Pendekatan konseling analisis transaksional dan realitas memberikan pandangan tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas keputusannya. Kedua pendekatan ini berfokus pada perilaku saat ini untuk memenuhi kebutuhan dasar secara konstruktif.
Teori pendekatan Gestalt berfokus pada konsep bahwa manusia harus dipahami sebagai keseluruhan dan bukan hanya penjumlahan dari bagian-bagiannya. Proses konseling Gestalt bertujuan untuk membantu klien mencapai kesadaran diri dan lingkungan sekitarnya dengan menghadirkan hubungan personal antara konselor dan klien serta mengeksplorasi perasaan klien saat ini.
Teori Trait-Factor menyatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dijelaskan melalui dimensi-dimensi kepribadian yang diukur dengan tes psikologis. Pendekatan ini bertujuan untuk membantu klien mengembangkan potensinya dengan memahami kekuatan dan kelemahannya, serta menempatkannya dalam lingkungan yang sesuai. Teknik utamanya adalah memberikan umpan balik hasil tes, mengarahkan klien pada
Makalah ini membahas pendekatan konseling client centered yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Client centered merupakan pendekatan humanistik yang berfokus pada pertumbuhan pribadi klien dengan membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri. Proses konseling client centered didasarkan pada empati, penerimaan, dan hubungan antara konselor dan klien.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan proses konseling berpusat pada klien (client centered counseling) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Konseling ini bertujuan untuk membantu klien menjadi pribadi yang lebih berfungsi dengan menciptakan iklim yang mendukung klien untuk mengekspresikan diri secara bebas. Peran konselor adalah menerima, memahami, dan mencerminkan perasaan klien tanpa memberi saran.
REBT adalah pendekatan kognitif-behavioral yang menekankan hubungan antara pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Tujuannya membantu mengubah pikiran irasional menjadi rasional melalui teori ABCDE. Pendekatan ini dikembangkan oleh Albert Ellis dengan fokus mengubah pemikiran untuk mengubah tingkah laku.
Teori pendekatan Gestalt berfokus pada konsep bahwa manusia harus dipahami sebagai keseluruhan dan bukan hanya penjumlahan dari bagian-bagiannya. Proses konseling Gestalt bertujuan untuk membantu klien mencapai kesadaran diri dan lingkungan sekitarnya dengan menghadirkan hubungan personal antara konselor dan klien serta mengeksplorasi perasaan klien saat ini.
Teori Trait-Factor menyatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dijelaskan melalui dimensi-dimensi kepribadian yang diukur dengan tes psikologis. Pendekatan ini bertujuan untuk membantu klien mengembangkan potensinya dengan memahami kekuatan dan kelemahannya, serta menempatkannya dalam lingkungan yang sesuai. Teknik utamanya adalah memberikan umpan balik hasil tes, mengarahkan klien pada
Makalah ini membahas pendekatan konseling client centered yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Client centered merupakan pendekatan humanistik yang berfokus pada pertumbuhan pribadi klien dengan membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri. Proses konseling client centered didasarkan pada empati, penerimaan, dan hubungan antara konselor dan klien.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan proses konseling berpusat pada klien (client centered counseling) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Konseling ini bertujuan untuk membantu klien menjadi pribadi yang lebih berfungsi dengan menciptakan iklim yang mendukung klien untuk mengekspresikan diri secara bebas. Peran konselor adalah menerima, memahami, dan mencerminkan perasaan klien tanpa memberi saran.
REBT adalah pendekatan kognitif-behavioral yang menekankan hubungan antara pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Tujuannya membantu mengubah pikiran irasional menjadi rasional melalui teori ABCDE. Pendekatan ini dikembangkan oleh Albert Ellis dengan fokus mengubah pemikiran untuk mengubah tingkah laku.
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
Konseling Menurat Pendekatan Humanistik memberikan fokus pada potensi individu untuk memilih dan membuat keputusan sendiri serta menerima diri apa adanya. Pendekatan ini menggunakan teknik client-centered counseling dan memberikan penerimaan, penghargaan, serta pemahaman tanpa syarat untuk membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri.
Terapi client-centered berlandaskan pandangan bahwa manusia memiliki dorongan untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers, manusia menyusun diri berdasarkan persepsinya sendiri tentang kenyataan. Klien memiliki kemampuan untuk memahami penyebab ketidakbahagiaan dan melakukan perubahan diri. Perubahan akan terjadi jika terapis membangun hubungan yang ditandai kehangatan, penerimaan, dan empati.
Ringkasan pendekatan konseling Gestalt menurut dokumen tersebut adalah:
Pendekatan konseling Gestalt berfokus pada kesadaran klien akan perasaan dan pesan tubuhnya serta menantang klien untuk memanfaatkan inderanya sepenuhnya. Terapi ini dikembangkan oleh Frederick Perls berdasarkan psikoanalisis, fenomenologi, dan psikologi Gestalt.
Terapi realitas adalah pendekatan konseling yang berfokus pada perilaku saat ini. Tujuannya adalah membantu klien belajar bertanggung jawab atas tindakannya dan menghadapi kenyataan secara realistis dengan memenuhi kebutuhannya tanpa merugikan orang lain. Konselor berperan sebagai pembimbing yang mengajak klien untuk mengevaluasi perilakunya dan membuat pilihan yang lebih baik melalui teknik seperti per
Dokumen tersebut membahas tentang penstrukturan dalam proses konseling. Penstrukturan digunakan untuk memberikan batasan agar proses konseling berjalan sesuai tujuan. Terdapat beberapa bentuk penstrukturan seperti batasan waktu, tindakan, peran, dan masalah. Fungsi penstrukturan adalah memfasilitasi tanggung jawab klien, memecahkan masalah, dan melindungi klien. Tujuan penstrukturan adalah menjelaskan peran
Pendekatan Gestalt berfokus pada masa kini dan kesadaran. Tujuannya membantu klien menghadapi tantangan secara mandiri dan memahami realitasnya. Tekniknya meliputi dialog, kursi kosong, pembalikan peran, dan proyeksi untuk mendorong klien menemukan makna sendiri. Peran konselor adalah memfasilitasi klien menghadapi masalah dengan perasaan penuh di masa sekarang.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan Client Centered dalam konseling yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Pendekatan ini berfokus pada penerimaan konselor terhadap klien, kejujuran, dan kemampuan klien untuk menemukan solusi masalahnya sendiri dengan bantuan hubungan yang terbentuk antara klien dan konselor.
Pendekatan analisis transaksional merupakan teori terapi yang populer yang dikembangkan oleh Eric Berne pada tahun 1960-an. Teori ini berfokus pada status ego (orang tua, dewasa, anak) dan posisi dalam berinteraksi (OK-OK, OK-tidak OK, tidak OK-OK, tidak OK-tidak OK). Tujuan konseling analisis transaksional adalah membantu klien mengembangkan status ego dewasa dan membuat keputusan baru untuk mengub
1. AUM PTSDL adalah alat untuk mengungkapkan masalah-masalah khusus yang berkaitan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar. Alat ini terdiri dari beberapa format untuk mahasiswa dan siswa SD sampai SLTA.
2. Alat ini digunakan untuk mengungkap masalah belajar terkait prasyarat materi, keterampilan, sarana, kondisi pribadi, dan lingkungan belajar. Hasilnya digunakan se
Dokumen tersebut merangkum teori konseling Adler yang mendasarkan perilaku pada perasaan inferioritas dan tujuan untuk mencapai superioritas. Proses konseling berfokus pada mengembangkan pemahaman diri klien dan minat sosial melalui teknik seperti analisis ingatan masa kecil dan mimpi. Konselor berperan sebagai pendidik untuk mengubah gaya hidup klien.
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar psikoanalisis Sigmund Freud tentang perkembangan kepribadian, struktur kepribadian, dan tujuan serta proses konseling psikoanalisis. Beberapa teknik konseling psikoanalisis seperti asosiasi bebas, interpretasi, dan analisis mimpi juga dijelaskan. Dokumen tersebut juga membahas kelebihan dan keterbatasan pendekatan psikoanalisis.
Dokumen tersebut membahas tentang eksistensialisme humanistik dalam konseling. Secara garis besar, dokumen menjelaskan konsep dasar eksistensialisme humanistik, pandangan manusia, tujuan, karakteristik, peran konselor, tahapan dan teknik konseling eksistensialisme humanistik. Dokumen juga membahas asumsi perilaku bermasalah dan contoh kasus penerapannya.
Dokumen tersebut merangkum beberapa pendekatan konseling seperti analisis transaksional, realitas, dan trait and factor. Dokumen tersebut juga menjelaskan konsep dasar, teknik, tujuan, peran dan fungsi konselor, asumsi perilaku bermasalah, dan contoh kasus dari masing-masing pendekatan.
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
Konseling Menurat Pendekatan Humanistik memberikan fokus pada potensi individu untuk memilih dan membuat keputusan sendiri serta menerima diri apa adanya. Pendekatan ini menggunakan teknik client-centered counseling dan memberikan penerimaan, penghargaan, serta pemahaman tanpa syarat untuk membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri.
Terapi client-centered berlandaskan pandangan bahwa manusia memiliki dorongan untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers, manusia menyusun diri berdasarkan persepsinya sendiri tentang kenyataan. Klien memiliki kemampuan untuk memahami penyebab ketidakbahagiaan dan melakukan perubahan diri. Perubahan akan terjadi jika terapis membangun hubungan yang ditandai kehangatan, penerimaan, dan empati.
Ringkasan pendekatan konseling Gestalt menurut dokumen tersebut adalah:
Pendekatan konseling Gestalt berfokus pada kesadaran klien akan perasaan dan pesan tubuhnya serta menantang klien untuk memanfaatkan inderanya sepenuhnya. Terapi ini dikembangkan oleh Frederick Perls berdasarkan psikoanalisis, fenomenologi, dan psikologi Gestalt.
Terapi realitas adalah pendekatan konseling yang berfokus pada perilaku saat ini. Tujuannya adalah membantu klien belajar bertanggung jawab atas tindakannya dan menghadapi kenyataan secara realistis dengan memenuhi kebutuhannya tanpa merugikan orang lain. Konselor berperan sebagai pembimbing yang mengajak klien untuk mengevaluasi perilakunya dan membuat pilihan yang lebih baik melalui teknik seperti per
Dokumen tersebut membahas tentang penstrukturan dalam proses konseling. Penstrukturan digunakan untuk memberikan batasan agar proses konseling berjalan sesuai tujuan. Terdapat beberapa bentuk penstrukturan seperti batasan waktu, tindakan, peran, dan masalah. Fungsi penstrukturan adalah memfasilitasi tanggung jawab klien, memecahkan masalah, dan melindungi klien. Tujuan penstrukturan adalah menjelaskan peran
Pendekatan Gestalt berfokus pada masa kini dan kesadaran. Tujuannya membantu klien menghadapi tantangan secara mandiri dan memahami realitasnya. Tekniknya meliputi dialog, kursi kosong, pembalikan peran, dan proyeksi untuk mendorong klien menemukan makna sendiri. Peran konselor adalah memfasilitasi klien menghadapi masalah dengan perasaan penuh di masa sekarang.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan Client Centered dalam konseling yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Pendekatan ini berfokus pada penerimaan konselor terhadap klien, kejujuran, dan kemampuan klien untuk menemukan solusi masalahnya sendiri dengan bantuan hubungan yang terbentuk antara klien dan konselor.
Pendekatan analisis transaksional merupakan teori terapi yang populer yang dikembangkan oleh Eric Berne pada tahun 1960-an. Teori ini berfokus pada status ego (orang tua, dewasa, anak) dan posisi dalam berinteraksi (OK-OK, OK-tidak OK, tidak OK-OK, tidak OK-tidak OK). Tujuan konseling analisis transaksional adalah membantu klien mengembangkan status ego dewasa dan membuat keputusan baru untuk mengub
1. AUM PTSDL adalah alat untuk mengungkapkan masalah-masalah khusus yang berkaitan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan belajar. Alat ini terdiri dari beberapa format untuk mahasiswa dan siswa SD sampai SLTA.
2. Alat ini digunakan untuk mengungkap masalah belajar terkait prasyarat materi, keterampilan, sarana, kondisi pribadi, dan lingkungan belajar. Hasilnya digunakan se
Dokumen tersebut merangkum teori konseling Adler yang mendasarkan perilaku pada perasaan inferioritas dan tujuan untuk mencapai superioritas. Proses konseling berfokus pada mengembangkan pemahaman diri klien dan minat sosial melalui teknik seperti analisis ingatan masa kecil dan mimpi. Konselor berperan sebagai pendidik untuk mengubah gaya hidup klien.
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar psikoanalisis Sigmund Freud tentang perkembangan kepribadian, struktur kepribadian, dan tujuan serta proses konseling psikoanalisis. Beberapa teknik konseling psikoanalisis seperti asosiasi bebas, interpretasi, dan analisis mimpi juga dijelaskan. Dokumen tersebut juga membahas kelebihan dan keterbatasan pendekatan psikoanalisis.
Dokumen tersebut membahas tentang eksistensialisme humanistik dalam konseling. Secara garis besar, dokumen menjelaskan konsep dasar eksistensialisme humanistik, pandangan manusia, tujuan, karakteristik, peran konselor, tahapan dan teknik konseling eksistensialisme humanistik. Dokumen juga membahas asumsi perilaku bermasalah dan contoh kasus penerapannya.
Dokumen tersebut merangkum beberapa pendekatan konseling seperti analisis transaksional, realitas, dan trait and factor. Dokumen tersebut juga menjelaskan konsep dasar, teknik, tujuan, peran dan fungsi konselor, asumsi perilaku bermasalah, dan contoh kasus dari masing-masing pendekatan.
Analisis transaksional berdasarkan filosofi bahwa perilaku dipengaruhi oleh ego state dan pengalaman masa kecil. Terdapat empat posisi hidup berdasarkan persepsi diri dan orang lain. Tujuan konseling adalah membantu klien membuat keputusan baru tentang tingkah laku dan hidupnya. Tekniknya meliputi analisis struktur, transaksi, skrip, dan mainan.
Psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kebebasan manusia untuk menentukan nasibnya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya. Pendekatan ini menekankan hubungan antara konselor dan klien agar klien dapat menemukan makna hidupnya secara otentik. Terdapat tiga tahapan dalam konseling eksistensial yaitu mengidentifikasi asumsi, meneliti sumber nilai, dan mewujudkan pemahaman diri
Dokumen tersebut merangkum pendekatan konseling humanistik, yang menekankan pada kebebasan individu dan aktualisasi diri. Pendekatan ini menentang pandangan psikoanalisis dan behavioristik. Tokoh kuncinya meliputi Maslow dan Rogers. Tujuannya adalah membantu klien mengembangkan diri dengan mengoptimalkan kesadaran diri dan menerima keadaan apa adanya. Peran konselor adalah menerima dan menghargai klien.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar analisis transaksional dalam psikoterapi yang menekankan pada hubungan interaksi antara individu. Analisis transaksional menganalisis bentuk, isi, dan cara komunikasi antar individu berdasarkan tiga pola status ego yaitu orang tua, dewasa, dan anak. Dokumen tersebut juga menjelaskan empat posisi utama dalam interaksi, asumsi dasar, tujuan, teknik, kelebihan dan kekurangan dari
Dokumen tersebut membahas tentang etika Pancasila sebagai sistem etika. Pancasila dijelaskan sebagai pedoman etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai ideal yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata sebagai pedoman bagi tindakan dan munculnya nilai lain. Pancasila di
Pendekatan psikoanalisis dan transaksional dalam konseling membahas tentang:
1. Pendekatan psikoanalisis yang menekankan pada penyebab tidak sadar dari perilaku, dengan teknik asosiasi bebas dan interpretasi mimpi.
2. Pendekatan transaksional yang menganalisis pola komunikasi antarorang untuk memahami masalah, dengan teknik seperti analisis struktur dan transaksi.
3. Kedua pendekatan bertujuan membantu klien men
Dokumen tersebut membahasakan konsep-konsep utama dalam pendidikan moral seperti moral, amoral, etika, dan menjelaskan makna moral dari berbagai perspektif.
Sistem pakar analisis kepribadian berdasarkan teori Jung menggunakan pengetahuan tentang 16 tipe kepribadian menurut tes MBTI untuk memberikan rekomendasi kepada pengguna. Sistem ini menganalisis jawaban pengguna untuk menentukan tipe kepribadian dan memberikan saran berdasarkan teori Jung tentang dinamika dan perkembangan kepribadian.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. PENDEKATAN KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL
(AT)
1. Nama Pendekatan
Konseling (AT)
Transaksional
2. Tokoh
Pendekatan
Konseling (AT)
Eric Berne
3. Konsep Dasar
Pendekatan
Konseling (AT)
Menurut Gerald Corey Analisis Transaksional
berakar pada filosofi antideterministik. Analisis ini
juga mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh
harapan serta tuntutan oleh orang lain yang
signifikan baginya, terutama oleh karena keputusan
yang terlebih dulu telah dibuat pada masa hidupnya
mereka pada saat mereka sangat tergantung pada
orang lain. Tetapi keputusan dapat ditinjau kembali
dan ditantang, dan apabila keputusan yang telah
diambil terdahulu tidak lagi cocok, bisa dibuat
keputusan baru.
Transaksional antara lain: status ego, belaian, atau
perintah, pembentukan naskah, permainan, dan
posisi hidup.
4. Hakekat Manusia
Pendekatan
Konseling (AT)
Secara singkat hakikat manusia menurut Analisis
Transaksional adalah:
1) Manusia adalah makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk hidup.
2) Manusia memenuhi dua kebutuhan dasar yaitu
fisik dan psikologis.
3) Manusia adalah makhluk yang mempunyai
potensi untuk membuat keputusan.
4) Manusia adalah makhluk yang bertanggung
jawab
5) Manusia adalah makhluk social.
5. Hakekat
Konseling
Pendekatan
Konseling (AT)
Hakikat Konseling dalam pendekatan Analisis
transaksional yaitu perancangan status ego klien
dalam bertransaksi sehingga klien mampu
mempromosikan dirinya dengan tepat.serta berupaya
untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi klien
atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis,
rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi
dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam
berhubungan dengan orang lain. Konseling dalam
2. pendekatan ini cenderung ke arah aspek-aspek
kognitif dan behavioral dan dirancang untuk
membantu orang-orang dalam mengevaluasi
putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut
kelayakan sekarang.
6. Tujuan
Pendekatan
Konseling (AT)
Tujuan umum konseling Analisis Transaksional,
ialah membantu individu mencapai otonomi.
Individu dikatakan mencapai otonomi apabila ia
mempunyai kesadaran, spontanitas dan keakraban.
2. Tujuan khusus konseling Analisis Transaksional,
yaitu :
1) Konselor membantu klien membebankan status
ego dewasanya dari kontaminasi dan pengaruh
negatif status ego anak dan status ego orangtua.
2) Konselor membantu klien untuk menggunakan
semua status egonya secara tepat.
3) Konselor membantu klian menetapkan kebebasan
untuk membuat pilihan-pilihan terlepas dari
perintah-perintah orang tua.
4) Konselor membantu klien untuk mengubah
keputusan-keputusan yang mengarah pada posisi
kehidupan “orang kalah”.
7. Karakteristik
Pendekatan
Konseling (AT)
Dewa Ketut Sukardi (dalam Subandi, 2001: 74)
menyebutkan adanya empat posisi dasar yang
menentukan kehidupan seseorang diantaranya:
1) I’m Ok,You’re Ok
Posisi ini disebut sebagai dasar naskah hidup
pemenang dan memiliki potensi untuk
mengembangkan mental dan sehat dan dapat
menyelesaikan masalahnya dengan
konstruktif.Individu memiliki sistem OK-OK
menentukan menyenagkan orang lain dan dia
juga disenangi orang lain
2) I,m Ok,You’re not Ok
Posisi ini dimiliki oleh individu yang merasa
menjadi korban atau yang diperlakukan tidak
baik.Mereka menyalahkan orang lain atas
permasalahan yang mereka alami.Contonya oleh
penjahat dan kriminal
3) I,m not Ok,Your’r Ok
Posisi ini biasanya dimiliki oleh individu yang
merasa tidak punya kekuatan dibandigkan orang
lain.Posisi ini dapat mengarah pada depresi dan
3. yang lebih ekstrim bunuh diri
4) I’m not OK, you’re not OK
Posisi ini merupakan dasar paling kuat untuk
menyusun naskah hidup pecundang (loser
script). Dalam situasi not OK-not OK ini kedua
pihak kalah menurut Child-nya. Seluruh dunia
tidak baik dan hidup tidak berarti baik bagi diri
sendiri maupun bagi orang lain. Individu merasa
tidak menarik, tidak pantas disayangi dan
orangtua tidak memperhatikan karena mereka
sama buruknya. Posisi ini biasanya dimiliki oleh
individu yang tidak punya keinginan hidup,
bahkan dapat mengarah pada pembunuhan dan
bunuh diri
8. Peran dan Fungsi
Konselor
Pendekatan
Konseling (AT)
Peran Konselor :
Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988)
memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang
guru, pelatih atau nara sumber dengan penekanan
kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis
menerangkan konsep-konsep seperti analisis
struktural, analisis transaksional, analisis skenario,
dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey
(1988),
Fungsi Konselor :
1) Menggunakan pengetahuannya untuk
mendukung klien dalam hubungannya dengan
suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh
klien.
2) Konselor memotivasi dan mengajari klien agar
lebih mempercayai ego Orang Dewasanya
sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor
dalam memeriksa keputusan–keputusan lamanya
serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.
9. Hubungan
Konselor dengan
Konseli
Pendekatan
Konseling (AT)
1) Hubungan yang sederajat antara konselor dengan
klien tanpa mengesampingkan status terapis.
Teknik Analisis Transaksional, analisis rencana
kehidupan yang lebih baru dan analisis
permainan.
2) Konselor transaksional selalu aktif,
menghindarkan keadaan diam yang terlalu lama,
dan mempunyai tanggung jawab untuk
memelihara perhatian pada saat transaksi.
3) Konselor berupaya menciptakan suasana yang
akrab dalam hubungan sosial yang baik agar
4. keaduanya terjadi interaksi timbal baik satu sama
lain.
10. Deskripsi Proses
Konseling
Pendekatan
Konseling (AT)
1) Dalam proses konseling, konselor dan klien
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
2) Menurut Harris peranan terapis dalam analisis
transaksional lebih bersifat sebagai guru, trainer
ataupun sebagai manusia sumber informasi.
3) Selanjutnya dalam hubungan ini klien akan mulai
mencoba mengubah perilakunya berdasarkan
tujuan yang telah disepakati bersama, dan klien
akan mulai mengembangkan rasa tanggung
jawabnya.
4) Dalam proses konseling analisis transaksional
berfungsi untuk memelihara arah konseling agar
tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai,.
11. Teknik dalam
Pendekatan
Pendekatan
Konseling (AT)
1) Analisis Struktural
Analisis struktural merupakan perangkat yang
bisa membuat manusia menjadi sadar akan isi
dan berfungsinya orang tua, orang dewasa, dan
anak-anak yang ada pada mereka.
2) Analisis Transaksional
Analisis transaksional pada dasarnya adalah
suatu deskripsi tentang apa yang dikerjakan dan
dikatakan orang itu tentang dirinya sendiri dan
tentang orang lain.
3) Pemodelan Keluarga
Pemodelan keluarga, satu pendekatan lagi yang
dipakai dalam analisis struktural, terutama
berguna untuk menangani Orang Tua Konstan,
Orang Dewasa Konstan, ataupun Anak-anak
Konstan.
4) Analisis dari ritual dan waktu senggang
Analisis atas suatu transaksi
mencakup identifikasi ritual dan masa enggang
yng digunaka untuk menstrukturkan waktu.
5) Analisis permainan dan raket
Analisis dari permainan dan raket merupakan
aspek penting untuk memahami transaksi
dengan orang lain.
6) Analisis suratan
Tidak adanya otonomi seseorang brpangkal pada
komitmen lain sering kali memiliki depresi
sebagai pembayaran upahnya pada penyuratan
5. dirinya yaitu, pada rencana hidup yang telah
ditetapkan dimasa usia dini.
12. Kelebihan dan
Kekurangan
Pendekatan
Konseling (AT)
Kelebihan Pendekatan Analisis
Transaksional Menurut Gerald Corey (1982): 10
1) Sangat berguna dan para konselor dapat dengan
mudah menggunakannya.
2) Menantang konseli untuk lebih sadar akan
keputusan awal mereka.
3) Integrasi antara konsep dan praktek analisis
transaksional dengan konsep tertentu dari terapi
gestalt amat berguna karena konselor bebas
menggunakan prosedur dari pendekatan lain.
4) Memberikan sumbangan pada konseling
multikultural karena konseling diawali dengan
larangan mengaitkan permasalahan pribadi
dengan permasalahan keluarga dan larangan
mementingkan diri sendiri
Kelemahan Pendekatan Analisis
Transaksional Menurut Gerald Corey (1982):
1) Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan
dalam analisis transaksional cukup
membingungkan.
2) Penekanan Analisis Transaksional pada struktur
merupakan aspek yang meresahkan.
3) Konsep serta prosedurnya dipandang dari
perspektif behavioral, tidak dapat di uji
keilmiahannya.
4) Konseli bisa mengenali semua benda tetapi
mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek
diri mereka sendiri.
13. Asumsi Perilaku
Bermasalah
Pendekatan
Konseling (AT)
1) Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak
dibelenggu oleh masa lampaunya (Manusia
selalu berubah dan bebas untuk menentukan
pilihanya).
2) Manusia bisa berubah karena adanya penemuan
tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil AT yang dapat
diamati.
3) Manusia sanggup melampaui pengondisian dan
pemprograman awal (manusia dapat berubah
asalkan ia mau). Perubahan manusia itu adalah
persoalan di sini dan sekarang (here and now).
Berbeda dengan psikoanalisis, yang cenderung
deterministik, di mana sesuatu yang terjadi pada
manusia sekarang ditilik dari masa lalunya.
4) Manusia bisa belajar mempercayai dirinya
6. dirinya sendiri , berpikir dan memutuskan untuk
dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-
persaannya.
5) Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola
kebisaaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan
tingkah laku baru.
6) Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh
pengharapan dan tuntutan dari orang-orang lain
7) Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang
pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana
yang diperintahkan.
14. Contoh Kasus
Pendekatan
Konseling (AT)
Dani merupakan siswa kelas XI di sekolah SMK 2
.dia memiliki kebiasaan buruk yakni sering minum-
minuman keras. Hal ini menjadi kebiasaan yang
harus dilakukannya ketika dirinya sedang
mengalami kecemasan atau dilanda sesuatu yang
menyakitkan, maka pelampiasannya dengan minu-
minuman keras. Setelah dirinya merasakan sesuatu
yang berbeda yakni rasa semangat kembali muncul
dari dirinya, semua beban hilang, lambat laun dia
merasakan ketagihan akan hal itu. Kebiasaan ini
bermula semenjak dirinya masih di kelas X. Akhir-
akhir ini dani sering sakit-sakitan, namun
kebiasaanya minum-minuman keras belum bisa dia
hentikan. Oleh karena itulah, dani memutuskan
untuk menemui konselor
15 Penyelesaian
kasus Pendekatan
Konseling (AT)
Analisis transaksional memberikan hubungan yang
supportif dan suasana yang kondusif bagi klien
untuk dapat memikul tanggungjawab pribadi yang
lebih besar atas hidupnya. Konselor melatih klien
tentang keterampilan dan menganalisis ego state.
Konselor mendukung klien pada saat mereka
mengungkapkan dan menganalisis dirinya secara
lebih lengkap dan mengujicobakan pola-pola
perasaan tentang ketergantungannya terhadap miras,
perasaan jika efek negatif miras pada dirinya
membuat orang yang disayanginya menjadi
khawatri, pemikiran tentang bahayanya miras,
Konselor dalam konseling analisis transaksional
perlu memisahkan sebuah pola perasaan-pikiran-
dan-tindakan (ego states) dengan pola lainnya.
Konselor berusaha mengalihkan ketergantungannya
terhadap miras melalui pemisahan tersebut.
7. tujuannya untuk membebaskan klien agar memiliki
akses yang tepat ke semua ego states nya tanpa
eksklusi dan kontaminasi yang melemahkan.
PENDEKATAN KONSELING REALITAS
1. Nama Pendekatan
Konseling Realitas
Realitas
2. Tokoh Pendekatan
Konseling Realitas
William Glasser
3. Konsep Dasar
Pendekatan
Konseling Realitas
1) Menolak model medis dan kosep tentang
penyakit mental.
2) Berfokus pada apa yang bisa dilakukan
sekarang, dan menolak masa lampau sebagai
variable utama.
3) Pertimbangan nilai dan tanggung jawab
moral ditekankan.
4. Hakekat Manusia
Pendekatan
Konseling Realitas
Pada dasarnya Glasser memiliki pandangan yang
positif dan dinamis tentang hakikat manusia. Ia
berkeyakinan bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk menentukan dan
mengarahkan dirinya sendiri dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. Dengan mendasarkan diri
pada keputusan-keputusan yang dibuatnya,
manusia memilih perilaku untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup
bertanggung jawab, berhasil dan memuasakan
daripada bergantung pada situasi dan
lingkungannya.
5. Hakekat Konseling
Pendekatan
Konseling Realitas
Praktek realitas terapi dapat dikonseptualisasikan
sebagai siklus konseling , yang terdiri dari dua
komponen utama:
1) Membuat lingkungan konseling dan
Menerapkan prosedur khusus yang
mengakibatkan perubahan lingkungan. Seni
konseling adalah merancang semua
komponen bersama-sama dengan cara
memimpin konseli untuk mengevaluasi hidup
mereka dan memutuskan untuk bergerak ke
arah yang lebih efektif.
8. 2) Siklus konseling dimulai dengan
menciptakan hubungan kerja dengan
klien. Hasil Proses melalui explorasi dari
keinginan ,kebutuhan, dan persepsi
6. Tujuan Pendekatan
Konseling Realitas
Tujuan konseling realita adalah membantu
konseli agar memiliki kontrol yang lebih besar
terhadap kehidupanya sendiri dan mampu
membuat pilihan yang lebih baik. Pilihan yang
lebih baik tersebut merupakan suatu pilihan yang
bijaksana yang dipersepsi sebagai pilihan yang
memenuhi kriteria berikut:
1) Dapat membantu memenuhi kebutuhan
dasar
2) Bertanggung jawab
3) Realistik
4) Memungkinkan untuk dapat menjalin
hubungan yang saling memuaskan dengan
orang lain
5) Memungkinkan untuk mengembangkan
identitas berhasil
6) Memungkinkan untuk memiliki ketrampilan
yang konsisten untuk membentuk tindakan
yang sehat yang meningkatkan prilaku
totalnya
7. Karakteristik
Pendekatan
Konseling Realitas
1) Menolak model medis
2) Penekanan pada saat sekarang
3) Mementingkan aspek nilai
4) Tidak menekankan transferensi
5) Menekankan pada aspek kesadaran
6) Menghapus hukuman
7) Menekankan pada tanggung jawab
8. Peran dan Fungsi
Konselor
Pendekatan
Konseling Realitas
Peran konselor :
1) Konselor terlibat dengan klien membawa
klien menghadapi realita
2) Tidak membuat pertimbangan nilai dan
keputusan bagiklien
3) Mengajarkan konseli membuat rencana &
ketrampilan
4) Bertindak tegas
5) Pembimbing
6) Moralis
7) Memberi hadiah
9. 8) Mengajar klien
Fungsi konselor :
1) Terlibat dengan klien dan kemudian
membawa Klien menghadapi realita
2) Sebagai pembimbing untuk membantu akan
menafsirkan tingkah laku mereka secara
realistis
3) Keterlibatan (Involument)
4) Sebagai contoh perilaku yang baik
9. Hubungan Konselor
dengan Konseli
Pendekatan
Konseling Realitas
Hubungan antara konselor dan klien dapat
berjalan sebagai berikut : ( Gerald Corey, 1973 :
278-281 )
1) Terapi realitas berlandaskan hubungan untuk
keterlibatan pribadi antara terapis dan klien.
Terapis, dengan kehangatan, pengertian,
penerimaan, dan harus mengomunikasikan
bahwa dia menaruh perhatian.
2) Perencanaan adalah hal yang esensial dalam
terapi realitas. Situasi terapeutik tidak
terbatas pada diskusi-diskusi antara terapis
dan klien.
3) Komitmen adalah kunci utama terapi realitas.
Setelah para klien membuat pertimbangan-
pertimbangan dan memutuskan rencana-
rencana tindakan, terapis membantu mereka
dalam membuat suatu komitmen untuk
melaksanakan rencana-rencana itu dalam
kehidupan
4) Terapi realitas tidak menerima dalih. Jelas
bahwa tidak semua komitmen klien bisa
terlaksana. Rencana-rencana bisa gagal. Akan
tetapi, jika rencana-rencana gagal, terapis
realitas tidak menerima dalih.
10. Deskripsi Proses
Konseling
Pendekatan
Konseling Realitas
Dalam proses konseling , konselor aktif secara
verbal, yakni aktif mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai kehidupan konseli pada
saat ini, sehingga konseli bertambah sadar akan
tingkah lakunya dan mau membuat penilaian
ketidakefektifan perilakunya selama ini
11. Teknik dalam
Pendekatan
Pendekatan
Konseling Realitas
Teknik-teknik Konseling
1) Melakukan permainan peran dengan konseli
2) Menggunakan humor
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
10. 4) Tidak menerima alasan tingkah laku yang
tidak bertanggung jawab
5) Berperan sebagai model dan guru
6) Melibatkan diri pada perjuangan konseli
mencari hidup yang efektif
7) Konfrontasi tingkah laku yang tidak realistis
8) Memberikan PR antar pertemuan dengan
pertemuan berikutnya
9) Membaca artikel yang relevan
10) Kesepakatan kontrak antara konselor dan
konseli
11) Debat konstruktif
12. Kelebihan dan
Kekurangan
Pendekatan
Konseling Realitas
Kelebihan Konseling Realitas
1) Dapat diterapkan pada banyak populasi yang
berbeda.
2) Pendekatan konkret.
3) Menekankan pada treatmen jangka pendek
4) Meningkatkan tanggung jawab dan
kebebasan individu tanpa penyalahan atau
kritik atau berusaha mengatur kembali
keseluruhan kepribadian. dimaksudkan untuk
resolusi konflik
Kekurangan Konseling Realitas
1) Mengabaikan konsep-konsep ketidaksadaran
dan sejarah pribadi
2) Meyakini bahwa penyakit mental terjadi krn
individu bertindak tidak bertanggung jawab,
padahal penyakit mental tidak terjadi begitu
saja.
3) Terlalu sederhana dan hanya punya sedikit
konstruk teoritis
4) Mudah sekali berubah menjadi terlalu
moralistik
13. Asumsi Perilaku
Bermasalah
Pendekatan
Konseling Realitas
Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak
tepat tersebut disebabkan karena ketidak
mampuannya dalam memuaskan kebutuhannya,
akibatnya kehilangan ”sentuhan” dengan realitas
objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu sesuai
dengan realitasnya, tidak dapat melihat sesuatu
sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan
atas dasar kebenaran, tanggung jawab dan
realitas
14. Contoh Kasus
Pendekatan
Amir siswa kelas 7 SMP, dia sangat tidak
disiplin sehingga dia mengalami hambatan
11. Konseling Realitas dalam menjalankan kewajibannya sebagai siswa
disekolah. Hal ini tentu akan berakibat pada
proses belajar mengajar dan prestasi belajar
Amir disekolah.
15. Penyelesaian Kasus
Pendekatan
Konseling Realitas
Bimbingan bagi Amir ini sangat diperlukan
untuk membantu menyelesaikan permasalahan
dan agar membuat Amir dapat mengikuti proses
belajar mengajar secara baik.
Dalam hal ini, Amir diberikan bantuan dengan
konseling realita dengan menggunakan prosedur
WDEP. Amir diingatkan kembali pada
keinginan-keinginannya, tujuannya, kemudian
memberikan arahan-arahan merumuskan rencana
baru dan konselor memberikan pengawasan
terhadap perillakunya
PENDEKATAN KONSELING TRAIT AND FACTOR
1. Nama
Pendekatan
Konseling Gestalt
Trait and Factor
TRAIT AND FACTOR
2. Tokoh
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
Walter Bigham, John Darley, Donald G.Paterson dan
E.G.Williamson.
3. Konsep Dasar
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
1. Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang
saling berkaitan anatar satu dengan lainnya,
seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
2. Perkembangan kemajuan individu mulai dari
masa bayi sampai dewasa diperkuat oleh interaksi
sifat dan faktor. Telah banyak dilakukan usah
untuk menyusun kategori individu atas dasar
dimensi sifat dan faktor.
3. Manusia berusaha untuk menggunakan
pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan
dirinya sebagai dasar bagi pengembangan
potensinya.
4. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik
atau buruk
12. 4. Hakekat
Manusia
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
Pendekatan yang dipelopori oleh E.G. Williamson
ini juga disebut dengan pendekatan konseling
klinikal, bertolak pada pandangan bahwa manusia:
1. dilahirkan dengan potensi baik dan buruk
2. memiliki ciri-ciri khusus yang unik,di samping
ciri-ciri umum sehingga dapet di kelompok-
kelompokan
3. ingin mencapai kehidupn yang lebih baik (good
life)
4. banyak memngintrodusir komponen hidup yang
baik
5. terkait dengan konsep alam semesta (universi) dan
6. bukan makhluk pasif (di tentukan oleh
pembawaan dan linkungan ).
5. Hakekat
Konseling
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
1. Williamson mengajukan batasan konseling yang
bermacam-macam sebagai hasil dari
perkembangan konsepsinya.
2. Konseling adalah satu proses yang bersifat
pribadi dan individu yang dirancang untuk
membantu untuk mempelajari bahan ajaran
(subject materi) di sekolah, seperti
mengembangkan sifat-sifat kewarganegaraan,
nilai-nilai sosial, pribadi dan kebiasaan yang
baik, dll.
3. Konseling adalah bantuan yang bersifat
individual, personal yang diliputi oleh suasana
permisif dalam mengembangkan keterampilan
dan mencapai self-understanding dan self-
directionyang secara sosial dibenarkan.
4. Konseling adalah suatu jenis khusus dari
hubungan kemanusiaan yang relatif singkat
antara “mentor” (konselor) yang mempunyai
pengalaman luas dalam masalah perkembangan
manusia beserta cara/teknik memfasilitasinya
dengan “learning” (klien) yang menghadapi
kesulitan dalam usahanya mengarahkan dan
membina perkembangannya lebih lanjut.
6. Tujuan
Pendekatan
Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan
Trait and Factor (Lutfi Fauzan 2004:91) , dapat
13. Konseling Trait
and Factor
disebutkan yaitu:
1. Self-clarification (kejelasan diri)
2. Self-understanding (pemahaman diri)
3. Self-accelptance (penerimaan diri)
4. Self-direction (pengarahan diri)
5. Self-actualization (perwujudan diri)
7. Karakteristik
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
Karakteristik konselor
1. Dapat menempatkan diri sebagai guru
2. Berusaha mengarahkan klien kearah yang lebih
baik
3. Menerima sebagian tanggung jawab atas
masalah klien
4. Yakin terhadap asumsi konseling yang efektif
5. Tidak netral sepenuhnya
6. Memiliki keahlian dan teori perkembangan
manusia dan pemecahan masalah
7. Mempunyai keahlian melaksanakan proses
konseling secara fleksibel
8. Dapat melaksanakan strategi pengubahan
tingkah laku
9. Mempunyai ketrampilan yang seharusnya dimiliki
oleh konselor
Karakteristik Klien :
1. Bisa datang secara sukarela untuk konseling
2. Bersedia belajar memahami dirinya dan
mengarahkan diri
3. Menggunakan kemampuan berfikir untuk lebih
memperbaiki dirinya
4. Mau bekerjasama dengan konselor
Karakteristik konseling :
1. Fokus utama adalah kemampuan individu
memecahkan masalah bukan terpecahnya
masalah.
2. Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada
intelek.
3. Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada
masa lalu.
4. Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan
konseling.
5. Proses terapi merupakan penyerasian antara
gambaran diri klien dengan keadaan dan
pengalaman diri yang sesungguhnya.
6. Hubungan konselor dan klien merupakan situasi
pengalaman terapeutik yang berkembang
menuju kepada kepribadian klien yang integral
14. dan mandiri.
7. Klien memegang peranan aktif dalam konseling
sedangkan konselor bersifat pasif reflektif.
8. Peran dan Fungsi
Konselor
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
PERAN KONSELOR
1. Sebagai guru
2. Sebagai motivator
3. Sebagai model
4. Sebagai evaluator
FUNGSI KONSELOR
1. Dapat menempatkan diri sebagai guru
2. Menerima sebagian tanggungjawab terhadap
masalah klien
3. Bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih
baik
4. Dapat melaksanakan proses konseling secara
fleksibel
9. Hubungan
Konselor dengan
Konseli
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
Hubungan konselor dengan klien merupakan
hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi
dalam hubungan tatap muka.Hubungan yang bersifat
pribadi itu dimaksudkan agar konselor dapat
menempatkan diri secara emosional dan psikologis
dalam kehidupan klien.
Dalam membantu individu mengembangkan
diri menjadi menusia yang penuh(full
humanity), dibutuhkan hubungan yang sangat
individual (highly
individualized)dan pribadi (Personalized). Hubungan
yang bersifat pribadi itu dimaksudkan agar konselor
dapat menempatkan diri secara emosional dan
psikologis dalam kehidupan diri klien. Dalam
hubungan ini tidak semata-mata “problem
centered”, artinya bantuan tidak langsung atau tidak
segera ditujukan pada pemecahan masalahnya, tetapi
mengembangkan kemampuan individu untuk
memecahkan sendiri masalahnya.
10. Deskripsi Proses
Konseling
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
Hubungan konselor dengan klien merupakan
hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi
dalam hubungan tatap muka. Konselor bukan hanya
membantu individu atas apa saja yang sesuai dengan
potensinya, tetapi konselor juga mempengaruhi klien
berkembang ke satu arah yang terbaik baginya.
Konselor memang tidak menetapkan tetapi
memberikan pengaruh untuk mendapatkan cara yang
15. baik dalam membuat keputusan.
11. Teknik dalam
Pendekatan
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
Teknik Konseling Trait and Factor
1. Atending
Atending dapat dipahami sebagai usaha
pembinaan untuk menghadirkan klien dalam
proses konseling. Penciptaan dan pengembangan
Atending dimulai dari upaya konselor
menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar,
dan mampu mengetahui atau paling tidak
mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh
klien. Melalui jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan di atas, konselor dapat memulai
melakukan pembinaan untuk mengajak klien
mamasuki proses konseling.
2. Mengundang Pembicaraan Terbuka
Ajakan terbuka untuk berbicara memberi
kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya
sendiri dengan dukungan pewawancara.
Pertanyaan terbuka memberi peluang klien untuk
mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam
wawancara.
3. Contoh pertanyaan terbuka :
Untuk membantu memulai wawancara :
“Apa yang akan Anda bicarakan hari ini?”
“Bagaimana keadaan Anda sejak pertemuan
terakhir kita?”
4. Paraprase
Esensinya adalah mengulangi kata-kata atau
pemikiran-pemikiran kunci dari klien dalam
rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata
konselor sendiri. Maksud dari kegiatan paraprase
adalah :
menyampaikan kepada klien bahwa konselor
bersama klien, dan konselor berupaya
memahami apa yang dinayatkan klien
mengkritalisasi komentar klien dengan lebih
memendekannya sehingga membantu
mengarahkan wawancara memberi peluang
untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor.
5. Refeksi perasaan
Refleksi perasaan merupakan keterampilan
konselor untuk merespons keadaan perasaan klien
terhadap situasi yang sedang dihadapi.
12. Kelebihan dan Adapun kelebihan yang diberikan teori ini adalah:
16. Kekurangan
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
1. Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah
pada konseling
2. Penekanan pada penggunaan data tes objektif,
membawa kepada upaya perbaikan dalam
pengembangan tes dan penggunanya, serta
perbaikan dalam pengumpulan data lingkungan.
3. Penekanan yang diberikan pada diagnose
mengandung makna sebagai suatu perhatian
terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan
kepada upaya pengkreasian teknik-teknik untuk
mengatasinya.
4. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya
menyeimbangkan pandangan lain yang lebih
menekankan afektif atau emosional.
Adapun kelemahan konseling trait and factor,
sebagai berikut:
1. Kurang memerhatikan adanya pengaruh dari
perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya
(cultural values), nilai-nalai kehudupan (personal
values), dan cita-cita hidup, terhadap
perkembangan jabatan anak dan remaja
(vocational development) serta pilihan
program/bidang studi dan bidang pekerjaan
(vocational choice).
2. Kurang diperhatikan peran keluarga dekat, yang
ikut mempengaruhi rangkaian pilihan anak
dengan cara mengungkapkan harapan, dambaan
dan memberikan pertimbangan untung-rugi
3. Kurang diperhitungkannya perubahan-perubahan
dalam kehidupan masyarakat, yang ikut
memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang
tersedia bagi seseorang.
4. Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang
dituntut untuk mencapai sukses di suatu bidang
pekerjaan atau program studi dapat berubah
selama tahun-tahun yang akan datang.
5. Pola ciri-ciri kepribadian tertentu pasti sangat
membatasi jumlah kesempatan yang terbuka bagi
seseorang,
13. Asumsi Perilaku
Bermasalah
1. Bergantung pada orang lain.
Orang yang terlalu lama mempercayakan orang
17. Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
lain untuk merencanakan dan memikirkan apa
yang akan mereka lakukan.
2. Konflik diri atau batin
Konflik yang timbul dari dalam diri individu.
Dimana terjadi pemberontakan dalam diri
individu tersebut.
3. Kurang percaya diri
Merupakan persepsi yang dimiliki individu yang
merasa bahwa dirinya selalu merasa kurang dalam
segala hal sehingga timbul rasa yang membuat
kita tidak ingin tampil didepan umum.
4. Tidak mampu mengarahkan diri
Merupakan problem yang muncul karena
ketidakmampuan individu mengarahkan diri
sesuai dengan kemampuan/ bakat yang dimiliki.
5. Tidak mampu memahami,menilai, menerima,
aktualisasi diri kie arah good life
Tidak mampu mengetahui bahwa untuk mencapai
hidup yang baik atau hidup yang sesuai dengan
tahapan perkembangan individu
14. Contoh Kasus
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
Haryanto adalah seeorang Siswa SMA Negeri di
Yogyakarta, kelas III, program studi IPA. dia
berkeinginan untuk melanjutkan ke fakultas teknik
dan nanti bekerja sebagai insinyur sipil. Dia yakin
mampu menyelesaikan studi
difakultas teknik karena semua hasilbelajar di
SMA dalm seluruh bidang studi, yang menunjang
studi fakultas teknik tergolong baik.hasil ini
memeng sesuai dengan hasil tes kemampuan
belajar Haryanto ketika mencalonkan diri sebagai
siswa di SMA ini., keluarganya mendukung cita-
citanya, namun tidak mampu untuk membiayai
studi fakultas teknik sampai menjadi gelar insinyur.
Tetepi keadaan ekonomi keluarga dan harapan
orang tua inilah yang menimbulkan kesulitan besar,
sehingga Haryanto sudah lama menghadapi
masalah.
15 Penyelesaian
Kasus
Pendekatan
Konseling Trait
and Factor
Membangun hubungan pribadi dengan Hryanto,
kemudian memberikan pengertian dan berbagai
pilihan mengenai keinginan konseli yang sesuai
dengan keadaan yang di alaminya.
18. PENDEKATAN KONSELING GESTALT
1. Nama
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Gestalt
2. Tokoh
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Fritz Perls
3. Konsep Dasar
Pendekatan
Konseling
Gestalt
1) Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai
suatu keseluruhan.
2) Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan
integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
3) Setiap individu memiliki kemampuan untuk
menerima tanggung jawab pribadi untuk
mengembangkan integritas atau keutuhan pribadi.
4. Hakekat
Manusia
Pendekatan
Konseling
Gestalt
1) Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya
dapat dipahami dalam kaitannya dengan
lingkungannya itu
2) Aktor bukan reaktor
3) Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi,
emosi, persepsi, dan pemikirannya
4) Dapat memilih secara sadar dan bertanggung
jawab
5) Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya
secara efektif.
5. Hakekat
Konseling
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Hakekat pendekatan konseling ini adalah Re-owning
(memiliki kembali), Re integrasi (penyatuan kembali)
6. Tujuan
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Tujuan utama :
1) Membantu klien berani menghadapi
tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi.
Klien dapat berubah dari ketergantungan
terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya
pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk
meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
Tujuan spesifik :
19. 1) Membantu klien agar dapat memper-oleh
kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realitas, serta menda-patkan insight secara penuh
2) Mengentaskan klien dari kondisinya yang
tergantung pada pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri (to be true to himself)
3) Meningkatkan kesadaran individual agar klien
dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip
Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed
bussines) yang muncul dan selalu akan muncul
dapat diatasi dengan baik.
7. Karakteristik
Pendekatan
Konseling
Gestalt
K Karakteristik konselor :
1) Penuh kesadaran
2) Bergairah dan bersemangat
3) Humoris, hangat, dan penuh kasih sayang
4) Kreatif
5) mau memberikan umpan balik terhadap apa yang
dilakukan klien
Karakteristik klien :
1) Aktif dalam menjawab atau memberikan data
yang dibutuhkan konselor
2) Meningkatkan kesadaran
3) Bertanggungjawab
4) Menumbuhkan kematangan
5) Menentukan keinginannya
8. Peran dan
Fungsi
Konselor
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Peran konselor :
1) Sebagai pembantu ahli
2) Sebagai pengamat
3) Sebagai frusiator
4) Sebagai agen kreatif
5) Sebagai guru
Fungsi konselor :
Menyediakan suatu suasana yang memungkinkan klien
menemukan kebutuhannya sendiri
9. Hubungan
Konselor
dengan Konseli
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Hubungan yang ditekankan dalam proses konseling
gestalt adalah hubungan yang unik yang mereka sebut
“saya dan kamu” hubungan ini menuntut konselor dan
klien untuk sepenuhnya menghayati keadaan pada
tataran “disini dan sekarang”. Konselor bekerja dengan
tulus dengan menyadari sepenuhnya perasaan,
pengalaman, dan persepsi mereka sendiri, serta
membangun aklim yang dapat mendorong klien
mengembangkan kepercayaan, kesadaran, dan
kesediaan untuk mencoba cara-cara baru dalam
20. merasa, berpikir, dan bertindak.
10. Deskripsi
Proses
Konseling
Pendekatan
Konseling
Gestalt
1) Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada
bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-
hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya
2) Konselor hendaknya menghindarkan diri dari
pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-
keinginannya untuk melakukan diagnosis,
interpretasi maupun memberi nasihat.
3) Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan
tujuan agar klien menjadi matang dan mampu
menyingkirkan hambatan-hambatn yang
menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri.
4) Membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau
menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya
dapat berkembang lebih optimal.
11. Teknik dalam
Pendekatan
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Teknik-teknik Konseling Gestalt
1) Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogkan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu
kecenderungan top dog dan kecenderungan under
dog, misalnya : kecenderungan orang tua lawan
kecenderungan anak, Kecenderungan bertanggung
jawab lawan kecenderungan masa bodoh,
Penerapan permainan dialog ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi
kosong”.
2) Latihan Saya Bertanggung Jawab
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
membuat suatu pernyataan dan kemudian klien
menambahkan dalam pernyataan itu dengan
kalimat : “...dan saya bertanggung jawab atas hal
itu”.
Misalnya : “Saya merasa jenuh, dan saya
bertanggung jawab atas kejenuhan itu”, “Saya
tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang,
dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas
kemalasan itu”.
3) Bermain Proyeksi
Proyeksi : Memantulkan kepada orang lain
perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau
melihat atau menerimanya. Dalam teknik bermain
proyeksi konselor meminta kepada klien untuk
21. mencobakan atau melakukan hal-hal yang
diproyeksikan kepada orang lain.
4) Teknik Pembalikan
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : Konselor memberi kesempatan
kepada klien untuk memainkan peran
“ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan
5) Tetap dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang
menunjukkan perasaan atau suasana hati yang
tidak menyenangkan dan ia sangat ingin
menghindarinya. Konselor mendorong klien
untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu. Dalam hal ini konselor tetap
mendorong klien untuk bertahan dengan
ketakutan atau kesakitan perasaan yang
dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan
perasaan yang ingin dihindarinya itu.
12. Kelebihan dan
Kekurangan
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Keunggulan pendekatan Gestalt
1) Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan
membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan
ke saat sekarang.
2) Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap
pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
3) Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak
berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
4) Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien
untuk menemukan makna dan penafsiran-
penafsiran sendiri.
5) Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan
mengungkapkan perasaan langsung menghindari
intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
Kelemahan Pendekatan Gestalt
1) Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori
yang kukuh
2) Terapi Gestalt cenderung anti intelektual dalam
arti kurang memperhitungkan faktor-faktor
kognitif.
3) Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas
diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung
jawab kita kepada orang lain.
22. 13. Asumsi
Perilaku
Bermasalah
Pendekatan
Konseling
Gestalt
1) Indiividu bermasalah karena terjadi pertentangan
antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under
dog”
Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan,
menuntut, mengancam
Under dog adalah keadaan defensif, membela
diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin
dimaklumi.
2) Perkembangan yang terganggu karena terjadi ket
idakseimbangan antara apa-apa yang harus (self-
image) dan apa-apa yang diinginkan (self)
3) Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan
biologis
4) Ketidakmampuan individu mengintegrasikan
pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
5) Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang
akan datang
6) Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
14. Contoh Kasus
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Konseli adalah seorang siswa yang baru saja
mengikuti program penjurusan sebelum dia masuk
ke kelas XI. Dan seperti yang diinginkan oleh
kebanyakan orangtua, IPA adalah pilihan yang
favorit bagi mereka. Mungkin dengan masuk IPA,
banyak yang bisa dibanggakan. Banyak hitungannya,
banyak melahirkan dokter yang kaya raya, dan bukan
jurusan terbuang. Nah, begitu pula dengan pilihan
Ayah Konseli. Beliau juga menginginkan konseli
untuk masuk IPA, bahkan lebih tepatnya memaksa.
Padahal konseli tidak ingin masuk ke jurusan IPA.
konseli ingin masuk ke jurusan IPS yang lebih sesuai
dengan jiwanya. Namun dia tidak memiliki
keberanian untuk melakukan itu karena takut diusir
dari rumah. Nah, inilah yang mengganggu Konseli,
sehingga baru masuk saja konseli sudah merasa
sangat tidak nyaman dengan jurusannya yang baru.
Apalagi berhubungan dengan sekolah konseli yang
tidak menerapkan minggu percobaan untuk program
penjurusan.
15. Penyelesaian Empty chair
23. kasus
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Dengan membayangkan peran konseli dengan
bapaknya yang menggunakan kursi kosong. Konselor
hanya memberikan arahan pada pergantian peran
PENDEKATAN Rational Emotive Therapy (RET)
1. Nama Pendekatan
Konseling (RET)
Rational Emotive Therapy (RET)
2. Tokoh
Pendekatan
Konseling (RET)
Albert Ellis (1960-an)
3. Konsep Dasar
Pendekatan
Konseling (RET)
Konsep dasar yang di kembangkan oleh Ellis
(dalam Willis, 2010:75-76) adalah sebagai berikut:
1) Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari
gangguan emosional. Reaksi emosional yang
sehat maupun tidak sehat, bersumber dari
pemikirana itu.
2) Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional
dan irasional. Dengan pemikiran rasional dan
inteleknya manusia dapat terbebas dari
gangguan emosional.
3) Pemikiran irasional bersumber pada disposisi
lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh
budaya.
4) Pemikiran dan emosi tidak dapat di pisahkan
5) Pada diri manusia sering terjadi self-
verbalization. Yaitu mengatakan sesuatu yang
terus menerus pada dirinya.
6) Pemikiran tak logis-irasional dapat di
kembalikan kepada pemikiran logis dengan
reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu
merusak dan merendahkan diri melalui
emosionalnya.
4. Hakekat Manusia
Pendekatan
Konseling (RET)
Beberapa pandangan tentang hakikat manusia yang
dilanjutkan oleh Albert Ellis, yang mewarnai teori
rational-Emotif Therapy:
1) Manusia dipandang sebagai makhluk yang
rasional dan juga tidak rasional.
2) Pikiran, perasaan, dan tingkah laku manusia
adalah merupakan suatu proses yang satu
24. dengan yang lainya tidak dapat disalah kan
3) Rational-Emotive-Therapy (RET) memandag
bahwa manusia itu tidak akan bisa lepas dari
perasaan dan perbuatannya.Perasaan seseorang
senantiasa melibatkan pikiran dan tindak-
tidakannya.
4) Individu bersifat unik dan memiliki potensi untk
memahami keterbatasannya,serta potensi
megubah pandanga dasar dan nilai-nilai yang
diterimanya secara tidak kritis
5. Hakekat
Konseling
Pendekatan
Konseling (RET)
Membebaskan klien dari ide-ide dan pemikiran-
pemikiran yang tidak logis dalam dirinya. Hal ini
berarti dibantu dengan jalan melatih dan
mengajarnya untuk menginternalisasi nilai-nilai dan
pandangan hidup rasional. Dalam hal ini konselor
mempunyai peran sebagai:
1) guru, yakni mengajar klien untuk mengubah
pola berpikir yang irasional kearah pemikiran
yang rasional,
2) ahli bahasa, peran ini diperlukan sekali terutama
membantu klien untuk menggunakan bahasa
dengan baik pada saat diperlukan menimbulkan
pikiran-pikiran yang logik,
3) modeling, konselor hendaknya menjadi model-
contoh, panutan-bagi klien teruitama
mengoperasionalisasikan pola berfikir yang
rasional,
4) penasehat, peran ini diperlukan bagi konselor
berorientasi kognitif, terutama menunjukkan
pemikiran-pemikiran klien yang ilogik,
5) counter propagandis, diperlukan untuk
menantang self-defeating klien. Dalam
fungsinya konselor bertugas mendorong
memberikan persuasi, dan pada saat tertentu
menugaskan klien untuk mengambil alih peran
konselor sebagai counter-propagandisdan klien
sendirilah yang melawan self- defeating dalam
dirinya sendiri.
6. Tujuan
Pendekatan
Konseling (RET)
Tujuan umum :
1) Membantu klien untuk membebaskan diri dari
gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk
belajar gagasan-gagasan yang logis serta
realisitik sebagai penggantinya.
Secara terperinci terapi ini bertujuan untuk:
25. 1) Memperbaiki dan mengubah segala perilaku,
sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan yang irasional dan tidak
logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan dirinya.
2) Menghilangkan gangguan emosional yang
merusak seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa
marah.
3) Untuk membangun Self Interest (minat), Self
Direction (pengendalian/ pengarahan diri),
Tolerance (toleransi), Acceptance of Uncertainty
(kesediaan menerima ketidakpastian), Fleksibel,
Commitment (komitmen terhadap sesuatu),
Scientific Thinking (berpikir logis), Risk Taking
(keberanian mengambil resiko), dan Self
Acceptance (penerimaan diri) klien.
7. Karakteristik
Pendekatan
Konseling (RET)
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
1) Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan
konseling konselor lebih aktif membantu
mengarahkan klien dalam menghadapi dan
memecahkan masalahnya.
2) Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan
yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari
klien dan berintikan pemecahan masalah yang
rasional.
3) Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan
konseling yang dikembangkan juga
memfokuskan pada aspek emosi klien dengan
mempelajari sumber-sumber gangguan
emosional, sekaligus membongkar akar-akar
keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan
tersebut.
4) Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling
yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan
mendorong terjadinya perubahan tingkah laku
klien.
8. Peran dan Fungsi
Konselor
Pendekatan
Konseling (RET)
Fungsi konselor
Dalam Rational Emotive Therapy ini adalah
mengajak dan membuka ketidaklogisan pola
berfikir klien dan membantu klien mengubah
pikirannya yang irasional dengan
mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.
26. Peran konselor
1) Langkah pertama
Dalam langkah ini konselor berusaha
menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang
dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya
yang tidak rasional..
2) Langkah kedua
Peranan konselor adalah meyadarkan klien
bahwa pemecahan masalah yang dihadapinya
merupakan tanggung jawab sendiri. Maka dari
itu dalam konseling rasional emotif ini konselor
berperan untuk menunjukkkan dan menyadakan
klien, bahwa gangguan emosional yang selama
ini dirasakannya akan terus menghantuinya
apabila dirinya akan tetap berfikir secara tidak
logis.
3) Langkah ketiga
Pada langkah ketiga ini konselor berperan
mengajak klien untuk menghilangkan cara
berfikir dan gagasan yang tidak rasional.
Konselor mengajak klien mengubah cara
berfikirnya dengan cara menghilangkan
gagasan-gagasan yang tidak rasional.
4) Langkah keempat
Peranan konselor mengembangkan pandangan-
pandangan yang realistis dan menghindarkan
diri dari keyakinan yang tidak rasional. Konselor
berperan untuk menyerang inti cara berfikir
yang tidak rasional dari klien dan mengajarkan
bagaimana caranya mengganti cara berfikir yang
tidak rasional dengan rasional.
9. Hubungan
Konselor dengan
Konseli
Pendekatan
Konseling (RET)
Teapis berfungsi sebagai guru dan klien sebagai
murid. Hubunagn pribadi antara terapis dan klien
tidak esensial. Klien memperoleh pemahaman atas
masalah dirinya dan kemudian harus secara aktif
menjalankan pengubahan tingkah laku yang
mengalahkan diri.
10. Deskripsi Proses
Konseling
Pendekatan
Konseling (RET)
Konseling rasional emotif dilakukan dengan
menggunakan prosedur yang bervariasi dan
sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk
mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan
yang disusun secara bersama-sama oleh konselor
dan klien.
Tugas konselor menunjukkan bahwa:
27. masalahnya disebabkan oleh persepsi yang
terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak
rasional
usaha untuk mengatasi masalah adalah harus
kembali kepada sebab-sebab permulaan.
Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-
direktif kepada klien, dengan cara banyak
memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada
tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien
secara langsung; (b) menggunakan pendekatan yang
dapat memberi semangat dan memperbaiki cara
berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka
untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih
dan berulang-ulang menekankan bahwa ide
irrasional itulah yang menyebabkan hambatan
emosional pada klien; (c) mendorong klien
menggunakan kemampuan rasional dari pada
emosinya; (d) menggunakan pendekatan didaktif
dan filosofis menggunakan humor dan “menekan”
sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara
irasional.
11. Teknik dalam
Pendekatan
Pendekatan
Konseling (RET)
Teknik Konseling Rasional Emotif Terapi (RET)
Willis (2010: 78) menjelaskan bahwa layana
konseling RET terdiri atas layanan individual dan
kelompok. Sedangkan teknik-teknik yang
digunakan lebih banyaj dari aliran behavioral
therapy. Berikut beberapa teknik konseling RET
yang berusaha menghilangkan gangguan emosional
yang merusak diri (berdasarkan emotive
experiental) yang terdiri atas:
1) Assertive training. Yaitu melati dan
membiasakan klien terus menerus
menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu
yang diinginkan.
2) Sosiodrama. Yaitu semacam sandiwara pendek
tentang masalah kehidupan sosial
3) Self modeling. Yaitu teknik yang bertujuan
menghilangkan perilaku tertentu, dimana
konselor menjadi model, dank lien akan
berjanji mengikuti
4) Social modeling. Yaitu membentuk perilaku
baru melalui modl sosial dengan cara imitasi
dan observasi
5) Teknik reinforcement. Yaitu member reward
terhadap perilku rasional atau memperkuatnya
28. (reinforce)
6) Desensitisasi sistematik.
7) Relaxation
8) Self control. Yaitu dengan mengontrol diri
9) Diskusi
10) Sumulasi. Dengan bermain peran antara
individu dan konselor
11) Homework assignment (metode tugas)
12) Bibliografi (member bahan bacaan)
12. Kelebihan dan
Kekurangan
Pendekatan
Konseling (RET)
Kebaikan RET
1) Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah
yang dihadapi oleh klien. Dengan itu perawatan
juga dapat dilakukan dengan cepat.
2) Kaedah pemikiran logik yang diajarkan kepada
klien dapat digunakan dalam menghadapi gejala
yang lain.
3) Klien merasakan diri mereka mempunyai
keupayaan intelektual dan kemajuan dari cara
berfikir.
Kelemahan RET
1) Ada klien yang boleh ditolong melalui analisa
logik dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak
begitu geliga otaknya untuk dibantu dengan cara
yang sedemikian yang berasaskan kepada
logika.
2) Ada setengah klien yang begitu terpisah dari
realiti sehingga usaha untuk membawanya ke
alam nyata sukar sekali dicapai
3) Ada juga klien yang terlalu berprasangka
terhadap logik, sehingga sukar untuk mereka
menerima analisa logik.
4) Ada juga setengah klien yang memang suka
mengalami gangguan emosi dan bergantung
kepadanya di dalam hidupnya, dan tidak mahu
membuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup
mereka.
13. Asumsi Perilaku
Bermasalah
Pendekatan
Konseling (RET)
Ellis (dalam Latipun, 2010: 74-76) mengemukakan
indikator keyakinan irasional yang berlaku secara
universal. Indikator-indikator orang yang
berkeyakinan irasional tersebut sebagai berikut:
1) Pandangan bahwa suatu keharusan bagi orang
dewasa untuk dicintai oleh orang lain dari
segala sesuatu yang di kerjakan.
2) Pandangan bahwa tindakan tertentu adalah
29. mengerikan dan jahat, dan orang yang
melakukan tindakan yang demikian sangat
terkutuk.
3) Pandangan hal yang mengerikan jika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan pada diri kita.
4) Pandangan bahwa kesengsaraan manusia selalu
disebabkan oleh faktor eksternal dan
kesengsaraan itu menimpa diri seseorang
melalui orang lain atau peristiwa.
5) Pandangan bahwa jika sesuatu dapat berbahaya
atau menakutkan, kita terganggu dan tidak
akan berakhir dalam memikirkannya.
6) Pandangan bahwa kita lebih mudah
menghindari berbagai kesulitan hidup dan
tanggung jawab dari pada berusaha untuk
menghadapinya.
7) Pandangan bahwa kita secara absolute
membutuhkan sesuatu dari orang lain atau
orang asing atau yang lebih besar dari pada diri
sendiri sebagai sandaran.
8) Pandangan bahwa kita seharusnya kompeten,
intelegen, dan mencapai dalam semua
kemungkinan yang menjadi semua perhatian
kita.
14. Contoh Kasus
Pendekatan
Konseling (RET)
“ Minder “
Lolly adalah siswa kelas XI SMA. Dia bisa
di bilang siswi berprestasi di sekolahnya, dia anak
yang baik, periang, dan banyak mempunyai teman.
Namun setelah kematian pacarnya yang kecelakaan.
perilakunya menjadi berubah.dia lebih terlihat
murung , menyendiri, dan sering menangis tanpa
sebab. Perilakunya ini berdampak ada kehidupan
disekolah dan dirumahnya. Nilainya menurun,
prestasinya jadi rendah dan malas belajar.
15. Penyelesaian
kasus
Pendekatan
Konseling (RET)
Konselor berusaha menunjukkan kepada klien
bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan
keyakinannya yang tidak rasional, kemudian
meyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang
dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri,
konselor berperan mengajak klien untuk
menghilangkan cara berfikir dan gagasan yang tidak
rasional tentang kematian pacarnya.