2. SUMBER ILMU TASAWUF
1. ALLAH SWT
2. RASULULLAH SAW
3. PENGALAMAN SAHABAT
4. IJMA’ SUFI
5. IJTIHAD SUFI
6. QIYAS SUFI
7. NURANI SUFI
8. AMALAN SUFI
3. ALLAH SWT
Allah merupakan Zat sumber ilmu tasawuf, tidak ada seorangpun yang mampu
menciptakan ilmu tasawuf dari selain Zat Allah. Namun Allah mengajarkan secercah
ilmu-Nya kepada para sufi lewat hidayah (ilham) baik langsung maupun dengan
perantaraan lain selain Allah yang Allah kehendaki.
Ada kalanya lewat Al-Qur'an dengan metode iqro’ul Qur’an (membaca, menyimak,
menganalisa isi kandungan Al-Qur'an), ada pula melalui alam dengan cara
perenungan suϐi dan lain sebagainya yang pada intinya merupakan hidayah dari
Allah, kemudian berwujud menjadi ide tercerahkan dalam nuansa pemikiran dan
keyaqinan terunjam di hati untuk dimanifestasikan dalam realita kehidupan nyata sebagai
bentuk pengabdian diri kepada Allah.
4. RASULULLAH SAW
Rasul merupakan sumber kedua setelah Allah bagi para suϐi dalam
mendalami dan pengambangkan ilmunya, karena hanya kepada Rasul sajalah
Allah menitipkan wahyu-Nya, tentulah Rasul pula yang lebih banyak tahu
tentang sesuatu yang tersirat di balik yang tersurat dalam Al-Qur'an. Semua
keterangan tersebut hanya ada di hadis Rasulullah, maka sumber yang kedua
ilmu tasawuf adalah Hadis (Sunnah Rasul).
5. PENGALAMAN SAHABAT
Setelah merujuk pada referensi Al-Qur'an dan Hadis, referensi selanjutnya bagi
aktivitas tasawuf adalah pengetahuan dan tindakan para pengikut setia Rasulullah
Muhammad saw. Pengalaman spiritual yang diperolehnya sebagai penunjang
semuanya itu.
6. IJMA’ SUFI
Ijma’ Suϐi (kesepakatan para ‘ulama tasawuf) merupakan esensi yang sangat penting
dalam ilmu tasawuf, karenanya mereka dijadikan sebagai sumber yang ke tiga dalam
ilmu tasawuf setelah Al-Qur'an dan Hadis.
7. IJTIHAD SUFI
Dalam kesendiriannya, para suϐi banyak menghadapi pengalaman aneh, pengalaman
itu merupakan guru terbaik, namun Allah memberi akal untuk berϐikir semaksimal
mungkin sebagai alat pembeda antara kepositifan dengan kenegatifan dalam
pengalaman.
8. QIYAS SUFI
Qiyas merupakan penghantar suϐi untuk dapat berijtihad secara mandiri jika sedang
terpisah dari jama’ahnya.
9. NURANI SUFI
Setiap suϐi positif, memiliki nurani yang tajam di hatinya, ada yang menyebutnya
dengan istilah ϐirasat, rasa, radar batin dan sebagainya merupakan anugerah Allah
terhadap kaum suϐi, bias dari keikhlashan, kesabaran dan ketawakkalannya dalam
beribadah kepada Allah tanpa kenal lelah.
10. AMALAN SUFI
Kaum suϐi memegang teguh tradisi rahasia (menyembunyikan) nurani dan amalinya,
karena jika dua hal tersebut diketahui umum dapat menimbulkan kesalah fahaman, hal
ini disebabkan dimensi tariqat (perjalanan) suϐi merupakan dimensi batin (roh, rohani,
jiwa, sesuatu esensi tersembunyi, gaib) yang tidak semua orang mampu menjalaninya,
namun para suϐi amat merindukannya disebabkan semata karena cinta kepadaNya.
Al-Qur’an, Al-Hadits , Ijma’ Sufi, Ijtihad Sufi, Qiyas Sufi dan Nurani Sufi seperti yang
telah dijelaskan di atas akan sia-sia tanpa pengalaman kaum sufi. Maka amalan sufi
merupakan sumber ke tujuh dalam ilmu tasawuf.