1. 1
DOSEN : SAAD ABDUH, S.Kep, M.Kes
TUGAS : INDIVIDU KMB 1
OLEH
NAMA : VEVIANTI MAVIKA SARI
NIM : 11.11 .853
TINGKAT : II A (DUA A)
2. 2
KATA PENGANTAR
Dengan memenjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini kami mengucapkan banyak terimah kasih
Makalah ini disusun dengan tujuan agar dapat memberikan pengetahuan yang lebih
mendalam tentang gambaran Puskesmas pada umumnya, keperawataan pada khususnnya
dan hal-hal yang berhubungan dengan Proses perkuliahan .
Penyusunan laporan MAKALAH ini tidak lepas dari dukungan oleh berbagai
pihak. Maka pada kesempatan kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak pembaca
Raha, oktober 2012
penyusun
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu. Setelah usia 2 tahun
biasanya imaturitas saluran cerna akan membaik. Sehingga setelah usia tersebut gangguan
saluran cerna karena alergi makanan juga akan ikut berkurang. Bila gangguan saluran cerna
akan membaik maka biasanya gangguan perilaku yang terjadipun akan berkurang.
Selanjutnya pada usia di atas 5 atau 7 tahun alergi makananpun akan berkurang secara
bertahap. Perbaikan gejala alergi makanan dengan bertambahnya usia inilah yang
menggambarkan bahwa gejala Autismepun biasanya akan tampak mulai membaik sejak
periode usia tersebut. Meskipun alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai
dewasa, seperti udang, kepiting atau kacang tanah.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dalam pembuataqn makalah ini adalah agar mahasiswa menambah
wawasan mengenai reason alergi makanan dan dijadikan sebagai proses blajar mengajar.
1.3 RUMUSAN MASAALAH
Adapun rumusan masaalah dfalam penulisan makalah ini adalah
Menjelaskan pengertian alergi makanan
2 mengetahui klasifikasi alergi makanan
3 mengetahui tentang gangguan enzim
4. dapat memahami mekanisme imunologi reaksi alergi
5. Mengetahui pathogenesis sindrom alergi makanan
6. Diagnosa
7. Dapat mengetahui perjalanan penyakit
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI ALERGI MAKANAN
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang
dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula
Alergi makanan adalah kumpulan geja
la yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap
bahan makanan.
Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi
terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas
terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.
2.2 KLASIFIKASI ALERGI MAKANAN
Hipersensitivitas anafilaktif ( tipe 1 )
keadaan ini merupakan hipersensitivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang di
mulai dalam tempo beberapa menit sesudah kontak dengan antigen.
.Hipersensitivitas sitotoksik ( tipe 2 )
Hipersensitivitas sitotoksik terjadikalau sistem kekebalan secara keliru mengenali
konsituen tubuh yang normal sebagai benda asing.
Hipersensitivitas kompleks imun ( tipe 3 )
kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan dari dalam
sirkulasi darah lewat kerja fagositik.
Hipersensitivitas Tipe lambat (tipe 4
6. 6
Reaksi ini yang juga dikenal sebagai hipersensitivitas seluler, terjadi 24 hingga 72
jam sesudah kontak dengan alergen
2.3 GANGGUAN ENZIM TERHADAP REAKSI ALRGI MAKANAN
Seperti telah disebutkan diatas sistem imun yang merupakan bagian dari barier usus
pada anak autis mengalami berbagai gangguan antara lain:
1. defisiensi enzin myeloperoxidase, yang berperan untuk menekan pertumbuhan jamur,,
2. defisiensi sistem imun yang berat, dengan adanya defek pada limfisit T dan limfosit B,
sehingga tidak mampu mengatasi infeksi kandida,
3. defisiensi IgA yang berfungsi melindungi sepanjang dinding saluran cerna terhadap
paparan benda asing , dan
4. defisiensi komplemen C4b yang merupakan bagian sisitem imun untuk menghancurkan
jamur, virus, dan bakteri. Selain itu saluran cerna anak autis mengalami kerusakan
struktur akibat berbagai zat- zat toksik yang dijumpai dari lingkungannya. Defisiensi
sistem imun dalam saluran cerna akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan organisme
seperti jamur dan masuknya benda-benda asing termaasuk alergen makanan kedalam
berbagai bagian tubuh yang lain. Perkembangna jamur seperti Candida albicans secara
berlebihan dalam saluran cerna nak autis akan menimbulkan peradangan menahun dan
menambah kerusakan barier usus. Peradangan menaun pada saluran cerna ini disebut
sebagai inflamatory bowel syndrome(IBS). IBS pada anak autis ini dicurigai akibat
infeksi persisten virus morbili yang dalam faksin MMR, salah satu pencetus ASD.
2.4 MEKANISME IMUNOLOGI REAKSI ALERGI
Reaksi simpang makanan Reaksi simpang makanan adalah suatu istilah umum
untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat merupakan reaksi
sekunder terhadap alergi makanan atau intoleransi makanan
.
Alergi makanan Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang, sebagian
besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitivitas tipe I.
7. 7
Intoleransi makanan Intoleransi makanan adalah reaksi nonimunologik dan merupakan
sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat
disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan seperti kontaminan toksik (misalnya
histamin pada keracunan ikan, toksin yang disekresi oleh salmonela, shigela, dan
kampilobakter), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan (misalnya kafein, kopi,
tiramin pada keju), atau karena kelainan pada pejamu sendiri, misalnya gangguan
metabolisme pada defisiensi laktase dan maltase. Reaksi non imunologik yang abnormal,
namun masih merupakan reaksi fisiologik.
Idiosinkrasi makanan : reaksi terhadap makanan tidak berlandaskan reaksi imunologik.
Biasanya terhadap bahan pengawet atau bahan warna yang terkandung dalam makanan.
Merupakan respon kuantitatif abnormal terhadap aditif makanan atau makanan yang
menyerupai respon hipersensitivitas tetapi tidak melibatkan mekanisme kekebalan tubuh.
Berbagai macam aditif makanan telah dicatat untuk menghasilkan reaksi negatif terhadap
makanan pada orang yang rentan dan juga dapat mempengaruhi anjing dan kucing secara
istimewa. Reaksi ini sangat menyerupai alergi makanan, tetapi dengan pengecualian dari
urtikaria kontak tertentu, yang paling sering digunakan dimediasi oleh mekanisme
nonimmunologic seperti inisiasi langsung dari asam arakidonat cascade. Identifikasi aditif
menyinggung memerlukan penggunaan eliminationchallenge diet. Tidak ada tes in vitro
yang tersedia. Sebuah daftar aditif makanan yang dicurigai sering dimasukkan dalam
makanan hewan peliharaan diberikan. Pengobatan adalah dengan menghindari aditif.
Keracunan makanan : reaksi timbul dan mengenai semua yang makan makanan tersebut,
karena makanan mengandung bahan toksik atau terkontaminasi oleh bakteri yang membuat
toksin
Reaksi Farmakologis terhadap makanan: reaksi yang merugikan makanan sebagai akibat
dari bahan kimia alami berasal atau ditambahkan yang menghasilkan efek druglike atau
farmakologis dalam host. Berbagai makanan mengandung amina vasoaktif dan lainnya
mampu merangsang berbagai tanda-tanda aktif farmakologi zat.
8. 8
Histamin adalah sebuah hadiah amina vasoaktif dalam jumlah tinggi dalam ragi dan buruk
diawetkan tuna dan mackerel. Pada manusia, konsumsi tuna manja dapat menyebabkan
diare, mual, urtikaria, bronkospasme atau. Histamin berpotensi menyebabkan gangguan
serupa yang merugikan. Agen psikoaktif dan stimulan terkandung dalam beberapa makanan.
Theobromine, misalnya, adalah racun utama dalamcoklat.
Reaksi metabolik terhadap makanan: reaksi yang merugikan terhadap makanan karena
efek zat pada metabolisme tuan rumah, atau sebagai akibat dari cacat metabolisme nutrisi
oleh tuan rumah. Defisiensi laktase adalah cacat metabolik yang yang menghasilkan diare,
kembung, dan ketidaknyamanan perut setelah
konsumsi jumlah moderat laktosa. Secara kolektif, bawaan kesalahan
metabolisme adalah penyebab penting dari reaksi yang merugikan metabolisme makanan
pada manusia dan juga terjadi pada hewan, misalnya, kekurangan enzim siklus urea.
Pengobatan melibatkan meminimalkan asupan yang buruk ditoleransi
makanan.
Keracunan makanan: reaksi merugikan terhadap makanan yang disebabkan oleh tindakan
langsung dari racun. Keracunan makanan sering menjadi penyebab penyakit pencernaan .
Keracunan dapat dihasilkan dari bahan pangan yang tidak cukup
siap, manja, atau terkontaminasi oleh mikroorganisme atau racun mereka. Banyak makanan
mengandung racun alami. Misalnya, konsumsi bawang oleh dapat menyebabkan Heinz body
anemia mungkin disebabkan oleh N-propil disulfida, semua bawang, mentah atau dimasak
akan menyebabkan anemia tubuh Heinz; matang kacang merah mengandung lektin yang
dapat menyebabkan peradangan epitel intens, diare, dan Nyeri perut, jumlah berlebihan
daging diawetkan mengandung nitrat dan
nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia dan diare, tingkat tinggi oksalat dan
antrakuinon glikosida yang terkandung dalam bayam dan bit dapat menyebabkan korosif
gastroenteritis, dan jumlah besar rempah-rempah dapat menyebabkan ketidaknyamanan
perut.
9. 9
Gluten-Sensitif enteropati Gluten-sensitif enteropati ditandai dengan gangguan kenaikan
berat badan, diare intermiten ringan kronis, atrofi villus parsial, dan cacat enzim sikat-
perbatasan yang sangat parah di usus halus proksimal. Penyebab sensitivitas gluten tidak
diketahui. Penyakit ini dapat mempengaruhi anjing selain setter Irlandia, mungkin akuntansi
untuk beberapa kasus salah dicap sebagai enteritis lymphocyticplasmacytic idiopatik.
Diagnosis dibuat oleh biopsi usus dan eliminasi-tantangan uji coba dengan sereal
glutencontaining. Pengobatan adalah dengan penghapusan gandum, barley, rye, soba, dan
gandum dari diet. Menghindari mengandung gluten diet selama pemeliharaan dapat
mencegah penyakit.
2.5 DIAGNOSA
1..Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan terpajan allergen
2.Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infalamasi dermal,intrademal sekunder
4.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
5.Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ( allergen,ex: makanan)
2.6 PERJALANAN PENYAKIT
Saat pertama kali masuknya alergen (ex. telur ) ke dalam tubuh seseorang yang
mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika untuk kedua
kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak gejala – gejala
timbulnya alergi pada kulit orang tersebut.Setelah tanda – tanda itu muncul maka antigen
akan mengenali alergen yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T ,dimana sel T tersebut
yang akan merangsang sel B untuk mengaktifkan antibodi ( Ig E ). Proses ini mengakibatkan
melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil. Apabila seseorang
mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama maka akan terjadi 2 hal
yaitu,:
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin memberikan efek terhadap
berbagai sel terutama dalam menarik sel – sel radang misalnya netrofil dan eosinofil,
10. 10
sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan panas.
2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( Ig E ) yang merangsang sel mast
kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak , kemudian histamin tersebut
beredar di dalam tubuh melalui pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan
menyebabkan terjadinya gatal,prutitus,angioderma,urtikaria,kemerahan pada kulit dan
dermatitis. Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen dapat mencetuskan terjadinya
asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal dengan nama anafilaktik syok. Gejala ini
ditandai dengan tekanan darah yang menurun, kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani.
2.7 PENATALAKSANAAN
10.Therapy/Pengobatan
Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan :
1.”ELIMINATION DIET”: beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah, Susu, Telur, Ikan
dan Kacang, di Surabaya terkenal dengan singkatan BSTIK. Merupakan makanan-makanan
yang banyak ditemukan sebagai penyebab gejala alergi, jadi makanan-makanan dengan
indeks alergenisitas yang tinggi. Indeks ini mungkin lain untuk wilayah yang lain, sebagai
contoh dengan DBPFC mendapatkan telur, kacang tanah, susu sapi, ikan, kedelai, gandum,
ayam, babi, sapi dan kentang, sedangkan Bischop mendapatkan susu, telur, kedelai dan
kacang.
2. ”MINIMAL DIET 1” (Modified Rowe’s diet 1): terdiri dari beberapa makanan dengan
indeks alergenisitas yang rendah. Berbeda dengan ”elimination diet”, regimen ini terdiri dari
beberapa bahan makanan yang diperbolehkan yaitu : air, beras, daging sapi, kelapa, kedelai,
bayam, wortel, bawang, gula, garam dan susu formula kedelai. Bahan makanan lain tidak
diperbolehkan.
3. ”MINIMAL DIET 2” (Modified Rowe’s Diet 2): Terdiri dari makanan-makanan dengan
indeks alergenisitas rendah yang lain yang diperbolehkan, misalnya : air, kentang, daging
11. 11
kambing, kacang merah, buncis, kobis, bawang, formula hidrolisat kasein, bahan makanan
yang lain tidak diperkenankan.
4. ”EGG and FISH FREE DIET”: diet ini menyingkirkan telur termasuk makanan-makanan
yang dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya diberikan pada penderita-penderita dengan
keluhan dengan keluhan utama urtikaria, angionerotik udem dan eksema.
5. ”HIS OWN’S DIET”: menyingkirkan makanan-makanan yang dikemukakan sendiri oleh
penderitanya sebagai penyebab gejala alergi.
Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan provokasi dengan 1 bahan makanan
setiap minggu. Makanan yang menimbulkan gejala alergi pada provokasi ini dicatat. Disebut
alergen kalau pada 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak perlu
berturut-turut. Jika dengan salah satu regimen diet tidak ada perbaikan padahal sudah
dilakukan dengan benar, maka diberikan regimen yang lain. Sebelum memulai regimen yang
baru, penderita diberi ”carnaval” selama seminggu, artinya selama 1 minggu itu semua
makanan boleh dimakan (pesta). Maksudnya adalah memberi hadiah setelah 3 minggu diet
dengan baik, dengan demikian ada semangat untuk menjalani diet berikunya. Selanjutnya
diet yang berikutnya juga dilakukan selama 3 minggu sebelum dilakukan provokasi.
Bila diet tidak bisa dilaksanakan maka harus diberi farmakoterapi dengan obat-obatan seperti
yang tersebut di bawah ini :
i. Kromolin, Nedokromil.
Terutama pada penderita dengan gejala asma dan rinitis alergika. Kromolin
umumnya efektif pada alergi makanan dengan gejala Dermatitis Atopi yang disebabkan
alergi makanan. Dosis kromolin untuk penderita asma berupa larutan 1% solution (20
mg/2mL) 2-4 kali/hari untuk nebulisasi atau berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler 1,6
mg (800 µg/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk rinitis alergik digunakan obat semprot 3-4 kali/hari
yang mangandung kromolin 5.2 mg/semprot. Untuk konjungtivitis diberikan tetes mata 4%
4-6 x 1 tetes mata/hari.Nedokromil untuk nebulisasi tak ada. Yang ada berupa inhalasi
dengan metered-dose inhaler dan dosis untuk asma adalah 3,5 mg (1,75 mg/inhalasi) 2-4
kali/hari. Untuk konjungtivitis diberikan tetes mata nedokromil 2% 4-6 x 1-2 tetes mata/hari.
12. 12
ii. Glukokortikoid.
Digunakan terutama bila ada gejala asma. Steroid oral pada asma akut digunakan
pada yang gejala dan PEF nya makin hari makin memburuk, PEF yang kurang dari 60%,
gangguan asma malam dan menetap pada pagi hari, lebih dari 4 kali perhari, dan
memerlukan nebulizer serta bronkodilator parenteral darurat. menggunaan bronkodilator.
Steroid oral yang dipakai adalah : metil prednisolon, prednisolon dan prednison. Prednison
diberikan sebagai dosis awal adalah 1-2 mg/kg/hari dosis tunggal pagi hari sampai keadaan
stabil kira-kira 4 hari kemudian diturunkan sampai 0,5 mg/kg/hari, dibagi 3-4 kali/hari dalam
4-10 hari. Steroid parenteral digunakan untuk penderita alergi makanan dengan gejala status
asmatikus, preparat yang digunakan adalah metil prednisolon atau hidrokortison dengan
dosis 4-10 mg/kg/dosis tiap 4-6 jam sampai kegawatan dilewati disusul rumatan prednison
oral. Steroid hirupan digunakan bila ada gejala asma dan rinitis alergika.
iii. Beta adrenergic agonist
Digunakan untuk relaksasi otot polos bronkus. Epinefrin subkutan bisa diberikan
dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3 mg/dosis.
iv. Metil Xantin
Digunakan sebagai bronkodilator. Obat yang sering digunakan adalah aminofilin dan
teofilin, dengan dosis awal 3-6/kg/dosis, lanjutan 2,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.
v. Simpatomimetika
Simpatomimetika terdiri atas :
Efedrin : 0,5 – 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
Orciprenalin : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Salbutamol : 0,1 – 0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
13. 13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang
dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula
Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh
yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.
Klasifikasi alergi makanan
Hipersensitivitas anafilaktif ( tipe 1 )
Keadaan ini merupakan hipersensitivitas anafilaktif seketika dengan reaksi yang di mulai
dalam tempo beberapa menit sesudah kontak dengan antigen.
Hipersensitivitas sitotoksik ( tipe 2 )
Hipersensitivitas sitotoksik terjadikalau sistem kekebalan secara keliru mengenali konsituen
tubuh yang normal sebagai benda asing.
Hipersensitivitas kompleks imun ( tipe 3 )
kompleks imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan dari dalam
sirkulasi darah lewat kerja fagositik.
Hipersensitivitas Tipe lambat (tipe 4
3.2 SARAN
Adapun saran dalam penulisan makalah ini adalah agar makalah ini di jadikan
sebagai panduan dalam proses belajar mengajar dan penulis menyadari bahwa dalam
makalah inin belum sempurna ,apabila ada kritik dan saran yang di sampaikan sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.