1. Surat yang sering dibaca Rasulullah SAW dalam shalat Ied dan Jum'at. Menegaskan penyucian dan pengagungan terhadap Allah sebagai pencipta.
2. Beban tugas dan peringatan. Menegaskan hakikat risalah Rasulullah dan bahwa beliau diutus untuk memberikan petunjik dan hidayah.
3. Unsur utama kemenangan. Penjelasan al-Qur'an yang singkat tapi menuntun kepada kemenangan dunia dan akhirat
2. • 1. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang
Mahatinggi,
• 2. Yang Menciptakan, lalu
menyempurnakan (penciptaan-Nya)
• 3. Yang menentukan takdir (masing-
masing) dan memberi petunjuk,
• 4. dan Yang menumbuhkan
rerumputan,
• 5. lalu dijadikan-Nya (rumput-rumput)
itu kering kehitam-hitaman.
•َكِِّبَر َمْسا ِحِِّبَسىَلْعاأل(١)
َّوَسَف َقَلَخ يِذَّلاى(٢)يِذَّلاَو
َىدَهَف ََّردَق(٣)ْخَأ يِذَّلاَوَجَر
َىعْرَمْلا(٤)َثُغ ُهَلَعَجَفًءا
ىَوْحَأ
3. • Surat ini adalah surat yang ke 8 berdasarkan urutan
surat yang diterima Rasulullah dan surat ke
87 berdasarkan urutan Mushaf al-Qur’an. Terdiri
dari 19 ayat. Surat ini termasuk surat Makkiyyah.
• Merupakan surat yang sering dibaca Rasulullah SAW
ketika shalat hari Raya (Fitri dan Adha) dan shalat
Jum'at. Surat Al-A´laa pada rakaat pertama, dan surat Al-
Ghaasyiyah pada rakaat kedua.
4. Surat al-A’laa sebagai Surat Makkiyah
al-Barra' bin 'Azib عنه هللا ,رضي berkata: "Sahabat Nabi هللا صلى
وسلم عليه yang pertama kali datang kepada kami adalah
Mush'ab bin 'Umair dan Ibnu Ummi Maktum. Lalu keduanya
membacakan al-Qur-an kepada kami. Kemudian 'Ammar, Bilal
dan Sa'ad datang. Setelah itu datang pula 'Umar bin al-
Khaththab pada (urusan) yang kedua puluh. Selanjutnya Nabi
وسلم عليه هللا صلى datang. Dan aku tidak pernah menyaksikan
peduduk Madinah sebahagia itu, sampai-sampai aku
menyaksikan anak-anak mengatakan: 'Inilah Rasulullah هللا صلى
وسلم عليه telah datang.' sebelum beliau datang aku sering
membaca, ىَلْعَ ْاْل َكِّب َر َمْسا ِّحِّبَس'Sucikanlah Nama Rabb-mu Yang
Paling Tinggi,' dan beberapa surat yang semisalnya."
5. 1. Surat yang sering dibaca ketika Shalat Ied dan Jum’atan
Imam Ahmad meriwayatkan dari an-Nu'man bin
Basyir عنه هللا رضي bahwasanya Rasulullah هللا صلى
وسلم عليه dalam shalat dua hari raya 'led membaca,
Sabbihisma Rabbikal A'laa dan hal ataaka
hadiitsul ghaasyiyah. Dan jika bertepatan dengan
hari Jum'at, maka beliau membaca kedua-duanya.
6. 'Aisyah Ummul Mukminin عنهم هللا ,رضي
bahwa Rasulullah وسلم عليه هللا صلى dalam
shalat Witir pernah membaca surat
Sabbihisma Rabbikal A'laa, Qul yaa ayyuhal
kaafiruun, dan Qul Huwallaahu Ahad. 'Aisyah
menambahkan dan juga surat al-
Mu'awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas).
7. 1. Penyucian dan pengagungan terhadap Allah.
Mengetuk kesadaran manusia tentang
keagungan Allah sebagai pencipta.
2. Beban tugas dan peringatan. Menegaskan
hakikat risalah Rasulullah dan bahwa beliau
diutus untuk memberikan petunjuk dan
menyebarkan hidayah
3. Unsur utama kemenangan. Penjelasan al-
Qur’an yang singkat dan padat, tapi menuntun
kepada kemenangan dan kesuksesan dunia dan
akhirat.
9. ىَلْعاأل َكِِّبَر َمْسا ِحِِّبَس(١)
1. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi
Kata Sabbih adalah bentuk perintah dari
kata sabbaha yang terambil dari kata sabaha yang
berarti menjauh. Seseorang yang berenang dilukiskan
dengan kata tersebut karena pada hakikatnya dengan
berenang ia menjauh dari posisinya.
Allah swt. memerintahkan agar kita senantiasa bertasbih
kepada-Nya. Ada tiga makna tasbih, yaitu tamjid
(mengagungkan), tanzih (membersihkan), dan istihdhar
(menghadirkan).
10. Dengan mengucap Subhanallah, si
pengucap mengakui bahwa tidak ada
sifat atau perbuatan Allah yang kurang
sempurna atau tercela, tidak ada
ketetapan-Nya yang tidak adil, baik
terhadap orang/makhluk lain maupun
terhadap si pengucap.
11. Makna ىَلْعاأل
• “Al A’laa adalah salah satu nama Allah yang di dalamnya
menetapkan sifat ketinggian bagi Allah Ta’ala;
• Maknanya adalah Yang Paling Tinggi di atas segala sesuatu. Ia
adalah Af’al tafdhil (bentuk kata yang menunjukkan paling) yang
menunjukkan ketinggian Allah Ta’ala dengan semua makna
ketinggian.
• Oleh karena itu, Dia paling tinggi kedudukannya, paling berkuasa,
paling tinggi zat-Nya di atas segala sesuatu. Disebutkan nama-Nya
Al A’laa di sini adalah untuk menerangkan hak-Nya disucikan, yakni
disucikan dari semua jenis kekurangan.”
12. Ayat-Ayat yang Menunjukkan
Kemahatinggian Allah
العظيم العلي وهو
Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS al-Baqarah
[2]: 255)
المتعال وهوالكبير والشهادة الغيب عالم
Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nampak;
Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. (QS ar-Ra’du [13]: 9)
ِيرِبَكْلا ِِّيِلَعْلا ِ َّ ِّلِل ُمْكُحْلاَف
Maka putusan (sekarang ini) hanyalah pada Allah Yang
Maha Tinggi lagi Maha Besar. [Ghafir/40 :12).
13. • Seperti sifat azhim dan Jalil
• العظيم العلي وهو
• Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS al-Baqarah [2]:
255)
1. Ketinggian
Posisi
• Sifat Qahr
• ِهِداَبِع َق ْوَف ُرِهاَقْلا َوُهَو
• Dan Dialah yang berkuasa, berada di atas sekalian hamba-
hamba-Nya. [al An’am/6:18]
2. Ketinggian
Kekuasaan
• ِضْرَ ْاأل ىَلِإ ِاءَمَّسال َنِم َرْمَ ْاأل ُرِِّبَدُي
• Dia mengatur urusan dari langit ke bumi. [as-
Sajdah/32:5][7].
3. Ketinggian
Zat
14. ىَّوَسَف َقَلَخ يِذَّال
yang menciptakan dan menyempurnakan
(penciptaan-Nya),
• Dan firman Alah Ta'ala, ىَّوَسَف َقَلَخ يِذَّلا "Yang
menciptakan, dan menyempurnakan
(penciptaan-Nya)." Yakni yang menciptakan
makhluk dan menyempurnakannya dengan
bentuk yang sebaik-baiknya.
15. َىدَهَف ََّردَق يِذَّلاَو
"Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan
memberi petunjuk."
• Kata Qaddara berasal dari kata qadara yang
antara lain berarti mengukur, memberi
kadar, atau ukuran. Setiap makhluk yang
diciptakan Allah diberi-
Nya kadar, ukuran serta batas-batas tertentu
dalam diri, sifat dan kemampuan maksimal.
16. ىَعْرَْملا َجَرْخَأ يِذَّلاَو
"Dan yang menumbuhkan rumput-rumputan."
Kata al-Mar’aa terambil dari kata ra’aa yang pada mulanya
berarti memelihata binatang, baik dengan memberinya
pangan maupun dengan melindunginya dari bahaya.
Kata al-Mar’aa diartikan sebagai tempat pemeliharaan
binatang, kemudian makna tersebut secara umum
menyempit, menjadi tempat makan binatang, karena
makanan umum binatang adalah rerumputan, maka
makna kata ini pada ayat ini menggunakan rerumputan.
Yakni, yang terdiri dan seluruh tumbuh-tumbuhan dan
tanam-tanaman
17. Segala Sesuatu Bertasbih kepada Allah
•َك اًّوُلُع َونُلوُقَي اَّمَع ىَلاَعَتَو ُهَناَحْبُساًيرِب(٤٣)ُاتَاوَمَّسال ُهَل ُحِِّبَسُت
َش ْنِم ْنِإَو َّنِيهِف ْنَمَو ُضْاألرَو ُعْبَّسالَو ِهِدْمَحِب ُحِِّبَسُي الِإ ٍءْيال ْنِكَل
َغ اًميِلَح ََانك ُهَّنِإ ْمُهَحيِبْسَت َونُهَقْفَتاًورُف-
• Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka
katakan, dengan ketinggian yang sebesar-
besarnya. (43)Langit yang tujuh, bumi dan semua yang
ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada
sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh,
Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (43)
18. . ىَوْحَأ اءَثُغ ُهَلَعَجَف
"Lalu dijadikan-Nya rumput-rumputan itu kering
kehitam-hitaman."
• Kata Ghustaa’an pada mulanya berarti segala jenis tumbuh-tumbuhan
yang terpencar/terbengkalai atau yang mengapung di laut. Kata ini
kemudian digunakan untuk segala sesuatu yang tidak bermanfaat atau
diremehkan. Dari sini ulama’-ulama’ tafsir memahami arti kata ini
sebagai rereumputan yang telah kering, sebagaimana contoh
penafsiran berikut:
• Ibnu 'Abbas mengatakan: "Yakni kering dan mengalami perubahan.“
• Kata Ahwaa terambil dari kata hawaa yang pada mulanya
berarti sesuatu yang sangat hijau. Kehijauan yang pekat ini ada yang
memahaminya dalam arti sangat subur dan ada pula yang
memahaminya sangat hitam atau hangus terbakar.
19. Tasbih Segala Sesuatu
•َك اًّوُلُع َونُلوُقَي اَّمَع ىَلاَعَتَو ُهَناَحْبُساًيرِب(٤٣)ُاتَاوَمَّسال ُهَل ُحِِّبَسُت
َش ْنِم ْنِإَو َّنِيهِف ْنَمَو ُضْاألرَو ُعْبَّسالَو ِهِدْمَحِب ُحِِّبَسُي الِإ ٍءْيال ْنِكَل
َغ اًميِلَح ََانك ُهَّنِإ ْمُهَحيِبْسَت َونُهَقْفَتاًورُف
• Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka
katakan, dengan ketinggian yang sebesar-
besarnya. (43)Langit yang tujuh, bumi dan semua yang
ada di dalamnya bertasbih kepada Allâh. Dan tidak ada
sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh,
Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS al-
Israa; 43-44)
20. Kesatuan Tema Surat al-A’laa
• Kesatuan tema dengan surah sebelumnya (at-Thoriq. Surat at-Thoriq
menegaskan penciptaan manusia. Sedang surat al-A’laa meringkas apa
yang telah dijelaskan secara spesifik pada surat at -Thoriq dengan
penegasan ىَّوَسَف َقَلَخ ِيذَّلا(٢)َىدَهَف ََّردَق ِيذَّلاَو(٣)َىعْرَمْلا َجَرْخَأ ِيذَّلاَو(٤)ُهَلَعَجَف
ى َوْحَأ ًءاَثُغ
• Penutup surat at-Thoriq berbunyi, “Berilah jeda bagi orang kafir walau
hanya sebentar saja” sedang awal surat al-A’laa berunyi, “Sucikanlah nama
Tuhanmu yang Maha tinggi”. Ini memberikan isyarat seolah perintah
bertasbih terkait dengan penundaan azab bagi orang kafir.
•َلْبَق َكِِّبَر ِدْمَحِب ْحِِّبَس َو َونُلوُقَي اَم ٰىَلَع ْرِبْصٱَفْنِمَو ۖ اَهِبوُرُغ َلْبَق َو ِسَّْمشٱل ِوعُلُطْيَّلٱ ِٓئاَناَءِل
ٰىَضْرَت َكَّلَعَل ِارَهَّنٱل َافَرْطَأَو ْحِِّبَسَف
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya
dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-
waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang, (QS. Taha [20]: 130)
21. Kesatuan tema antara awal dan penutup surat.
• Awal surat menegaskan betapa besar
keagungan dan rahmat Allah Swt dalam
mencipta segala apa yang ada di alam ini.
Namun demikian, dunia ini tetap saja
fungsinya tidak lebih dari sekedar kebun
untuk menyiapkan bekal akhirat. Hal ini
bukanlah ketentuan yang baru di zaman
Rasulullah saja, tetapi merupakan hakikat
semua agama-agama samawi dan intisari
ajaran selurh nabi-nabi.
22. 2. BEBAN TUGAS DAN PERINGATAN.
Menegaskan hakikat risalah Rasulullah dan bahwa
beliau diutus untuk memberikan petunjuk dan
menyebarkan hidayah
23. 6. Akan Kami bacakan kepadamu maka kamu
tidak lupa.
7. Kecuali apa yang dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Dia mengetahui apa yang
terang dan yang tersembunyi.
8. Dan akan Kami mudahkan bagimu jalan
yang mudah
9. Maka peringatkanlah karena peringatan itu
berguna
10. Orang yang takut (kepada Nya) akan
memperoleh pelajaran.
11. Dan orang-orang yang celaka akan
menjauhinya.
12. Orang yang akan masuk api yang besar.
13. Kemudian di dalamnya ia tidak mati dan
tidak hidup.
•نَت ََلَف َكُئ ِرْقُنَس﴿ ٰىَس٦َءَاش اَم َّالِإ ﴾
ُمَلْعَي ُهَّنِإ ۚ ُهـَّلالَي اَمَو َرْهَجْلاٰىَفْخ
﴿٧ُيْلِل َكُرِِّسَيُنَو ﴾﴿ ٰىَرْس٨ِّْرِكَذَف ﴾
ٰىَرْكِِّذال ِتَعَفَّن نِإ﴿٩َُّركَّذَيَس ﴾نَم
﴿ َٰىشْخَي١٠َهُبَّنَجَتَيَو ﴾ىَقْشَ ْاأل ا
﴿١١َّنال ىَلْصَي يِذَّلا ﴾َرْبُكْلا َارٰى
﴿١٢ِف ُوتُمَي َال َّمُث ﴾ْحَي َالَو اَهيٰىَي
﴿١٣﴾
24. Ini merupakan jaminan kepada Rasulullah bahwasanya ia
tidak akan pernah bisa melupakan al-Qur’an, kecuali jika
Allah menghendaki ia lupa. Disebutkan, Rasulullah ketika
menerima wahyu, beliau sering tergesa-gesa untuk
mengulang kembali apa yang disampaikan oleh Jibril,
sebelum Jibril sendiri selesai menyampaikan wahyu
kepadanya, maka ia ditegur:
ْيَلِإ ىَضُْقي ْنَأ ِلْبَق ْنِم ِآنْرُقْالِب ْلَجْعَت الَوْلِع ِِْْ ِِ ِِّ ََ ْلُقَو ُهُيْحَو َكاًم
Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa
membaca Al Qur'an sebelum selesai diwahyukan
kepadamu[5], dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah
ilmu kepadaku[6].“ (QS Thoha: 144)
25. • Ayat ini serupa denga firman Allah,
•ِهِب َلَجْعَتِل َكَناَسِل ِهِب ْك ِِّرَحُت َال(17)آْرُقَو ُهَعْمَج اَنْيَلَع َّنِإُهَن(18)ُهاَنْأَرَق اَذِإَف
ُهَنآْرُق ْعِبَّتاَف(19)ُهَناَيَب اَنْيَلَع َّنِإ َّمُث
“
• Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al
Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah memberikan penjelasannya.” [Al-Qur’an Surat Al-
Qiyamah ayat 16 – 19]
26. • Ayat ini pula mengidikasikan adanya proses
amandemen (naskh) terhadap beberapa ayat-ayat
hukum sesuai dengan tahapan penetapan syari’at yang
berlaku bagi Ummat Rasulullah Saw.
ِّم ٍرْيَخِب ِتْأَن اَهِسنُن ْوَأ ٍةَيآ ْنِم ْخَسنَن اَمْمَلْعَت ْمَلَأ اَهِلْثِم ْوَأ اَهْنِّلُك َىَلَع َ ِّاّلِل ِّنَأ
ِيردَق ٍءْيَش
”Ayat mana saja yang Kami nasakh-kan, atau Kami
jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan
yang lebih baik daripadanya atau sebanding
dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
[QS. Al-Baqarah : 106].
27. ىَفْخَي اَمَو َرْهَجْال ُمَلْعَي ُهَِِّإ
Sesungguhnya Dia mengetahui apa yang terang dan
yang tersembunyi.
ُه َّالِإ اَهُمَلْعَي َال ِبْيَغْلا ُحِتاَفَم ُهَدْنِعَوْلاَو ِِّرَبْلا يِف اَم ُمَلْعَيَو ۚ َوُطُقْسَت اَمَو ۚ ِرْحَب
ُظ يِف ٍةَّبَح َالَو اَهُمَلْعَي َّالِإ ٍةَقَرَو ْنِمَي َالَو ٍبْطَر َالَو ِضْرَ ْاأل ِتاَمُلَّالِإ ٍسِبا
ٍينِبُم ٍباَتِك يِف
• Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan
Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah
atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfudz)" ٍَ)QS Al-An'am Ayat 59)
28. ىَْرسُيْلِل َكُرِسَيَُِو
8. DAN AKAN KAMI MUDAHKAN BAGIMU JALAN
YANG MUDAH
Kemudahan di sini berupa cara paling simpel dalam
menerima wahyu dan dalam kandungan wahyu yang
banyak meberikan kemudahan-kemudahan bagi Ummat
Rasulullah.
…ْال ُمُكِب ُدي ُِري َالَو َْرسُيْال ُمُكِب ُ َّاَّلل ُدي ُِريَْرسُع…
“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. Al Baqoroh (2)
ayat 185)
29. 1. Gugurnya ibadah karena
adanya uzur yang diakui syari’at,
seperti gugurnya kewajiban haji
jika tidak adanya rasa aman.
2. Adanya pengurangan jumlah raka’at
shalat fardhu ketika dalam perjalanan.
3. Adanya pengurangan jumlah raka’at
shalat fardhu ketika dalam perjalanan.
4. Adanya pelua ng mengganti suatu
ibadah dengan ibadah lain, seperti wudhu
yang diganti dengan tayammum.
5. Dimajukannya shalat fardhu
sebelum bepergian jika telah
masuk waktu.
6. Diakhirkannya waktu shalat ketika
perjalanan sudah mulai dan waktu shalat
belum mulai.
7. Terjadinya perubahan tata cara shalat
ketika berada di medan peperangan.
8. Adanya keringanan dalam
memanfaatkan barang-barang haram
ketika terpaksa, seperti halalanya daging
babi ketika dalam kondisi darurat.
30. ٰىَرْكِِّذال ِتَعَفَّن نِإ ِّْرِكَذَف
9. Maka peringatkanlah karena peringatan itu
berguna
(Oleh sebab itu berikanlah peringatan) dengan Alquran
(karena peringatan itu bermanfaat) maksudnya
memberikan peringatan dengan hal-hal yang telah
disebutkan pada firman-Nya, "Sayadzdzakkaru,"
sekalipun peringatan itu tidak bermanfaat bagi sebagian
di antara mereka, tetapi peringatan itu pasti bermanfaat
bagi sebagian yang lainnya.
ِديِعَو ُافَخَي ْنَم ِآنْرُقْالِب ْرِكَذَف
Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang
yang takut dengan ancaman-Ku. (Qs. Qoof : 45)
32. «َك ِمْلِعْلاَو َىدُهْلا َنِم ِهِب ُ َّاّلِل ىِنَثَعَب اَم ُلَثَمًضْرَأ َابَصَأ ِيرِثَكْلا ِثْيَغْلا ِلَثَماَهْنِم ََانكَف ، ا
ُعْلاَو َألَكْلا ِتَتَبْنَأَف ، َءاَمْلا ِتَلِبَق ةَّيِقَنُِبداَجَأ اَهْنِم ْتَنَاكَو ، َيرِثَكْلا َْبش، َءاَمْلا ِتَكَسْمَأ
َزَو ا ْوَقَسَو واُب َِرشَف ، َاسَّنال اَهِب ُ َّاّلِل َعَفَنَفْخُأ ًةَفِئاَط اَهْنِم ْتَباَصَأَو ، ُواعَراَمَّنِإ ، ىَر
َذَف ، ًألَك ُتِبْنُت َالَو ، ًءاَم ُكِسْمُت َال انَعيِق َىِهِ َّاّلِل ِِيند ىِف َهِقَف ْنَم ُلَثَم َكِلاَم ُهَعَفَنَو
َل ْنَم ُلَثَمَو ، َمَّلَعَو َمِلَعَف ، ِهِب ُ َّاّلِل ىِنَثَعَبْقَي ْمَلَو ، اًسْأَر َكِلَذِب ْعَفْرَي ْمِذَّلا ِ َّاّلِل َىدُه ْلَبى
ِهِب ُتْلِسْرُأ».
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah seperti air hujan lebat yang
turun ke tanah. Di antara tanah itu ada yang subur yang dapat menyimpan air dan
menumbuhkan rerumputan. Juga ada tanah yang tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman),
namun dapat menahan air. Lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia (melalui tanah tadi,
pen); mereka bisa meminumnya, memberikan minum (pada hewan ternaknya, pen) dan bisa
memanfaatkannya untuk bercocok tanam. Tanah lainnya yang mendapatkan hujan adalah tanah
kosong, tidak dapat menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput (tanaman). Itulah
permisalan orang yang memahami agama Allah dan apa yang aku bawa (petunjuk dan ilmu,
pen) bermanfaat baginya yaitu dia belajar dan mengajarkannya. Permisalan lainnya adalah
permisalah orang yang menolak (petunjuk dan ilmu tadi, pen) dan tidak menerima petunjuk
Allah yang aku bawa.” (HR. Bukhari no. 79 dan Muslim no. 2093.
33. ﴿ َىشْخَي نَم ُرَّكَّذَيَس١٠﴾
10. Orang yang takut (kepada Nya) akan memperoleh
pelajaran.
ال ىَقْلَأ ْوَأ بْلَق ُهَل ََانك ْنَمِل ىَرْكِذَل َكِلَذ يِف َّنِإيدَِهش َوُهَو َعْمَّس
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qs.
Qaaf : 37)
ُس واُّرَخ اَهِب واُرِِّكُذ اَذِإ َِينذَّلا اَنِتاَيآِب ُنِمْؤُي اَمَّنِإُهَو ْمِهِِّبَر ِدْمَحِب واُحَّبَسَو ًادَّجْكَتْسَي َال ْمَونُرِب
Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami
adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu
mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan
lagi pula mereka tidaklah sombong. (Qs. As Sajdah
34. ىَقْشَ ْاأل اَهُبَّنَجَتَيَو
11. Dan orang-orang yang celaka akan menjauhinya.
•َع َضَْرعَأَف ِهِِّبَر ِتاَيآِب َرِِّكُذ ْنَّمِم ُمَلْظَأ ْنَمَوُهَادَي ْتَمَّدَق اَم َيِسَنَو اَهْن
• Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari
padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua
tangannya? … (Qs. Al-Kahfi : 57)
َضَْرعَأ َّمُث ِهِِّبَر ِتاَيآِب َرِِّكُذ ْنَّمِم ُمَلْظَأ ْنَمَووُمِقَتْنُم َينِم ِرْجُمْلا َنِم اَّنِإ اَهْنَعَن
• Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling
daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan
kepada orang-orang yang berdosa.(Qs. as Sajdah : 22)
36. ايْحاي اَل او ااهيِف ُوتُماي اَل َّمُثا(13)
• Dalam ayat ini Allah menerangkan, bahwa mereka yang dimasukkan
ke dalam neraka itu, menjalani siksaan yang tak ada habis-habisnya,
merasakan sakit yang tidak ada batasnya, tidak mati di dalamnya
dan tidak pula hidup. Dalam ayat yang bersamaan maksudnya Allah
berfirman:
عنهم يخفف وال فيموتوا عليهم يقضى ال جهنم نار لهم كفروا والذين
كفور كل نجزي كذلك عذابها من
Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak
dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari
mereka azabnya. Demikianlah kami membalas setiap orang yang
sangat kafir. (Q.S. Fathir: 36)
37.
38. • 14. Sungguh beruntung orang yang
menyucikan diri (dengan beriman),
• 15. dan mengingat nama Tuhannya,
lalu Dia shalat.
• 16. Sedangkan kamu (orang-orang
kafir) memilih kehidupan dunia,
• 17. padahal kehidupan akhirat itu[22]
lebih baik dan lebih kekal.
• 18. Sesungguhnya ini[23] terdapat
dalam kitab-kitab yang dahulu,
• 19. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan
Musa[24].
•َزَت ْنَم َحَلْفَأ ْدَقىَّك(١٤)َرَكَذ َو
َّلَصَف ِّهِّبَر َمْساى(١٥)ْلَب
َةاَيَحْال َونُرِّثْؤُتاَيْنُّدال(١٦)
ْبَأ َو ٌْريَخ ُةَر ِّاآلخ َوىََق(١٧)َّنِّإ
ا ِّفُحُّصال يِّفَل اَذَهىَلْلو(١٨)
َو َيمِّهاَْربِّإ ِّفُحُصىَسوُم(
39. َّىكَزَت ْنَم َحَلْفَأ ْدَق(١٤)
14. Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri
(dengan beriman),
• Kata aflaha berasal dari kata al-falâh.
• Menurut Ibnu Manzhur, secara bahasa al-falâh berarti al-
fawz wa an-najâh wa al-baqâ’ fî an-na’îm (kemenangan,
keberhasilan dan kelanggengan dalam nikmat).
• Syihabuddin al-Alusi mengartikan kata ini dengan najâ min
al-makrûh wa zhafara bimâ yarjûhu (selamat dari yang dari
yang dibenci dan berhasil memperoleh apa yang
diharapkan).
• Dalam konteks ayat ini, al-Jazairi memaknai kata ini sebagai
fâza (berhasil), dengan selamat dari azab dan bahagia
dengan surga.
40. • Ditegaskan dalam ayat ini, orang yang
memperoleh kemenangan dan keberhasilan
itu adalah orang yang tazakkâ. Kata
tazakkâ berasal dari kata zakâ. Secara bahasa,
kata az-zakâ’ berarti an-namû (tumbuh). Oleh
karena itu, az-Zujjaj menafsirkan kata ini
dengan memperbanyak takwa. Alasannya,
kata zâkî berarti an-nâmî al-katsîr (yang
tumbuh banyak).
41. • Zakat, misalnya, dapat membersihkan dan menyucikan
pelakunya (lihat QS at-Taubah [9]: 103). Menahan
pandangan dan memelihara kemaluan dapat membuat
pelakunya lebih suci (lihat QS an-Nur [24]: 30).
• Intinya, orang yang menuai kesuksesan dan
kemenangan adalah orang yang membersihkan diri
kekufuran, kemusyrikan dan kemaksiatan; seraya
mengimani akidah Islam dan beramal shalih dengan
menaati syariah-Nya, menjalankan semua perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya. Semua itu
dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah
SWT.
42. Orang tersebut juga: Wa dzakara [i]sma Rabbihi fashallâ
(dan dia mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat).
Dijelaskan al-Alusi, al-Baidhawi, dan al-Biqa’i bahwa zikir
atau ingat kepada Allah ini meliputi hati dan
lisan. Dikatakan Abu Hayyan, zikir tersebut hanya kepada
Allah satu-satunya, tidak disertai dengan mengingat yang
lainnya yang menjadi sekutu bagi-Nya.
43. zikir kepada Tuhannya itu
dilakukan dalam seluruh
kehidupannya, baik ketika makan
dan minum; tidur maupun
bangun; dalam shalat maupun di
luar shalat; berupa tasbih,
tahmid, tahlil, dan takbir.
44. Menghilangkan akidah yang rusak dari hati. Inilah yang dimaksudkan
dengan at-tazkiyah (membersihkan diri) pada frasa man tazakkâ.
Membersihkan diri di sini adalah membersihkan dari apa yang
disebutkan oleh ayat sebelumnya, yakni membersihkan diri dari
kekufuran.
Menurut ar-Razi, ada tiga tingkatan amal bagi orang
mukallaf. Ketiganya dijelaskan dalam ayat-ayat ini.
1.
45. Menyibukkan diri dengan berkhidmat kepada Allah SWT. Ini
ditunjukkan oleh frasa fashallâ. Shalat merupakan manifestasi
tawaduk dan khusyuk. Siapa saja yang hatinya disinari dengan
keagungan dan kebesaran Allah SWT, akan tampak pada anggota
badannya pengaruh khudhu’ dan khusyuk
Menghadirkan ma’rifatul-Lâh beserta zat, sifat, dan asma’-Nya. Inilah
yang dimaksudkan oleh frasa Wa dzakara [i]sma Rabbihi. Sebab, zikir
dengan hati tidak bisa dilakukan kecuali dengan ma’rifah.
3.
2.
46. Zikir: antara Makna Umum dan
Makna Khusus.
• Said bin Jubair menegaskan, “Semua yang
berbuat kepada Allâh dengan maksud mentaati-
Nya maka ia termasuk orang yang mengingat
Allâh.”
• Atha berkata, “Majelis zikir adalah majelis yang di
dalamnya dijelaskan tentang masalah halal dan
haram, bagaimana anda membeli dan menjual
sesuatu, bagaimana anda shalat dan puasa,
bagaimana anda menikah dan melakukan proses
thalak, melakukan haji dan hal-hal serupa.”
47. Dalil Zikir Umum
• Rasûlullâh Saw. berdzikir kepada Allâh Swt. dalam setiap
keadaannya. Aisyah Radhiyallâhu anhuma berkata:
•َهللا ُُركْذَي َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ُّيِبَّنال ََانكِهِناَيْحَأ ِِّلُك ىَلَع
Adalah Nabi Saw. selalu mengingat Allâh dalam setiap keadaannya. HR.
Muslim, no. 373, Abu Dâwud, no. 18, Tirmidzi, no. 3384.
Hal ini juga ditegaskan oleh firman Allâh berikut
يِعَم ُهَل َّنِإَف ي ِرْكِذ َْنع َضَْرعَأ ْنَمَوُهُُرشْحَنَو ًاكْنَض ًَةش
ىَمْعَأ ِةَماَيِقْلا َم ْوَي
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta". (QS Thaha [20]: 124)
49. َحْلا َونُرِثْؤُت ْلَبَيْنُّدال َةاَيا
(١٦)رْيَخ ُةَر ِاآلخَوىَقْبَأَو
• Allah SWT berfirman: Bal
tu’tsirûna al-hayâh al-dun-yâ
(tetapi kalian [orang-orang
kafir] memilih kehidupan
duniawi). Kata bal berfungsi
sebagai idrâb, yakni
memalingkan dari kalimat
sebelumnya. Artinya, kalian
tidak melakukan tindakan
yang dapat mengantarkan
pada kesuksesan itu. Namun
sebaliknya, justru tu’tsirûna
dengan kehidupan dunia.
16. Sedangkan
kamu (orang-orang
kafir) memilih
kehidupan dunia,
17. padahal
kehidupan akhirat
lebih baik dan lebih
kekal.
50. Beberapa Penafsiran
Menurut as-Samarqandi
• Maksud frasa tersebut:
Kalian lebih memilih
beramal untuk dunia
daripada beramal untuk
akhirat.
Al-Jazairi juga memaknai
• Kalian lebih mendahulukan
dan mengutamakan
kehidupan dunia daripada
akhirat.
• Al-Alusi menafsirkan ayat ini
dengan: sikap ridha dan
tenteram dengan kehidupan
dunia serta berpaling dari
akhirat secara keseluruhan
(Lihat pula: QS Yunus [10]:
7).
51. Gambaran Kehidupan Duniawi
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS Al-Hadid : 20)
َو ٌةَني َِِو ٌوْهَلَو ٌبِعَل اَيُِّْدال ُةاَيَحْال اَمََِّأ واُمَلْعاَ ْاأل ِف ٌرَُاثكَتَو ْمُكَنْيَب ٌرُخاَفَتِلاَوْم
ُث ُهُتاَبَِ ََاَّفُكْال َبَجْعَأ ٍثْيَغ ِلَثَمَك ۖ ِْ َال ْوَ ْاألَوُكَي َّمُث اًّرَفْصُم ُهاَرَتَف ُجيِهَي َّمۖ اًماَطُح ُون
ْض ََِو ِ َّاَّلل َنِم ٌةَرِفْغَمَو ٌدِيدَش ٌِّ اَذَع ِةَر ِخ ْاْل ِفَوَم َّالِإ اَيُِّْدال ُةاَيَحْال اَمَو ۚ ٌانَوُعاَت
َِوُرُغْال
52. Indahnya Daya Tarik Duniawi
•ُهللا ىَّلَص ِِّيِبَّنال َْنع ِ ِّي ِرْدُخْلا ٍديِعَس يِبَأ َْنعُح اَيْنُّدال َّنِإ َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَعَّنِإَو ةَر ِضَخ ةَوْل
ُلَمْعَت َفْيَك ُرُظْنَيَف اَهيِف ْمُكُفِلْخَتْسُم َ َّاّلِلَءاَسِِّنال واُقَّتاَو اَيْنُّدال واُقَّتاَف َونَنْتِف َلَّوَأ َّنِإَفيِنَب ِة
ِاءَسِِّنال يِف ْتَنَاك َليِئاَرْسِإ
• Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis
lagi hijau, dan sesungguhnya Allâh menjadikan kamu sebagai
khalifah di dunia ini, lalu Dia akan melihat bagaimana kamu
berbuat. Maka jagalah dirimu dari (keburukan) dunia, dan jagalah
dirimu dari (keburukan) wanita, karena sesungguhnya
penyimpangan pertama kali pada Bani Isrâil terjadi berkaitan
dengan wanita. [HR Muslim, no. 2742].
53. Nilai Dunia di Sisi Allah
َص ِ َّاّلِل ُلوُسَر َلاَق َلاَق ٍدْعَس ِنْب ِلْهَس َْنعَل َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلاَيْنُّدال ْتَنَاك ْو
َك ىَقَس اَم ٍةَضوُعَب َحاَنَج ِ َّاّلِل َدْنِع ُلِدْعَتٍاءَم َةَبَْرش اَهْنِم اًرِفا
Dari Sahl bin Sa’ad, dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Seandainya dunia di sisi Allâh sebanding dengan
satu sayap nyamuk, niscaya Allâh tidak akan memberikan minum
seteguk air kepada orang kafir”. [HR Tirmidzi, no. 2320 dan ini
lafazhnya; juga Ibnu Majah, no. 4110; Syaikh al-Albani menyatakan
shahîh lighairihi. Lihat Shahîh at-Targhib wat-Targhib, no. 3240].
54. • Disebutkan pula di dalam hadits berikut:
ُلوُقَي د ِر ْوَتْسُم عن:ِ َّاّلِل ُلوُسَر َلاَق-هللا صلىوسلم عليه-(( :اَم ِ َّاّلِلَو
َحَأ ُلَعْجَي اَم ُلْثِم َّالِإ ِةَر ِاآلخ ىِف اَيْنُّدالِهِذَه ُهَعَبْصِإ ْمُكُد–َاشَأَوىَيْحَي َر
ِةَباَّبَّسالِب–َي َمِب ْرُظْنَيْلَف ِِّمَيْلا ىِفُع ِجْر.))
Diriwayatkan dari Mustaurid radhiallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Demi Allah! Perbandingan dunia dengan
akhirat adalah seperti seseorang dari kalian yang
memasukkah satu jarinya ke laut, hendaknya dia
melihat, seperti apa jari itu kembali. (Berapa banyak air
yang berada di jarinya bila dibanding dengan air laut-
pen) HR Muslim no. 7376.
55. Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu-,
ujarnya, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
ْوَي َِاَّنال ِلْهَأ ْنِم اَيُِّْدال ِلْهَأ مَعَِْأِب ىَتُْؤيَِاَّنال ِف ُغَبْصُيَف ، ِةَماَيِقْال َمُلاَقُي َّمُث ، ًةَغْب ِص
:َكِب َّرَم ْلَه ؟ٌّطَق اًرْيَخ َتْيَأََ ْلَه ؛َمَْآ َنْبا اَيُل ْوُقَيَف ؟ٌّطَق ٌمْيِعَِ:ِللا َو َالِِّ ََ اَي.َو
ْهَأ ْنِم اَيُِّْدال ِف ًاسُْؤب ِاسَنال َِدشَأِب ىَتُْؤيِف ًةَغْب ِص ُغَبْصُيَف ،ِةَّنَجْال ِلُلاَقُيَف ،ِةَّنَجْال
ُهَل:َّرَم ْلَه ؟ٌّطَق ًاسُْؤب َتْيَأََ ْلَه ،َمَْآ َنْبا اَيُل ْوُقَيَف ؟ٌّطَق ٌةَّدِش َكِب:َالَّرَم اَم ،ِللا َو
ٌّطَق ٌةَّدِش ُتْيَأََ َال َو ،ٌّطَق ٌسُْؤب ِب.
“Pada hari kiamat akan dihadirkan orang yang paling merasakan nikmat di
dunia dari kalangan penduduk neraka. Kemudian ia dicelupkan sekali ke
dalam neraka lantas ditanyakan padanya, ‘Hai manusia, apakah kamu pernah
melihat kebaikan, apakah kamu pernah merasakan kenikmatan?’
Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah wahai Rabb-ku.’Dan dihadirkan orang yang
paling sengsara di dunia dari kalangan penduduk surga lalu dicelupkan ke
dalam surga dengan sekali celupan. Ditanyakan padanya, ‘Wahai manusia,
pernahkah kamu melihat satu penderitaan? Pernahkah kamu merasakan
kesulitan?’Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, aku tidak pernah merasakan
penderitaan sama sekali dan aku tak pernah melihat adanya kesulitan
sedikitpun.’” (HR Muslim)
56. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan di dalam hadits–nya:
َلاَق ِِيدِعَّاسال ٍدْعَس ِنْب ِلْهَس َْنع:َقِ َّاَّلل ُلُوسََ َلا-ُ َّاَّلل ىَّلَصِهْيَلَع
َمَّلَسَو-(( :ِةَّنَجْال ِف ٍط ْوَس ُع ِض ْوَمِف اَمَو اَيُِّْدال ْنِم ٌرْيَخاَهي.))
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu
tempat di surga yang sebesar cambuk lebih baik dari dunia
dan seisinya.” HR Al-Bukhari no. 3250
57. Keunggulan Nikmat Akhirat
Di dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengabarkan:
ِِّيِبَّنال َْنع ٍكِلاَم َنْب َسَنَأ عن-َو ِهْيَلَع ُ َّاّلِل ىَّلَصَمَّلَس-َأ ِ َّاّلِل ِليِبَس يِف ةَح ْوَرَلْنِم رْيَخ ةَوْدَغ ْو
اَهيِف اَمَو اَيْنُّدال…َّنَجْلا ِلْهَأ ْنِم ًةَأَرْام َّنَأ ْوَلَوَضَ َأل ِضْرَ ْاأل ِلْهَأ ىَلِإ ْتَعَلَّطا ِةاَمُهَنْيَب اَم ْتَءا
ِم رْيَخ اَهِسْأَر ىَلَع اَهُفي ِصَنَلَو اًحي ِر ُهْتَ َألَمَلَواَهيِف اَمَو اَيْنُّدال ْن
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam (beliau bersabda), “Pergi berjihad di jalan Allah lebih
baik dari dunia dan seisinya. Seandainya ada seorang wanita penghuni
surga mengintip penduduk bumi, niscaya akan menerangi antara
keduanya dan akan terpenuhi dengan anginnya (yang harum). Kerudung
yang ada di kepalanya lebih baik dari dunia dan seisinya.” HR Al-Bukhari
no. 2796
58. Visi Akhirat Menghasilkan kekayaan jiwa, sedang fokus kepada
dunia mendatangkan kehinaan
• ِ َّاّلِل ُلوُسَر َلاَق َلاَق َهْنَع ُهللا َي ِضَر ٍكِلاَم ِنْب ٍسَنَأ عنَم َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَصْن
َجَو ِهِبْلَق يِف ُهاَنِغ ُ َّاّلِل َلَعَج ُهَّمَه ُةَر ِخ ْاآل ْتَنَاكِهَو اَيْنُّدال ُهْتَتَأَو ُهَلَْمش ُهَل َعَمَي
ُهَرْقَف ُ َّاّلِل َلَعَج ُهَّمَه اَيْنُّدال ْتَنَاك ْنَمَو ةَمِغاَرَْمش ِهْيَلَع َقَّرَفَو ِهْيَنْيَع َنْيَبْمَلَو ُهَل
ُهَل َِرِّدُق اَم َّالِإ اَيْنُّدال ْنِم ِهِتْأَي
• Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa akhirat menjadi
tujuannya (niatnya), niscaya Allâh akan menjadikan kekayaannya di
dalam hatinya, Dia akan mengumpulkan segala urusannya yang
tercerai-berai, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina.
Dan barangsiapa dunia menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allâh
akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya, Dia akan
mencerai-beraikan segala urusannya yang menyatu, dan tidak
datang kepadanya dari dunia kecuali sekadar yang telah ditakdirkan
baginya”. [HR Tirmidzi, no. 2465. Syaikh al-Albani menyatakan
shahîh lighairihi. Lihat Shahîh at-Targhib wat-Targhib, no. 3169]
59. ىَلاألو ُِفحُّصال ِفَل اَذَه َّنِإ(١٨)
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab
terdahulu.
• Menurut Qatadah dan Ibnu Zaid, yang dimaksudkan adalah
Wa al-âkhirah khayr wa abqâ (sementara kehidupan
akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal). Menurut al-Kalbi
frasa tersebut menunjuk pada firman Allah SWT: qad aflaha
man tazakkâ hingga akhir surat ini. Pendapat ini juga dipilih
az-Zamakhsyari dan dinilai paling tepat oleh ath-Thabari.26
• Ditegaskan dalam ayat ini bahwa berita tersebut terdapat di
dalam ash-shuhuf al-ûlâ. Kata ash-shuhuf merupakan
bentuk jamak dari kata ash-shahîfah. Artinya, lembaran
yang di dalamnya terdapat tulisan.27 Dijelaskan al-Hasan,
as-shuhuf al-ûlâ adalah kitab-kitab Allah semuanya.28
60. ىَسوُمَو َميِهاَرْبِإ ِفُحُص
([yaitu] kitab-kitab Ibrahim dan Musa)
• Kemudian Allah SWT berfirman: Shuhuf
Ibrâhîma wa Mûsâ ([yaitu] kitab-kitab Ibrahim
dan Musa). Menurut ar-Razi, ayat ini bisa
berkedudukan sebagai bayân (penjelasan)
bagi ayat sebelumnya: lafî ash-shuhuf alûlâ;
bisa juga berarti: semuanya telah diterangkan
dalam seluruh shuhuf para nabi; di antaranya
adalah shuhuf Ibrahim dan Musa. 29