 Desain dekonsentrasi perlu diperkuat dengan 
memperkenalkan konsep subsidiaritas 
(subsidiarity). 
 Program/anggaran dekons dialokasikan untuk 
mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk memacu 
kreativitas dan inovasi daerah, atau sebagai insentif 
bagi daerah (provinsi) yang mampu memenuhi 
kebijakan atau standar pemerintah pusat di bidang 
tertentu, atau untuk mengurangi tingkat 
kesenjangan antar daerah, atau untuk menutup 
celah fiskal (defisit anggaran) yang dihadapi 
pemerintah daerah, dan seterusnya.
Rekomendasi / Agenda 6 
Kebijakan desentralisasi maupun dekonsentrasi harus 
bersifat integralistik. 
 Keberhasilan kedua asas tsb menjadi tanggungjawab 
bersama seluruh tingkatan pemerintahan, tanpa harus 
membentuk perangkat dekonsentrasi yg baru  dengan 
kadar yg berbeda sesuai situasi dan kebutuhan daerah. 
 KDH harus memahami mana wilayah urusan pusat dan 
mana urusan yg berada dibawah otonominya. Sepanjang 
menyangkut urusan/kepentingan pusat  keselamatan 
nasional, maka secara otomatis bupati/walikota harus 
berkewajiban mengamankan kebijakan nasional. 
 Dengan model seperti ini, maka beban tugas Gubernur 
selaku wakil pemerintah dapat dikurangi.
Rekomendasi / Agenda 7 
 Rekonstruksi kebijakan dekonsentrasi harus pula 
diikuti dengan penataan ulang kelembagaan 
perangkat daerah. 
 Model 1: dekonsentrasi dipraktekkan sebelum 
desentralisasi. 
 Model 2: dekonsentrasi dan desentralisasi dilaksanakan 
secara simultan, dengan derajat yang berbeda untuk 
saling mengisi kekurangan. 
 Model 3: dekonsentrasi diselenggarakan bersamaan 
dengan desentralisasi, namun disertai dengan pembagian 
wilayah kerja atau pembidangan kewenangan yang jelas 
dan terukur.
Rekomendasi / Agenda 8 
Prospek penataan kelembagaan dekon dapat 
direkomendasikan dalam 2 alternatif model sbb: 
Model Efisiensi 
 Prinsip dasar: menciptakan pemerintahan yg sedikit 
mengatur (least government) shg dapat dicegah adanya 
tumpang tindih program. 
 Perangkat dekonsentrasi tetap dipertahankan ramping 
seperti yg dianut dalam UU No. 22/1999 dan UU No. 
32/2004. 
 Fungsi dekon yg selama ini dijalankan lebih baik ditransfer 
menjadi fungsi yg didevolusikan kepada provinsi, termasuk 
sumber pembiayaannya-pun harus diintegrasikan kedalam 
anggaran provinsi.
Rekomendasi / Agenda 8 
Model Efektivitas 
 Menjaga kesatuan dan kesamaan model pemerintahan 
daerah, juga untuk menjamin bahwa kepentingan pusat 
dapat berjalan sepenuhnya di tingkat daerah. 
 Diperlukan perangkat dekonsentrasi yang memadai sesuai 
dengan besaran urusan yang dilimpahkan kepada daerah. 
Dengan demikian, besaran perangkat dekonsentrasi di 
setiap daerah bisa berbeda-beda tergantung pada 
kemampuan aparatur, potensi daerah, prospek 
pengembangan, dan variabel terkait lain yang menentukan 
luas urusan dekonsentrasi.
Mohon Kritik dan Komentar 
D

More Related Content

What's hot

Grand design pasar minggu
Grand design pasar mingguGrand design pasar minggu
Grand design pasar mingguCahyo jojo
 
Laporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Laporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan Kawasan PermukimanLaporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Laporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan Kawasan PermukimanOswar Mungkasa
 
Implementasi UU No. 22/1999 pada Tataran Nasional, Provinsi, Kota dan Kabupat...
Implementasi UU No. 22/1999 pada Tataran Nasional, Provinsi, Kota dan Kabupat...Implementasi UU No. 22/1999 pada Tataran Nasional, Provinsi, Kota dan Kabupat...
Implementasi UU No. 22/1999 pada Tataran Nasional, Provinsi, Kota dan Kabupat...Dadang Solihin
 
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Dalam Rangka Mendukung Program PPSP
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Dalam Rangka Mendukung Program PPSPSistem Perencanaan dan Penganggaran Dalam Rangka Mendukung Program PPSP
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Dalam Rangka Mendukung Program PPSPinfosanitasi
 
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekOtonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekDadang Solihin
 
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...jelita249
 
Perencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikPerencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikSujatmiko Wibowo
 
Tahapan dan-tatacara-renja-skpd
Tahapan dan-tatacara-renja-skpdTahapan dan-tatacara-renja-skpd
Tahapan dan-tatacara-renja-skpdTaufik Rahman
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Joy Irman
 
7. desintralisasi atau otonomi daerah dalam konteks NKRI
7. desintralisasi atau otonomi daerah dalam konteks NKRI  7. desintralisasi atau otonomi daerah dalam konteks NKRI
7. desintralisasi atau otonomi daerah dalam konteks NKRI guruppkn11
 
Fungsi dan peran bappeda
Fungsi dan peran bappedaFungsi dan peran bappeda
Fungsi dan peran bappedaSiti Sahati
 
Perencanaan dan Alokasi Anggaran Pembangunan berbasis Desa dalam APBD
Perencanaan dan Alokasi Anggaran Pembangunan berbasis Desa dalam APBDPerencanaan dan Alokasi Anggaran Pembangunan berbasis Desa dalam APBD
Perencanaan dan Alokasi Anggaran Pembangunan berbasis Desa dalam APBDDadang Solihin
 
Penyusunan RKPD
Penyusunan RKPDPenyusunan RKPD
Penyusunan RKPD93220872
 
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanAnggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanDadang Solihin
 
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014PA Rianto
 
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009Ade Suerani
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Tri Widodo W. UTOMO
 
Pedoman Penyusunan RKPD dan Musrenbang
Pedoman Penyusunan RKPD dan MusrenbangPedoman Penyusunan RKPD dan Musrenbang
Pedoman Penyusunan RKPD dan MusrenbangDadang Solihin
 
Penyusunan RPJMD dan LKPJ Kepala Daerah kepada DPRD
Penyusunan RPJMD dan LKPJ Kepala Daerah kepada DPRD Penyusunan RPJMD dan LKPJ Kepala Daerah kepada DPRD
Penyusunan RPJMD dan LKPJ Kepala Daerah kepada DPRD Dadang Solihin
 
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahStrategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahDadang Solihin
 

What's hot (20)

Grand design pasar minggu
Grand design pasar mingguGrand design pasar minggu
Grand design pasar minggu
 
Laporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Laporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan Kawasan PermukimanLaporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Laporan Penyiapan Grand Design Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
 
Implementasi UU No. 22/1999 pada Tataran Nasional, Provinsi, Kota dan Kabupat...
Implementasi UU No. 22/1999 pada Tataran Nasional, Provinsi, Kota dan Kabupat...Implementasi UU No. 22/1999 pada Tataran Nasional, Provinsi, Kota dan Kabupat...
Implementasi UU No. 22/1999 pada Tataran Nasional, Provinsi, Kota dan Kabupat...
 
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Dalam Rangka Mendukung Program PPSP
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Dalam Rangka Mendukung Program PPSPSistem Perencanaan dan Penganggaran Dalam Rangka Mendukung Program PPSP
Sistem Perencanaan dan Penganggaran Dalam Rangka Mendukung Program PPSP
 
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekOtonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan Praktek
 
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...Analisis singkat terhadap  pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
Analisis singkat terhadap pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah ditinjau dar...
 
Perencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikPerencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran Publik
 
Tahapan dan-tatacara-renja-skpd
Tahapan dan-tatacara-renja-skpdTahapan dan-tatacara-renja-skpd
Tahapan dan-tatacara-renja-skpd
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
 
7. desintralisasi atau otonomi daerah dalam konteks NKRI
7. desintralisasi atau otonomi daerah dalam konteks NKRI  7. desintralisasi atau otonomi daerah dalam konteks NKRI
7. desintralisasi atau otonomi daerah dalam konteks NKRI
 
Fungsi dan peran bappeda
Fungsi dan peran bappedaFungsi dan peran bappeda
Fungsi dan peran bappeda
 
Perencanaan dan Alokasi Anggaran Pembangunan berbasis Desa dalam APBD
Perencanaan dan Alokasi Anggaran Pembangunan berbasis Desa dalam APBDPerencanaan dan Alokasi Anggaran Pembangunan berbasis Desa dalam APBD
Perencanaan dan Alokasi Anggaran Pembangunan berbasis Desa dalam APBD
 
Penyusunan RKPD
Penyusunan RKPDPenyusunan RKPD
Penyusunan RKPD
 
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran PembangunanAnggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Anggaran Berbasis Kinerja dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
 
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-xi rpjmn tahun 2010-2014
 
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
 
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
Kajian Efektivitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kalimantan.
 
Pedoman Penyusunan RKPD dan Musrenbang
Pedoman Penyusunan RKPD dan MusrenbangPedoman Penyusunan RKPD dan Musrenbang
Pedoman Penyusunan RKPD dan Musrenbang
 
Penyusunan RPJMD dan LKPJ Kepala Daerah kepada DPRD
Penyusunan RPJMD dan LKPJ Kepala Daerah kepada DPRD Penyusunan RPJMD dan LKPJ Kepala Daerah kepada DPRD
Penyusunan RPJMD dan LKPJ Kepala Daerah kepada DPRD
 
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan DaerahStrategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
Strategi Penetapan Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah
 

Similar to DEKONSENTRASI

Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...
Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...
Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...Tri Widodo W. UTOMO
 
Sambutan Kementrian PPN RI/Bappenas pada Musrenbag Prov Jambi
Sambutan Kementrian PPN RI/Bappenas pada Musrenbag Prov Jambi Sambutan Kementrian PPN RI/Bappenas pada Musrenbag Prov Jambi
Sambutan Kementrian PPN RI/Bappenas pada Musrenbag Prov Jambi Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah: Implementasi dan Permasalahannya terhadap ...
Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah: Implementasi dan Permasalahannya terhadap ...Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah: Implementasi dan Permasalahannya terhadap ...
Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah: Implementasi dan Permasalahannya terhadap ...Dadang Solihin
 
Keterkaitan Dokumen Perencanaan
Keterkaitan Dokumen PerencanaanKeterkaitan Dokumen Perencanaan
Keterkaitan Dokumen PerencanaanDadang Solihin
 
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Dadang Solihin
 
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAHCONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAHYakup, Jecko Tamaka
 
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen  Keuangan DaerahProposal Tesis Manajemen  Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen Keuangan DaerahYakup, Jecko Tamaka
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerahbarita
 
15 AKUNTABILITAS BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA.pdf
15 AKUNTABILITAS BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA.pdf15 AKUNTABILITAS BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA.pdf
15 AKUNTABILITAS BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA.pdfLaOdeMuhammadElwan
 
bab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfHaniRainn
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunsafiq1
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunsafiq1
 
Desentralisasi dan dekonsentrasi
Desentralisasi dan dekonsentrasiDesentralisasi dan dekonsentrasi
Desentralisasi dan dekonsentrasiPutri Aisyah
 
Manajemen pembangunan
Manajemen pembangunanManajemen pembangunan
Manajemen pembangunannnugraha41
 
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan IndonesiaTugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesiaguest361f82
 
Keuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahKeuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahEfry Ghani
 

Similar to DEKONSENTRASI (20)

Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...
Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...
Relevansi Dekonsentrasi di Era Desentralisasi: Studi Efektivitas Pengelolaan ...
 
Sambutan Kementrian PPN RI/Bappenas pada Musrenbag Prov Jambi
Sambutan Kementrian PPN RI/Bappenas pada Musrenbag Prov Jambi Sambutan Kementrian PPN RI/Bappenas pada Musrenbag Prov Jambi
Sambutan Kementrian PPN RI/Bappenas pada Musrenbag Prov Jambi
 
Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah: Implementasi dan Permasalahannya terhadap ...
Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah: Implementasi dan Permasalahannya terhadap ...Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah: Implementasi dan Permasalahannya terhadap ...
Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah: Implementasi dan Permasalahannya terhadap ...
 
Keterkaitan Dokumen Perencanaan
Keterkaitan Dokumen PerencanaanKeterkaitan Dokumen Perencanaan
Keterkaitan Dokumen Perencanaan
 
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
Reformulasi Desentralisasi Fiskal dalam Instrumen DAU, DAK, dan DBH
 
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAHCONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
CONTOH PROPOSAL TESIS MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
 
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen  Keuangan DaerahProposal Tesis Manajemen  Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
 
Perkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran DaerahPerkembangan Pemekaran Daerah
Perkembangan Pemekaran Daerah
 
slide 2.pptx
slide 2.pptxslide 2.pptx
slide 2.pptx
 
15 AKUNTABILITAS BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA.pdf
15 AKUNTABILITAS BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA.pdf15 AKUNTABILITAS BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA.pdf
15 AKUNTABILITAS BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA.pdf
 
bab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdf
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 
Desentralisasi dan dekonsentrasi
Desentralisasi dan dekonsentrasiDesentralisasi dan dekonsentrasi
Desentralisasi dan dekonsentrasi
 
Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)
Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)
Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
Manajemen pembangunan
Manajemen pembangunanManajemen pembangunan
Manajemen pembangunan
 
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan IndonesiaTugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
 
Keuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahKeuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerah
 

More from Tri Widodo W. UTOMO

Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian KesehatanBeyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian KesehatanTri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluTri Widodo W. UTOMO
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarTri Widodo W. UTOMO
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightTri Widodo W. UTOMO
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaTri Widodo W. UTOMO
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTri Widodo W. UTOMO
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakTri Widodo W. UTOMO
 

More from Tri Widodo W. UTOMO (20)

Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian KesehatanBeyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
 
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 

DEKONSENTRASI

  • 1. DESENTRALISASI DEKONSENTRASI Tri Widodo W. Utomo FGD II dalam rangka Penelitian tentang “Relevansi Dekonsentrasi Sebagai Instrumen Pemerintah Dalam Mendukung Kebijakan Nasional di Daerah di Era Desentralisasi” Jakarta, 7 November 2014
  • 2. Struktur Paparan Temuan / Simpulan Rekomendasi / Agenda untuk Rekonstruksi Dekonsentrasi
  • 3. Temuan / Simpulan 1 Dekonsentrasi telah mengalami proses dekonstruksi serta menyimpang dari definisi teoretik dan praktek internasional Dilakukan bukan oleh instansi vertikal, melainkan oleh SKPD. Instansi vertikal (UPT K/L, Kanreg BKN, Kanper BPKP, PKP2A LAN, Kanwil urusan absolut, Kodam/Polda) tidak menjalankan fungsi dekonsentrasi (mendapat pelimpahan, menerima menjalankan dana dekon). Kekaburan urusan dekonsentrasi karena tidak didahului oleh analisis/identifikasi urusan dan kepentingan pusat di daerah.
  • 4. Temuan / Simpulan 2 Dekonsentrasi masih memiliki urgensi / relevansi yg tinggi dalam tata kelola hubungan pusat-daerah, serta dalam menjamin program kepentingan pusat di daerah. Menjalankan fungsi pemerintahan umum: memperkuat integritas nasional, penanaman dan pengamalan nilai-nilai ideologi bangsa Pancasila, menjaga ketentraman dan ketertiban (law and order) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyelenggaraan urusan yang berhubungan dengan kepentingan dan keselamatan rakyat banyak. Untuk mengurangi kesenjangan antar daerah atau antar sektor.
  • 5. Temuan / Simpulan 3 Relevansi dekonsentrasi gagal diwujudkan dalam bentuk program2 yg memperkuat urgensi tsb, shg asas dekon dalam sistem desentralisasi luas saat ini hanya komponen pelengkap thd desentralisasi. Program dekon cenderung sama dengan program yg bisa dilaksanakan oleh provinsimelalui urusan desentralisasi. Program dekon terjebak menjadi sebuah rutinitas dari tahun ke tahun. Program/anggaran dekon di daerah hanya sekedar membuktikan kehadiran unsur pusat dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di daerah, namun kemanfaatannya tidak signifikan baik bagi pusat maupun bagi daerah.
  • 6. Temuan / Simpulan 4 Tanpa disadari telah terjadi pergeseran filosofi tentang program anggaran dekonsentrasi. Dana dekon selama ini dijadikan sebagai andalan daerah untuk membiayai sektor2 yg kurang mendapat dukungan dari APBD. Jadi, dana dekon banyak berfungsi mendukung program target pembangunan di daerah. Pusat-daerah memang bukan sebuah dikotomi, shg hubungan saling mengisi antara APBD dengan dana dekon dapat dipahami. Namun by design dana dekon dialokasikan untuk memenuhi kepentingan pusat di daerah. Situasi seperti ini berberimplikasi pada semakin melemahnya relevansi dekonsentrasi.
  • 7. Temuan / Simpulan 5 Masih ada kesalahpahaman / informasi asimetris antara pusat dengan daerah (gubernur selaku wakil pemerintah), shg menyebabkan dekonsentrasi terjebak dalam kontradiksi atau tarik-menarik antara pusat-daerah. Pusat sering meragukan kemampuan integritas daerah, sehingga berbagai program/kegiatan masih dianggap belum waktunya untuk diserahkan kepada daerah. Daerah selalu merasa sudah mampu menganggap tidak ada keseriusan pusat untuk memberdayakan daerah. Makna dekonsentrasi menjadi abu-abu dan kurang jelas, filosofi apa sesungguhnya diperjuangkan oleh asas dekonsentrasi.
  • 8. Temuan / Simpulan 6 Untuk sektor sosial terdapat tumpang tindih dalam program, sedangkan tumpang tindih anggaran tidak terjadi, karena target output atau sasaran penerima manfaat berbeda dari setiap program. Tumpang tindih program terjadi karena asumsi bahwa dekonsentrasi ditujukan untuk menjaga kohesi antara pusat dan daerah, shg kepentingan pusat = kepentingan daerah. Urusan pusat tidak cukup hanya didefinisikan sebagai urusan yg berskala memiliki eksternalitas nasional atau internasional, namun juga mencakup urusan berskala lokal yg menjadi concern atau kepentingan nasional, misal: kebakaran hutan yg berdampak lintas sektor.
  • 9. Temuan / Simpulan 7 Perangkat wakil pemerintah yg terdiri dari Sekretaris Gubernur dengan dibantu kelompok kerja, tidak berjalan secara efektif. Kewenangannya tidak ditetapkan secara limitatif, pola koordinasi dengan SKPD tidak jelas, serta tidak dilengkapi dengan instrumen administrasi seperti pendanaan, personil, dan perlengkapan. Sekda yg secara ex-officio adalah Sekretaris Gubernur, ternyata sudah overload dengan tugasnya sbg Sekda. Business process program dekonsentrasi menjadi tidak jelas, shg SKPD masih terus melakukan loby secara langsung ke pusat tanpa koordinasi dengan Pokja, Sekr. Gubernur, dan Gubernur selakuWakil pemerintah.
  • 10. Temuan / Simpulan 8 Program/anggaran dekonsentrasi didesain tidak memperhatikan atau tidak sejalan prioritas pembangunan di daerah (RPJMD). Terdapat fenomena pembangunan yg tidak linier di daerah, artinya tidak ada korelasi kuat antara program yg dibiayai dari APBN (dekonsentrasi) dengan program yg dibiayai APBD (desentralisasi). Program dekon tidak bisa mendukung prioritas daerah karena sebagian besar prioritas daerah adalah pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang lebih banyak terkait dengan pembangunan fisik.
  • 11. Temuan / Simpulan 9 Ada kecenderungan alokasi dana dekonsentrasi (khususnya bidang Sosial) semakin mengecil, sebaliknya anggaran daerah semakin meningkat. Disatu pihak, hal ini mencerminkan kemandirian daerah yg semakin menguat. Disisi lain, bisa menyebabkan melemahnya fungsi dekon, shg peran pemerintah dalam melakukan Korbinwas thd daerah juga akan berkurang. Jika daerah tidak cerdas dalam menentukan prioritas pembangunan beserta alokasi anggaran setiap sektor, berpotensi menimbulkan kesenjangan antar sektor (selama ini sektor tdk prioritas tertutup dana dekon). Meski terus berkurang, namun dana dekon akan selalu ada selama fungsi dekon masih ada. Perintah pengalihan dana dekon menjadi DAK tidak sampai ke titik nol.
  • 12. Temuan / Simpulan 10 Ada pemahaman yg kurang tepat ditingkat kab/ kota bahwa tidak adanya fungsi dekon di kab/kota atau tidak adanya kedudukan wakil pemerintah bagi bupati/walikota telah menjadikan hubungan pusat-daerah terputus. Peran pemerintah pusat untuk menjaga kohesi dengan kab/kota dilakukan melalui skema Tugas Pembantuan dan melalui fungsi Gubernur selaku wakil pemerintah. Fungsi Gubernur selaku wakil pemerintah di Kalteng meski belum optimal (krn perangkat gubernur belum terbentuk), namun dapat dijalankan dengan cukup baik melalui upaya koordinasi dan pelaksanaan forum Rakordal.
  • 13. Rekomendasi / Agenda 1 Melakukan redefinisi thd konsep dekonsentrasi: Dikembalikan kepada definisi yg berlaku secara internasional Dekon sbg pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada perangkat pusat di daerah melahirkan pemerintahan wilayah. Menciptakan definisi baru yg khas Indonesia karena karakteristik dinamika sistem politik yg berbeda dibanding negara lainDekon sbg pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur selaku wakil pemerintah (pengganti instansi vertikal), yg dijalankan oleh SKPD dan tidak menimbulkan pemerintahan wilayah. Dekonsentrasi tetap mengacu pada definisi internasional, namun terbatas ruang lingkupnya hanya untuk urusan absolut pusat, sementara urusan pemerintah yg bersifat sektoral akan dilimpahkan kepada provinsi dinamakan dengan delegasi.
  • 14. Rekomendasi / Agenda 2 Redefinisi membutuhkan penyesuaian thd penataan aspek terkait, mis. format kelembagaan, mekanisme manajemen (perencanaan s/d pertgjwban), sistem pendanaan/pembiayaan, dsb. Dari ketiga opsi diatas, direkomendasikan urutan prioritas sbb: 1) Mengembalikan konsep dekonsentrasi sesuai definisi internasional, namun hanya berlaku untuk urusan absolut pusat; 2) Menciptakan definisi baru yang khas Indonesia; dan 3) Mengembalikan konsep dekonsentrasi sesuai definisi internasional.
  • 15. Rekomendasi / Agenda 3 Fungsi dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas pembantuan, direkomendasikan tetap dijalankan secara berimbang, namun dengan memperjelas area dan urusan yang dilaksanakan.
  • 17. Rekomendasi / Agenda 4 Agar fungsi dekonsentrasi dan desentralisasi dapat berjalan seimbang tanpa khawatir akan muncul tumpang tindih yang mengakibatkan inefisiensi program dan anggaran, maka perencanaan program dekonsentrasi tidak cukup dibahas melalui mekanisme trilateral meeting antara Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian teknis. Trilateral Meeting perlu diperluas menjadi Multilateral Meeting untuk menjamin setiap program dapat saling dikomunikasikan antar kementerian terkait.
  • 18. Rekomendasi / Agenda 5 Desain dekonsentrasi perlu diperkuat dengan memperkenalkan konsep subsidiaritas (subsidiarity). Program/anggaran dekons dialokasikan untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk memacu kreativitas dan inovasi daerah, atau sebagai insentif bagi daerah (provinsi) yang mampu memenuhi kebijakan atau standar pemerintah pusat di bidang tertentu, atau untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar daerah, atau untuk menutup celah fiskal (defisit anggaran) yang dihadapi pemerintah daerah, dan seterusnya.
  • 19. Rekomendasi / Agenda 6 Kebijakan desentralisasi maupun dekonsentrasi harus bersifat integralistik. Keberhasilan kedua asas tsb menjadi tanggungjawab bersama seluruh tingkatan pemerintahan, tanpa harus membentuk perangkat dekonsentrasi yg baru dengan kadar yg berbeda sesuai situasi dan kebutuhan daerah. KDH harus memahami mana wilayah urusan pusat dan mana urusan yg berada dibawah otonominya. Sepanjang menyangkut urusan/kepentingan pusat keselamatan nasional, maka secara otomatis bupati/walikota harus berkewajiban mengamankan kebijakan nasional. Dengan model seperti ini, maka beban tugas Gubernur selaku wakil pemerintah dapat dikurangi.
  • 20. Rekomendasi / Agenda 7 Rekonstruksi kebijakan dekonsentrasi harus pula diikuti dengan penataan ulang kelembagaan perangkat daerah. Model 1: dekonsentrasi dipraktekkan sebelum desentralisasi. Model 2: dekonsentrasi dan desentralisasi dilaksanakan secara simultan, dengan derajat yang berbeda untuk saling mengisi kekurangan. Model 3: dekonsentrasi diselenggarakan bersamaan dengan desentralisasi, namun disertai dengan pembagian wilayah kerja atau pembidangan kewenangan yang jelas dan terukur.
  • 21. Rekomendasi / Agenda 8 Prospek penataan kelembagaan dekon dapat direkomendasikan dalam 2 alternatif model sbb: Model Efisiensi Prinsip dasar: menciptakan pemerintahan yg sedikit mengatur (least government) shg dapat dicegah adanya tumpang tindih program. Perangkat dekonsentrasi tetap dipertahankan ramping seperti yg dianut dalam UU No. 22/1999 dan UU No. 32/2004. Fungsi dekon yg selama ini dijalankan lebih baik ditransfer menjadi fungsi yg didevolusikan kepada provinsi, termasuk sumber pembiayaannya-pun harus diintegrasikan kedalam anggaran provinsi.
  • 22. Rekomendasi / Agenda 8 Model Efektivitas Menjaga kesatuan dan kesamaan model pemerintahan daerah, juga untuk menjamin bahwa kepentingan pusat dapat berjalan sepenuhnya di tingkat daerah. Diperlukan perangkat dekonsentrasi yang memadai sesuai dengan besaran urusan yang dilimpahkan kepada daerah. Dengan demikian, besaran perangkat dekonsentrasi di setiap daerah bisa berbeda-beda tergantung pada kemampuan aparatur, potensi daerah, prospek pengembangan, dan variabel terkait lain yang menentukan luas urusan dekonsentrasi.
  • 23. Mohon Kritik dan Komentar D