1. Seminar Pilihan
“(Smart & Green Kampung)”
Kampung Pondok Pucung, Tangerang Selatan
Disusun Oleh:
Maharani (1254050002)
Fitalis Alfonsius A. Fau (1254050017)
Danang Wikana (12540050021)
Stevanus Andri Suwardi (125450025)
FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2015
2. Abstrak
Perkembangan kota yang semakin mengkhawatirkan akibat pertambahan penduduk yang
tidak terkendali menimbulkan banyak masalah-masalah yang harus diselesaikan dengan
cepat. Perkiraan pada tahun 2050 dimana 70% penduduk dunia akan tinggal di kota yang
hanya mempunyai lahan 5%-10% dari total lahan di Bumi tentu akan menimbulkan banyak
masalah. Dikarenakan hal itu perlu dilakukan suatu perencanaan untuk membuat 70%
penduduk dunia tersebut dapat hidup dengan layak dan tidak merusak lingkungan sekitar.
Berbagai konsep tentang kota muncul untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu konsep
perencanaan terbaru adalah Smart Village atau Kampung cerdas. Sedangkan salah satu
pembentuk Kampung cerdas adalah transportasi yang cerdas.
Transportasi yaitu proses pergerakan orang dan/atau barang dari satu lokasi ke lokasi
lain. transportasi bukan tujuan akhir tetapi merupakan turunan permintaan, yakni untuk
pemenuhan kebutuhan pegerakan penduduk dengan tujuan tertentu, misal bekerja,
berbelanja, distribusi barang dan sebagainya (Kusbiantoro. 2009).
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan dengan kualitas hidup yang tinggi adalah dambaan semua orang, dengan
kemajuan teknologi manusia berharap untuk hidup lebih mudah dan sehat. Namun timbul
bebrapa pertanyaan dari tujuan diatas, pertanyaan pertama adalah apa itu hidup yang
mudah dan sehat? Kenapa manusia ingin hidup mudah dan sehat? Bagaimana cara
mendapatkan hidup mudah dan sehat? Dengan kenyataan mayoritas orang hidup
dikampung, maka kualitas hidup yang mencerminkan hidup yang mudah dan sehat
menjadi suatu impian masyarakat kampung. Namun dengan banyaknya penduduk,
bentukan kampung dan tingkat kepadatan yang tinggi menjadi suatu hambatan untuk
mencapai kualitas hidup tersebut.
Untuk menjawab keinginan manusia akan kualitas hidup yang mudah dan sehat maka
muncul berbagai metoda dan strategi untuk mencapai hal tersebut, salah satu metoda
tersebut adalah konsep perencanaan kampung cerdas atau biasa disebut smart village.
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan konsep smart village & smart building
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi terwujudnya smart village
Dapat mengetahui dampak positif dan negatifnya dari adanya smart village ini
4. Dapat memahami kendala apa yang dihadapi didalam smart village & smart
building
Dapat mengetahui kegiatan – kegiatan apa saja yang terdapat didalam smart village
ini.
Untuk Mengetahui kondisi disekitar lokasi yang hendak ditinjau
Dapat mengetahui sejauh mana perkembangan smart village bila ditinjau dari
literatur yang didapatkan
1.2.2 Tujuan Khuusus
Mengetahui Fungsi-fungsi Biopori.
Mengetahui Manfaat Penampungan Air Hujan.
Membuat Sistem Pengolahan Air dari STP.
Memperbaiki sistem pengelohan sampah disekitar kampung.
Membuat STP untuk satu kawasan perkampungan.
Memasang Solar Cell sebagai sumber energi alternatif untuk penerangan jalan
diperkampungan.
Membuat vertikal garden sebagai sarana dan solusi dalam mengatasi
permasalahan penghijauan dilahan yang sempit.
1.3 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan smart village?
Apa faktor – faktor yang mempengaruhi terwujudnya smart village?
Masalah apa saja yang dihadapi didalam smart village itu sendiri?
5. Bagaimana solusi dan pemecahan masalah yang dapat diambil dalam menghadapi
masalah didalam smart village?
1.4 Rancangan / Metode Penelitian
1. Metode Pengamatan Langsung ( Metode Kualitatif )
Pengamatan dilakukan secara langsung, dengan cara meninjau lokasi secara
langsung (Survey) didaerah Tangerang Selatan tepatnya didaerah Bintaro
Sektor 9 pada Kampung Pondok Pucung Dan terlibat langsung dalam kegiatan
kampung tersebut.
2. Metode Pengamatan Tidak Langsung
Pengamatan tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data pendukung
untuk laporan yang diperoleh melalui :
a. Mempelajari beberapa literatur dan dokumen yang didapat dari buku –
buku dan pencarian data di Internet.
b. Mempelajari landasan teori yang berhubungan dengan dasar–dasar, dalam
laporan penelitian ini adalah smart kampung & building
Rapat dan diskusi dengan Narasumber (Pak Martin L Katopo) dan warga
disekitar Kampung Pondok Pucung Bintaro Tangerang Selatan.
1.5 Batasan Masalah
Biopori untuk Sampah,Biopori Untuk Sampah
Penampungan Air Hujan
Usulan Pengadaan STP ( Limbah Padat )
Penerapan Tanaman Vertikal
Usulan Penerangan jalan menggunakan Colar Cell
Penilaian Bangunan dan Lingkungan Menurut GBCI
6. 1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran secara garis besar dalam penulisan penelitian, maka
dibagi menjadi 6 (enam) bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, metodelogi penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dengan bab ini dijelaskan mengenai teori yang berkaitan dengan
penelitian meliputi teori smart village & building.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Bab ini menjabarkan tentang smart kampung di Pondok Pucung
Tangerang Selatan & bangunan rumah besi.
BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN
Bab ini menjelaskan tentang tahapan analisis masalah dan
pemecahannya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil dari perancangan dan pembangunan
beserta pembahasannya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini penulis memberikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
7. BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Smart Village
Smart village adalah konsep perencanaan kampung dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi yang akan membuat hidup yang lebih mudah dan sehat dengan tingkat efisiensi dan
efektifitas yang tinggi. Beberapa para ahli menganggap konsep kota dengan smart village dapat
memenuhi kebutuhan akan kemudahan hidup dan kesehatan, walaupun pada kenyataannya
konsep smart village masih dalam perdebatan oleh para ahli dan belum ada defenisi dan konsep
umum yang bisa diterapkan di semua kampung didunia. Konsep smart village masih
bergantung pada kota dan pengembang masing-masing. Beberapa para ahli mencoba
mendifenisikan smart village dengan defenisi masing-masing berdasarkan bidang keilmuan
masing - masing.
Dengan mengartikan masing -masing kata dari smart village, dapat dilihat pengertian smart
village secara umum dilihat dari cara menyelesaikan masalah dari tiga aspek utama kota: fisik,
sosial dan ekonomi. sebuah kampung dapat dikatakan smart bila bisa memecahkan masalah
dari ketiga aspek tersebut dengan menggunakan teknologi dan sumber daya yang ada pada kota
tersebut secara efisien dan efektif.
Pada intinya konsep smart village adalah bagaimana cara menghubungkan infrastruktur fisik,
infrastruktur sosial dan infrastruktur ekonomi dengan menggunakan teknologi ICT, yang dapat
mengintergarsikan semua elemen dalam aspek tersebut dan membuat kota yang lebih efisien
dan layak huni
8. Dari berbagai defenisi smart village dari berbagai para ahli dapat diambil benang merah
unsur-unsur smart village diantaranya
1. Tekonologi;
2. Efisien;
3. Efektif;
4. Jaringan;
5. Berkelanjutan;
6. Kompetitif;
7. Partisipasi.
Salah satu ahli smart village, Boyd Cohen mencoba membagi smart village ke dalam enam
indikator utama, yaitu
1. Smart People
2. Smart Environment
3. Smart Living
4. Smart Mobility
5. Smart Ekonomi
6. Smart Governance
Sedangkan Giffinnger (2007) dan Cohehen (2013) menjelaskan bahwa dalam perwujudan
suatu konsep smart village dalam implementasi terhadap 6 sumbu tersebut, diperlukan suatu
tolak ukur yang menghitung mengenai keberadaan smart village. Berikut adalah tabel
mengenai indikator smart village
Tabel 2 Smart village Factors used by Gifinnger (2007) dan Cohehen (2013) together with the number of
digital indicators (for giffinger) and the factors (for Cohenen) and the total number of indicator and factors
9. Dengan mendefinisikan smart village, maka dapat disusun juga urutan atau skema indikator
smart village
Smart village
10. Gambar 4 Skema smart village
Sekema ini berbasis pada smart people yang merupakan landasan atau dasar untuk sebuah kota yang cerdas,
kota yang cerdas haruslah memiliki modal berupa sumber daya manusia yang cerdas, dan ditopang oleh
kebijakan dan infrastruktur dari mobility, governance, economy dan environment yang juga cerdas sehingga
mengkasilkan kualitas hidup yang cerdas seperti yang diinginkan
2.2 Pengertian 6 indikator utama smart village
a) Smart Living atau hidup yang cerdas : yaitu mengacu pada kualitas hidup dan
kebudayaan masyarakat faktor yang paling mempengaruhi adalah tersedianya
kebutuhan-kebutuhan, adanya keamanan, keselamatan, kemudahan dan kenyamanan
hidup
b) Smart Governance atau tata kelola pemerintahan yang cerdas : paradigma pemerintahan
yang mengeluarkan kebijakan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum,
kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan
akuntabilitas serta efektifitas dan efesiensi kebijakan
c) Smart Economy atau Ekonomi cerdas : yaitu tingginya tingkat perekonomian dan
kesejahteraan finansial masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan
pendapatan perkapita yang tinggi
d) Smart Mobility atau Mobilitas cerdas : yaitu sistem pergerakan yang memungkinkan
terjadinya pemenuhan kebutuhan dengan pergerakan seminim mungkin dan secepat
mungkin.
e) Smart Environment atau Lingkungan cerdas : yaitu lingkungan yang memberikan
kenyamanan dimasa kini dan masa mendatang dengan kata lain keberlanjutan
lingkungan baik keadaan fisik maupun non fisik
11. f) Smart People atau Masyarakat cerdas : yaitu modal manusia yang weel educated baik
secara formal maupun non formal dan terwujud dalam individu atau komunitas-
komunitas yang kreativ.
2.3 Smart Mobility
Salah satu indikator smart village adalah smart mobility, yaitu sistem pergerakan yang
memungkinkan terjadinya pemenuhan kebutuhan dengan pergerakan seminim mungkin dan
secepat mungkin. Adapun indikator dari smart mobility, menurut Boyd Cohen, ada tiga yaitu
Mixed modal access, Prioritized clean and non-motorized options, and integrated ICT. Inti dari
pergerakan untuk pemenuhan kebutuhan adalah aksesibilitas dan mobilitas, sistem pergerakan
yang baik adalah sistem dengan tingkat aksesibilitas yang tinggi dan dengan mobilitas yang
juga tinggi. Namun tingkat aksesibilitas dan mobilitas yang tinggi saja tidak cukup untuk
mengatakan suatu sistem pergerakan cerdas, sistem pergerakan yang cerdas adalah sistem
pergerakan yang meminimalisir pergerakan itu sendiri. Dengan mengambil benang merah dari
penjelasan diatas maka smart mobility dapat diartikan sebagai sebuah kota dengan sistem
pergerakan yang memungkinkan pencapaian tujuan dengan pergerakan yang sesedikit
mungkin (less mobility), hambatan serendah mungkin (move freely), dan waktu tempuh
sesingkat mungkin (less travel time)
2.4 Konsep Smart Village
1. Sebuah kampung berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk,
pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup
2. Sebuah kampung yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk
jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi,
air, listrik, dan pengelolaan gedung. Dengan begitu dapat mengoptomalkan sumber daya
12. yang dimilikinya serta merencanakan pencegahannya. Kegiatan pemeliharaan dan
keamanan dipercayakan kepada penduduknya.
3. Smart kampung dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT, infrastruktur
social, dan bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan kota.
4. Smart kampung membuat kota lebih efisien dan layak huni
5. Penggunaan smart computing untuk membuat smart kampong dan fasilitasnya meliputi
pendidikan, kesehatan, keselamatan umum, transportasi yang lebih cerdas, saling
berhubungan dan efisien.
Konsep smart kampung awalnya diciptakan oleh perusahaan IBM. Sebelumnya berbagai nama
sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital kampung atau smart kampung. Intinya
smart village ini menggunakan teknologi informasi untuk menjalankan roda kehidupan kota
yang lebih efisien. Versi IBM, smart kampung adalah sebuah kampung yang instrumennya
saling berhubungan dan berfungsi cerdas.
2.5 Faktor – factor yang Mempengaruhi Terwujudnya Smart Village
Banyak faktor yang membuat smart city ini menjadi sukses di beberapa negara berkembang,
selain inisiatif yang membuat smart village ini berhasil faktor lain yaitu :
1. Manajemen dan Organisasi
2. Teknologi
3. Pemerintahan
4. Kebijakan
5. Masyarakat
6. Ekonomi
7. Infrastruktur dan,
13. 8. Lingkungan
1. Manajemen dan Organisasi
Suatu organisasi harus memiliki manajemen yang terstruktur agar organisasi tersebut berjalan
baik, seimbang dan lancar. Dalam hal ini factor organisasi dan manajemem merupakan factor
yang menentukan kemajuan terciptanya smart village, karena manusia yang membuat tujuan
dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
2. Teknologi
Sebuah smart kampung sangat bergantung pada smart computing. Smart computing mengacu
pada generasi baru hardware, software dan jaringan teknologi yang menyediakan system IT
yang real-time. Dengan analisis yang baik dan secara mendalam dapat membantu penduduk
membuat keputusan yang lebih pintar yang diiringi dengan tindakan yang dapat
mengoptimalkan proses bisnis.
Teknologi informasi merupakan sebuah pendorong utama bagi inisiatif smart village. Proyek
pembangunan smart village dengan mengacu pada teknologi informasi dapat mengubah
sejumlah peluang yang potensial, mereka dapat meningkatkan manajemen dan fungsi kota.
Namun, meskipun banyak manfaat dari teknologi tersebut dampaknya masih belum terlihat
jelas, karena terdapat kesenjangan social bagi penduduk yang tinggal di pedesaan yang belum
mendapatkan fasilitas tersebut.
3. Pemerintahan
Beberapa kampung di Negara berkembang sudah memulai proyek pembangunan smart village
yang inisiatif. Proyek ini disebut inisiatif smart village untuk melayani warga dan untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, beberapa kota telah merasakan
14. peningkatan kebutuhan pemerintahan untuk mengelola proyek. Dukungan dari pemerintah juga
merupakan salah satu factor yang penting untuk kemajuan smart village. Karena tanpa
dukungan pemerintah impian untuk mewujudkan smart village akan sulit untuk diwujudkan.
4. Kebijakan
Perpindahan dari sebuah kota biasa menjadi smart village memerlukan interaksi komponen
teknologi dengan politik dan kelembagaan. Komponen politik mewakili berbagai elemen dan
tekanan eksternal, seperti kebijakan politik yang mungkin mempengaruhi ide dari pembuatan
smart village. Konteks kebijakan sangat penting bagi pemahaman dari penggunaan system
informasi. Pemerintah yang inovatif yang ikut serta dalam membangun smart village
menekankan perubahan dalam suatu kebijakan.
5. Masyarakat
Masyarakat merupakan bagian penting dari terciptanya smart village, karena dengan demikian
kebiasaan-kebiasaan yang dulu mulai ditinggalkan. Proyek smart village berdampak pada
kualitas hidup warga dengan tujuan menjadikan sebuah kota menjadi lebih efisien. Masyarakat
juga dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan kota, serta
menjadi pengguna kampung yang aktif. Masyarakat juga adalah factoryang paling menentukan
keberhasilan atau kegagalan terciptanya smart village.
6. Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan pendorong utama smart village. Sebuah kampung dengan daya
saing ekonomi yang tinggi dianggap memiliki salah satu sifat smart village. Faktor ekonomi
termasuk salah satu daya saing inovasi, kewirausahaan, dan produktivitas dari kota tersebut.
7. Infrastruktur
15. Infrastruktur memegang peranan penting dalam membuat smart village. Karena smart village
dibangun berdasarkan infrastruktur ICT seperti wi-fi dan hotspot. Pembangunan infrastuktur
ICT merupakan hal yang mendasar dalam melakukan pembangunan smart village.
Pembangunan infrastruktur tergantung pada beberapa factor yang terkait untuk kinerja dan
ketersediannya.
8. Lingkungan
Factor lingkungan dianggap sebagai factor yang mempengaruhi kemajuan smart village karena
nantinya lingkungan sebuah kampung menggunakan teknologi dalam menjalani kelangsungan
hidup masyarakatnya
2.6 Tujuan Smart Village
Tujuan dari konsep smart village ini adalah untuk mengatasi berbagai karakteristik inovasi
ekosistem oleh semua gagasan smart village diantaranya menjadi kampung hijau, saling
berhubungan, terpadu untuk semua lapisan dan bentuk kampung. Perencanan smart
village menggunakan model referensi untuk menentukan konsep tata letak kampung yang
cerdas dan berkarakter. Smart village ini pada intinya memiliki 6 dimensi yaitu ekonomi yang
cerdas, mobilitas cerdas, lingkungan pintar, orangnya cerdas, cerdas dalam hidup dan akhirnya
pemerintahan yang cerdas pula. Konseptual Smart village dapat digunakan juga untuk evaluasi
kemampuan inovatif pererencanaan kampung. Selain itu model ini juga dapat untuk
sinkronisasi dan pengoptimalan kampung investasi dalam ekonomi dan broadband.
Tujuan utama dari pembangunan sebuah “Kampung Pintar” (Smart village) adalah bagaimana
kita melestarikan lingkungan, meningkatkan daya saing ekonomi dan membangun masyarakat
yang madani.
16. 2.7 Contoh Fasilitas Kampung Berkonsep Smart Village
Teknologi modern serta perencanaan kampung yang ramah lingkungan telah menghasilkan
sejumlah inovasi baru. Banyak kampung besar di dunia berusaha meningkatkan keseimbangan
secara berkelanjutan, yang akan menjadi daya tarik kota itu sendiri. Berbagai macam inovasi
berkembang ke berbagai unsur layanan kota pintar. Berikut adalah contoh dari fasilitas kota
dengan konsep “Smart Village”
Pengelolaan sumber daya alam
Dalam hal pasokan dasar sumber daya alam, banyak kampung yang bekerja keras untuk
mengurangi intensitas karbon dari energi yang digunakan masyarakat serta meningkatkan
efektifitas, efisiensi pasokan dan jaringan distribusi.Berbagai sumber energi terbarukan seperti
energi tenaga air, angin, sampah, ombak, matahari, dan panas bumi akan menjadi sumber
energi penting. Kesehatan dan keselamatan
Pendidikan dan budaya
Model pelayanan pendidikan pada kota pintar (Smart Village) baik negeri maupun swasta,
diterapkan terutama menggunakan teknologi modern. Termasuk penyediaan fasilitas untuk
kegiatan rekreasi dan kebudayaan seperti :musik, teater, olahraga dan kegiatan rekreasi lainnya.
Tidak kalah pentingnya, pendidikan dalam konteks Kampung Pintar (Smart Village) adalah
kebutuhan untuk melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan, dimana akan terjadi
perubahan perilaku untuk menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan keseluruhan aspek
keberlanjutan dan kesehatan lingkungan kampung.
17. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument
aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument pengumpulan
data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat Bantu dan berupa dokumen-
dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun
berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung
di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga
keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya
di sini mutlak diperlukan.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana akan di lakukan, beserta jalan dan kotanya.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Kampung Pondok Pucung (Bintaro Sektor
9) Tangerang Selatan.
Kampung Pondok Pucung adalah sebuah Kampung dengan lokasi tepat berada
dibelakang perumahan elite (Kompleks Senayan, tepatnya berada dijalan Elang) yang berada
persis didepan kampung ini. Bangunan disekitar kampung ini masih tetap menjaga ciri khas
bangunan arsitektur tradisional layaknya bangunan dikampung-kampung, meskipun letak
kampung ini dihimpit oleh bangunan-bangunan dengan ciri khas arsitektur modern tetapi
kampung ini tetap mempertahankan kekekhasannya. Mengapa kampung ini menjadi objek
penelitian kami? Hal ini dikarenakan kampung ini memiliki kekhasannya sendiri dibandingkan
dengan kampung-kampung pada umumnya yaitu kekompakan dan nuansa kekeluargaan yang
begitu erat dan kental sangat terasa ketika kita masuk kedalamnya, Keramahan warga-warga
18. disekitar situ dan tidak hanya itu, kampung ini termasuk kedalam kategori kampung hijau
karena kampung ini dikelola oleh suatu tim organisasi kemasyarakatan yaitu “DAG”. DAG
mempunyai sebuah program bagaimana menjadikan kampung yang tadinya biasa-biasa saja
menjadi “Green Kampung”, yaitu dengan membuat berbagai kegiatan yang bisa membuat
kampung ini menjadi kampung yang hijau dan berkelanjutan. Berbagai kegiatan telah
digalakkan oleh tim DAG diantaranya: Nabung Aer, Membuat lubang biopori disekitar
kampung, Tatitu, dll. Selain itu didalam kampung ini juga terdapat bangunan “Smart Building”
yaitu bangunan milik “Pak Martin L Katopo”, bangunan ini memiliki konsep yang briliant
karena dengan memanfaatkan bahan-bahan sisa-sisa material yang ada serta bagaimana kita
mengolah air hujan untuk kita recyling lagi untuk kita gunakan disaat musim kemarau.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu
seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan.
a) Data Premier
Data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan
tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati
atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi
lansung tentang penerapan Konsep Smart Kampung & Building di Kampung Pondok
Pucung, Tangerang Selatan.
19. b) Data Sekunder
Data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang
terdiri dari dokumentasimilik narasumber, literatur dari berbagai sumber (buku &
internet),dll. Data sekunder juga dapat berupa data dari majalah, buletin, publikasi dari
berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-
kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya.
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui survey lapangan, dan
wawancara pada warga sekitar, Bapak Martin L Katopo& tim.
c) Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-
hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini
digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang
bagimana Penerapan Konsep Smart Kampung & Building di Kampung Pondok
Pucung, Tangerang Selatan. Observasi langsung juga dapat memperoleh data dari
subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau
berkomunikasi secara verbal.
d) Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)
20. Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan
kongkret tentang Penerapan Konsep Smart Kampung & Building pada Kampung
Pondok Pucung. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan
warga Kampung Pondok Pucung dan Bapak Martin L Katopo & Tim.
e) Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman,
instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita
yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas maka metode dokumentasi
adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat
hubungannya dengan obyek penelitian.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang
Penerapan Konsep Smart Kampung & Buiding pada Kampung Pondok Pucung,
Tangerang Selatan.
3.4 Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori,
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.
Dari rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-
tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan
lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan
sebagainya.
21. Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas,
maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis
secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan
menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan
merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh
gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.
3.5 Tahap Penelitian
ada empat tahap yaitu : (1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap
analisis data, (4) tahap penulisan laporan’’. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai
berikut :
Tahap sebelum kelapangan,
meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan
alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang
diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
Tahap pekerjaan lapangan,
meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan warga
disekitar Kampung Pondok Pucung.
Tahap analisis data,
meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun
wawancara mendalam dengan warga sekitar dan tim dari DAG. Kemudian dilakukan
penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya
melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang
22. didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan
bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam
memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
Tahap penulisan laporan,
meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan
pengumpulan data sampai pemberian makna data.
23. DAFTAR PUSTAKA
GREENSHIP GEDUNG BARU/NEW BUILDINGVERSI1.2 – GBC INDONESIA
http://smartcityindonesia.blogspot.co.id/
https://www.academia.edu/11740282/smart_city_-_konsep_smart_mobility