[Ringkasan]
Surah ini mengandang celaan terhadap dua kelompok, yaitu:
1. Orang-orang kafir yang menolak agama dan mendzalimi anak yatim serta menolak memberi makan fakir miskin
2. Orang-orang munafik yang lalai dalam shalat, suka berpura-pura di depan orang lain, dan enggan membantu orang lain
2. 1. (Tahukah kamu ( orang )
yang mendustakan
agama?
2. Itulah orang yang
menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan
memberi makan fakir
miskin.
4. maka celakalah bagi orang
yang sholat
5. ( yaitu) orang-orang yang
lalai dari sholatnya,
6. orang yang berbuat riya,
7. dan enggan ( menolong
dengan ) barang yang
berguna.
.1َكُي يِذَّلا َتَْيأََرأِِِّلِِ ُُِِذِني
.2عَُِّي يِذَّلا َكِلَذَفَتِيَْتلا
.3َط ىَلَع ضََُي ََلَوِكِِْْْلا ِِمََعِي
.4ِِلَصُِْلِل ٌلْيَوَفَي
.5َص ْنَع ْ ُه َينِذَّلاُمهَس ْ
ِِِت ََلََو
.6وُاءَرُي ْ ُه َينِذَّلاََ
.7ُمعَِْلا ََوَُعَنََْيَوََو
3. Latar Belakang Surah
Surah ini turun berkenaan degan
orang-orang munafik yang memamerkan shalat
kepada orang yang beriman; mereka melakukan
shalat dengan riya’, dan meninggalkan apabila tidak
ada yang melihatnya serta menolak memberiakn
bantuan kepada orang miskin dan anak yatim
(Riwayat ibnu Mudzir).
4. Kondisi Mekah Ketika Surah ini
Turun
Al-Qu'ran diturunkan mengikut suasana dan keadaan
masyarakat ketika itu. Terdapat dua gambaran penting
berkenaan perilaku manusia dalam surah ini.
Pertama (ayat 1-3): perilaku manusia yang mendustakan
ad-din dan melakukan penganiayaan terhadap manusia.
Ia merujuk kepada golongan Musyrikin.
Kedua (ayat 4-7): khusus kepada orang munafik dan
orang Muslim yang cuek terhadap tanggungjawabnya
kepada Allah, yaitu dalam hal menunaikan hak kepada
Allah untuk menyempurnakan shalat dengan bersungguh-
sungguh; juga celaan kepada orang enggan memberi
pertolongan.
5. Permulaan surah mengandung celaan terhadap orang-orang kafir yang
mendustakan ad-Din. Yakni agama Islam dan Hari Pembalasan.
Mereka mempunyai dua sifat utama:
1. Mereka tidak suka, bersikap kasar dan mengusir anak-anak yatim
2. Mereka tidak menggalakkan orang lain memberi makan kepada
fakir miskin dan tidak suka berbudi kepada orang lain.
Sementara di akhir surah (ayat 4-7) mengandung celaan terhadap
orang-orang munafik yang menampakkan keislaman dan
menyembunyikan kekufuran dan mereka dilihat mempunyai tiga
sifat utama:
1. Lalai dan cuek dari mendirikan solat.
2. Suka mempamerkan apa-apa yang dilakukannya kepada orang
lain.
3. Enggan memberi bantuan yang lumrah(yang biasa) kepada jiran.
6. ًايمِتَيَو ًاينِكْسِم ِهُِبح على الطعام َونُمِعُْطيَوًايرِسَأَو
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang
ditawan. (QS al-Insan [76] : 8)
َج ْمُكنِم ُدي ِرُن َال هللا ِهْجَوِل ْمُكُمِعْطُن اَمَّنِإِم ُافَخَن اَّنِإ ًاورُكُش َالَو ًءآَزًام ْوَي اَنِبَّر ن
ًاير ِرَطْمَق ًاُوسبَع
Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu
hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami
tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula
(ucapan) terima kasih. (QS al-Insan [76] : 9-10)
7. .1ِنيِِِّلِِ ُُِِذَكُي يِذَّلا َتَْيأََرأ
(Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan
agama?
• Ayat ini menerangkan bahwa masih terdapat orang-orang
yang telah mengenal dan mengetahui kebenaran ajaran
Islam tetapi masih menolaknya. Ada yang berpendapat ayat
ini diturunkan kepada al-Walid bin al-Mughirah, dan ada
yang mengatakan ia ditujukan kepada Abu Jahal. Ibn `Abbas
berkata ia diturunkan kepada al-'As bin al-Mughirah.
• Al-Walid bin Mughirah (ayah kepada Khalid bin al-Walid)
adalah salah seorang tokoh utama kaum Quraisy di
Makkah. Dia adalah salah seorang hakim masyarakat Arab
sebelum Islam datang. Dia adalah salah seorang pemimpin
Quraisy di Darun Nadwah, dan merupakan seorang yang
arif dalam sastera Arab.
8. Abu Jahal juga mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw.
Dalam percakapannya dengan Abu Dzar (sebelum
memeluk Islam), Abu Jahal berkata “ Mustahil rasanya jika
ia bukan seorang Rasul. Otaknya pintar, bahkan cerdas.
Walaupun dia tidak bisa membaca ataupun menulis tetapi
baik kepada semua orang tua ataupun muda. Budi pekerti
dan akhlaknya sangat mulia. Satu hal lagi yang perlu kau
ketahui, ia sangat tabah menghadapi apapun yang terjadi
padanya. Ia mempunyai daya tarik yang hebat sekali.”
Walaubagaimanapun, kerana ego, keangkuhan, kuasa,
pangkat dan kedudukannya, Abu Jahal telah menolak
untuk beriman.
9. Ada pendapat bahwa ayat ini diturunkan kepada Abu Jahl. ia
memelihara seorang anak yatim. Pada suatu hari dalam
keadaan tidak berbaju anak yatim itu datang meminta
sedikit harta (kepunyaan sendiri) kepada Abu Jahl. Lantas
Abu Jahl menolak anak yatim tersebut. Di lain pihak Ibn
Juraij berkata, ia diturunkan kepada Abu Sufyan. Menurut
riwayat, Abu Sufyan menyembelih unta setiap minggu. Maka
datanglah anak yatim meminta sebahagian daripadanya.
Beliau lantas mengetuk anak yatim tersebut dengan
tongkatnya, lalu Allah pun menurunkan surah ini.
10. Orang-orang yang mendustakan ad-Din (agama)
dan Hari Pembalasan adalah golongan yang
benar-benar menghalang, mengherdik dan
menzalimi anak-anak yatim untuk mendapat
hak-hak mereka. Malah mereka tidak melayani
golongan tersebut dengan baik. Pada masa
dahulu orang-orang Arab Jahiliyyah tidak suka
mewariskan harta peninggalan kepada kaum
wanita dan kanak-kanak.
11. .3ِيِكِِْْْلا ِِمََعَط ىَلَع ضََُي ََلَو
Orang-orang yang mendustakan ad-Din (agama dan
Hari Pembalasan) dan menindas anak yatim juga
tidak menggalakkan diri, kaum keluarga dan juga
orang lain supaya memberi makan kepada fakir
miskin yang memerlukan, lantaran terlalu bakhil
dengan harta kekayaan. Mereka adalah orang yang
membuat dosa berganda-ganda.
12. Perilaku orang yang tidak beriman ini dijelaskan lagi dalam
Surah al-Fajr :
َتِيَْتلا ََوُمِرْكُت ََل ْلَب ََّلَك(17)
ِيِكِِْْْلا ِِمََعَط ىَلَع ََومضَََت ََلَو(18)
“Tidak, bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim,
dan kamu tidak suka menggalakkan orang lain
memberi makan kepada fakir miskin” iaitu fakir
miskin yang tidak memiliki sesuatu atau tidak
dapat menampung keperluan hidupnya.
( QS al-Fajr [89] : 17-18)
13. • Tanpa keimanan, terutama kepada Allah dan hari akhir, manusia
cenderung melakukan semua kejahatan. Kecuali kejahatan seperti
pembunuhan, pencurian, permerkosaan dll. Karena kejahatan
seperti ini terkait dengan hak orang lain, sehingga pasti mereka
akan menuntut hak-haknya ketika dilanggar.
• Berbeda dengan kejahatan di atas, menghardik anak yatim, tidak
memberi makan orang miskin sama sekali tidak ada yang bisa
membelanya, juga tidak ada keuntungan yang bisa diharapkan
sehingga menyantuni mereka tidak akan terwujud kecuali jika
disertai keimanan dan keyakinan akan adanya hari kiamat (iman).
14. .4َيِِلَصُِْلِل ٌلْيَوَف
maka celakalah bagi orang yang sholat
• Ayat 4-7 adalah bagi orang Munafik dan
orang-orang Islam yang mengerjakan hak
Allah dengan lalai dan sambil lewa. Bukan
sahaja orang-orang musyrikin akan diseksa,
malah orang munafik dan Muslim yang leka /
lalai / tidak prihatin dalam solat mereka
adalah orang yang rugi dan celaka.
15. .5َس ْ
ِِِت ََلَص ْنَع ْ ُه َينِذَّلاََوُمه
( yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya,
• Diriwayatkan oleh Ibn al-Munzir daripada Ibn
`Abbas mengenai ayat tersebut, beliau berkata:
“Diturunkan kepada orang-orang Munafik.
Mereka mempamerkan ibadat solat mereka
kepada orang-orang Islam bila bersama mereka;
tetapi meninggalkan ibadat tersebut apabila
orang-orang Islam tidak ada bersama. Mereka
juga tidak suka memberikan pertolongan atau
meminjamkan sesuatu kepada orang lain”.
16. َونُهاَس
- "sahun" bermaksud kelalaian yang merujuk kepada
mereka yang:
A. Hanya shalat sekali-kali. Mengganggap enteng shalat, sekejap
solat dan sekejap tidak; contoh orang yang solat Jumaat tetapi
tidak solat lima waktu; ataupun hanya shalat pada hari raya sekali
atau dua kali setahun.
B. Menunda-nunda solat, yakni menangguh di akhir waktu; dan
kadangkala terpaksa di qadha'.
C. Tergesa-gesa ketika shalat. Cepat ruku' dan sujudnya seperti ayam
mematuk.
D. Melakukan solat dengan malas. Firman Allah dalam surah al-Nisa'
4: 142 “Apabila mereka berdiri hendak sembahyang, mereka
berdiri dengan malas, mereka hanya bertujuan riya'
(memperlihatkan sembahyangnya kepada manusia)”
E. Tidak menunaikan rukun dan syarat solat dengan sempurna
17. Keterangan :
• Di dalam ayat di atas Allah menggunakan istilah "
`an " dan bukan `fi' yang membawa pesan `lalai
daripada shalat' dan bukannya `lalai di dalam
shalat. Lupa dalam shalat adalah sesuatu yang
dimaafkan jika dilakukan secara tidak sengaja dan
diluar kesedaran. Hadith Nabi saw
mengungkapkan bahwa Baginda sendiri pernah
lupa dalam shalat. Bahkan sujud sahwi itupun
disyari'atkan untuk kasus seperti ini. Para sahabat
Rasulullah saw juga pernah terlupa
18. .6ََوُاءَرُي ْ ُه َينِذَّلا
orang yang berbuat riya,
• shalat' bukanlah gerakan kosong tanpa penghayatan
yang ikhlas. Orang-orang yang rugi ialah mereka yang
shalat' tetapi tidak mendirikan shalat'. Mereka
membaca segala bacaannya, tetapi hati mereka tidak
menghayati bacaan-bacaan itu dan tidak hidup
dengannya. Jiwa mereka tidak menghadirkan hakikat
shalat' dan hakikat isinya dari bacaan-bacaan, doa-doa
dan tasbih. Mereka juga riya' dalam shalat'. Mereka
ingin menunjukkan kepada orang lain dan bukannya
karena Allah.
19. .7ََوُمعَِْلا ََوَُعَنََْيَو
dan enggan ( menolong dengan ) barang yang
berguna.
• Mereka enggan membantu dan suka menghalang orang-orang
yang hendak melakukan kebaikan kepada orang lain. Perkataan
`al-Ma'un' adalah untuk untuk semua benda yang sering
dipinjamkan di antara sesama manusia. Ini termasuklah, periuk,
perkakas rumah dsb. An-Nasa'i meriwayatkan dari `Abdullah bin
Mas'ud berkata: “ Setiap kebaikan (yang dihulurkan) adalah
sedekah dan kami menganggap al-Ma'un pada zaman Rasulullah
saw adalah seperti memberi pinjam periuk. Syeikh al-Sya'rawi
mengatakan `al-Ma'un' ialah semua benda yang Allah berikan
kepada kita; dan kita tidak boleh menahan ia dari dimanfaatkan
oleh orang lain. Pada lumrahnya ia dipinjamkan kepada orang
lain kerana barangnya remeh dan tak bernilai besar.
20. • Ada juga pendapat lain yang mengatakan
bahawa al-Ma'un maksudnya enggan
mengeluarkan zakat harta. Masih dalam
kategori sedikit dan mudah Yaitu 2.5% dari
simpanan; bukannya dari pendapatan.
21. Petikan Hikmah dari Surahal-Ma’un
• Allah swt mencela orang-orang yang mendustakan ad-Din.
• Orang yang mendustakan ad-Din adalah mereka yang suka mengherdik,
menghalau, menafikan hak, menindas dan menganiaya anak yatim.
Bahkan suka meninggalkan amal kebajikan.
• Orang yang mendustakan ad-Din tidak suka menggalakkan orang lain
bersedekah makan minum kepada golongan miskin; bersifat bakhil dan
sering mengadakan alasan-alasan untuk menolong orang.
• Musibah dan celaka besar terhadap orang yang melakukan tiga perkara (a)
melalaikan solat, (b) berbuat sesuatu dengan riya', (c) enggan menolong
orang lain (walaupun perkara yang mudah dan ringan).
• Lalai dalam solat membawa maksud – meninggalkan solat, jarang solat,
solat di akhir waktu, solat tergesa-gesa, solat dengan malas.
• Allah menyenaraikan empat sifat orang kafir / tidak beriman / hipokrit /
munafik yakni mereka (a) bakhil dan kikir; (b) meninggalkan / lalai dalam
solat (c) bersifat riya' (d) enggan memberi pertolongan dan zakat.