2. Surat terpendek
Surat kedua terpendek dalam Al Quran
•1. Al Kautsar ( 3 Ayat, 10 Kalimat, 42 Huruf)
•2. Al Ashr (3 Ayat, 14 Kalimat, 68 Huruf)
•3. An Nashr ( 3 Ayat, 29 Kalimat, 99 Huruf)
3. Surat Al Kautsar ini adalah surat yang berisi penjelasan akan nikmat
yang banyak yang telah dianugerahkan pada Rasul –shallallahu ‘alaihi
wa sallam-, berisi pula perintah untuk shalat dan berqurban hanya
untuk Allah dan akibat dari orang yang membenci Rasul –shallallahu
‘alaihi wa sallam-.
4. Allah Ta’ala berfirman,
َرَث ْوَكْال ََاكنْيَطْعَأ اَّنِإ(1)ْرَحْنا َو َِّكِب َرِل ِِّلَصَف(2)ُرَتْبَ ْاْل َوُه َكَئِنَاش َّنِإ(3)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus” (QS. Al Kautsar: 1-3).
5. Makna Al Kautsar
Allah Ta’ala telah menyebutkan sebagian nikmat yang dikaruniakan
kepada Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Allah Ta’ala berfirman pada Nabi kita Muhammad,
ْوَكْال ََاكنْيَطْعَأ اَّنِإَرَث
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak”, maksudnya Kami telah menganugerahkan nikmat padamu
(wahai Muhammad) dan juga Kami telah memberikan padamu Al
Kautsar yaitu sungai di surga yang dijanjikan untuk Nabi Muhammad –
shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Dan sungai itu adalah telaga Nabi
‘alaihish sholaatu was salaam.
6. Asbabun Nuzul Al Kautsar
• Dalam shahih Muslim, dari Anas, ia berkata, suatu saat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi kami dan saat itu beliau
dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat
kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa,
wahai Rasulullah?” “Baru saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau
membaca,
•ِيم ِحَّالر ِنَمْحَّالر ِ ََّّللا ِمْسِب(َرَث ْوَكْال ََاكنْيَطْعَأ اَّنِإُه َكَئِنَاش َّنِإ ْرَحْنا َو َِّكِب َرِل ِِّلَصَفُرَتْبَْلا َو
• “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang
banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”
(QS. Al Kautsar: 1-3).
7. Hadist tentang Al Kautsar
• Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
•َك ٌْريَخ ِهْيَلَع َّلَج َو َّزَع ِّىِب َر ِهيِنَدَع َو ٌرْهَن ُهَّنِإَفْوَي ىِتَّمُأ ِهْيَلَع ُد ِرَت ٌض ْوَح َوُه ٌيرِثَماَيِقْال َمُدَدَع ُهُتَيِنآ ِة
ِم ُهَّنِإ ِِّب َر ُلوُقَأَف ْمُهْنِم ُدْبَعْال ُجَلَتْخُيَف ِومُجُّنالىِتَّمُأ ْن.َب ْتَثَدْحَأ اَم ى ِرْدَت اَم ُلوُقَيَفَكَدْع
• “Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla.
Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang
nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di
telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian
hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman:
Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah sesudahmu.”
(HR. Muslim no. 400).
8. Tentang Bid’ah
• Moyoritas ulama Ahlussunnah wal Jamaah membagi bid’ah menjadi dua,
yaitu bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) dan bid’ah madzmûmah (bid’ah
yang tercela). Dalam hal ini, Imam asy-Syafi’i –mujtahid besar dan pendiri
mazhab syafi’iyah–, berkata, “Bid’ah (muhdatsat) ada dua macam;
pertama, suatu yang baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, atau Ijma’
dan itu disebut bid’ah dhalalah (tersesat). Kedua, sesuatu yang baru dalam
kebaikan dan tidak menyalahi al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ dan itu disebut
bid’ah yang tidak tercela”. (al-Baihaqi, Manaqib asy-Syafi’i,1/469).
Imam an-Nawawi dalam kitabnya, Tahdzîb al-Asmâ’ wa al-
Lughât (3/22) juga membagi bid’ah pada dua bagian. Berliau berkata,
“Bid’ah terbagi menjadi dua, bid’ah hasanah (baik) dan
bid’ah qabîhah (jelek)”.
9. Pendapat Ibnu Katsir
• Ada pelajaran berharga dari Ibnu Katsir mengenai cerita
tentang surat Al Kautsar di atas, Beliau berkata, “Kebanyakan
ahli qiroah berdalil dari sini bahwa surat Al Kautsar adalah
surat Madaniyah. Dan kebanyakan dari fuqoha memandang
bahwa basmalah adalah bagian dari surat ini karena ia turun
bersamanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 476). Namun
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa jumhur (mayoritas ulama)
termasuk Ibnu ‘Abbas berpendapat bahwa surat ini adalah
surat Makkiyah. (Zaadul Masiir, 9: 247)
10. Ibnul Jauzi merinci ada enam pendapat
mengenai makna Al Kautsar:
1. Al Kautsar adalah sungai di surga.
2. Al Kautsar adalah kebaikan yang banyak yang diberikan pada Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pendapat Ibnu
‘Abbas.
3. Al Kautsar adalah ilmu dan Al Qur’an. Demikian pendapat Al Hasan Al
Bashri.
4. Al Kautsar adalah nubuwwah (kenabian), sebagaimana pendapat
‘Ikrimah.
5. Al Kautsar adalah telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
banyak manusia mendatanginya. Demikian kata ‘Atho’.
6. Al Kautsar adalah begitu banyak pengikut dan umat. Demikian kata Abu
Bakr bin ‘Iyasy. (Lihat Zaadul Masiir, 9: 247-249)
11. Nikmat Dibalas dengan Syukur
• Syaikh Musthofa Al ‘Adawy berkata, “Orang yang masih berada dalam
fitrah yang selamat, tentu ketika diberi nikmat akan dibalas dengan
syukur. Maka kebaikan yang banyak yang telah diberi ini dibalas
dengan:
•ْرَحْنا َو َِّكِب َرِل ِِّلَصَف
• Dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.” (Tafsir Juz
‘Amma, Musthofa Al ‘Adawi, hal. 293)
12. ْرَحْنا َو َكِِّبَرِل ِِّلَصَف
Yang dimaksud: Maka dirikanlah shalat karena
Rabbmu; dan berqurbanlah, adalah jadikanlah
shalatmu hanya karena Allah dan jangan ada niatan
untuk yang selain-Nya. Begitu pula jadikanlah hasil
sembelihan unta ikhlas karena Allah. Jangan seperti
yang dilakukan oleh orang-orang musyrik di mana
mereka melakukan sujud kepada selain Allah dan
melakukan penyembelihan atas nama selain Allah.
13. Ikhlaskan Niat
• shalatlah karena Allah dan lakukanlah sembelihan atas nama Allah.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
•َر ِ َّ َِلِل يِتاَمَم َو َايَيْحَم َو يِكُسُن َو يِت ََلَص َّنِإ ْلُقَينِمَلاَعْال ِِّب(162)ِمُأ َكِلَذِب َو ُهَل َيك َِرش ََلُت ْر
َينِمِلْسُمْال ُل َّوَأ َانَأ َو(163)
• “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku (sembelihanku),
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada
sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah).” (QS. Al An’am: 162-163)
15. Pengertian Abtar
• ‘Ikrimah berkata bahwa yang dimaksud ‘abtar’ adalah bersendirian.
As Sudi mengatakan bahwa dahulu jika ada seseorang yang anak laki-
lakinya meninggal dunia, maka disebut abtar (batar). Ketika anak laki-
laki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, orang-
orang Quraisy mengatakan, “Bataro Muhammad (Muhammad
terputus).” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 483)
16. Pengertian Abtar (2)
• Ibnu Katsir menjelaskan, “Yang dimaksud abtar adalah jika seseorang
meninggal dunia, maka ia tidak akan lagi disebut-sebut (disanjung-
sanjung). Inilah kejahilan orang-orang musyrik. Mereka sangka bahwa
jika anak laki-laki seseorang mati, maka ia pun tidak akan disanjung-
sanjung. Padahal tidak demikian. Bahkan beliaulah yang tetap
disanjung-sanjung dari para syahid (tuan) yang lain. Syari’at beliau
tetap berlaku selamanya, hingga hari kiamat saat manusia
dikumpulkan dan kembali.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 483)
17. Yang Membenci Nabi, Merekalah yang Terputus
• “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”
(QS. Al Kautsar: 1-3).
• Yang dimaksudkan ayat ini adalah orang-orang yang membenci dan
memusuhi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akhirnya yang terputus dan
tidak ada lagi penyebutan (pujian) untuknya setelah matinya.
• Orang-orang Quraisy menyatakan demikian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak lagi memiliki keturunan laki-laki (semuanya meninggal dunia).
Maka Allah pun membalasnya dengan meninggikan pujian bagi beliau.
Beliau dipuji oleh orang terdahulu dan belakangan di tempat yang tinggai
hingga hari pembalasan. Sedangkan yang memusuhi beliau, itulah yang
terputus di belakang. (Keterangan dari Musthofa Al ‘Adawi, Tafsir Juz
‘Amma, hal. 294).
• Ibnul Jauzi mengatakan bahwa yang dimaksud ‘abtar’ adalah terputus dari
kebaikan (Zaadul Masiir, 9: 251).
18. JANGAN BENCI AJARAN NABI
• Surat ini kata Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berisi
penjelasan mengenai nikmat yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-
Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu beliau dikaruniakan kebaikan
yang banyak. Kemudian di dalamnya berisi perintah untuk
mengerjakan shalat dan berqurban juga ibadah lainnya atas dasar
ikhlas karena Allah. Kemudian terakhir dijelaskan bahwa siapa yang
membenci Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenci satu saja
dari ajaran beliau, merekalah yang nantinya terputus yaitu tidak
mendapatkan kebaikan dan barokah (Tafsir Juz ‘Amma, 281).
19. Dinukil dari catatan Al Haafidz Imam Ibnu Hajar Al Asqolany didalam
kitab “AdDurarurl Kaaminah Fi A’ayaanil Miati Tsaaminah” Jilid 4
Halaman 153.”
Pernah suatu hari ada sekelompok orang dari kalangan pembesar Nashrani menghadiri sebuah perayaan seorang pemimpin Mongol
yang telah murtad (menjadi Nashrani).
Dan pada perayaan itu ada seorang pendeta yang menghina Nabi SAW, sedangkan di sana ada seekor anjing pemburu yang terikat.
Maka saat si penyembah salib yang dengki ini mulai mencela Nabi SAW anjing tersebut menggonggong dengan keras lalu kemudian
menerkam si Nashrani itu dan mencakar wajahnya.
Maka orang-orang yang melihatnya terkejut dan segera berusaha menyelamatkannya. Lantas sebagian orang yang hadir berkata:
Itu diakibatkan hinaanmu kepada Muhammad SAW.
Lantas si Nashrani berkata:
Tidak, Anjing ini hanya spontanitas karena melihat isyarat tanganku dan disangkanya aku ingin memukulnya.
Namun kemudian Si Nashrani ini mengulang kembali celaannya terhadap Nabi SAW dengan perkataannya yang sangat keji. Maka si
anjing pun berhasil lepas dari ikatannya dan langsung saja menyambar leher si Nashrani itu dan merobek hingga bagian dadanya yang
paling atas.
Orang itu pun mati seketika.
Karena kejadian ini, ada sekitar 40.000 orang Mongol masuk Islam.
Di zaman kita, apakah anjing lebih mulia dan lebih pemberani daripada manusia?