Dokumen tersebut membahas tentang kewajiban berpuasa bagi umat Islam sesuai dengan ayat Al-Quran Surat Al-Baqarah 183-185. Ayat tersebut menjelaskan bahwa puasa wajib dilaksanakan pada bulan Ramadhan kecuali bagi yang sakit atau dalam perjalanan, dan mereka harus menggantinya di kemudian hari. Juga dijelaskan bahwa Nabi Muhammad semula hanya berpuasa 3 hari setiap bulan, kemudian
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
Argumen amaliyah nahdhiyyah di bulan ramadhanaswajanu
Secara umum, kita dapat mengetahui dengan pasti dan yakin, bahwasanya peristiwa-peristiwa dan kasus-kasus dalam bidang ibadah atau muamalah, tidak terhitung dan tidak terbatas. Kita juga tahu secara pasti bahwa tidak semua kasus ada teksnya bahkan ini tak terpikirkan. Ketika teks-teks itu merupakan sesuatu yang terbatas, sementara fenomena sosial tidak terbatas, maka sesuatu yang tidak terbatas itu tidak bisa tercakup semua oleh yang terbatas. Tentu sudah menjadi keharusan untuk melakukan ijtihad dan qiyas. Sehingga dapat dipastikan akan ada ijtihad dalam setiap persoalan (dari para ahlinya). (Al-Milal wan Nihal, juz I hal 164)
Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari, bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang puasa hari Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim [1977])
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
Argumen amaliyah nahdhiyyah di bulan ramadhanaswajanu
Secara umum, kita dapat mengetahui dengan pasti dan yakin, bahwasanya peristiwa-peristiwa dan kasus-kasus dalam bidang ibadah atau muamalah, tidak terhitung dan tidak terbatas. Kita juga tahu secara pasti bahwa tidak semua kasus ada teksnya bahkan ini tak terpikirkan. Ketika teks-teks itu merupakan sesuatu yang terbatas, sementara fenomena sosial tidak terbatas, maka sesuatu yang tidak terbatas itu tidak bisa tercakup semua oleh yang terbatas. Tentu sudah menjadi keharusan untuk melakukan ijtihad dan qiyas. Sehingga dapat dipastikan akan ada ijtihad dalam setiap persoalan (dari para ahlinya). (Al-Milal wan Nihal, juz I hal 164)
Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari, bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang puasa hari Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim [1977])
“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
Lembaga Infaq, Lembaga Infaq Zakat, Lembaga Infaq Dan Shodaqoh. SINERGI FOUND...Lembagawakafdanzakat
Lembaga Infaq, Lembaga Infaq Zakat, Lembaga Infaq Dan Shodaqoh, Infak Dan Sedekah, Infak Sedekah, Infak 2 5 Persen, Infaq Dakwah Center, Infak Harta Diluar Zakat, Infaq Harta Diluar Zakat, Infak Zakat Haji Dan Wakaf.
Memberikan ilustrasi yang sangat mudah dan “gamblang”, bagaimana sebenarnya sistem sedekah ini bekerja. Ini sungguh luar biasa.
Menunjukkan sekaligus mengingatkan ke setiap orang, bahwa Allah sendiri telah menjanjikan, jika manusia mau bersedekah, maka Allah pasti akan menggantinya dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) kali lipat.
Dan, ini ada dasar hukumnya, yaitu tertulis di dalam Al-Qur’an Surat: 6, Ayat: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10 x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat: 2, Ayat: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.
Dengan berpedoman pada Al-Qur’an tersebut, maka kita bisa membuat “hitung-hitungan” matematika, yang disebutnya sebagai MATEMATIKA DASAR SEDEKAH. Nah, inilah yang luar biasa prima itu, matematika sedekah ini, sungguh sangat berbeda dengan ilmu matematika yang dulu pernah kita pelajari di sekolah … Benar-benar berbeda.
Ilustrasinya sebagai berikut:
10 – 1 = 9 … ini ilmu matematika yang biasa kita terima di sekolah dulu.
Tetapi ilmu Matematika Sedekah adalah sebagai berikut:
10 – 1 = 19 … ini menggunakan dasar, bahwa Allah membalas 10 x lipat pemberian kita.
Sehingga kalau dilanjutkan, maka akan ketemu ilustrasi seperti berikut ini:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
Nah, sungguh menarik bukan? Lihatlah hasil akhirnya. Kita tinggal mengalikan dengan angka 10, berapa pun yang kita sedekah kan atau kita berikan dengan ikhlas kepada orang lain yang membutuhkan bantuan kita. Ingatlah, balasan 10 x lipat dari Allah itu adalah balasan minimal.
Dan, kita pakai balasan dari Allah yang minimal saja sebagai acuan berhitung, yaitu 10 x lipat, tidak usah berhitung yang 700 x lipat…nanti terlalu wah… Oleh karena itu, saya merasa rugi besar jika saya hanya mengeluarkan sedekah dengan jumlah minimal. Semakin banyak bersedekah, maka pasti semakin banyak penggantiannya dari Allah Azza wa Jalla.
Tinggal kita yang mau membuka mata, bahwa pengembalian dari Allah itu bentuknya apa? Bukalah “mata hati” kita, selalu lah berpikir positif kepada Allah. Bukankah Allah berfirman, “Aku adalah sebagaimana yang diprasangkakan hamba-Ku kepada-Ku”. Oleh karena itu, selalu lah berprasangka baik kepada Allah, maka Allah akan dengan serta merta menunjukkan KeMaha Kebaikan-Nya kepada kita. Allah pasti membalas kebaikan kita dengan balasan yang setimpal dengan amal perbuatan kita. Amiin…
Telp: (022) 6120218
Fax: (022) 6120130
SMS/WA Center : 081 321 200 100 (Telkomsel)
Call Center : 0851.0004.2009
email: info[at]sinergifoundation.org
Web: http://www.sinergifoundation.org
PIN BB : 584 898 3A
“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
Lembaga Infaq, Lembaga Infaq Zakat, Lembaga Infaq Dan Shodaqoh. SINERGI FOUND...Lembagawakafdanzakat
Lembaga Infaq, Lembaga Infaq Zakat, Lembaga Infaq Dan Shodaqoh, Infak Dan Sedekah, Infak Sedekah, Infak 2 5 Persen, Infaq Dakwah Center, Infak Harta Diluar Zakat, Infaq Harta Diluar Zakat, Infak Zakat Haji Dan Wakaf.
Memberikan ilustrasi yang sangat mudah dan “gamblang”, bagaimana sebenarnya sistem sedekah ini bekerja. Ini sungguh luar biasa.
Menunjukkan sekaligus mengingatkan ke setiap orang, bahwa Allah sendiri telah menjanjikan, jika manusia mau bersedekah, maka Allah pasti akan menggantinya dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) kali lipat.
Dan, ini ada dasar hukumnya, yaitu tertulis di dalam Al-Qur’an Surat: 6, Ayat: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10 x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat: 2, Ayat: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.
Dengan berpedoman pada Al-Qur’an tersebut, maka kita bisa membuat “hitung-hitungan” matematika, yang disebutnya sebagai MATEMATIKA DASAR SEDEKAH. Nah, inilah yang luar biasa prima itu, matematika sedekah ini, sungguh sangat berbeda dengan ilmu matematika yang dulu pernah kita pelajari di sekolah … Benar-benar berbeda.
Ilustrasinya sebagai berikut:
10 – 1 = 9 … ini ilmu matematika yang biasa kita terima di sekolah dulu.
Tetapi ilmu Matematika Sedekah adalah sebagai berikut:
10 – 1 = 19 … ini menggunakan dasar, bahwa Allah membalas 10 x lipat pemberian kita.
Sehingga kalau dilanjutkan, maka akan ketemu ilustrasi seperti berikut ini:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
Nah, sungguh menarik bukan? Lihatlah hasil akhirnya. Kita tinggal mengalikan dengan angka 10, berapa pun yang kita sedekah kan atau kita berikan dengan ikhlas kepada orang lain yang membutuhkan bantuan kita. Ingatlah, balasan 10 x lipat dari Allah itu adalah balasan minimal.
Dan, kita pakai balasan dari Allah yang minimal saja sebagai acuan berhitung, yaitu 10 x lipat, tidak usah berhitung yang 700 x lipat…nanti terlalu wah… Oleh karena itu, saya merasa rugi besar jika saya hanya mengeluarkan sedekah dengan jumlah minimal. Semakin banyak bersedekah, maka pasti semakin banyak penggantiannya dari Allah Azza wa Jalla.
Tinggal kita yang mau membuka mata, bahwa pengembalian dari Allah itu bentuknya apa? Bukalah “mata hati” kita, selalu lah berpikir positif kepada Allah. Bukankah Allah berfirman, “Aku adalah sebagaimana yang diprasangkakan hamba-Ku kepada-Ku”. Oleh karena itu, selalu lah berprasangka baik kepada Allah, maka Allah akan dengan serta merta menunjukkan KeMaha Kebaikan-Nya kepada kita. Allah pasti membalas kebaikan kita dengan balasan yang setimpal dengan amal perbuatan kita. Amiin…
Telp: (022) 6120218
Fax: (022) 6120130
SMS/WA Center : 081 321 200 100 (Telkomsel)
Call Center : 0851.0004.2009
email: info[at]sinergifoundation.org
Web: http://www.sinergifoundation.org
PIN BB : 584 898 3A
Puasa itu tidak hanya puasa ramadhan saja, ada berbagai macam puasa seperti puasa arafah, puasa senin - kamis, dan puasa lainnya. Semoga presentasi yang dibuat oleh kelompok saya ini dapat bermanfaat bagi kawan - kawan.
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia DebatIdrus Abidin
rasionalitas yang mewakili nuansa akhirat tanpa melupakan dunia adalah rasionalitas yang dikembangkan oleh al-Qur'an dan Sunnah. karena memang al-Qur'an turun tidak membawa hal-hal yang mustahil bagi rasio, tapi diturunkan untuk menjawab hal-hal nyang membingungkan akal.
VISI MISI ISLAM : TITIK KESEIMBANGAN DUNIA DAN AKHIRAT.Idrus Abidin
Visi Islam sangat berorientasi akhirat (ghaib), sedang misinya sangat duniawi. sehingga keseimbangan dunia dan akhirat dalam Islam sangat komprehensip, karena ia merupakan produk Tuhan. perpaduan yang sangat detil meningat Islam merupakan perpaduan 2 hal yang tampak bertentangan namun sampai ke tarap proporsional.
Dosa dan maksiat adalah benalu dalam kehidupan manusia. karena dengan dosa dan makasiat, manusia berada sedikit demi sedikit di bawah kendali setan hingga keluar seutuhnya dari bimbingan Tuhan. ketika setan menjadi kiblat manusia, maka segala bentuk prilakunya menjadi salah dan tidak kenal pijakan kebenaran.
Penyimapangan seksual merupakan bagian penting dalam diskursus pidana Islam. sehingga para sarjana hukum Islam dari kalangan empat mazhab terlibat secara utuh untuk memberikan pandangan hukumnya.
Pemimpin dalam Islam adalah mereka yang memiliki kekuatan ilmu dan kekuatan semangat yang kokoh. Dengan kedua kafasitas itu, seorang pemimpin haruslah mencerminkan Islam dan kemampuanya dalam memberikan keteladanan dan kebaikan terhadap lingkungan sekitarnya, hingga tercipta kedamaian dan keimana secara bersamaan.
Huru hara hari kiamat senantiasa dihadirkan Allah sebagai bagian dari pilar keimanan dalam Islam. Sehingga surat al-Qori'ah termasuk surat yang menjelaskan gambaran umum peristiwa kimat tersebut secara ringkas namun tetap padat, sebagaimana daya tutur al-Qur'an, terutama ayat-ayat fase Makkiyah...
Tingkatan Kaum Beriman (Tafsir Surah Fathir 32)Idrus Abidin
Keimanan memiliki minimal tiga tingkatan; Islam, iman dan ihsan. ketiganya menggambarkan posisi (maqam) dan kondisi (hal) orang-orang sholeh dalam perkembangan iman dan takwanya
Memproteksi diri secara internal dari gangguan setan merupakan judul yang tepat bagi surat an Naas ini. karena perlindungan ini membutuhkan tauhid yang mendalam.
keislaman ditandai dengan kepedualian terhadap isu-isu sosial. karena sejatinya, Islam ditujukan untuk perbaikan pribadi, rumah tangga dan masyarakat secara keseluruhan.
Keagungan dan kesucian Allah merupakan hal asasi dalam Islam. pengagungan dan pensucianNya ini ditunjukkan dengan afirmasi dan negasi secara utuh dan konprehensif sebagaimana dipaparkan surat al-A'laa ini.
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun) Idrus Abidin
Manusia membutuhkan keseimbangan untuk dapat merasakan kebahagiaan. karena hakikat hidup adalah keseimbangan antar masing-masing unsur yang membentuk kesatuan yang utuh hingga mencapai tarap kesempurnaan.
Ilmu merupakan basis utama kebaikan. ketika ilmu mendasari setiap perbuatan maka akan lahir kemajuan dan perabdabn. Islam memulais egala sesuatu dari ilmu. karena kejelasan dan kepastian adalah islam itu sendiri
2. • “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.
• (yaitu) dalam beberapa hari yang
tertentu. Maka barangsiapa diantara
kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari
yang lain. dan wajib bagi orang-orang
yang berat menjalankannya (jika mereka
tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi Makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka Itulah yang
lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah : 183-184)
•َمآ َينِذَّلا اَهُّيَأ اَيَلَع َبِتُك واُنُمُكْي
َبِتُك اَمَك ُماَيِّ ِالصَينِذَّلا ىَلَعْنِم
ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَقَونُقَّتَت.
•َف ٍتَادُودْعَم اًماَّيَأْنِم َانَك ْنَمْمُك
َس ىَلَع ْوَأ اًضي ِرَمَّةدِعَف ٍرَفْنِم
ىَلَعَو َرَخُأ ٍامَّيَأيِطُي َينِذَّلاُهَنوُق
ِكْسِم ُماَعَط ةَيْدِفَطَت ْنَمَف ٍينَعَّو
َل رْيَخ َوُهَف اًرْيَخُصَت ْنَأَو ُهواُمو
ْنُك ْنِإ ْمُكَل رْيَخَونُمَلْعَت ْمُت
3. • “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). karena itu, Barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya)
di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al-Baqarah : 185)
•ِذَّلا َانَضَمَر ُرْهَشِف َل ِزْنُأ يِهي
َّنلِل ًىدُه ُآنْرُقْلااَنِِّيَبَو ِاسَنِم ٍت
ِانَقْرُفْلاَو َىدُهْلاَدَِهش ْنَمَف
ْلَف َرْهَّشال ُمُكْنِمَمَو ُهْمُصَيَانَك ْن
َس ىَلَع ْوَأ اًضي ِرَمَّدِعَف ٍرَفْنِم ة
ُدي ِرُي َرَخُأ ٍامَّيَأْلا ُمُكِب ُ َّاَّللَرْسُي
ُعْلا ُمُكِب ُدي ِرُي الَوْكُتِلَو َرْسواُلِم
ِِّبَكُتِلَو َةَّدِعْلاَم ىَلَع َ َّاَّلل واُرا
ْمُكَّلَعَلَو ْمُكَادَهَونُُركْشَت
4. قال أنه عنه هللا رضي جبل بن معاذ عن جرير ابن روى:«وس عليه هللا صلى هللا رسول ِّإنقدم لم
شهر كل من أيام وثالثة ، عاشوراء يوم فصام المدينة»رمضا شهر فرض وجل عز هللا إن ثم ،، ن
ذكره تعالى هللا فأنزل{الصيام ُمُكْيَلَع َبِتُك ْاوُنَمآ الذين ياأيها}بلغ حتى{َيْدِف ُهَنوُقيِطُي الذين ىَلَعَوة
ٍينِكْسِم ُماَعَط}و عز هللا إن ثم ، ًامسكين وأطعم أفطر شاء ومن ، صام شاء من فكانأوجب جل
هللا فأنزل ، الصوم يستطيع ال الذي للكبير اإلطعام وثبت ، المقيم الصحيح على الصياموجل عز{
ُهْمُصَيْلَف َْرهَّشال ُمُكنِم َدَِهش نَمَف. . .}.
Dari Ibnu Jarir dari mu’adz bin jabbal berkata : bahwa Rasulullah SAW.datang
ke Madinah pada hari ‘Asyura kemudian beliau berpuasa, dan beliau berpuasa
selama tiga hari setiap bulan. Kemudian Allah mewajibkan puasa Ramadlan,
dengan menurunkan QS.Al-Baqarah 183-184 ( َط ةَيْدِف ُهَنوُقيِطُي الذين ىَلَعَوٍينِكْسِم ُماَع ),
maka saat itu ada yang berkeinginan untuk berpuasa, ada yang berbuka dan
ada yang memilih untuk memberi makan orang miskin. Kemudian Allah
mewajibkan puasa bagi orang yang sehat lagi muqim ( tidak bepergian) dan
menetapkan kriteria bagi yang memberi makan orang miskin yaitu orang yang
sudah tua dan tidak mampu untuk berpuasa, dengan menurunkan ayat
ُهْمُصَيْلَف َْرهَّشال ُمكنِم َدَِهش نَمَف. . [
5. Sejarah dan Tahapan Perintah
Puasa Ramadhan
1. Kewajibannya yang bersifat takhyir (pilihan).
2. Kewajiban secara Qath’i (mutlak), akan tetapi jika
seorang yang shaum kemudian tertidur sebelum
berbuka maka diharamkan baginya makan dan minum
sampai hari berikutnya.
3. Tahapan terakhir, yaitu yang berlangsung sekarang
dan berlaku sampai hari kiamat sebagai nasikh
(penghapus) hukum sebelumnya.
6. Tahapan awal
•ِف ُهَنوُقيِطُي َِينذَّلا ىَلَعَوْسِم ُماَعَط ةَيْدٍينِك
َوُهَف اًرْيَخ َعَّوَطَت ْنَمَفَت ْنَأَو ُهَل رْيَخواُموُص
ْعَت ْمُتْنُك ْنِإ ْمُكَل رْيَخَونُمَل
(البقرة:١٨٤(
•
Artinya : ”Dan wajib bagi orang
yang berat untuk menjalankan
ash-shaum maka membayar
fidyah yaitu dengan cara
memberi makan seorang miskin
untuk setiap harinya. Barang
siapa yang dengan kerelaan
memberi makan lebih dari itu
maka itulah yang lebih baik
baginya dan jika kalian melakukan
shaum maka hal itu lebih baik
bagi kalian jika kalian
mengetahuinya.” [Surat Al-
Baqarah 184]
Tahapan ke-2 dan Ke-3
•َف اًمِئَاص ُلُجَّالر ََانك اَذِإ ٍدَّمَحُم َُابحْصَأ ََانكَلْبَق َماَنَف ُارَطْفِإلْا ََرضَحْمَل َرِطْفُي ْنَأ
ِإ َو َيِسْمُي ىَّتَح ُهَم ْوَي َال َو ُهَتَلْيَل ْلُكْأَيَك ي َِارصْنَألا َةَمْر ِص َنْب َْسيَق َّناًمِئَاص َان
َل َلاَقَف هَتَأَرِْما ىَتَأ ُارَطْفِإلْا ََرضَح اَّمَلَفَاه:ْتَلاَق ؟ امَعَط َِكدْنِعَأ:ْنِكل َالُقِلَطْنَأ
َكَل ُبُلْطَأَف-ُهْتَبَلَغَف ُلَمْعَي ُهَم ْوَي ََانكَوُهاَنْيَع-َّمَلَف ُهُتَأَرْمِا ْتَءَاجَفْتَلاَق ُهْتَأَر ا:
َكَل ًةَبْيَخ!َع َيِشُغ َُارهَّنال ََفصَتْنِا اَّمَلَفَنَف يِبَّنلِل َكِلَذ َرِكُذَف ِهْيَلُةَيَألْا ِهِذَه ْتَلَز:
)َسِن ىَلِإ ُثَفَّالر ِامَيِّ ِالص َةَلْيَل ْمُكَل َّل ِحُأْمُكِئا(ْيِدَش اًحْرَف َاهِب واُح ِرَفَفْتَلَزَنَف ًاد
)ْيَخْلا ُمُكَل َنَّيَبَتَي ىَّتَح واُبَْرشا َو واُلُكَوَوْسَ ْاأل ِْطيَخْلا َنِم ُضَيْبَ ْاأل ُطَنِم ِد
ِرْجَفْلا(داود وأبو البخاري رواه(
• “Dahulu Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
jika salah seorang di antara mereka shaum kemudian
tertidur sebelum dia berifthar (berbuka) maka dia tidak
boleh makan dan minum di malam itu dan juga siang
harinya sampai datang waktu berbuka lagi. Dan (salah
seorang shahabat yaitu), Qois bin Shirmah Al Anshory dalam
keadaan shaum, tatkala tiba waktu berbuka, datang kepada
istrinya dan berkata : apakah kamu punya makanan ?
Istrinya menjawab : “Tidak, tapi akan kucarikan untukmu
(makanan).” - dan Qois pada siang harinya bekerja berat
sehingga tertidur (karena kepayahan)- Ketika istrinya datang
dan melihatnya (tertidur) ia berkata : ” Rugilah Engkau
(yakni tidak bisa makan dan minum dikarenakan tidur
sebelum berbuka- pen) !” Maka ia pingsan di tengah
harinya. Dan ketika dikabarkan tentang kejadian tersebut
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, maka
turunlah ayat :( َلِإ ُثَف َّالر ِامَيِّ ِالص َةَلْيَل ْمُكَل َّل ِحُأْمُكِئاَسِن ى )“Telah
dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan shaum
(Ramadhan) untuk berjima’ (menggauli) istri-istri kalian.”
Dan para shahabat pun berbahagia sampai turunnya ayat
yang berikutnya yaitu :( ََّنيَبَتَي ىَّتَح ُوابَرْشا َو واُلُك َوُضَيْبَ ْاْل ُطْيَخْال ُمُكَل
ِرْجَفْال َنِم ِد َْوسَ ْاْل ِْطيَخْال َنِ“)مDan makan serta minumlah sampai
jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu
Fajar.”[HR. Al-Bukhari
7. Kandungan Hukum
Fikih
• sakit yang diperkenankan untuk berbuka
puasa adalah sakit yang berat dan keras,
yang apabila ia berpuasa akan
membahayakan jiwanya atau paling
tidak akan bertambah parah. Sedangkan
mengenai safar adalah perjalanan yang
jauh, yang menurut kebiasaan akan
dapat mengakibatkan penderitaan dan
kelelahan. Argumentasi mereka
berdasarkan pada
•ُي الَو َرْسُيْلا ُمُكِب ُ َّاَّلل ُدي ِرُيَرْسُعْلا ُمُكِب ُدي ِر
“Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu…….(QS Al-Baqarah:185)
Sakit dan Musafir
Diperbolehkan Berbuka
ِرَم ْمُكْنِم ََانك ْنَمَفَس ىَلَع ْوَأ ًاضيٍرَف
َخُأ ٍامَّيَأ ْنِم َّةدِعَفَر“
Maka barangsiapa diantara
kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajib
baginya berpuasa)
sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-
hari lain…..(QS Al-Baqarah
:184)”
8. Batasan Sakit dan Perjalanan yang Mendapatkan
Keringanan Berbuka
Jumhur ulama berpendapat bahwa sakit yang
diperkenankan untuk berbuka puasa adalah sakit
yang berat dan keras, yang apabila ia berpuasa
akan membahayakan jiwanya atau paling tidak
akan bertambah parah. Sedangkan mengenai safar
adalah perjalanan yang jauh, yang menurut
kebiasaan akan dapat mengakibatkan penderitaan
dan kelelahan
9. a. Imam Malik berpendapat jarak yang
diperbolehkan bila perjalanan itu memakan
waktu satu hari satu malam atau 48 mil.
b. Imam Syafi’i berpendapat dua hari
dua malam atau kurang lebih 128 km.
c. Ibnu Umar, Ibn Abbas dan Al-Tsauri
berpendapat minimal tiga hari tiga malam
10. 1. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui
yang Mengkhawatirkan Keadaan
Dirinya Saja Bila Berpuasa
maka wajib mengganti (Qadha )
di hari lain
2. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui
yang Mengkhawatirkan Keadaan
Dirinya dan Buah Hati Bila
Berpuasa
Sebagaimana keadaan pertama, sang
ibu dalam keadaan ini wajib
mengqadha (saja) sebanyak hari-hari
puasa yang ditinggalkan ketika sang
ibu telah sanggup melaksanakannya.
3 .Untuk Ibu Hamil dan Menyusui
yang Mengkhawatirkan Keadaan
si Buah Hati saja, dalam hal ini
ulama berbeda pendapat :
11. • (wanita hamil dan menyusui) boleh
tidak berpuasa, tetapi membayar
fidyah dan mengqadha’ puasanya.
Imam Syafi’I
dan Imam
Ahmad
• wajib membayar fidyah saja dan tidak
perlu mengqadha’
Ibnu Umar
dan Ibnu
Abbas
• wanita hamil dan menyusui
berkewajiban mengqadha puasa yang
ditinggalkannya tanpa membayar
fidyah.
Imam Abu
Hanifah
12. Argumentasi
• Dalil ulama yang mewajibkan sang ibu untuk membayar qadha saja.
• Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni
sang wanita hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang
sakit. Pendapat ini dipilih oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh As-Sa’di rahimahumallah
• Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk membayar fidyah saja.
• Dalill yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan
qadha dan fidyah, yaitu perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, “Wanita hamil
dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan
memberi makan seorang miskin.” ( HR. Abu Dawud)
• Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk mengqadha dengan disertai
membayar fidyah
• Dalil sang ibu wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama
dan kedua, yaitu wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk mengqadha di
hari lain ketika telah memiliki kemampuan. Para ulama berpendapat tetap
wajibnya mengqadha puasa ini karena tidak ada dalam syari’at yang
menggugurkan qadha bagi orang yang mampu mengerjakannya.
• Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini
termasuk dalam keumuman ayat berikut,
• “…Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin…” (Qs. Al-
Baqarah [2]:184)
13. Puasa Lansia dan orang-
orang sakit yang minim
harapan sembuhnya
• Kadar Fidyah
Para ulama berselisih pendapat ukuran/kadar
fidyah menjadi tiga pendapat:
• Pertama: Sebagian ulama berpendapat ½
sha’ atau 2 mud (karena 1 sha’ adalah 4
mud) yang kira-kira ½ sha’ beratnya 1,5 kg
dari makanan pokok.
• Kedua: Sebagian yang lain berpendapat 1
mud dari makanan, yaitu kira-kira 750 gram
menurut madzhab Malikiyah dan Syafi’iyah
sebagaimana diriwayatkan dalam atsar Ibnu
Umar Radhiyallahu 'Anhu.
• Ketiga: Sebagian ulama lain berpendapat
mengeluarkan satu porsi makanan yang
masak beserta lauk pauknya, ini adalah
pendapat Anas bin Malik Radhiyallahu
'Anhu dimana ketika beliau usia lanjut
memberi makan 30 fakir miskin dengan roti
dan daging.
Para ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan
Hanabilah sepakat bahwa fidyah
dalam puasa dikenai pada orang yang
tidak mampu menunaikan qodho’
puasa. Hal ini berlaku pada orang yang
sudah tua renta yang tidak mampu lagi
berpuasa, serta orang sakit dan
sakitnya tidak kunjung sembuh.
Pensyariatan fidyah disebutkan dalam
firman Allah Ta’ala,
ةَيْدِف ُهَنوُقيُِطي َِينذَّال ىَلَع َوينِكْسِم ُماَعَط
“Dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka
tidak berpuasa) membayar fidyah,
(yaitu): memberi makan seorang
miskin” (QS. Al Baqarah: 184).[1]
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
mengatakan,
َأ ْرَمْال َو ُيرِبَكْال ُخْيَّشال َوُهَتْسَي َال ُة َيرِبَكْال ُةْنَأ ِانَعيِط
ُك َانَكَم ِانَمِعُْطيْلَف ، اَموُصَيينِكْسِم م ْوَي ِِّلا
“( Yang dimaksud dalam ayat tersebut)
adalah untuk orang yang sudah sangat
tua dan nenek tua, yang tidak mampu
menjalankannya, maka hendaklah
mereka memberi makan setiap hari
kepada orang miskin”.[2]
14. • Inti pembayaran fidyah adalah mengganti satu hari puasa yang ditinggalkan dengan
memberi makan satu orang miskin. Namun, model pembayarannya dapat
diterapkan dengan dua cara,
• Memasak atau membuat makanan, kemudian mengundang orang miskin sejumlah
hari-hari yang ditinggalkan selama bulan Ramadhan. Sebagaimana hal ini dilakukan
oleh Anas bin Malik ketika beliau sudah menginjak usia senja (dan tidak sanggup
berpuasa)
• Memberikan kepada orang miskin berupa makanan yang belum dimasak. Alangkah
lebih sempurna lagi jika juga diberikan sesuatu untuk dijadikan lauk.
• Pemberian ini dapat dilakukan sekaligus, misalnya membayar fidyah untuk 20 hari
disalurkan kepada 20 orang miskin. Atau dapat pula diberikan hanya kepada 1
orang miskin saja sebanyak 20 hari. Al Mawardi mengatakan, “Boleh saja
mengeluarkan fidyah pada satu orang miskin sekaligus. Hal ini tidak ada
perselisihan di antara para ulama.”
15. Waktu Pembayaran Fidyah
• Seseorang dapat membayar fidyah, pada hari itu juga ketika dia tidak
melaksanakan puasa. Atau diakhirkan sampai hari terakhir bulan
Ramadhan, sebagaimana dilakukan oleh sahabat Anas radhiallahu’anhu
ketika beliau telah tua.
• Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia mengatakan, bahwa ia tidak
mampu berpuasa pada suatu tahun (selama sebulan), lalu ia membuat
satu bejana tsarid (roti yang diremuk dan direndam dalam kuah),
kemudian mengundang sebanyak 30 orang miskin, sehingga dia
mengenyangkan mereka. (Shahih sanadnya: Irwaul Ghalil IV:21 dan
Daruquthni II: 207 no. 16)
• Yang tidak boleh dilaksanakan adalah pembayaran fidyah yang dilakukan
sebelum Ramadhan. Misalnya: Ada orang yang sakit yang tidak dapat
diharapkan lagi kesembuhannya, kemudian ketika bulan Sya’ban telah
datang, dia sudah lebih dahulu membayar fidyah. Maka yang seperti ini
tidak diperbolehkan. Ia harus menunggu sampai bulan Ramadhan benar-
benar telah masuk, barulah ia boleh membayarkan fidyahnya.
16. Mengganti Puasa • Jumhur ulama telah sepakat
bahwa wajib mengganti puasa
di hari lain sesuai dengan
jumlah hari berbukanya pada
bulan Ramadlan. Namun,
ulama terjadi selisih pendapat
tentang waktu pelaksanaannya.
Apakah harus dilakukan secara
berturut-turut atau tidak,
sesuai dengan kesempatan
yang dia miliki.
ْمُكْنِم ََانك ْنَمَفْوَأ ًاضي ِرَم
َّدِعَف ٍرَفَس ىَلَعٍامَّيَأ ْنِم ةَرَخُأ“
Maka barangsiapa diantara
kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajib
baginya berpuasa)
sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-
hari lain…..(QS Al-Baqarah
:184)”
17. Jumhur Fuqaha’, Ibn Abbas, Maliki, Syafi’i dan Ibn Arabi berpendapat
bahwa pelaksanaan secara terpisah itu diperbolehkan. Hal ini berdasar فعدة
اخر ايام من dalam konteks tersebut tidak ditentukan waktu pelaksanaan
secara terpisah atau berturut-turut, tetapi yang terpenting adalah
terpenuhinya jumlah-jumlah hari yang ditinggalkan.
Mereka juga berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Ubaidah al-
Jarrah, ia berkata:
ف شئت ان قضائه في عليكم يشق ان يريد وهو فطره في لكم يرخص لم هللا انواصل
ففرق شئت وان
“Sesungguhnya Allah tidak memberikan rukhshah kepadamu dalam
berbuka puasa, sedangkan Dia hendak menyusahkanmu dalam
mengqadhanya. Jika kamu mau (mengqadhanya secara bersambung-
sambung) makalakukanlah, dan jika kamu mau (mengqadlanya secara
berselang-selang) maka lakukanlah”[27]
18. Batas Akhir Mengganti Puasa
• Batas paling akhir untuk mengqadha puasa
adalah di bulan sya’ban. Jika seseorang tersebut
tersebut mengqadla di akhir bulan Sya’ban maka
ada beberapa pendapat yang menyikapinya:
• - Malik,Syafii, Ahmad dan Ishaq mengatakan
wajib membayar kafarat
• - Abu Hanifah, Hasan dan An-Nakha’I
mengatakan tidak wajib
Kafarat yang dimaksud berupa memberi makan 60 orang miskin sebanyak 1
mud,menurut Malik, Syafii dan Abu Hurairah. kira-kira ½ sha’ beratnya 1,5 kg
dari makanan pokok.