SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
KESELAMATAN RADIASI
C r e a t e d b y :
 Mila Amalia
Pengertian dan tujuan
Dosis Ekivalen Efektif
Filosofi Keselamatan Radiasi
dan ALARA
Ketentuan Umum Proteksi
Radiasi
Nilai Batas Masukan dan
Tahunan Batas Turunan
Manjemen Keselamatan
Pemanfaatan Tenaga Nuklir
Pertahanan Berlapis
Landasan Teknis Umum
Prinsip Dasar Keselamatan
Evaluasi Pelaksanaan Kegian
dam Pencatatan
Kegiatan Pokok dan Rincian
Kegiatan
Tanggung Jawab
Sistem Pembatasan Dosis
KESIMPULAN
KESELAMATAN RADIASI
CLICK ME!
HOME
Pengertian
 Keselamatan Radiasi / Proteksi Radiasi / Fisika Kesehatan adalah
suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik
kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan
kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan
diperolehnya “akibat negatif” dari radiasi pengion, sementara kegiatan
yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap
dilakukan.
 Akibat negatif yang dimaksud tersebut disebut Somatik apabila diderita
oleh orang yang terkena radiasi dan disebut akibat genetik apabila
dialami oleh keturunannya.
Akibat negatif juga dapat menimbulkan :
 Efek Stokastik : akibat dimana kemungkinan terjadinya efek
tersebut merupakan fungsi dan dosis radiasi yang diterima oleh
seseorang tanpa suatu nilai ambang.
 Efek Non Stokastik : akibat dimana tingkat keparahan dari
akibat radiasi ini tergantung pada dosis radiasi yang diterima
dan oleh karena itu diperlukan nilai ambang.
Tujuan
Khusus :
 Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan dan
membatasi peluang terjadinya efek stokastik.
Umum :
 Tercapainya keselamatan petugas, pasien dan masyarakat sekitar
dari bahaya radiasi
 Terlaksananya pemantauan kesehatan bagi petugas radiasi
 Terlaksananya penggunaan APD bagi petugas dan pasien
 Terlaksananya pemantauan dosis radiasi hambur yang diterima oleh
petugas
Filosofi Keselamatan Radiasi dan ALARA
Dalam menentukan untung-rugi atau risiko manfaat dari kegiatan yang menggunakan
sumber radiasi perlu ditetapkan suatu sistem pembatasan dosis berdasarkan pada :
 Setiap pemakaian zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya hanya
didasarkan pada azas manfaat dan harus lebih dahulu memperoleh persetuuan
BAPETEN
 Semua penyinaran harus diusahakan serendah – rendahnya (ALARA) dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi dan social
 Dosis ekivalen yang diterima oleh seseorang tidak boleh melampaui NBD yang
telah ditetapkan.
Dalam menerapkan sistem pembatasan dosis ini maka rekomendasi yang
dikeluarkan Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (ICRP) dibuat sedemikian
rupa sehingga efek non stokastik dapat dihindari dan untuk memperkecil efek
stokastik (kanker) sampai pada suatu nilai yang dapat diterima.
 Risiko kematian yang dapat diterima oleh seorang pekerja dalam 1 tahun adalah
1 dari 10.000 untuk NBD yang berlakun sekarang ini 50mSv/thn
 Jika bekerja di industri risiko tesebut besarnya 1 dari 2.000 atau 5 kali besar
risikonya.
 Nilai tersebut dapat tinggi apabila ALARA tidak diterapkan.
Untuk tujuan standar keselamatan radiasi ICRP membedakan 3
macam kategori penyinaran :
 Penyinaran terhadap pekerja radiasi dewasa (di atas 18 tahun),
dibagi lagi penyinaran untuk wanita hamil dan pekerja radiasi
lainnya
 Anggota masyarakat terdiri dari anggota masyarakat perorangan
dan keseluruhan masyarakat
 Penyinaran medik yaitu memperoleh dosis radiasi dengan sengaja
yang diberikan oleh tenaga medik dan paramedik yang mampu.
Dalam membatasi akibat negatif yang dapat terjadi pada pekerja
radiasi maka dalam SK Kepala BAPETEN No. 01/1999 tentang
Ketentuan Keselamatan Terhadap Radiasi ditetapka NBD sbb:
 Untuk menghindari efek non stokastik, ditetapkan NBD :
0.5 Sv (5 rem) untuk semua jaringan kecuali lensa mata sedangkan
untuk lensa mata 0.15 Sv (15 rem)
 Untuk membatasi dosis efek stokastik ditetapkan NBD ekivalen
efektif untuk penyinaran seluruh tubuh adalah 50 mSv/thn.
Dosis Ekivalen Efektif
 Karena adanya perbedaan kepekaan di antara jaringan
yang berbeda, terjadi perbedaan faktor perbandingan
antara jaringan tersebut. Perbedaan tersebut sebagai
akibat dari masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh
manusia, dosis ekivalen efektif HE besarnya adlh :
 Wt adalah faktor bobot dari jaringan T yang menunjukan
kepekaan dari organ tubuh terhadap efek stokastik. HE
tidak akan > 50 mSv/thn
HE = ∑ Wt Ht
Faktor Bobot dan Faktor Risiko Jaringan
terhadap Efek Stokastik
Jaringan Risiko Keterangan Faktor Bobot
Gonad 4.0 x 10-3 Risiko genetik
terhadap 2
generasi pertama
0.25
Payudara 2.5 x 10-3 Rata – rata untuk
semua usia dan
sama untuk pria
dan wanita
0.15
Sumsum Tulang
Belakang
2.0 x 10-3 Leukimia 0.12
Paru-Paru 2.0 x 10-3 Cancer 0.12
Thyroid 5.0 x 10-4 Cancer 0.03
Permukaan Tulang 5.0 x 10-3 Oseteosarcoma 0.03
Selebihnya 5.0 x 10-3 Cancer 0.30
Risiko Total 1.65 x 10-2
Dalam SK BAPETEN No. 01/1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap
Radiasi bahwa pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan
pekerja wanita dalam masa menyususi tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi
dengan risiko kontaminasi tinggi.
 NBD untuk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv
 NBD untuk wanita dalam usia subur 13 mSv
 NBD untuk wanita hamil 10 mSv
 NBD untuk penyinaran lokal adalah 500 mSv dalam 1 tahun
 Pembatasan dosis untuk penyinaran khusus direncanakan.
Penyinaran khusus tersebut tidak boleh diberikan kepada pekerja radiasi
apabila :
 Selama 12 bulan sebelumnya pernah menerima dosis lebih besar daripada
NBD seluruh tubuh
 Pernah menerima penyinaran akibat keadaan darurat atau kecelakaan
 Wanita usia subur
 Pembatasan dosis untuk anggota masyarakat
 Penyinaran anggota masyaraktat secara keseluruhan
 NBD dalam satu tahun untuk magang dan siswa yang
harus menggunakan sumber radiasi :
 Yang berusia diatas 18 tahun, smaa dengan NBD
untuk pekerja radiasi
 Yang berusia antara 16 dan 18 tahun adalah 0.3 dari
NBD untuk pekerja radiasi
 Yang berusia dibawah 16 tahun adlah 0.1 dari NBD
untuk masyarakat umum dan tidak boleh menerima
dosis sebesar 0.01 dari NBD masyarakat umum,
dalam sekali penyinaran
Nilai Batas Masukan dan Tahunan Batas
Turunan
 Ditentukan dengan memperhatikan efek stokastik dan non-stokastik
yaitu tidak melebihi penerimaan dosis ekivalen sebesar 50 mSv dan
dosis yang diterima jaringan lunak dan organ tidak melebihi 500
mSv.
 Disamping itu ada pula terdapat nilai Batas Masukan Tahunan
(BMT) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai batas
turunan yaitu kadar radioaktivitas udara di tempat kerja bagi pekerja
radiasi dan batas masukan tahunan melalui saluran pencernaan
makanan.
Ketentuan Umum Proteksi Radiasi
Dalam SK Kepala BAPETEN No. 01/1999 tersebut diatur hal – hal sbb :
 Pembatasan Penyinaran : dilakukan dengan cara pembagian daerah
kerja, klasifikasi pekerja radiasi, dan pemeriksaan dan pengujian
perlengkapan proteksi radiasi dan alat ukur radiasi.
 Daerah Pengawasan (daerah yang memungkinkan seseorang
menerima dosis radiasi < 15 mSv dalam setahun dan bebas
kontaminasi)
 Daerah Pengendalian (daerah yang memungkinkan seseorang
menerima dosis radiasi 15 mSv / lebih dalam setahun)
 Petugas Proteksi Radiasi : bertanggung jawab atas terlaksananya
tugas – tugas dalam daerah yang memungkinkan seseorang menerima
dosis lebih dari 5 mSv dalam satu tahun dan dalam daerah
kontaminasi.
 Ada berbagai hal yang perlu kita lakukan ketika kita menjadi petugas
PPR maupun pekerja radiasi agar keselamatan radiasi boleh tercapai :
 Melakukan pemantauan terhadap kebocoran dinding / tembok ruangan
pemeriksaan, dimana besaran paparan radiasi pada ruangan yang digunakan
oleh pekerja radiasi 100mR/minggu sedangkan di ruangan yang digunakan
selaian pekerja radiasi 10 mR/minggu
 Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi yang dikenal dengan Uji
Kesesuaian / kalibrasi
 Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Radiasi (APD
Apron, Pelindung Tiroid, Glove Pb, Gogle Pb, Shielding Pb) dengan cara
melakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali. Dan untuk APD yang telah dikalibrasi
diberi sticker yang berisiskan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.
 Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan (TLD, Pen
Dosimetri, Survey meter)
 Memasang tanda – tanda bahaya pada daerah kerja
 Melakukan pemantauan kesehatan terhadapa pekerja radiasi. Pemeriksaan
kesehatan meliputi: pemeriksaan kesehatan umum dan pemeriksaan kesehatan
khusus.
Manjemen Keselamatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir
 Potensi tenaga nulir yang cukup besar tersebut dikembangkan dan dimanfaatkan
bagi sebesar – besarnya kemampuan rakyat.
 Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang kesehatan di bagi dalam tiga kelompok
kegiatan , yaitu : kedokteran nuklir, bidang radioterapi, dan radiodiagnostik.
 Namun, disamping manfaatnya yang begitu besar tenaga nuklir juga mempunyai
potensi bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan.
 Pemanfaatan tenaga nuklir ini harus mendapat penanganan yang lebih cermat
dan teliti agar selalu mengikuti segala ketentuan di bidang keselamatan
 Keselamatan nuklir dapat dibagi dua, yaitu:
 Keselamatan Instalasi Nuklir
mencegah dan menjamin dengan tingkat kepercayaan yang tinggi
 Keselamatan Radiasi
menjamin penyinaran radiasi didalam instalasi nuklir yang beroperasi dalam
keadaan normal dan setiap pelepasan bahan radioaktif dari instalasi nuklir
dipertahankan serendah yang masih dapat dicapai (ALARA)
Prinsip Dasar Keselamatan
 Tanggung Jawab Manajemen
 Budaya Keselamatan
budaya yang mapan akan mengatur perilaku dan interaksi antar karyawan
dan organisasi yang berkecimpung dalam pemanfaatan tenaga nuklir
 Komitmen pada Tingkat Kebijakan
o Pernyataan kebijakan tentang keselamatan
o Struktur Manajemen
o Sumber daya
o Pengaturan Diri
 Komitmen pada Tingkat Manajer
o Definisi dan Tanggung Jawab
o Definisi dan Kontrol Praktek Keselamatan
o Penghargaan dan sanksi
o Kualifikasi dan training
o Audit, review dan perbandingan
 Komitmen Individu
o Sikap ingin tahu
o Pendekatan yang ketat dan bijaksana
o Pendekatan melalui komunikasi
 Tanggung Jawab Organisasi Pengoperasian
prinsip utamanya adalah tanggung jawab utama untuk keselamatan
instalasi nuklir terletak pada organisasi pengoperasian (pemegang izin)
 Pengaturan dan Penilaian yang Independen
prinsipnya adalah pemerintah membentuk peraturan perundangan
Ketenaganukliran dan menetapkan badan pengawas yang independen
yang bertanggung jawab dalam menyusun peraturan, memberikan izin dan
inspeksi dengan konsekuen peraturan yang relevan
Pertahanan Berlapis
 Prinsip dasarnya yaitu untuk mengkompensasi kemungkinan
kegagalan manusis dan mesin dipusatkan pada beberapa lapis
proteksi termasuk penghalang ganda untuk mencegah pelepasan
unsur radioaktif ke lingkungan
 Pertahanan berlapis yang diterapkan antara lain :
 Pencegahan dari keadaan normal (desain dan dibangun &
dioperasikan yang tepat)
 Mendeteksi dan meniadakan deviasi dari keadaan normal
(antisipasi dari kecelakaan yang dipostulisasikan)
 Mengendalikan kecelakaan (peralatan tambahan dan prosedur)
 Manajemen kecelakaan di dalam instalasi
 Manajemen kecelakaan bila terjadi pelepasan ke lingkungan
Landasan Teknis Umum
 Design yang mapan
 Jaminan Kualitas
 Faktor Manusia
 Penilaian Keselamatan dan Vertifikasi
 Proteksi Radiasi
 Pengalaman Operasi dan Penelitian Keselamatan
Sistem Pembatasan Dosis
 Prinsip – prinsip keselamatan dan kesehatan agar dapat menjamin
keselamatan kepada setiap pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup
:
 Setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus mempunyai manfaat lebih
besar dengan risiko yang ditimbulkan
 Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak
melebihi NBD yang ditetapkan oleh Badan Pengawas
 Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan
sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin
agar paparan radiasi yang terjadi ditekan serendah – rendahnya
 Pengusaha instalasi merancang, membuat, mengoperasikan dan
merawat sistem dan komponen sumber radiasi yang mempunyai
potensi bahaya radiasi
 Sistem dan komponen sumber radiasi harus dirancang dan dibuat
sesuia dengan standar
Sistem pembatasan dosis ini harus memenuhi prinsip – prinsip
keselamatan dan kesehatan, yaitu :
 Justifikasi
Pemanfaatan tenaga nuklir harus berlandaskan azas manfaat
dimana risiko yang ditimbulkan oleh pemanfaatan tenaga nuklir
harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan manfaat yang
diterima
 Limitasi
NBD yang ditetapkan oleh peraturan tidak boleh dilampaui
 Optimasi
pemanfaatan tenaga nuklir penyinaran harus diupayakan
serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial
ekonomi
 Dalam pemanfaatan teknologi radiasi pengusaha instalasi adalah
orang yang mempunyai wewenang tertinggi di instansi tersebut
 Pengusaha instalasi dapat juga menjadi PPR (pasal 9 ayat 2 PP No.
63 tahun 2000) apabila PPR tidak ada dalam instansi tersebut
 Dalam hal ini pengusaha instalasi mempunyai tanggung jawab
keselamatan radiasi secara intern maupun ekstern
 Dalam melaksanakan tugas keselamatan ini tentunya hubungan
antara PPR dengan Pengusaha Instalasi serta Pekerja Radiasi
lainnya harus terjalin dengan baik sehingga dalam pelaksanaan
keselamatan dibutuhkan juga Organisasi Proteksi Radiasi yang
terdiri dari pengusaha instalasi, PPR dan pekerja radiasi.
Tanggung Jawab
 Pengusaha Instalasi
o Membentuk Organisasi Proteksi Radiasi dan menunjuk PPR
o Hanya mengizinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi
setelah memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan
pengalaman kerja dengan sumber radiasi
o Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya
potensi bahaya radiasi
o Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan
o Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan
o Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk
bekerja dengan sumber radiasi
o Memberitahukan BAPETEN dan Instansi lain bila terjadi bahaya
radiasi
 Petugas Proteksi Radiasi
o Memberikan instruksi teknis dan administratif secara lisan atau
tertulis kepada pekerja radiasi yang baik
o Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran
serendah mungkin dan tidak akan mencapai batas tertinggi
o Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan radiasi
o Mencegah zat radioaktif jatuh ketangan orang yang tidak berhak
o Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan ke dalam
daerah pengenadalian
o Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan
proteksi radiasi
o menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi
o Memeberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan
proteksi radiasi yang memadai
 Pekerja Radiasi
o Mengetahui, mamahami dan melaksanakan semua ketentuan
keselamatan radiasi
o Memanfaatkan sebaik – baiknya peralatan keselamatan radiasi
yang tersedia, bertindak hati – hati, serta bekerja secara aman
untuk melindungi baik dirinya sendiri maupun orang lain
o Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya
kepada PPR
o Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang
diduga akibat penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke
dalam tubuh
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
1. Melakukan pemantauan terhadap kebocoran dinding atau tembok
ruangan pemeriksaan, dimana besaran paparan radiasi pada ruangan
yang digunakan oleh pekerja radiasi adalah sebesar 100mR/ minggu
sedangkan pada ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi
sebesar 10mR/ minggu.
Pengukuran tersebut meliputi pengukuran pada daerah :
 Disekitar ruangan operator
 Dibelakang pintu, sekitar lobang kunci atau handle
 Pada sekitar diding yang dicurigai adanya kebocoran
 Diruangan ganti baju pasien
 Disekitar kaca Pb
2. Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi / Pesawat Sinar-X. yang dikenal
juga dengan istilah Uji kesesuaian atau kalibrasi. Pelaksanaan dari uji kesesuaian
ini adalah suatu badan yang telah di tunjuk oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN) sebagai.
Ketentuan uji kesesuaian :
 Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian Pesawat Sinar –X berlaku selama 4 (empat) tahun.
 Khusus dalam hal Pesawat Sinar-X Mammografi, Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian
berlaku selama 3 (tiga) tahun.
 Masa berlaku Notisi Lolos Uji Kesesuaian Dengan Perbaikan adalah sejak tanggal
penerbitan notisi sampai dengan tanggal berakhirnya masa berlaku Izin Penggunaan
Pesawat Sinar-X dari Kepala BAPETEN.
 Setiap Pesawat Sinar-X yang telah memiliki Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian atau Notisi
Lolos Uji Kesesuaian Dengan Perbaikan harus diuji ulang paling lama 90
(sembilan puluh) hari sebelum tanggal berakirnya masa berlaku sertifikasi atau notisi
tersebut. Tata cara Uji Kesesuaian kembali sebagaimana dimaksud dilakukan dengan
ketentuan sebagaimana tata cara Uji Kesesuaian awal.
 Setiap alat yang sudah lolos uji kesesuaian diberi tanda atau sticker yang berisikan
tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.
3. Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Diri
(APD) dengan cara melakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali. Untuk APD
yang telah di kalibrasi diberi Sticker yang berisikan tanggal
pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.
Jenis APD yang digunakan adalah :
 Apron,
Ketebalan apron untuk radiodiagnostik adalah
setara dengan 0,2 mmPb atau 0,25 mmPb.
Sedangkan untuk ruangan fluoroscopy setara
dengan 0,35 mmPb atatu 0,5 mmPb. Yang ditulis
secara permanen dan mudah terlihat pada apron
tersebut. Pemeliharaan dilakukan dengan cara
digantung.
 Perlindungan Tiroid, dengan ketebalan
yang setara dengan 1 mmPb. Sarung tangan Pb
(Glove Pb), dengan ketebalan yang setara dengan
0,25 mmPb pada 150KVp.
 Kaca mata Pb (Gogle), setara
dengan 1 mmPb.
Tabir pelindung (Shielding Pb),
dengan ketebalan yang setara
dengan
1 mmPb, dengan ukuran tinggi 2 m,
lebar 1 m yang dilengkapi dengan
kaca intip Pb yang setara dengan 1
mmPb.
4. Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan.
Peralatan yang digunakan adalah :
 Termo Luminisensi Dosimeter (TLD)
TLD yang disediakan oleh Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (BPFK) – Departemen Kesehatan
atau Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir (BATAN).
Pengukuran TLD ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
 Pendos (Pen Dosimetri)
Peralatan dosimeter perorangan pembacaan
Langsung secara analog atau digital. Alat ini
di gunakan selama berada dalam medan radiasi
yang nilai nya akan langsung bisa terlihat namun
tidak bisa diakumulasikan. Dimana petugas harus
membuat daftar perolehan dosis yang diterima
setiap kali kegiatan. Keuntungannya kita langsung dapat menilai daerah yang
banyak mengeluarkan radiasi.Sedangkan kelemahannya setiap pekerja harus
rajindan teliti dalam melakukan pencatat dosis.
Survey meter
Tersedianya survey meter untu
penggunaan pesawat intervensional.
Agar setiap saat dapat mengukur
paparan
radiasi di sekitar lokasi pemeriksaan.
5. Memasang tanda-tanda radiasi pada daerah kerja, seperti :
 Memasang lampu merah pada ruangan
pemeriksaan yang menggunakan pesawat sinar – x ,
disertai adanya tulisan “DILARANG MASUK JIKA
LAMPU MERAH MENYALA”
 Memasang stiker tanda bahaya
radiasi
di depan pintu ruangan pemeriksaan
yang menggunakan sinar – x.
 Poster peringatan bahaya Radiasi harus
dipasang di dalam ruangan pesawat sinar-x, yang
memuat tulisan “WANITA HAMIL ATAU DIDUGA
HAMIL HARUS MEMBERITAHU DOKTER ATAU
RADIOGRAFER”
6. Melakukan pemantauan kesehatan terhadap pekerja radiasi.
Pemeriksaan kesehatan meliputi :
 Pemeriksaan kesehatan umum, dilakukan pada saat sebelum bekerja,
selama bekerja dan pada saat akan memutuskan hubungan kerja /
pension.
 Pemeriksaan kesehatan khusus, dilakukan pada pekerja radiasi yang
mengalami atau diduga mengala,I gejala sakit akibat radiasi serta bagi
pekerja yang mendapatkan paparan radiasi yang melibihi nilai ambang
batas.
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN
PENCATATAN
 Melakukan pencatatan pada formulir pemeliharaan / kalibrasi pesawat
sinar x dan peralatan APD.
 Melakukan pencatatan dan penyimpanan hasil penerimaan dosis
radiasi perorangan (TLD).
 Melakukan pencatatan hasil pengukuran dosis radiasi hambur pada
sekitar ruangan pemeriksaan.
 Melakukan pencatatan inventaris data – data pesawat sinar – x.
 Melakukan peng arsipan hasil – hasil pemeriksaan kesehatan.
 Melakukan pemantauan terhadap terjadinya kecelakaan radiasi.
Kesimpulan
 Keselamatan radiasi ini diterapkan agar mampu mencegah dan membatasi peluang
terjadinya efek stokastik dan non stokastik yang dapat terjadi pada setiap pekerja yang
bekerja dengan penyinaran radiasi
 Untuk menerapkan setiap tujuan dari keselamatan radiasi berbagai standar ditetapkan
salah satunya adalah ditetapkannya NBD ekivalen efektif untuk penyinaran seluruh tubuh
50 mSv / tahun
 Pencapaian dari setiap tujuan keselamatan radiasi tersebut diperlukan pihak – pihak yang
mampu bekerja sama dengan baik yaitu Pengusaha Instalasi, Petugas Proteksi Radiasi dan
Pekerja Radiasi dengan bersungguh – sungguh menjalankan tanggung jawabnya masing –
masing
 Keselamatan radiasi ini diterapkan agar mampu mencegah dan membatasi peluang
terjadinya efek stokastik dan non stokastik yang dapat terjadi pada setiap pekerja yang
bekerja dengan penyinaran radiasi
 Untuk menerapkan setiap tujuan dari keselamatan radiasi berbagai standar ditetapkan
salah satunya adalah ditetapkannya NBD ekivalen efektif untuk penyinaran seluruh tubuh
50 mSv / tahun
 Pencapaian dari setiap tujuan keselamatan radiasi tersebut diperlukan pihak – pihak yang
mampu bekerja sama dengan baik yaitu Pengusaha Instalasi, Petugas Proteksi Radiasi dan
Pekerja Radiasi dengan bersungguh – sungguh menjalankan tanggung jawabnya masing -
masing
Terimakasih

More Related Content

What's hot

Makalah Digital Radiography
Makalah Digital RadiographyMakalah Digital Radiography
Makalah Digital RadiographyIvan Kurnia
 
Pengolahan limbah radioaktif kedokteran nuklir
Pengolahan limbah radioaktif kedokteran nuklirPengolahan limbah radioaktif kedokteran nuklir
Pengolahan limbah radioaktif kedokteran nuklirAdhianto Dwi
 
Pesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopiPesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopisunarya afaf
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiNona Zesifa
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanNona Zesifa
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaTeknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaNona Zesifa
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)Nona Zesifa
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiWira Kusuma
 
REGULASI PERIZINAN RADIODIAGNOSTIK
REGULASI PERIZINAN RADIODIAGNOSTIKREGULASI PERIZINAN RADIODIAGNOSTIK
REGULASI PERIZINAN RADIODIAGNOSTIKPariJatim1
 
Presentasi intervensional Radiologi
Presentasi intervensional RadiologiPresentasi intervensional Radiologi
Presentasi intervensional RadiologiEna Nurfalah Rach
 
Standar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologiStandar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologiAmalia Annisa
 
Dasar dasar radioterapi
Dasar dasar radioterapiDasar dasar radioterapi
Dasar dasar radioterapidadupipa
 
Peraturan perundangan radiasi
Peraturan  perundangan  radiasiPeraturan  perundangan  radiasi
Peraturan perundangan radiasiAgung Oktavianto
 
Radiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikRadiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikNona Zesifa
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricNona Zesifa
 

What's hot (20)

Makalah Digital Radiography
Makalah Digital RadiographyMakalah Digital Radiography
Makalah Digital Radiography
 
Ppt fasil radiologi 2
Ppt fasil radiologi 2Ppt fasil radiologi 2
Ppt fasil radiologi 2
 
Pengolahan limbah radioaktif kedokteran nuklir
Pengolahan limbah radioaktif kedokteran nuklirPengolahan limbah radioaktif kedokteran nuklir
Pengolahan limbah radioaktif kedokteran nuklir
 
Pesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopiPesawat sinar x fluoroskopi
Pesawat sinar x fluoroskopi
 
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposiRadiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
Radiofotografi 2 Modifikasi faktor eksposi
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scanppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas ct-scan
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakheaTeknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
Teknik Pemeriksaan Radiografi Faring laring trakhea
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
 
Teori dasar tld
Teori dasar tldTeori dasar tld
Teori dasar tld
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografi
 
REGULASI PERIZINAN RADIODIAGNOSTIK
REGULASI PERIZINAN RADIODIAGNOSTIKREGULASI PERIZINAN RADIODIAGNOSTIK
REGULASI PERIZINAN RADIODIAGNOSTIK
 
Proteksi radiasi
Proteksi radiasiProteksi radiasi
Proteksi radiasi
 
Presentasi intervensional Radiologi
Presentasi intervensional RadiologiPresentasi intervensional Radiologi
Presentasi intervensional Radiologi
 
Standar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologiStandar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologi
 
Gamma kamera
Gamma kameraGamma kamera
Gamma kamera
 
Dasar dasar radioterapi
Dasar dasar radioterapiDasar dasar radioterapi
Dasar dasar radioterapi
 
Peraturan perundangan radiasi
Peraturan  perundangan  radiasiPeraturan  perundangan  radiasi
Peraturan perundangan radiasi
 
Radiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristikRadiofotografi Kurva karakteristik
Radiofotografi Kurva karakteristik
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 Pediatric
 
MANAJEMEN K3 RS
MANAJEMEN K3 RSMANAJEMEN K3 RS
MANAJEMEN K3 RS
 

Similar to KESELAMATAN RADIASI

DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....RudiWijanarko2
 
04_common_radiation_Indonesian.pdf
04_common_radiation_Indonesian.pdf04_common_radiation_Indonesian.pdf
04_common_radiation_Indonesian.pdfdavidsaputra0604
 
Efek Radiasi dan Proteksi Radiasi pada Pasien Pediatrik [2018]
Efek Radiasi dan Proteksi Radiasi pada Pasien Pediatrik [2018]Efek Radiasi dan Proteksi Radiasi pada Pasien Pediatrik [2018]
Efek Radiasi dan Proteksi Radiasi pada Pasien Pediatrik [2018]sunarya afaf
 
PROTEKSI RADIASI INDI (1).ppt
PROTEKSI RADIASI INDI (1).pptPROTEKSI RADIASI INDI (1).ppt
PROTEKSI RADIASI INDI (1).pptgamalrizal
 
Perkembangan Proteksi online 2020 (industri 1).pptx
Perkembangan Proteksi online 2020 (industri 1).pptxPerkembangan Proteksi online 2020 (industri 1).pptx
Perkembangan Proteksi online 2020 (industri 1).pptxRudiWijanarko2
 
Week 13 pengamanan dampak radiasi
Week 13   pengamanan dampak radiasiWeek 13   pengamanan dampak radiasi
Week 13 pengamanan dampak radiasisunarto bin sudi
 
6089 13511-1-pb
6089 13511-1-pb6089 13511-1-pb
6089 13511-1-pbary9
 
Program proteksi baru rs. hafsah
Program proteksi baru rs. hafsahProgram proteksi baru rs. hafsah
Program proteksi baru rs. hafsahrshapsah
 
Perka napeten 2013
Perka napeten 2013Perka napeten 2013
Perka napeten 2013Mohamad Arif
 
Perlindungan pasien anak dan dosis efektif pada pemanfaatan radiasi pengion
Perlindungan pasien anak  dan dosis efektif pada pemanfaatan radiasi pengion  Perlindungan pasien anak  dan dosis efektif pada pemanfaatan radiasi pengion
Perlindungan pasien anak dan dosis efektif pada pemanfaatan radiasi pengion Agung Oktavianto
 
Paper k3 di ruang operasi tugas individu
Paper k3 di ruang operasi tugas individuPaper k3 di ruang operasi tugas individu
Paper k3 di ruang operasi tugas individuChaniChandraDewi
 
PP 33 Tahun 2007.pdf
PP 33 Tahun 2007.pdfPP 33 Tahun 2007.pdf
PP 33 Tahun 2007.pdfLuftiHajri
 
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehariManfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehariYukie Prima Simarmata
 
Peraturan pERUNDANGAN PPR_Industri1_MARET 2022.pptx
Peraturan pERUNDANGAN PPR_Industri1_MARET 2022.pptxPeraturan pERUNDANGAN PPR_Industri1_MARET 2022.pptx
Peraturan pERUNDANGAN PPR_Industri1_MARET 2022.pptxRudiWijanarko2
 

Similar to KESELAMATAN RADIASI (20)

DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
DASAR - DASAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI_RUDI WIJANARKO_ONC 2023 Rev 1....
 
04_common_radiation_Indonesian.pdf
04_common_radiation_Indonesian.pdf04_common_radiation_Indonesian.pdf
04_common_radiation_Indonesian.pdf
 
Efek Radiasi dan Proteksi Radiasi pada Pasien Pediatrik [2018]
Efek Radiasi dan Proteksi Radiasi pada Pasien Pediatrik [2018]Efek Radiasi dan Proteksi Radiasi pada Pasien Pediatrik [2018]
Efek Radiasi dan Proteksi Radiasi pada Pasien Pediatrik [2018]
 
Kedokteran Nuklir
Kedokteran NuklirKedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir
 
PROTEKSI RADIASI INDI (1).ppt
PROTEKSI RADIASI INDI (1).pptPROTEKSI RADIASI INDI (1).ppt
PROTEKSI RADIASI INDI (1).ppt
 
Ayu Hardianti.pptx
Ayu Hardianti.pptxAyu Hardianti.pptx
Ayu Hardianti.pptx
 
Perkembangan Proteksi online 2020 (industri 1).pptx
Perkembangan Proteksi online 2020 (industri 1).pptxPerkembangan Proteksi online 2020 (industri 1).pptx
Perkembangan Proteksi online 2020 (industri 1).pptx
 
Week 13 pengamanan dampak radiasi
Week 13   pengamanan dampak radiasiWeek 13   pengamanan dampak radiasi
Week 13 pengamanan dampak radiasi
 
6089 13511-1-pb
6089 13511-1-pb6089 13511-1-pb
6089 13511-1-pb
 
Program proteksi baru rs. hafsah
Program proteksi baru rs. hafsahProgram proteksi baru rs. hafsah
Program proteksi baru rs. hafsah
 
Perka napeten 2013
Perka napeten 2013Perka napeten 2013
Perka napeten 2013
 
Perlindungan pasien anak dan dosis efektif pada pemanfaatan radiasi pengion
Perlindungan pasien anak  dan dosis efektif pada pemanfaatan radiasi pengion  Perlindungan pasien anak  dan dosis efektif pada pemanfaatan radiasi pengion
Perlindungan pasien anak dan dosis efektif pada pemanfaatan radiasi pengion
 
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptxPPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
PPT K3RS TUGAS 2 - Salin.pptx
 
Paper k3 di ruang operasi tugas individu
Paper k3 di ruang operasi tugas individuPaper k3 di ruang operasi tugas individu
Paper k3 di ruang operasi tugas individu
 
Perka bapeten 3_2013
Perka bapeten 3_2013Perka bapeten 3_2013
Perka bapeten 3_2013
 
PP 33 Tahun 2007.pdf
PP 33 Tahun 2007.pdfPP 33 Tahun 2007.pdf
PP 33 Tahun 2007.pdf
 
PPT pengamanan radiasi
PPT pengamanan radiasiPPT pengamanan radiasi
PPT pengamanan radiasi
 
Higiene industri
Higiene industriHigiene industri
Higiene industri
 
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehariManfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
Manfaat radio aktif dalam kehidupan sehari
 
Peraturan pERUNDANGAN PPR_Industri1_MARET 2022.pptx
Peraturan pERUNDANGAN PPR_Industri1_MARET 2022.pptxPeraturan pERUNDANGAN PPR_Industri1_MARET 2022.pptx
Peraturan pERUNDANGAN PPR_Industri1_MARET 2022.pptx
 

KESELAMATAN RADIASI

  • 1. KESELAMATAN RADIASI C r e a t e d b y :  Mila Amalia
  • 2. Pengertian dan tujuan Dosis Ekivalen Efektif Filosofi Keselamatan Radiasi dan ALARA Ketentuan Umum Proteksi Radiasi Nilai Batas Masukan dan Tahunan Batas Turunan Manjemen Keselamatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Pertahanan Berlapis Landasan Teknis Umum Prinsip Dasar Keselamatan Evaluasi Pelaksanaan Kegian dam Pencatatan Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Tanggung Jawab Sistem Pembatasan Dosis KESIMPULAN KESELAMATAN RADIASI CLICK ME! HOME
  • 3. Pengertian  Keselamatan Radiasi / Proteksi Radiasi / Fisika Kesehatan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya “akibat negatif” dari radiasi pengion, sementara kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap dilakukan.  Akibat negatif yang dimaksud tersebut disebut Somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi dan disebut akibat genetik apabila dialami oleh keturunannya. Akibat negatif juga dapat menimbulkan :  Efek Stokastik : akibat dimana kemungkinan terjadinya efek tersebut merupakan fungsi dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang.
  • 4.  Efek Non Stokastik : akibat dimana tingkat keparahan dari akibat radiasi ini tergantung pada dosis radiasi yang diterima dan oleh karena itu diperlukan nilai ambang. Tujuan Khusus :  Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik. Umum :  Tercapainya keselamatan petugas, pasien dan masyarakat sekitar dari bahaya radiasi  Terlaksananya pemantauan kesehatan bagi petugas radiasi  Terlaksananya penggunaan APD bagi petugas dan pasien  Terlaksananya pemantauan dosis radiasi hambur yang diterima oleh petugas
  • 5. Filosofi Keselamatan Radiasi dan ALARA Dalam menentukan untung-rugi atau risiko manfaat dari kegiatan yang menggunakan sumber radiasi perlu ditetapkan suatu sistem pembatasan dosis berdasarkan pada :  Setiap pemakaian zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya hanya didasarkan pada azas manfaat dan harus lebih dahulu memperoleh persetuuan BAPETEN  Semua penyinaran harus diusahakan serendah – rendahnya (ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan social  Dosis ekivalen yang diterima oleh seseorang tidak boleh melampaui NBD yang telah ditetapkan. Dalam menerapkan sistem pembatasan dosis ini maka rekomendasi yang dikeluarkan Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (ICRP) dibuat sedemikian rupa sehingga efek non stokastik dapat dihindari dan untuk memperkecil efek stokastik (kanker) sampai pada suatu nilai yang dapat diterima.  Risiko kematian yang dapat diterima oleh seorang pekerja dalam 1 tahun adalah 1 dari 10.000 untuk NBD yang berlakun sekarang ini 50mSv/thn  Jika bekerja di industri risiko tesebut besarnya 1 dari 2.000 atau 5 kali besar risikonya.
  • 6.  Nilai tersebut dapat tinggi apabila ALARA tidak diterapkan. Untuk tujuan standar keselamatan radiasi ICRP membedakan 3 macam kategori penyinaran :  Penyinaran terhadap pekerja radiasi dewasa (di atas 18 tahun), dibagi lagi penyinaran untuk wanita hamil dan pekerja radiasi lainnya  Anggota masyarakat terdiri dari anggota masyarakat perorangan dan keseluruhan masyarakat  Penyinaran medik yaitu memperoleh dosis radiasi dengan sengaja yang diberikan oleh tenaga medik dan paramedik yang mampu. Dalam membatasi akibat negatif yang dapat terjadi pada pekerja radiasi maka dalam SK Kepala BAPETEN No. 01/1999 tentang Ketentuan Keselamatan Terhadap Radiasi ditetapka NBD sbb:  Untuk menghindari efek non stokastik, ditetapkan NBD : 0.5 Sv (5 rem) untuk semua jaringan kecuali lensa mata sedangkan untuk lensa mata 0.15 Sv (15 rem)  Untuk membatasi dosis efek stokastik ditetapkan NBD ekivalen efektif untuk penyinaran seluruh tubuh adalah 50 mSv/thn.
  • 7. Dosis Ekivalen Efektif  Karena adanya perbedaan kepekaan di antara jaringan yang berbeda, terjadi perbedaan faktor perbandingan antara jaringan tersebut. Perbedaan tersebut sebagai akibat dari masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh manusia, dosis ekivalen efektif HE besarnya adlh :  Wt adalah faktor bobot dari jaringan T yang menunjukan kepekaan dari organ tubuh terhadap efek stokastik. HE tidak akan > 50 mSv/thn HE = ∑ Wt Ht
  • 8. Faktor Bobot dan Faktor Risiko Jaringan terhadap Efek Stokastik Jaringan Risiko Keterangan Faktor Bobot Gonad 4.0 x 10-3 Risiko genetik terhadap 2 generasi pertama 0.25 Payudara 2.5 x 10-3 Rata – rata untuk semua usia dan sama untuk pria dan wanita 0.15 Sumsum Tulang Belakang 2.0 x 10-3 Leukimia 0.12 Paru-Paru 2.0 x 10-3 Cancer 0.12 Thyroid 5.0 x 10-4 Cancer 0.03 Permukaan Tulang 5.0 x 10-3 Oseteosarcoma 0.03 Selebihnya 5.0 x 10-3 Cancer 0.30 Risiko Total 1.65 x 10-2
  • 9. Dalam SK BAPETEN No. 01/1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi bahwa pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun dan pekerja wanita dalam masa menyususi tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi dengan risiko kontaminasi tinggi.  NBD untuk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv  NBD untuk wanita dalam usia subur 13 mSv  NBD untuk wanita hamil 10 mSv  NBD untuk penyinaran lokal adalah 500 mSv dalam 1 tahun  Pembatasan dosis untuk penyinaran khusus direncanakan. Penyinaran khusus tersebut tidak boleh diberikan kepada pekerja radiasi apabila :  Selama 12 bulan sebelumnya pernah menerima dosis lebih besar daripada NBD seluruh tubuh  Pernah menerima penyinaran akibat keadaan darurat atau kecelakaan  Wanita usia subur  Pembatasan dosis untuk anggota masyarakat  Penyinaran anggota masyaraktat secara keseluruhan
  • 10.  NBD dalam satu tahun untuk magang dan siswa yang harus menggunakan sumber radiasi :  Yang berusia diatas 18 tahun, smaa dengan NBD untuk pekerja radiasi  Yang berusia antara 16 dan 18 tahun adalah 0.3 dari NBD untuk pekerja radiasi  Yang berusia dibawah 16 tahun adlah 0.1 dari NBD untuk masyarakat umum dan tidak boleh menerima dosis sebesar 0.01 dari NBD masyarakat umum, dalam sekali penyinaran
  • 11. Nilai Batas Masukan dan Tahunan Batas Turunan  Ditentukan dengan memperhatikan efek stokastik dan non-stokastik yaitu tidak melebihi penerimaan dosis ekivalen sebesar 50 mSv dan dosis yang diterima jaringan lunak dan organ tidak melebihi 500 mSv.  Disamping itu ada pula terdapat nilai Batas Masukan Tahunan (BMT) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai batas turunan yaitu kadar radioaktivitas udara di tempat kerja bagi pekerja radiasi dan batas masukan tahunan melalui saluran pencernaan makanan.
  • 12. Ketentuan Umum Proteksi Radiasi Dalam SK Kepala BAPETEN No. 01/1999 tersebut diatur hal – hal sbb :  Pembatasan Penyinaran : dilakukan dengan cara pembagian daerah kerja, klasifikasi pekerja radiasi, dan pemeriksaan dan pengujian perlengkapan proteksi radiasi dan alat ukur radiasi.  Daerah Pengawasan (daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis radiasi < 15 mSv dalam setahun dan bebas kontaminasi)  Daerah Pengendalian (daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis radiasi 15 mSv / lebih dalam setahun)  Petugas Proteksi Radiasi : bertanggung jawab atas terlaksananya tugas – tugas dalam daerah yang memungkinkan seseorang menerima dosis lebih dari 5 mSv dalam satu tahun dan dalam daerah kontaminasi.  Ada berbagai hal yang perlu kita lakukan ketika kita menjadi petugas PPR maupun pekerja radiasi agar keselamatan radiasi boleh tercapai :
  • 13.  Melakukan pemantauan terhadap kebocoran dinding / tembok ruangan pemeriksaan, dimana besaran paparan radiasi pada ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi 100mR/minggu sedangkan di ruangan yang digunakan selaian pekerja radiasi 10 mR/minggu  Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi yang dikenal dengan Uji Kesesuaian / kalibrasi  Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Radiasi (APD Apron, Pelindung Tiroid, Glove Pb, Gogle Pb, Shielding Pb) dengan cara melakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali. Dan untuk APD yang telah dikalibrasi diberi sticker yang berisiskan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.  Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan (TLD, Pen Dosimetri, Survey meter)  Memasang tanda – tanda bahaya pada daerah kerja  Melakukan pemantauan kesehatan terhadapa pekerja radiasi. Pemeriksaan kesehatan meliputi: pemeriksaan kesehatan umum dan pemeriksaan kesehatan khusus.
  • 14. Manjemen Keselamatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir  Potensi tenaga nulir yang cukup besar tersebut dikembangkan dan dimanfaatkan bagi sebesar – besarnya kemampuan rakyat.  Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang kesehatan di bagi dalam tiga kelompok kegiatan , yaitu : kedokteran nuklir, bidang radioterapi, dan radiodiagnostik.  Namun, disamping manfaatnya yang begitu besar tenaga nuklir juga mempunyai potensi bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan.  Pemanfaatan tenaga nuklir ini harus mendapat penanganan yang lebih cermat dan teliti agar selalu mengikuti segala ketentuan di bidang keselamatan  Keselamatan nuklir dapat dibagi dua, yaitu:  Keselamatan Instalasi Nuklir mencegah dan menjamin dengan tingkat kepercayaan yang tinggi  Keselamatan Radiasi menjamin penyinaran radiasi didalam instalasi nuklir yang beroperasi dalam keadaan normal dan setiap pelepasan bahan radioaktif dari instalasi nuklir dipertahankan serendah yang masih dapat dicapai (ALARA)
  • 15. Prinsip Dasar Keselamatan  Tanggung Jawab Manajemen  Budaya Keselamatan budaya yang mapan akan mengatur perilaku dan interaksi antar karyawan dan organisasi yang berkecimpung dalam pemanfaatan tenaga nuklir  Komitmen pada Tingkat Kebijakan o Pernyataan kebijakan tentang keselamatan o Struktur Manajemen o Sumber daya o Pengaturan Diri  Komitmen pada Tingkat Manajer o Definisi dan Tanggung Jawab o Definisi dan Kontrol Praktek Keselamatan o Penghargaan dan sanksi
  • 16. o Kualifikasi dan training o Audit, review dan perbandingan  Komitmen Individu o Sikap ingin tahu o Pendekatan yang ketat dan bijaksana o Pendekatan melalui komunikasi  Tanggung Jawab Organisasi Pengoperasian prinsip utamanya adalah tanggung jawab utama untuk keselamatan instalasi nuklir terletak pada organisasi pengoperasian (pemegang izin)  Pengaturan dan Penilaian yang Independen prinsipnya adalah pemerintah membentuk peraturan perundangan Ketenaganukliran dan menetapkan badan pengawas yang independen yang bertanggung jawab dalam menyusun peraturan, memberikan izin dan inspeksi dengan konsekuen peraturan yang relevan
  • 17. Pertahanan Berlapis  Prinsip dasarnya yaitu untuk mengkompensasi kemungkinan kegagalan manusis dan mesin dipusatkan pada beberapa lapis proteksi termasuk penghalang ganda untuk mencegah pelepasan unsur radioaktif ke lingkungan  Pertahanan berlapis yang diterapkan antara lain :  Pencegahan dari keadaan normal (desain dan dibangun & dioperasikan yang tepat)  Mendeteksi dan meniadakan deviasi dari keadaan normal (antisipasi dari kecelakaan yang dipostulisasikan)  Mengendalikan kecelakaan (peralatan tambahan dan prosedur)  Manajemen kecelakaan di dalam instalasi  Manajemen kecelakaan bila terjadi pelepasan ke lingkungan
  • 18. Landasan Teknis Umum  Design yang mapan  Jaminan Kualitas  Faktor Manusia  Penilaian Keselamatan dan Vertifikasi  Proteksi Radiasi  Pengalaman Operasi dan Penelitian Keselamatan
  • 19. Sistem Pembatasan Dosis  Prinsip – prinsip keselamatan dan kesehatan agar dapat menjamin keselamatan kepada setiap pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup :  Setiap pemanfaatan tenaga nuklir harus mempunyai manfaat lebih besar dengan risiko yang ditimbulkan  Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak melebihi NBD yang ditetapkan oleh Badan Pengawas  Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi ditekan serendah – rendahnya  Pengusaha instalasi merancang, membuat, mengoperasikan dan merawat sistem dan komponen sumber radiasi yang mempunyai potensi bahaya radiasi  Sistem dan komponen sumber radiasi harus dirancang dan dibuat sesuia dengan standar
  • 20. Sistem pembatasan dosis ini harus memenuhi prinsip – prinsip keselamatan dan kesehatan, yaitu :  Justifikasi Pemanfaatan tenaga nuklir harus berlandaskan azas manfaat dimana risiko yang ditimbulkan oleh pemanfaatan tenaga nuklir harus jauh lebih kecil dibandingkan dengan manfaat yang diterima  Limitasi NBD yang ditetapkan oleh peraturan tidak boleh dilampaui  Optimasi pemanfaatan tenaga nuklir penyinaran harus diupayakan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi
  • 21.  Dalam pemanfaatan teknologi radiasi pengusaha instalasi adalah orang yang mempunyai wewenang tertinggi di instansi tersebut  Pengusaha instalasi dapat juga menjadi PPR (pasal 9 ayat 2 PP No. 63 tahun 2000) apabila PPR tidak ada dalam instansi tersebut  Dalam hal ini pengusaha instalasi mempunyai tanggung jawab keselamatan radiasi secara intern maupun ekstern  Dalam melaksanakan tugas keselamatan ini tentunya hubungan antara PPR dengan Pengusaha Instalasi serta Pekerja Radiasi lainnya harus terjalin dengan baik sehingga dalam pelaksanaan keselamatan dibutuhkan juga Organisasi Proteksi Radiasi yang terdiri dari pengusaha instalasi, PPR dan pekerja radiasi.
  • 22. Tanggung Jawab  Pengusaha Instalasi o Membentuk Organisasi Proteksi Radiasi dan menunjuk PPR o Hanya mengizinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalaman kerja dengan sumber radiasi o Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi bahaya radiasi o Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan o Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan o Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja dengan sumber radiasi o Memberitahukan BAPETEN dan Instansi lain bila terjadi bahaya radiasi
  • 23.  Petugas Proteksi Radiasi o Memberikan instruksi teknis dan administratif secara lisan atau tertulis kepada pekerja radiasi yang baik o Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah mungkin dan tidak akan mencapai batas tertinggi o Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga dapat menimbulkan kecelakaan radiasi o Mencegah zat radioaktif jatuh ketangan orang yang tidak berhak o Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan ke dalam daerah pengenadalian o Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi o menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi o Memeberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan proteksi radiasi yang memadai
  • 24.  Pekerja Radiasi o Mengetahui, mamahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan radiasi o Memanfaatkan sebaik – baiknya peralatan keselamatan radiasi yang tersedia, bertindak hati – hati, serta bekerja secara aman untuk melindungi baik dirinya sendiri maupun orang lain o Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada PPR o Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang diduga akibat penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh
  • 25. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 1. Melakukan pemantauan terhadap kebocoran dinding atau tembok ruangan pemeriksaan, dimana besaran paparan radiasi pada ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi adalah sebesar 100mR/ minggu sedangkan pada ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi sebesar 10mR/ minggu. Pengukuran tersebut meliputi pengukuran pada daerah :  Disekitar ruangan operator  Dibelakang pintu, sekitar lobang kunci atau handle  Pada sekitar diding yang dicurigai adanya kebocoran  Diruangan ganti baju pasien  Disekitar kaca Pb
  • 26. 2. Melakukan pengukuran terhadap sumber radiasi / Pesawat Sinar-X. yang dikenal juga dengan istilah Uji kesesuaian atau kalibrasi. Pelaksanaan dari uji kesesuaian ini adalah suatu badan yang telah di tunjuk oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebagai. Ketentuan uji kesesuaian :  Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian Pesawat Sinar –X berlaku selama 4 (empat) tahun.  Khusus dalam hal Pesawat Sinar-X Mammografi, Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian berlaku selama 3 (tiga) tahun.  Masa berlaku Notisi Lolos Uji Kesesuaian Dengan Perbaikan adalah sejak tanggal penerbitan notisi sampai dengan tanggal berakhirnya masa berlaku Izin Penggunaan Pesawat Sinar-X dari Kepala BAPETEN.  Setiap Pesawat Sinar-X yang telah memiliki Sertifikasi Lolos Uji Kesesuaian atau Notisi Lolos Uji Kesesuaian Dengan Perbaikan harus diuji ulang paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum tanggal berakirnya masa berlaku sertifikasi atau notisi tersebut. Tata cara Uji Kesesuaian kembali sebagaimana dimaksud dilakukan dengan ketentuan sebagaimana tata cara Uji Kesesuaian awal.  Setiap alat yang sudah lolos uji kesesuaian diberi tanda atau sticker yang berisikan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku.
  • 27. 3. Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Diri (APD) dengan cara melakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali. Untuk APD yang telah di kalibrasi diberi Sticker yang berisikan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku. Jenis APD yang digunakan adalah :  Apron, Ketebalan apron untuk radiodiagnostik adalah setara dengan 0,2 mmPb atau 0,25 mmPb. Sedangkan untuk ruangan fluoroscopy setara dengan 0,35 mmPb atatu 0,5 mmPb. Yang ditulis secara permanen dan mudah terlihat pada apron tersebut. Pemeliharaan dilakukan dengan cara digantung.
  • 28.  Perlindungan Tiroid, dengan ketebalan yang setara dengan 1 mmPb. Sarung tangan Pb (Glove Pb), dengan ketebalan yang setara dengan 0,25 mmPb pada 150KVp.  Kaca mata Pb (Gogle), setara dengan 1 mmPb.
  • 29. Tabir pelindung (Shielding Pb), dengan ketebalan yang setara dengan 1 mmPb, dengan ukuran tinggi 2 m, lebar 1 m yang dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara dengan 1 mmPb.
  • 30. 4. Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan. Peralatan yang digunakan adalah :  Termo Luminisensi Dosimeter (TLD) TLD yang disediakan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) – Departemen Kesehatan atau Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir (BATAN). Pengukuran TLD ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
  • 31.  Pendos (Pen Dosimetri) Peralatan dosimeter perorangan pembacaan Langsung secara analog atau digital. Alat ini di gunakan selama berada dalam medan radiasi yang nilai nya akan langsung bisa terlihat namun tidak bisa diakumulasikan. Dimana petugas harus membuat daftar perolehan dosis yang diterima setiap kali kegiatan. Keuntungannya kita langsung dapat menilai daerah yang banyak mengeluarkan radiasi.Sedangkan kelemahannya setiap pekerja harus rajindan teliti dalam melakukan pencatat dosis. Survey meter Tersedianya survey meter untu penggunaan pesawat intervensional. Agar setiap saat dapat mengukur paparan radiasi di sekitar lokasi pemeriksaan.
  • 32. 5. Memasang tanda-tanda radiasi pada daerah kerja, seperti :  Memasang lampu merah pada ruangan pemeriksaan yang menggunakan pesawat sinar – x , disertai adanya tulisan “DILARANG MASUK JIKA LAMPU MERAH MENYALA”  Memasang stiker tanda bahaya radiasi di depan pintu ruangan pemeriksaan yang menggunakan sinar – x.
  • 33.  Poster peringatan bahaya Radiasi harus dipasang di dalam ruangan pesawat sinar-x, yang memuat tulisan “WANITA HAMIL ATAU DIDUGA HAMIL HARUS MEMBERITAHU DOKTER ATAU RADIOGRAFER” 6. Melakukan pemantauan kesehatan terhadap pekerja radiasi. Pemeriksaan kesehatan meliputi :  Pemeriksaan kesehatan umum, dilakukan pada saat sebelum bekerja, selama bekerja dan pada saat akan memutuskan hubungan kerja / pension.  Pemeriksaan kesehatan khusus, dilakukan pada pekerja radiasi yang mengalami atau diduga mengala,I gejala sakit akibat radiasi serta bagi pekerja yang mendapatkan paparan radiasi yang melibihi nilai ambang batas.
  • 34. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PENCATATAN  Melakukan pencatatan pada formulir pemeliharaan / kalibrasi pesawat sinar x dan peralatan APD.  Melakukan pencatatan dan penyimpanan hasil penerimaan dosis radiasi perorangan (TLD).  Melakukan pencatatan hasil pengukuran dosis radiasi hambur pada sekitar ruangan pemeriksaan.  Melakukan pencatatan inventaris data – data pesawat sinar – x.  Melakukan peng arsipan hasil – hasil pemeriksaan kesehatan.  Melakukan pemantauan terhadap terjadinya kecelakaan radiasi.
  • 35. Kesimpulan  Keselamatan radiasi ini diterapkan agar mampu mencegah dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik dan non stokastik yang dapat terjadi pada setiap pekerja yang bekerja dengan penyinaran radiasi  Untuk menerapkan setiap tujuan dari keselamatan radiasi berbagai standar ditetapkan salah satunya adalah ditetapkannya NBD ekivalen efektif untuk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv / tahun  Pencapaian dari setiap tujuan keselamatan radiasi tersebut diperlukan pihak – pihak yang mampu bekerja sama dengan baik yaitu Pengusaha Instalasi, Petugas Proteksi Radiasi dan Pekerja Radiasi dengan bersungguh – sungguh menjalankan tanggung jawabnya masing – masing  Keselamatan radiasi ini diterapkan agar mampu mencegah dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik dan non stokastik yang dapat terjadi pada setiap pekerja yang bekerja dengan penyinaran radiasi  Untuk menerapkan setiap tujuan dari keselamatan radiasi berbagai standar ditetapkan salah satunya adalah ditetapkannya NBD ekivalen efektif untuk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv / tahun  Pencapaian dari setiap tujuan keselamatan radiasi tersebut diperlukan pihak – pihak yang mampu bekerja sama dengan baik yaitu Pengusaha Instalasi, Petugas Proteksi Radiasi dan Pekerja Radiasi dengan bersungguh – sungguh menjalankan tanggung jawabnya masing - masing