SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penstrukturan merupakan salah satu teknik yang dilakukan dalam bimbingan dan
konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam proses konseling. Bimbingan
dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap
timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang akan datang. Sehubungan
dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling, layanan ini tak terbatas pada
individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi seluruh siswa. Sejalan dengan visi tersebut,
maka misi bimbingan dan konseling harus membantu memudahkan siswa mengembangkan
seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh
menghadapi masa kini dan masa mendatang.
Bimbingan dan konseling di sekolah, selain menimimalisir angka kenakalan murid, juga
mempunyai peran vital dalam meningkatkan kualitas anak didik. Hal tersebut, tidak lepas dari
kualifikasi konselor yang multifungsi. Seorang konselor adalah seorang psikolog yang pandai
menyelami dunia anak secara mendalam. Ia cepat mengidentifikasi, memetakan, dan
menemukan faktor penyebab masalah, lalu menyusun formula untuk menanganinya dengan
cara mengetahui teknik dan prosedur dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan
konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-
macam teknik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja praktiknya. Di samping itu,
keberanian dalam mempraktikan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman
dari berbagai teknik. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang penstrukturan yang
akan lebih jelas saya bahas dalam makalah ini.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penstrukturan dalam proses konseling ?
2. Apa saja bentuk-bentuk penstrukturan di dalam proses konseling ?
3. Bagaimana cara penstrukturan yang baik terhadap seorang klien di dalam proses
konseling ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana cara penstrukturan yang baik didalam proses konseling.
2. Untuk fungsi penstrukturan di dalam proses konseling.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara konselor mengaplikasikan pentruktuan kepada
kliennya di dalam proses konseling.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Konseling merupakan interaksi antara konselor dengan klien dalam rangka membahas
masalah-masalah yang dialami oleh klien. Pembahasan masalah dilakukan secara
professional dan terlatih oleh seorang Konselor. Proses konseling bukan hanya sekedar
pemberian nasehat dari seorang konselor kepada seorang klien, tetapi lebih dari itu, yaitu
proses penggalian masalah yang mendalam dan pemberian respon-respon yang tepat dan
positif terhadap setiap pernyataan dan pertanyaan yang diungkapkan klien. Proses ini
dilakukan sampai permasalahan klien terpecahkan, sehingga klien benar-benar merasa
terbantu dalam pertemuan itu. Seorang konselor yang profesional tentu harus memiliki
keterampilan dalam mengkonseling, sehingga dia memiliki kompetensi memecahkan
masalah-masalah yang dialami kliennya, dan untuk menjadi terampil dalam mengkonseling
harus pula dikuasai keterampilan dasar konseling, beberapa keterampilan dasar konseling
yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah sebagai berikut:
A. Penstrukturan
Dalam konseling konselor sering menemui klien yang belum mengetahui apa itu
konseling atau masing ragu tentang beberapa aspek yang ada dalam konseling. Misalnya
klien tidak mengetahui pengertian, tujuan, prinsip, asas, proses dan peranan konselor serta
klien dalam hubungan konseling. Atau klien ragu tentang salah satu aspek konseling, seperti
ragu tentang asas kerahasiaan, Untuk klien seperti ini perlu diberikan penstrukturan.
Strukturing adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas agar
proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. Menurut
Brammer dan Shostrom menyatakan structuring berisikan pembatasan-pembatasan konselor
berkenaan dengan sifat, kondisi, batas-batas dan tujuan dari proses konseling. Strukturing
dapat diterapkan di sepanjang proses konseling, meskipun tahap-tahap awal yang menjadi
penting khususnya untuk mendorong keterlibatan dan tanggung jawab klien.1 Semua proses
konseling pada dasarnya merupakan proses yang terstruktur. Setiap proses konseling
digambarkan melalui parameter, prosedur, kondisi dan karakteristiknya. Penggunaan struktur
1
Supriyo dan Mulawarman. Keterampilan Dasar Konseling. (Semarang: Bimbingan dan Konseling
UNNES) 2006. Hal: 45
4
dalam konseling penting, sebab jika struktur tidak dikembangkan oleh konselor maka tanpa
disadari struktur dapat berkembang sendiri.
B. Fungsi
Fungsi Strukturing dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Fungsi fasilitatif yaitu memfasilitasi munculnya rasa tanggung jawab, komitmen, dan
keterlibatan atau partisipasi aktif klien dalam proses konseling.
b. Fungsi terapeutik yaitu untuk memecahkan masalah klien dan menyehatkan mental
individu yang bermasalah.
c. Fungsi protektif yaitu untuk melindungi klien agar merasa nyaman dalam melakukan
proses konseling, menjamin kerahasiaannya.
C. Bentuk-bentuk Penstrukturan
a. Time Limits (Batasan Waktu)
Batasan waktu dibutuhkan dalam proses konseling di sekolah-sekolah. Dalam setiap sesi
wawancara konseling hanya ada sejumlah waktu tertentu yang dapat memberikan konselor
kepada klien. Dalam hal ini konselor juga harus menyatakan pada awal pertemuan, berapa
lama konseling akan berlangsung. Hal ini sangat penting, karena konseli harus tahu berapa
waktu yang tersedia sehingga mereka dapat menyampaikan masalah-masalah yang
dialaminya dengan tenang karena tidak diburu-buru waktu. Menurut Brammer dan Shostrom
menyatakan bahwa jika batasan waktu diberikan maka klien seringkali memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin untuk mempercepat proses terapeutik.2
b. Action Limits (Batasan Tindakan)
Pembatasan tindakan disini mengacu pada batas-batas tindakan yang boleh ataupun yang
tidak boleh dilakukan. Dalam konseling, konselor tidak boleh membatasi ekspresi verbal
konseli akan tetapi hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh konseli adalah melukai diri
sendiri dan orang lain, misalnya konseli boleh mengatakan apa saja kepada konselor. Rogers
menyatakan bahwa melukai konselor yang dilakukan oleh konseli merupakan kesalahan dan
ini dapat menjadikan kegelisahan bagi konselor dalam hubungannya membantu konseli.
2 Ibid’ hal: 46-47
5
c. Role Limits (Batasan Peran)
Dalam berbagai setting konseling, konselor mungkin memiliki peran ganda. Struktur
peran tidak hanya dimaksudkan untuk membatasi siapa diri konselor pada saat ini (didalam
ruangan) tetapi juga apa yang harus diperankan konselor dan klien dalam proses yang akan
berlangsung. Konselor menjelaskan perannya dalam hubungan konseling karena konseli
kadang-kadang datang kepada konselor dengan konsepsi yang salah. Beberapa konseli
menganggap konseling sebagai obat mujarab yang dapat menyembuhkan dengan cepat
seperti memcahkan masalah dan memberikan nasihat. Sedangkan konseli yang lain sering
beranggapan bahwa tanggung jawab untuk sukses terletak dipundak konselor, harapan-
harapan yang tidak realistis ini memerlukan penjelasan dari konselor bahwa dalam konseling
yang menentukan keputusan atau yang dapat memecahkan masalah adalah konseli sendiri,
sedangkan konselor hanya membantu mengarahkan.
d. Problem Limits (Pembatasan Masalah)
Masalah-masalah yang dibahas dalam konseling yang sebaiknya didahulukan adalah
masalah-masalah yang paling mendesak untuk dipecahkan. Oleh karena itu, konselor perlu
mengkomunikasikan kepada konseli datang dengan membawa lebih dari satu masalah,
misalnya “Anda mengalami tiga masalah, yaitu masalah belajar, masalah sosial dan masalah
pembagian waktu. Dan ketiga masalah itu mana yang mendesak untuk dibicarakan.
D. Tujuan penstrukturan
Tujuan penstrukturan adalah menjelaskan peranan konselor, peranan klien, dan proses
konseling yang akan di jalani oleh klien. Atau dengan kata lain tujuan penstrukturan adalah
untuk memberikan penjelasan kepada klien tentang pengetian, tujuan, sifat, asas, prinsip dan
prosedur penyelenggaraan konseling. Menjelaskan ini dimaksudkan agar klien dapat
menjalani proses konseling secara sukarela. terlibat langsung, dan aktif dalam konseling.
Lebih jauh diharapkan klien dapat menjalankan hasil konseling dengan penuh kesadaran dan
bertanggungjawab atas hasil yang diperoleh.3
Isi Pestrukturan dapat berisi
1. pengertian dan tujuan konseling,
2. bentuk dan proses konseling,
3 Retno dan Eko Darminto. Keterampilan-keterampilan Dasar Dalam Konseling. (Surabaya: UNESA University
Press) 2007. Hal: 56
6
3. asas dan prinsip konseling,
4. teknik-teknik konseling,
5. peranan konselor dan peranan klien dalam konseling.
Isi Penstrukturan yang akan diberikan tergantung kepada kebutuhan klien. Apakah
penstrukturan akan diberikan secara penuh atau hanya sebagian saja, lebih banyak ditentukan
oleh sajauh mana klien membutuhkan sehingga proses konseling dapat berjalan lancar.
Misalnya untuk klien yang belum mengetahui hakekat pelayanan bantuan melalui
konseling, perlu diberikan penstrukturan penuh. Sedangkan terhadap klien yang masih ragu
tentang aspek tertentu dari konseling dapat diberikan penstrukturan sebagian. Seperti klien
yang meragukan asas kerahasiaan, konselor cukup hanya memberikan materi penstrukturan
tentang asas kerahasiaan saja.
Penstrukturan dapat diberikan:
a. pada awal.
b. di tengah proses konseling atau
c. diakhir konseling.
Sebagaimana diuraikan terdahulu, penstrukturan diberikan kepada klien yang belum tahu
atau masih ragu-ragu tentang konseling. Oleh karena itu penstrukturan dapat diberikan
langsung oleh konselor tanpa persetujuan klien, diminta oleh klien, atau diberikan langsung
setelah ada pertanyaan dari klien.4
Penggunaan teknik penstrukturan ini akan turut mewarnai proses konseling yang akan
atau sedang dilakukan. Klien yang telah memahami secara baik apa itu konseling akan mau
terlibat langsung. Sementara klien yang belum mengerti atau masing ragu-ragu tentang
konseling akan enggan dan merasa terpaksa mengikuti proses konseling. Keadaan ini jelas
akan menggangu pencapaian tujuan yang diharapkan. Sehubungan dengan hal itu,maka
penstrukturan hendaknya diberikan dalam bentuk kalimat pernyataan singkat, sederhana,
jelas dan mudah dimengerti klien. Melalui penstrukturan yang diberikan, diharapkan klien
terdorong untuk menjalani proses konseling dengan penuh, yang pada akhirnya klien dapat
menjalankan dan menggunakan hasil konseling untuk mengatasi masalah.
4 Ibid’hal:57-58
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi penstrukturan adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas
agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.
Seorang konselor wajib mengetahui hal-hal apa saja yang ada di dalam penstrukturan ini.
Fungsi penstrukturan ada tiga, yaitu: fungsi fasilitatif, fungsi terapeutik, dan fungsi protektif.
Dalam penstrukturan ada bentuk-bentuk yang harus dipahami oleh konselor. Jadi, seorang
konselor yang ingin mengkonseling kliennya, mereka harus tahu apa batasan waktu, batasan
tindakan, batasan peran dan bahkan batasan masalah yang akan mereka hadapi.
Konselor hanya memecahkan masalah klien, konselor tidak ikut serta dalam
menyelesaikan masalah kliennya tersebut. Penyelesaian masalah tersebut hanya klienlah yang
dapat melakukannya. Jadi, dengan adanya penstrukturan ini konselor dapat mengetahui
batasan-batasan di dalam proses konseling.
8
DAFTAR PUSTAKA
Supriyo dan Mulawarman. Keterampilan Dasar Konseling. (Semarang: Bimbingan dan
Konseling UNNES) 2006.
Retno dan Eko Darminto. Keterampilan-keterampilan Dasar Dalam Konseling.
(Surabaya: UNESA University Press) 2007.

More Related Content

What's hot

Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
yayuzuliantini25
 
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
Nur Arifaizal Basri
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitas
IFTITAH INDRIANI
 
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga Novianita Novianita
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikmisbakhulfirdaus
 
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOKKONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
Nur Arifaizal Basri
 
Contoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompokContoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompok
Nur Arifaizal Basri
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
Adri Hermawan
 
Rpl konseling individu
Rpl konseling individuRpl konseling individu
Rpl konseling individu
Universitas Panca Sakti TEGAL
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
CONTOH RPL POP
CONTOH RPL POPCONTOH RPL POP
CONTOH RPL POP
Nur Arifaizal Basri
 
Verbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompokVerbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompok
Aini Farihah
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
safutri nurhidayah
 
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
dwilaksmid
 
Pengertian perencanaan layanan Bimbingan dan Konesing
Pengertian perencanaan layanan Bimbingan dan KonesingPengertian perencanaan layanan Bimbingan dan Konesing
Pengertian perencanaan layanan Bimbingan dan Konesing
Deniganteng93
 
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOKCONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
Nur Arifaizal Basri
 
RPL BK Kesulitan Belajar Siswa
RPL BK Kesulitan Belajar SiswaRPL BK Kesulitan Belajar Siswa
RPL BK Kesulitan Belajar Siswa
NengAyu2
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
Nur Arifaizal Basri
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)mncgita
 
Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtvarizalamir
 

What's hot (20)

Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
 
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
6. RPL BIMBINGAN KLASIKAL (POP)
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitas
 
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
Konsep dasar bimbingan dan konseling keluarga
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
 
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOKKONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
KONSEP LAYANAN DASAR BIMBINGAN KLASIKAL DAN BIMBINGAN KELOMPOK
 
Contoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompokContoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompok
 
AUM PTSDL
AUM PTSDLAUM PTSDL
AUM PTSDL
 
Rpl konseling individu
Rpl konseling individuRpl konseling individu
Rpl konseling individu
 
Pendekatan client centered
Pendekatan client centeredPendekatan client centered
Pendekatan client centered
 
CONTOH RPL POP
CONTOH RPL POPCONTOH RPL POP
CONTOH RPL POP
 
Verbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompokVerbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompok
 
Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
 
Pengertian perencanaan layanan Bimbingan dan Konesing
Pengertian perencanaan layanan Bimbingan dan KonesingPengertian perencanaan layanan Bimbingan dan Konesing
Pengertian perencanaan layanan Bimbingan dan Konesing
 
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOKCONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
 
RPL BK Kesulitan Belajar Siswa
RPL BK Kesulitan Belajar SiswaRPL BK Kesulitan Belajar Siswa
RPL BK Kesulitan Belajar Siswa
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
 
Pendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbtPendekatan konseling sfbt
Pendekatan konseling sfbt
 

Similar to Penstrukturan

Unit 2 teknik dan proses kaunseling (1)
Unit 2 teknik dan proses kaunseling (1)Unit 2 teknik dan proses kaunseling (1)
Unit 2 teknik dan proses kaunseling (1)Nazrul azizi
 
3 peringkat proses kaunseling
3 peringkat proses kaunseling3 peringkat proses kaunseling
3 peringkat proses kaunselingHerney Aqilah Kay
 
Model kaunseling
Model kaunselingModel kaunseling
Model kaunseling
Solehah Saffinee
 
DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING SEDERHANApptx
DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING SEDERHANApptxDASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING SEDERHANApptx
DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING SEDERHANApptx
anwarhidayat57
 
Bab 5 Model Proses Kaunseling
Bab 5   Model Proses KaunselingBab 5   Model Proses Kaunseling
Bab 5 Model Proses Kaunseling
Fathmalyn Abdullah
 
Proses konseling
Proses konseling Proses konseling
Proses konseling Rizal Fahmi
 
PROSES KAUNSELING INDIVIDU.docx
PROSES KAUNSELING INDIVIDU.docxPROSES KAUNSELING INDIVIDU.docx
PROSES KAUNSELING INDIVIDU.docx
ssuserebee75
 
PPT PSIKONS KELOMPOK 5 MATERI 6.pptx
PPT PSIKONS KELOMPOK 5 MATERI 6.pptxPPT PSIKONS KELOMPOK 5 MATERI 6.pptx
PPT PSIKONS KELOMPOK 5 MATERI 6.pptx
NigarKalfa
 
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatanModul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
pjj_kemenkes
 
ESAP .Konseling keluarga berencana
ESAP .Konseling keluarga berencanaESAP .Konseling keluarga berencana
ESAP .Konseling keluarga berencana
Stiunus Esap
 
Konsep proses perhubungan menolong
Konsep proses perhubungan menolongKonsep proses perhubungan menolong
Konsep proses perhubungan menolong
Solehah Saffinee
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredmisbakhulfirdaus
 
PPT KEL 3 KONSELING INDIVIDUAL.pptx
PPT KEL 3 KONSELING INDIVIDUAL.pptxPPT KEL 3 KONSELING INDIVIDUAL.pptx
PPT KEL 3 KONSELING INDIVIDUAL.pptx
PriaNakal2
 
DASAR-DASAR KONSELING
DASAR-DASAR KONSELINGDASAR-DASAR KONSELING
DASAR-DASAR KONSELING
Nurfadhilah Idris
 
Tutoial minggu 3
Tutoial minggu 3Tutoial minggu 3
Tutoial minggu 3
irenelina91
 
peta kognitif
peta kognitif peta kognitif
peta kognitif
herry17
 

Similar to Penstrukturan (20)

Unit 2 teknik dan proses kaunseling (1)
Unit 2 teknik dan proses kaunseling (1)Unit 2 teknik dan proses kaunseling (1)
Unit 2 teknik dan proses kaunseling (1)
 
3 peringkat proses kaunseling
3 peringkat proses kaunseling3 peringkat proses kaunseling
3 peringkat proses kaunseling
 
Model kaunseling
Model kaunselingModel kaunseling
Model kaunseling
 
DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING SEDERHANApptx
DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING SEDERHANApptxDASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING SEDERHANApptx
DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING SEDERHANApptx
 
Bab 5 Model Proses Kaunseling
Bab 5   Model Proses KaunselingBab 5   Model Proses Kaunseling
Bab 5 Model Proses Kaunseling
 
Neny3
Neny3Neny3
Neny3
 
Proses konseling
Proses konseling Proses konseling
Proses konseling
 
PROSES KAUNSELING INDIVIDU.docx
PROSES KAUNSELING INDIVIDU.docxPROSES KAUNSELING INDIVIDU.docx
PROSES KAUNSELING INDIVIDU.docx
 
PPT PSIKONS KELOMPOK 5 MATERI 6.pptx
PPT PSIKONS KELOMPOK 5 MATERI 6.pptxPPT PSIKONS KELOMPOK 5 MATERI 6.pptx
PPT PSIKONS KELOMPOK 5 MATERI 6.pptx
 
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatanModul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
Modul3 kb3 penerapan komunikasi terapeutik dalam konseling keperawatan
 
ESAP .Konseling keluarga berencana
ESAP .Konseling keluarga berencanaESAP .Konseling keluarga berencana
ESAP .Konseling keluarga berencana
 
Konsep proses perhubungan menolong
Konsep proses perhubungan menolongKonsep proses perhubungan menolong
Konsep proses perhubungan menolong
 
Power Point
Power PointPower Point
Power Point
 
Power Point
Power PointPower Point
Power Point
 
Makalah bimkol
Makalah bimkolMakalah bimkol
Makalah bimkol
 
Pendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centeredPendekatan konseling client centered
Pendekatan konseling client centered
 
PPT KEL 3 KONSELING INDIVIDUAL.pptx
PPT KEL 3 KONSELING INDIVIDUAL.pptxPPT KEL 3 KONSELING INDIVIDUAL.pptx
PPT KEL 3 KONSELING INDIVIDUAL.pptx
 
DASAR-DASAR KONSELING
DASAR-DASAR KONSELINGDASAR-DASAR KONSELING
DASAR-DASAR KONSELING
 
Tutoial minggu 3
Tutoial minggu 3Tutoial minggu 3
Tutoial minggu 3
 
peta kognitif
peta kognitif peta kognitif
peta kognitif
 

Recently uploaded

Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 

Recently uploaded (20)

Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 

Penstrukturan

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penstrukturan merupakan salah satu teknik yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam proses konseling. Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang akan datang. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling, layanan ini tak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi seluruh siswa. Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin, sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa mendatang. Bimbingan dan konseling di sekolah, selain menimimalisir angka kenakalan murid, juga mempunyai peran vital dalam meningkatkan kualitas anak didik. Hal tersebut, tidak lepas dari kualifikasi konselor yang multifungsi. Seorang konselor adalah seorang psikolog yang pandai menyelami dunia anak secara mendalam. Ia cepat mengidentifikasi, memetakan, dan menemukan faktor penyebab masalah, lalu menyusun formula untuk menanganinya dengan cara mengetahui teknik dan prosedur dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam- macam teknik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja praktiknya. Di samping itu, keberanian dalam mempraktikan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang penstrukturan yang akan lebih jelas saya bahas dalam makalah ini.
  • 2. 2 B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan penstrukturan dalam proses konseling ? 2. Apa saja bentuk-bentuk penstrukturan di dalam proses konseling ? 3. Bagaimana cara penstrukturan yang baik terhadap seorang klien di dalam proses konseling ? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui bagaimana cara penstrukturan yang baik didalam proses konseling. 2. Untuk fungsi penstrukturan di dalam proses konseling. 3. Untuk mengetahui bagaimana cara konselor mengaplikasikan pentruktuan kepada kliennya di dalam proses konseling.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN Konseling merupakan interaksi antara konselor dengan klien dalam rangka membahas masalah-masalah yang dialami oleh klien. Pembahasan masalah dilakukan secara professional dan terlatih oleh seorang Konselor. Proses konseling bukan hanya sekedar pemberian nasehat dari seorang konselor kepada seorang klien, tetapi lebih dari itu, yaitu proses penggalian masalah yang mendalam dan pemberian respon-respon yang tepat dan positif terhadap setiap pernyataan dan pertanyaan yang diungkapkan klien. Proses ini dilakukan sampai permasalahan klien terpecahkan, sehingga klien benar-benar merasa terbantu dalam pertemuan itu. Seorang konselor yang profesional tentu harus memiliki keterampilan dalam mengkonseling, sehingga dia memiliki kompetensi memecahkan masalah-masalah yang dialami kliennya, dan untuk menjadi terampil dalam mengkonseling harus pula dikuasai keterampilan dasar konseling, beberapa keterampilan dasar konseling yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah sebagai berikut: A. Penstrukturan Dalam konseling konselor sering menemui klien yang belum mengetahui apa itu konseling atau masing ragu tentang beberapa aspek yang ada dalam konseling. Misalnya klien tidak mengetahui pengertian, tujuan, prinsip, asas, proses dan peranan konselor serta klien dalam hubungan konseling. Atau klien ragu tentang salah satu aspek konseling, seperti ragu tentang asas kerahasiaan, Untuk klien seperti ini perlu diberikan penstrukturan. Strukturing adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. Menurut Brammer dan Shostrom menyatakan structuring berisikan pembatasan-pembatasan konselor berkenaan dengan sifat, kondisi, batas-batas dan tujuan dari proses konseling. Strukturing dapat diterapkan di sepanjang proses konseling, meskipun tahap-tahap awal yang menjadi penting khususnya untuk mendorong keterlibatan dan tanggung jawab klien.1 Semua proses konseling pada dasarnya merupakan proses yang terstruktur. Setiap proses konseling digambarkan melalui parameter, prosedur, kondisi dan karakteristiknya. Penggunaan struktur 1 Supriyo dan Mulawarman. Keterampilan Dasar Konseling. (Semarang: Bimbingan dan Konseling UNNES) 2006. Hal: 45
  • 4. 4 dalam konseling penting, sebab jika struktur tidak dikembangkan oleh konselor maka tanpa disadari struktur dapat berkembang sendiri. B. Fungsi Fungsi Strukturing dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Fungsi fasilitatif yaitu memfasilitasi munculnya rasa tanggung jawab, komitmen, dan keterlibatan atau partisipasi aktif klien dalam proses konseling. b. Fungsi terapeutik yaitu untuk memecahkan masalah klien dan menyehatkan mental individu yang bermasalah. c. Fungsi protektif yaitu untuk melindungi klien agar merasa nyaman dalam melakukan proses konseling, menjamin kerahasiaannya. C. Bentuk-bentuk Penstrukturan a. Time Limits (Batasan Waktu) Batasan waktu dibutuhkan dalam proses konseling di sekolah-sekolah. Dalam setiap sesi wawancara konseling hanya ada sejumlah waktu tertentu yang dapat memberikan konselor kepada klien. Dalam hal ini konselor juga harus menyatakan pada awal pertemuan, berapa lama konseling akan berlangsung. Hal ini sangat penting, karena konseli harus tahu berapa waktu yang tersedia sehingga mereka dapat menyampaikan masalah-masalah yang dialaminya dengan tenang karena tidak diburu-buru waktu. Menurut Brammer dan Shostrom menyatakan bahwa jika batasan waktu diberikan maka klien seringkali memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk mempercepat proses terapeutik.2 b. Action Limits (Batasan Tindakan) Pembatasan tindakan disini mengacu pada batas-batas tindakan yang boleh ataupun yang tidak boleh dilakukan. Dalam konseling, konselor tidak boleh membatasi ekspresi verbal konseli akan tetapi hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh konseli adalah melukai diri sendiri dan orang lain, misalnya konseli boleh mengatakan apa saja kepada konselor. Rogers menyatakan bahwa melukai konselor yang dilakukan oleh konseli merupakan kesalahan dan ini dapat menjadikan kegelisahan bagi konselor dalam hubungannya membantu konseli. 2 Ibid’ hal: 46-47
  • 5. 5 c. Role Limits (Batasan Peran) Dalam berbagai setting konseling, konselor mungkin memiliki peran ganda. Struktur peran tidak hanya dimaksudkan untuk membatasi siapa diri konselor pada saat ini (didalam ruangan) tetapi juga apa yang harus diperankan konselor dan klien dalam proses yang akan berlangsung. Konselor menjelaskan perannya dalam hubungan konseling karena konseli kadang-kadang datang kepada konselor dengan konsepsi yang salah. Beberapa konseli menganggap konseling sebagai obat mujarab yang dapat menyembuhkan dengan cepat seperti memcahkan masalah dan memberikan nasihat. Sedangkan konseli yang lain sering beranggapan bahwa tanggung jawab untuk sukses terletak dipundak konselor, harapan- harapan yang tidak realistis ini memerlukan penjelasan dari konselor bahwa dalam konseling yang menentukan keputusan atau yang dapat memecahkan masalah adalah konseli sendiri, sedangkan konselor hanya membantu mengarahkan. d. Problem Limits (Pembatasan Masalah) Masalah-masalah yang dibahas dalam konseling yang sebaiknya didahulukan adalah masalah-masalah yang paling mendesak untuk dipecahkan. Oleh karena itu, konselor perlu mengkomunikasikan kepada konseli datang dengan membawa lebih dari satu masalah, misalnya “Anda mengalami tiga masalah, yaitu masalah belajar, masalah sosial dan masalah pembagian waktu. Dan ketiga masalah itu mana yang mendesak untuk dibicarakan. D. Tujuan penstrukturan Tujuan penstrukturan adalah menjelaskan peranan konselor, peranan klien, dan proses konseling yang akan di jalani oleh klien. Atau dengan kata lain tujuan penstrukturan adalah untuk memberikan penjelasan kepada klien tentang pengetian, tujuan, sifat, asas, prinsip dan prosedur penyelenggaraan konseling. Menjelaskan ini dimaksudkan agar klien dapat menjalani proses konseling secara sukarela. terlibat langsung, dan aktif dalam konseling. Lebih jauh diharapkan klien dapat menjalankan hasil konseling dengan penuh kesadaran dan bertanggungjawab atas hasil yang diperoleh.3 Isi Pestrukturan dapat berisi 1. pengertian dan tujuan konseling, 2. bentuk dan proses konseling, 3 Retno dan Eko Darminto. Keterampilan-keterampilan Dasar Dalam Konseling. (Surabaya: UNESA University Press) 2007. Hal: 56
  • 6. 6 3. asas dan prinsip konseling, 4. teknik-teknik konseling, 5. peranan konselor dan peranan klien dalam konseling. Isi Penstrukturan yang akan diberikan tergantung kepada kebutuhan klien. Apakah penstrukturan akan diberikan secara penuh atau hanya sebagian saja, lebih banyak ditentukan oleh sajauh mana klien membutuhkan sehingga proses konseling dapat berjalan lancar. Misalnya untuk klien yang belum mengetahui hakekat pelayanan bantuan melalui konseling, perlu diberikan penstrukturan penuh. Sedangkan terhadap klien yang masih ragu tentang aspek tertentu dari konseling dapat diberikan penstrukturan sebagian. Seperti klien yang meragukan asas kerahasiaan, konselor cukup hanya memberikan materi penstrukturan tentang asas kerahasiaan saja. Penstrukturan dapat diberikan: a. pada awal. b. di tengah proses konseling atau c. diakhir konseling. Sebagaimana diuraikan terdahulu, penstrukturan diberikan kepada klien yang belum tahu atau masih ragu-ragu tentang konseling. Oleh karena itu penstrukturan dapat diberikan langsung oleh konselor tanpa persetujuan klien, diminta oleh klien, atau diberikan langsung setelah ada pertanyaan dari klien.4 Penggunaan teknik penstrukturan ini akan turut mewarnai proses konseling yang akan atau sedang dilakukan. Klien yang telah memahami secara baik apa itu konseling akan mau terlibat langsung. Sementara klien yang belum mengerti atau masing ragu-ragu tentang konseling akan enggan dan merasa terpaksa mengikuti proses konseling. Keadaan ini jelas akan menggangu pencapaian tujuan yang diharapkan. Sehubungan dengan hal itu,maka penstrukturan hendaknya diberikan dalam bentuk kalimat pernyataan singkat, sederhana, jelas dan mudah dimengerti klien. Melalui penstrukturan yang diberikan, diharapkan klien terdorong untuk menjalani proses konseling dengan penuh, yang pada akhirnya klien dapat menjalankan dan menggunakan hasil konseling untuk mengatasi masalah. 4 Ibid’hal:57-58
  • 7. 7 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Jadi penstrukturan adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. Seorang konselor wajib mengetahui hal-hal apa saja yang ada di dalam penstrukturan ini. Fungsi penstrukturan ada tiga, yaitu: fungsi fasilitatif, fungsi terapeutik, dan fungsi protektif. Dalam penstrukturan ada bentuk-bentuk yang harus dipahami oleh konselor. Jadi, seorang konselor yang ingin mengkonseling kliennya, mereka harus tahu apa batasan waktu, batasan tindakan, batasan peran dan bahkan batasan masalah yang akan mereka hadapi. Konselor hanya memecahkan masalah klien, konselor tidak ikut serta dalam menyelesaikan masalah kliennya tersebut. Penyelesaian masalah tersebut hanya klienlah yang dapat melakukannya. Jadi, dengan adanya penstrukturan ini konselor dapat mengetahui batasan-batasan di dalam proses konseling.
  • 8. 8 DAFTAR PUSTAKA Supriyo dan Mulawarman. Keterampilan Dasar Konseling. (Semarang: Bimbingan dan Konseling UNNES) 2006. Retno dan Eko Darminto. Keterampilan-keterampilan Dasar Dalam Konseling. (Surabaya: UNESA University Press) 2007.