SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
RANGKUMAN MATERI PERTEMUAN 1-7
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Kinerja Dan Kompensasi
Pengampu : Ade Fauzi, S.E, M.M
Oleh :
INDAH TRIANY(11140978)
7Y-MSDM ( B.1.1 )
UNIVERSITAS BINA BANGSA BANTEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2017-2018
BAB I
RANGKUMAN MATERI
1.1. KINERJA SDM
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja"
yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.
Pengertian Kinerja Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil
ataU tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer
sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi
serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja
telah merosot sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius.
Kesan – kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda
– tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.
Manfaat Evaluasi Kinerja
Penilaian prestasi adalah proses di mana organisasi menilai atau mengevaluasi
prestasikerja karyawan. Adapun manfaat evaluasi prestasi/kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatan prestasi karyawan
Karyawan dapat memperbaiki atau meningkat perstasi setelah mengetahui
hasil atau umpan balik dari adanya evaluasi tersebut.
2. Standar kompensasi yang layak
Dari hasil evaluasi prestasi, manajer dapat mengetahui berapa upah atau
kompensasi yang layak harus diberiakn pada karyawan.
3. Penempatan karyawan
Dari hasil prestasi karyawan dalam sebuah evaluasi yang sudah dilkukan
sehingga dapat meminimalisasi risiko kesalahan dalam penempatan
karyawan.
4. Pelatihan dan pengembangan
Apabila hasil evaluasi menunjukan banyak kekurangan atau hasil yang
negative maka sudah saat nya diperlukan program pelatiahndan
pengembangan, baik untuk karyawan baru maupun karyawan senior.
Namun, hasil yang baik atau positif hendaknya tidak membuat organisasi
tidak berbesar hatu dulu, karena pelatiahn dan pengembangan selalu
dibutuhkan untuk penyegaran bagi karyawan.
5. Jenjang karier
Manajer dapat menyusun jalur karier karyawan sesuai dengan prestasi
yang telah ditunjukan karyawan.
6. Penataan staf
Hasil prestasi yang baik atau buruk, mencerminkan bagaimana manajemen
mengatur pembagian sumber daya manusia di dalam organisasi.
7. Minimnya data informasi
Informasi yang akurat sangat dibutuhkan organisasi untuk mengambil
keputusan guna menempatkan karyawan, promosi, mutasi, transfer,
demosi, kebutuhan program pelatihan dan pengembangan, jenjang
karierkaryawan, dan komponen-komponen lain dalam system informasi
manajemen sumber daya manusia.
8. kesalahn desain pekerjaan
Adanya indikasi hasil evaluasi prestasi yang buruk merupakan tanda
adanya kesalahn dalam deskripsi desain pekerjaan yang tidak atau kuarng
cocok pada pekerjaan.
9. Peluang kerja yang adil
10. Peluang kerja yang sam dan adil bagi karyawan bisa didapat apabila
manajer melihat hasil evaluasi dan mempertimbangan kesempatan
pekerjaan yang layak dan menantang bagi karyawan yang menunjukan
prestasi bagus.
11. Tantangan eksternal
Penilaian pretasi juga tergantung dari factor lain, seperi kepentingan
pribadi, kondisi financial, kondisi kerja, keluarga, kesehatan karyawan,
dan sebagainya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
1. Kemampuan mereka,
2. Motivasi,
3. Dukungan yang diterima,
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5. Hubungan mereka dengan organisasi.
Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja
merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun
kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami
atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk
berprestasi.
menurut Mangkunegara menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
kinerja antara lain:
1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai
terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita
(pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.
2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang
pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi
merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk
mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara
maksimal.
David C. Mc Cleland seperti dikutip Mangkunegara, berpendapat bahwa
“Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”.
Motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu
dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan
sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat
terpuji.
Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang
yang memiliki motif yang tinggi yaitu :
1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi
2. Berani mengambil resiko
3. Memiliki tujuan yang realistis
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuan.
5. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukan
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogamkan
Teknik-Teknik Penilaian Prestasi/Kinerja
Beberapa metode yang dapat dipertimbangkan organisasi untuk
melakukan evaluasi prestasi bagi karyawan adalah sebagai berikut:
1. Rating Scale
Penilaian prestasi metode ini didasarkan pada suatu skala dari sangat baik,
baik, kurang baik, dan jelek.
2. Checklist
Checklist adalah penilaian yang didasarkan pada suatu standar unjuk kerja
yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian penilaian memeriksa
apakah karyawan sudah mengerjakannya.
3. Critical Incident Technique
Critical inci ent technique adalah penilaian yang didasarkan pada perilaku
khusus yang dilakukan di tempat kerja, baik perilaku yang baik maupun
perilaku yang tidak baik.
4. Skala Penilaian Berjangkarkan Perilaku
Skala penilaian berjangkarkan perilaku (behaviorally anchored rating
scale-BARS) adalah penilaian yang dilakukan dengan membuat spesifikasi
unjuk kerja dalam elemen-elemen tertentu, misalnya dosen di perguruab
tinggi elemen-elemen unjuk kerjanya adalah memberikan pengajaran,
melakuakn penelitian, memberikan bimbngan pada mahasiswa dan
membuat soal.
5. Pengamatan Dan Tes Unjuk Kerja
Pengamatan dan tes unjuk kerja adalah penilaian yang dilakuakn melalui
tes di lapangan.
6. Metode Perbandingan Kelompok
Metode ini dilakukan dengan membandingkanseorang pegawai dengan
rekan sekerjanya, yang dilakukan oleh atasan dengan beberapa teknik
seperti pemeringkatan(ranking method), pengelompokan pada klasifiakasi
yang sudah ditentukan (force distribution), pemberian poin atau angka
(point allocation method), dan metode perbandingan dengan karyawan
lain(paired comparison)
7. Penilaian Diri Sendiri
Penilaian diri sendidri adalah karyawan untuk dirinya sendiri dengan
harapan pegawai tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku
kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan dating.
8. Management By Objective(MBO)
Management By Objective adalah program manajemen yang
mengikutsertakan karyawan dalam proses pengambilan keputusan untuk
menetukan tujuan-tujuan yang dicapai.
9. Penilaian secar psikologis
Penilaian secar psikologis adalah proses penilaian yang dilakukan oleh
para ahlu psikologi untuk mengetahui potensi seseorang yang berkaitan
dengan pelksanaan pekerjaan seperi kemampuan inetelektual, motivasi,
dan lain-lain yang bersifat psikologi.
10. Assesment centre
Assesment centre atau pusat penilaian adalah penilaian yang dilakukan
melalui serangkain teknik penilaian dan dilakukan oleh sejumlah penilai
untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab
yang lebih besar
1.2. Human Resource Scorecard dalam pengelolaan SDM
Human Resource Scorecard, sebuah bentuk pengukuran Human
Resources yang mencoba memperjelas peran sumber daya manusia sebagai
sesuatu yang selama ini dianggap intangible untuk diukur perannya terhadap
pencapaian misi, visi dan strategi perusahaan.“What Gets Measured, Get
Managed, Gets Done”, itulah dasar pemikiran dari konsep HR Scorecard.
Becker, Huselid dan Ulrich (2001) telah mengembangkan suatu sistem
pengukuran yang dinamakan Human Resource (HR) Scorecard. Pengukuran ini
merupakan pengembangan dari konsep Balanced Scorecard, dimana pengukuran
Human Resource Scorecard lebih menfokuskan pada kegiatan SDM atau menilai
kontribusi strategic yang terdiri dari 3 (tiga) dimensi rantai nilai yang diwakili
oleh Fungsi SDM, Sistem SDM, dan perilaku karyawan yang strategik.
Karakteristik manusia pada dasarnya sulit dipahami, sulit dikelola, apalagi
diukur. Padahal kita tahu, sumber daya manusia adalah asset terpenting yang
sangat powerful dan penuh misteri dari sebuah perusahaan. Oleh karena itu. HR
Scorecard mencoba mengukur sumber daya manusia dengan mengkaitkan antara
orang-strategi-kinerja untuk menghasilkan perusahaan terbaik, dan juga
menjabarkan misi, visi dan strategi, menjadi aksi HR yang dapat diukur
kontribusinya. Keduanya menggambarkan hubungan sebab (leading/intangible)
dan akibat (lagging/tangible), yang kuncinya adalah disatu sisi ingin
menggambarkan manusia dengan segala potensinya, dan disisi lain ada
konteribusi yang bisa diberikan dalam pencapaian sasaran perusahaan.
Human Resource Scorecard, merupakan salah satu mekanisme yang secara
komprehensif mampu mengambarkan dan mengukur bagaimana sistem
pengelolaan SDM dapat menciptakan value atau kontribusi bagi organisasi.
Becker et.al (2001) mengungkapkan beberapa manfaat HR Scorecard bagi
perusahaan sebagai berikut :
1. Memperjelas perbedaan antara HR Doables (kinerja) SDM yang tidak
mempengaruhi implementasi strategi perusahaan dengan HRD Deliverable
(kinerja SDM yang mempunyai pengaruh terhadap implementasi strategi
perusahaan).
2. Menyeimbangkan proses penciptaan nilai (HR Value proposition) dengan
pengendalian biaya disatu sisi dan investasi yang diperlukan disisi lainnya.
3. Menggunakan leading indikator (indikator yang menilai status faktor kunci
kesuksesan yang mendorong implementasi strategi perusahaan). Model
SDM strategik memberi kontribusi yang menghubungkan keputusan SDM
dan sistim dengan HR Deliverable, dimana mempengaruhi key
performance driver dalam implementasi strtaegi perusahaan (misalnya:
kepuasan pelanggan atau fokus peningkatan kompetensi karyawan).
4. Menilai kontribusi SDM terhadap implementasi strategi.
5. Mengarahkan profesional SDM secara aktif mengelola tanggung jawab
terhadap implementasi strategi perusahaan.
6. Mendukung perubahan dan fleksibilitas.
Model 7 (tujuh) langkah dalam merancang suatu system pengukuran
HumanResource Scorecard, yaitu :
1. Mendefinisikan strategi bisnis perusahaan dengan jelas.
Sebelum membangun strategi pengembangan SDM yang perlu
dilaksanakan adalah mengklarifikasi kembali kebijakan dan strategi
pengembangan perusahaan secara keseluruhan. Pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan perusahaan menciptakan
nilai, strategi-strategi apa yang dapat membuat perusahaan sukses, ukuran-
ukuran apa yang bias menunjukkan kesuksesan perusahaan harus sudah
terformulasi dengan jelas dan sudah terkomunikasikan dengan baik
keseluruh lapisan karyawan atau Organisasi. Departemen SDM sebagai
bagian dari perusahaan, mutlak dalam mengembangkan strateginya harus
mengacu pada arah dan strategi yang telah ditetapkan perusahaan. Jadi
strategi bisnis harus diklarifikasi dengan terminology yang detail dan
dapat dilaksanakan oleh pelakunya. Kuncinya adalah membuat sasaran
perusahaan dimana karyawan memahami peran mereka dan organisasi
mengetahui bagaimana mengukur kesuksesan meraka (kinerja karyawan)
dalam mencapai sasaran tersebut
2. Membangun kasus bisnis untuk SDM sebagai sebuah modal strategis.
Professional SDM perlu membangun kasus bisnis untuk mengetahui
mengapa dan bagaimana SDM dapat mendukung pencapaian strategi
tersebut. Departemen SDM dapat menjadi model strategi, apalagi bila
manager lini dan manager SDM mau berbagi tanggung jawab dalam poses
implementasi strategi tersebut. Dalam proses perumusan kasus bisnis,
perlu dilakukan suatu observasi pendahuluan untuk menyusun
rekomendasi yang akan diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesuksesan perusahaan pada akhirnya bagaimana oraganisasi
mengeksekusi strateginya secara efektif, bukan sekedar isi dari strategi itu
sendiri.
3. Menciptakan Peta Strategi.
Setiap organisasi dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan selalu
melakukan serangkaian aktivitas spesifik yang bila digambarkan akan
membentuk suatu proses rantai penciptaan nilai. Proses penciptaan nilai
bagi pelanggan inilah yang disebut dengan model rantai nilai, meski belum
terartikulasi sepenuhnya. Peta strategi membagi proses penciptaan nilai
menjadi empat pespektip, yaitu pertumbuhan dan pembelajaran, proses
internal, pelanggan dan financial.
4. Mengindentifikasikan HR Deliverable dalam Peta Strategi.
Peran strategis departemen SDM terjadi ketika terjadi titik temu antara
strategi bisnis perusahaan dengan programprogram yang dijalankan oleh
department SDM. Semakin sering titik temu diantara keduanya terjadi,
maka semakin strtaegis pula peran SDM dalam perusahaan tersebut..Untuk
merealisasikan hal ini, para professional di departemen SDM harus
mampu memahami aspek bisnis perusahaan secara keseluruhan. Bila hal
ini tidak terpenuhi, para manajer dari fungsi lain tidak akan menghargai
kebijakan yang diambil oleh departemen SDM. Berdasarkan strategi
perusahaan, department SDM kemudian membuat HR Deliverables yang
dirancang untuk mendukung realisasi dari strategi dan kinerja perusahaan
seperti apa yang memerlukan kompetensi, reward dan tugas organisasi
yang tepat.
5. Menyelaraskan Arsitektur SDM dengan HR Deliverables.
Setelah HR Deliverables ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah
menyesuaikan HR Deliverables tersebut dengan arsitektur SDM yang
dimilki oleh departemen SDM yakni Fungsi, Sistem, dan Perilaku
karyawan.
6. Merancang Sistim Pengukuran Strategik.
Setelah tercipta keselarasan antara HR Deliverables dengan arsitektur
SDM, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan ukuran-ukuran
strategis (key performance indicator) untuk tiap HR Deliverables. Dalam
proses penyusunan HR Scorecard, HR deliverabales merupakan sasaran
strategis yang harus dicapai oleh departemen SDM.
7. Mengelola Implementasi melalui pengukuran
Setelah HR Scorecard dikembangkan berdasarkan prinsip yang
digambarkan dalam model diatas, hasilnya menjadi alat yang sangat
berguna untuk menjaga skor pengaruh SDM terhadap kinerja organisasi.
1.3. MOTIVASI DAN KEPUASAN
Motivasi ialah suatu konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan
yang ada dalam diri karyawan yang memulai dan mengarahkan perilaku.
(Gibson)
Ialah keinginan untuk berusaha atau berupaya sekuat tenaga untuk
mencapai tujuan organisasi yang dikondisikan atau ditentukan oleh
kemampuan usaha/upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual.
(Stephen P. Robinson)
Dari dua batasan atau definisi tersebut pada intinya adalah mempunyai
kesamaan pengertian walaupun ada perbedaan redaksional. Motivasi secara
umum berkaitan dengan usaha untuk memenuhi semua tujuan sehingga fokus
pembahasan dipersempit pada tujuan organisasional supaya dapat
merepleksikan perhatian kita pada perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan.
Dalam batasan/definisi tersebut didapat tiga elemen kunci, yaitu: usaha tujuan,
organisasi, dan kebutuhan.
Dalam pengelolaan organisasi seorang manajer harus mempertimbangkan
suatu motivasi yang berbeda untuk sekelompok orang, yang dalam banyak hal
tidak dapat diduga sebelumnya. Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan
perilaku, dalam hal ini beberapa hal berkaitan dengan titik tolak individu yaitu
kebutuhan dan tujuan.
Setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi timbul adanya
perasaan kepuasan kerja dan ketidak puasan. Oleh karena itulah setiap
pimpinan atau manajer suatu organisasi perlu menciptakan suatu iklim yang
sehat secara etis bagi anggotanya atau pegawainya, dimana mereka melakukan
pekerjaan secara maksimal dan produktif. Hal ini sudah barang tentu adanya
perilkau individu dalam organisasi yang merupakan interaksi antara
karakteristik individu dan karakteristik organisasi (Thoha.1998).
Perilaku organisasi merupakan suatu perilaku terapan yang dibangun atas
sumbangan dari sejumlah disiplin perilkau, seperti yang menonjol psokologi,
sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan ilmu politik (Robbins.2001).
sedangkan yang menyangkut kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan
yang disumbangkan dalam psikologi. Selain itu diperluas juga yang
mencangkup pembelajaran, persepsi, kepribadian, pelatihan, keefektifan
kepemimpinan, kebutuhan dan kekuatan motivasi, proses pengambilan
keputusan, penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik seleksi pegawai, desain
pekerjaan dan stres kerja.
Demikian pula organisasi pendidikan sebagai institusi penyelenggaraan
pendidikan mengharapkan suatu outcome atau produktivitas yang memuaskan
sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan pendidikan outcome atau
produktivitas itu ditentukan baik oleh teknologi (sistem, kurikulum, sarana
prasarana, pembiayaan dan manajemen) maupun tenaga kependidikan. Disini
kepuasan kerja atau kepuasaan belajar mengajar merupakan salah satu
indikator dari seperangkat kebutuhan manusia dalam organisasi pendidikan.
Dengan perkataan lain kepuasaan harus menjadi tujuan utama organisasi
setelahnya produktivitas.
1.4. MENGELOLA POTENSI KECERDASAN DAN EMOSIONAL SDM
Menurut Daniel Goleman (Emotional Intelligence – 1996) : orang yang
mempunyai IQ tinggi tapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan yang
lebih besar dibanding dengan orang yang IQ-nya rata-rata tetapi EQ-nya
tinggi, artinya bahwa penggunaan EQ atau olahrasa justru menjadi hal yang
sangat pending, dimana menurut Goleman dalam dunia kerja, yang berperan
dalam kesuksesan karir seseorang adalah 85% EQ dan 15% IQ. Jadi, peran EQ
sangat signifikan.
Kita perlu mengembangkan IQ – menyangkut pengetahuan dan
keterampilan, namunkita juga harus dapat menampilkan EQ yang sebaik-
baiknya karena EQ harus dilatih.Untuk meningkatkan kemampuan IQ dan EQ
agar supaya dapat memanfaatkan hati nurani kita yang terdalam maka kita
juga harus membina SQ yang merupakan cerminan hubungan kita dengan
Sang Pencipta / Allah SWT, melalui SQ kita dilatih menggunakan ketulusan
hati kita sehingga mempertajam apa yang dapat kita tampilkan.
Jadi perpaduan antara IQ, EQ dan SQ inilah yang akan membina jiwa kita
secara utuh, sehingga kita dapat meniti karir dengan baik, dimana akan lebih
baik lagi jika ditambahkan AQ (Adversity Quotient) yang mengajarkan
kepada kita bagaimana dapat menjadikan tantangan bahkan ancaman menjadi
peluang. Jadi yang ideal memang saudara harus mampu memadukan IQ, EQ,
SQ dan AQ dengan seimbang sehingga Insya Allah saudara akan menjadi
orang yang sukses dalam meniti karier.
A. KECERDASAN
Kenapa ada orang disebut lebih cerdas dari yang lain ? Ketika
seorang anak usia 2 tahun dapat mengeja sederetan huruf pembentuk kata,
bahkan kalimat, dengan baik dan benar, serta merta orang tua dan
lingkungannya menyebut ia “anak cerdas”. Sederhana dasar yang dipakai,
banyak anak lain dalam usia tersebut sama sekalibelum mampu melakukan
hal itu.
Derasnya laju informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi memicu
dan memacu setiap orang untuk menjadi lebih cerdas. Baik oleh diri
sendiri maupun – dan ini yang tampak sangat menonjol – orangtua-
orangtua yang berlomba “mencerdaskan” anakanaknya, supaya mampu
bersaing. Hiruk pikuk orang berburu kursus, paket latihan, drilling
program, dan sebagainya. Apa esensi yang hendak ditangkap ? Mungkin
betul, demi meningkatkan – jika mungkin semua – kecerdasan. Namun,
barang apa itu?
B. Memahami Kecerdasan
Sejak dilakukan studi dan penelitian intensif, hal penting tentang
kecerdasan (intelligence) dicerminkan oleh berbagai kontroversi
pengukuran. Seperti juga pada barang lain, kontroversi ini tidak pernah
berhenti, bahkan sampai sekarang.
David Wechsler (1939) mendefinisikan kecerdasan sebagai
kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi serah dengan tujuan,
berpikir rasional dan mengelola lingkungan secara efektif. Ia pula yang
mengembangkan peranti tes kecerdasan individual bernama Wechsler
Intelligence Scale, yang hingga saat ini masih digunakan dan dipercaya
sebagai skala kecerdasan universal. Sebelumnya, JL Stockton (1921)
mengatakan kecerdasan adalah kemampuan untuk mempengaruhi proses
memilih yang berprinsip pada kesamaan (similarities).
Beradasarkan analisisnya, C Spearman (1927) memutuskan bahwa
seluruh aktivitas intelektual tergantung pada suatu bagan yang disebut
faktor G (general factors). Namun tak kalah penting juga sejumlah faktor
S (spesific factors) sebagai pendukung. Penjelasannya, faktor G
menggambarkan aspek-aspek umum, faktor S adalah aspek yang unik dan
given.
Masih banyak definisi maupun pengertian kecerdasan, seiring
banyak nama para pencetusnya. Cattell (1963) dan Horn (1968)
mengemukakan versi mereka tentang model hierarki kecerdasan
(hierarchical model of intelligence). Faktor G berperan sebagai pusat
kecerdasan manusia, demikian menurut mereka.
Guilford (1967) terkenal dengan SOI-nya, structure of the intellect
model. Ia menggolongkan kecerdasan dalam tiga dimensi, yakni
operations (apa yang dilakukan orang), contents (materi atau informasi
yang ditampilkan oleh operations) dan product (bentuk pemrosesan
informasi).
Membahas pengertian kecerdasan dalam berbagai perspektif memang
cukup kompleks. Lebih-lebih dewasa ini bermunculan beragam kecerdasan.
Pemahaman teoritik di atas bertujuan sebagai informasi, khususnya bagi
masyarakat yang belum familier tentang kecerdasan selain yang selama ini
dipahami secara umum. Dengan harapan, paparan singkat tersebut dapat
membawa pemahaman kecerdasan secara konkret dan ilmiah.
Untuk melengkapi, marilah kita pahami suatu kesimpulan bahwa
kecerdasan merupakan potensi dasar seseorang untuk berpikir, menganalisis dan
mengelola tingkah lakunya di dalam lingkungan dan potensi itu dapat diukur.
CIRI-CIRI MENDASAR KECERDASAN (INTELLEGENS) :
a.To judge well (dapat menilai)
b.To comprehend well (memahami secara menyeluruh).
c.To reason well (memberi alasan dengan baik).
CIRI-CIRI PRILAKU INTELLEGEN / CERDAS :
a.Masalah yang dihadapi merupakan masalah baru bagi yang bersangkutan.
b.Serasi tujuan dan ekonomis (efesien).
c.Masalah mengandung tingkat kesulitan.
d.Keterangan pemecahannya dapat diterima.
e.Sering menggunakan abstraksi.
f. Bercirikan kecepatan.
g. Memerlukan pemusatan perhatian.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECERDASAN (INTELLEGEN) :
a.Pembawaan ; kapasitas / batas kesanggupan.
b.Kematangan ; telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya, erat
kaitan dengan umur.
c.Pembentukan ; pengaruh dari luar.
d.Minat.
e.Kebebasan ; terutama dalam memecahkan masalah.
Pendapat pribadi yang mungkin subjektif sifatnya, juga merupakan
imbauan. Tidak penting kecerdasan hanya dikejar, dimiliki dan menjadi
sukses menurut parameter material yang sempit. Juga tidak begitu penting
kecerdasan mana yang lebih berkontribusi terhadap prestasi maupun prestise.
Kecerdasan akan terlihat dan bermanfaat apabila dipraktikkan secara optimal
dengan penuh penguasaan diri dan rasa syukur, nyata di dalam masyarakat,
berlangsung bagi hajat hidup orang banyak tanpa terikat pada batasan-batasan
tak logis, yang justru membuat orang tampak tidak cerdas. Mari mencerdaskan
bangsa dan menciptakan perdamaian di bumi.
1.5. MEMBANGUN KAPABILITAS DAN KOMPETENSI SDM
A. Kapabilitas
Barney (1991) mengemukakan empat kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu
sumber daya dapat disebut sebagai sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan
sebagai berikut:
merupakan sumber daya organisasional yang sangat berharga (valuable),
terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk mengeksploitasi
kesempatan dan atau menetralisasi ancaman dari lingkungan perusahaan
relative sulit untuk dikembangkan, sehingga menjadi langka di lingkungan
kompetitif.sangat sulit untuk ditiru atau diimitasi. Tidak dapat dengan
mudah digantikan substitute yang secara strategis signifikan. masalahnya
adalah bagaimana “menterjemahkan” berbagai strategi, kebijakan dan
praktik MSDM menjadi keunggulan kompetitif berkelanjutan.
B. Kompetensi SDM berkarier di Bidang Sumber Daya Manusia
Menurut Covey, Roger dan Rebecca Merrill (1994), kompetensi tersebut
mencakup:
1. Kompetensi teknis : pengetahuan dan keahlian untuk mencapai hasil-
hasil yang telah disepakati, kemampuan untuk memikirkan persoalan
dan mencari alternatif- alternatif baru
2. Kompetensi Konseptual: kemampuan untuk melihat gambar besar, untuk
menguji berbagai pengandaian dan pengubah prespektif
3. Kompetensi untuk hidup : dan saling ketergantungan kemampuan secara
efektif dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk mendengar,
berkomunikasi, mendapat alternatif ketiga.
1.6.KONSEP AUDIT KINERJA
Istilah Audit Kinerja terdiri atas dua kata Audit = kegiatan pengumpulan dan
evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan (Arens)
Kinerja = hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama (Stephen
P.Robbings).
Tujuan dasar audit kinerja adalah menilai kinerja suatu organisasi, program,
atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas.
Audit Kinerja merupakan perluasan dari audit laporan keuangan, dalam hal
prosedur dan tujuan.
Fungsi Audit Kinerja adalah memberikan review indepnden dari pihak ketiga
atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat
memenuhi harapan.
KONSEP AUDIT KINERJA
1. Value For Money (VFM) Audit
Penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh suatu program lebih besar
dari biaya yang dikeluarkan (spending well) atau masih mungkinkah
melakukan suatu pengeluaran/belanja dengan lebih baik/bijak.
2. Performance Audit
Ini adalah istilah baku secara Internasional
3. Audit Manajemen, Audit Operasional Atau Audit Ekonomi dan Efisiensi.
Menilai aspek ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi.
4. Audit Program atau Audit Efektivitas.
Menilai manfaat atau pencapaian suatu program.
Perbedaan Audit Kinerja dan Audit Keuangan
Karakteristik
A. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut:
a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things)?
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the
things right)
Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak
akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen
atau kondisi internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk
melaksanakan pengujian terinci
Karakteristik lainnya (Professor Soermardjo Tjitrosidojo (1980)) :
Pemeriksaaan operasional, dengan menggunakan perbandingan Pemeriksa
haruslah wajar(fair) , objektif dan realistis Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim
pemeriksa secara kolektif) harus mempunyai pengetahuan keterampilan dari
berbagai macam bidang Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa
harus dapat berpikir dengan menggunakan sudut pandang pejabat pimpinan
organisasi yang diperiksanya, Pemeriksasan operasional harus dapat berfungsi
sebagai suatu “early warning system.
PERKEMBANGAN
Evolusi audit kinerja :
financial statement auditing (1930) Management auditing(1950) Program
Auditing (1970)
Performance Audit diperkenalkan pada tahun (1971) oleh Elmer B. Staat pada
Kongres INTOSAI di Montreal Merupakan perluasan dari lingkup audit kinerja
Dilaksanakan dalam audit sektor publik oleh Lembaga Audit Tertinggi di seluruh
dunia
Di Indonesia mulai diperkenalkan pada tahun 1976, degan dimulainya
management audit course di BPK kerja sama dengan US-GAO Manfaat
Mengidentifikasi permasalahan dan alternative penyelesainnya Mengidentifikasi
sebab-sebab actual dari suatu permasalahan yang dapat diatasi oleh kebijakan
manajemen atau tindakan lainnya Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan
untuk mengatasi ketidakefisienan Mengidentifikasi criteria untuk menilai
pencapaian tujuan organisasi Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian
internal Menyediakan jalur komunikasi antara operasional dan manajemen
Melaporkan ketidakberesan
1.7. PELAKSANAAN AUDIT KINERJA
A. PROSEDUR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA MANAJERIAL
1. Prosedur Pelaksanaan
Secara umum, prosedur pelaksanaan audit adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Audit Kinerja
2. Pengujian Pengendalian Manajemen
3. Pengukuran dan Pengujian Key Performance Indicator (KPI)
atau yang disebut Indikator Kinerja Kunci (IKK).
4. Review Operasional
5. Pembuatan Kertas Kerja Audit (KKA)
6. Pelaporan
7. Pemantauan Tindak Lanjut
2. Perencanaan Audit Kinerja
Dalam Pedoman Pelaksanaan Audit Kinerja, Perencanaan audit
merupakan langkah penting yang dilakukan untuk memenuhi
standar audit. Dalam perencanaan audit perlu memperhatikan
perkiraan waktu dan petugas audit, selain itu juga
mempertimbangkan perencanaan lainnya yang meliputi:
1. Sumber dan cara memperoleh informasi yang cukup mengenai
auditan
2. Hasil audit yang diperoleh pada tahap sebelumnya.
3. Prosedur Pelaksanaan Audit Kinerja
Pengertian Prosedur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1993: 703) adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan
suatu aktivitas.
Menurut Setyawan (1988: 35), prosedur adalah langkah-langkah
yang harus dilaksanakan guna mencapai tujuan pemeriksaan.
Pelaksanaan Audit Kinerja oleh kantor akan berdasarkan prosedur
yang terdiri dari tahapan Audit Kinerja yang menguraikan tentang
bagaimana langkah kerja Audit Kinerja itu dilakukan.
A. Persiapan Audit Kinerja
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang merupakan tahap awal
dari rangkaian Audit Kinerja sebagai dasar penyusunan Program Kerja
Audit Tahap berikutnya. Tahap ini meliputi:
a. Pembicaraan pendahuluan dengan auditan
b. Pengumpulan informasi umum dalam pengenalan terhadap
kegiatan yang diaudit
c. Pengidentifikasian aspek manajemen atau bidang masalah
yang menunjukkan kelemahan dan perlu dilakukan
pengujian lebih lanjut.
d. Pembuatan ikhtisar hasil persiapan Audit Kinerja.
Dalam pengumpulan informasi kegiatan persiapan Audit
Kinerja mencakup:
1. Organisasi
2. Peraturan perundangan yang berlaku
3. Tujuan, Visi, Misi, sasaran, strategi dan kegiatan usaha
4. Sistem dan prosedur
5. Data keuangan
6. Informasi lainnya yang relevan
Simpulan Hasil Persiapan Audit Kinerja yang disusun
setelah kegiatan persiapan Audit Kinerja selesai.
Simpulan hasil Audit Kinerja ini antara lain meliputi
mengenai kelemahan-kelemahan yang harus
dikembangkan lebih lanjut dalam tahap audit
berikutnya. Dari simpulan tersebut dibuat program audit
tahap pengujian pengendalian manajemen. (Deputi
Bidang Akuntan Negara, 2001: 8-15).
B. Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahap ini harus dilakukan pengujian atas:
1. Sistem pengendalian manajemen
2. Penerapan good cooperate governance (GCG) oleh manajemen auditan
dan jajarannya
Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen dan personil lain dalam perusahaan yang
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tiga kelompok tujuan utama yaitu:
a. Efektivitas dan efisiensi operasi
b. Keandalan pelaporan keuangan
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Dalam Pengujian penerapan Good Cooperate Governance (GCG)
oleh manajemen, Auditor wajib melakukan pengujian penerapan
prinsip-prinsip GCG oleh manajemen dengan memperhatikan hal-
hal berikut:
a. Prinsip dasar GCG yang harus diterapkan oleh manajemen
auditan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN
Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002
adalah sebagai berikut:
1. Transparansi dalam mengemukakan informasi material dan
relevan mengenai perusahaan
2. Kemandirian
3. Akuntabilitas
4. Pertanggungjawaban
5. Kewajaran
6. Dalam melakukan pengujian penerapan GCG oleh
manajemen, auditor minimal perlu memanfaatkan dan
mengembangkan indikator/parameter yang relevan. Dan
dari hasil pengujian tersebut kemudian dibuat simpulan
mengenai penerapan GCG.
c. Jika ditemukan kelemahan yang signifikan segera dibuat
manajemen letter (ML). (Deputi Bidang Akuntan Negara:
15-18)
C. Pengukuran dan Pengujian Indikator Kinerja Kunci
Dalam tahap ini dilakukan penilaian atas proses penetapan
indikator kinerja, juga membandingkan antara pencapaiaan indicator
kinerja dengan target. Kesenjangan yang ada harus dianalisis sehingga
diperoleh penyebab sebenarnya. Indikator Kinerja adalah diskripsi
kuantitatif dan kualitatif dari kinerja yang dapat diigunakan oleh
manajemen sebagai salah satu alat untuk menilai dan melihat
perkembangan yang dicapai selama ini atau dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan pengujian atas pengukuran capaian indikator kinerja kunci yaitu
untuk menilai efisiensi dan efektifitas beberapa aktivitas utama, guna
menyarankan dan mendorong pengembangan rencana aksi untuk
peningkatan kinerja. Rencana aksi dikembangkan oleh manajemen auditan
(Focus Group), dan kemajuan yang dibuat dalam implementasi rencana
akan direview secara periodik.
Diharapkan manajemen auditan mampu meningkatkan kinerja perusahaan.
Tujuan akhir tersebut akan dicapai melalui berbagai tujuan setiap kegiatan
review yaitu:
1. Menentukan kekuatan dan kelemahan utama yang dimiliki
perusahaan
2. Menentukan implikasi operasional dan strategis dari kekuatan
dan kelemahan tersebut diatas
3. Mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan
4. Mengembangkan rencana aksi perbaikan atas area-area tersebut
diatas. (Deputi Bidang Akuntan Negara: 20-23)
D. Review Operasional
Pada tahap ini dilakukan review yang sistematis atas prosedur metode,
organisasi, program atau kegiatan-kegiatan dengan tujuan untuk
mengevaluasi sejauh mana pencapaiaan suatu tujuan/sasaran secara
ekonomis, efisien, dan efektif.Informasi mengenai praktek terbaik (best
practice) pada perusahaan sejenis perlu diperoleh sebagai pembanding
(benchmark). Selain itu perlu perlu dilakukannya pula penilaian tingkat
kesehatan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dan evaluasi
perkembangan usaha perusahaan.Tujuan dari fase ini adalah untuk
mendapatkan informasi detail/rinci untuk menguji kinerja dari aktivitas
yang direview dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Review operasional dapat mengarah pada beberapa atau seluruh sasaran
berikut:
1. kehematan, efisiensi dan/atau efektivitas
2. keandalan dan integritas sistem dan prosedur
3. Pengendalian manajemen dan akuntabilitas
4. Perlindungan terhadap aktiva
5. Kepatuhan pada peraturan, kebijakan dan prosedur, dan/atau
6. Aspek-aspek lingkungan (Brigita Lahutung, 07301541, Manajemen
Keuangan)
Terdapat dua pendekatan review pokok:
Review hasil secara langsungPendekatan ini berfokus pada outcome dan output
(berfokus pada penilaian hasil yang ingin dicapai). Pendekatan ini secara khusus
layak dimana terdapat data yang tersedia untuk menghitung indikator kinerja
kunci bagi aktivitas. Jika hasil memuaskan, resiko karena kesalahan yang serius
dalam dan mengimplementasikan aktivitas menjadi minimal.
Review Sistem pengendalian Pendekatan ini berfokus pada sistem dan
pengendalian. Pendekatan ini dirancang untuk menentukan apakah organisasi
telah memiliki sistem pengendalian yang cukup untuk menyediakan jaminan yang
layak atas pencapaian hasil yang diinginkan. Review dirancang untuk melakukan
analisis, review dan pengujian atas komponen kunci dari sistem pengendalian
untuk meyakinkan bahwa hal itu telah dirancang dan diterapkan secara layak
Hasil akhir dari review operasional adalah merekomendasikan peningkatan dan
solusi praktis yang dapat dimplementasikan manajemen (Deputi Bidang Akuntan
Negara: 30-35)

More Related Content

What's hot

Tugas kumpulan
Tugas kumpulanTugas kumpulan
Tugas kumpulannazhuyz
 
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)fahmynurdiansyah12
 
Tugas makalah 1 pak ade fauzi
Tugas makalah 1 pak ade fauziTugas makalah 1 pak ade fauzi
Tugas makalah 1 pak ade fauzikasiyah
 
Tugas makalah uts evaluasi kinerja yeti 11140692
Tugas makalah uts evaluasi kinerja yeti 11140692Tugas makalah uts evaluasi kinerja yeti 11140692
Tugas makalah uts evaluasi kinerja yeti 11140692YetiApriani
 
Tugas makalah uts evaluasi kinerja putri af 11140025 klas 7 p msdm
Tugas makalah uts evaluasi kinerja putri af 11140025 klas 7 p msdmTugas makalah uts evaluasi kinerja putri af 11140025 klas 7 p msdm
Tugas makalah uts evaluasi kinerja putri af 11140025 klas 7 p msdmPutriAf3
 
Tugas 1- UTS-Evaluasi kinerja dan kompensasi-Tubagus Upay
Tugas 1- UTS-Evaluasi kinerja dan kompensasi-Tubagus UpayTugas 1- UTS-Evaluasi kinerja dan kompensasi-Tubagus Upay
Tugas 1- UTS-Evaluasi kinerja dan kompensasi-Tubagus Upaytubagusupayupay
 
Tugas makalah uts evaluasi kinerja puput handayani 11140217 klas 7 p msdm(3)
Tugas makalah uts evaluasi kinerja puput handayani 11140217 klas 7 p msdm(3)Tugas makalah uts evaluasi kinerja puput handayani 11140217 klas 7 p msdm(3)
Tugas makalah uts evaluasi kinerja puput handayani 11140217 klas 7 p msdm(3)puputjens
 
Makalah uts riyanik 7 d msdm
Makalah uts riyanik 7 d msdmMakalah uts riyanik 7 d msdm
Makalah uts riyanik 7 d msdmRiyanikRaya
 
Tugas 1 evaluasi kinerja & kompensasi
Tugas 1  evaluasi kinerja & kompensasiTugas 1  evaluasi kinerja & kompensasi
Tugas 1 evaluasi kinerja & kompensasisiti maesaroh
 
Uas suhandi evaluasi kinerja 7 y 11141098
Uas suhandi evaluasi kinerja 7 y 11141098Uas suhandi evaluasi kinerja 7 y 11141098
Uas suhandi evaluasi kinerja 7 y 11141098AYI SUHANDI
 
Makalah uts[1]
Makalah uts[1]Makalah uts[1]
Makalah uts[1]Rubeah12
 
Siti nurmilah 11150258-7 i-msdm-tugas frame work-evaluasi kinerja dan konpe...
Siti nurmilah 11150258-7 i-msdm-tugas frame work-evaluasi  kinerja dan  konpe...Siti nurmilah 11150258-7 i-msdm-tugas frame work-evaluasi  kinerja dan  konpe...
Siti nurmilah 11150258-7 i-msdm-tugas frame work-evaluasi kinerja dan konpe...SitiNurmilah1
 
Uas 1 evaluasi kinerja
Uas 1 evaluasi  kinerjaUas 1 evaluasi  kinerja
Uas 1 evaluasi kinerjaariiiss
 
Reza faizhal 11150543 (7 h msdm)-framework evaluasi kinerja dan kompensasi
Reza faizhal 11150543 (7 h msdm)-framework evaluasi kinerja dan kompensasiReza faizhal 11150543 (7 h msdm)-framework evaluasi kinerja dan kompensasi
Reza faizhal 11150543 (7 h msdm)-framework evaluasi kinerja dan kompensasiRezaFaizhal
 
Evaluasi kinerja dan kompensasi muhamad sudrajat
Evaluasi kinerja dan kompensasi muhamad sudrajatEvaluasi kinerja dan kompensasi muhamad sudrajat
Evaluasi kinerja dan kompensasi muhamad sudrajatsudrajat45
 
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasiMakalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasiGaluh Gilang R
 
Makalah evaluasi kinerja uts
Makalah evaluasi kinerja utsMakalah evaluasi kinerja uts
Makalah evaluasi kinerja utsAlekJr1
 
1.link slideshare frame w ork
1.link slideshare frame w ork 1.link slideshare frame w ork
1.link slideshare frame w ork EVAAGUSTINA3
 
Makalah 2 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Makalah 2  Evaluasi Kinerja dan KompensasiMakalah 2  Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Makalah 2 Evaluasi Kinerja dan Kompensasitutialawiyah123
 

What's hot (19)

Tugas kumpulan
Tugas kumpulanTugas kumpulan
Tugas kumpulan
 
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
 
Tugas makalah 1 pak ade fauzi
Tugas makalah 1 pak ade fauziTugas makalah 1 pak ade fauzi
Tugas makalah 1 pak ade fauzi
 
Tugas makalah uts evaluasi kinerja yeti 11140692
Tugas makalah uts evaluasi kinerja yeti 11140692Tugas makalah uts evaluasi kinerja yeti 11140692
Tugas makalah uts evaluasi kinerja yeti 11140692
 
Tugas makalah uts evaluasi kinerja putri af 11140025 klas 7 p msdm
Tugas makalah uts evaluasi kinerja putri af 11140025 klas 7 p msdmTugas makalah uts evaluasi kinerja putri af 11140025 klas 7 p msdm
Tugas makalah uts evaluasi kinerja putri af 11140025 klas 7 p msdm
 
Tugas 1- UTS-Evaluasi kinerja dan kompensasi-Tubagus Upay
Tugas 1- UTS-Evaluasi kinerja dan kompensasi-Tubagus UpayTugas 1- UTS-Evaluasi kinerja dan kompensasi-Tubagus Upay
Tugas 1- UTS-Evaluasi kinerja dan kompensasi-Tubagus Upay
 
Tugas makalah uts evaluasi kinerja puput handayani 11140217 klas 7 p msdm(3)
Tugas makalah uts evaluasi kinerja puput handayani 11140217 klas 7 p msdm(3)Tugas makalah uts evaluasi kinerja puput handayani 11140217 klas 7 p msdm(3)
Tugas makalah uts evaluasi kinerja puput handayani 11140217 klas 7 p msdm(3)
 
Makalah uts riyanik 7 d msdm
Makalah uts riyanik 7 d msdmMakalah uts riyanik 7 d msdm
Makalah uts riyanik 7 d msdm
 
Tugas 1 evaluasi kinerja & kompensasi
Tugas 1  evaluasi kinerja & kompensasiTugas 1  evaluasi kinerja & kompensasi
Tugas 1 evaluasi kinerja & kompensasi
 
Uas suhandi evaluasi kinerja 7 y 11141098
Uas suhandi evaluasi kinerja 7 y 11141098Uas suhandi evaluasi kinerja 7 y 11141098
Uas suhandi evaluasi kinerja 7 y 11141098
 
Makalah uts[1]
Makalah uts[1]Makalah uts[1]
Makalah uts[1]
 
Siti nurmilah 11150258-7 i-msdm-tugas frame work-evaluasi kinerja dan konpe...
Siti nurmilah 11150258-7 i-msdm-tugas frame work-evaluasi  kinerja dan  konpe...Siti nurmilah 11150258-7 i-msdm-tugas frame work-evaluasi  kinerja dan  konpe...
Siti nurmilah 11150258-7 i-msdm-tugas frame work-evaluasi kinerja dan konpe...
 
Uas 1 evaluasi kinerja
Uas 1 evaluasi  kinerjaUas 1 evaluasi  kinerja
Uas 1 evaluasi kinerja
 
Reza faizhal 11150543 (7 h msdm)-framework evaluasi kinerja dan kompensasi
Reza faizhal 11150543 (7 h msdm)-framework evaluasi kinerja dan kompensasiReza faizhal 11150543 (7 h msdm)-framework evaluasi kinerja dan kompensasi
Reza faizhal 11150543 (7 h msdm)-framework evaluasi kinerja dan kompensasi
 
Evaluasi kinerja dan kompensasi muhamad sudrajat
Evaluasi kinerja dan kompensasi muhamad sudrajatEvaluasi kinerja dan kompensasi muhamad sudrajat
Evaluasi kinerja dan kompensasi muhamad sudrajat
 
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasiMakalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
 
Makalah evaluasi kinerja uts
Makalah evaluasi kinerja utsMakalah evaluasi kinerja uts
Makalah evaluasi kinerja uts
 
1.link slideshare frame w ork
1.link slideshare frame w ork 1.link slideshare frame w ork
1.link slideshare frame w ork
 
Makalah 2 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Makalah 2  Evaluasi Kinerja dan KompensasiMakalah 2  Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Makalah 2 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
 

Similar to Tugas rangkuman uts indah

Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasiTugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasiinsanfajaralif
 
Tugas framework ririn purwanti 11011700696
Tugas framework ririn purwanti 11011700696Tugas framework ririn purwanti 11011700696
Tugas framework ririn purwanti 11011700696Ririnrianti2
 
Makalah (1) evaluasi kinerja
Makalah (1) evaluasi kinerjaMakalah (1) evaluasi kinerja
Makalah (1) evaluasi kinerjayulicute
 
Makalah I m. zaky mujahid 11140207_msdm
Makalah I m. zaky mujahid 11140207_msdmMakalah I m. zaky mujahid 11140207_msdm
Makalah I m. zaky mujahid 11140207_msdmMUHAMAD ZAKY MUJAHID
 
Makalah sebelum uts penilaian kinerja
Makalah sebelum uts penilaian kinerjaMakalah sebelum uts penilaian kinerja
Makalah sebelum uts penilaian kinerjaSerpatiSaid
 
Makalah evaluasi kinerja
Makalah evaluasi kinerjaMakalah evaluasi kinerja
Makalah evaluasi kinerjaSerpatiSaid
 
Penilaian kinerja guru nofita puji rahayu 143111210- 6g pai
Penilaian kinerja guru  nofita puji rahayu 143111210- 6g paiPenilaian kinerja guru  nofita puji rahayu 143111210- 6g pai
Penilaian kinerja guru nofita puji rahayu 143111210- 6g paiNofita Puji Rahayu
 
Frame work dinda ayoe ningtyas -11150404-7 c-msdm
Frame work dinda ayoe ningtyas -11150404-7 c-msdmFrame work dinda ayoe ningtyas -11150404-7 c-msdm
Frame work dinda ayoe ningtyas -11150404-7 c-msdmDindaAyoeNingtyas
 
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdmMakalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdmYeyenKurniati
 
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdmMakalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdmYeyenKurniati
 

Similar to Tugas rangkuman uts indah (20)

Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasiTugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
Tugas makalah evaluasi kinerja dan kompensasi
 
Tugas framework ririn purwanti 11011700696
Tugas framework ririn purwanti 11011700696Tugas framework ririn purwanti 11011700696
Tugas framework ririn purwanti 11011700696
 
Makalah uts
Makalah utsMakalah uts
Makalah uts
 
Makalah kinerja
Makalah kinerjaMakalah kinerja
Makalah kinerja
 
Makalah (1) evaluasi kinerja
Makalah (1) evaluasi kinerjaMakalah (1) evaluasi kinerja
Makalah (1) evaluasi kinerja
 
Makalah I m. zaky mujahid 11140207_msdm
Makalah I m. zaky mujahid 11140207_msdmMakalah I m. zaky mujahid 11140207_msdm
Makalah I m. zaky mujahid 11140207_msdm
 
Makalah sebelum uts penilaian kinerja
Makalah sebelum uts penilaian kinerjaMakalah sebelum uts penilaian kinerja
Makalah sebelum uts penilaian kinerja
 
uts
utsuts
uts
 
Uts
UtsUts
Uts
 
Makalah evaluasi kinerja
Makalah evaluasi kinerjaMakalah evaluasi kinerja
Makalah evaluasi kinerja
 
Makalah
Makalah Makalah
Makalah
 
Penilaian kinerja guru nofita puji rahayu 143111210- 6g pai
Penilaian kinerja guru  nofita puji rahayu 143111210- 6g paiPenilaian kinerja guru  nofita puji rahayu 143111210- 6g pai
Penilaian kinerja guru nofita puji rahayu 143111210- 6g pai
 
Frame work dinda ayoe ningtyas -11150404-7 c-msdm
Frame work dinda ayoe ningtyas -11150404-7 c-msdmFrame work dinda ayoe ningtyas -11150404-7 c-msdm
Frame work dinda ayoe ningtyas -11150404-7 c-msdm
 
Makalah uas
Makalah uasMakalah uas
Makalah uas
 
Makalah uas
Makalah uasMakalah uas
Makalah uas
 
makalah 1 ( UTS )
makalah 1 ( UTS )makalah 1 ( UTS )
makalah 1 ( UTS )
 
TUGAS 2
TUGAS 2 TUGAS 2
TUGAS 2
 
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdmMakalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
 
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdmMakalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
Makalah uts evaluasi kinerja dan kompensasi yeyen kurniati, 11160968, 7 h msdm
 
Resume1
Resume1Resume1
Resume1
 

Tugas rangkuman uts indah

  • 1. EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI RANGKUMAN MATERI PERTEMUAN 1-7 Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Kinerja Dan Kompensasi Pengampu : Ade Fauzi, S.E, M.M Oleh : INDAH TRIANY(11140978) 7Y-MSDM ( B.1.1 ) UNIVERSITAS BINA BANGSA BANTEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 2017-2018
  • 2. BAB I RANGKUMAN MATERI 1.1. KINERJA SDM Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Pengertian Kinerja Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil ataU tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan – kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda – tanda peringatan adanya kinerja yang merosot. Manfaat Evaluasi Kinerja Penilaian prestasi adalah proses di mana organisasi menilai atau mengevaluasi prestasikerja karyawan. Adapun manfaat evaluasi prestasi/kinerja adalah sebagai berikut: 1. Meningkatan prestasi karyawan Karyawan dapat memperbaiki atau meningkat perstasi setelah mengetahui hasil atau umpan balik dari adanya evaluasi tersebut. 2. Standar kompensasi yang layak Dari hasil evaluasi prestasi, manajer dapat mengetahui berapa upah atau kompensasi yang layak harus diberiakn pada karyawan. 3. Penempatan karyawan Dari hasil prestasi karyawan dalam sebuah evaluasi yang sudah dilkukan sehingga dapat meminimalisasi risiko kesalahan dalam penempatan karyawan. 4. Pelatihan dan pengembangan
  • 3. Apabila hasil evaluasi menunjukan banyak kekurangan atau hasil yang negative maka sudah saat nya diperlukan program pelatiahndan pengembangan, baik untuk karyawan baru maupun karyawan senior. Namun, hasil yang baik atau positif hendaknya tidak membuat organisasi tidak berbesar hatu dulu, karena pelatiahn dan pengembangan selalu dibutuhkan untuk penyegaran bagi karyawan. 5. Jenjang karier Manajer dapat menyusun jalur karier karyawan sesuai dengan prestasi yang telah ditunjukan karyawan. 6. Penataan staf Hasil prestasi yang baik atau buruk, mencerminkan bagaimana manajemen mengatur pembagian sumber daya manusia di dalam organisasi. 7. Minimnya data informasi Informasi yang akurat sangat dibutuhkan organisasi untuk mengambil keputusan guna menempatkan karyawan, promosi, mutasi, transfer, demosi, kebutuhan program pelatihan dan pengembangan, jenjang karierkaryawan, dan komponen-komponen lain dalam system informasi manajemen sumber daya manusia. 8. kesalahn desain pekerjaan Adanya indikasi hasil evaluasi prestasi yang buruk merupakan tanda adanya kesalahn dalam deskripsi desain pekerjaan yang tidak atau kuarng cocok pada pekerjaan. 9. Peluang kerja yang adil 10. Peluang kerja yang sam dan adil bagi karyawan bisa didapat apabila manajer melihat hasil evaluasi dan mempertimbangan kesempatan pekerjaan yang layak dan menantang bagi karyawan yang menunjukan prestasi bagus. 11. Tantangan eksternal Penilaian pretasi juga tergantung dari factor lain, seperi kepentingan pribadi, kondisi financial, kondisi kerja, keluarga, kesehatan karyawan, dan sebagainya.
  • 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1. Kemampuan mereka, 2. Motivasi, 3. Dukungan yang diterima, 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5. Hubungan mereka dengan organisasi. Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. menurut Mangkunegara menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: 1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya. 2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. David C. Mc Cleland seperti dikutip Mangkunegara, berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu
  • 5. dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu : 1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi 2. Berani mengambil resiko 3. Memiliki tujuan yang realistis 4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan. 5. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan 6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogamkan Teknik-Teknik Penilaian Prestasi/Kinerja Beberapa metode yang dapat dipertimbangkan organisasi untuk melakukan evaluasi prestasi bagi karyawan adalah sebagai berikut: 1. Rating Scale Penilaian prestasi metode ini didasarkan pada suatu skala dari sangat baik, baik, kurang baik, dan jelek. 2. Checklist Checklist adalah penilaian yang didasarkan pada suatu standar unjuk kerja yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu, kemudian penilaian memeriksa apakah karyawan sudah mengerjakannya. 3. Critical Incident Technique Critical inci ent technique adalah penilaian yang didasarkan pada perilaku khusus yang dilakukan di tempat kerja, baik perilaku yang baik maupun perilaku yang tidak baik. 4. Skala Penilaian Berjangkarkan Perilaku Skala penilaian berjangkarkan perilaku (behaviorally anchored rating scale-BARS) adalah penilaian yang dilakukan dengan membuat spesifikasi
  • 6. unjuk kerja dalam elemen-elemen tertentu, misalnya dosen di perguruab tinggi elemen-elemen unjuk kerjanya adalah memberikan pengajaran, melakuakn penelitian, memberikan bimbngan pada mahasiswa dan membuat soal. 5. Pengamatan Dan Tes Unjuk Kerja Pengamatan dan tes unjuk kerja adalah penilaian yang dilakuakn melalui tes di lapangan. 6. Metode Perbandingan Kelompok Metode ini dilakukan dengan membandingkanseorang pegawai dengan rekan sekerjanya, yang dilakukan oleh atasan dengan beberapa teknik seperti pemeringkatan(ranking method), pengelompokan pada klasifiakasi yang sudah ditentukan (force distribution), pemberian poin atau angka (point allocation method), dan metode perbandingan dengan karyawan lain(paired comparison) 7. Penilaian Diri Sendiri Penilaian diri sendidri adalah karyawan untuk dirinya sendiri dengan harapan pegawai tersebut dapat mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan dating. 8. Management By Objective(MBO) Management By Objective adalah program manajemen yang mengikutsertakan karyawan dalam proses pengambilan keputusan untuk menetukan tujuan-tujuan yang dicapai. 9. Penilaian secar psikologis Penilaian secar psikologis adalah proses penilaian yang dilakukan oleh para ahlu psikologi untuk mengetahui potensi seseorang yang berkaitan dengan pelksanaan pekerjaan seperi kemampuan inetelektual, motivasi, dan lain-lain yang bersifat psikologi. 10. Assesment centre Assesment centre atau pusat penilaian adalah penilaian yang dilakukan melalui serangkain teknik penilaian dan dilakukan oleh sejumlah penilai
  • 7. untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab yang lebih besar 1.2. Human Resource Scorecard dalam pengelolaan SDM Human Resource Scorecard, sebuah bentuk pengukuran Human Resources yang mencoba memperjelas peran sumber daya manusia sebagai sesuatu yang selama ini dianggap intangible untuk diukur perannya terhadap pencapaian misi, visi dan strategi perusahaan.“What Gets Measured, Get Managed, Gets Done”, itulah dasar pemikiran dari konsep HR Scorecard. Becker, Huselid dan Ulrich (2001) telah mengembangkan suatu sistem pengukuran yang dinamakan Human Resource (HR) Scorecard. Pengukuran ini merupakan pengembangan dari konsep Balanced Scorecard, dimana pengukuran Human Resource Scorecard lebih menfokuskan pada kegiatan SDM atau menilai kontribusi strategic yang terdiri dari 3 (tiga) dimensi rantai nilai yang diwakili oleh Fungsi SDM, Sistem SDM, dan perilaku karyawan yang strategik. Karakteristik manusia pada dasarnya sulit dipahami, sulit dikelola, apalagi diukur. Padahal kita tahu, sumber daya manusia adalah asset terpenting yang sangat powerful dan penuh misteri dari sebuah perusahaan. Oleh karena itu. HR Scorecard mencoba mengukur sumber daya manusia dengan mengkaitkan antara orang-strategi-kinerja untuk menghasilkan perusahaan terbaik, dan juga menjabarkan misi, visi dan strategi, menjadi aksi HR yang dapat diukur kontribusinya. Keduanya menggambarkan hubungan sebab (leading/intangible) dan akibat (lagging/tangible), yang kuncinya adalah disatu sisi ingin menggambarkan manusia dengan segala potensinya, dan disisi lain ada konteribusi yang bisa diberikan dalam pencapaian sasaran perusahaan. Human Resource Scorecard, merupakan salah satu mekanisme yang secara komprehensif mampu mengambarkan dan mengukur bagaimana sistem pengelolaan SDM dapat menciptakan value atau kontribusi bagi organisasi.
  • 8. Becker et.al (2001) mengungkapkan beberapa manfaat HR Scorecard bagi perusahaan sebagai berikut : 1. Memperjelas perbedaan antara HR Doables (kinerja) SDM yang tidak mempengaruhi implementasi strategi perusahaan dengan HRD Deliverable (kinerja SDM yang mempunyai pengaruh terhadap implementasi strategi perusahaan). 2. Menyeimbangkan proses penciptaan nilai (HR Value proposition) dengan pengendalian biaya disatu sisi dan investasi yang diperlukan disisi lainnya. 3. Menggunakan leading indikator (indikator yang menilai status faktor kunci kesuksesan yang mendorong implementasi strategi perusahaan). Model SDM strategik memberi kontribusi yang menghubungkan keputusan SDM dan sistim dengan HR Deliverable, dimana mempengaruhi key performance driver dalam implementasi strtaegi perusahaan (misalnya: kepuasan pelanggan atau fokus peningkatan kompetensi karyawan). 4. Menilai kontribusi SDM terhadap implementasi strategi. 5. Mengarahkan profesional SDM secara aktif mengelola tanggung jawab terhadap implementasi strategi perusahaan. 6. Mendukung perubahan dan fleksibilitas. Model 7 (tujuh) langkah dalam merancang suatu system pengukuran HumanResource Scorecard, yaitu : 1. Mendefinisikan strategi bisnis perusahaan dengan jelas. Sebelum membangun strategi pengembangan SDM yang perlu dilaksanakan adalah mengklarifikasi kembali kebijakan dan strategi pengembangan perusahaan secara keseluruhan. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan perusahaan menciptakan nilai, strategi-strategi apa yang dapat membuat perusahaan sukses, ukuran- ukuran apa yang bias menunjukkan kesuksesan perusahaan harus sudah terformulasi dengan jelas dan sudah terkomunikasikan dengan baik keseluruh lapisan karyawan atau Organisasi. Departemen SDM sebagai bagian dari perusahaan, mutlak dalam mengembangkan strateginya harus
  • 9. mengacu pada arah dan strategi yang telah ditetapkan perusahaan. Jadi strategi bisnis harus diklarifikasi dengan terminology yang detail dan dapat dilaksanakan oleh pelakunya. Kuncinya adalah membuat sasaran perusahaan dimana karyawan memahami peran mereka dan organisasi mengetahui bagaimana mengukur kesuksesan meraka (kinerja karyawan) dalam mencapai sasaran tersebut 2. Membangun kasus bisnis untuk SDM sebagai sebuah modal strategis. Professional SDM perlu membangun kasus bisnis untuk mengetahui mengapa dan bagaimana SDM dapat mendukung pencapaian strategi tersebut. Departemen SDM dapat menjadi model strategi, apalagi bila manager lini dan manager SDM mau berbagi tanggung jawab dalam poses implementasi strategi tersebut. Dalam proses perumusan kasus bisnis, perlu dilakukan suatu observasi pendahuluan untuk menyusun rekomendasi yang akan diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan perusahaan pada akhirnya bagaimana oraganisasi mengeksekusi strateginya secara efektif, bukan sekedar isi dari strategi itu sendiri. 3. Menciptakan Peta Strategi. Setiap organisasi dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan selalu melakukan serangkaian aktivitas spesifik yang bila digambarkan akan membentuk suatu proses rantai penciptaan nilai. Proses penciptaan nilai bagi pelanggan inilah yang disebut dengan model rantai nilai, meski belum terartikulasi sepenuhnya. Peta strategi membagi proses penciptaan nilai menjadi empat pespektip, yaitu pertumbuhan dan pembelajaran, proses internal, pelanggan dan financial. 4. Mengindentifikasikan HR Deliverable dalam Peta Strategi. Peran strategis departemen SDM terjadi ketika terjadi titik temu antara strategi bisnis perusahaan dengan programprogram yang dijalankan oleh department SDM. Semakin sering titik temu diantara keduanya terjadi, maka semakin strtaegis pula peran SDM dalam perusahaan tersebut..Untuk merealisasikan hal ini, para professional di departemen SDM harus
  • 10. mampu memahami aspek bisnis perusahaan secara keseluruhan. Bila hal ini tidak terpenuhi, para manajer dari fungsi lain tidak akan menghargai kebijakan yang diambil oleh departemen SDM. Berdasarkan strategi perusahaan, department SDM kemudian membuat HR Deliverables yang dirancang untuk mendukung realisasi dari strategi dan kinerja perusahaan seperti apa yang memerlukan kompetensi, reward dan tugas organisasi yang tepat. 5. Menyelaraskan Arsitektur SDM dengan HR Deliverables. Setelah HR Deliverables ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah menyesuaikan HR Deliverables tersebut dengan arsitektur SDM yang dimilki oleh departemen SDM yakni Fungsi, Sistem, dan Perilaku karyawan. 6. Merancang Sistim Pengukuran Strategik. Setelah tercipta keselarasan antara HR Deliverables dengan arsitektur SDM, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan ukuran-ukuran strategis (key performance indicator) untuk tiap HR Deliverables. Dalam proses penyusunan HR Scorecard, HR deliverabales merupakan sasaran strategis yang harus dicapai oleh departemen SDM. 7. Mengelola Implementasi melalui pengukuran Setelah HR Scorecard dikembangkan berdasarkan prinsip yang digambarkan dalam model diatas, hasilnya menjadi alat yang sangat berguna untuk menjaga skor pengaruh SDM terhadap kinerja organisasi. 1.3. MOTIVASI DAN KEPUASAN Motivasi ialah suatu konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang memulai dan mengarahkan perilaku. (Gibson) Ialah keinginan untuk berusaha atau berupaya sekuat tenaga untuk mencapai tujuan organisasi yang dikondisikan atau ditentukan oleh
  • 11. kemampuan usaha/upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. (Stephen P. Robinson) Dari dua batasan atau definisi tersebut pada intinya adalah mempunyai kesamaan pengertian walaupun ada perbedaan redaksional. Motivasi secara umum berkaitan dengan usaha untuk memenuhi semua tujuan sehingga fokus pembahasan dipersempit pada tujuan organisasional supaya dapat merepleksikan perhatian kita pada perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. Dalam batasan/definisi tersebut didapat tiga elemen kunci, yaitu: usaha tujuan, organisasi, dan kebutuhan. Dalam pengelolaan organisasi seorang manajer harus mempertimbangkan suatu motivasi yang berbeda untuk sekelompok orang, yang dalam banyak hal tidak dapat diduga sebelumnya. Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan perilaku, dalam hal ini beberapa hal berkaitan dengan titik tolak individu yaitu kebutuhan dan tujuan. Setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi timbul adanya perasaan kepuasan kerja dan ketidak puasan. Oleh karena itulah setiap pimpinan atau manajer suatu organisasi perlu menciptakan suatu iklim yang sehat secara etis bagi anggotanya atau pegawainya, dimana mereka melakukan pekerjaan secara maksimal dan produktif. Hal ini sudah barang tentu adanya perilkau individu dalam organisasi yang merupakan interaksi antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi (Thoha.1998). Perilaku organisasi merupakan suatu perilaku terapan yang dibangun atas sumbangan dari sejumlah disiplin perilkau, seperti yang menonjol psokologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan ilmu politik (Robbins.2001). sedangkan yang menyangkut kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan yang disumbangkan dalam psikologi. Selain itu diperluas juga yang mencangkup pembelajaran, persepsi, kepribadian, pelatihan, keefektifan kepemimpinan, kebutuhan dan kekuatan motivasi, proses pengambilan keputusan, penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik seleksi pegawai, desain pekerjaan dan stres kerja.
  • 12. Demikian pula organisasi pendidikan sebagai institusi penyelenggaraan pendidikan mengharapkan suatu outcome atau produktivitas yang memuaskan sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan pendidikan outcome atau produktivitas itu ditentukan baik oleh teknologi (sistem, kurikulum, sarana prasarana, pembiayaan dan manajemen) maupun tenaga kependidikan. Disini kepuasan kerja atau kepuasaan belajar mengajar merupakan salah satu indikator dari seperangkat kebutuhan manusia dalam organisasi pendidikan. Dengan perkataan lain kepuasaan harus menjadi tujuan utama organisasi setelahnya produktivitas. 1.4. MENGELOLA POTENSI KECERDASAN DAN EMOSIONAL SDM Menurut Daniel Goleman (Emotional Intelligence – 1996) : orang yang mempunyai IQ tinggi tapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan yang lebih besar dibanding dengan orang yang IQ-nya rata-rata tetapi EQ-nya tinggi, artinya bahwa penggunaan EQ atau olahrasa justru menjadi hal yang sangat pending, dimana menurut Goleman dalam dunia kerja, yang berperan dalam kesuksesan karir seseorang adalah 85% EQ dan 15% IQ. Jadi, peran EQ sangat signifikan. Kita perlu mengembangkan IQ – menyangkut pengetahuan dan keterampilan, namunkita juga harus dapat menampilkan EQ yang sebaik- baiknya karena EQ harus dilatih.Untuk meningkatkan kemampuan IQ dan EQ agar supaya dapat memanfaatkan hati nurani kita yang terdalam maka kita juga harus membina SQ yang merupakan cerminan hubungan kita dengan Sang Pencipta / Allah SWT, melalui SQ kita dilatih menggunakan ketulusan hati kita sehingga mempertajam apa yang dapat kita tampilkan. Jadi perpaduan antara IQ, EQ dan SQ inilah yang akan membina jiwa kita secara utuh, sehingga kita dapat meniti karir dengan baik, dimana akan lebih baik lagi jika ditambahkan AQ (Adversity Quotient) yang mengajarkan kepada kita bagaimana dapat menjadikan tantangan bahkan ancaman menjadi peluang. Jadi yang ideal memang saudara harus mampu memadukan IQ, EQ,
  • 13. SQ dan AQ dengan seimbang sehingga Insya Allah saudara akan menjadi orang yang sukses dalam meniti karier. A. KECERDASAN Kenapa ada orang disebut lebih cerdas dari yang lain ? Ketika seorang anak usia 2 tahun dapat mengeja sederetan huruf pembentuk kata, bahkan kalimat, dengan baik dan benar, serta merta orang tua dan lingkungannya menyebut ia “anak cerdas”. Sederhana dasar yang dipakai, banyak anak lain dalam usia tersebut sama sekalibelum mampu melakukan hal itu. Derasnya laju informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi memicu dan memacu setiap orang untuk menjadi lebih cerdas. Baik oleh diri sendiri maupun – dan ini yang tampak sangat menonjol – orangtua- orangtua yang berlomba “mencerdaskan” anakanaknya, supaya mampu bersaing. Hiruk pikuk orang berburu kursus, paket latihan, drilling program, dan sebagainya. Apa esensi yang hendak ditangkap ? Mungkin betul, demi meningkatkan – jika mungkin semua – kecerdasan. Namun, barang apa itu? B. Memahami Kecerdasan Sejak dilakukan studi dan penelitian intensif, hal penting tentang kecerdasan (intelligence) dicerminkan oleh berbagai kontroversi pengukuran. Seperti juga pada barang lain, kontroversi ini tidak pernah berhenti, bahkan sampai sekarang. David Wechsler (1939) mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi serah dengan tujuan, berpikir rasional dan mengelola lingkungan secara efektif. Ia pula yang mengembangkan peranti tes kecerdasan individual bernama Wechsler Intelligence Scale, yang hingga saat ini masih digunakan dan dipercaya sebagai skala kecerdasan universal. Sebelumnya, JL Stockton (1921) mengatakan kecerdasan adalah kemampuan untuk mempengaruhi proses memilih yang berprinsip pada kesamaan (similarities).
  • 14. Beradasarkan analisisnya, C Spearman (1927) memutuskan bahwa seluruh aktivitas intelektual tergantung pada suatu bagan yang disebut faktor G (general factors). Namun tak kalah penting juga sejumlah faktor S (spesific factors) sebagai pendukung. Penjelasannya, faktor G menggambarkan aspek-aspek umum, faktor S adalah aspek yang unik dan given. Masih banyak definisi maupun pengertian kecerdasan, seiring banyak nama para pencetusnya. Cattell (1963) dan Horn (1968) mengemukakan versi mereka tentang model hierarki kecerdasan (hierarchical model of intelligence). Faktor G berperan sebagai pusat kecerdasan manusia, demikian menurut mereka. Guilford (1967) terkenal dengan SOI-nya, structure of the intellect model. Ia menggolongkan kecerdasan dalam tiga dimensi, yakni operations (apa yang dilakukan orang), contents (materi atau informasi yang ditampilkan oleh operations) dan product (bentuk pemrosesan informasi). Membahas pengertian kecerdasan dalam berbagai perspektif memang cukup kompleks. Lebih-lebih dewasa ini bermunculan beragam kecerdasan. Pemahaman teoritik di atas bertujuan sebagai informasi, khususnya bagi masyarakat yang belum familier tentang kecerdasan selain yang selama ini dipahami secara umum. Dengan harapan, paparan singkat tersebut dapat membawa pemahaman kecerdasan secara konkret dan ilmiah. Untuk melengkapi, marilah kita pahami suatu kesimpulan bahwa kecerdasan merupakan potensi dasar seseorang untuk berpikir, menganalisis dan mengelola tingkah lakunya di dalam lingkungan dan potensi itu dapat diukur. CIRI-CIRI MENDASAR KECERDASAN (INTELLEGENS) : a.To judge well (dapat menilai) b.To comprehend well (memahami secara menyeluruh).
  • 15. c.To reason well (memberi alasan dengan baik). CIRI-CIRI PRILAKU INTELLEGEN / CERDAS : a.Masalah yang dihadapi merupakan masalah baru bagi yang bersangkutan. b.Serasi tujuan dan ekonomis (efesien). c.Masalah mengandung tingkat kesulitan. d.Keterangan pemecahannya dapat diterima. e.Sering menggunakan abstraksi. f. Bercirikan kecepatan. g. Memerlukan pemusatan perhatian. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECERDASAN (INTELLEGEN) : a.Pembawaan ; kapasitas / batas kesanggupan. b.Kematangan ; telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya, erat kaitan dengan umur. c.Pembentukan ; pengaruh dari luar. d.Minat. e.Kebebasan ; terutama dalam memecahkan masalah. Pendapat pribadi yang mungkin subjektif sifatnya, juga merupakan imbauan. Tidak penting kecerdasan hanya dikejar, dimiliki dan menjadi sukses menurut parameter material yang sempit. Juga tidak begitu penting kecerdasan mana yang lebih berkontribusi terhadap prestasi maupun prestise. Kecerdasan akan terlihat dan bermanfaat apabila dipraktikkan secara optimal dengan penuh penguasaan diri dan rasa syukur, nyata di dalam masyarakat, berlangsung bagi hajat hidup orang banyak tanpa terikat pada batasan-batasan tak logis, yang justru membuat orang tampak tidak cerdas. Mari mencerdaskan bangsa dan menciptakan perdamaian di bumi. 1.5. MEMBANGUN KAPABILITAS DAN KOMPETENSI SDM
  • 16. A. Kapabilitas Barney (1991) mengemukakan empat kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu sumber daya dapat disebut sebagai sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan sebagai berikut: merupakan sumber daya organisasional yang sangat berharga (valuable), terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk mengeksploitasi kesempatan dan atau menetralisasi ancaman dari lingkungan perusahaan relative sulit untuk dikembangkan, sehingga menjadi langka di lingkungan kompetitif.sangat sulit untuk ditiru atau diimitasi. Tidak dapat dengan mudah digantikan substitute yang secara strategis signifikan. masalahnya adalah bagaimana “menterjemahkan” berbagai strategi, kebijakan dan praktik MSDM menjadi keunggulan kompetitif berkelanjutan. B. Kompetensi SDM berkarier di Bidang Sumber Daya Manusia Menurut Covey, Roger dan Rebecca Merrill (1994), kompetensi tersebut mencakup: 1. Kompetensi teknis : pengetahuan dan keahlian untuk mencapai hasil- hasil yang telah disepakati, kemampuan untuk memikirkan persoalan dan mencari alternatif- alternatif baru 2. Kompetensi Konseptual: kemampuan untuk melihat gambar besar, untuk menguji berbagai pengandaian dan pengubah prespektif 3. Kompetensi untuk hidup : dan saling ketergantungan kemampuan secara efektif dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk mendengar, berkomunikasi, mendapat alternatif ketiga. 1.6.KONSEP AUDIT KINERJA Istilah Audit Kinerja terdiri atas dua kata Audit = kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan (Arens) Kinerja = hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama (Stephen P.Robbings). Tujuan dasar audit kinerja adalah menilai kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan
  • 17. efektivitas. Audit Kinerja merupakan perluasan dari audit laporan keuangan, dalam hal prosedur dan tujuan. Fungsi Audit Kinerja adalah memberikan review indepnden dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan. KONSEP AUDIT KINERJA 1. Value For Money (VFM) Audit Penilaian apakah manfaat yang dihasilkan oleh suatu program lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (spending well) atau masih mungkinkah melakukan suatu pengeluaran/belanja dengan lebih baik/bijak. 2. Performance Audit Ini adalah istilah baku secara Internasional 3. Audit Manajemen, Audit Operasional Atau Audit Ekonomi dan Efisiensi. Menilai aspek ekonomi dan efisiensi dari pengelolaan organisasi. 4. Audit Program atau Audit Efektivitas. Menilai manfaat atau pencapaian suatu program. Perbedaan Audit Kinerja dan Audit Keuangan Karakteristik A. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut: a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things)? b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things right) Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksanakan pengujian terinci
  • 18. Karakteristik lainnya (Professor Soermardjo Tjitrosidojo (1980)) : Pemeriksaaan operasional, dengan menggunakan perbandingan Pemeriksa haruslah wajar(fair) , objektif dan realistis Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus mempunyai pengetahuan keterampilan dari berbagai macam bidang Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan menggunakan sudut pandang pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya, Pemeriksasan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu “early warning system. PERKEMBANGAN Evolusi audit kinerja : financial statement auditing (1930) Management auditing(1950) Program Auditing (1970) Performance Audit diperkenalkan pada tahun (1971) oleh Elmer B. Staat pada Kongres INTOSAI di Montreal Merupakan perluasan dari lingkup audit kinerja Dilaksanakan dalam audit sektor publik oleh Lembaga Audit Tertinggi di seluruh dunia Di Indonesia mulai diperkenalkan pada tahun 1976, degan dimulainya management audit course di BPK kerja sama dengan US-GAO Manfaat Mengidentifikasi permasalahan dan alternative penyelesainnya Mengidentifikasi sebab-sebab actual dari suatu permasalahan yang dapat diatasi oleh kebijakan manajemen atau tindakan lainnya Mengidentifikasi peluang atau kemungkinan untuk mengatasi ketidakefisienan Mengidentifikasi criteria untuk menilai pencapaian tujuan organisasi Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal Menyediakan jalur komunikasi antara operasional dan manajemen Melaporkan ketidakberesan 1.7. PELAKSANAAN AUDIT KINERJA A. PROSEDUR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA MANAJERIAL 1. Prosedur Pelaksanaan Secara umum, prosedur pelaksanaan audit adalah sebagai berikut:
  • 19. 1. Persiapan Audit Kinerja 2. Pengujian Pengendalian Manajemen 3. Pengukuran dan Pengujian Key Performance Indicator (KPI) atau yang disebut Indikator Kinerja Kunci (IKK). 4. Review Operasional 5. Pembuatan Kertas Kerja Audit (KKA) 6. Pelaporan 7. Pemantauan Tindak Lanjut 2. Perencanaan Audit Kinerja Dalam Pedoman Pelaksanaan Audit Kinerja, Perencanaan audit merupakan langkah penting yang dilakukan untuk memenuhi standar audit. Dalam perencanaan audit perlu memperhatikan perkiraan waktu dan petugas audit, selain itu juga mempertimbangkan perencanaan lainnya yang meliputi: 1. Sumber dan cara memperoleh informasi yang cukup mengenai auditan 2. Hasil audit yang diperoleh pada tahap sebelumnya. 3. Prosedur Pelaksanaan Audit Kinerja Pengertian Prosedur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 703) adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Menurut Setyawan (1988: 35), prosedur adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan guna mencapai tujuan pemeriksaan. Pelaksanaan Audit Kinerja oleh kantor akan berdasarkan prosedur yang terdiri dari tahapan Audit Kinerja yang menguraikan tentang bagaimana langkah kerja Audit Kinerja itu dilakukan. A. Persiapan Audit Kinerja Dalam tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang merupakan tahap awal dari rangkaian Audit Kinerja sebagai dasar penyusunan Program Kerja Audit Tahap berikutnya. Tahap ini meliputi: a. Pembicaraan pendahuluan dengan auditan b. Pengumpulan informasi umum dalam pengenalan terhadap kegiatan yang diaudit
  • 20. c. Pengidentifikasian aspek manajemen atau bidang masalah yang menunjukkan kelemahan dan perlu dilakukan pengujian lebih lanjut. d. Pembuatan ikhtisar hasil persiapan Audit Kinerja. Dalam pengumpulan informasi kegiatan persiapan Audit Kinerja mencakup: 1. Organisasi 2. Peraturan perundangan yang berlaku 3. Tujuan, Visi, Misi, sasaran, strategi dan kegiatan usaha 4. Sistem dan prosedur 5. Data keuangan 6. Informasi lainnya yang relevan Simpulan Hasil Persiapan Audit Kinerja yang disusun setelah kegiatan persiapan Audit Kinerja selesai. Simpulan hasil Audit Kinerja ini antara lain meliputi mengenai kelemahan-kelemahan yang harus dikembangkan lebih lanjut dalam tahap audit berikutnya. Dari simpulan tersebut dibuat program audit tahap pengujian pengendalian manajemen. (Deputi Bidang Akuntan Negara, 2001: 8-15). B. Pengujian Pengendalian Manajemen Pada tahap ini harus dilakukan pengujian atas: 1. Sistem pengendalian manajemen 2. Penerapan good cooperate governance (GCG) oleh manajemen auditan dan jajarannya Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain dalam perusahaan yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga kelompok tujuan utama yaitu:
  • 21. a. Efektivitas dan efisiensi operasi b. Keandalan pelaporan keuangan c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Dalam Pengujian penerapan Good Cooperate Governance (GCG) oleh manajemen, Auditor wajib melakukan pengujian penerapan prinsip-prinsip GCG oleh manajemen dengan memperhatikan hal- hal berikut: a. Prinsip dasar GCG yang harus diterapkan oleh manajemen auditan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 adalah sebagai berikut: 1. Transparansi dalam mengemukakan informasi material dan relevan mengenai perusahaan 2. Kemandirian 3. Akuntabilitas 4. Pertanggungjawaban 5. Kewajaran 6. Dalam melakukan pengujian penerapan GCG oleh manajemen, auditor minimal perlu memanfaatkan dan mengembangkan indikator/parameter yang relevan. Dan dari hasil pengujian tersebut kemudian dibuat simpulan mengenai penerapan GCG. c. Jika ditemukan kelemahan yang signifikan segera dibuat manajemen letter (ML). (Deputi Bidang Akuntan Negara: 15-18) C. Pengukuran dan Pengujian Indikator Kinerja Kunci Dalam tahap ini dilakukan penilaian atas proses penetapan indikator kinerja, juga membandingkan antara pencapaiaan indicator kinerja dengan target. Kesenjangan yang ada harus dianalisis sehingga diperoleh penyebab sebenarnya. Indikator Kinerja adalah diskripsi kuantitatif dan kualitatif dari kinerja yang dapat diigunakan oleh manajemen sebagai salah satu alat untuk menilai dan melihat
  • 22. perkembangan yang dicapai selama ini atau dalam jangka waktu tertentu. Tujuan pengujian atas pengukuran capaian indikator kinerja kunci yaitu untuk menilai efisiensi dan efektifitas beberapa aktivitas utama, guna menyarankan dan mendorong pengembangan rencana aksi untuk peningkatan kinerja. Rencana aksi dikembangkan oleh manajemen auditan (Focus Group), dan kemajuan yang dibuat dalam implementasi rencana akan direview secara periodik. Diharapkan manajemen auditan mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Tujuan akhir tersebut akan dicapai melalui berbagai tujuan setiap kegiatan review yaitu: 1. Menentukan kekuatan dan kelemahan utama yang dimiliki perusahaan 2. Menentukan implikasi operasional dan strategis dari kekuatan dan kelemahan tersebut diatas 3. Mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan 4. Mengembangkan rencana aksi perbaikan atas area-area tersebut diatas. (Deputi Bidang Akuntan Negara: 20-23) D. Review Operasional Pada tahap ini dilakukan review yang sistematis atas prosedur metode, organisasi, program atau kegiatan-kegiatan dengan tujuan untuk mengevaluasi sejauh mana pencapaiaan suatu tujuan/sasaran secara ekonomis, efisien, dan efektif.Informasi mengenai praktek terbaik (best practice) pada perusahaan sejenis perlu diperoleh sebagai pembanding (benchmark). Selain itu perlu perlu dilakukannya pula penilaian tingkat kesehatan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dan evaluasi perkembangan usaha perusahaan.Tujuan dari fase ini adalah untuk mendapatkan informasi detail/rinci untuk menguji kinerja dari aktivitas yang direview dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Review operasional dapat mengarah pada beberapa atau seluruh sasaran berikut: 1. kehematan, efisiensi dan/atau efektivitas 2. keandalan dan integritas sistem dan prosedur
  • 23. 3. Pengendalian manajemen dan akuntabilitas 4. Perlindungan terhadap aktiva 5. Kepatuhan pada peraturan, kebijakan dan prosedur, dan/atau 6. Aspek-aspek lingkungan (Brigita Lahutung, 07301541, Manajemen Keuangan) Terdapat dua pendekatan review pokok: Review hasil secara langsungPendekatan ini berfokus pada outcome dan output (berfokus pada penilaian hasil yang ingin dicapai). Pendekatan ini secara khusus layak dimana terdapat data yang tersedia untuk menghitung indikator kinerja kunci bagi aktivitas. Jika hasil memuaskan, resiko karena kesalahan yang serius dalam dan mengimplementasikan aktivitas menjadi minimal. Review Sistem pengendalian Pendekatan ini berfokus pada sistem dan pengendalian. Pendekatan ini dirancang untuk menentukan apakah organisasi telah memiliki sistem pengendalian yang cukup untuk menyediakan jaminan yang layak atas pencapaian hasil yang diinginkan. Review dirancang untuk melakukan analisis, review dan pengujian atas komponen kunci dari sistem pengendalian untuk meyakinkan bahwa hal itu telah dirancang dan diterapkan secara layak Hasil akhir dari review operasional adalah merekomendasikan peningkatan dan solusi praktis yang dapat dimplementasikan manajemen (Deputi Bidang Akuntan Negara: 30-35)