1. Aku telah meninggalkan dua perkara yang
menyebabkan kalian tidak akan sesat selamanya
selama kalian berpegang teguh pada keduanya,
yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya. (HR at-
Turmudzî, Abû Dâwud, Ahmad).
2. • Adalah hukum dan aturan Islam yg mengatur seluruh sendi
kehidupan umat manusia, baik Muslim mahupun bukan Muslim.
• Selain berisi hukum dan aturan, Syariat Islam juga berisi
penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini.
• Maka oleh sebahagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan
panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup
manusia dan kehidupan dunia ini
• Bahwa ruang lingkup syariat Islam adalah seluruh ajaran Islam, baik
yg berkaitan dg akidah maupun peraturan atau sistem kehidupan
yg menjadi turunannya. bahwa ruang lingkup syariat Islam adalah
seluruh ajaran Islam, baik yg berkaitan dg akidah maupun
peraturan atau sistem kehidupan yg menjadi turunannya.
3. Secara syar`î, Islam adalah agama yg diturunkan oleh Allah SWT kpd
junjungan kita, Muhammad saw., untuk mengatur hubungan manusia
dg Penciptanya, dirinya sendiri, dan sesamanya.
Hubungan manusia dg Penciptanya meliputi masalah akidah dan
ibadah; hubungan manusia dg dirinya sendiri meliputi akhlak, makanan,
dan pakaian; hubungan manusia dg sesamanya meliputi muamalat dan
persanksian
Syariat Islam meliputi akidah dan syariat. Dg kata lain, syariat Islam
bukan hanya mengatur seluruh aktivitas fisik manusia (af`âl al-jawârih),
tetapi juga mengatur seluruh aktivitas hati manusia (af`âl al-qalb) yang
biasa disebut dengan akidah Islam.
Karena itu, syariat Islam tidak dapat direpresentasikan oleh sebagian
ketentuan Islam dlm masalah hudûd (seperti hukum rajam, hukum
potong tangan, dan sebagainya); apalagi oleh keberadaan sejumlah
lembaga ekonomi yang menjamur saat ini semisal bank syariah, asuransi
syariah, reksadana syariah, dan sebagainya
4. • syariat Islam sesungguhnya meliputi keyakinan spiritual (`aqîdah
rûhiyyah) dan ideologi politik (`aqîdah siyâsiyyah).
• Spiritualisme Islam telah membahas hubungan pribadi manusia
dengan Tuhannya yang terangkum dalam akidah dan ubudiah;
membahas pahala dan dosa manusia; serta membahas seluruh
urusan keakhiratan manusia seperti surga dan neraka.
• Ideologi politik Islam telah membahas seluruh urusan keduniaan yg
terangkum dlm hubungan manusia dg dirinya sendiri maupun dg
sesamanya; baik menyangkut bidang pemerintahan, ekonomi,
sosial, pendidikan, maupun politik luar negeri, dan sebagainya.
5. • Al Qur’an : kitab suci umat Islam adalah sumber hukum
Islam yang pertama kerana merupakan firman Allah yang
disampaikan pada Nabi Muhammad SAW.
• Hadis : adalah seluruh perkataan, perbuatan, dan
persetujuan Nabi Muhammad yang kemudian dijadikan
sumber hukum
• Ijma' maknanya kesepakatan yakni kesepakatan para
ulama dalam menetapkan suatu hukum dalam agama Islam
berasaskan al-Quran dan Hadis dalam suatu perkara yang
terjadi.
6. • Qiyas ()قياس ialah proses taakulan berasaskan analogi daripada nass
atau perintah yang diketahui untuk perkara2 baru. Qiyas
menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada
pada masa sebelumnya berasaskan perkara terdahulu yang memiliki
kesamaan dari segi sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek lain
sehingga dihukumi sama
• Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi
Muhammad telah wafat sehingga tidak boleh langsung menanyakan
pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah tidak boleh
diijtihadkan.
7. • Karakteristik hukum Islam sangat berbeda secara diametral dg
hukum produk Kapitalisme maupun Sosialisme.
• Hukum Islam dibangun berdasarkan nash2 syariat yg tetap. Dlm
Islam, nash2 syariat adalah sumber hukum yang kemudian
menghukumi realitas. Sebaliknya, dlm Kapitalisme, misalnya,
realitaslah yg menjadi pijakan hukum yg kemudian menghasilkan
produk2 hukum yg sesuai dg (meng-akomodasi) realitas.
• Akibatnya, hukum produk Kapitalisme ini be-rubah2 dari waktu ke
waktu dan ber-beda2 antara satu tempat dan tempat lainnya. Ini
adalah konsekuensi dari dijadikannya realitas yg terus berubah dan
berkembangsebagai pijakan hukum.
• UU Pemilu Tahun 1999, misalnya, yg notabene baru dan dianggap
paling baik dibandingkan dengan UU Pemilu sebelumnya, kini telah
direvisi dg alasan mempunyai kelemahan2 seiring dgtuntutan dan
perkembangan baru jagat perpolitikan di Tanah Air. Sementara itu,
hukum produk Sosialisme dibangun berdasarkan hipotesis-teoretis
yg diasumsikan ada dlm permasalahan yg terjadi.
8. • produk hukum Islam digali dari nash2 syariat, sementara pd saat yg sama
nash2 tersebut tetap dan tidak pernah mengalami perubahan. Karena itu,
produk hukum tersebut harus selalu terikat dengan nash dan tunduk pd
apa yg dinya-takan oleh dalâlah-nya. Pertimbangan atas dasar `perubahan
zaman’ dan perbedaan tempat tidak mempunyai nilai sama sekali di sini,
sebagaimana pertimbangan atas dasar kemaslahatan atau kemadaratan.
• Perbedaan kultur, kebiasaan, dan adat istiadat masyarakat juga tidak boleh
mempengaruhi hukum Islam. Sebab, kultur, kebiasaan, dan adat-istiadat
bukanlah `illat (motif diberlakukannya hukum) dan sumber hukum.
Bahkan, kultur, kebiasaan, dan adat-istiadat acapkali banyak yg
bertentangan dg syariat. Apalagi kultur, kebiasaan, dan adat-istiadat yg ada
pd masa sekarang ini pd dasarnya merupakan kristalisasi dari pemikiran
dan hukum2 yg bersumber dari sistem sekular yg telah terbukti
mengakibatkan kerusakan masyarakat. Namun demikian, jika kultur,
kebiasaan, adat-istiadat tersebut tidak bertentangan dg hukum Islam, ia
dibolehkan (mubah). Hanya saja, kebolehannya bukan karena
pertimbangan apa2 kecuali karena memang dibolehkan oleh nash2 syariat.
9. • Sebagaimana dimaklumi, syariat Islam adalah yang itu-itu juga;
tidak pernah berubah. Yang halal akan tetap halal dan yang haram
akan tetap haram. Selamanya begitu hingga Hari Kiamat, karena
wahyu Allah telah terputus dan syariat Islam telah sempurna.
Karena itu, khamar, misalnya, tidak akan pernah haram pada satu
waktu, kemudian berubah menjadi halal pada waktu lain. Demikian
juga keharaman riba, memata-matai orang Islam, menipu, meminta
bantuan kepada orang kafir, suap, dan sebagainya. Statemen bahwa
hukum harus berubah karena faktor perubahan waktu dan tempat
tentu merupakan bentuk keberanian yang luar biasa terhadap Allah.
Allah SWT berfirman:
• Janganlah kalian berdusta dengan sebab apa yang disifatkan oleh
lidah kalian, “Ini halal dan ini haram,” untuk mengada-adakan
sesuatu yang dusta terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
berdusta terhadap Allah tidak akan berhasil. (QS an-Nahl [16]: 116).
10. • Apabila hukum Islam harus berubah karena faktor waktu dan tempat,
berarti akan ada satu fakta atau kasus yang memiliki dua hukum
sekaligushalal dan harammeskipun dalam wilayah dan rentang waktu
yang tidak sama. Ini jelas mustahil karena Allah tidak mungkin
menurunkan dua hukum yang berlawanan untuk kasus yang sama. Hal
ini juga sangat kontradiktif dengan karakter kesempurnaan syariat
Islam.
• Di samping itu, syariat Islam diberlakukan atas manusia dalam
kapasitasnya sebagai manusia; bukan karena faktor suku, etnik,
geografis, ataupun karena faktor Arab atau non-Arabnya. Di mana pun
dan kapan pun, manusia, baik Arab atau non-Arab, esensinya sama;
masing-masing mempunyai kebutuhan jasmaniah dan naluriah yang
sama. Kondisi ini tidak pernah berubah.