SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Bab IV. Perencanaan Keuangan dan
Pertumbuhan Perusahaan
Keberhasilan sebuah perusahaan dapat terlihat dari kemampuan para pengelola
atau pihak manajemen perusahaan memanfaatkan peluang secara maksimal sehingga
menghasilkan return (imbal hasil) sesuai yang diharapkan, itulah sebabnya tugas yang
utama dari pengelola atau pihak manajemen perusahaan adalah merencanakan masa
depan perusahaan agar semua peluang atau kemungkinan yang diprediksi dapat diambil
dan direalisasikan.
Pada dasarnya sebuah perencanaan tentang masa depan merupakan perencanaan
jangka panjang, itulah sebabnya dibutuhkan sebuah koordinasi yang padu tentang
perencanaan jangka panjang dari berbagai fungsi dalam perusahaan. Dalam hal
perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari
kebijakan keuangan perusahaan, membaginya menjadi 4 (empat) unsur yakni :
1. Perusahaan membutuhkan investasi pada asset-aset baru : Unsur ini akan timbul
dari peluang-peluang investasi yang dipilih untuk dilaksanakan perusahaan dan
merupakan hasil dari keputusan penganggaran modal perusahaan.
2. Tingkat Leverage keuangan yang dipilih untuk dipergunakan : Hal ini akan
menentukan jumlah pinjaman yang akan digunakan oleh perusahaan untuk
mendanai investasinya pada asset riil. Hal ini adalah kebijakan struktur modal
perusahaan.
3. Jumlah kas yang dirasakan perusahaan perlu dan layak untuk dibayarkan
kepada pemegang saham: hal ini ada kebijakan dividen perusahaan.
4. Jumlah likuiditas dan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam operasi
sehari-hari: Ini adalah keputusan modal kerja bersih perusahaan.
48
49 Manajemen Keuangan
Jadi keputusan tentang perencanaan keuangan perusahaan tentang masa depan
perusahaan tersebut akan mencakup ke-empat area ini yang pada gilirannya akan
mencakup peluang pertumbuhan perusahaan yang berimbas pada pemenuhan
kebutuhan pendanaan baik melalui internal maupun eksternal yang akan menentukan
profitabilitas perusahaan tersebut.
Adapun proses perencanaan keuangan adalah merupakan kegiatan perencanaan
keuangan yang memperkirakan posisi dan kondisi keuangan di masa depan, sehingga
dalam menyusun rencana keuangan tersebut dipergunakan serangkaian skenario yang
merupakan asumsi terhadap kemungkinan terjadinya kondisi di masa depan. Adapun
serangkaian skenario masa depan tersebut biasanya dibagi dalam 3 (tiga) kondisi:
1. Kondisi Terburuk ( Worst Condition) : Kondisi ini merupakan kondisi yang
diperkirakan terjadi ketika situasi perusahaan dan perekonomian sedang berada
dalam situasi yang sulit sehingga angka-angka yang dipakai dalam perencanaan
adalah angka-angka yang pesimistis.
2. Kondisi Normal (Normal Condition): Kondisi ini merupakan kondisi dimana
dianggap situasi perusahaan dan perekonomian yang biasa terjadi dan berjalan
seperti sebelumnya.
3. Kondisi Terbaik ( Best Condition): Kondisi ini merupakan kondisi ketika situasi
perusahaan atau perekonomian sedang berada dalam situasi terbaiknya sehingga
angka –angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka –angka yang
optimistik.
4.1. Model Perencanaan Keuangan
Ketika sebuah perencanaan keuangan dibuat maka rencana tersebut juga akan
memasukkan laporan keuangan yakni neraca, laporan laba-rugi sebagai bagian dari
perencanaan yang dibuat, adapun laporan keuangan ini disebut juga laporan keuangan
pro forma ( “dalam bentuk”) . Jadi dalam hal ini laporan keuangan pro forma ini akan
Manajemen Keuangan 50
memasukkan serangkaian kemungkinan atau skenario yang terjadi di masa depan,
sehingga laporan keuangan pro forma merupakan output dari model perencanaan
keuangan.
Andaikan seseorang memberikan data proyeksi penjualan yang sudah
diperkirakan maka model perencanaan keuangan akan menyediakan laporan keuangan
berupa neraca dan laba rugi yang dihasilkan berdasarkan data proyeksi penjualan
tersebut. Disini, data proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan tersebut menjadi
“penggerak (driver)” yang artinya data proyeksi penjualan ini akan diberikan terlebih
dahulu, lalu data proyeksi laporan keuanganitu akan dihitung berdasarkan atas data
tersebut.
Bisa saja, angka proyeksi penjualan akan diberikan dalam bentuk tingkat
pertumbuhan dalam penjualan, hal ini tidaklah menjadi persoalan karena perhitungan
proyeksi penjualan akan diketahui setelah diketahui tingkat pertumbuhannya. Sesudah
dilakukan serangkaian skenario, maka yang teRp.enting disini bukanlah proyeksi
penjualan harus tepat tetapi bagaimana hubungan atau keterkaitan antara investasi dan
kebutuhan pendanaan pada berbagai kemungkinan tingkat penjualan dapat diketahui
untuk dipelajari agar dapat dilakukan keputusan-keputusan strategis dan berdampak
jangka panjang.
Dalam hal investasi, disini akan diperkirakan proyeksi belanja modal, dan akan
terlihat juga disini proyeksi neraca melalui perubahan dalam total asset tetap dan
modal kerja bersih, sedangkan dalam hal keuangan (financing) akan bagaimana
mencari dana yang dibutuhkan terhadap dana investasi yang dibutuhkan, akan ada
persoalan tentang kebijakan deviden dan kebijakan utang agar perusahaan
mendapatkan dana yang “siap” untuk dipakai belanja modal.
Setelah data proyeksi penjualan dan perkiraan belanja modal yang dibutuhkan
diketahui maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam neraca, hal ini dikarenakan
proyeksi total asset pasti lebih besar dari proyeksi sisi total pasiva. Karena itu
dibutuhkan pendanaan baru untuk menutupi seluruh proyeksi belanja modal, variable
51 Manajemen Keuangan
penyeimbang inilah yang disebut “Plug” yang harus dipilih, Penyeimbang ini adalah
sumber dari pendanaan eksternal khusus yang dibutuhkan untuk mengatasi kekuranagn
(kelebihan) dalam pendanaan sehingga dana dapat menjadi seimbang lagi seperti
sebelumnya.
Tentu saja, yang terakhir dan juga sangat penting adalah dalam perencanaan
tersebut haruslah secara jelas menyatakan kondisi perekonomian suatu negara atau
wilayah kekuasaan politik dimana perusahaan tersebut berada, hal ini dikenal sebagai
kondisi makro-ekonomi suatu negara. Kondisi makro- ekonomian tersebut antara lain
tentang inflasi, tingkat suku bunga dan tarif pajak perusahaan.
4.2 Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan
Adapun sebuah contoh dari model perencanaan keuangan sederhana sebagai berikut :
PT. Campur
Laporan Keuangan
Laporan Rugi Laba Neraca
Penjualan Rp.1000 Aset Rp. 500 Hutang Rp.250
Biaya 800
Modal
Sendiri Rp.250
Laba bersih Rp.200 Total Rp.500 Total Rp.500
Perencanaan keuangan PT.Campur berasumsi bahwa semua variabel terikat pada
penjualan dan hubungan yang sekarang adalah optimal. Artinya semua item akan
berkembang dengan persentase yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan
meningkat 20 persen dari Rp.1000 menjadi Rp.1200. Perencana juga akan meramalkan
bahwa terdapat peningkatan biaya sebesar 20 persen, dari Rp. 800 menjadi
Rp.800X1,2=Rp.960. Laporan Pro forma akan menjadi:
Pro Forma
Manajemen Keuangan 52
Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp. 1200
Biaya 960
Laba bersih Rp. 240
Asumsi bahwa seluruh variabel akan meningkat sebesar 20 persen, membuat kita juga
dapat membuat neraca pro forma.
Pro Forma Neraca
Aset Rp.600(+100) Hutang Rp. 300(+50)
Modal
Sendiri 300(+50)
Total Rp.600(+100) Total Rp.600 (+100)
Sekarang kita harus merekonsiliasi kedua pro forma. Contohnya dapatkah Laba bersih
sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri meningkat hanya Rp.50? Jawabannya adalah
bahwa PT.Campur harus membayar perbedaan sebesar Rp.240-
Rp.50=Rp.190,kemungkinan sebagai dividen. Dalam kasus ini dividen adalah plug
variable.
Misalkan PT.Campur tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam kasus ini, tambahan ke
Laba ditahan adalah sejumlah Rp.240. Pos Modal Sendiri PT.Campur akan bertambah
menjadi Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net income), dan
hutang harus dilunasi untuk menjaga jumlah asset tetap Rp.600.
Dengan Rp.600 di total Aset and Rp.490 di Modal Sendiri, maka Hutang harus Rp.600-
Rp.490=Rp.190. Karena saldo awal Hutang adalah Rp.250, maka PT.Campur harus
melunasi hutang sebesar Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan
menjadi:
53 Manajemen Keuangan
Pro Forma Neraca
Aset $600(+100) Hutang $ 110(-140)
Modal
Sendiri 490(+240)
Total $600(+100) Total $600 (+100)
Dalam kasus ini, Hutang adalah plug variable yang digunakan untuk menyeimbangkan
proyeksi total aset dan Kewajiban. Contoh ini menunjukkan interaksi diantara
pertumbuhan penjualan dan kebijakan keuangan. Ketika penjualan meningkat, total aset
juga meningkat. Hal ini terjadi karena perusahaan harus berinvestasi pada modal kerja
bersih (net working capital) dan Aset tetap (fixed asset) untuk mendukung tingkat
penjualan yang lebih tinggi. Karena Aset berkembang, total Modal Sendiri dan
Kewajiban (Hutang) juga akan berkembang.
Hal yang harus kita perhatikan dari contoh di atas adalah cara Kewajiban (Hutang) dan
Modal Sendiri berubah berubah bergantung pada pada kebijakan pendanaan dan
kebijakan dividen perusahaan. Pertumbuhan asset ditentukan bagaimana perusahaan
mendanai pertumbuhan tersebut.
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of PenjualanApproach)
Pada bagian sebelumnya, kita mendisikripsikan sebuah model perencanaan
yang simple dimana persentase semua pos meningkat secara bersamaan dengan
persentase penjualan.Ini mungkin asumsi yang logis bagi beberapa pos atau akun dalam
laporan keuangan. Tetapi untuk pinjaman jangka panjang mungkin tidak akan sesuai.
Jumlah dari pinjaman jangka panjang itu ditentukan oleh pihak manajemen, dan tidak
ada kaitannya dengan tingkat penjualan.
Pada bagian ini, akan dijelaskan tambahan atau perluasan dari model sederhana
yang sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah untuk memisahkan Laporan Rugi-Laba dan
Neraca menjadi 2 grup, dimana yang satu langsung terkait penjualan dan yang satunya
tidak langsung terkait. Jika suatu ramalan penjualan ditetapkan,maka akan dapat
Manajemen Keuangan 54
mengitung berapa banyak dana yang dibutuhkan perusahaan untuk menopang prediksi
tingkat penjualan.
Laporan Laba Rugi (The Income Statement)
Dimulai membahas dengan menggunakan laporan Laba -Rugi milik PT.HaLe,
seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.1. Disini masih menyederhanakan hal – hal
berikut seperti : biaya, penyusutan, dan bunga dalam satu bentuk pos atau akun : biaya.
PT.HaLe telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam Penjualan untuk tahun
yang akan datang, jadi mengantisipasi penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250.
Untuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya
akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi ini,
pro forma laoran Rugi Laba PT.HaLe ditampilkan pada tabel 4.2. Konsekwensi dari
mengasumsikan bahwa biaya itu memiliki persentase yang konstan dengan Penjualan
adalah profit margin itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya
Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma milik PT.HaLe, profit marginnya Rp.165/1250 =
13.2%, jadi itu tidak berubah.
Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya
tergantung pihak manajemen PT.HaLe. Kita akan mengasumsikan PT.HaLe memiliki
kebijakan untuk membayar dividen secara tunai.
TABLE 4.1
PT.HaLe
Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp. 1,000
Biaya-biaya Rp. 800
Laba kena pajak Rp. 200
Pajak (34%) Rp. 68
Laba bersih Rp. 132
Dividend
Rp.
44
Tambahan Laba ditahan
Rp.
88
55 Manajemen Keuangan
TABLE 4.2
PT.HaLe
Laporan Laba Rugi Pro Forma
Penjualan(proyeksi) Rp. 1,250
Costs (80% dari penjualan) Rp. 1,000
Laba kena pajak Rp. 250
Pajak (34%) Rp. 85
Laba bersih Rp. 165
Untuk sebagian besar dari tahun sekarang, dividend payout ratio adalah :
Dividend payout ratio = Cash Dividens/Net Income
= Rp.44/132 = 33 1/3%
Kita juga dapat menghitung ratio dari tambahan laba ditahan terhadap laba bersih :
Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan = Rp.88/132 = 66 2/3%
Ratio ini biasa disebut dengan retention ratio atau plowback ratio, dan itu sama
dengan 1 dikurangi dengan dividend payout ratio, karena sisa yang tidak dibayarkan
menjadi laba yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut ini
adalah proyeksi dividen dan tambahan pada Laba yang ditahan:
Proyeksi dividen untuk pemegang saham= Rp.165X1/3= Rp. 55
Proyeksi tambahan Laba yang ditahan =Rp.165X2/3 =Rp.110
Rp.165
Neraca ( The Neraca)
Manajemen Keuangan 56
Untuk menghasilkan pro forma Neraca, dimulai dengan statements yang paling baru.
Dalam neracadi asumsikan bahwa beberapa pos atau akunnya dapat mempengaruhi
penjualan dan juga ada yang tidak. Untuk pos atau akun yang memliki hubungan
dengan penjualan, dinyatakan persentase penjualan pada tahun yang baru saja telah
selesai.Ketika sebuah pos tersebut tidak mempengaruhi penjualan secara langsung,
dituliskan “n/a” (not applicable).
Tabel 4.3
Rp Persentase Rp Persentase
(juta) terhadap (juta) terhadap
Penjualan Penjualan
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 160 16 Utang dagang 300 30%
Piutang dagang 440 44 Wesel bayar 100 n/a
Persediaan 600 60 Total 400 n/a
Total 1200 120 Utang jangka panjang 800
Aset tetap Ekuitas pemegang saham
Pabrik dan Peralatan bersih 1800 180 Saham biasa dan modal disetor 800 n/a
Saldo laba ditahan 1000 n/a
Total 1800 n/a
Total Aset 3000 300% Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3000 n/a
PT. HaLe
Neraca
Aset Kewajiban dan Ekuitas
Untuk contoh, pada bagian aset, maka persediaan sama dengan 60% dari
Penjualan(Rp.600/1000) untuk akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan
untuk tahun yang akan datang, jadi setiap peningkatan Rp.1,- dalam penjualan,
persaediaan akan naik sebesar Rp..60. Ratio dari total assets kepada penjualan untuk
akhir tahun adalah Rp.3000/1000 = 3, atau 300%.
Ratio dari total assets kepada penjualan itu disebut sebagai capital intensity
ratio.Itu memberitahukan bahwa jumlah asset yang dibutuhkan untuk menghasilkan
Rp.1 pada penjualan. Jadi semakin tinggi ratio nya, semakin tinggi capital intensity
dalam suatu perusahaan.
Selanjutnya disusunlah neraca pro forma untuk PT.HaLe. Lakukan dengan
menggunakan persentase-persentase yang dihitung guna menghitung jumlah yang
diproyeksikan. Perlu diperhatikan, untuk pos-pos yang tidak bergerak langsung
57 Manajemen Keuangan
mengikuti penjualan, sumsi awalnya tidak ada perubahan dan hanya menulis saldo
aslinya. Dari neraca diatas bahwa aset diproyeksikan naik sebesar Rp.750. Tetapi tanpa
pendanaan tambahan, kewajiban dan ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami
kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini disebut
kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External Financing Needed)
Tabel 4.4
Tahun ini Perubahan Tahun ini Perubahan
Rp dari Tahun Rp dari Tahun
(Juta) lalu (JutaRp) (juta) lalu ( Juta Rp)
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 200 40 Utang dagang 375 75
Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 100 0
Persediaan 750 150 Total 475 75
Total 1500 300 Utang jangka panjang 800 0
Aset tetap Ekuitas pemegang saham
Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0
Saldo laba ditahan 1110 110
Total 1910 110
Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3185 185
Kebutuhan pendanaan eksternal 565 565
PT. HaLe
Neraca Pro Forma Parsial
Aset Kewajiban dan Ekuitas
SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)
Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor tentang berita bagus
danberita buruk. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan
kenaikan penjualan 25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali
PT.HaLe entah dengan cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebesar Rp.565.
Selain itu, hal ini merupakan contoh yang bagus bagaimana proses perencanaan
dapat menyelesaikan masalah dan potensi konflik. Mengapa ? kalau kita lihat pada
PT.HaLe, misalkan perusahaan ini punya tujuan tidak mau meminjam sedikitpun untuk
dana tambahan dan tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin tidak
bisa dilakukan. Bila kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka
Manajemen Keuangan 58
PT.HaLe mempunyai 3 sumber yang memungkinkan : Pinjaman jangka pendek,
Pinjaman jangka panjang, dan Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung dari keputusan
manajemen.
Misalnya PT.HaLe memutuskan untuk meminjam dana yang butuhkan, dalam
kasus ini perusahaan dapat memilih untuk meminjam sebagian pinjaman jangka
panjang dan sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current
asset ) bertambah Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah
Rp.75. PT.HaLe juga dapat meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka
pendek. Dengan Rp.565 yang dibutuhkan maka sisa Rp.565-Rp.225= Rp.340 bisa
didapatkan dengan pinjaman jangka panjang. Tabel 4.5 menunjukan pro forma neraca
PT.HaLe.
Table 4.5
Tahun ini Perubahan Tahun ini Perubahan
Rp dari Tahun Rp dari Tahun
(juta) lalu ( Juta Rp) (Juta) lalu ( JutaRp)
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 200 40 Utang dagang 375 75
Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 325 225
Persediaan 750 150 Total 700 300
Total 1500 300 Utang jangka panjang 1140 340
Aset tetap Ekuitas pemegang saham
Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0
Saldo laba ditahan 1110 110
Total 1910 110
Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3750 750
Aset Kewajiban dan Ekuitas
PT. HaLe
Neraca Pro Forma
SKENARIO ALTERNATIF (AN ALTERNATIVE SCENARIO )
Asumsi bahwa asset merupakan presentase tetap dari penjualan adalah benar, tapi
mungkin saja tidak cocok dalam beberapa kondisi riil yang terjadi. Khususnya jika
mengasumsikan PT.HaLe menggunakan 100 persen kapasitas karena setiap
peningkatan pada penjualan mengarah pada peningkatan fixed assets. Bagi sebagian
bisnis, mungkin akan terjadi sedikit kelonggaran atau kelebihan kapasitas, dan produksi
mungkin bisa bertambah dengan menjalankan shift tambahan.
59 Manajemen Keuangan
.
Jika kita mengasumsikan bahwa PT.HaLe beroperasi pada 70% dari keseluruhan
kapasitas, maka kebutuhan dana eksternal akan sedikit berbeda. Ketika dikatatakan “ 70
persen dari kapasitas”, hal ini bermaksud bahwa level penjualan saat ini 70 persen dari
keseluruhan kapasitas
Penjualan saat ini: Rp.1000 = 70 X Kapasitas penuh
Penjualan dengan kapasitas penuh: Rp.1000/70 = Rp.1429
Ini memberitahukan bahwa penjualan naik hampir 43 persen dari Rp.1000 menjadi
Rp.1429 sebelum sedikitpun aset tetap dibutuhkan.
Pada skenario sebelumnya, diasumsikan bahwa penambahan aset tetapRp.450
sangat dibutuhkan. Sedangkan di skenario yang sekarang, tidak ada aset tetap yang
dibutuhkan karena penjualan hanya diproyeksikan hanya menjadi Rp.1250 yang mana
kurang dari Rp.1429 sebagai level kapasitas penuh. Hasilnya, estimasi awal sebesar
Rp.565 pada dana eksternal dinilai terlalu tinggi. Kita berasumsi bahwa Rp.450 pada
aset tetap baru dibutuhkan. Padahal tidak ada penggunaan dari aset baru tetap
dibutuhkan. Sehingga bila beroperasi pada 70 persen kapasitas, maka hanya
memerlukan Rp.115 (Rp.565-Rp.450) pada dana eksternal.
Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and Growth)
Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan berhubungan.Semakin tinggi tingkat
pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin besar pula pendanaan eksternal yang
dibutuhkan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan
eksternalnya saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar
kebijakan finansial dan kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru dan
pertumbuhannya.
EFN dan Pertumbuhan (EFN and Growth)
Manajemen Keuangan 60
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan hubungan antara EFN dan
Growth. Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat dan
neraca dari PT,HaLe pada table 4.6
tabel 4.6
PT,HaLe
Laporan Rugi Laba
Penjualan Rp. 500
Biaya Rp. 400
Laba kena pajak Rp. 100
Pajak (34%) Rp. 34
Laba bersih Rp. 66
Deviden Rp. 22
Tambahan Laba ditahan Rp. 44
PT.HaLe
Neraca
Asset Kewajiban
Rp.
Percentage
of Sales
Rp.
Percentage
of Sales
Aset lancar
20
0 40% Total Hutang
25
0 n/a
Aktiva Tetap
bersih
30
0 60% Modal Sendiri
25
0 n/a
Total Asset
50
0 100%
Total Kewajiban and Modal
Sendiri
50
0 n/a
PT.HaLe memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat
Rp. 100. Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel
4.7 mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.HaLe membutuhkan
penambahan Rp.100 pada asset baru (dianggap kapasitas penuh). Proyeksi penambahan
pada laba yang ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2
61 Manajemen Keuangan
tabel 4.7
PT.HaLe
Pro-Forma Income Statement
Penjualan(projected) Rp. 600.0
Biaya (80% of Sales) Rp. 480.0
Laba kena pajak Rp. 120.0
Pajak(34%) Rp. 40.8
Laba bersih Rp. 79.2
Devidend Rp. 26.4
Tambahan Laba yang ditahan Rp. 52.8
Neraca PT HaLe
Aset Liabilities
Rp. Persentase
Penjualan
Rp. Percentage
Penjualan
Aset Lancar 240 40% Total Hutang 250 n/a
Aktiva tetap
bersih
360 60% Modal Sendiri 302.8 n/a
Total Asset 600 100% Total hutang
and Modal
Sendiri
552.8 n/a
EFN
(Kebutuhan
pendanaan dari
luar)
47.2 n/a
Tabel di atas menunjukkan EFN dari tingkat pertumbuhan yang berbeda. Proyeksi
tambahan ke Laba yang ditahan dan proyeksi ratio Hutang dan Modal Sendiri untuk
setiap scenario juga terdapat di tabel. Dalam menentukan rasio Hutang dan Modal
Sendiri, diasumsikan bahwa dana yang dibutuhkan adalah pinjaman, dan juga
Proyeksi
Pertumbuhan
penjualan(%)
Kebutuhan
Peningkatan
Aset(Rp.)
Tambahan Laba
ditahan (Rp.) EFN
Proyeksi Rasio
Utang-Ekuitas
0 0 44 -44 0,7
5 25 46,2 -21,2 0,77
10 50 48,4 1,6 0,84
15 75 50,6 24,4 0,91
20 100 52,8 47,2 0,98
25 125 55 70 1,05
Manajemen Keuangan 62
berasumsi bahwa dana surplus digunakan untuk melunasi hutang. Lalu untuk
pertumbuhan nol, utang berkurang sebanyak Rp.44 dari Rp.250 menjadi Rp.206..
Pertambahan asset yang dibutuhkan sama dengan aset asli sebanyak Rp.500 dikalikan
dengan tingkat pertumbuhan. Tambahan ke retained earning sama dengan Rp.44
ditambah dengan Rp.44 dikali tingkat pertumbuhan.
Untuk tingkat pertumbuhan yang relatif rendah, PT.HaLe akan menjalankan surplus
dan rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan menurun. Tetapi tingkat pertumbuhan
meningkat sampai 10 persen, surplus menjadi berubah defisit. Lebih lanjut, ketika
tingkat pertumbuhan melebihi 20 persen, rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan
melewati nilai 1,0.
Kebijakan keuangan dan pertumbuhan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada sebuah hubungan
langsung antara pertumbuhan dan pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, dua tingkat
pertumbuhan yang khususnya yang berguna dalam perencanaan jarak jauh.
Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama adalah pertumbuhan
maksimum yang dapatdiraih dengan tidak ada pembiayaan eksternal apapun. disebut
tingkat pertumbuhan internal karena ini adalah tingkat perusahaan dapat
mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1,
tingkat pertumbuhan internal ini diwakili oleh titik mana dua garis bertemu..Pada titik
ini. peningkatan penambahan aset yang diperlukan dalam aset adalah persis sama
dengan penambahan untuk dipertahankan penghasilan, dan kebutuhan pertumbuhan
external ( external financing needed) adalah nol. Hal ini terjadi ketika pertumbuhan
angka ini sedikit kurang dari 10 persen. dengan sedikit perhitungan matematis, maka
dapat didefinisikan tingkat pertumbuhan ini t =
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b
63 Manajemen Keuangan
di sini, ROA adalah laba atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi, rasio
yang melihat dana ditanamkan kembali ke perusahaan.
Untuk perusahaan PT.HaLelaba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya
adalah Rp.500, Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba bersih sebesar
Rp.66, Rp.44 adalah bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, jadi
plowback ratio adalah Rp.44/Rp.66= 2/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat
Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate):
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b
0.132x(2/3)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 %
Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas atau ekspansi di
tingkat maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate), Jika perusahaan
PT.HaLe berharap untuk berkembang lebih cepat dari 9,65% pertahun, maka
pembiayaan eksternal harus diatur atau diadakan. Pembahasan tentang Tingkat
Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate) adalah tingkat pertumbuhan
maksimal oleh sebuah perusahaan dengan tidak ada pembiayaan dari ekuitas (Modal
Sendiri) tapi tetap mempertahankan rasio utang-ekuitas tersebut sama.
Untuk Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate )
perushaan PT.HaLe adalah kira-kira 20 persen karena rasio utang-ekuitas dekat 1.0
pada tingkat pertumbuhan tersebut.
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate): ( ROE x b)/ 1 – ROE
x b
Perhitungan ini identik dengan tingkat pertumbuhan interna, kecuali rasio profitabilitas
yang digunakan adalah ROE bukan ROA.l
Manajemen Keuangan 64
Untuk perusahaan PT.HaLe, Laba bersihnya adalah Rp.66 dan totl ekuitasnya
Rp.250, dengan demikian ROEnya Rp.66/Rp.250 = 26.4 %, sedangkan Plowback
rationnya adalah, b, tetap 2/3, jadi Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable
Growth Rate) sebagai berikut :
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) : ROE x b/ 1-ROExb
0.264x (2/3)/ 0.264x (2/3) : 21,36%
Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas usahanya atau ekspansi
pada tingkat maximal sebesar 21.36 persen pertahun tanpa pembiayaan ekuitas dari
pihak eksternal.
Determinan dari Pertumbuhan (Determinants of Growth)
Diketahui bahwa ROE ( Return on Equity) bisa disusun dari berbagai komponen
menggunakan persamaan Du Pont Karena ROE sangat menonjol dalam menentukan
tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan, jelas bahwa factor penting yang menentukan
ROE juga penting menentukan pertumbuhan
ROE = Profit margin X Total Asset turnover X Modal Sendiri Multiplier
Disini dapat melihat, apapun yang menambah ROE akan menambah tingkat
pertumbuhan yang berkelanjutan dengan cara membuat pembilang semakin besar dan
penyebut semakin kecil. Meningkatkan plowback ratio juga akan menimbulkan efek
yang sama. Jikalau semuanya disatukan dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan
menopang pertumbuhan berdasarkan 4 faktor berikut ini :
1. Profit Margin : Penambahan profit margin akan meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan dana secara internal serta meningkatkan
pertumbuhan yang sustain atau dipertahankan.
65 Manajemen Keuangan
2. Devidend Policy : Pengurangan persentase laba bersih yang dibayarkan untuk
deviden akan meningkatkan retention ratio. Hal ini akan menghasilkan ekuitas
secara internal dan meningkatkan pertumbuhan sustain atau dipertahankan.
3. Financial Policy : Peningkatan pada Hutang-Modal Sendiri ratio akan
meningkatkan leverage keuangan perusahaan. Karena ini membuka peluang
tambahan hutang, maka tentu saja tingkat pertumbuhan yang sustain juga akan
meningkat.
4. Total Asset Turnover : Peningkatan pada total asset turnover perusahaan akan
meningkatkan penjualan dihasilkan untuk setiap rupiah aset. Ini akan
mengurangi kebutuhan perusahaan akan aset baru sehingga ada pertumbuhan
penjualan dan bagaimanapun akan meningkatkan tingkat pertumbuhan yang
sustain. Ingat, bahwa peningkatan total asset turnover sama saja mengurangi
intensitas modal
BAB 4.
1. Lihat laporan keuangan sederhana di bawah ini untuk PT. Sanully (diasumsikan
tidak ada pajak penghasilan) :
Laporan Laba Rugi Neraca
Penjualan PAB
32.000
Aset PAB
17.800
Utang PAB
10.200
Biaya-biaya 25.00
0
Ekuitas 7.600
Laba bersih PAB
7.000
Total PAB
17.800
Total PAB
17.800
PT. Sanully telah meramalkan kenaikan penjualan sebesar 10 persen.
Perusahaan telah meramalkan bahwa setiap pos pada neraca akan naik sebesar
Manajemen Keuangan 66
10 persen juga. Buatlah laporan pro forma dan lakukanlah rekonsiliasi.
Berapakah variabel penyeimbangnya?
2. Di pertanyaan sebelumnya, PT Sanully membayarkan setengah dari laba
bersihnya dalam bentuk dividen tunai. Biaya-biaya dan asset akan mengikuti
penjualan, namun utang dan ekuitas tidak. Buatlah laporan pro forma dan
tentukan jumlah pendanaan eksternal yang dibjutuhkan.
3. Dengan asumsi rasio-rasio berikut ini konstan, berapakah tingkat pertumbuhan
yang dapat dipertahankan ?
Perputaran total asset = 1,60
Margin laba = 7,6%
Multiplier ekuitas = 1,50
Rasio pembayaran = 40%
4. Sebuah perusahaan ingin mempertahankan rasio pertumbuhan sebesar 11 persen
dan rasio pembayaran dividen sebesar 60 persen. Rasio total asset terhadap
penjualan adalah konstan sebesar 0,9 dan margin laba adalah 9,5 persen. Jika
perusahaan juga ingin untuk mempertahankan rasio utang-ekuitas yang konstan,
berapakah nilainya?

More Related Content

What's hot

Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iyalifadli98
 
PENGANGGARAN MODAL.pptx
PENGANGGARAN MODAL.pptxPENGANGGARAN MODAL.pptx
PENGANGGARAN MODAL.pptxDiam10
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)radhi abdul halim
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiFransisco Laben
 
Manajemen keuangan bab 24
Manajemen keuangan bab 24Manajemen keuangan bab 24
Manajemen keuangan bab 24Lia Ivvana
 
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2Majid
 
Return dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalReturn dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalTrisnadi Wijaya
 
Manajemen Risiko 11 Risiko operasional
Manajemen Risiko 11 Risiko operasionalManajemen Risiko 11 Risiko operasional
Manajemen Risiko 11 Risiko operasionalJudianto Nugroho
 
Ch11_Accounting Intermediate_IND
Ch11_Accounting Intermediate_INDCh11_Accounting Intermediate_IND
Ch11_Accounting Intermediate_INDMaiya Maiya
 
Manajemen Risiko 09 Risiko pasar
Manajemen Risiko 09 Risiko pasarManajemen Risiko 09 Risiko pasar
Manajemen Risiko 09 Risiko pasarJudianto Nugroho
 
34020 7-853463552856
34020 7-85346355285634020 7-853463552856
34020 7-853463552856Sefri Yunita
 
Portofolio investasi-bab-19-evaluasi-kinerja-portofolio
Portofolio investasi-bab-19-evaluasi-kinerja-portofolioPortofolio investasi-bab-19-evaluasi-kinerja-portofolio
Portofolio investasi-bab-19-evaluasi-kinerja-portofolioJudianto Nugroho
 
C 14 indo INTERMEDIATE 2
C 14 indo INTERMEDIATE 2C 14 indo INTERMEDIATE 2
C 14 indo INTERMEDIATE 2rohima _yesung
 
Analisis common size
Analisis common sizeAnalisis common size
Analisis common sizemas karebet
 
Return Yang Diharapkan dan Risiko Portofolio
Return Yang Diharapkan dan Risiko PortofolioReturn Yang Diharapkan dan Risiko Portofolio
Return Yang Diharapkan dan Risiko PortofolioAmrul Rizal
 
Manajemen keuangan bab 06
Manajemen keuangan bab 06Manajemen keuangan bab 06
Manajemen keuangan bab 06Lia Ivvana
 
Pembelanjaan resiko
Pembelanjaan resikoPembelanjaan resiko
Pembelanjaan resikohasril ariel
 
Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap serta T...
Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap serta T...Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap serta T...
Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap serta T...Vadhalna Zulkarnaen
 

What's hot (20)

Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan i
 
PENGANGGARAN MODAL.pptx
PENGANGGARAN MODAL.pptxPENGANGGARAN MODAL.pptx
PENGANGGARAN MODAL.pptx
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
Manajemen keuangan bab 24
Manajemen keuangan bab 24Manajemen keuangan bab 24
Manajemen keuangan bab 24
 
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
Chapter 08 piutang-pertemuan ke-2
 
Return dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalReturn dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset Tunggal
 
Manajemen Risiko 11 Risiko operasional
Manajemen Risiko 11 Risiko operasionalManajemen Risiko 11 Risiko operasional
Manajemen Risiko 11 Risiko operasional
 
Ch11_Accounting Intermediate_IND
Ch11_Accounting Intermediate_INDCh11_Accounting Intermediate_IND
Ch11_Accounting Intermediate_IND
 
Time Value Of Money
Time Value Of MoneyTime Value Of Money
Time Value Of Money
 
Manajemen Risiko 09 Risiko pasar
Manajemen Risiko 09 Risiko pasarManajemen Risiko 09 Risiko pasar
Manajemen Risiko 09 Risiko pasar
 
34020 7-853463552856
34020 7-85346355285634020 7-853463552856
34020 7-853463552856
 
Portofolio investasi-bab-19-evaluasi-kinerja-portofolio
Portofolio investasi-bab-19-evaluasi-kinerja-portofolioPortofolio investasi-bab-19-evaluasi-kinerja-portofolio
Portofolio investasi-bab-19-evaluasi-kinerja-portofolio
 
C 14 indo INTERMEDIATE 2
C 14 indo INTERMEDIATE 2C 14 indo INTERMEDIATE 2
C 14 indo INTERMEDIATE 2
 
Analisis common size
Analisis common sizeAnalisis common size
Analisis common size
 
Return Yang Diharapkan dan Risiko Portofolio
Return Yang Diharapkan dan Risiko PortofolioReturn Yang Diharapkan dan Risiko Portofolio
Return Yang Diharapkan dan Risiko Portofolio
 
Manajemen keuangan bab 06
Manajemen keuangan bab 06Manajemen keuangan bab 06
Manajemen keuangan bab 06
 
Pembelanjaan resiko
Pembelanjaan resikoPembelanjaan resiko
Pembelanjaan resiko
 
Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap serta T...
Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap serta T...Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap serta T...
Kasus Penyelesaian Perolehan Aktiva Tetap dan Penyusutan Aktiva Tetap serta T...
 
Revenue Bagian 1
Revenue Bagian 1Revenue Bagian 1
Revenue Bagian 1
 

Similar to Ek4245 bab 4_perencanaan_keuangan

Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika/ Muhammad Hafiz Hibatul...
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika/ Muhammad Hafiz Hibatul...Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika/ Muhammad Hafiz Hibatul...
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika/ Muhammad Hafiz Hibatul...Muhammad Hafiz
 
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Meidita Elvina Maharani/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Meidita Elvina Maharani/3-03Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Meidita Elvina Maharani/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Meidita Elvina Maharani/3-03Meidita Elvina
 
Stock Valuation/abshor.marantika/Kholimatus Sakdiyah/3-04
Stock Valuation/abshor.marantika/Kholimatus Sakdiyah/3-04Stock Valuation/abshor.marantika/Kholimatus Sakdiyah/3-04
Stock Valuation/abshor.marantika/Kholimatus Sakdiyah/3-04KholimatusSakdiyah
 
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika / Muhammad Hafiz Hibatu...
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika / Muhammad Hafiz Hibatu...Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika / Muhammad Hafiz Hibatu...
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika / Muhammad Hafiz Hibatu...Muhammad Hafiz
 
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Dwi Lestari/3-04
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Dwi Lestari/3-04Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Dwi Lestari/3-04
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Dwi Lestari/3-04Dwi Lestari
 
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03DanangKuncoro3
 
Forecasting and planning_abshor marantika_sonia m.v.situmorang_kelas 3-04
Forecasting and planning_abshor marantika_sonia m.v.situmorang_kelas 3-04Forecasting and planning_abshor marantika_sonia m.v.situmorang_kelas 3-04
Forecasting and planning_abshor marantika_sonia m.v.situmorang_kelas 3-04SoniaSitumorang
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Futurum2
 
pengertian laba rugi
pengertian laba rugipengertian laba rugi
pengertian laba rugiLivi Pungus
 
Pengertian analisis laporan keuangan
Pengertian analisis laporan keuanganPengertian analisis laporan keuangan
Pengertian analisis laporan keuanganFidhin Cilick
 
pengaruh rasio leverage terhadap earning pershare
pengaruh rasio leverage terhadap earning persharepengaruh rasio leverage terhadap earning pershare
pengaruh rasio leverage terhadap earning pershareTecalonika Capung
 
Struktur modal
Struktur modalStruktur modal
Struktur modalyy rahmat
 
Mengukur dan Mengendalikan Aktiva yang Dikelola
Mengukur dan Mengendalikan Aktiva yang DikelolaMengukur dan Mengendalikan Aktiva yang Dikelola
Mengukur dan Mengendalikan Aktiva yang DikelolaAjeng Pipit
 
Budgeting for planning and control Celine (1642069) - Akuntansi Manajemen
Budgeting for planning and control   Celine (1642069) - Akuntansi ManajemenBudgeting for planning and control   Celine (1642069) - Akuntansi Manajemen
Budgeting for planning and control Celine (1642069) - Akuntansi ManajemenCeline Lin
 
upload Analisis Keuangan i.pdf
upload Analisis Keuangan i.pdfupload Analisis Keuangan i.pdf
upload Analisis Keuangan i.pdfssuserd8d335
 

Similar to Ek4245 bab 4_perencanaan_keuangan (20)

Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika/ Muhammad Hafiz Hibatul...
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika/ Muhammad Hafiz Hibatul...Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika/ Muhammad Hafiz Hibatul...
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika/ Muhammad Hafiz Hibatul...
 
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Meidita Elvina Maharani/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Meidita Elvina Maharani/3-03Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Meidita Elvina Maharani/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Meidita Elvina Maharani/3-03
 
Stock Valuation/abshor.marantika/Kholimatus Sakdiyah/3-04
Stock Valuation/abshor.marantika/Kholimatus Sakdiyah/3-04Stock Valuation/abshor.marantika/Kholimatus Sakdiyah/3-04
Stock Valuation/abshor.marantika/Kholimatus Sakdiyah/3-04
 
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika / Muhammad Hafiz Hibatu...
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika / Muhammad Hafiz Hibatu...Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika / Muhammad Hafiz Hibatu...
Financial Forecasting and Planning / Abshor.Marantika / Muhammad Hafiz Hibatu...
 
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Dwi Lestari/3-04
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Dwi Lestari/3-04Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Dwi Lestari/3-04
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Dwi Lestari/3-04
 
Kmpk 1 ppt.pdf
Kmpk 1 ppt.pdfKmpk 1 ppt.pdf
Kmpk 1 ppt.pdf
 
ARUS KAS & ALK.pptx
ARUS KAS & ALK.pptxARUS KAS & ALK.pptx
ARUS KAS & ALK.pptx
 
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
Financial Forecasting and Planning/abshor.marantika/Danang Kuncoro Adji/3-03
 
Forecasting and planning_abshor marantika_sonia m.v.situmorang_kelas 3-04
Forecasting and planning_abshor marantika_sonia m.v.situmorang_kelas 3-04Forecasting and planning_abshor marantika_sonia m.v.situmorang_kelas 3-04
Forecasting and planning_abshor marantika_sonia m.v.situmorang_kelas 3-04
 
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
Pentingnya melakukan normalisasi dalam pengerjaan proyeksi dan valuasi - bagi...
 
pengertian laba rugi
pengertian laba rugipengertian laba rugi
pengertian laba rugi
 
Pengertian analisis laporan keuangan
Pengertian analisis laporan keuanganPengertian analisis laporan keuangan
Pengertian analisis laporan keuangan
 
LABA (INCOME)
LABA (INCOME)LABA (INCOME)
LABA (INCOME)
 
Ning
NingNing
Ning
 
pengaruh rasio leverage terhadap earning pershare
pengaruh rasio leverage terhadap earning persharepengaruh rasio leverage terhadap earning pershare
pengaruh rasio leverage terhadap earning pershare
 
Struktur modal
Struktur modalStruktur modal
Struktur modal
 
Mengukur dan Mengendalikan Aktiva yang Dikelola
Mengukur dan Mengendalikan Aktiva yang DikelolaMengukur dan Mengendalikan Aktiva yang Dikelola
Mengukur dan Mengendalikan Aktiva yang Dikelola
 
Perilaku keuangan pertemuan 15.pptx
Perilaku keuangan pertemuan 15.pptxPerilaku keuangan pertemuan 15.pptx
Perilaku keuangan pertemuan 15.pptx
 
Budgeting for planning and control Celine (1642069) - Akuntansi Manajemen
Budgeting for planning and control   Celine (1642069) - Akuntansi ManajemenBudgeting for planning and control   Celine (1642069) - Akuntansi Manajemen
Budgeting for planning and control Celine (1642069) - Akuntansi Manajemen
 
upload Analisis Keuangan i.pdf
upload Analisis Keuangan i.pdfupload Analisis Keuangan i.pdf
upload Analisis Keuangan i.pdf
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Ek4245 bab 4_perencanaan_keuangan

  • 1. Bab IV. Perencanaan Keuangan dan Pertumbuhan Perusahaan Keberhasilan sebuah perusahaan dapat terlihat dari kemampuan para pengelola atau pihak manajemen perusahaan memanfaatkan peluang secara maksimal sehingga menghasilkan return (imbal hasil) sesuai yang diharapkan, itulah sebabnya tugas yang utama dari pengelola atau pihak manajemen perusahaan adalah merencanakan masa depan perusahaan agar semua peluang atau kemungkinan yang diprediksi dapat diambil dan direalisasikan. Pada dasarnya sebuah perencanaan tentang masa depan merupakan perencanaan jangka panjang, itulah sebabnya dibutuhkan sebuah koordinasi yang padu tentang perencanaan jangka panjang dari berbagai fungsi dalam perusahaan. Dalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan, membaginya menjadi 4 (empat) unsur yakni : 1. Perusahaan membutuhkan investasi pada asset-aset baru : Unsur ini akan timbul dari peluang-peluang investasi yang dipilih untuk dilaksanakan perusahaan dan merupakan hasil dari keputusan penganggaran modal perusahaan. 2. Tingkat Leverage keuangan yang dipilih untuk dipergunakan : Hal ini akan menentukan jumlah pinjaman yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai investasinya pada asset riil. Hal ini adalah kebijakan struktur modal perusahaan. 3. Jumlah kas yang dirasakan perusahaan perlu dan layak untuk dibayarkan kepada pemegang saham: hal ini ada kebijakan dividen perusahaan. 4. Jumlah likuiditas dan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam operasi sehari-hari: Ini adalah keputusan modal kerja bersih perusahaan. 48
  • 2. 49 Manajemen Keuangan Jadi keputusan tentang perencanaan keuangan perusahaan tentang masa depan perusahaan tersebut akan mencakup ke-empat area ini yang pada gilirannya akan mencakup peluang pertumbuhan perusahaan yang berimbas pada pemenuhan kebutuhan pendanaan baik melalui internal maupun eksternal yang akan menentukan profitabilitas perusahaan tersebut. Adapun proses perencanaan keuangan adalah merupakan kegiatan perencanaan keuangan yang memperkirakan posisi dan kondisi keuangan di masa depan, sehingga dalam menyusun rencana keuangan tersebut dipergunakan serangkaian skenario yang merupakan asumsi terhadap kemungkinan terjadinya kondisi di masa depan. Adapun serangkaian skenario masa depan tersebut biasanya dibagi dalam 3 (tiga) kondisi: 1. Kondisi Terburuk ( Worst Condition) : Kondisi ini merupakan kondisi yang diperkirakan terjadi ketika situasi perusahaan dan perekonomian sedang berada dalam situasi yang sulit sehingga angka-angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka-angka yang pesimistis. 2. Kondisi Normal (Normal Condition): Kondisi ini merupakan kondisi dimana dianggap situasi perusahaan dan perekonomian yang biasa terjadi dan berjalan seperti sebelumnya. 3. Kondisi Terbaik ( Best Condition): Kondisi ini merupakan kondisi ketika situasi perusahaan atau perekonomian sedang berada dalam situasi terbaiknya sehingga angka –angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka –angka yang optimistik. 4.1. Model Perencanaan Keuangan Ketika sebuah perencanaan keuangan dibuat maka rencana tersebut juga akan memasukkan laporan keuangan yakni neraca, laporan laba-rugi sebagai bagian dari perencanaan yang dibuat, adapun laporan keuangan ini disebut juga laporan keuangan pro forma ( “dalam bentuk”) . Jadi dalam hal ini laporan keuangan pro forma ini akan
  • 3. Manajemen Keuangan 50 memasukkan serangkaian kemungkinan atau skenario yang terjadi di masa depan, sehingga laporan keuangan pro forma merupakan output dari model perencanaan keuangan. Andaikan seseorang memberikan data proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan maka model perencanaan keuangan akan menyediakan laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi yang dihasilkan berdasarkan data proyeksi penjualan tersebut. Disini, data proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan tersebut menjadi “penggerak (driver)” yang artinya data proyeksi penjualan ini akan diberikan terlebih dahulu, lalu data proyeksi laporan keuanganitu akan dihitung berdasarkan atas data tersebut. Bisa saja, angka proyeksi penjualan akan diberikan dalam bentuk tingkat pertumbuhan dalam penjualan, hal ini tidaklah menjadi persoalan karena perhitungan proyeksi penjualan akan diketahui setelah diketahui tingkat pertumbuhannya. Sesudah dilakukan serangkaian skenario, maka yang teRp.enting disini bukanlah proyeksi penjualan harus tepat tetapi bagaimana hubungan atau keterkaitan antara investasi dan kebutuhan pendanaan pada berbagai kemungkinan tingkat penjualan dapat diketahui untuk dipelajari agar dapat dilakukan keputusan-keputusan strategis dan berdampak jangka panjang. Dalam hal investasi, disini akan diperkirakan proyeksi belanja modal, dan akan terlihat juga disini proyeksi neraca melalui perubahan dalam total asset tetap dan modal kerja bersih, sedangkan dalam hal keuangan (financing) akan bagaimana mencari dana yang dibutuhkan terhadap dana investasi yang dibutuhkan, akan ada persoalan tentang kebijakan deviden dan kebijakan utang agar perusahaan mendapatkan dana yang “siap” untuk dipakai belanja modal. Setelah data proyeksi penjualan dan perkiraan belanja modal yang dibutuhkan diketahui maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam neraca, hal ini dikarenakan proyeksi total asset pasti lebih besar dari proyeksi sisi total pasiva. Karena itu dibutuhkan pendanaan baru untuk menutupi seluruh proyeksi belanja modal, variable
  • 4. 51 Manajemen Keuangan penyeimbang inilah yang disebut “Plug” yang harus dipilih, Penyeimbang ini adalah sumber dari pendanaan eksternal khusus yang dibutuhkan untuk mengatasi kekuranagn (kelebihan) dalam pendanaan sehingga dana dapat menjadi seimbang lagi seperti sebelumnya. Tentu saja, yang terakhir dan juga sangat penting adalah dalam perencanaan tersebut haruslah secara jelas menyatakan kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah kekuasaan politik dimana perusahaan tersebut berada, hal ini dikenal sebagai kondisi makro-ekonomi suatu negara. Kondisi makro- ekonomian tersebut antara lain tentang inflasi, tingkat suku bunga dan tarif pajak perusahaan. 4.2 Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan Adapun sebuah contoh dari model perencanaan keuangan sederhana sebagai berikut : PT. Campur Laporan Keuangan Laporan Rugi Laba Neraca Penjualan Rp.1000 Aset Rp. 500 Hutang Rp.250 Biaya 800 Modal Sendiri Rp.250 Laba bersih Rp.200 Total Rp.500 Total Rp.500 Perencanaan keuangan PT.Campur berasumsi bahwa semua variabel terikat pada penjualan dan hubungan yang sekarang adalah optimal. Artinya semua item akan berkembang dengan persentase yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan meningkat 20 persen dari Rp.1000 menjadi Rp.1200. Perencana juga akan meramalkan bahwa terdapat peningkatan biaya sebesar 20 persen, dari Rp. 800 menjadi Rp.800X1,2=Rp.960. Laporan Pro forma akan menjadi: Pro Forma
  • 5. Manajemen Keuangan 52 Laporan Laba Rugi Penjualan Rp. 1200 Biaya 960 Laba bersih Rp. 240 Asumsi bahwa seluruh variabel akan meningkat sebesar 20 persen, membuat kita juga dapat membuat neraca pro forma. Pro Forma Neraca Aset Rp.600(+100) Hutang Rp. 300(+50) Modal Sendiri 300(+50) Total Rp.600(+100) Total Rp.600 (+100) Sekarang kita harus merekonsiliasi kedua pro forma. Contohnya dapatkah Laba bersih sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri meningkat hanya Rp.50? Jawabannya adalah bahwa PT.Campur harus membayar perbedaan sebesar Rp.240- Rp.50=Rp.190,kemungkinan sebagai dividen. Dalam kasus ini dividen adalah plug variable. Misalkan PT.Campur tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam kasus ini, tambahan ke Laba ditahan adalah sejumlah Rp.240. Pos Modal Sendiri PT.Campur akan bertambah menjadi Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net income), dan hutang harus dilunasi untuk menjaga jumlah asset tetap Rp.600. Dengan Rp.600 di total Aset and Rp.490 di Modal Sendiri, maka Hutang harus Rp.600- Rp.490=Rp.190. Karena saldo awal Hutang adalah Rp.250, maka PT.Campur harus melunasi hutang sebesar Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan menjadi:
  • 6. 53 Manajemen Keuangan Pro Forma Neraca Aset $600(+100) Hutang $ 110(-140) Modal Sendiri 490(+240) Total $600(+100) Total $600 (+100) Dalam kasus ini, Hutang adalah plug variable yang digunakan untuk menyeimbangkan proyeksi total aset dan Kewajiban. Contoh ini menunjukkan interaksi diantara pertumbuhan penjualan dan kebijakan keuangan. Ketika penjualan meningkat, total aset juga meningkat. Hal ini terjadi karena perusahaan harus berinvestasi pada modal kerja bersih (net working capital) dan Aset tetap (fixed asset) untuk mendukung tingkat penjualan yang lebih tinggi. Karena Aset berkembang, total Modal Sendiri dan Kewajiban (Hutang) juga akan berkembang. Hal yang harus kita perhatikan dari contoh di atas adalah cara Kewajiban (Hutang) dan Modal Sendiri berubah berubah bergantung pada pada kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen perusahaan. Pertumbuhan asset ditentukan bagaimana perusahaan mendanai pertumbuhan tersebut. Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of PenjualanApproach) Pada bagian sebelumnya, kita mendisikripsikan sebuah model perencanaan yang simple dimana persentase semua pos meningkat secara bersamaan dengan persentase penjualan.Ini mungkin asumsi yang logis bagi beberapa pos atau akun dalam laporan keuangan. Tetapi untuk pinjaman jangka panjang mungkin tidak akan sesuai. Jumlah dari pinjaman jangka panjang itu ditentukan oleh pihak manajemen, dan tidak ada kaitannya dengan tingkat penjualan. Pada bagian ini, akan dijelaskan tambahan atau perluasan dari model sederhana yang sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah untuk memisahkan Laporan Rugi-Laba dan Neraca menjadi 2 grup, dimana yang satu langsung terkait penjualan dan yang satunya tidak langsung terkait. Jika suatu ramalan penjualan ditetapkan,maka akan dapat
  • 7. Manajemen Keuangan 54 mengitung berapa banyak dana yang dibutuhkan perusahaan untuk menopang prediksi tingkat penjualan. Laporan Laba Rugi (The Income Statement) Dimulai membahas dengan menggunakan laporan Laba -Rugi milik PT.HaLe, seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.1. Disini masih menyederhanakan hal – hal berikut seperti : biaya, penyusutan, dan bunga dalam satu bentuk pos atau akun : biaya. PT.HaLe telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam Penjualan untuk tahun yang akan datang, jadi mengantisipasi penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250. Untuk menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi ini, pro forma laoran Rugi Laba PT.HaLe ditampilkan pada tabel 4.2. Konsekwensi dari mengasumsikan bahwa biaya itu memiliki persentase yang konstan dengan Penjualan adalah profit margin itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma milik PT.HaLe, profit marginnya Rp.165/1250 = 13.2%, jadi itu tidak berubah. Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya tergantung pihak manajemen PT.HaLe. Kita akan mengasumsikan PT.HaLe memiliki kebijakan untuk membayar dividen secara tunai. TABLE 4.1 PT.HaLe Laporan Laba Rugi Penjualan Rp. 1,000 Biaya-biaya Rp. 800 Laba kena pajak Rp. 200 Pajak (34%) Rp. 68 Laba bersih Rp. 132 Dividend Rp. 44 Tambahan Laba ditahan Rp. 88
  • 8. 55 Manajemen Keuangan TABLE 4.2 PT.HaLe Laporan Laba Rugi Pro Forma Penjualan(proyeksi) Rp. 1,250 Costs (80% dari penjualan) Rp. 1,000 Laba kena pajak Rp. 250 Pajak (34%) Rp. 85 Laba bersih Rp. 165 Untuk sebagian besar dari tahun sekarang, dividend payout ratio adalah : Dividend payout ratio = Cash Dividens/Net Income = Rp.44/132 = 33 1/3% Kita juga dapat menghitung ratio dari tambahan laba ditahan terhadap laba bersih : Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan = Rp.88/132 = 66 2/3% Ratio ini biasa disebut dengan retention ratio atau plowback ratio, dan itu sama dengan 1 dikurangi dengan dividend payout ratio, karena sisa yang tidak dibayarkan menjadi laba yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut ini adalah proyeksi dividen dan tambahan pada Laba yang ditahan: Proyeksi dividen untuk pemegang saham= Rp.165X1/3= Rp. 55 Proyeksi tambahan Laba yang ditahan =Rp.165X2/3 =Rp.110 Rp.165 Neraca ( The Neraca)
  • 9. Manajemen Keuangan 56 Untuk menghasilkan pro forma Neraca, dimulai dengan statements yang paling baru. Dalam neracadi asumsikan bahwa beberapa pos atau akunnya dapat mempengaruhi penjualan dan juga ada yang tidak. Untuk pos atau akun yang memliki hubungan dengan penjualan, dinyatakan persentase penjualan pada tahun yang baru saja telah selesai.Ketika sebuah pos tersebut tidak mempengaruhi penjualan secara langsung, dituliskan “n/a” (not applicable). Tabel 4.3 Rp Persentase Rp Persentase (juta) terhadap (juta) terhadap Penjualan Penjualan Aset lancar Kewajiban lancar Kas 160 16 Utang dagang 300 30% Piutang dagang 440 44 Wesel bayar 100 n/a Persediaan 600 60 Total 400 n/a Total 1200 120 Utang jangka panjang 800 Aset tetap Ekuitas pemegang saham Pabrik dan Peralatan bersih 1800 180 Saham biasa dan modal disetor 800 n/a Saldo laba ditahan 1000 n/a Total 1800 n/a Total Aset 3000 300% Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3000 n/a PT. HaLe Neraca Aset Kewajiban dan Ekuitas Untuk contoh, pada bagian aset, maka persediaan sama dengan 60% dari Penjualan(Rp.600/1000) untuk akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan untuk tahun yang akan datang, jadi setiap peningkatan Rp.1,- dalam penjualan, persaediaan akan naik sebesar Rp..60. Ratio dari total assets kepada penjualan untuk akhir tahun adalah Rp.3000/1000 = 3, atau 300%. Ratio dari total assets kepada penjualan itu disebut sebagai capital intensity ratio.Itu memberitahukan bahwa jumlah asset yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp.1 pada penjualan. Jadi semakin tinggi ratio nya, semakin tinggi capital intensity dalam suatu perusahaan. Selanjutnya disusunlah neraca pro forma untuk PT.HaLe. Lakukan dengan menggunakan persentase-persentase yang dihitung guna menghitung jumlah yang diproyeksikan. Perlu diperhatikan, untuk pos-pos yang tidak bergerak langsung
  • 10. 57 Manajemen Keuangan mengikuti penjualan, sumsi awalnya tidak ada perubahan dan hanya menulis saldo aslinya. Dari neraca diatas bahwa aset diproyeksikan naik sebesar Rp.750. Tetapi tanpa pendanaan tambahan, kewajiban dan ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini disebut kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External Financing Needed) Tabel 4.4 Tahun ini Perubahan Tahun ini Perubahan Rp dari Tahun Rp dari Tahun (Juta) lalu (JutaRp) (juta) lalu ( Juta Rp) Aset lancar Kewajiban lancar Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 100 0 Persediaan 750 150 Total 475 75 Total 1500 300 Utang jangka panjang 800 0 Aset tetap Ekuitas pemegang saham Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0 Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110 Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3185 185 Kebutuhan pendanaan eksternal 565 565 PT. HaLe Neraca Pro Forma Parsial Aset Kewajiban dan Ekuitas SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO) Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor tentang berita bagus danberita buruk. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan kenaikan penjualan 25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali PT.HaLe entah dengan cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebesar Rp.565. Selain itu, hal ini merupakan contoh yang bagus bagaimana proses perencanaan dapat menyelesaikan masalah dan potensi konflik. Mengapa ? kalau kita lihat pada PT.HaLe, misalkan perusahaan ini punya tujuan tidak mau meminjam sedikitpun untuk dana tambahan dan tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin tidak bisa dilakukan. Bila kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka
  • 11. Manajemen Keuangan 58 PT.HaLe mempunyai 3 sumber yang memungkinkan : Pinjaman jangka pendek, Pinjaman jangka panjang, dan Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung dari keputusan manajemen. Misalnya PT.HaLe memutuskan untuk meminjam dana yang butuhkan, dalam kasus ini perusahaan dapat memilih untuk meminjam sebagian pinjaman jangka panjang dan sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current asset ) bertambah Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah Rp.75. PT.HaLe juga dapat meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka pendek. Dengan Rp.565 yang dibutuhkan maka sisa Rp.565-Rp.225= Rp.340 bisa didapatkan dengan pinjaman jangka panjang. Tabel 4.5 menunjukan pro forma neraca PT.HaLe. Table 4.5 Tahun ini Perubahan Tahun ini Perubahan Rp dari Tahun Rp dari Tahun (juta) lalu ( Juta Rp) (Juta) lalu ( JutaRp) Aset lancar Kewajiban lancar Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 325 225 Persediaan 750 150 Total 700 300 Total 1500 300 Utang jangka panjang 1140 340 Aset tetap Ekuitas pemegang saham Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0 Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110 Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3750 750 Aset Kewajiban dan Ekuitas PT. HaLe Neraca Pro Forma SKENARIO ALTERNATIF (AN ALTERNATIVE SCENARIO ) Asumsi bahwa asset merupakan presentase tetap dari penjualan adalah benar, tapi mungkin saja tidak cocok dalam beberapa kondisi riil yang terjadi. Khususnya jika mengasumsikan PT.HaLe menggunakan 100 persen kapasitas karena setiap peningkatan pada penjualan mengarah pada peningkatan fixed assets. Bagi sebagian bisnis, mungkin akan terjadi sedikit kelonggaran atau kelebihan kapasitas, dan produksi mungkin bisa bertambah dengan menjalankan shift tambahan.
  • 12. 59 Manajemen Keuangan . Jika kita mengasumsikan bahwa PT.HaLe beroperasi pada 70% dari keseluruhan kapasitas, maka kebutuhan dana eksternal akan sedikit berbeda. Ketika dikatatakan “ 70 persen dari kapasitas”, hal ini bermaksud bahwa level penjualan saat ini 70 persen dari keseluruhan kapasitas Penjualan saat ini: Rp.1000 = 70 X Kapasitas penuh Penjualan dengan kapasitas penuh: Rp.1000/70 = Rp.1429 Ini memberitahukan bahwa penjualan naik hampir 43 persen dari Rp.1000 menjadi Rp.1429 sebelum sedikitpun aset tetap dibutuhkan. Pada skenario sebelumnya, diasumsikan bahwa penambahan aset tetapRp.450 sangat dibutuhkan. Sedangkan di skenario yang sekarang, tidak ada aset tetap yang dibutuhkan karena penjualan hanya diproyeksikan hanya menjadi Rp.1250 yang mana kurang dari Rp.1429 sebagai level kapasitas penuh. Hasilnya, estimasi awal sebesar Rp.565 pada dana eksternal dinilai terlalu tinggi. Kita berasumsi bahwa Rp.450 pada aset tetap baru dibutuhkan. Padahal tidak ada penggunaan dari aset baru tetap dibutuhkan. Sehingga bila beroperasi pada 70 persen kapasitas, maka hanya memerlukan Rp.115 (Rp.565-Rp.450) pada dana eksternal. Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and Growth) Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan berhubungan.Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin besar pula pendanaan eksternal yang dibutuhkan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan eksternalnya saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar kebijakan finansial dan kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru dan pertumbuhannya. EFN dan Pertumbuhan (EFN and Growth)
  • 13. Manajemen Keuangan 60 Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan hubungan antara EFN dan Growth. Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat dan neraca dari PT,HaLe pada table 4.6 tabel 4.6 PT,HaLe Laporan Rugi Laba Penjualan Rp. 500 Biaya Rp. 400 Laba kena pajak Rp. 100 Pajak (34%) Rp. 34 Laba bersih Rp. 66 Deviden Rp. 22 Tambahan Laba ditahan Rp. 44 PT.HaLe Neraca Asset Kewajiban Rp. Percentage of Sales Rp. Percentage of Sales Aset lancar 20 0 40% Total Hutang 25 0 n/a Aktiva Tetap bersih 30 0 60% Modal Sendiri 25 0 n/a Total Asset 50 0 100% Total Kewajiban and Modal Sendiri 50 0 n/a PT.HaLe memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat Rp. 100. Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel 4.7 mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.HaLe membutuhkan penambahan Rp.100 pada asset baru (dianggap kapasitas penuh). Proyeksi penambahan pada laba yang ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2
  • 14. 61 Manajemen Keuangan tabel 4.7 PT.HaLe Pro-Forma Income Statement Penjualan(projected) Rp. 600.0 Biaya (80% of Sales) Rp. 480.0 Laba kena pajak Rp. 120.0 Pajak(34%) Rp. 40.8 Laba bersih Rp. 79.2 Devidend Rp. 26.4 Tambahan Laba yang ditahan Rp. 52.8 Neraca PT HaLe Aset Liabilities Rp. Persentase Penjualan Rp. Percentage Penjualan Aset Lancar 240 40% Total Hutang 250 n/a Aktiva tetap bersih 360 60% Modal Sendiri 302.8 n/a Total Asset 600 100% Total hutang and Modal Sendiri 552.8 n/a EFN (Kebutuhan pendanaan dari luar) 47.2 n/a Tabel di atas menunjukkan EFN dari tingkat pertumbuhan yang berbeda. Proyeksi tambahan ke Laba yang ditahan dan proyeksi ratio Hutang dan Modal Sendiri untuk setiap scenario juga terdapat di tabel. Dalam menentukan rasio Hutang dan Modal Sendiri, diasumsikan bahwa dana yang dibutuhkan adalah pinjaman, dan juga Proyeksi Pertumbuhan penjualan(%) Kebutuhan Peningkatan Aset(Rp.) Tambahan Laba ditahan (Rp.) EFN Proyeksi Rasio Utang-Ekuitas 0 0 44 -44 0,7 5 25 46,2 -21,2 0,77 10 50 48,4 1,6 0,84 15 75 50,6 24,4 0,91 20 100 52,8 47,2 0,98 25 125 55 70 1,05
  • 15. Manajemen Keuangan 62 berasumsi bahwa dana surplus digunakan untuk melunasi hutang. Lalu untuk pertumbuhan nol, utang berkurang sebanyak Rp.44 dari Rp.250 menjadi Rp.206.. Pertambahan asset yang dibutuhkan sama dengan aset asli sebanyak Rp.500 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan. Tambahan ke retained earning sama dengan Rp.44 ditambah dengan Rp.44 dikali tingkat pertumbuhan. Untuk tingkat pertumbuhan yang relatif rendah, PT.HaLe akan menjalankan surplus dan rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan menurun. Tetapi tingkat pertumbuhan meningkat sampai 10 persen, surplus menjadi berubah defisit. Lebih lanjut, ketika tingkat pertumbuhan melebihi 20 persen, rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan melewati nilai 1,0. Kebijakan keuangan dan pertumbuhan Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada sebuah hubungan langsung antara pertumbuhan dan pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, dua tingkat pertumbuhan yang khususnya yang berguna dalam perencanaan jarak jauh. Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama adalah pertumbuhan maksimum yang dapatdiraih dengan tidak ada pembiayaan eksternal apapun. disebut tingkat pertumbuhan internal karena ini adalah tingkat perusahaan dapat mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1, tingkat pertumbuhan internal ini diwakili oleh titik mana dua garis bertemu..Pada titik ini. peningkatan penambahan aset yang diperlukan dalam aset adalah persis sama dengan penambahan untuk dipertahankan penghasilan, dan kebutuhan pertumbuhan external ( external financing needed) adalah nol. Hal ini terjadi ketika pertumbuhan angka ini sedikit kurang dari 10 persen. dengan sedikit perhitungan matematis, maka dapat didefinisikan tingkat pertumbuhan ini t = Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b
  • 16. 63 Manajemen Keuangan di sini, ROA adalah laba atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi, rasio yang melihat dana ditanamkan kembali ke perusahaan. Untuk perusahaan PT.HaLelaba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya adalah Rp.500, Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba bersih sebesar Rp.66, Rp.44 adalah bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, jadi plowback ratio adalah Rp.44/Rp.66= 2/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b 0.132x(2/3)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 % Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas atau ekspansi di tingkat maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external. Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate), Jika perusahaan PT.HaLe berharap untuk berkembang lebih cepat dari 9,65% pertahun, maka pembiayaan eksternal harus diatur atau diadakan. Pembahasan tentang Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate) adalah tingkat pertumbuhan maksimal oleh sebuah perusahaan dengan tidak ada pembiayaan dari ekuitas (Modal Sendiri) tapi tetap mempertahankan rasio utang-ekuitas tersebut sama. Untuk Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) perushaan PT.HaLe adalah kira-kira 20 persen karena rasio utang-ekuitas dekat 1.0 pada tingkat pertumbuhan tersebut. Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate): ( ROE x b)/ 1 – ROE x b Perhitungan ini identik dengan tingkat pertumbuhan interna, kecuali rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROE bukan ROA.l
  • 17. Manajemen Keuangan 64 Untuk perusahaan PT.HaLe, Laba bersihnya adalah Rp.66 dan totl ekuitasnya Rp.250, dengan demikian ROEnya Rp.66/Rp.250 = 26.4 %, sedangkan Plowback rationnya adalah, b, tetap 2/3, jadi Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate) sebagai berikut : Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) : ROE x b/ 1-ROExb 0.264x (2/3)/ 0.264x (2/3) : 21,36% Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas usahanya atau ekspansi pada tingkat maximal sebesar 21.36 persen pertahun tanpa pembiayaan ekuitas dari pihak eksternal. Determinan dari Pertumbuhan (Determinants of Growth) Diketahui bahwa ROE ( Return on Equity) bisa disusun dari berbagai komponen menggunakan persamaan Du Pont Karena ROE sangat menonjol dalam menentukan tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan, jelas bahwa factor penting yang menentukan ROE juga penting menentukan pertumbuhan ROE = Profit margin X Total Asset turnover X Modal Sendiri Multiplier Disini dapat melihat, apapun yang menambah ROE akan menambah tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan dengan cara membuat pembilang semakin besar dan penyebut semakin kecil. Meningkatkan plowback ratio juga akan menimbulkan efek yang sama. Jikalau semuanya disatukan dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan menopang pertumbuhan berdasarkan 4 faktor berikut ini : 1. Profit Margin : Penambahan profit margin akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan dana secara internal serta meningkatkan pertumbuhan yang sustain atau dipertahankan.
  • 18. 65 Manajemen Keuangan 2. Devidend Policy : Pengurangan persentase laba bersih yang dibayarkan untuk deviden akan meningkatkan retention ratio. Hal ini akan menghasilkan ekuitas secara internal dan meningkatkan pertumbuhan sustain atau dipertahankan. 3. Financial Policy : Peningkatan pada Hutang-Modal Sendiri ratio akan meningkatkan leverage keuangan perusahaan. Karena ini membuka peluang tambahan hutang, maka tentu saja tingkat pertumbuhan yang sustain juga akan meningkat. 4. Total Asset Turnover : Peningkatan pada total asset turnover perusahaan akan meningkatkan penjualan dihasilkan untuk setiap rupiah aset. Ini akan mengurangi kebutuhan perusahaan akan aset baru sehingga ada pertumbuhan penjualan dan bagaimanapun akan meningkatkan tingkat pertumbuhan yang sustain. Ingat, bahwa peningkatan total asset turnover sama saja mengurangi intensitas modal BAB 4. 1. Lihat laporan keuangan sederhana di bawah ini untuk PT. Sanully (diasumsikan tidak ada pajak penghasilan) : Laporan Laba Rugi Neraca Penjualan PAB 32.000 Aset PAB 17.800 Utang PAB 10.200 Biaya-biaya 25.00 0 Ekuitas 7.600 Laba bersih PAB 7.000 Total PAB 17.800 Total PAB 17.800 PT. Sanully telah meramalkan kenaikan penjualan sebesar 10 persen. Perusahaan telah meramalkan bahwa setiap pos pada neraca akan naik sebesar
  • 19. Manajemen Keuangan 66 10 persen juga. Buatlah laporan pro forma dan lakukanlah rekonsiliasi. Berapakah variabel penyeimbangnya? 2. Di pertanyaan sebelumnya, PT Sanully membayarkan setengah dari laba bersihnya dalam bentuk dividen tunai. Biaya-biaya dan asset akan mengikuti penjualan, namun utang dan ekuitas tidak. Buatlah laporan pro forma dan tentukan jumlah pendanaan eksternal yang dibjutuhkan. 3. Dengan asumsi rasio-rasio berikut ini konstan, berapakah tingkat pertumbuhan yang dapat dipertahankan ? Perputaran total asset = 1,60 Margin laba = 7,6% Multiplier ekuitas = 1,50 Rasio pembayaran = 40% 4. Sebuah perusahaan ingin mempertahankan rasio pertumbuhan sebesar 11 persen dan rasio pembayaran dividen sebesar 60 persen. Rasio total asset terhadap penjualan adalah konstan sebesar 0,9 dan margin laba adalah 9,5 persen. Jika perusahaan juga ingin untuk mempertahankan rasio utang-ekuitas yang konstan, berapakah nilainya?