SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
ISBN 978-602-61835-4-5
9 786026 183545
“Dedicated to the Health of All Indonesian Children”
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2017
REKOMENDASI
Diagnosis dan Tata Laksana
Batuk pada Anak
REKOMENDASI
Diagnosis dan Tata Laksana
Batuk pada Anak
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
2017
Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
Disusun oleh:
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh
isi buku ini dengan cara dan bentuk apa pun tanpa seizin penulis dan
penerbit
Isi diluar tanggung jawab penerbit
Cetakan Pertama 2017
Tata Bahasa dan Letak:
Dewi Andini Putri
Asri Meiy Andini
Ratna Eka Lestari
Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
ISBN 978-602-61835-4-5
9 786026 183545
UKK Respirologi IDAI iii
Tim Penyunting:
Prof. DR. Dr. Bambang Supriyatno, Sp.A (K)
Dr. Darmawan Budi Setyanto, Sp.A (K)
Dr. Ida Bagus Subanada, Sp.A (K)
Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A
Tim Penyusun:
Prof. DR. Dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K)
Dr. Darmawan Budi Setyanto, Sp.A(K)
Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K)
Prof. DR. Dr. Cissy B Kartasasmita, Sp.A(K)
Prof. DR. Dr. Magdalena Sidhartani Z, Sp.A(K)
Prof. DR. Dr. Heda Melinda, Sp.A(K)
Prof. DR. Dr. HMS Chandra Kusuma, Sp.A(K)
Dr. Retno Widyaningsih, Sp.A(K)
Dr. Rina Triasih, M. Med (Paed), PhD, Sp.A(K)
Dr. Putu Siadi Pumiti, Sp.A(K)
Dr. Wisman Dalimunthe, Sp.A(K)
Dr. Roni Naning, Sp.A(K)
Dr. M. Syarofil Anam, Sp.A
Dr. Amiruddin Laompo, Sp.A
Dr. Fifi Sofiah, Sp.A
Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A
UKK Respirologi IDAI v
Sambutan
Ketua UKK Respirologi PP IDAI
Assalaamu’alaikum wr. Wb.
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, oleh karena hanya berkat
karuniaNya maka Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Batuk pada
Anak berhasil diterbitkan.
Batuk merupakan salah satu gejala yang sering timbul pada anak
dan menyebabkan kekhawatiran orang tua. Batuk merupakan mekanisme
pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan merupakan suatu reaksi tubuh
terhadap rangsangan pada reseptor batuk misal adanya mukus, makanan,
debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat menyebabkan morbiditas yang
tinggi dan dapat disertai gejala insomnia, suara serak, nyeri muskuloskeletal,
dan inkontinensia urin. Frekuensi dan intensitas batuk yang terlalu tinggi
dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak.
Batuk kronik dalam praktik klinis seringkali menyebabkan terjadinya
over diagnosis TB, sedangkan batuk akut menyebabkan penerapan
antiobiotik yang berlebihan. Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Batuk
pada Anak ini akan membantu dokter dalam melakukan diagonisis dan
penatalaksanaan batuk pada anak berdasarkan bukti-bukti terkini yang sahih
dan menggunakan prinsip evidence-based practice. Bukti-bukti terkini tidak
langsung diimplementasikan di dalam rekomendasi namun dikaji dengan
menggunakan analisis kemampulaksanaannya di lapangan.
Selaku Ketua UKK Respirologi bersama dengan pengurus UKK,
kami mengucapkan terima kasih atas kerja keras seluruh kontributor dan
penyunting Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Batuk pada Anak.
Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Ketua Umum PP IDAI atas
dukungannya, seluruh anggota UKK Respirologi PP IDAI, mitra dan semua
pihak yang membantu terbitnya buku ini. Dengan adanya Rekomendasi
Diagnosis dan Tatalaksana Batuk pada Anak ini diharapkan agar pelayanan
kesehatan terhadap batuk pada anak di Indonesia menjadi semakin baik.
Amin.
Wassalaammu’alaikum wr. Wb.
Jakarta, Juli 2017
DR. Dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A (K)
Ketua UKK Respirologi PP IDAI
Sambutan Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT atas berkah dan karuniaNya sehingga kita diberi kesehatan dan
kekuatan untuk dapat terus mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang
Ilmu Kesehatan Anak.
Salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals; SDGs) terkait kesehatan merupakan fokus program
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Dalam rangka mengusahakan
kesehatan dan kesejahteraan anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia terus
berupaya merangkum pendekatan diagnosis dan tata laksana berbagai
gangguan yang dapat mengancam kelangsungan proses tumbuh kembang
yang optimal.
Batuk adalah gejala yang sering dialami oleh anak dengan penyebab
yang sangat bervariasi. Walaupun batuk merupakan bagian dari mekanisme
pertahanan respiratori, pada keadaan tertentu dapat merupakan keadaan
patologis sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para klinisi, terutama
dalam hal penegakan diagnosis dan tata laksana. Pada kesempatan ini
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia mengucapkan selamat dan
terima kasih kepada Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI yang
telah menerbitkan rekomendasi “Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada
Anak”. Penerbitan rekomendasi ini sangat diperlukan. Kami berharap
rekomendasi merupakan salah satu bentuk anjuran yang diterbitkan oleh
IDAI sebagai upaya untuk menyamakan persepsi dalam tata laksana penyakit
dan menjaga kualitas penanganan pasien agar senantiasa optimal.
Semoga rekomendasi ini dapat dimanfaatkan oleh teman sejawat
dokter spesialis anak maupun dokter umum sehingga manfaatnya juga dapat
dirasakan oleh anak Indonesia.
Aman B. Pulungan
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Daftar Isi
Penyusun ...............................................................................................iii
Sambutan Ketua UKK Respirologi PP IDAI ......................................v
Sambutan Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ..............vii
Definisi dan biomekanisme...................................................................1
Klasifikasi batuk....................................................................................3
Penyebab batuk .....................................................................................4
Alur investigasi batuk kronik pada anak.............................................5
Tata laksana batuk pada anak..............................................................7
Penutup.................................................................................................12
Daftar pustaka .....................................................................................13
UKK Respirologi IDAI ix
x Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
1
UKK Respirologi IDAI
REKOMENDASI
Diagnosis dan Tata Laksana
Batuk pada Anak
Sistem respiratori memiliki beberapa mekanisme pertahanan, di antaranya
yang terpenting adalah airway clearance, yang terdiri dari mucocilliary
clearance dan batuk. Walaupun batuk merupakan salah satu bagian dari
mekanisme pertahanan respiratori (fisiologis), pada keadaan tertentu dapat
merupakan keadaan patologis. Umumnya, anak normal dan sehat dapat
mengalami batuk hingga 11 kali perhari. Batuk dapat menjadi makin parah
saat terjadi infeksi saluran respiratori akut atas atau bila ada iritan. Batuk yang
hebat dapat mengganggu kualitas tidur, bermain, dan kehadiran sekolah. 1-3
Definisi dan biomekanisme
Batuk adalah manuver ekspulsif paksa udara dari rongga toraks, melalui
glotis yang terbuka mendadak, berbunyi khas, dan merupakan refleks
protektif.3
Batuk dapat merupakan gerakan volunter atau involunter, dan
berperan pada imunitas non-spesifik sistem respiratori bekerjasama dengan
bersihan mukosiliar.1,2
Refleks batuk dimulai dengan adanya rangsangan pada reseptor batuk
oleh berbagai hal. Saraf aferen yang terlibat pada batuk terdiri dari dua
jenis, yaitu rapidly adapting irritant receptor (RAR), yang sensitif terhadap
rangsangan mekanik dan/atau kimia, dan capsaicin-sensitive unmyelinated
bronchial C-fibres. Reseptor RAR terdapat di sepanjang saluran respiratori
hingga bronkiolus, terutama di dinding posterior trakea, karina, dan
percabangan saluran respiratori besar. Selain itu, reseptor RAR juga terdapat
di kanal auditori eksternal; membran timpani; pleura; dan perikardium
yang lebih sensitif terhadap rangsang mekanik. Capsaicin-sensitive
unmyelinated bronchial C-fibres lebih sensitif kepada rangsangan kimiawi
yang menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, vasodilatasi, ekstravasasi
2 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
plasma, dan meningkatkan sekresi mukus. Impuls aferen batuk datang
melalui nervus vagus, glosofaring, dan trigeminus, dilanjutkan ke pusat
batuk (pada medula oblongata) lalu ke nervus eferen retroambiugalis dan
ambigus di batang otak. Impuls lalu dilanjutkan melalui nervus frenikus
ke otot-otot pernapasan, serta melalui nervus vagus yang menyebabkan
konstriksi otot polos dan hipersekresi mukus oleh kelenjar submukosa.4
Batuk terdiri dari empat fase sekuensial, yaitu inspiratori, kompresi,
ekspiratori, dan relaksasi sebagai berikut:1-4
1. Fase inspiratori ditandai dengan inspirasi dalam, minimal 50% dari
kapasitas vital paru.
2. Selanjutnya, dimulai fase kompresi, ketika glotis menutup selama 0,2
detik dan terdapat kontraksi otot-otot pernapasan.
3. Glotis kemudian terbuka tiba-tiba, sehingga tekanan tinggi intrapleura
yang tercipta saat glotis tertutup tadi terlepas, menyebabkan peningkatan
cepat laju aliran ekspirasi dan penyempitan saluran respiratori sentral.
Laju aliran respiratori dapat mencapai 12 L/detik dengan arus puncak
30-50 milidetik. Fase ini merupakan fase ekspiratori.
4. Akhirnya, terjadi relaksasi berupa penurunan tekanan intratorakal
dan relaksasi otot-otot pernapasan.
Tabel 1. Komponen refleks batuk5
Bronkus
Telinga Tersebar
dan bronkus
merata
di medula
Hidung
Sinus paranasalis
Nervus trigemi-
nus
dekat pusat
pernapasan:
di bawah kon-
Nervus frenikus,
interkostal dan
lumbaris
Diafragma, otot-otot
interkostal,
abdominal
trol pusat yang dan otot lumbal
Faring Nervus gloso-
faringus
lebih tinggi Saraf-saraf
trigeminus, fasi-
alis, hipoglosus
Otot saluran napas
dan otot bantu
napas
Perikardium
diafragma
Nervus frenikus
Lambung
Reseptor Aferen Pusat batuk Eferen Efektor
Laring
Trakea
Cabang nervus
vagus
Nervus vagus Otot,
Laring, trakea
3
UKK Respirologi IDAI
Tabel 2. Zat yang menimbulkan batuk
Mediator inflamasi Iritan kimia Larutan osmotik/Rendah Cl- Mekanik
Histamin Nikotin NaCl hipertonik Lendir, sputum
Bradikinin Sulfur dioksida Larutan gula Bronkokonstriksi
Prostaglandin E2 Gas klor Larutan urea Instrumentasi
Prostaglandin F2a Asam sitrat Aerosol
Asam asetat Debu
Asetilkolin
Efektivitas batuk dipengaruhi oleh diameter saluran respiratori yang
adekuat, keadaan mukus, dan kekuatan otot respiratori. Saluran respiratori
yang mengecil, misalnya pada malasia, akan mengurangi efektivitas batuk.1
Sensitivitas dari reseptor batuk dimodulasi oleh keadaan sakit (disease),
yaitu terjadi up-regulation pada keadaan setelah infeksi respiratori akut atas
oleh virus, asma, refluks gastro-esofagus, dan dalam pengobatan dengan
ACE-inhibitors. Akibatnya, batuk dapat tercetus oleh provokasi yang tidak
spesifik.1
Klasifikasi batuk
Batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan karakteristik.
Berdasarkan durasi, batuk terbagi menjadi batuk akut bila berlangsung
kurang dari 2 minggu, dan batuk kronik apabila telah berlangsung
selama 2 minggu atau lebih. Selain batuk akut dan batuk kronik, terdapat
pula istilah batuk kronik berulang yaitu batuk yang berlangsung selama 2
minggu dan/atau batuk yang berulang sedikitnya 3 episode dalam 3 bulan
berturut-turut dengan/tanpa gejala respiratori atau non-respiratori lainnya.6
Sebanyak 35–40% anak usia sekolah dapat mengalami batuk hingga
10 hari setelah awitan (onset) infeksi respiratori akut, sementara 10% anak
usia pra-sekolah dapat terus batuk hingga 25 hari setelah infeksi respiratori
akut. Jika klinis anak baik dan keluhan batuk membaik, maka tidak ada tata
laksana khusus yang diberikan.1
Selain berdasarkan durasinya, batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan
karakteristiknya sebagai berikut:
4 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
Tabel 3. Klasifikasi batuk berdasarkan karakteristiknya1
Klasifikasi Karakteristik Kemungkinan penyebab
Kering Akibat iritasi saluran respira-
tori atau inflamasi di luar saluran
respiratori
Basah, berdahak Akibat hipersekresi atau gang-
guan bersihan mukosiliar (muco-
ciliar clearance)
Dapat merupakan fase awal penya-
kit saluran respiratori, atau kelainan
di luar saluran respiratori, misalnya
otitis
Fase lanjutan penyakit
Protracted bacterial bronchitis, fibro-
sis kistik, bronkiektasis, pneumonia,
primary ciliary dyskinesia, asma
Paroksismal/ whoop - Pertusis atau pertussis like cough*
*Etiologi batuk pertussis like cough: teridentifikasi 56% yaitu adenovirus (33%), dan lainnya adalah
virus parainfluenza, respiratory synctitial virus (RSV), serta Mycoplasma.
Penyebab batuk
Sebagian besar batuk merupakan batuk akut. Secara umum batuk akut
tidak terlalu menjadi masalah dalam tata laksananya. Batuk akut biasanya
merupakan gejala dari infeksi respiratori akut yang sebagian besar disebabkan
oleh virus, yang biasanya akan membaik sesuai dengan selesainya proses
inflamasi. Itu sebabnya penyakit karena virus dan disebut penyakit yang
swasirna (self limiting disease). Penyebab batuk akut berikutnya adalah
inhalasi zat-zat yang iritatif terhadap saluran respiratori misalnya asap
rokok, debu dan lain-lain. Pada orang yang tidak hipersensitif batuk akut
akan reda bila rangsangan iritan sudah tidak ada lagi. Batuk akut dapat pula
disebabkan oleh aspirasi benda asing yang perlu dipikirkan jika terdapat
keadaan berikut: riwayat tersedak benda padat/cair, batuk paroksismal, ada
bunyi wheezing di salah satu hemitoraks, stridor, pada populasi yang sering
yaitu anak balita.1-4,7
Batuk kronik yang biasanya akan menjadi masalah medis baik bagi
orangtua maupun bagi dokter. Penegakan diagnosis penyebab batuk kronik
memerlukan upaya yang cukup sulit dan tata laksananya tidak mudah.1-4
Penyebab batuk kronik pada anak dapat diperkirakan berdasarkan
usia anak, seperti yang terlihat pada Tabel 3.
5
UKK Respirologi IDAI
Tabel 3. Penyebab batuk kronik berdasarkan usia4
Bayi Anak (prasekolah) Anak (usia sekolah)
 Kongenital
o Trakeomalasia
o Vascular ring
 Infeksi
o Pertusis, virus
o Chlamydia
 Asma
 Pneumonia aspirasi
 Refluks gastro-esofagus
 Perokok pasif
 Aspirasi
 Pasca-infeksi virus
 Asma
 Tuberkulosis
 Pertusis
 Otitis media kronik supuratif
 Refluks gastro-esofagus
 Bronkiektasis
 Perokok pasif
 Asma
 Perokok aktif
 Sinusitis
 Pasca-infeksi virus
 Infeksi
 Tuberkulosis
 Otitis media kronik supuratif
 Bronkiektasis
 Psikogenik
 Tumor
Alur investigasi batuk kronik pada anak
Pendekatan diagnosis dan tata laksana batuk akut pada anak tidak mengikuti
alur tertentu. Penyebab batuk akut pada anak utamanya adalah infeksi
respiratori akut karena infeksi virus yang bersifat swasirna. Kemungkinan
terjadinya aspirasi benda asing pada anak dengan keluhan batuk akut,
terutama pada anak balita juga harus dipikirkan. Batuk yang berlangsung
lebih dari 2 minggu (batuk kronik) dan/atau berulang sedikitnya 3 episode
dalam 3 bulan berturut-turut (batuk kronik berulang) perlu dilakukan
investigasi yang lebih teliti untuk mengetahui penyebabnya dengan
mengikuti alur investigasi batuk kronik berulang pada anak.1-4,6,8
Batuk kronik pada anak terbagi menjadi batuk spesifik dan batuk non-
spesifik. Batuk spesifik didefinisikan sebagai batuk dengan penyakit khas
yang mendasari, ditandai dengan gejala dan tanda tertentu (specific pointers),
misalnya batuk pada pasien tuberkulosis atau asma. Sementara, batuk non-
spesifik merupakan batuk tanpa penyakit khas yang mendasari dan sebagian
besar disebabkan karena penyakit tidak serius, misalnya pasca-infeksi virus,
yang dapat membaik secara spontan. Investigasi penyebab batuk kronik
spesifik pada anak perlu dilakukan terlebih dahulu. Bila penyebab batuk
kronik spesifik tidak terdiagnosis, maka lebih lanjut dievaluasi kepada batuk
kronik non-spesifik (lihat alur investigasi batuk kronik berulang pada
anak).1-4,8,9
6 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
Pemeriksaan penunjang
awal: Rontgen dada
dan/atau spirometri,
pemeriksaan laboratorium
rutin (jika diperlukan)
Pemeriksaan fisik: gagal
tumbuh, jari tabuh, ronki,
whooping, deformitas toraks,
hipotonia, dismorfik,
pembesaran KGB, post nasal
drip, sianosis, stridor,
subconjunctival bleeding,
kelainan bunyi jantung, retraksi
Anamnesis riwayat: sesak, nyeri
dada, noisy breathing, feeding
difficulties, batuk berdahak,
hemoptisis, infeksi rekuren,riwayat
alergi, kontak TB, rokok (polutan),
disfungsi neuromuskular, demam
kronik, muntah berulang,
bersin/hidung tersumbat
Batuk kronik berulang pada anak
Tata laksana sesuai etiologi
Wheezing, episodik,
nokturnal, reversibel,
pencetus, dan atopi
Demam lama, kontak TB,
BB turun, uji tuberkulin (+)
Morning sneeze, PND,
hidung tersumbat, nyeri
tekan sinus (sinus pain),
throat clearing
FTT, stridor inspirasi,
pectus excavatum,
tracheal tug
Paroxysmal/whooping
cough, subconjunctival
bleeding
Preschool age, gambaran
rontgen pneumonia
namun klinis ringan
Muntah berulang, FTT,
sandifer position
OSAS, CLD,
BE, CF, ILD,
PCD, BPD, Gejala lain sesuai penyakit
OMSK, PBB tertentu
Bila tidak sesuai
batuk spesifik
BATUK SPESIFIK
Rujuk spesialis
Membaik Bila tidak
membaik
 Anak sehat dengan batuk kronik non‐spesifik dapat diobservasi
selama 6‐8 minggu karena sebagian besar bersifat swasirna
 Anak alergi dapat diberikan kortikosteroid intranasal,
antihistamin, dan penghindaran alergen
 Anak dengan batuk psikogenik (gejala batuk menghilang pada
saat tidur atau sedang fokus kepada suatu aktivitas) dapat
diberikan psikoterapi.
 Pertimbangkan dan cari penyebab batuk karena obat, yaitu
ACE‐inhibitor.
Asma
Diagnosis belum dapat
ditegakkan, rujuk ke
subspesialis
Bronkitis
bakterialis
Membaik Tidak membaik
Membaik
GERD
Pneumonia
atipik
Pertusis
Laringotrakeo‐
bronkomalasia
Rinosinusitis
TB
Asma
Jika batuk tidak sesuai batuk spesifik,
lanjut ke alur berikut
Alur investigasi batuk kronik pada anak
(Modifikasi dari guideline batuk dari Saudi Pediatric Pulmonology Association
dan American College of Chest Physician)1,7-10
Keterangan: OSAS: Obstructive sleep apnea syndrome, CLD: Chronic lung disease, BE: Bronkiek-
tasis, CF: Cystic fibrosis, PCD: Primary cilliary dyskinesia, BPD: Bronchopulmonary dysplasia, OMSK:
otitis media kronik supuratif, PBB: Protracted bacterial bronchitis
BATUK NON‐SPESIFIK
Kortikosteroid hirupan
(misal budesonide 400 ug)
Observasi 2‐3 minggu
Antibiotik
spektrum luas
10 hari
Batuk kering
Batuk berdahak
7
UKK Respirologi IDAI
REKOMENDASI:
Madu dapat diberikan pada anak dengan batuk yang berusia lebih
dari 1 tahun.
Tata laksana batuk pada anak
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar, misalnya bila etiologi
batuk adalah asma, maka tata laksana harus disesuaikan dengan Pedoman
Nasional Asma Anak (PNAA), dan bila etiologinya tuberkulosis maka
harus diobati dengan obat anti-tuberkulosis (OAT) sesuai dengan Pedoman
Nasional Tuberkulosis Anak.
Sebelum pemberian obat untuk batuk pada anak, perlu diperhatikan
pemberian minum dan air susu ibu (ASI) pada bayi dan anak untuk
menghindarkan keadaan dehidrasi, yang akan memperburuk penyakit.
Beberapa jenis obat dapat diberikan untuk tata laksana batuk pada anak dan
berikut adalah rekomendasi pemberian terapi batuk pada anak:
1. Obat-obatan buatan rumah (home remedial):
 Madu dapat diberikan pada anak berusia lebih dari 1 tahun
dengan keluhan batuk, dan dapat lebih efektif dibandingkan
dengan tidak diberikan apa-apa, atau pemberian plasebo, atau
difenhidramin. Namun, masih kurang bukti untuk mendukung
efektivitas madu dalam mengurangi durasi batuk. Tidak ada bukti
kuat yang melarang penggunaan madu pada anak dengan batuk
(Level of evidence 1a).11
2. Mukoaktif:
 Mukoaktif merupakan jenis obat yang dapat mengubah
komponen viskoelastisitas mukus untuk membantu bersihan
jalan napas sehingga tidak terjadi obstruksi akibat sekresi mukus
yang abnormal.
 Mukoaktif meliputi beberapa pengertian yaitu:12,13
 Mukolitik: mengurangi kekentalan mukus dengan memutus
ikatan polimer mukus. Contoh: n-asetilsistein, ambroksol,
erdostein,
8 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
REKOMENDASI:
1. Mukolitik dapat diberikan pada anak berusia lebih dari 2 tahun dengan batuk
akut, dan dapat diberikan bersama dengan antibiotik bila terindikasi.
2. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk jenis obat herbal yang memiliki
efek mukolitik dalam tata laksana batuk pada anak.
3. Guaifenesin, sebagai ekspektoran, tidak terbukti efektif dalam mengubah reologi
mukus pada anak.
 Mukokinetik: memperbaiki bersihan jalan napas saat batuk
dengan meningkatkan aliran udara atau mengubah interaksi
mukus – epitel. Contoh: bronkodilator, surfaktan, ambroksol.
 Mukoregulator: menghambat produksi dan/atau sekresi
mukus. Contoh: antikolinergik.
 Ekspektoran: bekerja dengan meningkatkan hidrasi mukus
dengan cara meningkatkan sekresi air di saluran respiratori
dan/atau penambahan air secara langsung pada sediaan obat.
Contoh: guaifenesin.
 Pada rekomendasi ini, hanya mukoaktif tertentu yang
dicantumkan.
 Mukolitik lebih efektif dibandingkan plasebo untuk batuk akut
(Level of evidence 1a).14
 Asetilsistein dan karbosistein dapat bermanfaat pada penyakit
yang bersifat swasirna (misalnya batuk akut, bronkitis) untuk
anak berusia lebih dari 2 tahun (Level of evidence 1a).15
 Kombinasi erdostein dan antibiotik lebih efektif dibanding
kombinasi antibiotik dan plasebo dalam meredakan gejala batuk
pada infeksi respiratori akut karena bakteri (Level of evidence 2b).16
 Ekstrak daun Ivy (nama bahan baku) yang memiliki sifat mukolitik
efektif untuk meredakan gejala batuk pada anak. Walaupun
demikian, masih diperlukan lebih banyak penelitian dan meta-
analisis mengenai efektivitas pemberian ekstrak daun Ivy untuk
meredakan gejala batuk pada anak (Level of evidence 2b).17,18
 Guaifenesin atau gliseril guaiacolate, tergolong dalam mukolitik
– ekspektoran, tidak memiliki efek dibanding plasebo dalam
mengubah reologi mukus pada anak berusia di atas 12 tahun
dengan infeksi saluran respiratori akut (Level of evidence 2b).19
9
UKK Respirologi IDAI
REKOMENDASI:
Bronkodilator efektif diberikan sebagai obat pereda dalam tata
laksana asma.
REKOMENDASI:
Kortikosteroid dapat digunakan secara terbatas pada anak dengan
batuk, yaitu secara sistemik pada serangan asma, croup, dan secara
topikal pada tata laksana jangka panjang asma sebagai pengendali,
rinitis alergi dan rinosinusitis.
3. Bronkodilator (short acting beta agonist, SABA):
 Pada pasien bukan asma, SABA tidak bermanfaat sebagai tata
laksana batuk akut pada anak (Level of evidence 1a).20
 Pemberian bronkodilator (SABA) efektif digunakan pada asma
sebagai pereda (reliever) saat timbul gejala atau serangan.21
4. Kortikosteroid:
 Kortikosteroid sistemik diberikan pada serangan asma dan pada
croup.21,22
 Kortikosteroid topikal digunakan pada rinosinusitis dan rinitis
alergi (kortikosteroid intranasal) atau asma (kortikosteroid
inhalasi) sebagai pengendali (controller).21,23
 Kortikosteroid inhalasi/nasal spray tidak bermanfaat diberikan
untuk anak dengan selesma (Level of evidence 1a).24
5. Antihistamin:
 Antihistamin generasi lama (pertama) tidak dianjurkan karena
menimbulkan efek mengentalkan sekresi respiratori (atropin
like effect). Antihistamin generasi baru (kedua atau ketiga) dapat
diberikan pada batuk yang disebabkan oleh rinitis alergi.
10 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
REKOMENDASI:
Anthistamin tidak direkomendasikan untuk tata laksana batuk, kecuali
pada kondisi rinitis alergi.
REKOMENDASI:
1. Antibiotik tidak efektif diberikan pada anak dengan batuk akut,
yang diduga kuat disebabkan oleh virus dan bersifat swasirna.
2. Antibiotik harus diberikan pada pasien anak dengan pneumonia,
faringitis streptokokus, dan otitis media akut bakterial.
 Pada batuk akut, pemberian antihistamin tidak lebih efektif
daripada plasebo (Level of evidence 1a).14
6. Antibiotik:
 Pada praktik sehari-hari didapatkan penggunaan antibiotik
secara berlebihan pada anak dengan infeksi respiratori akut
tanpa komplikasi yang umumnya disebabkan oleh virus,
dan tidak membutuhkan antibiotik. Untuk batuk akut
yang penyebabnya adalah virus, pemberian antibiotik tidak
direkomendasikan (Level of evidence 4).25,26
 Pada infeksi respiratori yang sangat mungkin penyebabnya
adalah bakteri, misalnya pada faringitis streptokokus,
rinosinusitis bakterial akut, otitis media akut dapat diberikan
antibiotik (golongan penisilin: amoksisilin, amoksisilin
klavulanat) (Level of evidence 1a).27-8
Jika batuk disebabkan
oleh pertusis atau pneumonia atipik, antibiotika makrolida
merupakan obat pilihan untuk terapi (Level of evidence 1b).29
 Antibiotik perlu diberikan pada anak dengan pneumonia (Level
of evidence 1a).30
11
UKK Respirologi IDAI
REKOMENDASI:
1. Antitusif tidak direkomendasikan sebagai tata laksana batuk
akut pada anak.
2. Kodein dilarang diberikan pada anak sebagai tata laksana
batuk.
REKOMENDASI:
Masih diperlukan bukti yang mendukung efektivitas dan keamanan
obat-obatan alternatif dan komplementer dalam tata laksana batuk
pada anak.
7. Antitusif:
 Batuk memiliki sifat sebagai refleks protektif, oleh karena
itu penekanan refleks batuk tidak boleh dilakukan tanpa
mengidentifikasi dan menatalaksana penyebabnya (Level of
evidence 1a).1
 Antitusif tidak lebih efektif dibandingkan plasebo untuk gejala
batuk akut (Level of evidence 1a).14,31
 Penggunaan kodein dilarang dalam tata laksana batuk pada
anak karena risiko efek simpang serius, yang paling utama
adalah gangguan bernapas (Level of evidence 1a).32-3
 Pada pasien dengan asma, pemberian antitusif merupakan
kontraindikasi.
8. Obat-obatan alternatif dan komplementer (complementary and
alternative medicine):
 Salah satu contoh obat-obatan alternatif dan komplementer yang
digunakan dalam tata laksana batuk, Pelargonium sidoides mungkin
efektif untuk meredakan gejala pada bronkitis akut pada anak (Level
of evidence 1a)34
, tonsilofaringitis akut non-streptokokus (Level of
evidence 1b).35
12 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
REKOMENDASI:
Obat OTC tidak direkomendasikan dalam tata laksana batuk pada
anak karena tidak lebih efektif dibanding placebo dan terdapat
bahaya polifarmaka.
9. Over the counter (OTC) medicine:
 Obat OTC batuk untuk anak merupakan gabungan beberapa jenis
zat aktif, antara lain mengandung salah satu dari jenis obat berikut
antitusif, antihistamin, kombinasi antihistamin-dekongestan,
kombinasi bronkodilator-antitusif, serta kombinasi dengan
parasetamol. Obat ini sering digunakan untuk pasien dengan
batuk akut, namun tidak direkomendasikan terutama untuk obat
dengan kandungan kodein, dekstrometrofan, dan terdapat bahaya
polifarmaka. Dibandingkan dengan plasebo, obat-obat OTC tidak
memiliki keunggulan dalam tata laksana batuk (Level of evidence
1a).14.31
Penutup
Batuk merupakan bagian dari mekanisme pertahanan sistem respiratori,
bersama dengan mucocilliary clearance. Jika batuk semakin parah, batuk
dapat menjadi kondisi patologis dengan berbagai penyakit yang mendasari
sehingga mencari etiologi batuk penting dalam menatalaksana batuk.
Berdasarkan durasi, batuk dikatakan akut bila kurang dari 2 minggu, dan
kronik bila berlangsung 2 minggu atau lebih. Jika anak mengalami batuk
kronik, maka harus dicari gejala dan tanda tertentu (specific pointers) yang
spesifik untuk penyakit tertentu sehingga dapat ditegakkan diagnosis dan
diberikan tata laksana tepat. Pemberian obat untuk mengatasi batuk pada
anak harus memperhatikan efektivitas dan keamanan berdasarkan penelitian
yang telah ada, serta harus diberikan secara berhati-hati dan tepat guna.
13
UKK Respirologi IDAI
Daftar pustaka
1. Alsubaie H, Al-Shamrani A, Arhabi AS, Alhaider S. Clinical pratice guide-
lines: approach to cough in children: The official statement endorsed by the
Saudi Pediatric Pulmonology Association (SPPA). Int J Pediatr Adolescent
Med. 2015;2:38-43.
2. De Blasio F, Virchow JC, Polverino M, Zanasi A, Behrakis P, Kilinc G, dkk.
Cough management: a practical approach. Cough. 2011;7:1-12.
3. Shields MD, Bush A, Everard ML, McKenzie S, Primhak R. Recommen-
dations for the assessment and management of cough in children. Thorax.
2008;63:1-15.
4. Chow PY, Ng DKK. Chronic cough in children. Sing Med J. 2004;45:462-9.
5. Corrao W. Chronic persistent cough: Diagnosis and treatment update. Pedi-
atr Ann. 1996;25:162-8.
6. Kelompok Pulmonologi Anak. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak V.
Medan; 1981.
7. Zemanick ET, Federico MJ. Chronic cough. Dalam: Bajaj L, Hambidge SJ,
Kerby G, Nyquist AC, penyunting. Berman’s pediatric decision making. Edisi
ke 5. Philadephia: Elsevier; 2011. h. 400-3.
8. Gibson PG, Chang AB, Glasgow NJ, Holmes PW, Katelaris P, Kemp AS. CI-
CADA: Cough in children and adults: diagnosis and assessment. Australian
cough guidelines summary statement. Med J Aust. 2010;192:265-71.
9. Chang AB, Glomb WB. Guidelines for evaluating chronic cough in pediatrics,
ACCP evidence based clinical practice guidelines. Chest. 2006;129:260S-
83S.
10. Benich JJ, Carek PJ. Evaluation of the patient with chronic cough. Am Fam
Physician. 2011;84:887-92.
11. Oduwole O, Meremikwu MM, Oyo-Ita A, Udoh EE. Honey for acute
cough in children. Cochrane Database Syst Rev [Internet]. 2014 [diak-
ses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.com/
doi/10.1002/14651858.CD007094.pub4/full.
12. Rubin BK. Secretion properties, clearance, and therapy in airway diseases.
Transl Respir Med. 2014;2:1-7.
13. Balsamo R, Lanata L, Egan CG. Mucoactive drugs. Eur Respir Rev.
2010;19:127-33.
14. Schroeder K, Fahey T. Over-the-counter medications for acute cough in chil-
dren and adults in ambulatory settings. Cochrane Database Syst Rev [Inter-
net]. 2004 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.
wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD001831.pub5/full.
14 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
15. Chalumeau M, Duijvestijn YC. Acetylcysteine and carbocysteine for acute
upper and lower respiratory tract infections in paediatric patients without
chronic broncho-pulmonary disease. Cochrane Database Syst Rev [Internet].
2013 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.
com/doi/10.1002/14651858.CD003124.pub4/full.
16. Balli F, Bergamini B, Calistru P, Ciofu EP, Domenici R, Doros G, dkk. Clini-
cal effects of erdosteine in the treatment of acute respiratory tract diseases in
children. Int J Clin Pharmacol Ther. 2007;45:16-22.
17. Schimdt M, Thomsen M, Schmidt U. Suitability of ivy extract for the treat-
ment of pediatric cough. Phytother Res. 2012;26:1942-7.
18. Hofmann D, Hecker M, Volp A. Efficacy of dry extract leaves in children with
bronchial asthma: a review of randomized controlled trials. Phytomedicine.
2003;10:213-20.
19. Hoffer-Schaefer A, Rozycki HJ, Yopp MA, Rubin BK. Guaifenesin has no
effect on sputum volume or sputum properties in adolescents and adults with
acute respiratory tract infections. Respir Care. 2014;59:631-6.
20. Becker LA, Hom J, Villasis-Keever M, van der Wouden JC. Beta2-agonists
for acute cough or a clinical diagnosis of acute bronchitis. Cochrane Data-
base Syst Rev [Internet]. 2015 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD001726.pub5/
full.
21. Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2016 . [Diakses
tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://www.ginaasthma.org/2016-gina-
report-global-strategy-for-asthma-management-and-prevention.
22. Zoorob R, Sidhani M, Murray J. Croup: an overview. Am Fam Physi-
cian. 2011;83:1067-73.
23. Management of allergic rhinitis and its impact on asthma 2007 . [Diakses
tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://www.whiar.org.
24. Hayward G, Thompson MJ, Perera R, Del Mar CB, Glasziou PP, Heneghan
CJ. Corticosteroids for the common cold. Cochrane Database Syst Rev [In-
ternet]. 2015 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlineli-
brary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD008116.pub3/pdf/standard.
25. Kolwani A, Holloway K. Antibiotic prescribing practice for acute, uncompli-
cated respiratory tract infections in primary care settings in New Delhi, India.
Trop Med Int Health. 2014;19:761-8.
26. Nitsch-Osuch A, Gyrczuk E, Wardyn A, Życinska K, Brydak L. Antibiotic
prescription practices among children with influenza. Adv Exp Med Biol.
2016;905:25-31.
15
UKK Respirologi IDAI
27. Shulman ST, Bisno AL, Clegg HW, Gerber MA, Kaplan EL, Lee G, dkk.
Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Management of Group A
Streptococcal Pharyngitis: 2012 Update by the Infectious Diseases Society of
America. CID. 2012;55:1279-82.
28. Lieberthal AS, Carroll AE, Chonmaitree T, Ganiats TG, Hoberman A, Jack-
son MA, dkk. The diagnosis and management of acute otitis media. Pediat-
rics. 2013;131:e964-99.
29. Ryan F, Breslin A, Clarke A, Cotter S, Finnegan P, Heslin J. Guidelines for
the Public Health Management of Pertussis [diakses tanggal 17 April 2017].
Tersedia di: https://www.hpsc.ie/A-Z/VaccinePreventable/PertussisWhoop-
ingCough/InformationforHealthcareWorkers/File,13577,en.pdf.
30. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, dkk.
The management of community acquired pneumonia in infants and children
older than 3 months of age: Clinical practice guidelines by the Pediatric In-
fectious Disease Society and the Infectious Disease Society of America. CID.
2011;53:e25-76.
31. Smith SM, Schroeder K, Fahey T. Over the counter (OTC) for acute cough in
children and adults in community settings. Cochrane Database Syst Rev [In-
ternet]. 2014 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlineli-
brary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD001831.pub5/full.
32. Stingl JC, Rotthauwe J. Codeine-Restrictions on use for children and teenag-
ers. Dtsch Med Wochenschr. 2015;140:1093-5.
33. Gardiner SJ, Chang AB, Marchant JM, Petsky HL. Codeine versus placebo
for chronic cough in children. Cochrane Database Syst Rev [Internet]. 2016
[diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.com/
wol1/doi/10.1002/14651858.CD011914.pub2/full.
34. Timmer A, Gunther J, Rucker G, Motschall E, Antes G, Kern WV. Pelar-
gonium sidoides extract for acute respiratory tract infections. Cochrane Da-
tabase Syst Rev [Internet]. 2008 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia
di: http://onlinelibrary.wiley.com/wol1/doi/10.1002/14651858.CD006323.
pub2/full.
35. Bereznoy VV, Riley DS, Wassmer G, Heger M. Efficacy of extract of Pelargo-
nium sidoides in children with acute non-group A beta-hemolytic streptococ-
cus tonsillopharyngitis: a randomized, double-blind, placebo-controlled trial.
Altern Ther Health Med. 2003;9:68-78.
16 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak

More Related Content

Similar to TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx

Upaya pengalihan perilaku merokok
Upaya pengalihan perilaku merokokUpaya pengalihan perilaku merokok
Upaya pengalihan perilaku merokok
ImeldaPutri95
 
Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012
Agung Zukhruf
 
Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012
Ovi Chris
 
Modul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_Peduli_T.pptx
Modul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_Peduli_T.pptxModul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_Peduli_T.pptx
Modul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_Peduli_T.pptx
faul3
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A VIONY BERLIANA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A VIONY BERLIANA.docxASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A VIONY BERLIANA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A VIONY BERLIANA.docx
Miche40
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Operator Warnet Vast Raha
 
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxPanduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
banyubiru20
 
Laringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosaLaringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosa
Yarah Azzilzah
 
Buku kegawatan anak pkb-64
Buku  kegawatan anak pkb-64Buku  kegawatan anak pkb-64
Buku kegawatan anak pkb-64
Eli Subekti
 

Similar to TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx (20)

GNAPS. 2012.pdf
GNAPS. 2012.pdfGNAPS. 2012.pdf
GNAPS. 2012.pdf
 
Upaya pengalihan perilaku merokok
Upaya pengalihan perilaku merokokUpaya pengalihan perilaku merokok
Upaya pengalihan perilaku merokok
 
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
 
Konsensus penatalaksanaan-dispepsia-dan-indeksi-hellicobacter-pylori (1)
Konsensus penatalaksanaan-dispepsia-dan-indeksi-hellicobacter-pylori (1)Konsensus penatalaksanaan-dispepsia-dan-indeksi-hellicobacter-pylori (1)
Konsensus penatalaksanaan-dispepsia-dan-indeksi-hellicobacter-pylori (1)
 
Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012
 
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdfKonsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
Konsensus-Penatalaksanaan-Kejang-Demam.pdf
 
Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012Kejang demam-neurology-2012
Kejang demam-neurology-2012
 
Modul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_Peduli_T.pptx
Modul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_Peduli_T.pptxModul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_Peduli_T.pptx
Modul_Pelatihan_Kader_Kesehatan_Peduli_T.pptx
 
Makalah imunisasi
Makalah imunisasiMakalah imunisasi
Makalah imunisasi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A VIONY BERLIANA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A VIONY BERLIANA.docxASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A VIONY BERLIANA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.A VIONY BERLIANA.docx
 
pnemoni anak.pptx
pnemoni anak.pptxpnemoni anak.pptx
pnemoni anak.pptx
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
 
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docxPanduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
Panduan-Praktik-Klinis-Tongue-tie.docx
 
Epidemiologi Gizi.pdf
Epidemiologi Gizi.pdfEpidemiologi Gizi.pdf
Epidemiologi Gizi.pdf
 
Indry punyaa AKPER PEMKAB MUNA
Indry  punyaa AKPER PEMKAB MUNAIndry  punyaa AKPER PEMKAB MUNA
Indry punyaa AKPER PEMKAB MUNA
 
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropikKb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
 
Buku rekomendasi gangguan saluran cerna
Buku rekomendasi gangguan saluran cernaBuku rekomendasi gangguan saluran cerna
Buku rekomendasi gangguan saluran cerna
 
Laringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosaLaringitis tuberkulosa
Laringitis tuberkulosa
 
Buku kegawatan anak pkb-64
Buku  kegawatan anak pkb-64Buku  kegawatan anak pkb-64
Buku kegawatan anak pkb-64
 
Sistem indra
Sistem indraSistem indra
Sistem indra
 

Recently uploaded

Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
PeniMSaptoargo2
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
PutriKemala3
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Halo Docter
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (20)

Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 

TATALAKSANA BATUK PADA ANAK (EFIR).docx

  • 1. ISBN 978-602-61835-4-5 9 786026 183545 “Dedicated to the Health of All Indonesian Children” IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2017 REKOMENDASI Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
  • 2. REKOMENDASI Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2017
  • 3. Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak Disusun oleh: Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apa pun tanpa seizin penulis dan penerbit Isi diluar tanggung jawab penerbit Cetakan Pertama 2017 Tata Bahasa dan Letak: Dewi Andini Putri Asri Meiy Andini Ratna Eka Lestari Diterbitkan oleh: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia ISBN 978-602-61835-4-5 9 786026 183545
  • 4. UKK Respirologi IDAI iii Tim Penyunting: Prof. DR. Dr. Bambang Supriyatno, Sp.A (K) Dr. Darmawan Budi Setyanto, Sp.A (K) Dr. Ida Bagus Subanada, Sp.A (K) Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A Tim Penyusun: Prof. DR. Dr. Bambang Supriyatno, Sp.A(K) Dr. Darmawan Budi Setyanto, Sp.A(K) Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K) Prof. DR. Dr. Cissy B Kartasasmita, Sp.A(K) Prof. DR. Dr. Magdalena Sidhartani Z, Sp.A(K) Prof. DR. Dr. Heda Melinda, Sp.A(K) Prof. DR. Dr. HMS Chandra Kusuma, Sp.A(K) Dr. Retno Widyaningsih, Sp.A(K) Dr. Rina Triasih, M. Med (Paed), PhD, Sp.A(K) Dr. Putu Siadi Pumiti, Sp.A(K) Dr. Wisman Dalimunthe, Sp.A(K) Dr. Roni Naning, Sp.A(K) Dr. M. Syarofil Anam, Sp.A Dr. Amiruddin Laompo, Sp.A Dr. Fifi Sofiah, Sp.A Dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A
  • 5.
  • 6. UKK Respirologi IDAI v Sambutan Ketua UKK Respirologi PP IDAI Assalaamu’alaikum wr. Wb. Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, oleh karena hanya berkat karuniaNya maka Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Batuk pada Anak berhasil diterbitkan. Batuk merupakan salah satu gejala yang sering timbul pada anak dan menyebabkan kekhawatiran orang tua. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan merupakan suatu reaksi tubuh terhadap rangsangan pada reseptor batuk misal adanya mukus, makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi dan dapat disertai gejala insomnia, suara serak, nyeri muskuloskeletal, dan inkontinensia urin. Frekuensi dan intensitas batuk yang terlalu tinggi dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak. Batuk kronik dalam praktik klinis seringkali menyebabkan terjadinya over diagnosis TB, sedangkan batuk akut menyebabkan penerapan antiobiotik yang berlebihan. Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Batuk pada Anak ini akan membantu dokter dalam melakukan diagonisis dan penatalaksanaan batuk pada anak berdasarkan bukti-bukti terkini yang sahih dan menggunakan prinsip evidence-based practice. Bukti-bukti terkini tidak langsung diimplementasikan di dalam rekomendasi namun dikaji dengan menggunakan analisis kemampulaksanaannya di lapangan. Selaku Ketua UKK Respirologi bersama dengan pengurus UKK, kami mengucapkan terima kasih atas kerja keras seluruh kontributor dan penyunting Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Batuk pada Anak. Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Ketua Umum PP IDAI atas dukungannya, seluruh anggota UKK Respirologi PP IDAI, mitra dan semua
  • 7. pihak yang membantu terbitnya buku ini. Dengan adanya Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Batuk pada Anak ini diharapkan agar pelayanan kesehatan terhadap batuk pada anak di Indonesia menjadi semakin baik. Amin. Wassalaammu’alaikum wr. Wb. Jakarta, Juli 2017 DR. Dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A (K) Ketua UKK Respirologi PP IDAI
  • 8. Sambutan Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkah dan karuniaNya sehingga kita diberi kesehatan dan kekuatan untuk dapat terus mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Kesehatan Anak. Salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals; SDGs) terkait kesehatan merupakan fokus program Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Dalam rangka mengusahakan kesehatan dan kesejahteraan anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia terus berupaya merangkum pendekatan diagnosis dan tata laksana berbagai gangguan yang dapat mengancam kelangsungan proses tumbuh kembang yang optimal. Batuk adalah gejala yang sering dialami oleh anak dengan penyebab yang sangat bervariasi. Walaupun batuk merupakan bagian dari mekanisme pertahanan respiratori, pada keadaan tertentu dapat merupakan keadaan patologis sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para klinisi, terutama dalam hal penegakan diagnosis dan tata laksana. Pada kesempatan ini Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia mengucapkan selamat dan terima kasih kepada Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI yang telah menerbitkan rekomendasi “Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak”. Penerbitan rekomendasi ini sangat diperlukan. Kami berharap rekomendasi merupakan salah satu bentuk anjuran yang diterbitkan oleh IDAI sebagai upaya untuk menyamakan persepsi dalam tata laksana penyakit dan menjaga kualitas penanganan pasien agar senantiasa optimal. Semoga rekomendasi ini dapat dimanfaatkan oleh teman sejawat dokter spesialis anak maupun dokter umum sehingga manfaatnya juga dapat dirasakan oleh anak Indonesia. Aman B. Pulungan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
  • 9.
  • 10. Daftar Isi Penyusun ...............................................................................................iii Sambutan Ketua UKK Respirologi PP IDAI ......................................v Sambutan Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ..............vii Definisi dan biomekanisme...................................................................1 Klasifikasi batuk....................................................................................3 Penyebab batuk .....................................................................................4 Alur investigasi batuk kronik pada anak.............................................5 Tata laksana batuk pada anak..............................................................7 Penutup.................................................................................................12 Daftar pustaka .....................................................................................13 UKK Respirologi IDAI ix
  • 11. x Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak
  • 12. 1 UKK Respirologi IDAI REKOMENDASI Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak Sistem respiratori memiliki beberapa mekanisme pertahanan, di antaranya yang terpenting adalah airway clearance, yang terdiri dari mucocilliary clearance dan batuk. Walaupun batuk merupakan salah satu bagian dari mekanisme pertahanan respiratori (fisiologis), pada keadaan tertentu dapat merupakan keadaan patologis. Umumnya, anak normal dan sehat dapat mengalami batuk hingga 11 kali perhari. Batuk dapat menjadi makin parah saat terjadi infeksi saluran respiratori akut atas atau bila ada iritan. Batuk yang hebat dapat mengganggu kualitas tidur, bermain, dan kehadiran sekolah. 1-3 Definisi dan biomekanisme Batuk adalah manuver ekspulsif paksa udara dari rongga toraks, melalui glotis yang terbuka mendadak, berbunyi khas, dan merupakan refleks protektif.3 Batuk dapat merupakan gerakan volunter atau involunter, dan berperan pada imunitas non-spesifik sistem respiratori bekerjasama dengan bersihan mukosiliar.1,2 Refleks batuk dimulai dengan adanya rangsangan pada reseptor batuk oleh berbagai hal. Saraf aferen yang terlibat pada batuk terdiri dari dua jenis, yaitu rapidly adapting irritant receptor (RAR), yang sensitif terhadap rangsangan mekanik dan/atau kimia, dan capsaicin-sensitive unmyelinated bronchial C-fibres. Reseptor RAR terdapat di sepanjang saluran respiratori hingga bronkiolus, terutama di dinding posterior trakea, karina, dan percabangan saluran respiratori besar. Selain itu, reseptor RAR juga terdapat di kanal auditori eksternal; membran timpani; pleura; dan perikardium yang lebih sensitif terhadap rangsang mekanik. Capsaicin-sensitive unmyelinated bronchial C-fibres lebih sensitif kepada rangsangan kimiawi yang menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, vasodilatasi, ekstravasasi
  • 13. 2 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak plasma, dan meningkatkan sekresi mukus. Impuls aferen batuk datang melalui nervus vagus, glosofaring, dan trigeminus, dilanjutkan ke pusat batuk (pada medula oblongata) lalu ke nervus eferen retroambiugalis dan ambigus di batang otak. Impuls lalu dilanjutkan melalui nervus frenikus ke otot-otot pernapasan, serta melalui nervus vagus yang menyebabkan konstriksi otot polos dan hipersekresi mukus oleh kelenjar submukosa.4 Batuk terdiri dari empat fase sekuensial, yaitu inspiratori, kompresi, ekspiratori, dan relaksasi sebagai berikut:1-4 1. Fase inspiratori ditandai dengan inspirasi dalam, minimal 50% dari kapasitas vital paru. 2. Selanjutnya, dimulai fase kompresi, ketika glotis menutup selama 0,2 detik dan terdapat kontraksi otot-otot pernapasan. 3. Glotis kemudian terbuka tiba-tiba, sehingga tekanan tinggi intrapleura yang tercipta saat glotis tertutup tadi terlepas, menyebabkan peningkatan cepat laju aliran ekspirasi dan penyempitan saluran respiratori sentral. Laju aliran respiratori dapat mencapai 12 L/detik dengan arus puncak 30-50 milidetik. Fase ini merupakan fase ekspiratori. 4. Akhirnya, terjadi relaksasi berupa penurunan tekanan intratorakal dan relaksasi otot-otot pernapasan. Tabel 1. Komponen refleks batuk5 Bronkus Telinga Tersebar dan bronkus merata di medula Hidung Sinus paranasalis Nervus trigemi- nus dekat pusat pernapasan: di bawah kon- Nervus frenikus, interkostal dan lumbaris Diafragma, otot-otot interkostal, abdominal trol pusat yang dan otot lumbal Faring Nervus gloso- faringus lebih tinggi Saraf-saraf trigeminus, fasi- alis, hipoglosus Otot saluran napas dan otot bantu napas Perikardium diafragma Nervus frenikus Lambung Reseptor Aferen Pusat batuk Eferen Efektor Laring Trakea Cabang nervus vagus Nervus vagus Otot, Laring, trakea
  • 14. 3 UKK Respirologi IDAI Tabel 2. Zat yang menimbulkan batuk Mediator inflamasi Iritan kimia Larutan osmotik/Rendah Cl- Mekanik Histamin Nikotin NaCl hipertonik Lendir, sputum Bradikinin Sulfur dioksida Larutan gula Bronkokonstriksi Prostaglandin E2 Gas klor Larutan urea Instrumentasi Prostaglandin F2a Asam sitrat Aerosol Asam asetat Debu Asetilkolin Efektivitas batuk dipengaruhi oleh diameter saluran respiratori yang adekuat, keadaan mukus, dan kekuatan otot respiratori. Saluran respiratori yang mengecil, misalnya pada malasia, akan mengurangi efektivitas batuk.1 Sensitivitas dari reseptor batuk dimodulasi oleh keadaan sakit (disease), yaitu terjadi up-regulation pada keadaan setelah infeksi respiratori akut atas oleh virus, asma, refluks gastro-esofagus, dan dalam pengobatan dengan ACE-inhibitors. Akibatnya, batuk dapat tercetus oleh provokasi yang tidak spesifik.1 Klasifikasi batuk Batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan karakteristik. Berdasarkan durasi, batuk terbagi menjadi batuk akut bila berlangsung kurang dari 2 minggu, dan batuk kronik apabila telah berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Selain batuk akut dan batuk kronik, terdapat pula istilah batuk kronik berulang yaitu batuk yang berlangsung selama 2 minggu dan/atau batuk yang berulang sedikitnya 3 episode dalam 3 bulan berturut-turut dengan/tanpa gejala respiratori atau non-respiratori lainnya.6 Sebanyak 35–40% anak usia sekolah dapat mengalami batuk hingga 10 hari setelah awitan (onset) infeksi respiratori akut, sementara 10% anak usia pra-sekolah dapat terus batuk hingga 25 hari setelah infeksi respiratori akut. Jika klinis anak baik dan keluhan batuk membaik, maka tidak ada tata laksana khusus yang diberikan.1 Selain berdasarkan durasinya, batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya sebagai berikut:
  • 15. 4 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak Tabel 3. Klasifikasi batuk berdasarkan karakteristiknya1 Klasifikasi Karakteristik Kemungkinan penyebab Kering Akibat iritasi saluran respira- tori atau inflamasi di luar saluran respiratori Basah, berdahak Akibat hipersekresi atau gang- guan bersihan mukosiliar (muco- ciliar clearance) Dapat merupakan fase awal penya- kit saluran respiratori, atau kelainan di luar saluran respiratori, misalnya otitis Fase lanjutan penyakit Protracted bacterial bronchitis, fibro- sis kistik, bronkiektasis, pneumonia, primary ciliary dyskinesia, asma Paroksismal/ whoop - Pertusis atau pertussis like cough* *Etiologi batuk pertussis like cough: teridentifikasi 56% yaitu adenovirus (33%), dan lainnya adalah virus parainfluenza, respiratory synctitial virus (RSV), serta Mycoplasma. Penyebab batuk Sebagian besar batuk merupakan batuk akut. Secara umum batuk akut tidak terlalu menjadi masalah dalam tata laksananya. Batuk akut biasanya merupakan gejala dari infeksi respiratori akut yang sebagian besar disebabkan oleh virus, yang biasanya akan membaik sesuai dengan selesainya proses inflamasi. Itu sebabnya penyakit karena virus dan disebut penyakit yang swasirna (self limiting disease). Penyebab batuk akut berikutnya adalah inhalasi zat-zat yang iritatif terhadap saluran respiratori misalnya asap rokok, debu dan lain-lain. Pada orang yang tidak hipersensitif batuk akut akan reda bila rangsangan iritan sudah tidak ada lagi. Batuk akut dapat pula disebabkan oleh aspirasi benda asing yang perlu dipikirkan jika terdapat keadaan berikut: riwayat tersedak benda padat/cair, batuk paroksismal, ada bunyi wheezing di salah satu hemitoraks, stridor, pada populasi yang sering yaitu anak balita.1-4,7 Batuk kronik yang biasanya akan menjadi masalah medis baik bagi orangtua maupun bagi dokter. Penegakan diagnosis penyebab batuk kronik memerlukan upaya yang cukup sulit dan tata laksananya tidak mudah.1-4 Penyebab batuk kronik pada anak dapat diperkirakan berdasarkan usia anak, seperti yang terlihat pada Tabel 3.
  • 16. 5 UKK Respirologi IDAI Tabel 3. Penyebab batuk kronik berdasarkan usia4 Bayi Anak (prasekolah) Anak (usia sekolah)  Kongenital o Trakeomalasia o Vascular ring  Infeksi o Pertusis, virus o Chlamydia  Asma  Pneumonia aspirasi  Refluks gastro-esofagus  Perokok pasif  Aspirasi  Pasca-infeksi virus  Asma  Tuberkulosis  Pertusis  Otitis media kronik supuratif  Refluks gastro-esofagus  Bronkiektasis  Perokok pasif  Asma  Perokok aktif  Sinusitis  Pasca-infeksi virus  Infeksi  Tuberkulosis  Otitis media kronik supuratif  Bronkiektasis  Psikogenik  Tumor Alur investigasi batuk kronik pada anak Pendekatan diagnosis dan tata laksana batuk akut pada anak tidak mengikuti alur tertentu. Penyebab batuk akut pada anak utamanya adalah infeksi respiratori akut karena infeksi virus yang bersifat swasirna. Kemungkinan terjadinya aspirasi benda asing pada anak dengan keluhan batuk akut, terutama pada anak balita juga harus dipikirkan. Batuk yang berlangsung lebih dari 2 minggu (batuk kronik) dan/atau berulang sedikitnya 3 episode dalam 3 bulan berturut-turut (batuk kronik berulang) perlu dilakukan investigasi yang lebih teliti untuk mengetahui penyebabnya dengan mengikuti alur investigasi batuk kronik berulang pada anak.1-4,6,8 Batuk kronik pada anak terbagi menjadi batuk spesifik dan batuk non- spesifik. Batuk spesifik didefinisikan sebagai batuk dengan penyakit khas yang mendasari, ditandai dengan gejala dan tanda tertentu (specific pointers), misalnya batuk pada pasien tuberkulosis atau asma. Sementara, batuk non- spesifik merupakan batuk tanpa penyakit khas yang mendasari dan sebagian besar disebabkan karena penyakit tidak serius, misalnya pasca-infeksi virus, yang dapat membaik secara spontan. Investigasi penyebab batuk kronik spesifik pada anak perlu dilakukan terlebih dahulu. Bila penyebab batuk kronik spesifik tidak terdiagnosis, maka lebih lanjut dievaluasi kepada batuk kronik non-spesifik (lihat alur investigasi batuk kronik berulang pada anak).1-4,8,9
  • 17. 6 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak Pemeriksaan penunjang awal: Rontgen dada dan/atau spirometri, pemeriksaan laboratorium rutin (jika diperlukan) Pemeriksaan fisik: gagal tumbuh, jari tabuh, ronki, whooping, deformitas toraks, hipotonia, dismorfik, pembesaran KGB, post nasal drip, sianosis, stridor, subconjunctival bleeding, kelainan bunyi jantung, retraksi Anamnesis riwayat: sesak, nyeri dada, noisy breathing, feeding difficulties, batuk berdahak, hemoptisis, infeksi rekuren,riwayat alergi, kontak TB, rokok (polutan), disfungsi neuromuskular, demam kronik, muntah berulang, bersin/hidung tersumbat Batuk kronik berulang pada anak Tata laksana sesuai etiologi Wheezing, episodik, nokturnal, reversibel, pencetus, dan atopi Demam lama, kontak TB, BB turun, uji tuberkulin (+) Morning sneeze, PND, hidung tersumbat, nyeri tekan sinus (sinus pain), throat clearing FTT, stridor inspirasi, pectus excavatum, tracheal tug Paroxysmal/whooping cough, subconjunctival bleeding Preschool age, gambaran rontgen pneumonia namun klinis ringan Muntah berulang, FTT, sandifer position OSAS, CLD, BE, CF, ILD, PCD, BPD, Gejala lain sesuai penyakit OMSK, PBB tertentu Bila tidak sesuai batuk spesifik BATUK SPESIFIK Rujuk spesialis Membaik Bila tidak membaik  Anak sehat dengan batuk kronik non‐spesifik dapat diobservasi selama 6‐8 minggu karena sebagian besar bersifat swasirna  Anak alergi dapat diberikan kortikosteroid intranasal, antihistamin, dan penghindaran alergen  Anak dengan batuk psikogenik (gejala batuk menghilang pada saat tidur atau sedang fokus kepada suatu aktivitas) dapat diberikan psikoterapi.  Pertimbangkan dan cari penyebab batuk karena obat, yaitu ACE‐inhibitor. Asma Diagnosis belum dapat ditegakkan, rujuk ke subspesialis Bronkitis bakterialis Membaik Tidak membaik Membaik GERD Pneumonia atipik Pertusis Laringotrakeo‐ bronkomalasia Rinosinusitis TB Asma Jika batuk tidak sesuai batuk spesifik, lanjut ke alur berikut Alur investigasi batuk kronik pada anak (Modifikasi dari guideline batuk dari Saudi Pediatric Pulmonology Association dan American College of Chest Physician)1,7-10 Keterangan: OSAS: Obstructive sleep apnea syndrome, CLD: Chronic lung disease, BE: Bronkiek- tasis, CF: Cystic fibrosis, PCD: Primary cilliary dyskinesia, BPD: Bronchopulmonary dysplasia, OMSK: otitis media kronik supuratif, PBB: Protracted bacterial bronchitis BATUK NON‐SPESIFIK Kortikosteroid hirupan (misal budesonide 400 ug) Observasi 2‐3 minggu Antibiotik spektrum luas 10 hari Batuk kering Batuk berdahak
  • 18. 7 UKK Respirologi IDAI REKOMENDASI: Madu dapat diberikan pada anak dengan batuk yang berusia lebih dari 1 tahun. Tata laksana batuk pada anak Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar, misalnya bila etiologi batuk adalah asma, maka tata laksana harus disesuaikan dengan Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA), dan bila etiologinya tuberkulosis maka harus diobati dengan obat anti-tuberkulosis (OAT) sesuai dengan Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Sebelum pemberian obat untuk batuk pada anak, perlu diperhatikan pemberian minum dan air susu ibu (ASI) pada bayi dan anak untuk menghindarkan keadaan dehidrasi, yang akan memperburuk penyakit. Beberapa jenis obat dapat diberikan untuk tata laksana batuk pada anak dan berikut adalah rekomendasi pemberian terapi batuk pada anak: 1. Obat-obatan buatan rumah (home remedial):  Madu dapat diberikan pada anak berusia lebih dari 1 tahun dengan keluhan batuk, dan dapat lebih efektif dibandingkan dengan tidak diberikan apa-apa, atau pemberian plasebo, atau difenhidramin. Namun, masih kurang bukti untuk mendukung efektivitas madu dalam mengurangi durasi batuk. Tidak ada bukti kuat yang melarang penggunaan madu pada anak dengan batuk (Level of evidence 1a).11 2. Mukoaktif:  Mukoaktif merupakan jenis obat yang dapat mengubah komponen viskoelastisitas mukus untuk membantu bersihan jalan napas sehingga tidak terjadi obstruksi akibat sekresi mukus yang abnormal.  Mukoaktif meliputi beberapa pengertian yaitu:12,13  Mukolitik: mengurangi kekentalan mukus dengan memutus ikatan polimer mukus. Contoh: n-asetilsistein, ambroksol, erdostein,
  • 19. 8 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak REKOMENDASI: 1. Mukolitik dapat diberikan pada anak berusia lebih dari 2 tahun dengan batuk akut, dan dapat diberikan bersama dengan antibiotik bila terindikasi. 2. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk jenis obat herbal yang memiliki efek mukolitik dalam tata laksana batuk pada anak. 3. Guaifenesin, sebagai ekspektoran, tidak terbukti efektif dalam mengubah reologi mukus pada anak.  Mukokinetik: memperbaiki bersihan jalan napas saat batuk dengan meningkatkan aliran udara atau mengubah interaksi mukus – epitel. Contoh: bronkodilator, surfaktan, ambroksol.  Mukoregulator: menghambat produksi dan/atau sekresi mukus. Contoh: antikolinergik.  Ekspektoran: bekerja dengan meningkatkan hidrasi mukus dengan cara meningkatkan sekresi air di saluran respiratori dan/atau penambahan air secara langsung pada sediaan obat. Contoh: guaifenesin.  Pada rekomendasi ini, hanya mukoaktif tertentu yang dicantumkan.  Mukolitik lebih efektif dibandingkan plasebo untuk batuk akut (Level of evidence 1a).14  Asetilsistein dan karbosistein dapat bermanfaat pada penyakit yang bersifat swasirna (misalnya batuk akut, bronkitis) untuk anak berusia lebih dari 2 tahun (Level of evidence 1a).15  Kombinasi erdostein dan antibiotik lebih efektif dibanding kombinasi antibiotik dan plasebo dalam meredakan gejala batuk pada infeksi respiratori akut karena bakteri (Level of evidence 2b).16  Ekstrak daun Ivy (nama bahan baku) yang memiliki sifat mukolitik efektif untuk meredakan gejala batuk pada anak. Walaupun demikian, masih diperlukan lebih banyak penelitian dan meta- analisis mengenai efektivitas pemberian ekstrak daun Ivy untuk meredakan gejala batuk pada anak (Level of evidence 2b).17,18  Guaifenesin atau gliseril guaiacolate, tergolong dalam mukolitik – ekspektoran, tidak memiliki efek dibanding plasebo dalam mengubah reologi mukus pada anak berusia di atas 12 tahun dengan infeksi saluran respiratori akut (Level of evidence 2b).19
  • 20. 9 UKK Respirologi IDAI REKOMENDASI: Bronkodilator efektif diberikan sebagai obat pereda dalam tata laksana asma. REKOMENDASI: Kortikosteroid dapat digunakan secara terbatas pada anak dengan batuk, yaitu secara sistemik pada serangan asma, croup, dan secara topikal pada tata laksana jangka panjang asma sebagai pengendali, rinitis alergi dan rinosinusitis. 3. Bronkodilator (short acting beta agonist, SABA):  Pada pasien bukan asma, SABA tidak bermanfaat sebagai tata laksana batuk akut pada anak (Level of evidence 1a).20  Pemberian bronkodilator (SABA) efektif digunakan pada asma sebagai pereda (reliever) saat timbul gejala atau serangan.21 4. Kortikosteroid:  Kortikosteroid sistemik diberikan pada serangan asma dan pada croup.21,22  Kortikosteroid topikal digunakan pada rinosinusitis dan rinitis alergi (kortikosteroid intranasal) atau asma (kortikosteroid inhalasi) sebagai pengendali (controller).21,23  Kortikosteroid inhalasi/nasal spray tidak bermanfaat diberikan untuk anak dengan selesma (Level of evidence 1a).24 5. Antihistamin:  Antihistamin generasi lama (pertama) tidak dianjurkan karena menimbulkan efek mengentalkan sekresi respiratori (atropin like effect). Antihistamin generasi baru (kedua atau ketiga) dapat diberikan pada batuk yang disebabkan oleh rinitis alergi.
  • 21. 10 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak REKOMENDASI: Anthistamin tidak direkomendasikan untuk tata laksana batuk, kecuali pada kondisi rinitis alergi. REKOMENDASI: 1. Antibiotik tidak efektif diberikan pada anak dengan batuk akut, yang diduga kuat disebabkan oleh virus dan bersifat swasirna. 2. Antibiotik harus diberikan pada pasien anak dengan pneumonia, faringitis streptokokus, dan otitis media akut bakterial.  Pada batuk akut, pemberian antihistamin tidak lebih efektif daripada plasebo (Level of evidence 1a).14 6. Antibiotik:  Pada praktik sehari-hari didapatkan penggunaan antibiotik secara berlebihan pada anak dengan infeksi respiratori akut tanpa komplikasi yang umumnya disebabkan oleh virus, dan tidak membutuhkan antibiotik. Untuk batuk akut yang penyebabnya adalah virus, pemberian antibiotik tidak direkomendasikan (Level of evidence 4).25,26  Pada infeksi respiratori yang sangat mungkin penyebabnya adalah bakteri, misalnya pada faringitis streptokokus, rinosinusitis bakterial akut, otitis media akut dapat diberikan antibiotik (golongan penisilin: amoksisilin, amoksisilin klavulanat) (Level of evidence 1a).27-8 Jika batuk disebabkan oleh pertusis atau pneumonia atipik, antibiotika makrolida merupakan obat pilihan untuk terapi (Level of evidence 1b).29  Antibiotik perlu diberikan pada anak dengan pneumonia (Level of evidence 1a).30
  • 22. 11 UKK Respirologi IDAI REKOMENDASI: 1. Antitusif tidak direkomendasikan sebagai tata laksana batuk akut pada anak. 2. Kodein dilarang diberikan pada anak sebagai tata laksana batuk. REKOMENDASI: Masih diperlukan bukti yang mendukung efektivitas dan keamanan obat-obatan alternatif dan komplementer dalam tata laksana batuk pada anak. 7. Antitusif:  Batuk memiliki sifat sebagai refleks protektif, oleh karena itu penekanan refleks batuk tidak boleh dilakukan tanpa mengidentifikasi dan menatalaksana penyebabnya (Level of evidence 1a).1  Antitusif tidak lebih efektif dibandingkan plasebo untuk gejala batuk akut (Level of evidence 1a).14,31  Penggunaan kodein dilarang dalam tata laksana batuk pada anak karena risiko efek simpang serius, yang paling utama adalah gangguan bernapas (Level of evidence 1a).32-3  Pada pasien dengan asma, pemberian antitusif merupakan kontraindikasi. 8. Obat-obatan alternatif dan komplementer (complementary and alternative medicine):  Salah satu contoh obat-obatan alternatif dan komplementer yang digunakan dalam tata laksana batuk, Pelargonium sidoides mungkin efektif untuk meredakan gejala pada bronkitis akut pada anak (Level of evidence 1a)34 , tonsilofaringitis akut non-streptokokus (Level of evidence 1b).35
  • 23. 12 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak REKOMENDASI: Obat OTC tidak direkomendasikan dalam tata laksana batuk pada anak karena tidak lebih efektif dibanding placebo dan terdapat bahaya polifarmaka. 9. Over the counter (OTC) medicine:  Obat OTC batuk untuk anak merupakan gabungan beberapa jenis zat aktif, antara lain mengandung salah satu dari jenis obat berikut antitusif, antihistamin, kombinasi antihistamin-dekongestan, kombinasi bronkodilator-antitusif, serta kombinasi dengan parasetamol. Obat ini sering digunakan untuk pasien dengan batuk akut, namun tidak direkomendasikan terutama untuk obat dengan kandungan kodein, dekstrometrofan, dan terdapat bahaya polifarmaka. Dibandingkan dengan plasebo, obat-obat OTC tidak memiliki keunggulan dalam tata laksana batuk (Level of evidence 1a).14.31 Penutup Batuk merupakan bagian dari mekanisme pertahanan sistem respiratori, bersama dengan mucocilliary clearance. Jika batuk semakin parah, batuk dapat menjadi kondisi patologis dengan berbagai penyakit yang mendasari sehingga mencari etiologi batuk penting dalam menatalaksana batuk. Berdasarkan durasi, batuk dikatakan akut bila kurang dari 2 minggu, dan kronik bila berlangsung 2 minggu atau lebih. Jika anak mengalami batuk kronik, maka harus dicari gejala dan tanda tertentu (specific pointers) yang spesifik untuk penyakit tertentu sehingga dapat ditegakkan diagnosis dan diberikan tata laksana tepat. Pemberian obat untuk mengatasi batuk pada anak harus memperhatikan efektivitas dan keamanan berdasarkan penelitian yang telah ada, serta harus diberikan secara berhati-hati dan tepat guna.
  • 24. 13 UKK Respirologi IDAI Daftar pustaka 1. Alsubaie H, Al-Shamrani A, Arhabi AS, Alhaider S. Clinical pratice guide- lines: approach to cough in children: The official statement endorsed by the Saudi Pediatric Pulmonology Association (SPPA). Int J Pediatr Adolescent Med. 2015;2:38-43. 2. De Blasio F, Virchow JC, Polverino M, Zanasi A, Behrakis P, Kilinc G, dkk. Cough management: a practical approach. Cough. 2011;7:1-12. 3. Shields MD, Bush A, Everard ML, McKenzie S, Primhak R. Recommen- dations for the assessment and management of cough in children. Thorax. 2008;63:1-15. 4. Chow PY, Ng DKK. Chronic cough in children. Sing Med J. 2004;45:462-9. 5. Corrao W. Chronic persistent cough: Diagnosis and treatment update. Pedi- atr Ann. 1996;25:162-8. 6. Kelompok Pulmonologi Anak. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak V. Medan; 1981. 7. Zemanick ET, Federico MJ. Chronic cough. Dalam: Bajaj L, Hambidge SJ, Kerby G, Nyquist AC, penyunting. Berman’s pediatric decision making. Edisi ke 5. Philadephia: Elsevier; 2011. h. 400-3. 8. Gibson PG, Chang AB, Glasgow NJ, Holmes PW, Katelaris P, Kemp AS. CI- CADA: Cough in children and adults: diagnosis and assessment. Australian cough guidelines summary statement. Med J Aust. 2010;192:265-71. 9. Chang AB, Glomb WB. Guidelines for evaluating chronic cough in pediatrics, ACCP evidence based clinical practice guidelines. Chest. 2006;129:260S- 83S. 10. Benich JJ, Carek PJ. Evaluation of the patient with chronic cough. Am Fam Physician. 2011;84:887-92. 11. Oduwole O, Meremikwu MM, Oyo-Ita A, Udoh EE. Honey for acute cough in children. Cochrane Database Syst Rev [Internet]. 2014 [diak- ses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.com/ doi/10.1002/14651858.CD007094.pub4/full. 12. Rubin BK. Secretion properties, clearance, and therapy in airway diseases. Transl Respir Med. 2014;2:1-7. 13. Balsamo R, Lanata L, Egan CG. Mucoactive drugs. Eur Respir Rev. 2010;19:127-33. 14. Schroeder K, Fahey T. Over-the-counter medications for acute cough in chil- dren and adults in ambulatory settings. Cochrane Database Syst Rev [Inter- net]. 2004 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary. wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD001831.pub5/full.
  • 25. 14 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak 15. Chalumeau M, Duijvestijn YC. Acetylcysteine and carbocysteine for acute upper and lower respiratory tract infections in paediatric patients without chronic broncho-pulmonary disease. Cochrane Database Syst Rev [Internet]. 2013 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.wiley. com/doi/10.1002/14651858.CD003124.pub4/full. 16. Balli F, Bergamini B, Calistru P, Ciofu EP, Domenici R, Doros G, dkk. Clini- cal effects of erdosteine in the treatment of acute respiratory tract diseases in children. Int J Clin Pharmacol Ther. 2007;45:16-22. 17. Schimdt M, Thomsen M, Schmidt U. Suitability of ivy extract for the treat- ment of pediatric cough. Phytother Res. 2012;26:1942-7. 18. Hofmann D, Hecker M, Volp A. Efficacy of dry extract leaves in children with bronchial asthma: a review of randomized controlled trials. Phytomedicine. 2003;10:213-20. 19. Hoffer-Schaefer A, Rozycki HJ, Yopp MA, Rubin BK. Guaifenesin has no effect on sputum volume or sputum properties in adolescents and adults with acute respiratory tract infections. Respir Care. 2014;59:631-6. 20. Becker LA, Hom J, Villasis-Keever M, van der Wouden JC. Beta2-agonists for acute cough or a clinical diagnosis of acute bronchitis. Cochrane Data- base Syst Rev [Internet]. 2015 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD001726.pub5/ full. 21. Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2016 . [Diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://www.ginaasthma.org/2016-gina- report-global-strategy-for-asthma-management-and-prevention. 22. Zoorob R, Sidhani M, Murray J. Croup: an overview. Am Fam Physi- cian. 2011;83:1067-73. 23. Management of allergic rhinitis and its impact on asthma 2007 . [Diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://www.whiar.org. 24. Hayward G, Thompson MJ, Perera R, Del Mar CB, Glasziou PP, Heneghan CJ. Corticosteroids for the common cold. Cochrane Database Syst Rev [In- ternet]. 2015 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlineli- brary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD008116.pub3/pdf/standard. 25. Kolwani A, Holloway K. Antibiotic prescribing practice for acute, uncompli- cated respiratory tract infections in primary care settings in New Delhi, India. Trop Med Int Health. 2014;19:761-8. 26. Nitsch-Osuch A, Gyrczuk E, Wardyn A, Życinska K, Brydak L. Antibiotic prescription practices among children with influenza. Adv Exp Med Biol. 2016;905:25-31.
  • 26. 15 UKK Respirologi IDAI 27. Shulman ST, Bisno AL, Clegg HW, Gerber MA, Kaplan EL, Lee G, dkk. Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Management of Group A Streptococcal Pharyngitis: 2012 Update by the Infectious Diseases Society of America. CID. 2012;55:1279-82. 28. Lieberthal AS, Carroll AE, Chonmaitree T, Ganiats TG, Hoberman A, Jack- son MA, dkk. The diagnosis and management of acute otitis media. Pediat- rics. 2013;131:e964-99. 29. Ryan F, Breslin A, Clarke A, Cotter S, Finnegan P, Heslin J. Guidelines for the Public Health Management of Pertussis [diakses tanggal 17 April 2017]. Tersedia di: https://www.hpsc.ie/A-Z/VaccinePreventable/PertussisWhoop- ingCough/InformationforHealthcareWorkers/File,13577,en.pdf. 30. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, dkk. The management of community acquired pneumonia in infants and children older than 3 months of age: Clinical practice guidelines by the Pediatric In- fectious Disease Society and the Infectious Disease Society of America. CID. 2011;53:e25-76. 31. Smith SM, Schroeder K, Fahey T. Over the counter (OTC) for acute cough in children and adults in community settings. Cochrane Database Syst Rev [In- ternet]. 2014 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlineli- brary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD001831.pub5/full. 32. Stingl JC, Rotthauwe J. Codeine-Restrictions on use for children and teenag- ers. Dtsch Med Wochenschr. 2015;140:1093-5. 33. Gardiner SJ, Chang AB, Marchant JM, Petsky HL. Codeine versus placebo for chronic cough in children. Cochrane Database Syst Rev [Internet]. 2016 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.com/ wol1/doi/10.1002/14651858.CD011914.pub2/full. 34. Timmer A, Gunther J, Rucker G, Motschall E, Antes G, Kern WV. Pelar- gonium sidoides extract for acute respiratory tract infections. Cochrane Da- tabase Syst Rev [Internet]. 2008 [diakses tanggal 1 Agustus 2016]. Tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.com/wol1/doi/10.1002/14651858.CD006323. pub2/full. 35. Bereznoy VV, Riley DS, Wassmer G, Heger M. Efficacy of extract of Pelargo- nium sidoides in children with acute non-group A beta-hemolytic streptococ- cus tonsillopharyngitis: a randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Altern Ther Health Med. 2003;9:68-78.
  • 27. 16 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak