SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
MAKALAH
IMUNISASI
UNTUK MEMENUHI TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN
ANAK PRA-SEKOLAH
DOSEN PENGAMPU : TUHU SURYONO, S.Kep.,Ns
DISUSUN OLEH:
AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA
BONDOWOSO
2016-2017
LAILATUD DAFI Q.
(NIM.16010327)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Makalah Imunisasi”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................1
1.3 Tujuan ..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................3
2.1 Imunisasi di Indonesia...................................................................3
2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Imunisasi....................................3
2.3 Tujuan Imunisasi............................................................................4
2.4 Pengertian Imunisasi......................................................................5
2.5 Manfaat Imunisasi..........................................................................5
2.6 Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi................6
2.7 Jenis-Jenis Imunisasi......................................................................15
2.8 Jadwal Imunisasi............................................................................23
2.9 KIPI...............................................................................................25
BAB III PENUTUP ...................................................................................28
Kesimpulan .......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan
sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai
Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka
kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017)
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai
tahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis,
Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Beberapa penyakit
yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang
wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi
campak dan rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN)
(Kementrian Kesehatan, 2017)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Imunisasi di Indonesia?
2. Apa saja dasar hukum penyelenggaraan imunisasi?
3. Apa tujuan dari imunisasi?
4. Apa pengertian imunisasi?
5. Apa manfaat imunisasi?
6. Apa saja jenis enyakit yang dapatdicegah dengan imunisasi?
7. Apa saja jenis-jenis imunisasi?
8. Bagaimana jadwal imunisasi?
9. Apa itu KIPI?
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui imunisasi di Indonesia?
2. Untuk mengetahui dasar huum penyelenggaraan imunisasi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi.
4. Untuk mengetahui pengertian imunisasi.
5. Untuk mengetahui manfaat imunisasi.
6. Untuk mengetahui jenis enyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
7. Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi.
8. Untuk mengetahui jadwal imunisasi.
9. Untuk mengetahui pengertian KIPI.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2.1 Imunisasi Di Indonesia
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan
sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara
memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang
memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/
imunisasi rutin dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti
Puskesmas, Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau
Rumah Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh
pemerintah misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui
kunjungan dari rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta,
dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta.
1.2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi
Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
4
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang
Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska
Imunisasi (KIPI).
1.2.3 Tujuan Imunisasi Di Indonesia
1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat
PD3I.
2. Tujuan Khusus
a. Program Imunisasi
1) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata
pada bayi di 100% desa/ kelurahan pada tahun 2010
2) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
(insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu
tahun) pada tahun 2005.
3) Eradikasi polio pada tahun 2008.
4) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis
Meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan
pada calon jemaah haji.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang
melakukan perjalanan berasal dari atau ke negara endemis
demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit
demam kuning di Indonesia.
d. Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan
penular rabies.
5
1.2.4 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga
pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen
bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi.
Antibodi menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I
tersebut. (Depkes, 2016)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah
diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan
dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
(Kemkes,2017)
1.2.5 Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara.
6
1.2.6 Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1. TBC (Tuberculosis).
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat
terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung
kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh,
seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening,
tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat).
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang
baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya
dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup
diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil,”
maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka
pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan
atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak
menderita demam.
2. Difteri.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan
menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala
Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat
selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat
menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung
yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui
udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan
yang terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga
kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan
satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus
dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul
7
adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara
mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas
3. Pertusis
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “
Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu
batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah
atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk
diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi
melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara
(batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan
melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri
sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
pentuntikan.
4. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan
berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot.
Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang
(dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan
dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot
leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat
ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya
terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang
bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih
dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus
dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di
negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana
kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat
kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi
dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan
juga dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi tetanus disebabkan
oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang
8
memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.
Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan
dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga
terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada
syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena
luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya
memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun
frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak
dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil
apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria
tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari
dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal
tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang
bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat
didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita
dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6
minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-
kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa.
Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita
hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang
terjaga kebersihannya
5. Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio
adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya
setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang
beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin
Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui
mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu
kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak
baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan
setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
9
bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT
Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan
sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu
bulan imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk
sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12
tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan
meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam
mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur
dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang
lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat
minimal dapat berupa kejang-kejang
6. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan
disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran
pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat
berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2
hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus
ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza
bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama
infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan,
pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya
penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama
beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza
terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan
ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya
penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja
(absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda
dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan
komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan
sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat
10
mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang
menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain
itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain
sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll),
penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza.
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak.
Pada usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun,
diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia 8 tahun, maka dosis pertama
cukup 1 dosisi saja.
7. Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran
pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini
akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan
kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan
penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah
peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-
paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah:
Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu
Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga,
suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir
minggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung
dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa
membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang
air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi
diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita
menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis
sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan,
dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian
11
secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari
kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman,
sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan /
minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia
terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya
adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi
seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini
hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang
mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan
segera hilang kemudian
8. Hepatitis
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B
yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan
ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para
medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa,
petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
9. Meningitis
Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan
bakteri Haemophyllus influenzae tipe B atau yang disebut bakteri
Hib B merupakan penyebab tersering menimbulkan meningitis
pada anak berusia kurang dari lima tahun. Penyakit ini berisiko
tinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Bila sembuh pun, tidak
sedikit yang menyebabkan cacat pada anak. Meningitis bukanlah
jenis penyakit baru di dunia kesehatan. Meningitis adalah infeksi
pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Penyebab
meningitis sendiri bermacam-macam, sebut saja virus dan bakteri.
Meningitis terjadi apabila bakteri yang menyerang menjadi ganas
ditambah pula dengan kondisi daya tahan tubuh anak yang tidak
baik, kemudian ia masuk ke aliran darah, berlanjut ke selaput otak.
Nila sudah menyerang selaput otak (meningen) dan terjadi infeksi
maka disebutlah sebagai meningitis.
12
10. Pneumokokus
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering
juga disebut sebagai penyakit pneumokokus. Penyakit ini dapat
menyerang siapa saja dengan angka tertinggi menyerang anak usia
kurang dari 5 tahun dan usia di atas 50 tahun. Terdapat kelompok
lain yang memiliki resiko tinggi terserang pneumokokus
(meskipun dari segi usia bukan risiko tinggi), yaitu anak dengan
penyakit jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak dengan
keganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi
medis lain yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.
11. MMR ((Mumps Measles Rubella)
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps
yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak
diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia
penderita mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat.
Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya
sekali seumur hidup.
Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella
(vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak,
imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR).
Pemberian imunisasi MMR akan memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.
b. Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus
campak. Gejala campak yaitu demam, menggigil, serta
hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit
berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan
13
selaput lendir mulut. Saat penyakit campak memuncak,
suhu tubuh bisa mencapai 40oC.
Pencegahan campak paling efektif adalah dengan
imunisasi campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi
berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR.
Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi campak terus
dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan
mumps dan rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi MMR
diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan.
c. Rubella (campak Jerman)
Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella
mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak,
radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam
rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejala
rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa
lemas. Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia
belasan tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak
balita terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila
wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik
(buta tuli) dan keterbelakangan mental.
Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan mumps
(vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang
penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak,
imunisasi rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR).
12. Rotavirus
Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena
infeksi rotavirus. Infeksi diare karena rotavirus ini sering
14
diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala infeksi rotavirus
berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan
atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utama
infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3 – 7 hari. Infeksi
rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu
makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat
menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi
ini seringkali tidak berhubungan dengan makanan kotor atau
makanan basi atau air kotor. Tetapi penularannya lebih sering
lewat fecal oral atau kotoran masuk melalui mulut. Biasanya virus
yang tersebar lewat muntahan tersebar di sekitar mainan, pintu,
lantai atau di sekitar anak-anak. Saat tangan anak tersentuh virus
melalui muntahan atau bekas feses yang tidak dicuci bersih dapat
masuk ke tubuh saat anak makan atau tangan masuk ke mulut.
Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan
untuk mencegah di are karena rotavirus, digunakan vaksin
rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2
macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian
pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8
minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan.
Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada
usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal
pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih
dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi
keamanannya
13. Varisela
Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan
bekas bopeng di beberapa bagian tubuh. Penyakit yang disebabkan
oleh virus varicella ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin
varicella.
15
14. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus hepatitis tipe A dan menyerang sel-sel hati manusia. Setiap
tahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A menyerang sekitar
400.000 orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800
jiwa. Sebagian besar penderita hepatitis A adalah anak-anak.
1.2.7 Jenis- Jenis Imunisasi
1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang
bersinggungan dengan, sebagai contoh, mikroba. Sistem
kekebalan akan membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan
lainnya terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan adalah dimana
mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang
sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin
hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan,
rubella, atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagai
vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar air (varicella),
rotavirus, dan vaksin influenza.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari
sistem kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga
tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut.
Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif.
Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir
cepat, karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan jika tak
ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka
akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika
antibodi-antibodi dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan,
untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah
kelahiran. Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui
16
injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau
penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi-
antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai “terapi
serum”, meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok
anafilaksis, karena sistem kekebalan yang melawan serum
binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in vitro
melalui kultur sel dan digunakan menggantikan antibodi dari
binatang, jika tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu
tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin mendapatkan
kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang
dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena misalnya habis
digigit anjing atau monyet.
2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan
menjadi :
a. Imunisasi program
b. Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
i. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum
berusia 1 (satu) tahun dan terdiri atas imunisasi
terhadap penyakit:
 hepatitis B
 poliomyelitis
 tuberkulosis
 difteri
 pertusis
 tetanus
 pneumonia dan meningitis yang disebabkan
oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
 campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
17
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi
dasar untukmempertahankan tingkat kekebalan dan
untuk memperpanjang masa perlindungan anak
yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada:
 anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada
Baduta terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis
B, pneumonia dan meningitis yang
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe
b (Hib), serta campak.
 anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada
anak usia sekolah dasar terdiri atas
Imunisasi terhadap penyakit campak,
tetanus, dan difteri yang diberikan pada
bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang
diintegrasikan dengan usaha kesehatan
sekolah.
 wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada
WUS terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit tetanus dan difteri.
2) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi
tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana
dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar dan/atau
lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.
18
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi
seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan
perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit
tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit
tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap
meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning),
rabies, dan poliomyelitis.
c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
 diare yang disebabkan oleh rotavirus;
 influenza;
 cacar air (varisela);
 gondongan (mumps);
 campak jerman (rubela);
 demam tifoid;
 hepatitis A;
 kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus;
 Japanese Enchephalitis;
 herpes zoster;
 hepatitis B pada dewasa
 demam berdarah.
3. 5 Macam Imunisasi dasar :
a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup
namun telah dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk
19
mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis
disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium
tuberculosis complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan
penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm,
ukuran 26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya
menyembuh sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit
kulit berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus
tetanus, kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT.
Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah
dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-
sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah
toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan
20
vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan
kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis
terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri
di tempat suntikan selama 1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara
seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan.
Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat,
seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya
disebabkan unsur pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yang
diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita
penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau
diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi yang
mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang
mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa
diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung virus
polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per oral
dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di
Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
21
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan
anggota gerak seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
d. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan
kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering
kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella
(campak jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang
dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin
terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di
bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah
penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah
penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa
pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian
pada ibu hamil.
22
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan
jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara
suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat
berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B
dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan
kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin
disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang
dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek
samping yang berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B
yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg
murni dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas,
demam, pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan.
Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas,
meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir
atau gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan
kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen
vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang
23
1.2.8 Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar
Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24
jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3
jam sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian
Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes
mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1,
DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval
sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
24
Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-
Hib dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia
18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib
dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar
Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi
dasar dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta
mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
Catatan:
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status
Imunisasi T (screening) terlebih dahulu, terutama pada
saat pelayanan antenatal.
25
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila
status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau
rekam medis.
1.2.9 KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)
1. Definisi KIPI
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan
pada seseorang yang terjadi setelah pemberian imunisasi. Kejadian
ini dapat merupakan reaksi vaksin ataupun bukan. Kejadian yang
bukan reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa koinsidens
(peristiwa yang kebetulan terjadi) bersamaan atau setelah
imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5 kategori : Pilihlah
salah satu dari 5 kategori dibawah ini untuk mempelajari lebih
jauh tentang klasifikasi KIPI
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen
atau lebih yang terkandung di dalam vaksin.
Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP.
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang
dipersyaratkan dalam produk vaksin, termasuk penggunaan
alat untuk pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen.
Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh
produsen vaksin pada waktu melakukan inaktivasi virus polio
saat proses pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi
(IPV)Vaksin polio inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955
oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda dengn vaksin polio oral (OPV) ,
vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) , IPV harus diberikan
melalui suntikan untuk membentuk respon imun. (inactivated
polio vaccine). Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat
26
menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut disuntikkan
kepada orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang
salah dan cara pemberian vaksin yang salah. Kesalahan ini
sangat mudah untuk dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial
multidosis yang terkontaminasi oleh mikroba (Catatan : Jarum
yang berulang-ulang masuk ke dalam vial sewaktu mengambil
vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal
syncopeSinkope yaitu reaksi neurovaskuler yang menyebabkan
terjadinya mata berkunang-kunang , badan terasa lemah
sampai pingsan. Sering terjadi pada anak dewasa muda pada
saat pemberian imunisasi atau sesudah pemberian imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan
sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat
pemberian imunisasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi
temporalAsosiasi temporalDua atau lebih kejadian yang terjadi
pada waktu yang bersamaan. Kejadian pertama dapat
berhubungan atau tidak berhubungan dengan kejadian
berikutnya.. Sebagai contoh di daerah endemis
malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit
(plasmodium) yang ditularkan dari manusia ke manusia
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi.
Malaria merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di
sub sahara Afrika. seperti di daerah sub sahara, penderita
malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria yang
27
ditularkan oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi.
Sehingga sering terjadi KIPI yang bersifat koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan
imunisasi, maka dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa ada
masalah kesehatan masyarakat diwilayah tersebut yang perlu
dianalisis lebih jauh.
28
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab
menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta
tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program
imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja
tetapi juga pada dewasa. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi yaitu TBC (Tuberculosis), difteri, pertusis, tetanus,
polio, influenza, demam tifoid, hepatitis, meningitis, pneumokokus,
mmr ((mumps measles rubella), rotavirus, varisela dan hepatitis A .
29
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang
Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media
Suririnah. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA
Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Peny
elenggaraan_Imunisasi_.pdf . Diunduh pada 17 November 2017.
WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety-
training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada 16
November 2017.
Departemen Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin
-Imunisasi-2016.pdf. Diunduh pada 10 November 2017
Dokter Indonesia. 2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif .
https://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif-
dan-imunisasi-pasif/. Diakses pada 17 November 2017
Santoso, B. 2017. Sekilas Vaksin Pneumokokus.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus
. Diakses Pada 16 November 2017.

More Related Content

What's hot

NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017Ditjen P2P Kemenkes
 
Imunisasi dasar pada bayi
Imunisasi dasar pada bayiImunisasi dasar pada bayi
Imunisasi dasar pada bayiHenki Ata
 
Kebijakan prog imunisasi 2015 acc
Kebijakan prog imunisasi 2015 accKebijakan prog imunisasi 2015 acc
Kebijakan prog imunisasi 2015 accAlan D. Haqqi
 
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Mamang Bagiansah
 
Ruang lingkup dan sasaran kesmas
Ruang lingkup dan sasaran kesmasRuang lingkup dan sasaran kesmas
Ruang lingkup dan sasaran kesmasfachryamal2
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Amalia Ifanasari
 
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKSurya Amal
 
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara SehatMateri imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara SehatYusneri Ahs
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020Ditjen P2P Kemenkes
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralSurya Amal
 
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di IndonesiaPedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di IndonesiaAkademi Desa 4.0
 

What's hot (20)

NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
 
Imunisasi dasar pada bayi
Imunisasi dasar pada bayiImunisasi dasar pada bayi
Imunisasi dasar pada bayi
 
Kebijakan prog imunisasi 2015 acc
Kebijakan prog imunisasi 2015 accKebijakan prog imunisasi 2015 acc
Kebijakan prog imunisasi 2015 acc
 
Proposal hartati psik terakhir
Proposal hartati psik terakhirProposal hartati psik terakhir
Proposal hartati psik terakhir
 
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
 
Bahan imunisasi
Bahan imunisasiBahan imunisasi
Bahan imunisasi
 
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
Pedoman nasional penanggulangan tuberculosis cet 8 (2002)
 
Ruang lingkup dan sasaran kesmas
Ruang lingkup dan sasaran kesmasRuang lingkup dan sasaran kesmas
Ruang lingkup dan sasaran kesmas
 
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis - 2013
 
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
 
Soap bbl
Soap bblSoap bbl
Soap bbl
 
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi 2 Juli 2020
 
Pedoman ART 2011
Pedoman ART 2011Pedoman ART 2011
Pedoman ART 2011
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara SehatMateri imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
Materi imunisasi Untuk Nusan Tara Sehat
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
 
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
 
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
 
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di IndonesiaPedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID 19 di Indonesia
 

Similar to IMUNISASI

Makalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatMakalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatZelitania
 
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Operator Warnet Vast Raha
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Vak_Im_10_-PP.pptx
Vak_Im_10_-PP.pptxVak_Im_10_-PP.pptx
Vak_Im_10_-PP.pptxYuliYatri
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docxKERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docxBudimanSetiawan5
 
2. bahan pembelajaran 2 pencegahan covid 19
2. bahan pembelajaran 2 pencegahan covid 192. bahan pembelajaran 2 pencegahan covid 19
2. bahan pembelajaran 2 pencegahan covid 19PusdiklatKKB
 
2. bahan pembelajaran pencegahan covid
2. bahan pembelajaran pencegahan covid2. bahan pembelajaran pencegahan covid
2. bahan pembelajaran pencegahan covidPusdiklatKKB
 
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Operator Warnet Vast Raha
 
4. BIAS Marriot 4 agustus.pptx
4. BIAS Marriot 4 agustus.pptx4. BIAS Marriot 4 agustus.pptx
4. BIAS Marriot 4 agustus.pptxMELLY68
 
Bahan pembelajaran 2 pencegahan covid-19
Bahan pembelajaran 2   pencegahan covid-19Bahan pembelajaran 2   pencegahan covid-19
Bahan pembelajaran 2 pencegahan covid-19PusdiklatKKB
 
4. BIAS Marriot 4 agustus.pdf
4. BIAS Marriot 4 agustus.pdf4. BIAS Marriot 4 agustus.pdf
4. BIAS Marriot 4 agustus.pdfUmroatulAlfiyah
 

Similar to IMUNISASI (20)

Imunisasi.pdf
Imunisasi.pdfImunisasi.pdf
Imunisasi.pdf
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatMakalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
Penkes imunisasi
Penkes imunisasiPenkes imunisasi
Penkes imunisasi
 
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Vak_Im_10_-PP.pptx
Vak_Im_10_-PP.pptxVak_Im_10_-PP.pptx
Vak_Im_10_-PP.pptx
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docxKERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
2. bahan pembelajaran 2 pencegahan covid 19
2. bahan pembelajaran 2 pencegahan covid 192. bahan pembelajaran 2 pencegahan covid 19
2. bahan pembelajaran 2 pencegahan covid 19
 
2. bahan pembelajaran pencegahan covid
2. bahan pembelajaran pencegahan covid2. bahan pembelajaran pencegahan covid
2. bahan pembelajaran pencegahan covid
 
Impal
ImpalImpal
Impal
 
Dinkes impal
Dinkes impalDinkes impal
Dinkes impal
 
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
 
4. BIAS Marriot 4 agustus.pptx
4. BIAS Marriot 4 agustus.pptx4. BIAS Marriot 4 agustus.pptx
4. BIAS Marriot 4 agustus.pptx
 
Bahan pembelajaran 2 pencegahan covid-19
Bahan pembelajaran 2   pencegahan covid-19Bahan pembelajaran 2   pencegahan covid-19
Bahan pembelajaran 2 pencegahan covid-19
 
4. BIAS Marriot 4 agustus.pdf
4. BIAS Marriot 4 agustus.pdf4. BIAS Marriot 4 agustus.pdf
4. BIAS Marriot 4 agustus.pdf
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 

IMUNISASI

  • 1. MAKALAH IMUNISASI UNTUK MEMENUHI TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA-SEKOLAH DOSEN PENGAMPU : TUHU SURYONO, S.Kep.,Ns DISUSUN OLEH: AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA BONDOWOSO 2016-2017 LAILATUD DAFI Q. (NIM.16010327)
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Imunisasi”. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...............................................................................ii DAFTAR ISI ..............................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1 1.1 Latar Belakang...............................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................1 1.3 Tujuan ..........................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................3 2.1 Imunisasi di Indonesia...................................................................3 2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Imunisasi....................................3 2.3 Tujuan Imunisasi............................................................................4 2.4 Pengertian Imunisasi......................................................................5 2.5 Manfaat Imunisasi..........................................................................5 2.6 Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi................6 2.7 Jenis-Jenis Imunisasi......................................................................15 2.8 Jadwal Imunisasi............................................................................23 2.9 KIPI...............................................................................................25 BAB III PENUTUP ...................................................................................28 Kesimpulan .......................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................29
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017) Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) (Kementrian Kesehatan, 2017) 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Imunisasi di Indonesia? 2. Apa saja dasar hukum penyelenggaraan imunisasi? 3. Apa tujuan dari imunisasi? 4. Apa pengertian imunisasi? 5. Apa manfaat imunisasi? 6. Apa saja jenis enyakit yang dapatdicegah dengan imunisasi? 7. Apa saja jenis-jenis imunisasi? 8. Bagaimana jadwal imunisasi? 9. Apa itu KIPI?
  • 5. 2 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui imunisasi di Indonesia? 2. Untuk mengetahui dasar huum penyelenggaraan imunisasi. 3. Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi. 4. Untuk mengetahui pengertian imunisasi. 5. Untuk mengetahui manfaat imunisasi. 6. Untuk mengetahui jenis enyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. 7. Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi. 8. Untuk mengetahui jadwal imunisasi. 9. Untuk mengetahui pengertian KIPI.
  • 6. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.2.1 Imunisasi Di Indonesia Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat diperoleh pada : 1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin 2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah. 3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta. 1.2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi : 1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut. 4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara. 5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
  • 7. 4 6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). 1.2.3 Tujuan Imunisasi Di Indonesia 1. Tujuan Umum Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I. 2. Tujuan Khusus a. Program Imunisasi 1) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/ kelurahan pada tahun 2010 2) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005. 3) Eradikasi polio pada tahun 2008. 4) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005. b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis Meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan pada calon jemaah haji. c. Program Imunisasi Demam Kuning Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning di Indonesia. d. Program Imunisasi Rabies Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.
  • 8. 5 1.2.4 Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut. (Depkes, 2016) Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. (Kemkes,2017) 1.2.5 Manfaat Imunisasi 1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. 2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. 3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
  • 9. 6 1.2.6 Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi 1. TBC (Tuberculosis). Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam. 2. Difteri. Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul
  • 10. 7 adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas 3. Pertusis Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan. 4. Tetanus Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang
  • 11. 8 memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak- kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya 5. Polio Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
  • 12. 9 bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang 6. Influenza Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat
  • 13. 10 mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza. Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia 8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi saja. 7. Demam Tifoid Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru- paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian
  • 14. 11 secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian 8. Hepatitis Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur. 9. Meningitis Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan bakteri Haemophyllus influenzae tipe B atau yang disebut bakteri Hib B merupakan penyebab tersering menimbulkan meningitis pada anak berusia kurang dari lima tahun. Penyakit ini berisiko tinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Bila sembuh pun, tidak sedikit yang menyebabkan cacat pada anak. Meningitis bukanlah jenis penyakit baru di dunia kesehatan. Meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Penyebab meningitis sendiri bermacam-macam, sebut saja virus dan bakteri. Meningitis terjadi apabila bakteri yang menyerang menjadi ganas ditambah pula dengan kondisi daya tahan tubuh anak yang tidak baik, kemudian ia masuk ke aliran darah, berlanjut ke selaput otak. Nila sudah menyerang selaput otak (meningen) dan terjadi infeksi maka disebutlah sebagai meningitis.
  • 15. 12 10. Pneumokokus Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering juga disebut sebagai penyakit pneumokokus. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dengan angka tertinggi menyerang anak usia kurang dari 5 tahun dan usia di atas 50 tahun. Terdapat kelompok lain yang memiliki resiko tinggi terserang pneumokokus (meskipun dari segi usia bukan risiko tinggi), yaitu anak dengan penyakit jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak dengan keganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi medis lain yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang. 11. MMR ((Mumps Measles Rubella) a. Mumps (parotitis atau gondongan) Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat. Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya sekali seumur hidup. Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR). Pemberian imunisasi MMR akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella. b. Measles (campak) Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak. Gejala campak yaitu demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan
  • 16. 13 selaput lendir mulut. Saat penyakit campak memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40oC. Pencegahan campak paling efektif adalah dengan imunisasi campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi campak terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan mumps dan rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. c. Rubella (campak Jerman) Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejala rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas. Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak balita terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik (buta tuli) dan keterbelakangan mental. Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR). 12. Rotavirus Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus. Infeksi diare karena rotavirus ini sering
  • 17. 14 diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala infeksi rotavirus berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3 – 7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi ini seringkali tidak berhubungan dengan makanan kotor atau makanan basi atau air kotor. Tetapi penularannya lebih sering lewat fecal oral atau kotoran masuk melalui mulut. Biasanya virus yang tersebar lewat muntahan tersebar di sekitar mainan, pintu, lantai atau di sekitar anak-anak. Saat tangan anak tersentuh virus melalui muntahan atau bekas feses yang tidak dicuci bersih dapat masuk ke tubuh saat anak makan atau tangan masuk ke mulut. Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan untuk mencegah di are karena rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya 13. Varisela Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan bekas bopeng di beberapa bagian tubuh. Penyakit yang disebabkan oleh virus varicella ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin varicella.
  • 18. 15 14. Hepatitis A Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis tipe A dan menyerang sel-sel hati manusia. Setiap tahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A menyerang sekitar 400.000 orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800 jiwa. Sebagian besar penderita hepatitis A adalah anak-anak. 1.2.7 Jenis- Jenis Imunisasi 1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu: a. Imunisasi aktif Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan, sebagai contoh, mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan adalah dimana mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza. b. Imunisasi pasif Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari sistem kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif. Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir cepat, karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan jika tak ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-antibodi dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah kelahiran. Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui
  • 19. 16 injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi- antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai “terapi serum”, meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem kekebalan yang melawan serum binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in vitro melalui kultur sel dan digunakan menggantikan antibodi dari binatang, jika tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin mendapatkan kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet. 2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi : a. Imunisasi program b. Imunisasi Program terdiri atas: 1) Imunisasi rutin i. Imunisasi dasar Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun dan terdiri atas imunisasi terhadap penyakit:  hepatitis B  poliomyelitis  tuberkulosis  difteri  pertusis  tetanus  pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib)  campak. ii. Imunisasi lanjutan.
  • 20. 17 Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untukmempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar. Imunisasi lanjutan diberikan pada:  anak usia bawah dua tahun (Baduta) Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri atas imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak.  anak usia sekolah dasar Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri yang diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah.  wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri. 2) Imunisasi tambahan Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.
  • 21. 18 3) Imunisasi khusus Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit tertentu. Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis. c. Imunisasi pilihan. Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit: pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus;  diare yang disebabkan oleh rotavirus;  influenza;  cacar air (varisela);  gondongan (mumps);  campak jerman (rubela);  demam tifoid;  hepatitis A;  kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;  Japanese Enchephalitis;  herpes zoster;  hepatitis B pada dewasa  demam berdarah. 3. 5 Macam Imunisasi dasar : a. Vaksin BCG Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk
  • 22. 19 mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex. 1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C 2) Dosis :0.05 ml 3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali) 4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label) 5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam 6) Cara pemberian Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). 7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun lambat 8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun. b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus, kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama- sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan
  • 23. 20 vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan. 1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C 2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg 3) Kemasan : Vial 5 ml 4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label) 5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari 6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya. 7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi yang mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter. c. Vaksin Poliomielitis Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di Indonesia. 1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C 2) Dosis : 2 tetes mulut
  • 24. 21 3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes 4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C 5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak ringan 6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak seperti polio sebenarnya. 7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan d. Vaksin Campak Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR. 1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C 2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml 3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml (aquadest) 4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label) 5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan. 6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah. 7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu hamil.
  • 25. 22 e. Vaksin Hepatitis B Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir. a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari. b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian c. Kemasan :HB PID d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat. f. Vaksin DPT/ HB (COMBO) Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali b. Kemasan :Vial 5 ml c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam, pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang
  • 26. 23 1.2.8 Jadwal Imunisasi 1. Imunisasi Rutin a. Imunisasi dasar Catatan :  Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.  Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.  Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.  Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.  IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016  Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun. b. Imunisasi Lanjutan Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
  • 27. 24 Catatan:  Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB- Hib dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan  Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar Catatan:  Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5. Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS) Catatan:  Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
  • 28. 25  Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis. 1.2.9 KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi) 1. Definisi KIPI KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan pada seseorang yang terjadi setelah pemberian imunisasi. Kejadian ini dapat merupakan reaksi vaksin ataupun bukan. Kejadian yang bukan reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa koinsidens (peristiwa yang kebetulan terjadi) bersamaan atau setelah imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5 kategori : Pilihlah salah satu dari 5 kategori dibawah ini untuk mempelajari lebih jauh tentang klasifikasi KIPI 1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen atau lebih yang terkandung di dalam vaksin. Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP. 2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang dipersyaratkan dalam produk vaksin, termasuk penggunaan alat untuk pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen. Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh produsen vaksin pada waktu melakukan inaktivasi virus polio saat proses pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi (IPV)Vaksin polio inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda dengn vaksin polio oral (OPV) , vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) , IPV harus diberikan melalui suntikan untuk membentuk respon imun. (inactivated polio vaccine). Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat
  • 29. 26 menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut disuntikkan kepada orang. 3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang salah dan cara pemberian vaksin yang salah. Kesalahan ini sangat mudah untuk dihindari. Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial multidosis yang terkontaminasi oleh mikroba (Catatan : Jarum yang berulang-ulang masuk ke dalam vial sewaktu mengambil vaksin sudah tidak steril lagi). 4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik. Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal syncopeSinkope yaitu reaksi neurovaskuler yang menyebabkan terjadinya mata berkunang-kunang , badan terasa lemah sampai pingsan. Sering terjadi pada anak dewasa muda pada saat pemberian imunisasi atau sesudah pemberian imunisasi. 5. Kejadian Koinsiden KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan sebelumnya. Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian imunisasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi temporalAsosiasi temporalDua atau lebih kejadian yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Kejadian pertama dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan kejadian berikutnya.. Sebagai contoh di daerah endemis malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di sub sahara Afrika. seperti di daerah sub sahara, penderita malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria yang
  • 30. 27 ditularkan oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi. Sehingga sering terjadi KIPI yang bersifat koinsiden. KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan imunisasi, maka dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa ada masalah kesehatan masyarakat diwilayah tersebut yang perlu dianalisis lebih jauh.
  • 31. 28 BAB III PENUTUP Kesimpulan Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu TBC (Tuberculosis), difteri, pertusis, tetanus, polio, influenza, demam tifoid, hepatitis, meningitis, pneumokokus, mmr ((mumps measles rubella), rotavirus, varisela dan hepatitis A .
  • 32. 29 DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media Suririnah. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi . http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Peny elenggaraan_Imunisasi_.pdf . Diunduh pada 17 November 2017. WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety- training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada 16 November 2017. Departemen Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin -Imunisasi-2016.pdf. Diunduh pada 10 November 2017 Dokter Indonesia. 2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif . https://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif- dan-imunisasi-pasif/. Diakses pada 17 November 2017 Santoso, B. 2017. Sekilas Vaksin Pneumokokus. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus . Diakses Pada 16 November 2017.