Dokumen tersebut membahas tentang penelitian kebocoran pada kaset radiografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kebocoran pada kaset yang diuji dengan cara memaparkan film di dalam kaset di bawah lampu selama 15-30 menit.
QA Manual (Potokol Uji) & Report for Tester of Medical X-Ray EquipmentHaendra Subekti
Â
The presentation is designed for training course for QA personnel for medical x-ray equipment. The training course was conducted by BAPETEN Indonesia.
Avalaible only in Bahasa Indonesia.
STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATANMartindra K
Â
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1014/MENKES/SK/XI/2008
TENTANG
STANDAR PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK
DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Â
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia kedokteran diperlukan bidang-bidang penunjang pemeriksaan untuk
membantu menegakan diagnosa suatu penyakit, salah satunya adalah bidang radiologi
yang membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dengan memanfaatkan sinar-x
yang hasilnya berupa radiograf. Oleh karena itu diperlukan radiograf yang dapat
memberi informasi semaksimal mungkin, tanpa harus melakukan pengulangan foto
yang dapat menambah dosis yang diterima pasien. Kaset, IS, dan film radiograf menjadi
salah satu hal penting dalam menghasilkan radiograf yang optimal. Karena itu perlu
dilakukan usaha-usaha untuk merawat dan mencegah terjadinya kerusakan pada film,
IS, dan kaset radiograf. Salah satu penyebab yang dapat menurunkan kualitas radiografi
adalah kebocoran kaset.
Kaset adalah wadah yang kedap cahaya tampak untuk menempatkan film di antara
intensifying screens. Kaset memiliki berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan.
Intensifying screens terbuat dari bahan flouresen yang akan memancarkan cahaya
tampak bila terkena radiasi, sehingga dapat menghitamkan film. Kaset mudah cedera
yang dapat mengakibatkan kebocoran kaset dan ketidak kontakan film dengan screens.
Kaset harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur. Pencatatan harus dilakukan setiap
kali pemeriksaan, perawatan/pemeliharaan dan penggantian (IS).
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut penulis ingin membahas a dakah penyebab dan alasan yang dapat
menimbulkan kebocoran kaset radiografi.
C. Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebocoran
yang terjadi pada kaset yang akan diuji tersebut.
1
2. BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kaset Film Radiografi
1. Pengertian
Merupakan kotak segi empat panjang yang mempunyai berbagai ukuran
seperti: 18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm, 35 x 35 cm, 35 x 43 cm. Kaset terbagi
2 bagian yang dihubungkan oleh engsel :
a) Bagian Depan Kaset
- Bahan yang mudah ditembus oleh sinar-x.
- Aluminium, plastik dengan bingkai dari logam kuat.
- Tersedia ruang untuk screen/layar pendar.
b) Bagian Belakang Kaset
- Lead lining
Terbuat dari logam kuat, bagian dalam diberi cat timbal untuk
mencegah/menyerap back scatter.
- Lead backing
Logam dengan lempeng timbal yang berfungsi menyerap sinar primer.
- Non lead lining
Terbuat dari bahan yang mudah ditembus sinar x yang digunakan untuk
radio flouroskopi.
Ketiga jenis tersebut diberi bantalan yang letaknya menempel pada cat
timbal/langsung pada bagian belakang yang berguna untuk menekan screen
berhimpit dengan film. Semua jenis tersebut terbuat dari bahan “felt” & busa/karet.
2. Fungsi Kaset
- Melindungi film dari pengaruh cahaya.
- Melindungi IS dari tekanan-tekanan mekanis.
- Menjaga agar kontak antara film dengan screen tetap rata.
2
3. Keberadaan kaset dengan fungsi-fungsinya mau tidak mau akan memberikan
kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pemeriksaan radiodiagnostik. Oleh
sebab itu, kaset harus dijaga sedemikian rupa dari kerusakan-kerusakan yang
mungkin terjadi. Kerusakan-kerusakan pada kaset ini sering terjadi ketika
penempatan kaset yang dalam penggunaannya sering berada langsung di bawah
pasien sehingga terjadi tekanan-tekanan mekanik. Dan kaset yang secara tidak
sengaja terjatuh serta benturan-benturan yang terjadi padanya, juga merupakan
penyebab kaset mengalami disfungsi. Disfungsi ini dapat terlihat ketika kaset tidak
dapat melindungi film dari cahaya luar, sehingga akan dihasilkan fog pada hasil
radiograf. Tentunya dengan temuan ini akan mengganggu radiograf yang
dihasilkan.
3. Ciri-ciri Kaset yang Baik
- Ringan dan mudah dibawa.
- Struktur kuat.
- Tidak mudah rusak.
- Bagian depan harus memiliki kesamaan radiolusen untuk menghilangkan
artefak.
- Bagian belakang terdapat lembaran timbal untuk menyerap sinar hambur.
- Memiliki busa penekan untuk merapatkan film dengan screen.
- Bentuk sedemikian rupa sehingga pemakaian mudah & tidak melukai pasien.
4. Bentuk / Jenis Kaset
a) Konvensional
Kaset yang sering digunakan seperti 18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm,
35 x 35 cm, 35 x 43 cm.
b) Bentuk Kurva
Kaset yang digunakan untuk memotret bagian tubuh karena
anatomi/patologi tidak lurus, seperti rahang, lutut, bahu.
c) Film Changer
Mempunyai bentuk & ukuran lebih besar agar dapat memuat hingga 5
buah kaset. Bagian atas terbuat dari bahan yang mudah ditembus sinar-x &
dilengkapi grid/lisolom. Digunakan untuk pemeriksaan secara berurutan tanpa
3
4. henti (sekon) seperti pembuluh darah dan jantung. Bagian bawah kaset
dilengkapi pegas untuk mendorong kaset naik ke atas.
d) Kaset Foto Timer
- Foto electric cells: Jika densitas (nilai kehitaman) pada daerah yang
diperlukan sudah mencapai takaran tertentu, maka alat ini akan
menghentikan eksposi.
- Ionization chamber: Jika jumlah radiasi pada daerah yang dituju sudah
tercapai, maka alat ini akan menghentikan eksposi.
Kedua jenis ini merupakan automatic exposure dan terletak sensor alat
ini terletak di belakang kaset. Pada bagian depan & belakang harus
radiolusen.
e) Kaset dengan Grid / Lisolom
- Menjadi satu dengan kaset
- Berat
- Mahal
- Kurang populer
f) Kaset Fleksibel
Pada bidang Industri digunakan untuk potret pipa/saluran dan pada
bidang kesehatan digunakan untuk panoramik gigi, opg (rahang).
g) Kaset Non Screen (Amplop)
h) Kaset Mammografi
i) Kaset CT Scan
j) Kaset Kedokteran Nuklir
k) Imaging Plat
l) Dental Film
5. Perawatan dan Pemeliharaan Kaset
a) Cara perawatan kaset adalah:
- Saat pemasukan/pengambilan film dari kaset, jangan terlalu terlalu terbuka
untuk menghindari debu masuk ke kaset dan kaset dibuka sekitar 6-8 cm.
- Kaset disimpan seperti buku dan diletakkan vertikal.
- Jaga kebersihan dari debu, benda asing, dan cairan kimia.
- Hindari kaset jatuh.
- Hindari tekanan pada kaset.
4
5. - Hindari benturan dengan benda keras.
- Hindari bagian dalam dari goresan debu, benda tajam, kuku, percikan
cairan bahan pemroses film (seperti develpoer / fixer).
b) Cara pemeliharaan kaset:
- Beri tanggal pada kaset, waktu dimana kaset tersebut dikeluarkan oleh
pabrik.
- Perawatan secara berkala, meliputi inspeksi, pembersihan bagian dalam
dan luar kaset, termasuk lapisan IS.
- Beri catatan khusus waktu pembersihan dan catat tanggal dan waktu
pelaksanaan kegiatan inspeksi dan embersihan tersebut.
6. Kebersihan Kaset
a) Luar
- Bagian luar harus dibersihkan tiap hari.
- Gunakan Alkohol untuk membunuh kuman penyakit pada kaset.
- Gunakan Perihidariol untuk membersihkan noda darah pada kaset.
- Hindari timbulnya artefak pada film.
b) Dalam
- Bahan yang digunakan adalah sikat halus, sabun mandi, atau cotton wool.
- Gosokan cotton wool (basah) yang sudah bersabun dengan gerakan angka
“8” pada permukaan screen.
- Gosokan cotton wool (kering) untuk bersihkan screen hingga kering.
- Sementara kaset dengan posisi berdiri di meja kamar gelap.
- Jika screen digosok dengan gerakan searah akan menimbulkan
“elektrostatis”.
- Jangan dibersihkan dengan air pam / larutan pembersih sembarangan.
Bersihkanlah kaset hingga tidak ada noda mineral, tidak lengket, dan tidak
elektrostatik.
7. Pelekatan Screen pada Kaset
Bila ingin merekatkan screen baru, sisi pinggir harus telah dilengkapi strip
perekat. Kemudian kaset bagian dalam dibersihkan. Proses yang pertama screen
dilekatkan dan bagian depan screen berhadapan dengan kaset bagian belakang.
Setelah itu penutup perekat dilepas sehingga menempel. Bila screen lama terlepas,
5
6. harus dilekatkan kembali dengan kedudukan yang benar. Gunakan lem pelekat yang
aman terhadap fosfor screen yang tidak mengandung bahan kimia/radioaktif.
B. IS (Intensifying Screen) atau Tabir Penguat
1. Prinsip kerja IS:
Bahan penyerap radiasi atau sinar-x dan memancarkannya kembali dalam
bentuk sinar tampak (cahaya tampak). Intensitas cahaya yang dipancarkan
berbanding lurus dengan kualitas radiasi (sinar-x) intensitas yang mengenai tabir
penguat IS. Bahan tabir penguat harus bersifat: lumenisensi (berpendar), yaitu
peristiwa keluarnya cahaya oleh bahan yang disebabkan oleh perubahan nomor
atom dari bahan tersebut. Terbagi atas :
a) Fluoronsensi
Bahan ini apabila menerima radiasi sinar-x akan menyerapnya
terlebih dahulu, baru memancarkan cahaya tampak setelah selang waktu
tertentu. Bahan seperti ini tidak cocok untuk fluoroskopi, sebab kita
menghendaki bahwa setiap perubahan pola sinar-x harus terlihat dengan
segera. Penundaan dalam pancaran cahaya juga akan mengakibatkan pola
menjadi kabur karena pergerakan obyek. Penundaan perubahan dari
berkas sinar-x menjadi sinar tampak disebut afterglow. Delay waktu
sampai terjadinya pencahayaan adalah > 10-8 detik.
b) Phosforesensi
Bahan ini akan berpendar setelah menerima radiasi, langsung
memancarkan cahaya tampak. Bahan ini sangat cocok untuk tabir
fluoroskopi, sebab setiap perubahan pola sinar-x dapat terlihat dengan
segera. Waktu terjadinya pencahayaan adalah < 10-8.
2. Bahan-bahan IS:
- Kalsium wolfram/tungstate (c4wo4): panjang gelombangnya 350-520 nm
- Barium land sulphade (Baso4, pbso4): panjang gelombangnya 300-450nm
- Zine sulphade (zns): panjang gelombangnya 390-550 nm
- Zine cadmium sulphade (zncds): panjang gelombangnya 480-640 nm
- Rare Earth phospor: Gadolinium (Gd)
- Yetrium (y)
- Lanthanum (La)
6
7. 3. Faktor Intensifikasi
Radiografi memerlukan Intensifying screen, yang berfungsi sebagai lembar
penguat gambar, melalui proses pencahayaan akibat penyinaran. Bila memakai
Intensifying screen dapat menghemat nilai penyinaran, disamping menghasilkan
mutu gambar yang lebih baik. Proses yang demikian kita sebut dengan intensifikasi
gambar. Dengan demikian apabila menggunakan Intensifying screen memerlukan
Factor Intensifikasi, yaitu nilai perbandingan antara penyinaran tanpa menggunakan
Intensifying screen dengan penyinaran dengan menggunakan intensifying screen.
Atau:
Faktor-faktor yang mempengaruhi IF:
- Ukuran kristal dari fosfor.
- Jenis fosfor yang digunakan.
- Volume/jumlah fosfor yang digunakan.
- Tebal-tipisnya dari IS.
- Kualitas sinar-x/radiasi.
7
8. BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Penelitian dilakukan di instalasi radiologi RS. Pertamina Bintang Amin.
2. Dilaksanakan pada tanggal 27 November 2012.
B. Alat dan Bahan
1. Kaset radiografi biasa
2. Film radiografi
3. Lampu tungsten 100 watt
4. Meteran/pita pengukur
5. Penggaris
6. Timer (alat pengukur waktu)
7. Prosessing otomatis
C. Cara Kerja
1. Teliti kondisi ruangan, rapikan semua peralatan sehingga membantu kelancaran
dalam bekerja.
2. Siapkan lampu tungsten 100 watt. Lampu dipasang setinggi 1,22 meter dari tepi
atas kaset, bisa juga menggunakan cahaya matahari.
3. Siapkan kaset dan film yang masih berada dalam box (kotak) film sesuai dengan
ukurannya.
4. Kaset terlebih dahulu ditandai dengan memberi nomor pada bagian luar kaset untuk
memudahkan identifikasi.
5. Masukkan selembar film yang belum diekspose ke dalam kaset.
6. Letakkan kaset di bawah lampu tungsten atau di tempat yang terang (sinar
matahari) selama 15-30 menit.
7. Setelah itu film dicuci (di proses), tetapi sebelum dimasukkan ke dalam developer
tandailah film tersebut untuk mengetahui letak engsel (E), bagian yang terbuka (B)
dan bagian atas (A).
8. Proses film tersebut seperti biasa.
8
9. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah melakukan penelitian penulis akhirnya mendapatkan hasil. Hasil tersebut
berupa tabel yang tertera di bawah ini.
Tabel 4.1 perhitungan densitas pada titik E, A, dan B
No. Titik Nilai Densitas
1. Letak Engsel (E) 1.62
2. Bagian Tengah (A) 0.43
3. Bagian yang Terbuka (B) 0.41
Penelitian ini hanya menggunakan 1 buah kaset dengan tahun produksi sekitar tahun
2008.
B. Pembahasan
Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa film radiografi mempunyai rentang
nilai densitas antara 0 – 4. Pada film tersebut lebar kabut (fog) dari sepanjang sisi
bagian engsel kurang dari 0.5 cm yaitu 0.2 cm. Hal ini dapat diabaikan, tetapi kaset ini
harus diawasi jika terjadi kerusakan yang berarti di kemudian hari.
Pada setiap sisi bagian film tersebut memiliki nilai densitas yang berbeda. Sisi
bagian engsel (E) memiliki nilai densitas sebesar 1.62. Sisi bagian atas (A) memiliki
nilai densitas sebesar 0.43. Dan sisi bagian yang terbuka (B) memiliki nilai densitas
sebesar 0.41. Ketiga titik tersebut memiliki nilai densitas lebih dari 0.22 dan film
tersebut mengalami kenaikan fog level rata-rata sebesar 0.6. Film yang baik tidak akan
melebihi 0.22 karena nilai toleransi basic fog yang diperkenankan antara 0.10 dan tidak
boleh lebih dari 0.22 (Charlton, 1992). Kemungkinan film tersebut sudah memiliki fog
yang disebabkan karena faktor tertentu dan bukan dari faktor kebocoran kaset.
9
10. Ada tiga kategori penyebab terjadinya fog yaitu :
1. Kesalahan yang terjadi pada saat penyimpanan film (Storage Faults) meliputi:
1.1 Terlalu lama waktu penyimpanannya
1.2 Temperatur terlalu tinggi
1.3 Kelembaban terlalu tinggi
1.4 Penyimpanan film secara horizontal
1.5 Radiasi alam terlalu tinggi
1.6 Radiasi hambur
2. Kesalahan yang terjadi di kamar gelap (Darkroom Faults) meliputi:
2.1 Lampu pengaman yang tidak benar
2.2 Waktu penanganan film di kamar gelap terlalu lama
2.3 Terlalu banyak lampu pengaman
2.4 Lampu pengaman terlalu dekat
2.5 Lampu pengaman terlalu terang
2.6 Lampu pengaman yang sudah retak/pecah
2.7 Kebocoran pada safelight
3. Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film (Processing Faults) meliputi:
3.1 Over-replenishment
3.2 Temperatur developer yang terlalu tinggi
3.3 Waktu pemrosesan film terlalu lama
3.4 Kontaminasi
3.5 Temperatur fixer terlalu dingin
3.6 Waktu pemrosesan di fixer terlalu pendek
3.7 Fixer under-replenishment
Kondisi penyimpanan film yang baik yaitu:
1. Suhu kira-kira 13 derajat celcius.
2. Kelembaban udara maksimum 50% yaitu dalam keadaan dingin atau kering.
Kerusakan emulsi film tersebut berupa makin besarnya fog level dan
berkurangnya speed/kontras.
3. Terlindung dari radiasi pengion (sinar-x) dan sinar gamma.
4. Jauh dari bahan kimia seperti developer dan fixer.
5. Tidak terjadi tekanan mekanik baik di antara kotak-kotak film sendiri atau oleh
benda-benda lain.
10
11. Bila syarat-syarat penyimpanan tidak terpenuhi maka akan menimbulkan:
- fog level meninggi
- sensitivitas film menurun
- kontras film menurun
Kerusakan film disebabkan karena umur:
- makin meningginya basic fog level
- menurunnya speed atau kepekaan
- menurunnya nilai kontras
Jika lebar kabut (fog) yang timbul begitu besar (lebih dari 0.5 cm), perbaikilah
kerusakan tersebut. Bila penyebab kerusakan adalah karena engsel atau lipatannya,
maka dapat dilakukan perbaikan. Jika bukan karena engsel atau lipatannya, maka kaset
harus diganti. Dan perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan film (di gudang, kamar
gelap atau di kamar pemeriksaan), umur film, dan pemrosesan film karena hal tersebut
dapat meningkatkan fog level pada film.
Penyebab kebocoran kaset:
1. Karena terjatuh atau terbentur benda keras.
2. Tertekan oleh objek pada saat pemeriksaan atau pada saat penyimpanan yang
diletakan secara horizontal.
3. Gabus yang melekatkan IS dengan kaset sudah rusak sehingga terjadi ketidak
kontakan antara IS dengan kaset.
4. Terjadi kerusakan pada engsel atau pada bagian pengunci kaset.
11
12. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaset mudah cedera yang dapat mengakibatkan kebocoran kaset dan ketidak
kontakan film dengan screens. Kaset harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur.
Pencatatan harus dilakukan setiap kali pemeriksaan, perawatan atau pemeliharaan dan
penggantian (IS).
Pada film tersebut tidak terjadi penghitaman secara blok atau penghitaman yang
tidak merata sepanjang garis lurus. Ini membuktikan bahwa kaset tersebut tidak
mengalami kebocoran. Akan tetapi, terjadi kabut (fog) yang merata pada sepanjang
bagian engsel dengan lebar kurang dari 0,5 cm maka hal ini dapat diabaikan. Dan terjadi
kenaikan fog level pada film yang disebabkan karena adanya factor-faktor berikut ini:
- Kesalahan yang terjadi pada saat penyimpanan film
- Kesalahan yang terjadi di kamar gelap
- Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film
B. Saran
1. Gunakanlah kaset dengan baik. Hindari adanya benturan, tekanan, atau jatuh agar
tidak terjadi kerusakan atau kebocoran pada kaset. Periksa dan pelihara kaset secara
berkala.
2. Simpan film dengan baik agar tidak terjadi kenaikan fog level. Perhatikan expire
date. Film yang sudah expire date akan menghasilkan gambar radiograf yang buruk.
12