Dokumen tersebut membahas berbagai jenis gaya bahasa yang digunakan dalam bahasa Indonesia, seperti metafora, personifikasi, metonimia, hiperbola, ironi, dan paradoks. Beberapa contoh juga diberikan untuk mengilustrasikan penggunaan gaya-gaya bahasa tersebut dalam kalimat.
2. Gaya Bahasa Perbandingan
1. Metafora : Gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda
lain secara langsung.
Contoh : Pemuda adalah tulang punggung negara.
Perpustakaan adalah gudang ilmu.
2. Personifikasi : Benda mati digambarkan memiliki sifat seperti
manusia.
Contoh : Bulan tersenyum menyaksikan kebahagiaan kedua
mempelai.
3. Asosiasi : perbandingan antara suatu benda yang sudah disebutkan.
Contoh : Mukanya pucat bagai bulan kesiangan.
4. Metonimia: Menggunakan nama merek .
Contoh : Ayah menghisap Djarum.
3. Gaya Bahasa Perbandingan
5. Litotes Mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan diri.
Contoh : Silahkan mampir ke gubug saya.
6. Hiperbola : Menyatakan sesuatu dengan dilebih-lebihkan.
Contoh : Suaranya menggelegar membelah angkasa
7. Sinekdoke : Menyebut bagian bagiannya saja
a. Pars pro toto (menyatakan sebagian untuk keseluruhan)
Contoh : Sudah lama saya tidak melihat batang hidungnya.
b. Totem pro parte
Contoh : Indonesia mendapatkan medali emas di cabang olahraga bulu tangkis.
4. Gaya Bahasa Sindiran
1. Ironi : Suatu cara menyindir dengan mengatakan yang sebaliknya.
Contoh : Baru pukul 08.00 mengapa sudah bangun?
Pintar sekali kamu, mengerjakan soal semudah itu tidak ada yang betul.
2. Sinisme : Sindiran yang lebih kasar dari ironi
Contoh : Muntah aku melihat perangaimu yang tak juga pernah berubah ini!
5. Gaya Bahasa Penegasan
1. Pleonasme : Menjelaska maksud dengan kata berlebihan.
Contoh : Benar, peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
2. Repetisi : Memperkuat makna atau maksud dengan mengulang.
Contoh : Kita harus bersatu, bersatu, sekali lagi bersatu, seperti
bersatunya kelima jari dalam kepalan.
3. Pararelisme : Pengulangan kata dalam puisi.
Contoh :
(Anafora : Perulangan di depan) (Epifora : Perulangan di belakang)
Junjunganku Kalau kau mau, aku akan datang
Apatah kekal Kalau kau minta, aku akan datang
Apatah tetap Kalau kau kehendaki, aku akan datang
Apatah tak bersalin rupa
Apatah boga sepanjang masa
6. Gaya Bahasa Penegasan
4. Klimaks: Urut-urutan pikiran yang setiap kali semakin
meningkat.
Contoh : Bukan hanya beratus, beribu, malah berjuta orang
yang telah menderita akibat peperangan.
5. Antiklimaks : menyatakan beberapa hal berturut-turut yang
makin lama menurun.
Contoh : Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam
acara syukuran itu.
7. Gaya Bahasa Pertentangan
1. Paradoks : mengandung pertentangan yang nyata dengan
fakta-fakta yang ada.
Contoh : Dia kaya, tetapi miskin
(maksudnya: kaya harta tetapi miskin ilmu)
2. Antitesis : mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh : Tua muda, besar kecil, pria wanita hadir menonton
karnaval di Boja.