Dokumen tersebut membahas tentang penstrukturan dalam proses konseling. Penstrukturan digunakan untuk memberikan batasan agar proses konseling berjalan sesuai tujuan. Terdapat beberapa bentuk penstrukturan seperti batasan waktu, tindakan, peran, dan masalah. Fungsi penstrukturan adalah memfasilitasi tanggung jawab klien, memecahkan masalah, dan melindungi klien. Tujuan penstrukturan adalah menjelaskan peran
IPBI
ABKIN
MGBKN
Organisasi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki tujuan bersama.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut kealian dari para pekerja nya.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
IPBI
ABKIN
MGBKN
Organisasi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki tujuan bersama.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut kealian dari para pekerja nya.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
sekedar penjelasan singkat untuk yang pingin tau, apa sih, bagaimana sih, dan gimana caranya sih cara menggunakan dan mengaplikasikan AUM PTSDL... yang dikenal sebagai salah satu instrumen non tes dalam bimbingan dan konseling...
Kesulitan belajar adalah suatu hambatan-hambatan yang berkaitan dengan belajar yang di alami oleh individu/siswa baik di rumah maupun di sekolah. Dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam individu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar. Kesulitan belajar menjadi salah satu alasan mengapa siswa sering tidak masuk kelas, menganggap ketidakmampuan dalam belajar yang menjadi penghambat baginya.
sekedar penjelasan singkat untuk yang pingin tau, apa sih, bagaimana sih, dan gimana caranya sih cara menggunakan dan mengaplikasikan AUM PTSDL... yang dikenal sebagai salah satu instrumen non tes dalam bimbingan dan konseling...
Kesulitan belajar adalah suatu hambatan-hambatan yang berkaitan dengan belajar yang di alami oleh individu/siswa baik di rumah maupun di sekolah. Dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam individu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar. Kesulitan belajar menjadi salah satu alasan mengapa siswa sering tidak masuk kelas, menganggap ketidakmampuan dalam belajar yang menjadi penghambat baginya.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penstrukturan merupakan salah satu teknik yang dilakukan dalam bimbingan dan
konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam proses konseling. Bimbingan
dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap
timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang akan datang. Sehubungan
dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling, layanan ini tak terbatas pada
individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi seluruh siswa. Sejalan dengan visi tersebut,
maka misi bimbingan dan konseling harus membantu memudahkan siswa mengembangkan
seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh
menghadapi masa kini dan masa mendatang.
Bimbingan dan konseling di sekolah, selain menimimalisir angka kenakalan murid, juga
mempunyai peran vital dalam meningkatkan kualitas anak didik. Hal tersebut, tidak lepas dari
kualifikasi konselor yang multifungsi. Seorang konselor adalah seorang psikolog yang pandai
menyelami dunia anak secara mendalam. Ia cepat mengidentifikasi, memetakan, dan
menemukan faktor penyebab masalah, lalu menyusun formula untuk menanganinya dengan
cara mengetahui teknik dan prosedur dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-
macam teknik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja praktiknya. Di samping itu,
keberanian dalam mempraktikan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman
dari berbagai teknik. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang penstrukturan yang
akan lebih jelas saya bahas dalam makalah ini.
2. 2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penstrukturan dalam proses konseling ?
2. Apa saja bentuk-bentuk penstrukturan di dalam proses konseling ?
3. Bagaimana cara penstrukturan yang baik terhadap seorang klien di dalam proses
konseling ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana cara penstrukturan yang baik didalam proses konseling.
2. Untuk fungsi penstrukturan di dalam proses konseling.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara konselor mengaplikasikan pentruktuan kepada
kliennya di dalam proses konseling.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
Konseling merupakan interaksi antara konselor dengan klien dalam rangka membahas
masalah-masalah yang dialami oleh klien. Pembahasan masalah dilakukan secara
professional dan terlatih oleh seorang Konselor. Proses konseling bukan hanya sekedar
pemberian nasehat dari seorang konselor kepada seorang klien, tetapi lebih dari itu, yaitu
proses penggalian masalah yang mendalam dan pemberian respon-respon yang tepat dan
positif terhadap setiap pernyataan dan pertanyaan yang diungkapkan klien. Proses ini
dilakukan sampai permasalahan klien terpecahkan, sehingga klien benar-benar merasa
terbantu dalam pertemuan itu. Seorang konselor yang profesional tentu harus memiliki
keterampilan dalam mengkonseling, sehingga dia memiliki kompetensi memecahkan
masalah-masalah yang dialami kliennya, dan untuk menjadi terampil dalam mengkonseling
harus pula dikuasai keterampilan dasar konseling, beberapa keterampilan dasar konseling
yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah sebagai berikut:
A. Penstrukturan
Dalam konseling konselor sering menemui klien yang belum mengetahui apa itu
konseling atau masing ragu tentang beberapa aspek yang ada dalam konseling. Misalnya
klien tidak mengetahui pengertian, tujuan, prinsip, asas, proses dan peranan konselor serta
klien dalam hubungan konseling. Atau klien ragu tentang salah satu aspek konseling, seperti
ragu tentang asas kerahasiaan, Untuk klien seperti ini perlu diberikan penstrukturan.
Strukturing adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas agar
proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. Menurut
Brammer dan Shostrom menyatakan structuring berisikan pembatasan-pembatasan konselor
berkenaan dengan sifat, kondisi, batas-batas dan tujuan dari proses konseling. Strukturing
dapat diterapkan di sepanjang proses konseling, meskipun tahap-tahap awal yang menjadi
penting khususnya untuk mendorong keterlibatan dan tanggung jawab klien.1 Semua proses
konseling pada dasarnya merupakan proses yang terstruktur. Setiap proses konseling
digambarkan melalui parameter, prosedur, kondisi dan karakteristiknya. Penggunaan struktur
1
Supriyo dan Mulawarman. Keterampilan Dasar Konseling. (Semarang: Bimbingan dan Konseling
UNNES) 2006. Hal: 45
4. 4
dalam konseling penting, sebab jika struktur tidak dikembangkan oleh konselor maka tanpa
disadari struktur dapat berkembang sendiri.
B. Fungsi
Fungsi Strukturing dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Fungsi fasilitatif yaitu memfasilitasi munculnya rasa tanggung jawab, komitmen, dan
keterlibatan atau partisipasi aktif klien dalam proses konseling.
b. Fungsi terapeutik yaitu untuk memecahkan masalah klien dan menyehatkan mental
individu yang bermasalah.
c. Fungsi protektif yaitu untuk melindungi klien agar merasa nyaman dalam melakukan
proses konseling, menjamin kerahasiaannya.
C. Bentuk-bentuk Penstrukturan
a. Time Limits (Batasan Waktu)
Batasan waktu dibutuhkan dalam proses konseling di sekolah-sekolah. Dalam setiap sesi
wawancara konseling hanya ada sejumlah waktu tertentu yang dapat memberikan konselor
kepada klien. Dalam hal ini konselor juga harus menyatakan pada awal pertemuan, berapa
lama konseling akan berlangsung. Hal ini sangat penting, karena konseli harus tahu berapa
waktu yang tersedia sehingga mereka dapat menyampaikan masalah-masalah yang
dialaminya dengan tenang karena tidak diburu-buru waktu. Menurut Brammer dan Shostrom
menyatakan bahwa jika batasan waktu diberikan maka klien seringkali memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin untuk mempercepat proses terapeutik.2
b. Action Limits (Batasan Tindakan)
Pembatasan tindakan disini mengacu pada batas-batas tindakan yang boleh ataupun yang
tidak boleh dilakukan. Dalam konseling, konselor tidak boleh membatasi ekspresi verbal
konseli akan tetapi hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh konseli adalah melukai diri
sendiri dan orang lain, misalnya konseli boleh mengatakan apa saja kepada konselor. Rogers
menyatakan bahwa melukai konselor yang dilakukan oleh konseli merupakan kesalahan dan
ini dapat menjadikan kegelisahan bagi konselor dalam hubungannya membantu konseli.
2 Ibid’ hal: 46-47
5. 5
c. Role Limits (Batasan Peran)
Dalam berbagai setting konseling, konselor mungkin memiliki peran ganda. Struktur
peran tidak hanya dimaksudkan untuk membatasi siapa diri konselor pada saat ini (didalam
ruangan) tetapi juga apa yang harus diperankan konselor dan klien dalam proses yang akan
berlangsung. Konselor menjelaskan perannya dalam hubungan konseling karena konseli
kadang-kadang datang kepada konselor dengan konsepsi yang salah. Beberapa konseli
menganggap konseling sebagai obat mujarab yang dapat menyembuhkan dengan cepat
seperti memcahkan masalah dan memberikan nasihat. Sedangkan konseli yang lain sering
beranggapan bahwa tanggung jawab untuk sukses terletak dipundak konselor, harapan-
harapan yang tidak realistis ini memerlukan penjelasan dari konselor bahwa dalam konseling
yang menentukan keputusan atau yang dapat memecahkan masalah adalah konseli sendiri,
sedangkan konselor hanya membantu mengarahkan.
d. Problem Limits (Pembatasan Masalah)
Masalah-masalah yang dibahas dalam konseling yang sebaiknya didahulukan adalah
masalah-masalah yang paling mendesak untuk dipecahkan. Oleh karena itu, konselor perlu
mengkomunikasikan kepada konseli datang dengan membawa lebih dari satu masalah,
misalnya “Anda mengalami tiga masalah, yaitu masalah belajar, masalah sosial dan masalah
pembagian waktu. Dan ketiga masalah itu mana yang mendesak untuk dibicarakan.
D. Tujuan penstrukturan
Tujuan penstrukturan adalah menjelaskan peranan konselor, peranan klien, dan proses
konseling yang akan di jalani oleh klien. Atau dengan kata lain tujuan penstrukturan adalah
untuk memberikan penjelasan kepada klien tentang pengetian, tujuan, sifat, asas, prinsip dan
prosedur penyelenggaraan konseling. Menjelaskan ini dimaksudkan agar klien dapat
menjalani proses konseling secara sukarela. terlibat langsung, dan aktif dalam konseling.
Lebih jauh diharapkan klien dapat menjalankan hasil konseling dengan penuh kesadaran dan
bertanggungjawab atas hasil yang diperoleh.3
Isi Pestrukturan dapat berisi
1. pengertian dan tujuan konseling,
2. bentuk dan proses konseling,
3 Retno dan Eko Darminto. Keterampilan-keterampilan Dasar Dalam Konseling. (Surabaya: UNESA University
Press) 2007. Hal: 56
6. 6
3. asas dan prinsip konseling,
4. teknik-teknik konseling,
5. peranan konselor dan peranan klien dalam konseling.
Isi Penstrukturan yang akan diberikan tergantung kepada kebutuhan klien. Apakah
penstrukturan akan diberikan secara penuh atau hanya sebagian saja, lebih banyak ditentukan
oleh sajauh mana klien membutuhkan sehingga proses konseling dapat berjalan lancar.
Misalnya untuk klien yang belum mengetahui hakekat pelayanan bantuan melalui
konseling, perlu diberikan penstrukturan penuh. Sedangkan terhadap klien yang masih ragu
tentang aspek tertentu dari konseling dapat diberikan penstrukturan sebagian. Seperti klien
yang meragukan asas kerahasiaan, konselor cukup hanya memberikan materi penstrukturan
tentang asas kerahasiaan saja.
Penstrukturan dapat diberikan:
a. pada awal.
b. di tengah proses konseling atau
c. diakhir konseling.
Sebagaimana diuraikan terdahulu, penstrukturan diberikan kepada klien yang belum tahu
atau masih ragu-ragu tentang konseling. Oleh karena itu penstrukturan dapat diberikan
langsung oleh konselor tanpa persetujuan klien, diminta oleh klien, atau diberikan langsung
setelah ada pertanyaan dari klien.4
Penggunaan teknik penstrukturan ini akan turut mewarnai proses konseling yang akan
atau sedang dilakukan. Klien yang telah memahami secara baik apa itu konseling akan mau
terlibat langsung. Sementara klien yang belum mengerti atau masing ragu-ragu tentang
konseling akan enggan dan merasa terpaksa mengikuti proses konseling. Keadaan ini jelas
akan menggangu pencapaian tujuan yang diharapkan. Sehubungan dengan hal itu,maka
penstrukturan hendaknya diberikan dalam bentuk kalimat pernyataan singkat, sederhana,
jelas dan mudah dimengerti klien. Melalui penstrukturan yang diberikan, diharapkan klien
terdorong untuk menjalani proses konseling dengan penuh, yang pada akhirnya klien dapat
menjalankan dan menggunakan hasil konseling untuk mengatasi masalah.
4 Ibid’hal:57-58
7. 7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi penstrukturan adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas
agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.
Seorang konselor wajib mengetahui hal-hal apa saja yang ada di dalam penstrukturan ini.
Fungsi penstrukturan ada tiga, yaitu: fungsi fasilitatif, fungsi terapeutik, dan fungsi protektif.
Dalam penstrukturan ada bentuk-bentuk yang harus dipahami oleh konselor. Jadi, seorang
konselor yang ingin mengkonseling kliennya, mereka harus tahu apa batasan waktu, batasan
tindakan, batasan peran dan bahkan batasan masalah yang akan mereka hadapi.
Konselor hanya memecahkan masalah klien, konselor tidak ikut serta dalam
menyelesaikan masalah kliennya tersebut. Penyelesaian masalah tersebut hanya klienlah yang
dapat melakukannya. Jadi, dengan adanya penstrukturan ini konselor dapat mengetahui
batasan-batasan di dalam proses konseling.
8. 8
DAFTAR PUSTAKA
Supriyo dan Mulawarman. Keterampilan Dasar Konseling. (Semarang: Bimbingan dan
Konseling UNNES) 2006.
Retno dan Eko Darminto. Keterampilan-keterampilan Dasar Dalam Konseling.
(Surabaya: UNESA University Press) 2007.