SlideShare a Scribd company logo
BAB I

                                   PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
      Dalam dunia kedokteran diperlukan bidang-bidang penunjang pemeriksaan untuk
   membantu menegakan diagnosa suatu penyakit, salah satunya adalah bidang radiologi
   yang membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dengan memanfaatkan sinar-x
   yang hasilnya berupa radiograf. Oleh karena itu diperlukan radiograf yang dapat
   memberi informasi semaksimal mungkin, tanpa harus melakukan pengulangan foto
   yang dapat menambah dosis yang diterima pasien. Kaset, IS, dan film radiograf menjadi
   salah satu hal penting dalam menghasilkan radiograf yang optimal. Karena itu perlu
   dilakukan usaha-usaha untuk merawat dan mencegah terjadinya kerusakan pada film,
   IS, dan kaset radiograf. Salah satu penyebab yang dapat menurunkan kualitas radiografi
   adalah kebocoran kaset.
      Kaset adalah wadah yang kedap cahaya tampak untuk menempatkan film di antara
   intensifying screens. Kaset memiliki berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan.
   Intensifying screens terbuat dari bahan flouresen yang akan memancarkan cahaya
   tampak bila terkena radiasi, sehingga dapat menghitamkan film. Kaset mudah cedera
   yang dapat mengakibatkan kebocoran kaset dan ketidak kontakan film dengan screens.
   Kaset harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur. Pencatatan harus dilakukan setiap
   kali pemeriksaan, perawatan/pemeliharaan dan penggantian (IS).


B. Rumusan Masalah
      Dari uraian tersebut penulis ingin membahas a dakah penyebab dan alasan yang dapat
   menimbulkan kebocoran kaset radiografi.


C. Tujuan
      Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebocoran
   yang terjadi pada kaset yang akan diuji tersebut.




                                                                                        1
BAB II

                                     KAJIAN TEORI



A. Kaset Film Radiografi
    1. Pengertian
             Merupakan kotak segi empat panjang yang mempunyai berbagai ukuran
       seperti: 18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm, 35 x 35 cm, 35 x 43 cm. Kaset terbagi
       2 bagian yang dihubungkan oleh engsel :
         a) Bagian Depan Kaset
              - Bahan yang mudah ditembus oleh sinar-x.
              - Aluminium, plastik dengan bingkai dari logam kuat.
              - Tersedia ruang untuk screen/layar pendar.


         b) Bagian Belakang Kaset
              - Lead lining
                    Terbuat dari logam kuat, bagian dalam diberi cat timbal untuk
                mencegah/menyerap back scatter.
              - Lead backing
                    Logam dengan lempeng timbal yang berfungsi menyerap sinar primer.
              - Non lead lining
                    Terbuat dari bahan yang mudah ditembus sinar x yang digunakan untuk
                radio flouroskopi.


             Ketiga jenis tersebut diberi bantalan yang letaknya menempel pada cat
       timbal/langsung pada bagian belakang yang berguna untuk menekan screen
       berhimpit dengan film. Semua jenis tersebut terbuat dari bahan “felt” & busa/karet.


    2. Fungsi Kaset
         -    Melindungi film dari pengaruh cahaya.
         -    Melindungi IS dari tekanan-tekanan mekanis.
         -    Menjaga agar kontak antara film dengan screen tetap rata.




                                                                                         2
Keberadaan kaset dengan fungsi-fungsinya mau tidak mau akan memberikan
   kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pemeriksaan radiodiagnostik. Oleh
   sebab itu, kaset harus dijaga sedemikian rupa dari kerusakan-kerusakan yang
   mungkin terjadi. Kerusakan-kerusakan pada kaset ini sering terjadi ketika
   penempatan kaset yang dalam penggunaannya sering berada langsung di bawah
   pasien sehingga terjadi tekanan-tekanan mekanik. Dan kaset yang secara tidak
   sengaja terjatuh serta benturan-benturan yang terjadi padanya, juga merupakan
   penyebab kaset mengalami disfungsi. Disfungsi ini dapat terlihat ketika kaset tidak
   dapat melindungi film dari cahaya luar, sehingga akan dihasilkan fog pada hasil
   radiograf. Tentunya dengan temuan ini akan mengganggu radiograf yang
   dihasilkan.


3. Ciri-ciri Kaset yang Baik
     -    Ringan dan mudah dibawa.
     -    Struktur kuat.
     -    Tidak mudah rusak.
     -    Bagian depan harus memiliki kesamaan radiolusen untuk menghilangkan
          artefak.
     -    Bagian belakang terdapat lembaran timbal untuk menyerap sinar hambur.
     -    Memiliki busa penekan untuk merapatkan film dengan screen.
     -    Bentuk sedemikian rupa sehingga pemakaian mudah & tidak melukai pasien.


4. Bentuk / Jenis Kaset
     a) Konvensional
               Kaset yang sering digunakan seperti 18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm,
          35 x 35 cm, 35 x 43 cm.
     b) Bentuk Kurva
               Kaset   yang    digunakan    untuk    memotret    bagian   tubuh   karena
          anatomi/patologi tidak lurus, seperti rahang, lutut, bahu.
     c) Film Changer
               Mempunyai bentuk & ukuran lebih besar agar dapat memuat hingga 5
          buah kaset. Bagian atas terbuat dari bahan yang mudah ditembus sinar-x &
          dilengkapi grid/lisolom. Digunakan untuk pemeriksaan secara berurutan tanpa


                                                                                      3
henti (sekon) seperti pembuluh darah dan jantung. Bagian bawah kaset
        dilengkapi pegas untuk mendorong kaset naik ke atas.
    d) Kaset Foto Timer
       - Foto electric cells: Jika densitas (nilai kehitaman) pada daerah yang
          diperlukan sudah mencapai takaran tertentu, maka alat ini akan
          menghentikan eksposi.
       - Ionization chamber: Jika jumlah radiasi pada daerah yang dituju sudah
          tercapai, maka alat ini akan menghentikan eksposi.
               Kedua jenis ini merupakan automatic exposure dan terletak sensor alat
          ini terletak di belakang kaset. Pada bagian depan & belakang harus
          radiolusen.
    e) Kaset dengan Grid / Lisolom
       - Menjadi satu dengan kaset
       - Berat
       - Mahal
       - Kurang populer
    f) Kaset Fleksibel
            Pada bidang Industri digunakan untuk potret pipa/saluran dan pada
        bidang kesehatan digunakan untuk panoramik gigi, opg (rahang).
    g) Kaset Non Screen (Amplop)
    h) Kaset Mammografi
    i) Kaset CT Scan
    j) Kaset Kedokteran Nuklir
    k) Imaging Plat
    l) Dental Film


5. Perawatan dan Pemeliharaan Kaset
    a) Cara perawatan kaset adalah:
       - Saat pemasukan/pengambilan film dari kaset, jangan terlalu terlalu terbuka
          untuk menghindari debu masuk ke kaset dan kaset dibuka sekitar 6-8 cm.
       - Kaset disimpan seperti buku dan diletakkan vertikal.
       - Jaga kebersihan dari debu, benda asing, dan cairan kimia.
       - Hindari kaset jatuh.
       - Hindari tekanan pada kaset.
                                                                                   4
- Hindari benturan dengan benda keras.
        - Hindari bagian dalam dari goresan debu, benda tajam, kuku, percikan
           cairan bahan pemroses film (seperti develpoer / fixer).
     b) Cara pemeliharaan kaset:
       -   Beri tanggal pada kaset, waktu dimana kaset tersebut dikeluarkan oleh
           pabrik.
       -   Perawatan secara berkala, meliputi inspeksi, pembersihan bagian dalam
           dan luar kaset, termasuk lapisan IS.
       -   Beri catatan khusus waktu pembersihan dan catat tanggal dan waktu
           pelaksanaan kegiatan inspeksi dan embersihan tersebut.


6. Kebersihan Kaset
     a) Luar
        - Bagian luar harus dibersihkan tiap hari.
        - Gunakan Alkohol untuk membunuh kuman penyakit pada kaset.
        - Gunakan Perihidariol untuk membersihkan noda darah pada kaset.
        - Hindari timbulnya artefak pada film.
     b) Dalam
        - Bahan yang digunakan adalah sikat halus, sabun mandi, atau cotton wool.
        - Gosokan cotton wool (basah) yang sudah bersabun dengan gerakan angka
           “8” pada permukaan screen.
        - Gosokan cotton wool (kering) untuk bersihkan screen hingga kering.
        - Sementara kaset dengan posisi berdiri di meja kamar gelap.
        - Jika screen digosok dengan gerakan searah akan               menimbulkan
           “elektrostatis”.
        - Jangan dibersihkan dengan air pam / larutan pembersih sembarangan.
           Bersihkanlah kaset hingga tidak ada noda mineral, tidak lengket, dan tidak
           elektrostatik.


7. Pelekatan Screen pada Kaset
        Bila ingin merekatkan screen baru, sisi pinggir harus telah dilengkapi strip
   perekat. Kemudian kaset bagian dalam dibersihkan. Proses yang pertama screen
   dilekatkan dan bagian depan screen berhadapan dengan kaset bagian belakang.
   Setelah itu penutup perekat dilepas sehingga menempel. Bila screen lama terlepas,
                                                                                    5
harus dilekatkan kembali dengan kedudukan yang benar. Gunakan lem pelekat yang
       aman terhadap fosfor screen yang tidak mengandung bahan kimia/radioaktif.


B. IS (Intensifying Screen) atau Tabir Penguat
    1. Prinsip kerja IS:
             Bahan penyerap radiasi atau sinar-x dan memancarkannya kembali dalam
       bentuk sinar tampak (cahaya tampak). Intensitas cahaya yang dipancarkan
       berbanding lurus dengan kualitas radiasi (sinar-x) intensitas yang mengenai tabir
       penguat IS. Bahan tabir penguat harus bersifat: lumenisensi (berpendar), yaitu
       peristiwa keluarnya cahaya oleh bahan yang disebabkan oleh perubahan nomor
       atom dari bahan tersebut. Terbagi atas :
            a) Fluoronsensi
                    Bahan ini apabila menerima radiasi sinar-x akan menyerapnya
               terlebih dahulu, baru memancarkan cahaya tampak setelah selang waktu
               tertentu. Bahan seperti ini tidak cocok untuk fluoroskopi, sebab kita
               menghendaki bahwa setiap perubahan pola sinar-x harus terlihat dengan
               segera. Penundaan dalam pancaran cahaya juga akan mengakibatkan pola
               menjadi kabur karena pergerakan obyek. Penundaan perubahan dari
               berkas sinar-x menjadi sinar tampak disebut afterglow. Delay waktu
               sampai terjadinya pencahayaan adalah > 10-8 detik.
            b) Phosforesensi
                    Bahan ini akan berpendar setelah menerima radiasi, langsung
               memancarkan cahaya tampak. Bahan ini sangat cocok untuk tabir
               fluoroskopi, sebab setiap perubahan pola sinar-x dapat terlihat dengan
               segera. Waktu terjadinya pencahayaan adalah < 10-8.


    2. Bahan-bahan IS:
          - Kalsium wolfram/tungstate (c4wo4): panjang gelombangnya 350-520 nm
          - Barium land sulphade (Baso4, pbso4): panjang gelombangnya 300-450nm
          - Zine sulphade (zns): panjang gelombangnya 390-550 nm
          - Zine cadmium sulphade (zncds): panjang gelombangnya 480-640 nm
          - Rare Earth phospor: Gadolinium (Gd)
          - Yetrium (y)
          - Lanthanum (La)
                                                                                      6
3. Faktor Intensifikasi
            Radiografi memerlukan Intensifying screen, yang berfungsi sebagai lembar
   penguat gambar, melalui proses pencahayaan akibat penyinaran. Bila memakai
   Intensifying screen dapat menghemat nilai penyinaran, disamping menghasilkan
   mutu gambar yang lebih baik. Proses yang demikian kita sebut dengan intensifikasi
   gambar. Dengan demikian apabila menggunakan Intensifying screen memerlukan
   Factor Intensifikasi, yaitu nilai perbandingan antara penyinaran tanpa menggunakan
   Intensifying screen dengan penyinaran dengan menggunakan intensifying screen.




                                  Atau:




        Faktor-faktor yang mempengaruhi IF:
        -     Ukuran kristal dari fosfor.
        -     Jenis fosfor yang digunakan.
        -     Volume/jumlah fosfor yang digunakan.
        -     Tebal-tipisnya dari IS.
        -     Kualitas sinar-x/radiasi.




                                                                                   7
BAB III

                                    METODOLOGI



A. Tempat dan Waktu Penelitian
    1. Penelitian dilakukan di instalasi radiologi RS. Pertamina Bintang Amin.
    2. Dilaksanakan pada tanggal 27 November 2012.


B. Alat dan Bahan
    1. Kaset radiografi biasa
    2. Film radiografi
    3. Lampu tungsten 100 watt
    4. Meteran/pita pengukur
    5. Penggaris
    6. Timer (alat pengukur waktu)
    7. Prosessing otomatis


C. Cara Kerja
    1. Teliti kondisi ruangan, rapikan semua peralatan sehingga membantu kelancaran
       dalam bekerja.
    2. Siapkan lampu tungsten 100 watt. Lampu dipasang setinggi 1,22 meter dari tepi
       atas kaset, bisa juga menggunakan cahaya matahari.
    3. Siapkan kaset dan film yang masih berada dalam box (kotak) film sesuai dengan
       ukurannya.
    4. Kaset terlebih dahulu ditandai dengan memberi nomor pada bagian luar kaset untuk
       memudahkan identifikasi.
    5. Masukkan selembar film yang belum diekspose ke dalam kaset.
    6. Letakkan kaset di bawah lampu tungsten atau di tempat yang terang (sinar
       matahari) selama 15-30 menit.
    7. Setelah itu film dicuci (di proses), tetapi sebelum dimasukkan ke dalam developer
       tandailah film tersebut untuk mengetahui letak engsel (E), bagian yang terbuka (B)
       dan bagian atas (A).
    8. Proses film tersebut seperti biasa.


                                                                                       8
BAB IV

                            HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil
      Setelah melakukan penelitian penulis akhirnya mendapatkan hasil. Hasil tersebut
   berupa tabel yang tertera di bawah ini.

                      Tabel 4.1 perhitungan densitas pada titik E, A, dan B

                No.                   Titik                     Nilai Densitas

                 1.           Letak Engsel (E)                        1.62
                 2.          Bagian Tengah (A)                        0.43
                 3.      Bagian yang Terbuka (B)                      0.41

      Penelitian ini hanya menggunakan 1 buah kaset dengan tahun produksi sekitar tahun
   2008.


B. Pembahasan
      Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa film radiografi mempunyai rentang
   nilai densitas antara 0 – 4. Pada film tersebut lebar kabut (fog) dari sepanjang sisi
   bagian engsel kurang dari 0.5 cm yaitu 0.2 cm. Hal ini dapat diabaikan, tetapi kaset ini
   harus diawasi jika terjadi kerusakan yang berarti di kemudian hari.
      Pada setiap sisi bagian film tersebut memiliki nilai densitas yang berbeda. Sisi
   bagian engsel (E) memiliki nilai densitas sebesar 1.62. Sisi bagian atas (A) memiliki
   nilai densitas sebesar 0.43. Dan sisi bagian yang terbuka (B) memiliki nilai densitas
   sebesar 0.41. Ketiga titik tersebut memiliki nilai densitas lebih dari 0.22 dan film
   tersebut mengalami kenaikan fog level rata-rata sebesar 0.6. Film yang baik tidak akan
   melebihi 0.22 karena nilai toleransi basic fog yang diperkenankan antara 0.10 dan tidak
   boleh lebih dari 0.22 (Charlton, 1992). Kemungkinan film tersebut sudah memiliki fog
   yang disebabkan karena faktor tertentu dan bukan dari faktor kebocoran kaset.




                                                                                         9
Ada tiga kategori penyebab terjadinya fog yaitu :
1. Kesalahan yang terjadi pada saat penyimpanan film (Storage Faults) meliputi:
       1.1 Terlalu lama waktu penyimpanannya
       1.2 Temperatur terlalu tinggi
       1.3 Kelembaban terlalu tinggi
       1.4 Penyimpanan film secara horizontal
       1.5 Radiasi alam terlalu tinggi
       1.6 Radiasi hambur
2. Kesalahan yang terjadi di kamar gelap (Darkroom Faults) meliputi:
       2.1 Lampu pengaman yang tidak benar
       2.2 Waktu penanganan film di kamar gelap terlalu lama
       2.3 Terlalu banyak lampu pengaman
       2.4 Lampu pengaman terlalu dekat
       2.5 Lampu pengaman terlalu terang
       2.6 Lampu pengaman yang sudah retak/pecah
       2.7 Kebocoran pada safelight
3. Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film (Processing Faults) meliputi:
       3.1 Over-replenishment
       3.2 Temperatur developer yang terlalu tinggi
       3.3 Waktu pemrosesan film terlalu lama
       3.4 Kontaminasi
       3.5 Temperatur fixer terlalu dingin
       3.6 Waktu pemrosesan di fixer terlalu pendek
       3.7 Fixer under-replenishment


Kondisi penyimpanan film yang baik yaitu:
1. Suhu kira-kira 13 derajat celcius.
2. Kelembaban udara maksimum 50% yaitu dalam keadaan dingin atau kering.
    Kerusakan emulsi film tersebut berupa makin besarnya fog level dan
    berkurangnya speed/kontras.
3. Terlindung dari radiasi pengion (sinar-x) dan sinar gamma.
4. Jauh dari bahan kimia seperti developer dan fixer.
5. Tidak terjadi tekanan mekanik baik di antara kotak-kotak film sendiri atau oleh
    benda-benda lain.
                                                                                  10
Bila syarat-syarat penyimpanan tidak terpenuhi maka akan menimbulkan:
   -   fog level meninggi
   -   sensitivitas film menurun
   -   kontras film menurun


  Kerusakan film disebabkan karena umur:
   -   makin meningginya basic fog level
   -   menurunnya speed atau kepekaan
   -   menurunnya nilai kontras


  Jika lebar kabut (fog) yang timbul begitu besar (lebih dari 0.5 cm), perbaikilah
kerusakan tersebut. Bila penyebab kerusakan adalah karena engsel atau lipatannya,
maka dapat dilakukan perbaikan. Jika bukan karena engsel atau lipatannya, maka kaset
harus diganti. Dan perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan film (di gudang, kamar
gelap atau di kamar pemeriksaan), umur film, dan pemrosesan film karena hal tersebut
dapat meningkatkan fog level pada film.
  Penyebab kebocoran kaset:
   1. Karena terjatuh atau terbentur benda keras.
   2. Tertekan oleh objek pada saat pemeriksaan atau pada saat penyimpanan yang
       diletakan secara horizontal.
   3. Gabus yang melekatkan IS dengan kaset sudah rusak sehingga terjadi ketidak
       kontakan antara IS dengan kaset.
   4. Terjadi kerusakan pada engsel atau pada bagian pengunci kaset.




                                                                                 11
BAB V

                                      PENUTUP



A. Kesimpulan
      Kaset mudah cedera yang dapat mengakibatkan kebocoran kaset dan ketidak
   kontakan film dengan screens. Kaset harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur.
   Pencatatan harus dilakukan setiap kali pemeriksaan, perawatan atau pemeliharaan dan
   penggantian (IS).
      Pada film tersebut tidak terjadi penghitaman secara blok atau penghitaman yang
   tidak merata sepanjang garis lurus. Ini membuktikan bahwa kaset tersebut tidak
   mengalami kebocoran. Akan tetapi, terjadi kabut (fog) yang merata pada sepanjang
   bagian engsel dengan lebar kurang dari 0,5 cm maka hal ini dapat diabaikan. Dan terjadi
   kenaikan fog level pada film yang disebabkan karena adanya factor-faktor berikut ini:
      -    Kesalahan yang terjadi pada saat penyimpanan film
      -    Kesalahan yang terjadi di kamar gelap
      -    Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film


B. Saran
   1. Gunakanlah kaset dengan baik. Hindari adanya benturan, tekanan, atau jatuh agar
       tidak terjadi kerusakan atau kebocoran pada kaset. Periksa dan pelihara kaset secara
       berkala.
   2. Simpan film dengan baik agar tidak terjadi kenaikan fog level. Perhatikan expire
       date. Film yang sudah expire date akan menghasilkan gambar radiograf yang buruk.




                                                                                           12
DAFTAR PUSTAKA

http://atykusniatyutshukushii.blogspot.com/2012/05/film-rontgen.html

http://bestkencank.blogspot.com/2012/05/kaset-radiologi-dan-kamar-gelap.html

http://chyciicute.blogspot.com/2012/05/kaset-radiografi.html

http://httpsitirahmah.blogspot.com/2012/06/ujikebocoran-kaset.html

http://radiograferatrosumbar.blogspot.com/2012/03/kontras-film.html

http://siavent.blogspot.com/2010/03/kaset-film-radiologi.html

http://7radiographerindo.blogspot.com/2011/03/densitas-densitometer.html

http://www.babehedi.com/2012/02/fisika-radiodiagnostik-1.html

http://www.babehedi.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo_3862.html




                                                                               13

More Related Content

What's hot

Radiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikRadiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristik
Nona Zesifa
 
Appendicografi
AppendicografiAppendicografi
Appendicografi
Wira Kusuma
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenumppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
Nona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
Nona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
Nona Zesifa
 
Pesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopiPesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopi
sunarya afaf
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Nona Zesifa
 
Teknik k v tinggi
Teknik k v tinggiTeknik k v tinggi
Teknik k v tinggiIch Bin Fandy
 
Kedokteran Nuklir
Kedokteran NuklirKedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir
Jingga Matahari
 
Makalah Digital Radiography
Makalah Digital RadiographyMakalah Digital Radiography
Makalah Digital Radiography
Ivan Kurnia
 
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem BiliariTeknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Nona Zesifa
 
Dasar dasar radioterapi
Dasar dasar radioterapiDasar dasar radioterapi
Dasar dasar radioterapi
dadupipa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografippt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
Nona Zesifa
 
Mammografi
MammografiMammografi
Mammografi
Adina Widi Astuti
 
PPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyPPT Digital Radiography
PPT Digital Radiography
Ivan Kurnia
 
7@pet dan spect
7@pet dan spect7@pet dan spect
7@pet dan spect
hapsarikusuma
 
Radiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiRadiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 Substraksi
Nona Zesifa
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontrasIch Bin Fandy
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografi
Wira Kusuma
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan LopografiTeknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Nona Zesifa
 

What's hot (20)

Radiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikRadiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristik
 
Appendicografi
AppendicografiAppendicografi
Appendicografi
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenumppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow throughppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Follow through
 
Pesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopiPesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopi
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
 
Teknik k v tinggi
Teknik k v tinggiTeknik k v tinggi
Teknik k v tinggi
 
Kedokteran Nuklir
Kedokteran NuklirKedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir
 
Makalah Digital Radiography
Makalah Digital RadiographyMakalah Digital Radiography
Makalah Digital Radiography
 
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem BiliariTeknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
 
Dasar dasar radioterapi
Dasar dasar radioterapiDasar dasar radioterapi
Dasar dasar radioterapi
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografippt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Lopografi
 
Mammografi
MammografiMammografi
Mammografi
 
PPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyPPT Digital Radiography
PPT Digital Radiography
 
7@pet dan spect
7@pet dan spect7@pet dan spect
7@pet dan spect
 
Radiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiRadiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 Substraksi
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontras
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografi
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan LopografiTeknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
 

Viewers also liked

Radiographic testing2
Radiographic testing2Radiographic testing2
Radiographic testing2alvian_wicaksono
 
Sinar gamma dan sinar x
Sinar gamma dan sinar xSinar gamma dan sinar x
Sinar gamma dan sinar xArian Nurrifqhi
 
QA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray Equipment
QA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray EquipmentQA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray Equipment
QA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray Equipment
Haendra Subekti
 
Permenkes 83 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisika medik
Permenkes 83 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisika medikPermenkes 83 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisika medik
Permenkes 83 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisika medik
Agung Oktavianto
 
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...Ich Bin Fandy
 
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan dStandard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
Ullank Stira
 
ppt quality control akurasi dan repro timer
ppt quality control akurasi dan repro timerppt quality control akurasi dan repro timer
ppt quality control akurasi dan repro timer
Nona Zesifa
 
KESELAMATAN RADIASI
KESELAMATAN RADIASIKESELAMATAN RADIASI
KESELAMATAN RADIASImila amalia
 
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatanPermenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Agung Oktavianto
 
Program kerja radiologi 2014
Program kerja radiologi 2014Program kerja radiologi 2014
Program kerja radiologi 2014Lukas Aji
 
STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATANSTANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
Martindra K
 
Kdpk-persiapan pemeriksaan usg abdomen
Kdpk-persiapan pemeriksaan usg abdomenKdpk-persiapan pemeriksaan usg abdomen
Kdpk-persiapan pemeriksaan usg abdomen
Lindarti Marsiyah
 

Viewers also liked (12)

Radiographic testing2
Radiographic testing2Radiographic testing2
Radiographic testing2
 
Sinar gamma dan sinar x
Sinar gamma dan sinar xSinar gamma dan sinar x
Sinar gamma dan sinar x
 
QA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray Equipment
QA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray EquipmentQA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray Equipment
QA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray Equipment
 
Permenkes 83 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisika medik
Permenkes 83 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisika medikPermenkes 83 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisika medik
Permenkes 83 tahun 2015 tentang standar pelayanan fisika medik
 
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
Kemenkes no 1250 tahun 2009 tentang kendali mutu (quality control) peralatan ...
 
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan dStandard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
Standard pelayanan radiologi rsu kelas c dan d
 
ppt quality control akurasi dan repro timer
ppt quality control akurasi dan repro timerppt quality control akurasi dan repro timer
ppt quality control akurasi dan repro timer
 
KESELAMATAN RADIASI
KESELAMATAN RADIASIKESELAMATAN RADIASI
KESELAMATAN RADIASI
 
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatanPermenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
 
Program kerja radiologi 2014
Program kerja radiologi 2014Program kerja radiologi 2014
Program kerja radiologi 2014
 
STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATANSTANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
 
Kdpk-persiapan pemeriksaan usg abdomen
Kdpk-persiapan pemeriksaan usg abdomenKdpk-persiapan pemeriksaan usg abdomen
Kdpk-persiapan pemeriksaan usg abdomen
 

Similar to Uji kebocoran kaset radiografi

RESTORASI DIGITAL
RESTORASI DIGITALRESTORASI DIGITAL
RESTORASI DIGITAL
Melani Nur'asyifa
 
Restorasi digital video
Restorasi digital videoRestorasi digital video
Restorasi digital video
Melani Nur'asyifa
 
Restorasi Digital Video
Restorasi Digital VideoRestorasi Digital Video
Restorasi Digital Video
Melani Nur'asyifa
 
restorasi digital
restorasi digitalrestorasi digital
restorasi digital
Melani Nur'asyifa
 
25. DRAPING.pdf
25. DRAPING.pdf25. DRAPING.pdf
25. DRAPING.pdf
EtyHendrawati
 
Prinsip rekam caset tape recorder
Prinsip rekam caset tape recorderPrinsip rekam caset tape recorder
Prinsip rekam caset tape recorderEko Supriyadi
 
25.DRAPING ppt.pdf
25.DRAPING ppt.pdf25.DRAPING ppt.pdf
25.DRAPING ppt.pdf
mawarni15
 

Similar to Uji kebocoran kaset radiografi (7)

RESTORASI DIGITAL
RESTORASI DIGITALRESTORASI DIGITAL
RESTORASI DIGITAL
 
Restorasi digital video
Restorasi digital videoRestorasi digital video
Restorasi digital video
 
Restorasi Digital Video
Restorasi Digital VideoRestorasi Digital Video
Restorasi Digital Video
 
restorasi digital
restorasi digitalrestorasi digital
restorasi digital
 
25. DRAPING.pdf
25. DRAPING.pdf25. DRAPING.pdf
25. DRAPING.pdf
 
Prinsip rekam caset tape recorder
Prinsip rekam caset tape recorderPrinsip rekam caset tape recorder
Prinsip rekam caset tape recorder
 
25.DRAPING ppt.pdf
25.DRAPING ppt.pdf25.DRAPING ppt.pdf
25.DRAPING ppt.pdf
 

More from Amalia Annisa

Problem behavior theory
Problem behavior theoryProblem behavior theory
Problem behavior theory
Amalia Annisa
 
Standar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologiStandar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologi
Amalia Annisa
 
Patofisiologi sistem gerak
Patofisiologi sistem gerakPatofisiologi sistem gerak
Patofisiologi sistem gerakAmalia Annisa
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumAmalia Annisa
 
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatPengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatAmalia Annisa
 
temporo mandibular joint
temporo mandibular jointtemporo mandibular joint
temporo mandibular jointAmalia Annisa
 

More from Amalia Annisa (8)

Problem behavior theory
Problem behavior theoryProblem behavior theory
Problem behavior theory
 
Standar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologiStandar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologi
 
Patofisiologi sistem gerak
Patofisiologi sistem gerakPatofisiologi sistem gerak
Patofisiologi sistem gerak
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatPengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
 
Sterilisator
SterilisatorSterilisator
Sterilisator
 
Sterilisator
SterilisatorSterilisator
Sterilisator
 
temporo mandibular joint
temporo mandibular jointtemporo mandibular joint
temporo mandibular joint
 

Recently uploaded

ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 

Recently uploaded (20)

ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 

Uji kebocoran kaset radiografi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia kedokteran diperlukan bidang-bidang penunjang pemeriksaan untuk membantu menegakan diagnosa suatu penyakit, salah satunya adalah bidang radiologi yang membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dengan memanfaatkan sinar-x yang hasilnya berupa radiograf. Oleh karena itu diperlukan radiograf yang dapat memberi informasi semaksimal mungkin, tanpa harus melakukan pengulangan foto yang dapat menambah dosis yang diterima pasien. Kaset, IS, dan film radiograf menjadi salah satu hal penting dalam menghasilkan radiograf yang optimal. Karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk merawat dan mencegah terjadinya kerusakan pada film, IS, dan kaset radiograf. Salah satu penyebab yang dapat menurunkan kualitas radiografi adalah kebocoran kaset. Kaset adalah wadah yang kedap cahaya tampak untuk menempatkan film di antara intensifying screens. Kaset memiliki berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan. Intensifying screens terbuat dari bahan flouresen yang akan memancarkan cahaya tampak bila terkena radiasi, sehingga dapat menghitamkan film. Kaset mudah cedera yang dapat mengakibatkan kebocoran kaset dan ketidak kontakan film dengan screens. Kaset harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur. Pencatatan harus dilakukan setiap kali pemeriksaan, perawatan/pemeliharaan dan penggantian (IS). B. Rumusan Masalah Dari uraian tersebut penulis ingin membahas a dakah penyebab dan alasan yang dapat menimbulkan kebocoran kaset radiografi. C. Tujuan Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebocoran yang terjadi pada kaset yang akan diuji tersebut. 1
  • 2. BAB II KAJIAN TEORI A. Kaset Film Radiografi 1. Pengertian Merupakan kotak segi empat panjang yang mempunyai berbagai ukuran seperti: 18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm, 35 x 35 cm, 35 x 43 cm. Kaset terbagi 2 bagian yang dihubungkan oleh engsel : a) Bagian Depan Kaset - Bahan yang mudah ditembus oleh sinar-x. - Aluminium, plastik dengan bingkai dari logam kuat. - Tersedia ruang untuk screen/layar pendar. b) Bagian Belakang Kaset - Lead lining Terbuat dari logam kuat, bagian dalam diberi cat timbal untuk mencegah/menyerap back scatter. - Lead backing Logam dengan lempeng timbal yang berfungsi menyerap sinar primer. - Non lead lining Terbuat dari bahan yang mudah ditembus sinar x yang digunakan untuk radio flouroskopi. Ketiga jenis tersebut diberi bantalan yang letaknya menempel pada cat timbal/langsung pada bagian belakang yang berguna untuk menekan screen berhimpit dengan film. Semua jenis tersebut terbuat dari bahan “felt” & busa/karet. 2. Fungsi Kaset - Melindungi film dari pengaruh cahaya. - Melindungi IS dari tekanan-tekanan mekanis. - Menjaga agar kontak antara film dengan screen tetap rata. 2
  • 3. Keberadaan kaset dengan fungsi-fungsinya mau tidak mau akan memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pemeriksaan radiodiagnostik. Oleh sebab itu, kaset harus dijaga sedemikian rupa dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi. Kerusakan-kerusakan pada kaset ini sering terjadi ketika penempatan kaset yang dalam penggunaannya sering berada langsung di bawah pasien sehingga terjadi tekanan-tekanan mekanik. Dan kaset yang secara tidak sengaja terjatuh serta benturan-benturan yang terjadi padanya, juga merupakan penyebab kaset mengalami disfungsi. Disfungsi ini dapat terlihat ketika kaset tidak dapat melindungi film dari cahaya luar, sehingga akan dihasilkan fog pada hasil radiograf. Tentunya dengan temuan ini akan mengganggu radiograf yang dihasilkan. 3. Ciri-ciri Kaset yang Baik - Ringan dan mudah dibawa. - Struktur kuat. - Tidak mudah rusak. - Bagian depan harus memiliki kesamaan radiolusen untuk menghilangkan artefak. - Bagian belakang terdapat lembaran timbal untuk menyerap sinar hambur. - Memiliki busa penekan untuk merapatkan film dengan screen. - Bentuk sedemikian rupa sehingga pemakaian mudah & tidak melukai pasien. 4. Bentuk / Jenis Kaset a) Konvensional Kaset yang sering digunakan seperti 18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm, 35 x 35 cm, 35 x 43 cm. b) Bentuk Kurva Kaset yang digunakan untuk memotret bagian tubuh karena anatomi/patologi tidak lurus, seperti rahang, lutut, bahu. c) Film Changer Mempunyai bentuk & ukuran lebih besar agar dapat memuat hingga 5 buah kaset. Bagian atas terbuat dari bahan yang mudah ditembus sinar-x & dilengkapi grid/lisolom. Digunakan untuk pemeriksaan secara berurutan tanpa 3
  • 4. henti (sekon) seperti pembuluh darah dan jantung. Bagian bawah kaset dilengkapi pegas untuk mendorong kaset naik ke atas. d) Kaset Foto Timer - Foto electric cells: Jika densitas (nilai kehitaman) pada daerah yang diperlukan sudah mencapai takaran tertentu, maka alat ini akan menghentikan eksposi. - Ionization chamber: Jika jumlah radiasi pada daerah yang dituju sudah tercapai, maka alat ini akan menghentikan eksposi. Kedua jenis ini merupakan automatic exposure dan terletak sensor alat ini terletak di belakang kaset. Pada bagian depan & belakang harus radiolusen. e) Kaset dengan Grid / Lisolom - Menjadi satu dengan kaset - Berat - Mahal - Kurang populer f) Kaset Fleksibel Pada bidang Industri digunakan untuk potret pipa/saluran dan pada bidang kesehatan digunakan untuk panoramik gigi, opg (rahang). g) Kaset Non Screen (Amplop) h) Kaset Mammografi i) Kaset CT Scan j) Kaset Kedokteran Nuklir k) Imaging Plat l) Dental Film 5. Perawatan dan Pemeliharaan Kaset a) Cara perawatan kaset adalah: - Saat pemasukan/pengambilan film dari kaset, jangan terlalu terlalu terbuka untuk menghindari debu masuk ke kaset dan kaset dibuka sekitar 6-8 cm. - Kaset disimpan seperti buku dan diletakkan vertikal. - Jaga kebersihan dari debu, benda asing, dan cairan kimia. - Hindari kaset jatuh. - Hindari tekanan pada kaset. 4
  • 5. - Hindari benturan dengan benda keras. - Hindari bagian dalam dari goresan debu, benda tajam, kuku, percikan cairan bahan pemroses film (seperti develpoer / fixer). b) Cara pemeliharaan kaset: - Beri tanggal pada kaset, waktu dimana kaset tersebut dikeluarkan oleh pabrik. - Perawatan secara berkala, meliputi inspeksi, pembersihan bagian dalam dan luar kaset, termasuk lapisan IS. - Beri catatan khusus waktu pembersihan dan catat tanggal dan waktu pelaksanaan kegiatan inspeksi dan embersihan tersebut. 6. Kebersihan Kaset a) Luar - Bagian luar harus dibersihkan tiap hari. - Gunakan Alkohol untuk membunuh kuman penyakit pada kaset. - Gunakan Perihidariol untuk membersihkan noda darah pada kaset. - Hindari timbulnya artefak pada film. b) Dalam - Bahan yang digunakan adalah sikat halus, sabun mandi, atau cotton wool. - Gosokan cotton wool (basah) yang sudah bersabun dengan gerakan angka “8” pada permukaan screen. - Gosokan cotton wool (kering) untuk bersihkan screen hingga kering. - Sementara kaset dengan posisi berdiri di meja kamar gelap. - Jika screen digosok dengan gerakan searah akan menimbulkan “elektrostatis”. - Jangan dibersihkan dengan air pam / larutan pembersih sembarangan. Bersihkanlah kaset hingga tidak ada noda mineral, tidak lengket, dan tidak elektrostatik. 7. Pelekatan Screen pada Kaset Bila ingin merekatkan screen baru, sisi pinggir harus telah dilengkapi strip perekat. Kemudian kaset bagian dalam dibersihkan. Proses yang pertama screen dilekatkan dan bagian depan screen berhadapan dengan kaset bagian belakang. Setelah itu penutup perekat dilepas sehingga menempel. Bila screen lama terlepas, 5
  • 6. harus dilekatkan kembali dengan kedudukan yang benar. Gunakan lem pelekat yang aman terhadap fosfor screen yang tidak mengandung bahan kimia/radioaktif. B. IS (Intensifying Screen) atau Tabir Penguat 1. Prinsip kerja IS: Bahan penyerap radiasi atau sinar-x dan memancarkannya kembali dalam bentuk sinar tampak (cahaya tampak). Intensitas cahaya yang dipancarkan berbanding lurus dengan kualitas radiasi (sinar-x) intensitas yang mengenai tabir penguat IS. Bahan tabir penguat harus bersifat: lumenisensi (berpendar), yaitu peristiwa keluarnya cahaya oleh bahan yang disebabkan oleh perubahan nomor atom dari bahan tersebut. Terbagi atas : a) Fluoronsensi Bahan ini apabila menerima radiasi sinar-x akan menyerapnya terlebih dahulu, baru memancarkan cahaya tampak setelah selang waktu tertentu. Bahan seperti ini tidak cocok untuk fluoroskopi, sebab kita menghendaki bahwa setiap perubahan pola sinar-x harus terlihat dengan segera. Penundaan dalam pancaran cahaya juga akan mengakibatkan pola menjadi kabur karena pergerakan obyek. Penundaan perubahan dari berkas sinar-x menjadi sinar tampak disebut afterglow. Delay waktu sampai terjadinya pencahayaan adalah > 10-8 detik. b) Phosforesensi Bahan ini akan berpendar setelah menerima radiasi, langsung memancarkan cahaya tampak. Bahan ini sangat cocok untuk tabir fluoroskopi, sebab setiap perubahan pola sinar-x dapat terlihat dengan segera. Waktu terjadinya pencahayaan adalah < 10-8. 2. Bahan-bahan IS: - Kalsium wolfram/tungstate (c4wo4): panjang gelombangnya 350-520 nm - Barium land sulphade (Baso4, pbso4): panjang gelombangnya 300-450nm - Zine sulphade (zns): panjang gelombangnya 390-550 nm - Zine cadmium sulphade (zncds): panjang gelombangnya 480-640 nm - Rare Earth phospor: Gadolinium (Gd) - Yetrium (y) - Lanthanum (La) 6
  • 7. 3. Faktor Intensifikasi Radiografi memerlukan Intensifying screen, yang berfungsi sebagai lembar penguat gambar, melalui proses pencahayaan akibat penyinaran. Bila memakai Intensifying screen dapat menghemat nilai penyinaran, disamping menghasilkan mutu gambar yang lebih baik. Proses yang demikian kita sebut dengan intensifikasi gambar. Dengan demikian apabila menggunakan Intensifying screen memerlukan Factor Intensifikasi, yaitu nilai perbandingan antara penyinaran tanpa menggunakan Intensifying screen dengan penyinaran dengan menggunakan intensifying screen. Atau: Faktor-faktor yang mempengaruhi IF: - Ukuran kristal dari fosfor. - Jenis fosfor yang digunakan. - Volume/jumlah fosfor yang digunakan. - Tebal-tipisnya dari IS. - Kualitas sinar-x/radiasi. 7
  • 8. BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Penelitian dilakukan di instalasi radiologi RS. Pertamina Bintang Amin. 2. Dilaksanakan pada tanggal 27 November 2012. B. Alat dan Bahan 1. Kaset radiografi biasa 2. Film radiografi 3. Lampu tungsten 100 watt 4. Meteran/pita pengukur 5. Penggaris 6. Timer (alat pengukur waktu) 7. Prosessing otomatis C. Cara Kerja 1. Teliti kondisi ruangan, rapikan semua peralatan sehingga membantu kelancaran dalam bekerja. 2. Siapkan lampu tungsten 100 watt. Lampu dipasang setinggi 1,22 meter dari tepi atas kaset, bisa juga menggunakan cahaya matahari. 3. Siapkan kaset dan film yang masih berada dalam box (kotak) film sesuai dengan ukurannya. 4. Kaset terlebih dahulu ditandai dengan memberi nomor pada bagian luar kaset untuk memudahkan identifikasi. 5. Masukkan selembar film yang belum diekspose ke dalam kaset. 6. Letakkan kaset di bawah lampu tungsten atau di tempat yang terang (sinar matahari) selama 15-30 menit. 7. Setelah itu film dicuci (di proses), tetapi sebelum dimasukkan ke dalam developer tandailah film tersebut untuk mengetahui letak engsel (E), bagian yang terbuka (B) dan bagian atas (A). 8. Proses film tersebut seperti biasa. 8
  • 9. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah melakukan penelitian penulis akhirnya mendapatkan hasil. Hasil tersebut berupa tabel yang tertera di bawah ini. Tabel 4.1 perhitungan densitas pada titik E, A, dan B No. Titik Nilai Densitas 1. Letak Engsel (E) 1.62 2. Bagian Tengah (A) 0.43 3. Bagian yang Terbuka (B) 0.41 Penelitian ini hanya menggunakan 1 buah kaset dengan tahun produksi sekitar tahun 2008. B. Pembahasan Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa film radiografi mempunyai rentang nilai densitas antara 0 – 4. Pada film tersebut lebar kabut (fog) dari sepanjang sisi bagian engsel kurang dari 0.5 cm yaitu 0.2 cm. Hal ini dapat diabaikan, tetapi kaset ini harus diawasi jika terjadi kerusakan yang berarti di kemudian hari. Pada setiap sisi bagian film tersebut memiliki nilai densitas yang berbeda. Sisi bagian engsel (E) memiliki nilai densitas sebesar 1.62. Sisi bagian atas (A) memiliki nilai densitas sebesar 0.43. Dan sisi bagian yang terbuka (B) memiliki nilai densitas sebesar 0.41. Ketiga titik tersebut memiliki nilai densitas lebih dari 0.22 dan film tersebut mengalami kenaikan fog level rata-rata sebesar 0.6. Film yang baik tidak akan melebihi 0.22 karena nilai toleransi basic fog yang diperkenankan antara 0.10 dan tidak boleh lebih dari 0.22 (Charlton, 1992). Kemungkinan film tersebut sudah memiliki fog yang disebabkan karena faktor tertentu dan bukan dari faktor kebocoran kaset. 9
  • 10. Ada tiga kategori penyebab terjadinya fog yaitu : 1. Kesalahan yang terjadi pada saat penyimpanan film (Storage Faults) meliputi: 1.1 Terlalu lama waktu penyimpanannya 1.2 Temperatur terlalu tinggi 1.3 Kelembaban terlalu tinggi 1.4 Penyimpanan film secara horizontal 1.5 Radiasi alam terlalu tinggi 1.6 Radiasi hambur 2. Kesalahan yang terjadi di kamar gelap (Darkroom Faults) meliputi: 2.1 Lampu pengaman yang tidak benar 2.2 Waktu penanganan film di kamar gelap terlalu lama 2.3 Terlalu banyak lampu pengaman 2.4 Lampu pengaman terlalu dekat 2.5 Lampu pengaman terlalu terang 2.6 Lampu pengaman yang sudah retak/pecah 2.7 Kebocoran pada safelight 3. Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film (Processing Faults) meliputi: 3.1 Over-replenishment 3.2 Temperatur developer yang terlalu tinggi 3.3 Waktu pemrosesan film terlalu lama 3.4 Kontaminasi 3.5 Temperatur fixer terlalu dingin 3.6 Waktu pemrosesan di fixer terlalu pendek 3.7 Fixer under-replenishment Kondisi penyimpanan film yang baik yaitu: 1. Suhu kira-kira 13 derajat celcius. 2. Kelembaban udara maksimum 50% yaitu dalam keadaan dingin atau kering. Kerusakan emulsi film tersebut berupa makin besarnya fog level dan berkurangnya speed/kontras. 3. Terlindung dari radiasi pengion (sinar-x) dan sinar gamma. 4. Jauh dari bahan kimia seperti developer dan fixer. 5. Tidak terjadi tekanan mekanik baik di antara kotak-kotak film sendiri atau oleh benda-benda lain. 10
  • 11. Bila syarat-syarat penyimpanan tidak terpenuhi maka akan menimbulkan: - fog level meninggi - sensitivitas film menurun - kontras film menurun Kerusakan film disebabkan karena umur: - makin meningginya basic fog level - menurunnya speed atau kepekaan - menurunnya nilai kontras Jika lebar kabut (fog) yang timbul begitu besar (lebih dari 0.5 cm), perbaikilah kerusakan tersebut. Bila penyebab kerusakan adalah karena engsel atau lipatannya, maka dapat dilakukan perbaikan. Jika bukan karena engsel atau lipatannya, maka kaset harus diganti. Dan perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan film (di gudang, kamar gelap atau di kamar pemeriksaan), umur film, dan pemrosesan film karena hal tersebut dapat meningkatkan fog level pada film. Penyebab kebocoran kaset: 1. Karena terjatuh atau terbentur benda keras. 2. Tertekan oleh objek pada saat pemeriksaan atau pada saat penyimpanan yang diletakan secara horizontal. 3. Gabus yang melekatkan IS dengan kaset sudah rusak sehingga terjadi ketidak kontakan antara IS dengan kaset. 4. Terjadi kerusakan pada engsel atau pada bagian pengunci kaset. 11
  • 12. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kaset mudah cedera yang dapat mengakibatkan kebocoran kaset dan ketidak kontakan film dengan screens. Kaset harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur. Pencatatan harus dilakukan setiap kali pemeriksaan, perawatan atau pemeliharaan dan penggantian (IS). Pada film tersebut tidak terjadi penghitaman secara blok atau penghitaman yang tidak merata sepanjang garis lurus. Ini membuktikan bahwa kaset tersebut tidak mengalami kebocoran. Akan tetapi, terjadi kabut (fog) yang merata pada sepanjang bagian engsel dengan lebar kurang dari 0,5 cm maka hal ini dapat diabaikan. Dan terjadi kenaikan fog level pada film yang disebabkan karena adanya factor-faktor berikut ini: - Kesalahan yang terjadi pada saat penyimpanan film - Kesalahan yang terjadi di kamar gelap - Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film B. Saran 1. Gunakanlah kaset dengan baik. Hindari adanya benturan, tekanan, atau jatuh agar tidak terjadi kerusakan atau kebocoran pada kaset. Periksa dan pelihara kaset secara berkala. 2. Simpan film dengan baik agar tidak terjadi kenaikan fog level. Perhatikan expire date. Film yang sudah expire date akan menghasilkan gambar radiograf yang buruk. 12