Dokumen tersebut membahas kebijakan pengawasan Kementerian Dalam Negeri di bidang perencanaan dan penganggaran pemerintahan daerah, perizinan, serta upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan pengawasan dan mencegah korupsi."
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
SEMPURNAKAN SIKLUS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
1. INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI 2018
KEBIJAKAN KEMENDAGRI BIDANG
PENGAWASAN
Disampaikan oleh :
Ir. SUTEJO,MM
SEKRETARIS INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2. INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI
UNSUR PENGAWAS FUNGSIONAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI
TUGAS :
MELAKSANAKAN PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENDAGRI
DAN PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DAERAH SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
3. PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMDA
1. PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMDA PROVINSI
- PENGAWASAN UMUM : OLEH KEMENDAGRI
- PENGAWASAN TEKNIS : OLEH KEMENTERIAN/LEMBAGA SESUAI BIDANGNYA
2. PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMDA KABUPATEN/KOTA
- PENGAWASAN UMUM DAN PENGAWASAN TEKNIS : OLEH GUBERNUR
SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT
4. -PENGAWASAN UMUM DAN TEKNIS
1. Pembagian urusan pemerintahan;
2. Kelembagaan daerah;
3. Kepegawaian pada perangkat daerah;
4. Keuangan daerah;
5. Pembangunan daerah;
6. Pelayanan publik di daerah;
7. Kerja sama daerah;
8. Kebijakan daerah;
9. Kepala daerah dan DPRD; dan
10. Bentuk pengawasan lain
Lingkup Pengawasan Umum:
1. Capaian SPM
2. Ketaatan terhadap NSPK
3. Dampak Pelaksanaan
Urusan Konkuren
4. Akubntabilitas
pengelolaan APBN di
daerah
Esensi Pengawasan Teknis
DILAKSANAKAN OLEH APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH
6. INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA
Sumber: Transparency International Indonesia: 2018
SKOR DAN PERINGKAT IPK INDONESIA TAHUN 2017
Source Data ICP 2017
7. POTRET KORUPSI DI INDONESIA
JUMLAH KORUPTOR
Kasus Korupsi Seluruh Indonesia s.d Tahun 2018
SWASTA BIROKRAT DPRD
26 % 44% 19%
KDH
3%
Sebagian besar (82%) kasus korupsi merupakan kasus dengan nilai biaya korupsi di atas 100 juta. Kasus korupsi
terbanyak (40%) merupakan kasus korupsi dengan biaya korupsi sedang, antara 100 juta hingga 1 milyar.
Sebagian besar (44%) terpidana kasus korupsi berasal dari PNS. Terpidana terbanyak kedua adalah dari swasta (26%)
Sebagian kecil terpidana berasal dari lembaga independen (2%) dan kepala daerah (3%).
9. INKONSISTENSI DOKUMEN DOKUMEN PERENCANAAN
Hal tersebut tergambar dari besarnya perbedaaan (inkonsistensi) antara
program dan pagu yang direncanakan dengan yang dianggarkan.
• 17,07% program dan 85,84% pagu program yang ditetapkan dalam Perda ttg
RPJMD Provinsi tidak dijabarkan kedalam peraturan gubernur tentang RKPD
• RPJMD dgn PPAS, inkonsistensi program mencapai 25,03% dengan pagu
anggaran mencapai 97,49%
• RPJMD dengan APBD, inkonsistensi program menurun menjadi hanya
14,70% tetapi pagu anggaran semakin meningkat menjadi 103,04%.
Inkonsistensi RPJMD-RKPD-PPAS-APBD Provinsi
10. INTEGRASI E-PLANNING & E-BUDGETING
HASIL YANG DIHARAPKAN (e-planning + e-budgeting)
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
INSTRUKSI MENDAGRI
TANGGAL 10 OKTOBER 2016
PENERAPAN E-PLANNING PEMDA
Regulasi
DOKUMEN
PERENCANAAN BERSIH
DARI INTERVENSI
KEPENTINGAN
KONSISTENSI
ANTARA
DOKUMEN
PERENCANAAN
BERORIENTASI SASARAN;
TIDAK TERDAPAT
DUPLIKASI PROGRAM/
KEGIATAN
ADANYA KEJELASAN
STRUKTUR KINERJA
11. NO TAHAPAN PERENCANAAN & PENGANGGARANTAHUNANDAERAH WAKTU
PERENCANAAN
1 PembentukantimpenyusunRKPD/Renja-SKPD Kab/Kota Desemberthn sebelumnya
2 PembentukantimpenyusunRKPD/Renja-SKPD Provinsi Mingguke-2Januari
3 Penyusunanrancangan awalRKPDdanrancanganRenja-SKPD Kab/Kota Mingguke-2Januari
4 Musrenbangdesa/kelurahan Mingguke-3s.dMingguke-4 Januari
5 Lanjutanpenyusunanrancangan Renja-SKPD Mingguke-1Februari
6 MusrenbangKecamatan Mingguke-2Februari
7 Pembahasan rancangan RenjaSKPD padaForum SKPDkabupaten/kota Mingguke-3s.dke-4 Februari
8 Penyusunanrancangan awalRKPD danrancanganRenja-SKPD Provinsi Mingguke-4Februari
9 Penyusunanrancangan RKPDkabupaten/kota Mingguke-1s.dke-2 Maret
10 Pembahasan rancangan RenjaSKPDpadaForumSKPD Provinsi Mingguke-3s.dke-4 Maret
11 PelaksanaanMusrenbang RKPDkabupaten/kota Mingguke-3s.dke-4 Maret
12 Penyusunanrancangan RKPDProvinsi Mingguke-1s.dke-2 April
13 PelaksanaanMusrenbangRKPD Provinsi Mingguke-3April
14 PerumusanRancanganAkhirRKPD Provinsi Mingguke-2Mei
15 PerumusanRancangan AkhirRKPDkab/kota Mingguke-1Aprils.dMingguke-4 Mei
16 ReviuRKPDProvinsi Mingguke-2Mei
17 PenetapanPerkadaRKPD Provinsi Mingguke-3Mei
18 ReviuRenja-SKPDProvinsi Mingguke-4Mei
19 PenetapanRenjaSKPDProvinsi Mingguke-4Mei
20 ReviuRKPDkabupaten/kota Mingguke-2Mei
21 PenetapanPerkadaRKPD kabupaten/kota Mingguke-4Mei
22 ReviuRenja-SKPD kabupaten/kota Mingguke-1Juni
23 PenetapanRenjaSKPD kabupaten/kota Mingguke-2Juni
PENGANGGARAN
24 PenyusunanRancangan KUAdan PPAS Mingguke-4Mei
25 ReviuRancanganKUAdanPPAS Provinsi/Kabupaten/Kota
26 PenyampaianRancangan KUA danPPASkepada KDH Mingguke-1Juni
27 PenyampaianRancangan KUA danPPASkepada DPRD Mingguke-2Juni
28 PembahasanKUAdan PPAS 1bulan
29 NotaKesepakatanKUAdan PPAS Mingguke-4Juli
30 PenyiapanSEtentangpedomanpenyusunan RKA-SKPD 1minggu
31 PenetapanSEtentangpedomanpenyusunan RKA-SKPD Mingguke-1Agustus
33 PembahasanRKA-SKPDoleh TAPD Mingguke-2Agustus
s.dMingguke-4 September
34 ReviuRKA-SKPDProvinsi/Kabupaten/Kota
36 PenyiapanRaperda APBD AkhirSeptember
37 Penyampaian Raperda APBDbesertakampirannya olehKepalaDaerah kepada
DPRD
Mingguke-1Oktober
39 PersetujuanBersamaantaraDPRD dan KDH AkhirNovember
40 EvaluasiolehMendagri bagiAPBDprovinsidanolehGubernur bagiAPBD kab/kota 15harikerja
26
12. INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM
NEGERI
SIKLUS PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
TAHUNAN PERUBAHAN APBD
NO TAHAPAN PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHUNANDAERAH WAKTU
PERENCANAAN
1 Penyusunan Rancangan Perubahan RKPDProvinsi/Kabupaten/Kota Minggu ke-1Juli
2 Reviu Perubahan RKPDProvinsi Minggu ke-3Juli
3 Penetapan Perubahan RKPDProvinsi Minggu ke-3Juli
4 Reviu Perubahan RKPDKabupaten/Kota Minggu ke-3Juli
5 Penetapan Perubahan RKPDKabupaten/Kota Minggu ke-4Juli
6 Reviu Perubahan Renja-SKPDProvinsi Minggu ke-4Juli
7 Penetapan Perubahan Renja-SKPDProvinsi Minggu ke-1Agustus
8 Reviu Perubahan Renja-SKPDKabupaten/Kota Minggu ke-1Agustus
9 Penetapan Perubahan Renja-SKPDKabupaten/Kota Minggu ke-2Agustus
PENGANGGARAN
10 Reviu Rancangan KUPA dan PPAS PerubahanProvinsi/Kabupaten/Kota Minggu ke-4Juli
11 Penyampaian Rancangan KUPA dan PPAS Perubahan kepadaDPRD Minggu ke-1Agustus
12 KesepakatanPerubahan KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dan DPRD Minggu ke-2Agustus
13 Pedoman Penyusunan RKA-SKPD PerubahanAPBD Minggu ke-3Agustus
14 Penyusunan RKA-SKPDPerubahan Minggu ke-4 Agustuss.d
Minggu ke-1September
15 Pembahasan RKA-SKPD Perubahanantara TAPD dengan SKPD
16 Reviu Rancangan RKA-SKPD PerubahanProvinsi/Kabupaten/Kota Minggu ke-1September
17 Penyusunan rancangan raperda tentang Perubahan APBD danrancangan
raperkada tentang penjabaran PerubahanAPBD
Minggu ke-2September
18 Penyampaian Raperda APBD berserta lampiran kepadaDPRD Minggu ke-2September
19 Persetujuan DPRD terhadap RaperdaPerubahan APBD 3 bulan sebelum TAberakhir
20 Penyampaian kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur utk dievaluasi 3 harikerja
21 Evaluasioleh Mendagri bagi Perubahan APBD provinsi dan oleh Gubernur
bagi Perubahan APBDkabupaten/kota
15 harikerja
22 Penyempurnaan Raperda Perubahan APBD berdasarkan hasil evaluasi 7hari
23 Penetapan Perda tentang PerubahanAPBD Minggu ke-4 Oktober
27
13. Target Tahun 2019 Rank
40
“PELIMPAHAN SELURUH KEWENANGAN PERIZINAN KEPADA
PTSP”
EASY OF DOING BUSINESS INDONESIA
Tahun 2017: ........ Rank 91
Tahun 2018: ........ Rank 72
PERIZINAN
14. EVALUASI PERIZINAN
Sebanyak 31 Provinsi telah melimpahkan seluruh kewenangan
perizin kepada DPMPTSP, masih terdapat sebanyak 3 Provinsi yang
belum melimpahkan seluruh kewenangan perizinan kepada PTSP
(melalui Peraturan Gubernur).
Sebanyak 359 Kabupaten/Kota telah melimpahkan seluruh
kewenangan perizinan kepada PTSP, masih terdapat 149
Kabupaten/Kota yang belum melimpahkan seluruh kewenangan
perizinan kepada PTSP (melalui Peraturan Bupati/Walikota)
Dari 31 Provinsi yang telah melimpahkan seluruh
kewenangan perizinan kepada DPMPTSP, terdapat 21
Provinsi yang telah efektif mengintegrasikan
perizinan dan penerimaan daerah. Sedangkan 10
Provinsi belum efektif mengintegrasikan perizinan
dengan penerimaan daerah
PELIMPAHAN KEWENANGAN PERIZINAN
Dari 359 Kabupaten/Kota yang telah melimpahkan seluruh
kewenangan perizinan kepada DPMPTSP, terdapat 284
Kabupaten/Kota yang telah efektif mengintegrasikan perizinan
dengan penerimaan daerah. Sedangkan 75 Kabupaten/Kota belum
efektif mengintegrasikan perizinan dengan penerimaan daerah
PENGINTEGRASIAN PERIZINAN DENGAN
PENERIMAAN DAERAH
* sumber: Data capaian Aksi PPK Pemda Tahun 2019-2017
15. EVALUASI PERIZINAN SEKTOR MINERBA
KRITERIA EVALUASI PERIZINAN
Administratif
Finansial
Lingkungan
Teknis
Kewilayahan
IUP PENYESUAIAN DARI KP
KP YANG BELUM BERAKHIR JANGKA WAKRU DAN BELUM
DISESUAIKAN MENJADI IUP
Terhadap:
Pengajuan permohonan perpanjangan/peningkatan
KP atau IUP;
Pencadangan dan permohonan KP sebelum UU
4/2009;
KP Eksploitasi berupa peningkatan dari KP;
Tidak memiliki lebih dari 1 KP atau IUP bagi badan
usaha yang tidak terbuka;
Jangka berlakunya IUP Eksplorasi tidak melebihi
ketentuan UU 4/2009;
Permohonan pencadangan wilayah tidak diajukan
pada wilayah KK, PKP2B, KP, atau IUP yang masih
aktif dan sama komoditas; dan
KP yang masih berlaku setelah UU 4/2009
IUP tumpang tindih dengan WIUP lain yang sama
komoditas;
WIUP tidak tumpang tindih dengan WPN;
Tidak tumpeng tindih dengan wilayah administratif
kab/kota atau provinsi lain;
Koordinat IUP Eksplorasi sesuai dengan koordinat
pencadangan wilayah;
Koordinat IUP Operasi Produksi berada dalam
koordinat IUP Eksplorasi; dan/ atau
Koordinat IUP sejajar dengan garis lintang bujur.
Laporan Eksplorasi, bagi pemegang IUP Eksplorasi
yang belum memasuki tahapan kegiatan Studi
Kelayakan; atau
Laporan Eksplorasi dan Studi Kelayakan, bagi
pemegang IUP Eksplorasi yang sudah memasuki
tahapan kegiatan Studi Kelayakan atau pemegang
IUP Operasional Produksi.
Dokumen lingkungan hidup yang telah disahkan oleh
instansi berwenang sesuai ketentuan perundang-
undangan
Bukti pelunasan iuran tetap sampai dengan tahun
terakhir saat penyampaian, bagi pemegang IUP
Eksplorasi; atau
Bukti pelunasan iuran tetap dan iuran produksi
(royalti) sampai dengan tahun berakhir saat
penyampaian, bagi pemegang IUP Operasi Produksi
16. EVALUASI PERIZINAN MINERBA
Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi administratif yang dilakukan
oleh Gubernur terdapat lebih dari satu IUP bagi badan usaha tidak
terbuka, Gubernur:
a. Mengubah WIUP apabila WIUP-nya berimpit, memiliki
komoditas sama, dan tahapan kegiatan sama, serta menerbitkan
IUP baru berdasarkan WIUP hasil penggabungan; atau
b. Memerintahkan pemegang IUP untuk memindahkan IUP
kepada badan usaha baru dengan ketentuang pemegang IUP
memiliki paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) saham pada
badan usaha baru dan menerbitkan IUP baru hasil
pemindahtanganan atas nama badan usaha baru
STATUS EVALUASI
Gubernur menyampaikan hasil Evaluasi terhadap
penerbitan IUP paling lambat 90 hari sejak BAST
Dok. Perizinan dari Bupati/Walikota
- IUP memenuhi kriteria Andministratif dan Kewilayahan
.................... Clear and Clean
- IUP/KP yang tidak memenuhi kriteria Andministratif dan
Kewilayahan ........... Dicabut
- IUP/KP yang memenuhi kriteria Teknis dan Lingkungan
...........Clear and Clean
- IUP yang dikenakan Sanki Administratif
- IUP Operasi Produksi yang dicabut
- Hasil Evaluasi terhadap penerbitan KP
KEWENANGAN EVALUASI
18. KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMDA
TAHUN 2019
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2018
TEMA :
APIP BEKERJA MENCEGAH KORUPSI
ISI : KEGIATAN, SASARAN DAN FOKUS PENGAWASAN YANG DISUSUN BERBASIS
PRIORITAS DAN RESIKO.
- UNTUK PENDANAAN KEGIATAN PENGAWASAN DALAM APBD, KEPALA DAERAH
WAJIB MENCANTUMKAN KEGIATAN PENGAWASAN DIMAKSUD DALAM RKPD
19. Pasal 1
Defenisi Operasional
Pasal 2
Ruang Lingkup
Pasal 3
Tema “APIP Bekerja
Mencegah
Korupsi”
Pasal 4
Lampiran
Pasal 5
Pendanaan
APBN
APBD Pasal 6
Peralihan GWPP
belum terbentuk
oleh perangkat
daerah
Pasal 7
Penutup
33 Kegiatan Pengawasan
1. Kapasitas APIP (3)
2. Asistensi (5)
3. Reviu (8)
4. Monev (15)
5. Pemeriksaan (2)
Sasaran Pengawasan
1. Pengawasan Umum (6)
2. Teknis (2)
Fokus Pengawasan
A. WAS UMUM
1.Perencanaan & Anggaran(5)
2.Pajak & Retribusi (4)
3.Hibah & Bansos (3)
4.PBJ (3)
5.Perizinan (3)
6.Perjalanan Dinas (3)
B. Teknis
32 urusan concurrent + Urusan
PUM
Binwas KDH
kepada Perangkat
Daerah (6)
PERMENDAGRI NO 35
TAHUN 2018
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
20. Bimbingan teknis pemeriksaan investigatif;
Bimbingan teknis pendampingan pengadaan barang dan jasa
(probity advice); dan
Bimbingan teknis penerapan sistem manajemen resiko.
KEGIATAN PENGAWASAN GAR PEMDA
1. Peningkatan Kapasitas APIP
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
22. KEGIATAN PENGAWASAN GAR PEMDA
3. Reviu
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Reviu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Reviu Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
Reviu penyerapan pengadaan barang
Reviu Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Reviu laporan kinerja
Reviu penyerapan anggaran
23. • Tindak lanjut hasil
pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan;
• Tindak lanjut hasil
pemeriksaan APIP;
• Dana desa
• Dana Bantuan Operasional
Sekolah
• Aksi pencegahan korupsi
evaluasi SPIP
• Penilaian mandiri reformasi
birokrasi
• Penanganan laporan
gratifikasi
• Penanganan Whistle Blower
System
• Penanganan benturan
kepentingan
• Penilaian internal zona
integritas
• verifikasi LHKPN/LHKASN
• verifikasi pelaporan
Rencana Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi
• Penyelenggaraan
pemerintahan daerah
• Perencanaan dan
pengganggaran responsif
gender;
• Pelayanan publik
KEGIATAN PENGAWASAN GAR PEMDA
4. Monitoring dan Evaluasi
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
24. RIK • Pemeriksaan kinerja
RIK
• Pemeriksaan dengan Tujuan
Tertentu
KEGIATAN PENGAWASAN GAR PEMDA
5. Pemeriksan
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
25. FOKUS PENGAWASAN UMUM
A. PERENCANAANDAN PENGANGGARAN DAERAH
1. Implementasi e-planning dan e-budgeting;
2. ketaatan perencanaan kebijakan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (konsistensi dan ketepatan waktu);
3. capaian target Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
4. Transparansi (Sistem Informasi keuangan dan
pembangunan Daerah); dan
5. Ketepatan waktu tahapan dan penetapan peraturan
daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
B. PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
1. Penerapan sistem aplikasi e-budgeting dan sistem aplikasi e-reporting;
2. Verifikasi dan penetapan penerima hibah dan bantuan sosial;
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan hibah dan bantuan
sosial; dan
4. Pertanggungjawaban dana hibah dan bantuan sosial.
C. HIBAH DAN BANTUANSOSIAL
1. Perencanaan pengadaan barang dan jasa;
2. Implementasi e-procurment dan e-katalog;
3. Kelembagaan Unit Layanan Pengadaan
(ULP).
E. PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SEKTOR MINERAL DAN
BATUBARA,PERKEBUNANDAN KEHUTANAN
1. Penetapan target pendapatan dari pajak dan retribusi;
2. Bagi hasil pajak daerah;
3. Capaian target, pemberian insentif kepada instansi pemungut; dan
4. Sumbangan pihak ketiga
F. PERJALANANDINAS
1. Tertib administrasi dan
pertanggungjawaban perjalanan dinas ke
luar negeri kepala daerah, wakil kepala
daerah dan anggota DPRD;
2. Rasio anggaran perjalanan dinas terhadap
APBD; dan
3. Analisis kewajaran standar biaya satuan
perjalanan dinas
D. PENGADAANBARANGDAN JASA
1. Inventarisasi izin yang dikeluarkan;
2. Pemenuhan persyaratan pemberian izin
(kesesuaian dengan tata ruang, analisis
dampak lingkungan, analisis dampak lalu
lintas, keputusan izin lingkungan, dan
SOP); dan
3. Kewajiban pemegang izin (jaminan
finansial: pelaksanaan, reklamasi, pasca
tambang dan penutupan tambang).
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
26. INDIKATOR KINERJA
“APIP BEKERJA MENCEGAH KORUPSI”
Sasaran Fokus Peran APIP Indikator 2019
Perencanaan &
Anggaran
Implementasi e-planning &
e-budgeting
Monitoring e-planning & e-
budgeting efektif
Konsistensi dan ketepatan
waktu
Reviu
Monitoring
RPJMD – RKPD – KUA
PPAS – RKA - APBD
konsisten
Capaian target Monitoring
Audit
Konsisten target dan
realisasi
Transparansi Monitoring Terpublikasi SIKPD
Ketepatan waktu
penetapan APBD
Monitoring
Reviu
APBD tepat waktu
27. INDIKATOR KINERJA
“APIP BEKERJA MENCEGAH KORUPSI”
Sasaran Fokus Peran APIP Indikator 2019
Pajak &
Retribusi
Penetapan target Reviu Perhitungan target
pajak realistis
Capaian target &
Pemberian insentif
Monitoring Target tercapai
Sumbangan pihak ke tiga Audit Sumbangan memiliki
dasar hukum
Pajak & Retribusi
Daerah
28. INDIKATOR KINERJA
“APIP BEKERJA MENCEGAH KORUPSI”
Sasaran Fokus Peran APIP Indikator 2019
Hibah & Bansos Verifikasi penetapan
penerima
Reviu Tidak ada penerima
fiktif dan tidak tepat
sasaran
SOP Evaluasi SOP Handal
Pertanggungjawaban Audit Tidak ada realisasi
fiktif
PBJ Perencanaan pengadaan Reviu BMD sesuai kebutuhan
bukan keinginan
e-proc dan e-katalog Evaluasi Terdapat katalog lokal
Kelembagaan ULP Evaluasi ULP mandiri dan jafung
pengadaan
HIBAH &
BANSOS
PENGADAAN
BARANG & JASA
29. INDIKATOR KINERJA
“APIP BEKERJA MENCEGAH KORUPSI”
Sasaran Fokus Peran APIP Indikator 2019
Perizinan
Minerba, kebun
dan hutan
Inventariasi izin Audit Tersedia jumlah izin
yang dikeluarkan
Pemenuhan syarat izin Audit Seluruh izin clean and
clear
Kewajiban pemegang izin Audit Pemegang izin
melaksanakan
kewajiban jaminan
finansial, pelaksanaan,
reklamasi, pasca dan
penutupan tambang
30. INDIKATOR KINERJA
“APIP BEKERJA MENCEGAH KORUPSI”
Sasaran Fokus Peran APIP Indikator 2019
Perjalanan
Dinas
Tertib administrasi dan
pertanggung-
jawaban dinas LN
Audit KDH ke luar negeri
dengan izin dan
menyampaikan
laporan
Rasio anggaran
perjadin dengan APBD
Reviu Trend cenderung
menerun
Anbalisis kewajaran
standar harga
Audit Standar Harga
disusun secara
realistis dan
kebutuhan
FIKTIF
Perjalanan Dinas
32. IDENTIFIKASI KELEMAHAN & USULAN PERUBAHAN
SUMBER DAYA INDEPENDENSI
TENAGA
FUNGSIONAL
ANGGARAN
PELAPORAN
KEPATUHAN
STANDAR
QUALITY
CONTROL
STRUKTUR
TATA KELOLA
Unifikasi
standar
Penyusunan
standar
Pimpinan APIP
non
pengawasan
Pengawasan
berjenjang
Langsung kpd
KDH
Utk Pidana kpd
GWPP dan MDN
Standar
Perencanaan
dan
Penganggaran
Penambahan
Tenaga APIP
Penyetaraan
eselonering
dng Sekda
Quasi vertikal
33. : garis komando
: persetujuan pengangkatan/pemberhentian &
Pelaporan berindikasi KKN dan/atau penanganan Dumas
: koordinasi dalam penjaminan kualitas LHP
: Pelaporan hasil pengawasan non KKN dan Laporan
keuangan dan kinerja sbg SKPD
ALUR PENGANGKATAN/PEMBERHENTIAN PEJABAT INSPEKTORAT,
POLA PELAPORAN DAN PENJAMINAN KUALITAS
Wakil Presiden
Menteri Dalam
Negeri
Gubernur
BPKP
BPKP Perwakilan
MENTERI K/L
Inspektorat Provinsi
ITJEN K/L
Bupati/Walikota
Inspektorat
Kab/Kota
34. INDEPENDENSI
Persepsi Responden Dampak Pemeriksaan
Terhadap Karier
Quick survey Langkah Mewujudkan
Inspektorat Daerah
Quasi vertical Revisi PP
18/2016
Penyetaraan
Eselon dng Sekda
INDEPENDEN ADALAH SALAH SATU FAKTOR UTAMA AGAR AUDIT INTERNAL DAPAT MEMBERIKAN KONTRIBUSI NILAI
Tidak ada jaminan dan perlindungan karier APIP dalam melakukan
pengawasan dengan mudahnya di non job kan
• tidak leluasa melakukan pengawasan (ewuh pakewuh + fatsun birokrasi)
bawahan melakukan pemeriksaan kepada atasan
35. ANGGARAN
Proporsi Belanja Langsung Pengawasan
(Provinsi)
BAHWA ANGGARAN MERUPAKAN SALAH SATU SARANA MANAJEMEN UNTUK MENCAPAI TUJUANNYA
Rata-rata anggaran pengawasan tidak lebih 1% dari total APBD
Proporsi Jumlah Anggaran APIP dan
Anggaran Pemda
Besaran Anggaran Inspektorat sebagaian besar untuk BTL
KINERJARUTIN
1 Reviu RPJMD Surat Menteri Dalam Negeri No 050/781/B/IJ
2 Reviu RKPD Surat Menteri Dalam Negeri No 700/025/A.4/IJ
3 Reviu RKA Surat Menteri Dalam Negeri No 700/025/A.4/IJ
4 Reviu LKPD Surat Menteri Dalam Negeri No 900/795/B.3/IJ
5 Reviu Lapkin Permenpan No 12 Tahun 2015
6 Reviu Penyerapan Anggaran Keputusan Presiden No 20 tahun 2015
7 Reviu Penyerapan PBJ Keputusan Presiden No 20 tahun 2015
8 Pemeriksaan Reguler OPD Permendagri No 23 Tahun 2007
9 Pemeriksaan Urusan Kab/Kota Permendagri No 23 Tahun 2007
10 Pemeriksaan Tujuan Tertentu Permendagri No 23 Tahun 2007
11 Pemeriksaan Kas Opname Permendagri No 23 Tahun 2007
12 Evaluasi SPIP PP No 60 Tahun 2008
13 Monev Penyelesaian TLHP BPK Perka BPK No 2 Tahun 2010
14 Monev Penyelesaian TLHP APIP PP No 79 Tahun 2005
15 Evaluasi EPPD Permendagri No 73 Tahun 2009
PRIORITASNASIONAL
1 Monev Dana Desa Surat Menteri Dalam Negeri No 700/1281/A.1/IJ
2 Pemeriksaan BOS Surat Irjen Kemendikbud kepada KDH
3 Evaluasi PPRG Permen PP dan PA No 4 Tahun 2014
4 Operasionalisasi Saber Pungli Inpres No 87 Tahun 2016
5 Koordinasi TP4D Kejaksaan Instruksi Jaksa Agung No: INS-001/A/JA/10/2015
REFORMASIBIROKRASI
1 Pemeriksaan Khusus Provinsi PP No 18 Tahun 2016
Permendagri No 25 Tahun 2007
2 Pemeriksaan Khusus Kab/Kota
3 Monev Reformasi Birokrasi Permenpan No 1 Tahun 2012
4 Evaluasi Pelayanan Publik Permenpan No 1 Tahun 2005
PENEGAKANINTEGRITAS
1 Monev Laporan Gratifikasi Per. KPK No 2 Tahun 2014
2 Monev Pencegahan Korupsi MoU Pemda dan KPK
3 Verifikasi Laporan RAD PPK Perpres Nomor 55 Tahun 2012
4 Verifikasi LHKASN SE Menteri PAN RB No 1 Tahun 2015
5 Penilaian Zona Integritas (ZI) Permenpan No 52 Tahun 2014
6 Benturan Kepentingan Permenpan No 37 Tahun 2012
7 Penanganan WBS Perka LKPP No 7 Tahun 2012
STANDAR PERENCANAAN & ANGGARAN
36. PERSONIL
UNTUK MEWUJUDKAN ORGANISASI YANG EFEKTIF HARUS DIMULAI DARI INDIVIDU YANG EFEKTIF
Proporsi Jumlah APIP dan Obrik Proporsi Jumlah APIP dan Jumlah
Paket PBJ
Koordinasi
dengan
AAIPI
penempatan
lulusan
Praja IPDN
Inpassing
Jafung
P2UPD dan
Auditor
Kebutuhan APIP secara
nasional, untuk P2UPD adalah
sebanyak 26.000 baru terisi
sebanyak 2.300 dan kebutuhan
Auditor sebanyak 46.560 baru
terisi sebanyak 12.755.
37. TATA KELOLA
APIP UNTUK MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENDISTRIBUSIKAN HASIL PENGAWASANNYA KEPADA PIHAK YANG TEPAT
Responden adalah SKPD selaku obrik, dan hampir
semua menyatakan setuju atas temuan yang
berindikasi KKN untuk diungkap dalam LHP, namun
ada kekhawatiran akan adanya intervensi Karena
laporan melalui Sekda
Disusun Permendagri Pedoman
Pelaporan Pengawasan
Inspektorat Daerah
Laporan berindikasi KKN
disampaikan ke BPK dan
APH
Persepsi Responden Terhadap Hasil
Pemeriksaan Berindikasi KKN
38. SUBSTANSI PERUBAHAN REVISI PP 18
Provinsi
URAIAN
Kab/Kota
Pasal Pasal
Pasal 11 ayat (5) e Penambahan Fungsi Inspektorat dalam pencegahan KKN Pasal 33 ayat (5) e
Pasal 11 A Inspektorat Provinsi melakukan binwas ke Kab/Kota
Pasal 11 B PDTT yang berindikasi penyalahgunaan wewenang dan kerugian daerah, tanpa harus
menunggu persetujuan KDH
Pasal 33 A
Pasal 11 C LHP PDTT penyalahgunaan wewenang dan kerugian daerah disampaikan kepada
Mendagri dan bersama BPKP melakukan supervisi
Pasal 33 B
Pasal 72 Tambahan 2 (dua) unit kerja Inspektur Pembantu Pasal 89
Pasal 73 A Skor variable 900 untuk penambahan Irban Pasal 90A
Pasal 94 Kenaikan Eselonering Inspektur Provinsi I.b; Sekretaris dan Irban II.b
Kenaikan Eselonering Inspektur Kab/Kota II.a; Sekretaris dan Irban III.a Pasal 95
Pasal 99A ayat (1) Pemberhentian Inspektur wajib persetujuan tertulis Mendagri dan GWPP Pasal 99A ayat (2)
Pasal 99 B • Mendagri melakukan supervisi pengisian Inspektur dan Irban
• Panitia Seleksi ditetapkan KDH setelah mendaptkan persetujuan Mendagri dan MenPAN
Pasal 99 B
Pasal 124 A Pengukuhan kepada Inspektur, Sekretaris dan Irban yang telah memenuhi syarat jabatan
paling lambat 6 bulan
Pasal 124 A
39. “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu
dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka
jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan
bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”
“KORUPTOR ADALAH PENGHIANAT BANGSA !!!”
(Bung Karno)