Memakai sajadah sebagai alas untuk shalat, tambahan lafadz Sayyidina dalam shalawat, dan tangan Nabi saw lebih sejuk dari salju dan harum dari minyak misik.
MENGGAPAI RIDHO ALLOH TA'ALA DENGAN MEMPERBANYAK MUHASABAH DAN MEMGIMPLEMENTASIKANNYA DALAM MENJALANI KEHIDUPAN INI UNTUK MENJADI HAMBANYA YANG LEBIH BAIK FIDDUNYA WAL AKHIROH.
MENGGAPAI RIDHO ALLOH TA'ALA DENGAN MEMPERBANYAK MUHASABAH DAN MEMGIMPLEMENTASIKANNYA DALAM MENJALANI KEHIDUPAN INI UNTUK MENJADI HAMBANYA YANG LEBIH BAIK FIDDUNYA WAL AKHIROH.
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTAnas Wibowo
Banyak para muslimah yang mengunakan jilbab belum sesuai dengan kriteria-kriteria syariat. ”jilbab gaul”, ”jilbab modis”, tidak bisa disebut dengan jilbab. Jilbab yang benar akan berpengaruh kebaikan, membukanya justru membuka peluang besar jalan maksiat.
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
Argumen amaliyah nahdhiyyah di bulan ramadhanaswajanu
Secara umum, kita dapat mengetahui dengan pasti dan yakin, bahwasanya peristiwa-peristiwa dan kasus-kasus dalam bidang ibadah atau muamalah, tidak terhitung dan tidak terbatas. Kita juga tahu secara pasti bahwa tidak semua kasus ada teksnya bahkan ini tak terpikirkan. Ketika teks-teks itu merupakan sesuatu yang terbatas, sementara fenomena sosial tidak terbatas, maka sesuatu yang tidak terbatas itu tidak bisa tercakup semua oleh yang terbatas. Tentu sudah menjadi keharusan untuk melakukan ijtihad dan qiyas. Sehingga dapat dipastikan akan ada ijtihad dalam setiap persoalan (dari para ahlinya). (Al-Milal wan Nihal, juz I hal 164)
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTAnas Wibowo
Banyak para muslimah yang mengunakan jilbab belum sesuai dengan kriteria-kriteria syariat. ”jilbab gaul”, ”jilbab modis”, tidak bisa disebut dengan jilbab. Jilbab yang benar akan berpengaruh kebaikan, membukanya justru membuka peluang besar jalan maksiat.
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
Argumen amaliyah nahdhiyyah di bulan ramadhanaswajanu
Secara umum, kita dapat mengetahui dengan pasti dan yakin, bahwasanya peristiwa-peristiwa dan kasus-kasus dalam bidang ibadah atau muamalah, tidak terhitung dan tidak terbatas. Kita juga tahu secara pasti bahwa tidak semua kasus ada teksnya bahkan ini tak terpikirkan. Ketika teks-teks itu merupakan sesuatu yang terbatas, sementara fenomena sosial tidak terbatas, maka sesuatu yang tidak terbatas itu tidak bisa tercakup semua oleh yang terbatas. Tentu sudah menjadi keharusan untuk melakukan ijtihad dan qiyas. Sehingga dapat dipastikan akan ada ijtihad dalam setiap persoalan (dari para ahlinya). (Al-Milal wan Nihal, juz I hal 164)
“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
NEGERI JOHOR DARUL TAKZIM : LEGASI, PENGUKUHAN DAN PENGAWALAN AKIDAH ASWJAaswajanu
Kertas kerja ini akan menjelaskan amalan akidah ASWJ di negeri Johor Darul Ta’zim. Di
peringkat awal, kertas kerja ini menerangkan latarbelakang ajaran Islam yang mendominasi
pemikiran dan kefahaman serta amalan ASWJ. Seterusnya kertas kerja ini menerangkan
gambaran ringkas hubungan Johor dengan Kerajaan Turki Uthmaniah, kerana Johor
mempunyai keistimewaan yang tersendiri sebagai yang disifatkan oleh Kerajaan Islam
Uthmaniah Turki di mana banyak daripada amalan Islam di Turki diserap dan diguna pakai
di dalam segenap kehidupan beragama di Johor dan akhirnya menjadi legasi sebagai
tunggak ajaran Ahli Sunnah wal Jamaah. Contoh dan amalan pentadbiran Islam di negeri
Johor yang berpaksikan ajaran Ahli Sunnah wal Jamaah juga disebutkan. Pengawalan dan
pengukuhan ASWJ turut digariskan bagi menjamin legasi yang sedia ada itu. Dalam penutup
kertas kerja ini, digariskan beberapa cadangan bagi mengawal ajaran-ajaran sesat di luar
akidah dan kefahaman ASWJ].
SEJARAH AHLI SUNNAH WAL JAMAAH DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBANGUNAN INSAN DI UTHMaswajanu
Sesungguhnya umat Islam ini akan terpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan akan masuk ke neraka, dan satu golongan sahaja yang akan masuk syurga, yaitu golongan al-jama'ah.“ (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Peranan aswaja dalam menangani globalisasi ekonomiaswajanu
Globalisasi tidak seluruhnya membawa manfaat dan tidak seluruhnya membawa mudarat. Ia bercampur aduk antara manfaat dan mudarat, antara positif dan negatif.
Tabaruk diambil dari kata berkah, yang substansinya adalah bertambah dan berkembang.
Tabaruk adalah mencari tambahan dan perkembangan dari sesuatu yang menjadi sarana tabaruk
Kematian hanyalah perubahan suasana saja, sedangkan ruh manusia setelah berpisah dari jasad akan tetap kekal, adakalanya dalam kungkungan azab dan ada kalanya dalam kenikmatan
Mayoritas ulama salaf dan Imam madzhab yang tiga (Abu Hanifah, Malik dan Ahmad bin Hanbal), berpendapat bahwa pahala bacaan al-Qur’an bisa sampai kepada mayit.
“Saya (adz-Dzahabi) berkata: Doa akan dikabulkan di dekat makam para Nabi dan wali, juga di beberapa tempat. Namun penyebab terkabulnya doa adalah konsentrasi orang yang berdoa dan kekhusyukannya. Dan tidak diragukan lagi di tempat-tempat yang diberkati, di masjid, saat sahur dan sebagainya. Doa akan lebih banyak didapat oleh pelakunya. Dan setiap orang yang sangat membutuhkan doanya akan terkabul” (al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’ 17/77
“Saya (adz-Dzahabi) berkata: Doa akan dikabulkan di dekat makam para Nabi dan wali, juga di beberapa tempat. Namun penyebab terkabulnya doa adalah konsentrasi orang yang berdoa dan kekhusyukannya. Dan tidak diragukan lagi di tempat-tempat yang diberkati, di masjid, saat sahur dan sebagainya. Doa akan lebih banyak didapat oleh pelakunya. Dan setiap orang yang sangat membutuhkan doanya akan terkabul” (al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’ 17/77)
Ngapati (Ngupati), yaitu upacara selamatan dan doa pada saat janin berusia 120 hari (4 bulan).
2. Mitoni atau Tingkepan, yaitu upacara selamatan doa ketika janin berusia sekitar 7 bulan, agar bayi lahir dengan selamat dan menjadi anak yang saleh.
Mengapa Umat Islam menerima Pancasila sebagai dasar negara dan tidak mengusulkan Islam atau syariat Islam sebagai dasar negara sebagaimana obsesi aliran Islam radikal (NII, HTI, dan lain-lain)?
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. Dasar Peringatan Maulid Nabi SAW
) قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحَْْتِهِ فَبِذَلِكَ فَ لْيَ فْرَحُوا... اْلاَ يَةَ )يونس : 58
“Katakanlah (hai Muhammad): Dengan karunia Allah dan Rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergebira. “ (QS. Yunus : 58).
) •ومَا اَرْسَلْنَاكَ اِالا رَحَْْةً لِلْعَالَمِيَْْ )الانبيا : 107
• “Aku mengutus engkau (Muhammad) hanyalah sebagai rahmat bagi
sekalian alam.” (QS. Al-Anbiya’ : 107)
عَنْ أَ ب قَ تَادَةَ اْلأَنْصَارِ اِ ي أَ ن رَسُوْلَ اللهِ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإِثْ نَ يِْْ فَ قَالَ فِيْهِ
.) وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَ ي . )رواه مسلم, 1977
“Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari, bahwa Rasulullah pernah
ditanya tentang puasa hari Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari
itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim
[1977])
3. Kata Ibnu Taimiyyah
menyelenggarakan maulid itu pahalanya besar
فَ تَ عْظِيْمُ الْمَوْلِدِ وَاتاِ خَاذُه مَوْسِ مًا قَدْ يَ فْعَلُه بَ عْضُ الن اسِ وَيَكُوْنُ لَه فِيْهِ
أَجْ ر عَظِيْ م لُِِسْنِ قَصْدِهِ وَتَ عْظِ يمِهِ لِرَسُوْلِ اللهِ صَل ى الله عَلَيْهِ وَآلهِ
وَسَل م كَمَا قَ دمْتُه لَكَ )الشيخ ابن تيمية, اقتضا الصراط المستقيم,
.) ص/ 297
“Jadi, mengagungkan maulid dan menjadikannya sebagai
tradisi tidak jarang dilakukan oleh sebagian orang, dan ia
memperoleh pahala yang sangat besar karena tujuannya
yang baik serta sikapnya yang mengagungkan Rasulullah
sebagaimana telah aku jelaskan sebelumnya.” (Syaikh
Ibn Taimiyyah, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqiim, hal.
297).
4. عَنْ أَبِْ جُحَيْ فَة قَالَ صَل ى رَسُولُ اللهِ الظُّهْرَ رَكْعَتَ يِْْ وَالْعَصْرَ رَكْ عَتَ يْ وَبَ يْ يَدَيْهِ عَنَ زَة . كَانَ
يََُرُّ مِنْ وَرَائِهَا الْمَرْأَة وَقَامَ الن اسُ فَجَعَلُوا يَ أْخُذُونَ يَدَيْهِ فَ يَمْسَحُونَ بَِِا وُجُوهَ هُمْ، فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ
فَ وَضَعْتُ هَا عَلَى وَجْهِي فَإِذَا هِيَ أَبْ رَدُ مِنْ الث لْ جِ وَأَطْيَبُ رَائِحَة مِنَ الْمِسْكِ )صحيح البخاري،
.)3289
“Dari Abi Juhaifah ia berkata, “Pada sebuah perjalanan, Rasulullah
melaksanakan shalat Dhuhur dan Ashar dua rakaat, sedangkan di
depannya terdapat tongkat dan ada seorang perempuan yang
berjalan di belakangnya. (setelah shalat) orang-orang berdiri
memegang tangan Rasulullah dan menyentuhkannya ke wajah
mereka. Akupun berdiri dan memegang tangan beliau dan
menyentuhkannya ke wajahku. Maka aku merasakan tangan beliau
lebih sejuk dari salju dan lebih harum dibandingkan minyak misik.”
(Shahih al-Bukhari, [3289]).
5. عَ نْ جَابِرِْ ب نِْ يَزِيدَْ ب نِْ الأَ سوَدِْ السُّوَْائِ ىْ عَ نْ أَبِيهِْ أَن ه صَل ى مَعَْ الن بِِِْ -صلى
الله عليه وسلم- الصُّ بحَْ فَذَكَرَْ ا لَْدِيثَْ قَْالَْ ث ثَارَْ الن ا سْ يَأ خ ذْونَْ بِيَدِهِْ
يََ سَ حونَْ بَِِا و جوهَ ه مْ. قَالََْ أَْْخَ ذ تْ بِْيَدِهِْ فَمَسَ ح تْ بَِِا وَ جهِْى فَ وَجَ دت هَا
أَب رَدَْ مِنَْ الث لجِْ وَأَط يَبَْ رِيحا مِنَْ ال مِْ س .ِِْ )رواه احمد(
Dari Jabir bin Yazid bin Aswad :Bahwa dia shalat shubuh
bersama dengan Nabi SAW, dia berkata, kemudian orang banyak
berebut menjabat tangan Nabi SAW sembari mengusapkannya
kewajahnya, akupun menjabat tangan Nabi kemudian aku
usapkan tangan beliau ke wajahku, Maka aku merasakan tangan
beliau lebih sejuk dari salju dan lebih harum dibandingkan minyak
misik (Musnad Ahmad, juz 37, hal. 436)
6. Memakai sajadah sebagai alas untuk
shalat
عَنْ عَائِشَةَ " أَ ن الن بِ صَل ى الله عَ لَيْهِ وَسَل مَ كَانَ لَهُ حَ صِير يَ بْسُطُهُ
وَيُصَلاِي عَلَيْهِ " )رواه البخاري(.
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah, bahwa sesungguhnya Nabi
memiliki suatu tikar (sajadah) yang dihamparkannya dan
beliau shalat di atasnya.” (HR. Bukhari).
عن أَبِ سَعِيد أَن هُ رَأَى الن بِ صَل ى اللهُ عَلَيْهِ وَسَل مَ يُصَ لاِي عَلَى حَصِيْرٍ
)رواه مسلم(.
“Diriwayatkan dari Abu Sa’id, sesungguhnya dia melihat Nabi
shalat di atas tikar (sajadah) nya.” (Shahih Muslim, juz I,
hal. 369 [284]).
7. Tambahan Lafadz Sayyidina dalam
Shalawat
عَنْ أَبِْ هُرَيْ رَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ أَنَا سَياِدُ وَلَدِ آدَمَ يَ وْمَ الْقِيَامَةِ وَ أَ ولُ مَنْ يَ نْشَقُّ عَنْه الْقَ بْ رُ وَأَ ولُ
شَافِعٍ وَأَ ولُ مُشَ فعٍ . )رواه مسلم(.
“Dari Abi Hurairah ia berkata, “Rasulullah bersabda, “Saya adalah
gusti anak adam pada hari kiamat, orang pertama yang dibangkitkan dari
kubur, orang pertama yang memberikan syafaat dan orang yang pertama
kali berhak memberikan syafaat.” (Shahih Muslim, juz IV, hal. 1784 [3]).
عَنْ مَُُاهِدٍ يَُُ ا دِثُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ )فِ الت شَهُّدِ ( أَشْهَ دُ أَنْ لَا إِلَه إِ لا الله قَالَ ابْنُ عُمَرَ زِدْتُ فِيهَا وَحْدَه لَا
شَرِيكَ لَه وَأَشْهَدُ أَ ن مَُُ مدًا عَبْدُه وَرَسُولُه )رواه أبو داود(
“Dari Mujahid meriwayatkan tentang tasyahhud yang dibaca oleh Ibn
Umar setelah membaca “asyhadu allaa ilaaha illallah” Ibn Umar berkata,
“Aku menambah bacaan, “wahdahu la syariika lahu wa asyhadu anna
Muhammadan Abduhu wa rasuuluhu.” (Sunan Abi Dawud, juz I, hal. 255
[971]).