SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
Insentif dan
Disinsentif
Penataan
Ruang
Dr.Ir. Eka Aurihan Dj.,S.H.,MUM.
InDis sebagai
instrumen
Pemanfaatan Ruang
▪ Memberikan
rangsangan dan
pembatasan
pembangunan
▪ Distorsi kebijakan
DAU/DAK
InDis sebagai
instrumen
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
▪ Pemanfaatan tanah
→ kasiba, tdr, pbb
▪ Pelayanan umum →
Amdal, user charge,
CSR,PBB,IPR, subsidi
▪ Penyediaan infra-
struktur → fasos,
fasum, skema kredit
InDis sebagai
instrumen
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
▪ Instrumen ZK/ZD
▪ Implikasi Renstranas
▪ Pelengkap penilaian
KKPR
▪ Pelengkap putusan
sengketa tata ruang
▪ Alternatif sanksi
pemulihan fungsi
UUPR 1992 UUPR 2007 UUCK
a. Insentif dan disinsentif tidak boleh mengurangi hak yang dimiliki
masyarakat;
b. Insentif dan disinsentif tidak memberikan dampak negatif terhadap
pembangunan dan kepentingan publik
c. Insentif dan disinsentif mempertimbangkan partisipasi masyarakat dalam
penataan ruang;
d. Secara umum insentif dan disinsentif diaplikasikan untuk memastikan
bahwa RTR diimplementasikan dengan sebagaimana mestinya, dan
pemanfaatan lahan sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan;
e. Secara khusus insentif dan disinsentif diaplikasikan agar manajemen
pembangunan menjadi responsif terhadap perubahan yang berlangsung
dalam pembangunan
Prinsip Dasar
Kebutuhan InsDis sebagai Pengendalian Pemanfaatan Ruang
1. Mengendalikan kegiatan pemanfaatan ruang,
2. Mewujudkan keadilan, mengurangi konflik, dan dampak negatif,
3. Menjamin berlangsungnya pembangunan kota/wilayah yang efisien dan efektif,
4. Menyelenggarakan peran masyarakat dalam penataan ruang.
Batasan Disinsentif dan Sanksi
Persamaan Disinsentif dan Sanksi Hukum Penataan Ruang
Ketidaksesuaian (non conforming use)
Disinsentif Sanksi Administratif Sanksi Pidana
Ketidaksesuaian yang
dapat ditoleransi
Ketidaksesuaian yang
menyebabkan perubahan
fungsi ruang dan tidak dapat
ditoleransi
Ketidaksesuaian yang
menyebabkan perubahan fungsi
ruang dan tidak dapat ditoleransi
serta menimbulkan kerugian,
kerusakan, atau kematian
Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian Pengawasan Pembinaan Kelembagaan
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Penilaian pelaksanan
KKPR dan pernyataan
mandiri pelaku UMK
Penilaian
perwujudan
RTR
Pemberian
insentif dan
disinsentif
Pengenaan
sanksi
Penyelesaian
sengketa
penataan ruang
Pengaturan Indis diatur dalam bentuk:
bertujuan untuk:
meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan
ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai
dengan Rencana Tata Ruang
memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan
dengan Rencana Tata Ruang
meningkatkan kemitraan semua pemangku
kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang
yang sejalan dengan Rencana Tata Ruang
dilaksanakan untuk
• Menindaklanjuti
pengendalian implikasi
kewilayahan paada zona
kendali atau zona yang
didorong
• Menindaklanjuti implikasi
kebijakan atau rencana
strategis nasional
• Menindaklanjuti hasil
kesepakatan sengketa
penataan ruang
• Mendukung
penerapan sanksi
administrasi terhadap
pelanggaran
pemanfaatan ruang
diberikan kepada
Pelaku Kegiatan
Pemanfaatan Ruang
bertujuan untuk
Mendukung
Perwujudan RTR
1
Pemerintah
Pusat
Pemda Pemda
lainnya
Masyarakat
INSENTIF NONFISKAL DISINSENTIF NONFISKAL
Insentif Nonfiskal (selanjutnya disebut
insentif) adalah perangkat pengendalian
pemanfaatan tuang untuk memotivasi,
mendorong, memberikan daya tarik
dan/atau memberikan percepatan terhadap
kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan
dengan RTR, yang tidak berkenaan dengan
urusan pajak atau pendapatan negara.
Disinsentif Nonfiskal (selanjutnya disebut
disinsentif) adalah perangkat
pengendalian pemanfaatan ruang untuk
mencegah dan/atau memberikan
batasan terhadap kegiatan pemanfaatan
ruang yang sejalan dengan RTR namun
berpotensi melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan, yang tidak
berkenaan dengan urusan pajak atau
pendapatan negara.
1. Pemberian
kompensasi
2. Subsidi
3. Imbalan
4. Sewa Ruang
5. Urun Saham
6. Fasilitasi PKKPR
7. Penyediaan sarana &
prasarana
8. Penghargaan
9. Publikasi atau
promosi
Bentuk
1.kewajiban memberi
kompensasi/imbalan
2.pembatasan penyediaan
prasarana & sarana
3.pemberian status tertentu
Kewenangan Pemberian
Pengaturan Insentif dan Disinsentif dalam PP No. 21 Tahun 2021:
Membagi: Arahan – Ketentuan – Pemberian
Insentif dan Disinsentif
Permen ATR/BPN No. 21 Tahun 2021 mengatur aspek “Pemberian”
Pemberian Kompensasi
Subsidi
Imbalan
Sewa Ruang
Urun Saham
Kriteria Lokasi:
a. kawasan yang masih dapat dioptimalkan intensitas
pemanfaatan ruangnya;
b. kawasan yang mempunyai integrasi antarmoda
transportasi;
c. kawasan yang dilindungi atau dilestarikan; dan/atau
d. kawasan yang mempunyai daya dukung dan daya
tampung mencukupi.
Fasilitasi PKKPR
Penyediaan Prasarana dan Sarana
Kriteria Jenis Kegiatan:
a. kegiatan yang berkontribusi dalam penyediaan fasilitas publik;
b. kegiatan yang berkontribusi pada program prioritas
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;
c. kegiatan pelestarian kawasan dan/atau bangunan bersejarah;
dan/atau
d. kegiatan yang berkontribusi pada penyediaan ruang terbuka
hijau publik.
Pemberian Penghargaan
Publikasi atau Promosi
Kewajiban Memberi Kompensasi
atau Imbalan
Subsidi
Imbalan
Kriteria Lokasi:
a. kawasan yang berpotensi melampaui ketentuan dalam
peraturan zonasi dan/atau KKPR;
b. kawasan yang berpotensi menimbulkan kerusakan dan/atau
degradasi lingkungan serta eksternalitas negatif lainnya dari
kegiatan pemanfaatan ruang terhadap kawasan di
sekitarnya; dan/atau
c. kawasan yang menerima jasa lingkungan hidup.
Kriteria Jenis Kegiatan:
a. dapat berpotensi menimbulkan kerusakan;
b. dapat berpotensi menimbulkan degradasi lingkungan; dan/atau
c. dapat berpotensi menimbulkan eksternalitas negatif lainnya
dari kegiatan Pemanfaatan Ruang terhadap kawasan di
sekitarnya.
Insentif
Disinsentif
pengajuan insentif dapat dilakukan oleh :
Insentif Dengan Pengajuan Permohonan
Insentif Tanpa
Pengajuan Permohonan
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. fasilitasi Persetujuan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
g. penyediaan prasarana dan
sarana;
h. publikasi atau promosi.
Insentif Nonfiskal lainnya
berupa perkembangan
teknologi atau kearifan
lokal sesuai dengan
kebijakan daerah
masing-masing
atau
Masyarakat
Pemerintah
Daerah
Pemerintah
Pusat
Pemerintah
Daerah
Lainnya
Insentif yang diberikan tanpa
pengajuan permohonan merupakan
insentif yang diinisiasi oleh instansi
yang membidangi penataan ruang,
instansi pemberi Insentif, dan/atau
Forum Penataan Ruang.
Disinsentif Dengan
Pengajuan Permohonan
berupa
berupa:
penghargaan
dapat diajukan oleh:
Masyarakat
Disinsentif Tanpa Pengajuan
Permohonan
merupakan:
Disinsentif yang diinisiasi oleh instansi
yang membidangi penataan ruang,
instansi pemberi disinsentif, dan/atau
Forum Penataan Ruang
merupakan:
Masyarakat
mengajukan
permohonan
untuk
mendapatkan
insentif
Menteri ATR
melalui Direktur
Jenderal
Pengendalian
dan Penertiban
Tanah dan
Ruang
Dilakukan
penilaian
kelayakan
penerimaan
insentif oleh
Menteri dan
Menteri/Kepala
lembaga
pemberi insentif
diajukan ke
Dapat melibatkan
ahli/ akademisi
dan instansi
terkait lainnya
Jenis Insentif
Insentif dapat berupa:
a. Pemberian
kompensasi;
b. Subsidi;
c. Imbalan;
d. Sewa Ruang;
e. Urun Saham;
f. Penyediaan sarana
dan prasarana;
g. Penghargaan;
dan/atau
h. Publikasi atau
promosi
Insentif lainnya sesuai
dengan
perkembangan
teknologi atau kearifan
lokal
Layak
menerima
insentif
Tidak layak
menerima
insentif
Menteri/ Kepala
Lembaga Pemberi
Insentif
Menerbitkan SK
Pemberian Insentif
Menteri ATR melalui
Direktur Jenderal
Pengendalian dan
Penertiban Tanah
dan Ruang
Menyampaikan
Pemberitahuan
Penolakan
Permohonan
Insentif
Dapat Bermohon Lagi Setelah Memenuhi Ketentuan
• pemenuhan kriteria, bentuk, dan mekanisme
Insentif yang akan diberikan;
• ketersediaan kajian teknis;
• kesesuaian lokasi dengan RTR; dan
• kepemilikan hak atas tanah
mempertimbangkan
Masyarakat
mengajukan
permohonan
untuk
mendapatkan
disinsentif
Gubernur atau
Bupati/ Wali
Kota
ditembuskan
kepada
Perangkat
Daerah yang
membidangi
Penataan Ruang
Dilakukan penilaian
kelayakan penerimaan
disinsentif oleh
Perangkat Daerah yang
membidangi Penataan
Ruang dan instansi
pemberi disinsentif
diajukan ke
Dapat melibatkan
ahli/ akademisi
dan instansi
terkait lainnya
Layak
menerima
disinsentif
Tidak
layak
menerima
disinsentif
Gubernur atau
Bupati/ Wali Kota
menerbitkan SK
Pemberian
Disinsentif
Gubernur atau
Bupati/ Wali Kota
melalui Perangkat
Daerah yang
membidangi
Penataan Ruang
menyampaikan
pemberitahuan
penolakn
permohonan
disinsentif
Dapat Bermohon Lagi Setelah Memenuhi Ketentuan
Pertimbangan
Forum Penataan
Ruang
Jenis Disinsentif
Disnsentif berupa:
a.Kewajiban memberi
kompensasi atau
imbalan;
b.Pembatasan
penyediaan
prasarana dan
sarana; dan/ atau
c.Pemberian status
tertentu
Disinsentif lainnya
berupa perkembangan
teknologi atau kearifan
lokal
• pemenuhan kriteria, bentuk, dan mekanisme
Insentif yang akan diberikan;
• ketersediaan kajian teknis;
• kesesuaian lokasi dengan RTR; dan
• kepemilikan hak atas tanah
mempertimbangkan
Pengajuan Masyarakat ke Pemerintah Pusat Pengajuan Pemerintah Daerah ke
Pemerintah Daerah Lainnya
1. Pencatatan nomor menurut urutan pembukuan
inventarisasi insentif dan disinsentif ke dalam buku
inventarisasi insentif dan disinsentif, sesuai dengan
bukti pengajuan atau pemberian insentif dan
disinsentif;
2. Pencatatan sesuai dengan tanggal pencatatan
insentif dan disinsentif ke dalam buku inventarisasi
pemberian insentif dan disinsentif;
3. Pencatatan kode sesuai dengan nomenkelatur di
daerah masing-masing;
4. Pencatatan nama orang atau lembaga atau
instansi yang akan memberi insentif dan disinsentif;
5. Pencatatan nama orang atau lembaga atau
instansi yang akan menerima insentif dan
disinsentif;
6. Pencatatan jenis dan bentuk insentif dan disinsentif
yang diberikan. Informasi terkait jenis dan bentuk
insentif dan disinsentif disesuaikan dengan
klasifikasinya;
7. Pencatatan tahun mulai berlaku dan tahun berakhir
insentif dan disinsentif yang akan diberikan;
8. Pencatatan sumber pembiayaan yang akan
digunakan dalam pemberian insentif. Pembiayaan
pada umumnya berasal dari disinsentif, dan dapat
berasal dari APBN, APBD, dan swasta;
9. Pencatatan daftar dokumen yang disyaratkan untuk
mendapat insentif dan disinsentif (secara lengkap);
dan
10.Pencatatan nomor dan tanggal berita acara
pemberian insentif dan disinsentif.
Disinsentif diberikan pada ketidaksesuaian pemanfaatan ruang yang
masih pada batas dapat ditoleransi dan belum memenuhi unsur
pelanggaran secara hukum.
Hal yang dapat ditoleransi
• Kegiatan yang diizinkan secara terbatas (T), dan bersyarat (B) dalam
KUPZ atau PZ
• Pelampauan garis sempadan dengan menerapkan rekayasa teknis dan
pembatasan tertentu
• Perubahan intensitas tanpa menimbulkan eksternalitas negatif dan tidak
melampaui DDDT
• Kegiatan tersebar namun tidak mengubah fungsi ruang dan dengan
beberapa modifikasi dan masih dalam dominasi fungsi utama
peruntukan
Hal yang tidak dapat ditoleransi
• Kegiatan dilarang (X) dalam PZ dan KUPZ
• Perubahan kegiatan pemanfaatan ruang → perubahan fungsi
• Pelanggaran terhadap garis sempadan
• Pelanggaran terhadap ketentuan teknis dalam RDTR dan atau standar
teknis
Ketidaksesuaian pemanfaatan ruang (non-conforming situation)
adalah kondisi pemanfaatan ruang yang kurang bersesuaian
dengan fungsi peruntukan namun masih dapat ditoleransi dengan
persyaratan dan pembatasan (conditional use).
Prinsip Perimbangan Anggaran
Kebijakan “indis nonfiskal” → penuangan dalam “Buku Inventarisasi
Insentif dan Disinsentif → menuntut “prinsip perimbangan anggaran”
o Kebutuhan insentif berdasarkan potensi sumber daya, kapasitas
kelembagaan, skala kepentingan, manfaat, dan keberhasilgunaan
o Kebutuhan disinsentif sesuai dengan kebijakan dan kondisi masing-
masing daerah
o Tidak membuat “kurang” atau “lebih” anggaran setiap tahunnya
o Membutuhkan pengaturan “manajemen supply (disinsentif) dan
demand (insentif)” secara cermat
Prinsip Risk Management
Besaran disinsentif merupakan “faktor resiko” yang sudah diperhitungkan
pengguna ruang (developer)
→ sudah diperhitungkan sebagai “project-cost”
Toleransi Pelanggaran
Intensitas Pemanfaatan Ruang
KLB
KDB
KTB
KDH
Garis Sempadan
Sempadan bangunan, jalan,
pantai sungai, danau,
waduk, tebing, jurang,
hingga objek strategis
tertentu
Kriteria lokasi
Kriteria jenis kegiatan Pemanfaatan Ruang
a. kawasan yang kurang
berkembang akibat
keterbatasan prasarana
dan sarana;
b. kawasan yang baru dikembangkan;
dan/atau
c. kawasan yang menjadi prioritas
pembangunan nasional atau daerah.
a. Memiliki keterbatasan prasarana dan sarana pendukung;
b. Memiliki peluang berkembang dan mampu memberikan
dampak positif; dan/atau
c. Sesuai dengan prioritas pembangunan;
Bentuk pemberian insentif disinsentif
a. uang atau denda administratif;
b. penyediaan fasilitas publik lengkap dengan penyampaian desain dan
kajian teknis yang menjelaskan adanya upaya pengurangan dampak
negatif Pemanfaatan Ruang; dan/atau
c. bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang
Aspek pertimbangan bentuk, besaran, dan
mekanisme pemberian kompensasi dan imbalan
a. Jenis dampak
b. Kebutuhan penerima
kompensasi/imbalan
c. Jenis kegiatan pemanfaatan ruang
d. Potensi perubahan lahan pada
kawasan sekitar akibat
pemanfaatan ruang
e. Kondisi sosek masyarakat yang
berpotensi terkena dampak
f. Kerawanan kawasan terhadap
bencana
g. Luasan kawasan yang berpotensi
terkena dampak
h. Jangka waktu terjadinya dampak
i. Tingkat kesulitan penanganan
dmapak
j. Ketersediaan kajian teknis terkait
potensi dampak yang timbul
Kompensasi dan imbalan merupakan bentuk disinsentif berupa
ganti rugi atas::
• Dampak negatif pemanfaatan ruang
• Pelampauan ketentuan PZ atau KKPR
Tujuan :
• Antisipasi kerusakan, degradasi lingkungan, dampak negatif
pemanfaatan ruang
• Mencegah kerugian akibat pemanfaatan ruang
Pemberian kompensasi dan imbalan dilakukan dengan memperhatikan:
a. Persyaratan
b. Kondisi penerapan
c. Metode perhitungan
Kompensasi → metode disinsentif yang populer digunakan dalam
berbagai kebijakan
Besaran kompensasi diterapkan pada:
• Pelampauan intensitas pemanfaatan ruang
• Dampak lalu lintas pembangunan kawasan
• Pelampauan ketentuan teknis kawasan industri
Perhitungan kompensasi dapat dibantu menggunakan indeks
kompensasi (IK): merupakan faktor pengimbang nilai lahan
yang mengacu pada lokasi, guna lahan, dan fungsi lahan.
Dalam situasi dimana lokasi
bidang merupakan daerah
yang mendapat insentif
IK < 1 IK > 1
Dalam situasi dimana lokasi
bidang merupakan daerah
yang mendapat disinsentif,
Indeks Kompensasi Pelampauan KLB
Tipologi Kawasan
Nilai Indeks Kompensasi
Insentif Disinsentif Insentif * Disinsentif*
Zona Komersil Pusat/
Sub Pusat Kota
0,7 1,4 0,7 – 0,9 1,4 – 1,6
Zona Komersil 0,6 1,2 0,6 – 0,8 1,2 – 1,4
Zona Perumahan 0,5 1,0 0,5 – 0,7 1,0 – 1,2
Zona Industri/KPI 0,8 1,6 0,8 – 1,0 1,6 – 1,8
Zona Perkantoran 0,7 1,4 0,8 1,6 – 1,8
Indeks Kompensasi Pelampauan KDB
Tipologi Kawasan
Nilai Indeks Kompensasi
Insentif Disinsentif Insentif * Disinsentif*
Zona Komersil Pusat/
Sub Pusat Kota
0,8 1,6 0,8 – 1,0 1,6 – 1,8
Zona Komersil 0,7 1,4 0,7 – 0,9 1,4 – 1,6
Zona Perumahan 0,6 1,2 0,6 – 0,8 1,2 – 1,4
Zona Industri/KPI 0,9 1,8 0,9 – 1,1 1.8 – 2,0
Penentuan Angka Indeks Kompensasi (IK)
Kawasan dengan kondisi khusus: kawasan rawan bencana,
kawasan cagar budaya, kawasan dekat dengan obyek strategis
nasional, dan lainnya yang memeperlukan pengendalian khusus
* Pada Zona Khusus dan/atau Zona Kendali
K = I x (P/KLB dasar x NL)
K = Nilai Kompensasi (Rp)
I = Indeks Kompensasi
P = Pelampauan luas lantai bangunan (m2)
KLB = Nilai KLB sesuai RTRW/RDTR
NL = Nilai lahan pada lokasi (~ NJOP Rp/m2)
Kompensasi dikenakan atas bangunan yang melampaui
KLB maksimum hingga batas toleransi.
Contoh
Kondisi Bangunan
• Luas persil = 2.500 m2
• Rasio hijau/area resapan = 20% =
500 m2
• KLB dasar = 3,0
• Luas lantai dasar (KDB) = 2.000 m2
• Luas seluruh lantai = 10.000 m2
• Nilai tanah berdasarkan NJOP = Rp
1.000.000/m2
• Harga pasaran tanah = Rp
1.500.000/m2
• Harga bangunan = Rp
2.500.000/m2
• Indeks kompensasi = 1,2
Asumsi:
• Pelampauan KLB tidak melampaui
ketentuan lainnya
• Lokasi di kawasan permukiman
• Perubahan kegiatan menjadi rumah
susun
Perhitungan kompensasi
K = I x (P/KLBdasar x NL)
K = 1,2 x (4.000/3,0 x 1.000.000)
K = Rp 1.600.000.000
Pengujian nilai kompensasi:
Nilai lahan pada lantai yang dilampaui
NB = P x NL
NB = Nilai bangunan pada lantai yang
dilampaui
%NB = Persentase nilai bangunan yang
dilampaui
P = Pelampauan luas lantai bangunan (m2)
NL = Nilai lahan pada lokasi (~ NJOP
Rp/m2)
K = Nilai kompensasi (Rp)
NB = 4.000 x 1.000.000
NB = Rp4.000.000.000
Persentase nilai kompensasi terhadap
nilai bangunan pada lantai yang
dilampaui
%NB = (K : NB) x 100%
= (1.600.000.000 : 4.000.000.000)x100%
= 40 % → releable
Nilai kompensasi yang telah dibayarkan kemudian dicatat
dalam buku inventarisasi insentif dan disinsentif.
Kompensasi dikenakan atas bangunan yang
melampaui KDB maksimum hingga batas toleransi.
Pelampauan KDB dihitung berdasarkan pelampauan
luas lantai dasar berdasarkan batas-batas pondasi
bangunan dan tidak termasuk luas lantai di atasnya
atau luas lantai secara keseluruhan
Syarat pemberian kompensasi atas pelampauan KDB
tidak melanggar ketentuan sempadan:
• Garis sempadan bangunan (GSB)
• Garis sempadan jalan (GSJ)
• Garis sempadan sungai (GSS)
• Garis sempadan lainnya
Contoh
Kondisi Bangunan
• Luas persil/tanah (LT) = 200 m2
• Ketentuan KDB dasar = 50% atau 100 m2
• Luas bangu nan (lantai dasar/LB) = 120 m2
• Luas perkerasan (teras, carport) = 40 m2
• Pelampauan KDB = Luas lantai dasar –
KDBdasar = 120 – 100= 20 m2
• Nilai berdasarkan NJOP = Rp
1.000.000/m2
• Harga bangunan = Rp 2.500.000/m2
• Harga pasaran tanah = Rp 1.000.000/m2
• Indeks kompensasi = 1,2
Asumsi:
• Lokasi di kawasan permukman
• Tidak terjadi pelanggaran terhadap fungsi
ruang
• Tidak terjadi pelanggaran sempadan
maupun pelanggaran ketentuan teknis lain
• Pendekatan nilai lahan berdasarkan NJOP
Perhitungan kompensasi
K = I x (P/KDBdasar x NL)
K = 1,2 x (20/0,5 x 1.000.000)
K = Rp48.000.000
Nilai lahan pada lantai dasar yang dilampaui
NB = P x NL
NB = 20 x 1.000.000
NB = Rp20.000.000
Persentase nilai kompensasi terhadap nilai
bangunan pada lantai dasar yang dilampaui
%NB = (K : NB) x 100%
= (48.000.000 : 20.000.000) x 100%
= 240 %
Nilai kompensasi yang telah dibayarkan kemudian
dicatat dalam buku inventarisasi insentif dan
disinsentif.
K = I x (P/KDB dasar x NL)
K = Nilai Kompensasi (Rp)
I = Indeks Kompensasi
P = Pelampauan luas lantai bangunan (m2)
KDB = Nilai KDB sesuai RTRW/RDTR
NL = Nilai lahan pada lokasi (~ NJOP Rp/m2)
Kerugian Lingkungan Hidup dihitung sebagai nilai moneter atau
valuasi ekonomi terhadap dampak pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan
Kerugian Lingkungan Hidup dihitung sebagai nilai moneter atau
valuasi ekonomi terhadap dampak pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan
Bentuk kerugian lingkungan hidup yang dapat dikenakan imbalan
• Potensi pelampauan baku mutu lingkungan hidup akibat tidak
terpenuhinya kewajiban pengolahan emisi atau limbah;
• Potensi kerugian untuk penggantian biaya pelaksanaan penyelesaian
sengketa lingkungan hidup
• Potensi kerugian untuk pengganti biaya penanggulangan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup
• Potensi kerugian ekosistem
Perhitungan biaya penanggulangan pencemaran dan/atau
kerusakan LH:
• Biaya penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
• Biaya pemulihan
Pencemaran dan/atau kerusakan LH juga menimbulkan kerugian
masyarakat dan menyangkut dimensi yang luas, terutama yang
menggantungkan hidup terhadap SDA.
Pembangunan
Ekonomi
Pengenaan disinsentif imbalan dapat dilakukan jika:
• Kegiatan berpotensi melampaui daya dukung dan daya
tampung
• Kegiatan belum mencapai kerusakan dan/atau pencemaran
Biaya kerugian masyarakat termasuk:
• Kerugian primer dari aset;
• Kerugian dari pendekatan surplus ekonomi;
• Biaya tambahan dan biaya pencegahan
Menimbulkan
Kerugian
Lingkungan
Hidup
Merugikan
Perorangan Organisasi LH
Pemerintah Kelompok
Masyarakat
KDH merupakan angka persentase perbandingan
antara luas seluruh ruang terbuka (tanpa
perkerasan) di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan
dengan luas persil/kavling
Penerapan ketentuan KDH dapat dilakukan
secara penilaian kolektif untuk satu kawasan
atau blok peruntukan
Contoh
• Kawasan A dengan luas 6.000 m2
• 4.200 m2 merupakan perumahan sejumlah
30 persil
• 1.800 m2 berupa fasos fasum (termasuk
400 m2 RTH)
• Ketentuan RTH Publik 20% dengan 10%
disediakan
• RTH privat 10% setiap persil
Kondisi
• Terdapat variasi pemanfaatan ruang
• RTH 400 m2 → 6,7% (belum memenuhi
10%)
• Hanya 9 persil yang memenuhi ketentuan
KDH
• Kebutuhan RTH publik : 10% x 6.000 m2 =
600 m2
• Kekurangan RTH publik : 600 m2 – 400 m2
= 200 m2
• Harga pasaran lahan di sekitar kawasan =
Rp1.000.000/,2
• Kebutuhan biaya penyediaan RTH publik =
Rp 200.000.000
Penentuan nilai kewajiban imbalan
ditentukan secara proporsional dari
kekurangan kewajiban KDH setiap persil
Besaran persentase KDH eksisting per persil
Besaran imba;an per persil
Selain membayar kewajiban imbalan,
pemilik persil juga perlu menaati ketentuan
pemenuhan KDH.
Kondisi penerapan pemberian insentif dan disinsentif (Pasal 74 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Pengawasan Penataan Ruang):
1. Menindaklanjuti pengendalian implikasi kewilayahan pada zona kendali atau zona yang didorong;
2. Menindaklanjuti implikasi kebijakan atau Rencana Strategis Nasional;
3. Menindaklanjuti penetapan penilaian permohonan keberatan terhadap hasil penilaian pelaksanaan KKPR;
4. Menindaklanjuti hasil kesepakatan sengketa penataan ruang; dan
5. Mendukung penerapan sanksi administratif terhadap penyelenggaraan pemanfaatan ruang.
Peta Penilaian
Perwujudan RTR
Pola Ruang
Struktur Ruang
Peta Analisis Penilaian Perwujudan RTR
Peta Konsentrasi
Pemanfaatan
Ruang
Peta Dominasi
Pemanfaatan
Ruang
Peta Implikasi
Kewilayahan
Peta Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Zona Kendali (ZK)
Zona Dorong (ZD)
Peta Kawasan
Tematik / Prioritas
Peta Insentif dan
Disinsentif
Pemberian insentif dan disinsentif:
❖ responsif dan sensitif terhadap dinamika pembangunan
❖ eliminasi kelemahan standar dan persyaratan teknis (→ KKPR)
❖ membutuhkan manajemen pengelolaan secara khusus → availability, supply and demand
❖ alternatif pembiayaan pembangunan, namun bukan sourceable
❖ terukur dan terhitung, mengurangi uncertainty, csr model
➢ Kebutuhan di daerah-daerah, termasuk pembinaan, pendampingan, dan percontohan
➢ Peluang awal: penerapan terhadap keberatan penilaian KKPR → pengabulan sebagian dengan disinsentif
➢ Manajemen tersendiri di unit Kementerian dan OPD → ke pekerjaan2 infrastruktur dan manajemen aset
➢ Perubahan peran: regulator → enabler
❑ Kebijakan tersendiri → pengaturan insentif dan disinsentif tidak berubah
❑ Perbaikan kebijakan makro (revisi UUCK) melalui revisi UUPR
Kebijakan Insentif dan Disinsentif → Kebijakan yang Paling Impresif dari “Kebijakan Baru” Penataan Ruang
→ ultimum remidium, new wave of development (public participation), equitable development
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot

Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangushfia
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangMusnanda Satar
 
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor  26 Tahun  2007 tentang Penataan RuangUndang-Undang Nomor  26 Tahun  2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan RuangOswar Mungkasa
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahanushfia
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D KabupatenTata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D KabupatenMusnanda Satar
 
Konsolidasi Tanah
Konsolidasi TanahKonsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanahushfia
 
Bab 4 pendekatan dan metodologi
Bab 4   pendekatan dan metodologiBab 4   pendekatan dan metodologi
Bab 4 pendekatan dan metodologidandi rustandi
 
Sosialisasi KKPR
Sosialisasi KKPRSosialisasi KKPR
Sosialisasi KKPREra Wibowo
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Deki Zulkarnain
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruangushfia
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenPenataan Ruang
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...infosanitasi
 
Substansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahSubstansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahAgus Dwi Wicaksono
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Vallen Hoven
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangPenataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPenataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 

What's hot (20)

Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor  26 Tahun  2007 tentang Penataan RuangUndang-Undang Nomor  26 Tahun  2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian PertanahanKonsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
Konsolidasi Tanah dan Pengendalian Pertanahan
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D KabupatenTata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
Tata Cara Penyusunan RPJP/M D Kabupaten
 
Konsolidasi Tanah
Konsolidasi TanahKonsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanah
 
Bab 4 pendekatan dan metodologi
Bab 4   pendekatan dan metodologiBab 4   pendekatan dan metodologi
Bab 4 pendekatan dan metodologi
 
Sosialisasi KKPR
Sosialisasi KKPRSosialisasi KKPR
Sosialisasi KKPR
 
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
Permen pu20 tahun2007 tt pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ...
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi BantenRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
 
Substansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayahSubstansi studio perencanaan wilayah
Substansi studio perencanaan wilayah
 
6. struktur internal kota1
6. struktur internal kota16. struktur internal kota1
6. struktur internal kota1
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 

Similar to Indis2.pdf

Bab iii rencana larap tol_rev
Bab iii rencana  larap tol_revBab iii rencana  larap tol_rev
Bab iii rencana larap tol_revKotjo Negoro
 
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan RuangPeran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan RuangNur Hilaliyah
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Leks&Co
 
Paparan wonosobo 24102013
Paparan wonosobo 24102013Paparan wonosobo 24102013
Paparan wonosobo 24102013Budi Pranoto
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptxghifari9
 
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi LahanPenataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahangophil
 
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_okBab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_okKotjo Negoro
 
415416515-PPT-Lapdul-PSU-Purwakarta-edit-pptx.pptx
415416515-PPT-Lapdul-PSU-Purwakarta-edit-pptx.pptx415416515-PPT-Lapdul-PSU-Purwakarta-edit-pptx.pptx
415416515-PPT-Lapdul-PSU-Purwakarta-edit-pptx.pptxptcig
 
_ Input Form Desk 3ed.docx
_ Input Form Desk 3ed.docx_ Input Form Desk 3ed.docx
_ Input Form Desk 3ed.docxAnjarResmala2
 
Bab v kelembagaan larap tol
Bab v kelembagaan larap tolBab v kelembagaan larap tol
Bab v kelembagaan larap tolKotjo Negoro
 
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdfssuser1681ec
 
Presentasi Panduan Umum Pelaksana KPBU
Presentasi Panduan Umum Pelaksana KPBUPresentasi Panduan Umum Pelaksana KPBU
Presentasi Panduan Umum Pelaksana KPBUH2O Management
 
Materi Akhir Hukum dan Administrasi Perencanaan.pptx
Materi Akhir Hukum dan Administrasi Perencanaan.pptxMateri Akhir Hukum dan Administrasi Perencanaan.pptx
Materi Akhir Hukum dan Administrasi Perencanaan.pptxMuhSyawal6
 
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...Ninil Jannah
 
Webinar sabtu 150820 perencanaan anggaran pemda
Webinar sabtu 150820   perencanaan anggaran pemdaWebinar sabtu 150820   perencanaan anggaran pemda
Webinar sabtu 150820 perencanaan anggaran pemdatemanna #LABEDDU
 
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptxPaparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptxAndiAkbar42
 
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfssusere9576e
 

Similar to Indis2.pdf (18)

Bab iii rencana larap tol_rev
Bab iii rencana  larap tol_revBab iii rencana  larap tol_rev
Bab iii rencana larap tol_rev
 
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan RuangPeran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
 
Paparan wonosobo 24102013
Paparan wonosobo 24102013Paparan wonosobo 24102013
Paparan wonosobo 24102013
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx
 
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi LahanPenataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
 
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_okBab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
 
415416515-PPT-Lapdul-PSU-Purwakarta-edit-pptx.pptx
415416515-PPT-Lapdul-PSU-Purwakarta-edit-pptx.pptx415416515-PPT-Lapdul-PSU-Purwakarta-edit-pptx.pptx
415416515-PPT-Lapdul-PSU-Purwakarta-edit-pptx.pptx
 
_ Input Form Desk 3ed.docx
_ Input Form Desk 3ed.docx_ Input Form Desk 3ed.docx
_ Input Form Desk 3ed.docx
 
BANK TANAH.pptx
BANK TANAH.pptxBANK TANAH.pptx
BANK TANAH.pptx
 
Bab v kelembagaan larap tol
Bab v kelembagaan larap tolBab v kelembagaan larap tol
Bab v kelembagaan larap tol
 
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
 
Presentasi Panduan Umum Pelaksana KPBU
Presentasi Panduan Umum Pelaksana KPBUPresentasi Panduan Umum Pelaksana KPBU
Presentasi Panduan Umum Pelaksana KPBU
 
Materi Akhir Hukum dan Administrasi Perencanaan.pptx
Materi Akhir Hukum dan Administrasi Perencanaan.pptxMateri Akhir Hukum dan Administrasi Perencanaan.pptx
Materi Akhir Hukum dan Administrasi Perencanaan.pptx
 
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
Pelatakan Prinsip FPIC (Padiatapa) dalam Kerangka Konservasi (NKT dan SKT) di...
 
Webinar sabtu 150820 perencanaan anggaran pemda
Webinar sabtu 150820   perencanaan anggaran pemdaWebinar sabtu 150820   perencanaan anggaran pemda
Webinar sabtu 150820 perencanaan anggaran pemda
 
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptxPaparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
Paparan Sesditjen ASPI Univ Bosowa Makassar 17 Februari 2023.pptx
 
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdfPENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG_.pdf
 

Indis2.pdf

  • 2. InDis sebagai instrumen Pemanfaatan Ruang ▪ Memberikan rangsangan dan pembatasan pembangunan ▪ Distorsi kebijakan DAU/DAK InDis sebagai instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang ▪ Pemanfaatan tanah → kasiba, tdr, pbb ▪ Pelayanan umum → Amdal, user charge, CSR,PBB,IPR, subsidi ▪ Penyediaan infra- struktur → fasos, fasum, skema kredit InDis sebagai instrumen Pengendalian Pemanfaatan Ruang ▪ Instrumen ZK/ZD ▪ Implikasi Renstranas ▪ Pelengkap penilaian KKPR ▪ Pelengkap putusan sengketa tata ruang ▪ Alternatif sanksi pemulihan fungsi UUPR 1992 UUPR 2007 UUCK a. Insentif dan disinsentif tidak boleh mengurangi hak yang dimiliki masyarakat; b. Insentif dan disinsentif tidak memberikan dampak negatif terhadap pembangunan dan kepentingan publik c. Insentif dan disinsentif mempertimbangkan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang; d. Secara umum insentif dan disinsentif diaplikasikan untuk memastikan bahwa RTR diimplementasikan dengan sebagaimana mestinya, dan pemanfaatan lahan sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan; e. Secara khusus insentif dan disinsentif diaplikasikan agar manajemen pembangunan menjadi responsif terhadap perubahan yang berlangsung dalam pembangunan Prinsip Dasar Kebutuhan InsDis sebagai Pengendalian Pemanfaatan Ruang 1. Mengendalikan kegiatan pemanfaatan ruang, 2. Mewujudkan keadilan, mengurangi konflik, dan dampak negatif, 3. Menjamin berlangsungnya pembangunan kota/wilayah yang efisien dan efektif, 4. Menyelenggarakan peran masyarakat dalam penataan ruang. Batasan Disinsentif dan Sanksi Persamaan Disinsentif dan Sanksi Hukum Penataan Ruang Ketidaksesuaian (non conforming use) Disinsentif Sanksi Administratif Sanksi Pidana Ketidaksesuaian yang dapat ditoleransi Ketidaksesuaian yang menyebabkan perubahan fungsi ruang dan tidak dapat ditoleransi Ketidaksesuaian yang menyebabkan perubahan fungsi ruang dan tidak dapat ditoleransi serta menimbulkan kerugian, kerusakan, atau kematian Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian Pengawasan Pembinaan Kelembagaan Penyelenggaraan Penataan Ruang Penilaian pelaksanan KKPR dan pernyataan mandiri pelaku UMK Penilaian perwujudan RTR Pemberian insentif dan disinsentif Pengenaan sanksi Penyelesaian sengketa penataan ruang
  • 3. Pengaturan Indis diatur dalam bentuk: bertujuan untuk: meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan Rencana Tata Ruang meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang yang sejalan dengan Rencana Tata Ruang dilaksanakan untuk • Menindaklanjuti pengendalian implikasi kewilayahan paada zona kendali atau zona yang didorong • Menindaklanjuti implikasi kebijakan atau rencana strategis nasional • Menindaklanjuti hasil kesepakatan sengketa penataan ruang • Mendukung penerapan sanksi administrasi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang diberikan kepada Pelaku Kegiatan Pemanfaatan Ruang bertujuan untuk Mendukung Perwujudan RTR 1 Pemerintah Pusat Pemda Pemda lainnya Masyarakat INSENTIF NONFISKAL DISINSENTIF NONFISKAL Insentif Nonfiskal (selanjutnya disebut insentif) adalah perangkat pengendalian pemanfaatan tuang untuk memotivasi, mendorong, memberikan daya tarik dan/atau memberikan percepatan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR, yang tidak berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan negara. Disinsentif Nonfiskal (selanjutnya disebut disinsentif) adalah perangkat pengendalian pemanfaatan ruang untuk mencegah dan/atau memberikan batasan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR namun berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, yang tidak berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan negara. 1. Pemberian kompensasi 2. Subsidi 3. Imbalan 4. Sewa Ruang 5. Urun Saham 6. Fasilitasi PKKPR 7. Penyediaan sarana & prasarana 8. Penghargaan 9. Publikasi atau promosi Bentuk 1.kewajiban memberi kompensasi/imbalan 2.pembatasan penyediaan prasarana & sarana 3.pemberian status tertentu Kewenangan Pemberian Pengaturan Insentif dan Disinsentif dalam PP No. 21 Tahun 2021: Membagi: Arahan – Ketentuan – Pemberian Insentif dan Disinsentif Permen ATR/BPN No. 21 Tahun 2021 mengatur aspek “Pemberian”
  • 4. Pemberian Kompensasi Subsidi Imbalan Sewa Ruang Urun Saham Kriteria Lokasi: a. kawasan yang masih dapat dioptimalkan intensitas pemanfaatan ruangnya; b. kawasan yang mempunyai integrasi antarmoda transportasi; c. kawasan yang dilindungi atau dilestarikan; dan/atau d. kawasan yang mempunyai daya dukung dan daya tampung mencukupi. Fasilitasi PKKPR Penyediaan Prasarana dan Sarana Kriteria Jenis Kegiatan: a. kegiatan yang berkontribusi dalam penyediaan fasilitas publik; b. kegiatan yang berkontribusi pada program prioritas Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah; c. kegiatan pelestarian kawasan dan/atau bangunan bersejarah; dan/atau d. kegiatan yang berkontribusi pada penyediaan ruang terbuka hijau publik. Pemberian Penghargaan Publikasi atau Promosi Kewajiban Memberi Kompensasi atau Imbalan Subsidi Imbalan Kriteria Lokasi: a. kawasan yang berpotensi melampaui ketentuan dalam peraturan zonasi dan/atau KKPR; b. kawasan yang berpotensi menimbulkan kerusakan dan/atau degradasi lingkungan serta eksternalitas negatif lainnya dari kegiatan pemanfaatan ruang terhadap kawasan di sekitarnya; dan/atau c. kawasan yang menerima jasa lingkungan hidup. Kriteria Jenis Kegiatan: a. dapat berpotensi menimbulkan kerusakan; b. dapat berpotensi menimbulkan degradasi lingkungan; dan/atau c. dapat berpotensi menimbulkan eksternalitas negatif lainnya dari kegiatan Pemanfaatan Ruang terhadap kawasan di sekitarnya. Insentif Disinsentif
  • 5. pengajuan insentif dapat dilakukan oleh : Insentif Dengan Pengajuan Permohonan Insentif Tanpa Pengajuan Permohonan a. pemberian kompensasi; b. subsidi; c. imbalan; d. sewa ruang; e. urun saham; f. fasilitasi Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang; g. penyediaan prasarana dan sarana; h. publikasi atau promosi. Insentif Nonfiskal lainnya berupa perkembangan teknologi atau kearifan lokal sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing atau Masyarakat Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Lainnya Insentif yang diberikan tanpa pengajuan permohonan merupakan insentif yang diinisiasi oleh instansi yang membidangi penataan ruang, instansi pemberi Insentif, dan/atau Forum Penataan Ruang. Disinsentif Dengan Pengajuan Permohonan berupa berupa: penghargaan dapat diajukan oleh: Masyarakat Disinsentif Tanpa Pengajuan Permohonan merupakan: Disinsentif yang diinisiasi oleh instansi yang membidangi penataan ruang, instansi pemberi disinsentif, dan/atau Forum Penataan Ruang merupakan:
  • 6. Masyarakat mengajukan permohonan untuk mendapatkan insentif Menteri ATR melalui Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang Dilakukan penilaian kelayakan penerimaan insentif oleh Menteri dan Menteri/Kepala lembaga pemberi insentif diajukan ke Dapat melibatkan ahli/ akademisi dan instansi terkait lainnya Jenis Insentif Insentif dapat berupa: a. Pemberian kompensasi; b. Subsidi; c. Imbalan; d. Sewa Ruang; e. Urun Saham; f. Penyediaan sarana dan prasarana; g. Penghargaan; dan/atau h. Publikasi atau promosi Insentif lainnya sesuai dengan perkembangan teknologi atau kearifan lokal Layak menerima insentif Tidak layak menerima insentif Menteri/ Kepala Lembaga Pemberi Insentif Menerbitkan SK Pemberian Insentif Menteri ATR melalui Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang Menyampaikan Pemberitahuan Penolakan Permohonan Insentif Dapat Bermohon Lagi Setelah Memenuhi Ketentuan • pemenuhan kriteria, bentuk, dan mekanisme Insentif yang akan diberikan; • ketersediaan kajian teknis; • kesesuaian lokasi dengan RTR; dan • kepemilikan hak atas tanah mempertimbangkan
  • 7. Masyarakat mengajukan permohonan untuk mendapatkan disinsentif Gubernur atau Bupati/ Wali Kota ditembuskan kepada Perangkat Daerah yang membidangi Penataan Ruang Dilakukan penilaian kelayakan penerimaan disinsentif oleh Perangkat Daerah yang membidangi Penataan Ruang dan instansi pemberi disinsentif diajukan ke Dapat melibatkan ahli/ akademisi dan instansi terkait lainnya Layak menerima disinsentif Tidak layak menerima disinsentif Gubernur atau Bupati/ Wali Kota menerbitkan SK Pemberian Disinsentif Gubernur atau Bupati/ Wali Kota melalui Perangkat Daerah yang membidangi Penataan Ruang menyampaikan pemberitahuan penolakn permohonan disinsentif Dapat Bermohon Lagi Setelah Memenuhi Ketentuan Pertimbangan Forum Penataan Ruang Jenis Disinsentif Disnsentif berupa: a.Kewajiban memberi kompensasi atau imbalan; b.Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana; dan/ atau c.Pemberian status tertentu Disinsentif lainnya berupa perkembangan teknologi atau kearifan lokal • pemenuhan kriteria, bentuk, dan mekanisme Insentif yang akan diberikan; • ketersediaan kajian teknis; • kesesuaian lokasi dengan RTR; dan • kepemilikan hak atas tanah mempertimbangkan
  • 8. Pengajuan Masyarakat ke Pemerintah Pusat Pengajuan Pemerintah Daerah ke Pemerintah Daerah Lainnya
  • 9.
  • 10. 1. Pencatatan nomor menurut urutan pembukuan inventarisasi insentif dan disinsentif ke dalam buku inventarisasi insentif dan disinsentif, sesuai dengan bukti pengajuan atau pemberian insentif dan disinsentif; 2. Pencatatan sesuai dengan tanggal pencatatan insentif dan disinsentif ke dalam buku inventarisasi pemberian insentif dan disinsentif; 3. Pencatatan kode sesuai dengan nomenkelatur di daerah masing-masing; 4. Pencatatan nama orang atau lembaga atau instansi yang akan memberi insentif dan disinsentif; 5. Pencatatan nama orang atau lembaga atau instansi yang akan menerima insentif dan disinsentif; 6. Pencatatan jenis dan bentuk insentif dan disinsentif yang diberikan. Informasi terkait jenis dan bentuk insentif dan disinsentif disesuaikan dengan klasifikasinya; 7. Pencatatan tahun mulai berlaku dan tahun berakhir insentif dan disinsentif yang akan diberikan; 8. Pencatatan sumber pembiayaan yang akan digunakan dalam pemberian insentif. Pembiayaan pada umumnya berasal dari disinsentif, dan dapat berasal dari APBN, APBD, dan swasta; 9. Pencatatan daftar dokumen yang disyaratkan untuk mendapat insentif dan disinsentif (secara lengkap); dan 10.Pencatatan nomor dan tanggal berita acara pemberian insentif dan disinsentif.
  • 11.
  • 12.
  • 13.
  • 14. Disinsentif diberikan pada ketidaksesuaian pemanfaatan ruang yang masih pada batas dapat ditoleransi dan belum memenuhi unsur pelanggaran secara hukum. Hal yang dapat ditoleransi • Kegiatan yang diizinkan secara terbatas (T), dan bersyarat (B) dalam KUPZ atau PZ • Pelampauan garis sempadan dengan menerapkan rekayasa teknis dan pembatasan tertentu • Perubahan intensitas tanpa menimbulkan eksternalitas negatif dan tidak melampaui DDDT • Kegiatan tersebar namun tidak mengubah fungsi ruang dan dengan beberapa modifikasi dan masih dalam dominasi fungsi utama peruntukan Hal yang tidak dapat ditoleransi • Kegiatan dilarang (X) dalam PZ dan KUPZ • Perubahan kegiatan pemanfaatan ruang → perubahan fungsi • Pelanggaran terhadap garis sempadan • Pelanggaran terhadap ketentuan teknis dalam RDTR dan atau standar teknis Ketidaksesuaian pemanfaatan ruang (non-conforming situation) adalah kondisi pemanfaatan ruang yang kurang bersesuaian dengan fungsi peruntukan namun masih dapat ditoleransi dengan persyaratan dan pembatasan (conditional use). Prinsip Perimbangan Anggaran Kebijakan “indis nonfiskal” → penuangan dalam “Buku Inventarisasi Insentif dan Disinsentif → menuntut “prinsip perimbangan anggaran” o Kebutuhan insentif berdasarkan potensi sumber daya, kapasitas kelembagaan, skala kepentingan, manfaat, dan keberhasilgunaan o Kebutuhan disinsentif sesuai dengan kebijakan dan kondisi masing- masing daerah o Tidak membuat “kurang” atau “lebih” anggaran setiap tahunnya o Membutuhkan pengaturan “manajemen supply (disinsentif) dan demand (insentif)” secara cermat Prinsip Risk Management Besaran disinsentif merupakan “faktor resiko” yang sudah diperhitungkan pengguna ruang (developer) → sudah diperhitungkan sebagai “project-cost” Toleransi Pelanggaran Intensitas Pemanfaatan Ruang KLB KDB KTB KDH Garis Sempadan Sempadan bangunan, jalan, pantai sungai, danau, waduk, tebing, jurang, hingga objek strategis tertentu
  • 15. Kriteria lokasi Kriteria jenis kegiatan Pemanfaatan Ruang a. kawasan yang kurang berkembang akibat keterbatasan prasarana dan sarana; b. kawasan yang baru dikembangkan; dan/atau c. kawasan yang menjadi prioritas pembangunan nasional atau daerah. a. Memiliki keterbatasan prasarana dan sarana pendukung; b. Memiliki peluang berkembang dan mampu memberikan dampak positif; dan/atau c. Sesuai dengan prioritas pembangunan; Bentuk pemberian insentif disinsentif a. uang atau denda administratif; b. penyediaan fasilitas publik lengkap dengan penyampaian desain dan kajian teknis yang menjelaskan adanya upaya pengurangan dampak negatif Pemanfaatan Ruang; dan/atau c. bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang Aspek pertimbangan bentuk, besaran, dan mekanisme pemberian kompensasi dan imbalan a. Jenis dampak b. Kebutuhan penerima kompensasi/imbalan c. Jenis kegiatan pemanfaatan ruang d. Potensi perubahan lahan pada kawasan sekitar akibat pemanfaatan ruang e. Kondisi sosek masyarakat yang berpotensi terkena dampak f. Kerawanan kawasan terhadap bencana g. Luasan kawasan yang berpotensi terkena dampak h. Jangka waktu terjadinya dampak i. Tingkat kesulitan penanganan dmapak j. Ketersediaan kajian teknis terkait potensi dampak yang timbul Kompensasi dan imbalan merupakan bentuk disinsentif berupa ganti rugi atas:: • Dampak negatif pemanfaatan ruang • Pelampauan ketentuan PZ atau KKPR Tujuan : • Antisipasi kerusakan, degradasi lingkungan, dampak negatif pemanfaatan ruang • Mencegah kerugian akibat pemanfaatan ruang Pemberian kompensasi dan imbalan dilakukan dengan memperhatikan: a. Persyaratan b. Kondisi penerapan c. Metode perhitungan Kompensasi → metode disinsentif yang populer digunakan dalam berbagai kebijakan
  • 16. Besaran kompensasi diterapkan pada: • Pelampauan intensitas pemanfaatan ruang • Dampak lalu lintas pembangunan kawasan • Pelampauan ketentuan teknis kawasan industri Perhitungan kompensasi dapat dibantu menggunakan indeks kompensasi (IK): merupakan faktor pengimbang nilai lahan yang mengacu pada lokasi, guna lahan, dan fungsi lahan. Dalam situasi dimana lokasi bidang merupakan daerah yang mendapat insentif IK < 1 IK > 1 Dalam situasi dimana lokasi bidang merupakan daerah yang mendapat disinsentif, Indeks Kompensasi Pelampauan KLB Tipologi Kawasan Nilai Indeks Kompensasi Insentif Disinsentif Insentif * Disinsentif* Zona Komersil Pusat/ Sub Pusat Kota 0,7 1,4 0,7 – 0,9 1,4 – 1,6 Zona Komersil 0,6 1,2 0,6 – 0,8 1,2 – 1,4 Zona Perumahan 0,5 1,0 0,5 – 0,7 1,0 – 1,2 Zona Industri/KPI 0,8 1,6 0,8 – 1,0 1,6 – 1,8 Zona Perkantoran 0,7 1,4 0,8 1,6 – 1,8 Indeks Kompensasi Pelampauan KDB Tipologi Kawasan Nilai Indeks Kompensasi Insentif Disinsentif Insentif * Disinsentif* Zona Komersil Pusat/ Sub Pusat Kota 0,8 1,6 0,8 – 1,0 1,6 – 1,8 Zona Komersil 0,7 1,4 0,7 – 0,9 1,4 – 1,6 Zona Perumahan 0,6 1,2 0,6 – 0,8 1,2 – 1,4 Zona Industri/KPI 0,9 1,8 0,9 – 1,1 1.8 – 2,0 Penentuan Angka Indeks Kompensasi (IK) Kawasan dengan kondisi khusus: kawasan rawan bencana, kawasan cagar budaya, kawasan dekat dengan obyek strategis nasional, dan lainnya yang memeperlukan pengendalian khusus * Pada Zona Khusus dan/atau Zona Kendali K = I x (P/KLB dasar x NL) K = Nilai Kompensasi (Rp) I = Indeks Kompensasi P = Pelampauan luas lantai bangunan (m2) KLB = Nilai KLB sesuai RTRW/RDTR NL = Nilai lahan pada lokasi (~ NJOP Rp/m2)
  • 17. Kompensasi dikenakan atas bangunan yang melampaui KLB maksimum hingga batas toleransi. Contoh Kondisi Bangunan • Luas persil = 2.500 m2 • Rasio hijau/area resapan = 20% = 500 m2 • KLB dasar = 3,0 • Luas lantai dasar (KDB) = 2.000 m2 • Luas seluruh lantai = 10.000 m2 • Nilai tanah berdasarkan NJOP = Rp 1.000.000/m2 • Harga pasaran tanah = Rp 1.500.000/m2 • Harga bangunan = Rp 2.500.000/m2 • Indeks kompensasi = 1,2 Asumsi: • Pelampauan KLB tidak melampaui ketentuan lainnya • Lokasi di kawasan permukiman • Perubahan kegiatan menjadi rumah susun Perhitungan kompensasi K = I x (P/KLBdasar x NL) K = 1,2 x (4.000/3,0 x 1.000.000) K = Rp 1.600.000.000 Pengujian nilai kompensasi: Nilai lahan pada lantai yang dilampaui NB = P x NL NB = Nilai bangunan pada lantai yang dilampaui %NB = Persentase nilai bangunan yang dilampaui P = Pelampauan luas lantai bangunan (m2) NL = Nilai lahan pada lokasi (~ NJOP Rp/m2) K = Nilai kompensasi (Rp) NB = 4.000 x 1.000.000 NB = Rp4.000.000.000 Persentase nilai kompensasi terhadap nilai bangunan pada lantai yang dilampaui %NB = (K : NB) x 100% = (1.600.000.000 : 4.000.000.000)x100% = 40 % → releable Nilai kompensasi yang telah dibayarkan kemudian dicatat dalam buku inventarisasi insentif dan disinsentif.
  • 18. Kompensasi dikenakan atas bangunan yang melampaui KDB maksimum hingga batas toleransi. Pelampauan KDB dihitung berdasarkan pelampauan luas lantai dasar berdasarkan batas-batas pondasi bangunan dan tidak termasuk luas lantai di atasnya atau luas lantai secara keseluruhan Syarat pemberian kompensasi atas pelampauan KDB tidak melanggar ketentuan sempadan: • Garis sempadan bangunan (GSB) • Garis sempadan jalan (GSJ) • Garis sempadan sungai (GSS) • Garis sempadan lainnya Contoh Kondisi Bangunan • Luas persil/tanah (LT) = 200 m2 • Ketentuan KDB dasar = 50% atau 100 m2 • Luas bangu nan (lantai dasar/LB) = 120 m2 • Luas perkerasan (teras, carport) = 40 m2 • Pelampauan KDB = Luas lantai dasar – KDBdasar = 120 – 100= 20 m2 • Nilai berdasarkan NJOP = Rp 1.000.000/m2 • Harga bangunan = Rp 2.500.000/m2 • Harga pasaran tanah = Rp 1.000.000/m2 • Indeks kompensasi = 1,2 Asumsi: • Lokasi di kawasan permukman • Tidak terjadi pelanggaran terhadap fungsi ruang • Tidak terjadi pelanggaran sempadan maupun pelanggaran ketentuan teknis lain • Pendekatan nilai lahan berdasarkan NJOP Perhitungan kompensasi K = I x (P/KDBdasar x NL) K = 1,2 x (20/0,5 x 1.000.000) K = Rp48.000.000 Nilai lahan pada lantai dasar yang dilampaui NB = P x NL NB = 20 x 1.000.000 NB = Rp20.000.000 Persentase nilai kompensasi terhadap nilai bangunan pada lantai dasar yang dilampaui %NB = (K : NB) x 100% = (48.000.000 : 20.000.000) x 100% = 240 % Nilai kompensasi yang telah dibayarkan kemudian dicatat dalam buku inventarisasi insentif dan disinsentif. K = I x (P/KDB dasar x NL) K = Nilai Kompensasi (Rp) I = Indeks Kompensasi P = Pelampauan luas lantai bangunan (m2) KDB = Nilai KDB sesuai RTRW/RDTR NL = Nilai lahan pada lokasi (~ NJOP Rp/m2)
  • 19. Kerugian Lingkungan Hidup dihitung sebagai nilai moneter atau valuasi ekonomi terhadap dampak pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan Kerugian Lingkungan Hidup dihitung sebagai nilai moneter atau valuasi ekonomi terhadap dampak pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan Bentuk kerugian lingkungan hidup yang dapat dikenakan imbalan • Potensi pelampauan baku mutu lingkungan hidup akibat tidak terpenuhinya kewajiban pengolahan emisi atau limbah; • Potensi kerugian untuk penggantian biaya pelaksanaan penyelesaian sengketa lingkungan hidup • Potensi kerugian untuk pengganti biaya penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup • Potensi kerugian ekosistem Perhitungan biaya penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan LH: • Biaya penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan • Biaya pemulihan Pencemaran dan/atau kerusakan LH juga menimbulkan kerugian masyarakat dan menyangkut dimensi yang luas, terutama yang menggantungkan hidup terhadap SDA. Pembangunan Ekonomi Pengenaan disinsentif imbalan dapat dilakukan jika: • Kegiatan berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung • Kegiatan belum mencapai kerusakan dan/atau pencemaran Biaya kerugian masyarakat termasuk: • Kerugian primer dari aset; • Kerugian dari pendekatan surplus ekonomi; • Biaya tambahan dan biaya pencegahan Menimbulkan Kerugian Lingkungan Hidup Merugikan Perorangan Organisasi LH Pemerintah Kelompok Masyarakat
  • 20. KDH merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka (tanpa perkerasan) di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dengan luas persil/kavling Penerapan ketentuan KDH dapat dilakukan secara penilaian kolektif untuk satu kawasan atau blok peruntukan Contoh • Kawasan A dengan luas 6.000 m2 • 4.200 m2 merupakan perumahan sejumlah 30 persil • 1.800 m2 berupa fasos fasum (termasuk 400 m2 RTH) • Ketentuan RTH Publik 20% dengan 10% disediakan • RTH privat 10% setiap persil Kondisi • Terdapat variasi pemanfaatan ruang • RTH 400 m2 → 6,7% (belum memenuhi 10%) • Hanya 9 persil yang memenuhi ketentuan KDH • Kebutuhan RTH publik : 10% x 6.000 m2 = 600 m2 • Kekurangan RTH publik : 600 m2 – 400 m2 = 200 m2 • Harga pasaran lahan di sekitar kawasan = Rp1.000.000/,2 • Kebutuhan biaya penyediaan RTH publik = Rp 200.000.000 Penentuan nilai kewajiban imbalan ditentukan secara proporsional dari kekurangan kewajiban KDH setiap persil Besaran persentase KDH eksisting per persil Besaran imba;an per persil Selain membayar kewajiban imbalan, pemilik persil juga perlu menaati ketentuan pemenuhan KDH.
  • 21. Kondisi penerapan pemberian insentif dan disinsentif (Pasal 74 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pengawasan Penataan Ruang): 1. Menindaklanjuti pengendalian implikasi kewilayahan pada zona kendali atau zona yang didorong; 2. Menindaklanjuti implikasi kebijakan atau Rencana Strategis Nasional; 3. Menindaklanjuti penetapan penilaian permohonan keberatan terhadap hasil penilaian pelaksanaan KKPR; 4. Menindaklanjuti hasil kesepakatan sengketa penataan ruang; dan 5. Mendukung penerapan sanksi administratif terhadap penyelenggaraan pemanfaatan ruang. Peta Penilaian Perwujudan RTR Pola Ruang Struktur Ruang Peta Analisis Penilaian Perwujudan RTR Peta Konsentrasi Pemanfaatan Ruang Peta Dominasi Pemanfaatan Ruang Peta Implikasi Kewilayahan Peta Pengendalian Pemanfaatan Ruang Zona Kendali (ZK) Zona Dorong (ZD) Peta Kawasan Tematik / Prioritas Peta Insentif dan Disinsentif
  • 22.
  • 23.
  • 24. Pemberian insentif dan disinsentif: ❖ responsif dan sensitif terhadap dinamika pembangunan ❖ eliminasi kelemahan standar dan persyaratan teknis (→ KKPR) ❖ membutuhkan manajemen pengelolaan secara khusus → availability, supply and demand ❖ alternatif pembiayaan pembangunan, namun bukan sourceable ❖ terukur dan terhitung, mengurangi uncertainty, csr model ➢ Kebutuhan di daerah-daerah, termasuk pembinaan, pendampingan, dan percontohan ➢ Peluang awal: penerapan terhadap keberatan penilaian KKPR → pengabulan sebagian dengan disinsentif ➢ Manajemen tersendiri di unit Kementerian dan OPD → ke pekerjaan2 infrastruktur dan manajemen aset ➢ Perubahan peran: regulator → enabler ❑ Kebijakan tersendiri → pengaturan insentif dan disinsentif tidak berubah ❑ Perbaikan kebijakan makro (revisi UUCK) melalui revisi UUPR Kebijakan Insentif dan Disinsentif → Kebijakan yang Paling Impresif dari “Kebijakan Baru” Penataan Ruang → ultimum remidium, new wave of development (public participation), equitable development