Praktikum ini meliputi standarisasi larutan Na-EDTA dan penentuan kesadahan total air dengan titrasi kompleksometri menggunakan EDTA sebagai titran. EDTA akan membentuk kompleks dengan ion logam Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel, mengubah warna dari merah ke biru pada titik akhir titrasi menggunakan indikator Eriochrome Black T. Hasil titrasi digunakan untuk menghitung kadar Ca2+ dan Mg2+ sebagai
1. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar besi dalam FeSO4.7H2O dan kadar tembaga dalam CuSO4.5H2O menggunakan analisis volumetri titrasi redoks.
2. Metode yang digunakan adalah titrasi permanganometri untuk menentukan kadar besi dan titrasi iodometri untuk menentukan kadar tembaga.
3. Hasilnya menunjukkan kadar besi 18,59% dan kadar tembaga
Praktikum ini meliputi standarisasi larutan Na-EDTA dan penentuan kesadahan total air dengan titrasi kompleksometri menggunakan EDTA sebagai titran. EDTA akan membentuk kompleks dengan ion logam Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel, mengubah warna dari merah ke biru pada titik akhir titrasi menggunakan indikator Eriochrome Black T. Hasil titrasi digunakan untuk menghitung kadar Ca2+ dan Mg2+ sebagai
1. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar besi dalam FeSO4.7H2O dan kadar tembaga dalam CuSO4.5H2O menggunakan analisis volumetri titrasi redoks.
2. Metode yang digunakan adalah titrasi permanganometri untuk menentukan kadar besi dan titrasi iodometri untuk menentukan kadar tembaga.
3. Hasilnya menunjukkan kadar besi 18,59% dan kadar tembaga
Modul ini membahas analisis kualitatif bahan secara karakterisasi fisis dan metode H2S. Analisis fisis meliputi pengamatan warna, bentuk, kelarutan, titik didih, indeks bias, titik leleh dan reaksi nyala. Analisis dengan H2S meliputi pengidentifikasian kation dan anion. Materi dibahas dalam dua kegiatan belajar.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi netralisasi antara asam dan basa. Tujuannya adalah menentukan kadar asam asetat dengan menggunakan titrasi alkalimetri menggunakan larutan NaOH sebagai titran dan indikator sebagai penanda titik akhir reaksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengujian kadar besi pada bayam menggunakan spektrofotometer serapan atom. Bayam kaya akan zat besi dan vitamin C yang dapat membantu penyerapan besi. Metode analisis yang digunakan adalah spektrofotometer serapan atom yang bekerja berdasarkan hukum Lambert-Beer. Sebelum analisis, sampel perlu dihancurkan terlebih dahulu menggunakan metode destruksi basah atau kering.
Acara I Pembuatan Larutan dan StandarisasinyaNaila Zulfa
Praktikum kimia anorganik melibatkan standarisasi larutan asam klorida dan natrium hidroksida, serta penentuan kadar natrium karbonat menggunakan titrasi asam-basa. Mahasiswa berhasil menstandarisasi larutan HCl dan NaOH, serta menentukan kadar Na2CO3 dengan HCl melalui serangkaian eksperimen titrasi.
Program Studi Farmasi menjelaskan tiga metode utama dalam argentometri (titrasi pengendapan perak), yaitu Metode Mohr, Volhard, dan Fajans. Metode-metode ini berbeda dalam penggunaan indikator dan jenis larutan standar yang digunakan untuk menentukan titik akhir.
Laporan praktikum ini membahas tentang pengujian kesadahan air dengan metode titrasi kompleksometri. Metode ini melibatkan pembentukan kompleks antara ion logam Ca2+ dan Mg2+ dengan EDTA sebagai titran. Titik akhir ditandai perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Hasil pengukuran kesadahan air dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesadahan air, yaitu air lunak, sedang, keras, atau sangat
Laporan mingguan praktikum kimia dasar membahas percobaan resin penukar ion. Resin penukar ion ada dua jenis yaitu resin penukar kation dan anion. Resin kation akan menukarkan kationnya dengan larutan, begitu juga resin anion akan menukarkan anionnya. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui ion yang dapat dipertukarkan dan karakteristik resin penukar ion. Hasilnya, resin kation menghasilkan influen
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)Ahmad Dzikrullah
Laporan praktikum kimia dasar II ini membahas reaksi asam basa pada asam poliprotik. Percobaan dilakukan untuk mengenal ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan serta menentukan kadarnya. Metode yang digunakan adalah titrasi asidimetri dengan indikator fenolftalein dan metil orange.
4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsxMuhRifaldhi1
Artikel ini membahas pentingnya mengakui tindakan konservasi berbasis area yang efektif selain Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Indonesia. Artikel ini juga membahas beberapa contoh tindakan konservasi berbasis area yang efektif, seperti sasi dan MPA (Marine Protected Area), serta tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan tindakan konservasi tersebut. Artikel ini juga membahas pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam tindakan konservasi dan pentingnya memperhatikan aspek sosial dan ekonomi dalam implementasi tindakan konservasi.
Penulis berpendapat bahwa meskipun MPA penting untuk konservasi laut, namun bukan satu-satunya alat yang efektif. Tindakan lain, seperti konservasi berbasis masyarakat dan sistem pengelolaan tradisional, juga telah berhasil dalam melestarikan ekosistem laut di Indonesia. Para penulis memberikan contoh OECM yang berhasil, seperti sistem sasi laut di Maluku Tenggara Barat dan sistem panglima laut di Pulau Weh.
Artikel ini juga membahas tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan tindakan konservasi laut yang efektif di Indonesia, seperti kurangnya pendanaan, penegakan hukum yang lemah, dan konflik antara tujuan konservasi dan mata pencaharian lokal. Para penulis menekankan pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam upaya konservasi dan menemukan solusi yang seimbang antara tujuan konservasi dengan kebutuhan masyarakat lokal.
Modul ini membahas analisis kualitatif bahan secara karakterisasi fisis dan metode H2S. Analisis fisis meliputi pengamatan warna, bentuk, kelarutan, titik didih, indeks bias, titik leleh dan reaksi nyala. Analisis dengan H2S meliputi pengidentifikasian kation dan anion. Materi dibahas dalam dua kegiatan belajar.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi netralisasi antara asam dan basa. Tujuannya adalah menentukan kadar asam asetat dengan menggunakan titrasi alkalimetri menggunakan larutan NaOH sebagai titran dan indikator sebagai penanda titik akhir reaksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengujian kadar besi pada bayam menggunakan spektrofotometer serapan atom. Bayam kaya akan zat besi dan vitamin C yang dapat membantu penyerapan besi. Metode analisis yang digunakan adalah spektrofotometer serapan atom yang bekerja berdasarkan hukum Lambert-Beer. Sebelum analisis, sampel perlu dihancurkan terlebih dahulu menggunakan metode destruksi basah atau kering.
Acara I Pembuatan Larutan dan StandarisasinyaNaila Zulfa
Praktikum kimia anorganik melibatkan standarisasi larutan asam klorida dan natrium hidroksida, serta penentuan kadar natrium karbonat menggunakan titrasi asam-basa. Mahasiswa berhasil menstandarisasi larutan HCl dan NaOH, serta menentukan kadar Na2CO3 dengan HCl melalui serangkaian eksperimen titrasi.
Program Studi Farmasi menjelaskan tiga metode utama dalam argentometri (titrasi pengendapan perak), yaitu Metode Mohr, Volhard, dan Fajans. Metode-metode ini berbeda dalam penggunaan indikator dan jenis larutan standar yang digunakan untuk menentukan titik akhir.
Laporan praktikum ini membahas tentang pengujian kesadahan air dengan metode titrasi kompleksometri. Metode ini melibatkan pembentukan kompleks antara ion logam Ca2+ dan Mg2+ dengan EDTA sebagai titran. Titik akhir ditandai perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Hasil pengukuran kesadahan air dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesadahan air, yaitu air lunak, sedang, keras, atau sangat
Laporan mingguan praktikum kimia dasar membahas percobaan resin penukar ion. Resin penukar ion ada dua jenis yaitu resin penukar kation dan anion. Resin kation akan menukarkan kationnya dengan larutan, begitu juga resin anion akan menukarkan anionnya. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui ion yang dapat dipertukarkan dan karakteristik resin penukar ion. Hasilnya, resin kation menghasilkan influen
Laporan Percobaan Reaksi Asam Basa (Asam Poliprotik)Ahmad Dzikrullah
Laporan praktikum kimia dasar II ini membahas reaksi asam basa pada asam poliprotik. Percobaan dilakukan untuk mengenal ion karbonat dan bikarbonat dalam larutan serta menentukan kadarnya. Metode yang digunakan adalah titrasi asidimetri dengan indikator fenolftalein dan metil orange.
4. Water Chemistryx_pH, CO2 & Alkalinitas.ppsxMuhRifaldhi1
Artikel ini membahas pentingnya mengakui tindakan konservasi berbasis area yang efektif selain Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Indonesia. Artikel ini juga membahas beberapa contoh tindakan konservasi berbasis area yang efektif, seperti sasi dan MPA (Marine Protected Area), serta tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan tindakan konservasi tersebut. Artikel ini juga membahas pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam tindakan konservasi dan pentingnya memperhatikan aspek sosial dan ekonomi dalam implementasi tindakan konservasi.
Penulis berpendapat bahwa meskipun MPA penting untuk konservasi laut, namun bukan satu-satunya alat yang efektif. Tindakan lain, seperti konservasi berbasis masyarakat dan sistem pengelolaan tradisional, juga telah berhasil dalam melestarikan ekosistem laut di Indonesia. Para penulis memberikan contoh OECM yang berhasil, seperti sistem sasi laut di Maluku Tenggara Barat dan sistem panglima laut di Pulau Weh.
Artikel ini juga membahas tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan tindakan konservasi laut yang efektif di Indonesia, seperti kurangnya pendanaan, penegakan hukum yang lemah, dan konflik antara tujuan konservasi dan mata pencaharian lokal. Para penulis menekankan pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam upaya konservasi dan menemukan solusi yang seimbang antara tujuan konservasi dengan kebutuhan masyarakat lokal.
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1Fransiska Puteri
Uji asam-asam bermartabat dua melibatkan reaksi antara asam oksalat, H2SO4, dan KMnO4 untuk mengetahui reaksi oksidasi dan reduksi. Beberapa uji lainnya juga dilakukan untuk mengetahui reaksi antara anilin dan K2CrO7, mendeteksi air dalam alkohol menggunakan CuSO4, serta mempelajari reaksi oksidasi etanol oleh KMnO4 dan reaksi alkohol dengan logam
Teks tersebut membahas tentang keseimbangan asam basa dalam tubuh, termasuk definisi asam dan basa, sistem penyangga asam basa, dan peran organ tubuh seperti paru dan ginjal dalam menjaga keseimbangan asam basa. Teks tersebut juga menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi keseimbangan asam basa serta kondisi ketika terjadi gangguan keseimbangan.
Teks tersebut membahas tentang keseimbangan asam basa dalam tubuh, termasuk definisi asam dan basa, sistem penyangga asam basa, dan peran organ tubuh seperti paru dan ginjal dalam menjaga keseimbangan asam basa. Teks tersebut juga menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi keseimbangan asam basa serta kondisi ketika terjadi gangguan keseimbangan.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang percobaan kesetimbangan asam-basa yang dilakukan untuk menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah HCOOH dan CH3COOH. Percobaan ini melibatkan pengenceran larutan asam lemah tersebut ke konsentrasi yang lebih rendah untuk mengukur nilai pHnya dan menentukan derajat ionisasi serta tetapan kesetimbangan asam lemah berdasarkan hasil pengukuran tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang alkalimetri yang merupakan metode titrasi asam-basa dengan menggunakan larutan baku sekunder basa dan larutan baku primer asam. Metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan yang tidak diketahui melalui proses titrasi dengan menambahkan larutan standar sampai titik akhir.
Dokumen tersebut membahas tentang air dan larutan buffer. Air merupakan zat penting bagi kehidupan karena mengandung 76% tubuh manusia dan berperan sebagai pelarut dan medium reaksi metabolisme. Struktur air dipengaruhi oleh ikatan hidrogen antar molekulnya. Larutan buffer terdiri atas campuran asam/basa lemah dengan garamnya yang mampu mempertahankan pH ketika ditambah asam/basa. Persamaan Henderson-Hasselbalch dig
Dokumen tersebut membahas tentang larutan penyangga, meliputi pengertian dan prinsip kerjanya, rumus penghitungan pH buffer, jenis buffer seperti buffer salmiak dan asetat, serta contoh penggunaannya di bidang ilmu pangan seperti asam laktat dan fosfat.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang definisi asam dan basa, klasifikasi asam dan basa, serta penjelasan mengenai pH asam dan basa. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai jenis asam dan basa beserta contohnya secara rinci.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-
Air asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat.
Asiditas biasanya merupakan hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4
-,
CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+.
Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor
utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari
sampel (Mindriany Syafila, 1994) :
CO2 + OH- → HCO3
-
H2S + OH- → HS + H2O
Istilah asam mineral bebas (free mineral acid) adalah asam kuat seperti
H2SO4 dan HCl di dalam air. Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa
untuk mencapai titik akhir phenolphtalein (pH 8,2). Asam mineral bebas
ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange
(pH 4,3). Karakter asam dari ion-ion logam asam, dan biasanya beberapa
merupakan asam kuat (Mindriany Syafila, 1994).
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi
kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah
kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH
larutan (Anonymous A, 2010).
Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus
alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan
penyangga dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen
sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH (Anonymous A, 2010).
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi
dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan
2. 2
kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi,
serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya. Perbedaan antara basa
tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tinggi adalah sebagai berikut
(Anonymous A, 2010) :
1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton
tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk
mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan
(Anonymous A, 2010) :
1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik.
Sehingga alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang
mampu menetralisir kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari
ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam
air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen
sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan
kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin,
sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak
atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi
kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Anonymous B,
2010).
Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga
dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air.
Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan
istilah Kapasitas larutan penyangga pH (Anonymous B, 2010).
Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas
dengan proses sebagai berikut (Anonymous B, 2010) :
3. 3
CO2 + H2O <==> H2CO3 <==> H+ + HCO3
- <==> CO3
-- + 2H+
CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air.
Sedangkan H(+) merupakan sumber keasaman. Mekanisme diatas merupakan
reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan
H+) atau ke arah kiri (menghasilkan CO2). Oleh karena itu, apabila seseorang
mencoba menurunkan pH dengan memberikan "asam-asaman" artinya
menambahkan H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+
tersebut akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan
CO2, (CO2 ini akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru
ditambahkan, pH akan terukur rendah, tapi setelah beberapa waktu kemudian,
ketika reaksi mulai bergerak ke kiri, pH akan kembali bergerak ke angka
semula. Itulah hukum alam dan karena itu juga kita masih bisa menemukan
ikan di alam sampai saat sekarang. Dengan demikian penurunan pH tidak
akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam saja. Untuk itu,
cobalah pula usahakan untuk menurunkan alkalinitasnya. Kalaupun
dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya harus diberikan
dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih
dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas (Anonymous B, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian Asiditas ?
1.2.2 Apa saja klasifikasi dari Asiditas ?
1.2.3 Bagaimana reaksi reaksi Asiditas ?
1.2.4 Bagaimana cara penetapan Asiditas?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 untuk mengetahui pengertian dari Asiditas
1.3.2 untuk mengetahui klasifikasi Asiditas
1.3.3 untuk mengetahui bagaimana reaksi reaksi Asiditas
1.3.4 untuk mengetahui bagaimana penetapan Asiditas
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asiditas
Asiditas pada sistem air alam merupakan kapasitas air untuk menetralisir
OH. Asiditas berarti juga keasaman suatu zat cair. Asiditas biasanya adalah
hasil dari adanya asam tanah seperti H2SO4
-, CO2, H2S, asam-asam lemak dan
lain-lain yang berupa ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Untuk asam kuat
seperti H2SO4dan HCl, mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi yang harus
diperhitungkan.
Penentuan asiditas lebih sukar dibandingkan alkalinitas. Hal ini
disebabkan oleh adanya dua zat utama yang berperan yaitu CO2 dan H2S yang
keduanya mudah menguap, yang mudah hilang dari sampel yang diukur
(Achmad, 2004).
CO2+ OH-→HCO3-
H2S + OH-→ H5 + H2O
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi
(titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang
diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-
basanya. Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus
diberikan basa sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Pemilihan
metode ini dipakai karena merupakan metode yang sederhana dan sudah
banyak digunakan dalam laboratorium maupun industri (riset dan
pengembangan) (Rachman, 2001).
Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu
lainnya. Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan. Jika larutan bakunya
asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri
(Ratisah, 2009).
5. 5
Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa
organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan
warna ion-ionnya. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut,
stabil, dan menunjukkan perubahan warna yang kuat. Indikator asam-basa
terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH (Ratisah, 2009).
Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada pH air. Pengawasan
keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu:
1. asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH <4,5;
2. asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 – 8,3;
2.2 Klasifikasi Asiditas
Ada dua cara untuk menentukan asiditas (Syafilia, 1994):
1. Asiditas Total
Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik
akhir fenolftalein (pH 3,2);
2. Asam Mineral Bebas
Asam mineral bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai
titik akhir metal orange (pH 4,3).
2.3 Reaksi reaksi Asiditas
Reaksi-reaksi yang terjadi :
H+ + OH- H 2O
CO2 + OH- HCO3
-
HCO3
- + H+ H 2O + CO2
Pereaksi yang terjadi adalah :
Larutan H2SO4 0,1 N
Encerkan 0,28 ml H2SO4 pekat ke dalam 1L air.
Larutan H2SO4 0,02 N
Pipet 200 ml H2SO4 0,1 N ke dalam 1L air.
Larutan standar Na2CO3
6. 6
Timbang 5 mg Na2CO3 masukkan ke dalam 1L air.
2.4 Penetapan Asiditas
2.4.1 Metode Penetapan :
Titrasi penetralan dengan menggunakan NaOH standar dan HCl
standar sebagai larutan penitrasi.
2.4.2 Prinsip Penetapan :
Pertama sejumlah sampel air dititrasi dengan larutan standar
NaOH tambahkan indikator metal orange dari tidak berwarna
menjadi ros pucat, kemudian tambahkan indikator metil jingga
dan titrasi kembali dengan larutan HCl standar sampai larutan
berwarna jingga merah.
2.4.3 Alat :
Labu Erlenmeyer 250ml (2 buah)
Corong (1buah)
Buret (2buah)
Statif (1buah)
Beaker glass 50ml (1 buah)
Pipet tetes ( 1buah)
Gelas ukur 100ml (1buah)
2.4.4 Bahan:
Air kran
Aquadest
Larutan standar NaOH0,1N
Indikator MO
Larutan standar HCl 0,1N
Indikator PP
2.4.5 Cara kerja :
Asiditas
a) Menyiapkan alat dan bahan
7. 7
b) Mengambil aquades untuk membersihkan ( mencuci ) alat
sebanyak ( dibilas ) 3 kali.
c) Mengambil labu erlenmeyer dan labu ukur.
d) Memasukan sampel air kran sebanyak 10 ml pada labu ukur.
menuangkanya ke labu erlenmeyer ( diulangi 3 kali diddalam
percobaan )
e) Memberi tanda yang akan diberi MO atau PP pada labu
Erlenmeyer
f) Memberi indikator MO sebanyak 3 tetes pada labu 1 , jika
warna menjadi kuning maka tidak dititrasi, pemeriksaan
dihentikan.
g) Memberi indikator PP sebanyak 3 tetes pada labu II , jika
warna berubah menjadikuning ( tetap ), maka dititrasi,
pemeriksaan dilanjutkan
h) Mentitrasi larutan yang diberi indikator PP dengan NaOH 0,1
N hingga larutan berwarna pink tipis.
i) Melihat volume awal dan mencatatnya sebelum titrasi,
melihat dan mencatat volume akhirnya.
j) Mengulangi percobaan sebanyak 2 kali.
8. 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asiditas atau keasaman adalah tingkat asam dalam suatu zat. Asiditas
diukur pada skala yang disebut skala pH. Pada skala ini, nilai pH 7 adalah
netral, dan nilai pH kurang dari 0 sampai 7 menunjukkan peningkatan
keasaman.
Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada pH air. Pengawasan
keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu:
1. asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH <4,5;
2. asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 – 8,3;