Dokumen tersebut membahas tentang peraturan terkait penataan ruang di Indonesia sebelum dan sesudah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UUCK). UUCK memperkenalkan penyederhanaan hierarki rencana tata ruang dan integrasi tata ruang darat dan laut dalam satu produk rencana tata ruang.
1. PEMBEKALAN UUCK TERKAIT BIDANG PENATAAN RUANG
DAN PERATURAN TURUNANNYA
Oleh:
Farid Hidayat, S.T., M.T.
Sekretaris Direktorat Jenderal Tata Ruang, Kementerian ATR/BPN
2. Tujuan Penataan Ruang
Mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan sumber daya manusia.
Mewujudkan pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Ruang menampung semua
aktivitas manusia, dari bekerja,
tempat tinggal, rekreasi
hingga peristirahatan terakhir
(Tempat Pemakaman Umum)
Hewan dan tumbuhan
juga memerlukan ruang
Aktivitas Manusia
Tidak Terbatas
Ruang Bukan Hanya
Untuk Manusia
Pengaturan Penataan Ruang merupakan langkah strategis pemerintah
dalam mengatasi permasalahan dalam pemanfaatan ruang
Mengatur Aktivitas
di Sekitar Daerah Rawan
Bencana
Dengan RTR, manusia
dapat mengantisipasi
pembangunan dan
aktivitas di sekitar
daerah rawan bencana
Mengatur Pemanfaatan
Ruang di Kawasan
Pertambangan
Dengan RTR,
pembagian kegiatan
diatur secara spasial
seperti kehutanan
Mengatur Pemanfaatan
Ruang di Kawasan Hutan
Mengatur
Pemanfaatan Ruang
di Kawasan Pertanian
Dengan RTR,
pembagian kegiatan
diatur secara spasial,
seperti pertanian
Dengan RTR,
pembagian kegiatan
diatur secara spasial,
seperti pertambangan
Pengaturan Penataan Ruang
2
3. 33
Pengaturan Penataan Ruang
Pengaturan Penataan Ruang merupakan langkah strategis pemerintah
dalam mengatasi permasalahan dalam pemanfaatan ruang
Th 1980 Th 1990 Th 2000 Th 2010 Th 2020 Keterangan
Penduduk Dunia 4,433 5,280 6,114 6,922 7,753 Milyar Jiwa
PDB Dunia 11,300.00 22,760.00 33,650.00 66,160.00 84,710.00 Milyar USD
Penduduk 147.5 181.4 211.5 241.8 273.5 Juta Jiwa
PDB 72.48 106.1 165.0 755.1 1,058.0 Milyar USD
Listrik /Kapita 0.74 1.09 MWh/jiwa
Pengaturan Penataan Ruang
3
4. Pasal 13: Penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha
meliputi
1) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR);
2) Persetujuan Lingkungan; dan
3) Persetujuan Bangunan Gedung.
Pasal 14: KKPR diberikan sebagai kesesuaian rencana lokasi
kegiatan dan/atau usaha dengan RDTR, dengan
ketentuan:
Asas UU CK No. 11/2020
Dengan tujuan antara lain untuk
peningkatan ekosistem investasi dan
kegiatan berusaha Pemerintah Daerah yang belum menyusun
dan menyediakan RDTR, maka KKPR
diberikan melalui persetujuan dengan asas
berjenjang dan komplementer berdasarkan:
Pemerintah
Daerah yang
sudah menyusun
dan menyediakan
RDTR
maka KKPR
diberikan melalui
konfirmasi
• RTRW Nasional
• RTRW Provinsi
• RTRW
Kabupaten/Kota
• RTR KSN
• RZ KSNT
• RZ KAW
• RTR
Pulau/Kepulauan
Pasal 2: UU CK diselenggarakan berdasarkan asas:
1) Pemerataan hak;
2) Kepastian hukum;
3) Kemudahan berusaha;
4) Kebersamaan, dan
5) Kemandirian.
Pasal 6: Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan
berusaha meliputi:
a. Penerapan perijinan berbasis risiko;
b. Penyederhanaan persyaratan dasar
Perizinan Berusaha;
c. Penyederhanaan Perizinan Berusaha
sektor; dan
d. Penyederhanaan persyaratan investasi.
Pasal 15:
4
Penyelenggaraan Penataan Ruang Sebagai Amanah UUCK
5. Produk Rencana Tata Ruang (RTR)
hanya dimiliki dan disimpan
oleh Pemerintah dalam bentuk
fisik (hard copy), sehingga tata
ruang terkesan ‘menghambat’
investasi.
Proses penerbitan izin
berusaha menjadi rumit
dan tidak transparan.
Masyarakat dan investor yang
ingin mengakses informasi RTR
harus datang langsung ke kantor
pemerintah dan menempuh
proses administrasi yang lama
dan rumit.
Banyaknya kasus
tumpang tindih
pemanfaatan ruang.
Produk RTR telah dipublikasi
oleh Pemerintah melalui berbagai
platform.
Masyarakat dan pihak terkait
dapat memanfaatkan informasi
RTR secara online.
Platform produk RTR juga terkoneksi dengan
portal pelayanan perizinan, sehingga proses
perizinan berusaha dan non-usaha menjadi lebih
cepat dan transparan.
Perizinan berusaha yang telah
diterbitkan menjadi pertimbangan
dalam peningkatan kualitas RTR
SEBELUM UU NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
SESUDAH UU NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
5
7. Outline
PP No. 15
Tahun
2010
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II PENGATURAN TATA RUANG
1
BAB III PEMBINAAN PENATAAN RUANG
I. Umum
II. Bentuk dan Tata Cara Pembinaan Penataan Ruang
BAB IV PELAKSANAAN PERENCANAAN TATA RUANG
I. Umum
II. Penyusunan dan Penetapan Rencana Umum Tata Ruang
III. Penyusunan dan Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang
IV. Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
V. Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan
VI. Kriteria dan Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
BAB V PELAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG
I. Umum
II. Pemanfaatan Ruang Wilayah
III. Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis
IV. Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan
V. Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan
BAB VI PELAKSANAAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
I. Umum
II. Pengaturan Zonasi
III. Perizinan
IV. Pemberian Insentif dan Disinsentif
V. Sanksi Administratif
2
3
4
5
6
BAB VII PENGAWASAN PENATAAN RUANG
7
BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN
8
BAB IX KETENTUAN PENUTUP
9
I. Umum
II. Bentuk dan Tata Cara Pengawasan
III. Perizinan
IV. Pemberian Insentif dan Disinsentif
V. Sanksi Administratif
Outline
PP No. 21
Tahun
2021
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II PERENCANAAN TATA RUANG
I. Umum
II. Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang
III. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
IV. Penetapan Rencana Umum Tata Ruang
V. Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang
VI. Peninjauan Kembali dan Revisi Rencana Tata Ruang
1
BAB III PEMANFAATAN RUANG
I. Umum
II. Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
III. Pelaksanaan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang
BAB IV PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
I. Umum
II. Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
III. Pemberian Insentif dan Disinsentif
IV. Pengenaan Sanksi
V. Penyelesaian Sengketa Pemanfaatan Ruang
BAB V PENGAWASAN PENATAAN RUANG
I. Umum
II. Lingkup Pengawasan Penataan Ruang
III. Tata Cara Pengawasan Khusus Penataan Ruang
BAB VI PEMBINAAN PENATAAN RUANG
I. Umum
II. Bentuk dan Tata Cara Pembinaan Penataan Ruang
III. Pengembangan Profesi Perencana Tata Ruang
2
3
4
5
6
BAB VII KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG
7
BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN
8
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
BAB X KETENTUAN PENUTUP
9
10
Perbandingan Outline PP No. 15/2010 dengan PP No. 21/2021
7
8. 1 2 3 4 5 6
tentang Tata Cara
Penyusunan,
Peninjauan Kembali,
Revisi, dan Penerbitan
Persetujuan Substansi
RTRW Provinsi,
Kabupaten, Kota, dan
RDTR
tentang Pedoman
Penyusunan Basis
Data dan Penyajian
Peta RTRW
Provinsi,
Kabupaten, dan
Kota, serta Peta
RDTR
Kabupaten/Kota
tentang Pelaksanaan
Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang
(KKPR) dan
Sinkronisasi Program
Pemanfaatan Ruang
(SPPR)
Tentang
Prosedur dan
Tata Cara
Pemberian
Lisensi Tenaga
Profesional
Perencana Tata
Ruang
Sudah ditetapkan
Permen ATR/KBPN
No.11 Tahun 2021
Sudah ditetapkan
Permen ATR/KBPN
No.13 Tahun 2021
Sudah ditetapkan
Permen ATR/KBPN
No.14 Tahun 2021
Sudah ditetapkan
Permen ATR/KBPN
No.15 Tahun 2021
tentang Koordinasi
Penyelenggaraan
Penataan Ruang
tentang Pedoman
Penyusunan dan
Revisi Rencana Tata
Ruang (RTR)
Pulau/Kepulauan,
RTR Kawasan
Strategis Nasional
(KSN), dan RDTR
Kawasan Perbatasan
Negara (KPN)
Sudah ditetapkan
Permen ATR/KBPN
No.15 Tahun 2022
Sudah ditetapkan
Permen ATR/KBPN
No.10 Tahun 2021
dan
Permen ATR/KBPN
No.9 Tahun 2022
tentang Perubahan
Permen ATR/KBPN
No.15 Tahun 2021
Menteri ATR/KBPN telah Menetapkan 6 Permen sebagai Turunan PP No. 21/2021
8
9. 93
PENYEDERHANAAN RENCANA TATA RUANG
PENYEDERHANAAN PERIZINAN
INTEGRASI TATA RUANG DARAT DAN LAUT
INTEGRASI KLHS KE DALAM PENYUSUNAN
RENCANA TATA RUANG
PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN
RUANG TERBUKA HIJAU
INKLUSIVITAS PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
DALAM FORUM PENATAAN RUANG
Isu Strategis Muatan UUCK yang mengubah UU 26/2007
9
10. UU CK dan PP No. 21/2021 memandatkan
penyederhanaan (streamlining) hierarki penataan
ruang.
Penghapusan RTR KS Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk menghindari
tumpang tindih antar produk RTR.
Substansi KS tersebut akan diintegrasikan ke dalam RTRW Provinsi
dan Kabupaten/Kota.
Penghapusan Ketentuan Penetapan Kawasan Strategis (KS)
Pasal 15 PP No. 21/2021:
(1) Rencana tata ruang wilayah provinsi paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi
Pasal 18 PP No. 21/2021:
(1) Rencana tata ruang wilayah kabupaten paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten
Pasal 21 PP No. 21/2021:
(1) Rencana tata ruang wilayah kota paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kota
UUCK : Pasal 17 angka 7 Perubahan Pasal 14 UU 26/2007
PP No. 21/2021: Pasal 5 ayat (2) dan (3)
Penyederhanaan Rencana Tata Ruang
10
11. Penataan ruang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan (satu dokumen
penataan ruang). Pengelolaan sumber daya ruang laut dan ruang
udara diatur dengan UU tersendiri.
PP No. 21/2021: Pasal 5 dan Pasal 7
PP No. 21 Tahun
2021 telah mengatur
pengintegrasian
muatan teknis
ruang laut menjadi
satu produk rencana
tata ruang.
Ruang
Udara
Ruang
Darat
Ruang
Dalam
Bumi
Ruang
Laut
Terobosan Kebijakan terkait Perencanaan Tata Ruang
Integrasi Tata Ruang Darat dan Laut
‘One Spatial Planning Policy’
Satu Produk Rencana Tata Ruang
Integrasi Tata Ruang Darat dan Laut
11
12. RTRW Provinsi
1:250.000
RTRWN
1:1.000.000
RTRL
RZWP3K
RZ KSN
RZ KSNT
yang berupa PPKT
Peraturan
Pemerintah
Peraturan
Daerah
Peraturan
Presiden
Ditetapkan melalui satu…
Diintegrasikan
Maks. 2 tahun sejak PP berlaku
Diintegrasikan
Maks. 18 bulan sejak PP berlaku
Diintegrasikan
Maks. 2 tahun sejak PP berlaku
RTR KSN
1:25.000 – 1:50.000
Ditetapkan melalui satu…
Ditetapkan melalui satu…
dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan di
kawasan perbatasan negara.
PP No. 21/2021: Pasal 245 – 246 ayat (4), (5), (6)
Integrasi Tata Ruang Darat dan Laut
12
13. Tahap Penyusunan RTR
Pengumpulan Data dan Informasi
Tahap Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS
Persiapan
Pengolahan Data dan Analisis
Perumusan Konsepsi RTR
(Materi Teknis RTR)
Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-Undangan tentang RTR
Persiapan
Identifikasi Isu PB
Isu PB Paling Strategis
Identifikasi Materi Muatan RTR
yang berpotensi menimbulkan
pengaruh terhadap Lingkungan
Hidup
Analisis Pengaruh
Perumusan Alternatif Penyempurnaan
Materi Muatan RTR
Penyusunan Rekomendasi Perbaikan
Materi Muatan RTR
Konsultasi
Publik
Konsultasi
Publik
Keterangan:
*) Dilakukan secara bertahap sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Dilakukan secara terintegrasi
dan timbal balik
Validasi KLHS *)
Penjaminan Kualitas
KLHS *)
Pendokumentasian
KLHS *)
Integrasi KLHS ke dalam Penyusunan RTR
Permen ATR/Ka. BPN 5/2022
13
14. Banyaknya Hak Atas Tanah
kepemilikan perorangan
(Masyarakat) yang ditetapkan
sebagai
Ruang Terbuka Hijau
pada Pola Ruang
Rencana Tata Ruang
Kurangnya Lahan Pemerintah
Daerah untuk Memenuhi 20%
Luas Ruang Terbuka Hijau
SOLUSI
DAMPAK
eksisting Lahan
SHM milik
Perorangan
direncanakan
menjadi RTH
pada Rencana
Tata Ruang
ILUSTRASI
Peraturan Menteri ATR/KBPN
Nomor 14 Tahun 2022
tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau
TEROBOSAN
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
Pemenuhan RTH ditekankan dari sisi kuantitas dan kualitas
Penyediaan RTH dapat dilakukan melalui
pemanfaatan RTNH dan RTB
Luasan RTH Paling sedikit 30% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan,
namun terdapat opsi pemenuhan RTH dengan mekanisme pembelian
dan/atau pembebasan lahan, pengelolaan, sewa lahan, dan
menggunakan Indeks Hijau Biru Indonesia (IHBI)
Terdapat mekanisme kerja sama antar daerah dalam pemenuhan RTH
Masyarakat tidak hanya berperan serta dalam pemenuhan RTH Privat
namun juga dapat berperan serta dalam pemenuhan RTH Publik
14
15. Sebelum UU CK & PP 21/2021 Setelah UU CK & PP 21/2021
Perbandingan Izin Lokasi (Sebelum UU CK) dengan KKPR (Setelah UU CK)
Tidak ada Single Reference.
Terdapat berbagai macam produk
yang menerangkan kesesuaian tata
ruang untuk suatu rencana
usaha/investasi
SIMPLIFIKASI
PRODUK
Pertimbangan
Teknis Pertanahan
1-3 bulan
Izin Lokasi
3-6 bulan
1
2
3
KKPR sebagai Single Reference,
yang menjadi acuan untuk:
Pemanfaatan Ruang
Penerbitan Hak Atas Tanah
KKPR
WAKTU
PENERBITAN
Rekom
Advis
Planning
Izin
Lokasi
SKRK
PERMOHONAN
OLEH PELAKU
USAHA
Konfirmasi KKPR (1 hari kerja)
Persetujuan KKPR (20 hari kerja)
Pertimbangan Teknis Pertanahan termasuk di dalam Persetujuan KKPR (10 hari kerja)
Online melalui OSS-RBA
Pelaku usaha
datang langsung ke
loket pendaftaran di kantor
Pemerintah Daerah terkait.
IPPT
Penyederhanaan Perizinan
15
16. Konfirmasi KKPR
Diproses oleh sistem
terbit dalam
1 hari kerja
Persetujuan KKPR
Memerlukan analisis dan penilaian dokumen
terbit dalam 20 hari kerja
Rekomendasi KKPR
Memerlukan analisis dan penilaian
dokumen terbit dalam
20 hari kerja
Kegiatan bersifat strategis nasional
yang tidak termuat di RTR
Persetujuan
Bangunan Gedung
(PBG)
Perizinan
Berusaha Sektor
Persetujuan
Lingkungan
Aspek
Perencanaan
Rencana Tata
Ruang
Aspek
Pemanfaatan
Rencana Tata
Ruang
Overview Penyelenggaraan Perencanaan dan Pemanfaatan RTR
Penyederhanaan Perizinan
92 RDTR sudah terintegrasi
dengan sistem OSS
18 RDTR dalam proses integrasi
dengan sistem OSS
16
17. Penyederhanaan Perizinan
2 RDTR sudah terintegrasi
dengan sistem OSS:
• Kota Banda Aceh
(RDTR Kota Banda Aceh)
• Kab. Aceh Barat
(RDTR Kawasan Perkotaan
Meulaboh)
1 RDTR dalam proses
integrasi dengan system OSS:
• Kab. Aceh Tengah
(RDTR Kawasan Perkotaan
Takengon)
2 RDTR dalam proses
penyusunan:
• Kota Sabang
(RDTR Kota Sabang
Wilayah I)
• Kab. Aceh Selatan
(RDTR Kawasan Wisata
Alam Tapaktuan)
4 RDTR sudah terintegrasi dengan
sistem OSS:
• Kota Medan
(RDTR Kota Medan)
• Kab. Tapanuli Utara
(RDTR BWP Kawasan
Perkotaan Sipholon, Tarutung
dan Siatas Barita)
• Kab. Tapanuli Selatan
(RDTR Batang Toru)
• Kabupaten Batubara
(RDTR BWP Selatan Kawasan
Perkotaan Kuala Tanjung)
5 RDTR dalam proses
penyusunan:
• Kab. Toba
(RDTR Kecamatan Ajibata)
• Kab. Batu Bara
(RDTR Kawasan Perkotaan
Tanjung Tiram dan
Talawisabang)
• Kab. Samosir
(RDTR Kawasan Perkotaan
Wisata Sianjur Mula-Mula dan
Harian
• Kota Tebing Tingggi
(RDTR BWP Perkotaan Tebing
Tinggi)
• Kab. Nias
(RDTR Kawasan Perkotaan
Gido dan Kec. Sogeaedu)
2 RDTR sudah terintegrasi
dengan sistem OSS:
• Kab. Sijunjung
(RDTR Muaro Sijunjung)
• Kota Payakumbuh
(RDTR Kota Payakumbuh 6
BWP)
2 RDTR dalam proses
integrasi dengan sistem OSS:
• Kota Bukittinggi
(RDTR Kota Bukittingi)
• Kabupaten Padang
Pariaman
(RDTR Kawasan Perkotaan
Kayu Tanam)
1 RDTR sudah terintegrasi
dengan sistem OSS:
• Kota Sungai Penuh
(RDTR Kota Sungai Penuh)
Belum terdapat RDTR yang
terintegrasi dengan sistem
OSS dan Belum terdapat
RDTR dalam proses integrasi
dengan sistem OSS
Provinsi Aceh
17
Provinsi Sumut Provinsi Sumbar Provinsi Jambi Provinsi Bengkulu
Rekap Data RDTR yang sudah terintegrasi dengan sistem OSS
18. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR)
KKPR
KKPR berfungsi sebagai acuan pemanfaatan ruang
dan sebagai acuan administrasi pertanahan.
Konfirmasi KKPR
Berusaha
Nonberusaha
Kebijakan yang
Bersifat Strategis
Nasional
Persetujuan KKPR
Konfirmasi KKPR
Konfirmasi KKPR
Persetujuan KKPR
RDTR
RDTR
RDTR
RDTR
Konfirmasi KKPR
Konfirmasi/
Persetujuan KKPR
Rekomendasi KKPR
termuat
di RTR
termuat
di RTR Perizinan Berusaha/
Perizinan lainnya
PP No. 21/2021: Pasal 100 – 115, Pasal 135-143
Penyederhanaan Perizinan
18
19. Common Mistake dan Common Error
Penyederhanaan Perizinan
Luas lahan yang di input pemohon masih tidak sesuai dengan luas polygon
19
20. Common Mistake dan Common Error
Penyederhanaan Perizinan
Pada menu Validasi pemohon tidak memerlukan bangunan
Tetapi jumlah bangunan yang direncanakan terisi
20
21. Common Mistake dan Common Error
Penyederhanaan Perizinan
Pemohon sudah mempunyai bangunan dan tidak memerlukan bangunan baru
Tetapi jumlah bangunan yang direncanakan terisi
21
22. Common Mistake dan Common Error
Penyederhanaan Perizinan
Exstensi Shapefile yang diunggah pemohon masih ada yang belum lengkap
Sehingga peta polygon tidak bisa dibuka
22
23. Pemerintah Jumlah FPR %
Provinsi 34 26 73,5
Kabupaten 416 215 52
Kota 98 54 55
*data per tanggal 26 September 2022
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Provinsi Kabupaten Kota
Pembentukan FPR
Jumlah FPR
Kanwil yang
sudah memiliki
PIC
Kanwil yang
belum memiliki
PIC
19 15
Inklusivitas Penyelenggaraan Penataan Ruang dalam Forum Penataan Ruang
Perkembangan Pembentukan
Forum Penataan Ruang di Daerah
23
24. Inklusivitas Penyelenggaraan Penataan Ruang dalam Forum Penataan Ruang
Sudah Membentuk FPR:
1. Provinsi Sumatera Utara
2. Kab. Tapanuli Tengah
3. Kab. Tapanuli Utara
4. Kab. Tapanuli Selatan
5. Kab. Nias
6. Kab. Langkat
7. Kab. Karo
8. Kab. Deli Serdang
9. Kab. Simalungun
10. Kab. Asahan
11. Kab. Labuhanbatu
12. Kab. Dairi
13. Kab. Toba
14. Kab. Pakpak Bharat
15. Kab. Humbang Hasundutan
16. Kab. Serdang Bedagai
17. Kab. Padang Lawas Utara
18. Kab. Padang Lawas
19. Kab. Labuhanbatu Selatan
20. Kab. Nias Utara
21. Kota Medan
22. Kota Pematangsiantar
23. Kota Sibolga
24. Kota Tanjung Balai
25. Kota Binjai
26. Kota Tebing Tinggi
27. Kota Padangsidimpuan
28. Kota Gunungsitoli
Belum Membentuk FPR:
1. Kab. Mandailing Natal
2. Kab Nias Selatan
3. Kab. Samosir
4. Kab. Batu Bara
5. Kab, Labuhanbatu Utara
6. Kab. Nias Barat
Sudah Membentuk FPR:
1. Provinsi Bengkulu
2. Kab. Rejang Lebong
3. Kab. Bengkulu Utara
4. Kab. Kaur
5. Kab. Muko Muko
6. Kab. Bengkulu Tengah
7. Kota Bengkulu
Belum Membentuk FPR:
1. Kab. Bengkulu Selatan
2. Kab. Seluma
3. Kab. Lebong
4. Kab. Kepahiang
Sudah Membentuk FPR:
1. Provinsi Aceh
2. Kab. Aceh Utara
3. Kab. Aceh Singkil
4. Kab. Bireuen
5. Kab. Aceh Jaya
6. Kota Sabulussalam
Belum Membentuk FPR:
1. Kab. Aceh Selatan
2. Kab. Aceh Tenggara
3. Kab. Aceh Timur
4. Kab. Aceh Tengah
5. Kab. Aceh Barat
6. Kab. Aceh Besar
7. Kab. Pidie
8. Kab. Simeulue
9. Kab. Aceh Barat Daya
10. Kab. Gayo Lues
11. Kab. Nagan Raya
12. Kab. Aceh Tamiang
13. Kab. Bener Meriah
14. Kab. Pidie Jaya
15. Kota Banda Aceh
16. Kota Sabang
17. Kota Lhokseumawe
18. Kota Langsa
Sudah Membentuk FPR:
1. Kab. Pesisir Selatan
2. Kab. Sijunjung
3. Kab. Agam
4. Kab. Lima Puluh Kota
5. Kab. Kepulauan Mentawai
6. Kota Dharmasraya
7. Kota Padang
8. Kota Padang Panjang
Belum Membentuk FPR:
1. Provinsi Sumatera Barat
2. Kab. Solok
3. Kab. Tanah Datar
4. Kab. Padang Pariaman
5. Kab. Pasaman
6. Kab. Solok Selatan
7. Kab. Pasaman Barat
8. Kota Solok
9. Kota Sawahlunto
10. Kota Bukittingi
11. Kota Payakumbuh
12. Kota Pariaman
Sudah Membentuk FPR:
1. Provinsi Jambi
2. Kab. Kerinci
3. Kab. Merangin
4. Kab. Sarolangun
5. Kab. Batanghari
6. Kab. Muaro Jambi
7. Kab. Tanjung Jabung Timur
8. Kab. Bungo
9. Kota Sungai Penuh
Belum Membentuk FPR:
1. Kab. Tanjung Jabung Barat
2. Kab. Tebo
3. Kota Jambi
24
Provinsi Aceh Provinsi Sumut Provinsi Bengkulu Provinsi Sumbar Provinsi Jambi
Rekap Data Pembentukan Forum Penataan Ruang di Daerah
25. Memberikan Pertimbangan untuk Persetujuan
KKPR Untuk Kegiatan Berusaha dan kegiatan
Nonberusaha
Pasal 113 dan Pasal 129 PP No. 21/2021
Memberikan Rekomendasi dalam rangka
Peninjauan Kembali RDTR Lebih dari 1 Kali
dalam 5 Tahun
Pasal 93 PP No. 21/2021
PP No. 21/2021: Pasal 93 ayat (3), Pasal 113 ayat (3), Pasal
129 ayat (3), Pasal 208, Pasal 237 - 239
UU CK: Penjelasan UU CK
Peran Forum Penataan Ruang dalam
Pemanfaatan Ruang dan Perbaikan Kualitas RTR
1
2
Pembentukan Forum Penataan Ruang untuk Mendukung Inklusivitas Masyarakat
Ketentuan Peralihan Terkait Forum
Pasal 246 ayat (1) huruf g.
TKPRD yang dibentuk oleh
Gubernur/Bupati/Wali Kota tetap melaksanakan
tugas, fungsi dan wewenang sampai
kenanggotaan Forum Penataan Ruang di
daerah dibentuk
Keanggotaan Forum Penataan Ruang
Pasal 238 PP No. 21/2021:
(1) Anggota Forum Penataan Ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 237 ayat (1) di pusat terdiri
atas perwakilan dari K/L terkait Penataan Ruang,
asosiasi profesi, asosiasi akademisi, dan tokoh
Masyarakat.
(2) Anggota Forum Penataan Ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 237 ayat (1) di daerah
terdiri atas perangkat daerah, asosiasi profesi,
asosiasi akademisi, dan tokoh masyarakat.
(3) Keanggotaan forum di pusat dan daerah yang
terdiri atas asosiasi profesi, asosiasi akademisi,
dan tokoh Masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Perangkat
Daerah
Tokoh
Masyarakat
Asosiasi
Profesi
Asosiasi
Akademisi
Memberikan Fasilitasi Penyelesaian Sengketa
Penataan Ruang
Pasal 208 PP No. 21/2021
3
Selambatnya November 2022
Kepala Daerah harus mengubah
TKPRD menjadi FPR
(Pasal II angka 1 huruf a)
Selambatnya Mei 2023 Kepala
Daerah yang telah membentuk
FPR harus menyesuaikan bentuk
FPR dengan Permen 9/2022
(Pasal II angka 1 huruf b)
Instansi
Pertanahan
Permen ATR No. 9 tahun 2022 ttg Perubahan Permen ATR No. 15 tahun 2021 Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang:
Inklusivitas Penyelenggaraan Penataan Ruang dalam Forum Penataan Ruang
25
26. Mekanisme penunjukkan anggota FPR dan penggantian anggota FPR di daerah yang berasal dari Asosiasi Profesi atau Asosiasi Akademisi
Keterangan:
1. Permintaan gubernur, bupati, atau wali kota
disampaikan melalui surat permohonan yang
ditujukan kepada pengurus pusat Asosiasi
Profesi dan Asosiasi Akademisi.
2. Surat permohonan ditindaklanjuti oleh
pengurus pusat Asosiasi Profesi atau Asosiasi
Akademisi dengan memberikan surat balasan
kepada gubernur, bupati, atau wali kota paling
lama 10 hari kerja setelah diterimanya surat
permohonan
3. Dalam jangka waktu 10 hari pengurus pusat
Asosiasi Profesi dan Asosiasi Akademisi tidak
memberikan surat balasan, keanggotaan Forum
Penataan Ruang yang berasal dari Asosiasi
Profesi dan Asosiasi Akademisi ditunjuk oleh
gubernur, bupati, atau wali kota.
Surat Jawaban
(max 10 hari
kerja)
Pasal 11
Inklusivitas Penyelenggaraan Penataan Ruang dalam Forum Penataan Ruang
26