SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
MANDASYA REGINA PRISCHA 1161004057 SOSIOLOGI POLITIK (KAMIS)
1. STRUKTUR FISKAL
Salah satu pengaruh yang menandai struktur fiskal ialah dengan mengatahui kondisi fisik, misalnya
geografis dan demografis.
(1) Struktur Geografis
“politik Negara adalah didalam geografinya”. Pameo Napoleon mengungkapkan sebuah ide
yang bisa disusur mundur sampai abad ke lima sebelum Masehi di dalam tulisan Hippocrates Treatise
on Airs, Waters, dan Places.
Kaum Konservatif, Fasis, Liberal, Marxis- mereka mengakui bahwa politik tergantung dari
geografi, akan tetapi mereka tidak sependapat dengan tingkat ketergantungan. Bagi Maurice Barres
(1862-1923), politik didasarkan ‘pada bumi dan mayat’, yang berarti bahwa atas geografi dan sejarah,
dimana keduanya sangat bergantung pada yang pertama.
Secara umum, pengaruh geografi tidak dapat dipisahkan dari penemuan-penemuan teknologi
manusia, yang memungkinkannya mengatasi kesulitan-kesulitan dari lingkungan-lingkungan
alaminya. Bagi masyarakat primitive fenomena politik tergantung pada kondisi geografik, sedangkan
dalam Negara-negara modern ketergantungan akan kondisi geografik berkurang.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi struktur geografis antara lain :
a. Iklim dan sumber-sumber alami
1) Iklim
Teori awal tentang hubungan antara geografi dan politik berpusat pada iklim, teori
ini berawal dari Ariestoteles sampai Montesquieu cenderung melihat bahwa pengaruh
geografi terhadap fenomena politik atas cara yang sama.
Teori dari Montesquieu merupakan pengungkapan-pengungkapan kembali
pandangan-pandangan Ariestoteles. Rumusan penting dan paling terkenal tentang teori
tersebut dari Montesquieu dalam bukunya Spirit of Laws jilid XVII (1748) bahwa iklim dingin
memungkinkan kebebasan dan iklim panas perbudakan, dimana Ariestoteles sedang
memeriksa masalah iklimsedang.
Paham-paham popular tentang pengaruh politik dari iklim memberikan sedikit
perubahan dari teori-teori tradisional. Misalnya, pada abad ke sembilanbelas seorang ahli
sejarah Prancis Jules Michelet menekankan peranan panas dan pengaruhnya pada revolusi
1789 yang mana terjadi pada bulan Mei dan September (dalam tesisnya). Tesisnya ini
dipakai untuk revolusi 1830 (Juli) dan hari-hari Juni (1848), akan tetapi itu tidak terjadi bagi
pecahnya Revolusi 1848 pada bulan Februari.
Pengaruh langsung iklim terhadap fenomena politik tidak dapat disangkal secara
langsung, juga tidak gamapang dan tidak seabsolut sangkaanAriestoteles dan Montesquieu.
Dalam hal-hal tertentu, pengaruh politik terlihat dengan jelas karen ada factor – factor lain
yang diperhitungkan.
Terjadinya iklim yang berbeda-beda hapir semua tidak diperkenankan pada
perkembangan politik atau sosial.
2) Sumber – sumber alam
Yang dimaksud sumber-sumber alam yaitu semua benda-benda yang disediakan
bumi yang diperlukan bagi eksistensi fiscal manusia. Macamnya sumber-sumber alam ada
dua yaitu sumber-sumber yang berasal dari binatang dan sumber-sumber yang berasal dari
tumbuhan, sedangkan sumber mineral menjadi kebutuhan pokok dengan perkembangan
industry. Pada hakikatnya, sebagaimana teori iklim, pembuatan tentang teori sumber-
sumber alam sudah lama bersifat psikologis, yang artinya sampai tingkat tertentu akan
tetap hingga saat ini yang dilakukan berdasarkan suatu kontradiksi mendasar.
3) Geografi dan keterbelakangan.
b. Ruang sebagai struktur politik
Iklim dan sumber alam tidak dapat dipisahkan dari factor geografikal lain, misal tentang
ruang teritorial. Para ahli geografi semakin yakin bahwa studi tentang ruang hidup adalah salah
satu cabang yang penting. Ruang alami tempat aktivitas manusia berkembang bisa dipelajari
dari tiga tilik yaitu pembatasan masyarakat, susunan internal dari masyarakat dalam batasan-
batasan tertentu, dan lokasi masyarakat bisa terhubung alias strategis untuk berkomunikasi.
Adapun macamnya pembagian ruang sebagai struktur politik antara alain :
1) Membatasi struktur ruang masyarakat politik
Ruang geografi merupakan suatu bentuk besar untuk bisa dibagi-bagi atau dikecilkan
sehingga membuat ruang geografi bersifat ilusi akibat terdapat interpretasi yang berbeda
daripada aslinya. Akan tetapi pembagian-pembagian tertentu didasarkan pada factor
geografis. Contohnya pulau, .. Pengaruh politik dari pembagian geografis senantiasa
dianggap penting. Adanya rintangan alami terhadap invasi mempunyai arti yang sama agak
berkurang kepentingannya.
2) Kontak-kontak
Secara politik, kontak antar masyarakat dalam saat – saat tertentu sangatlah
penting, dan kontak ini bergantung pada sebagaian dari factor-faktor geografis.
(2) Struktur Demografis
a. Jumlah penduduk
Perbedaan antara negera-negara besar dan kecil terkenal bagi penulis-penulis purba sebelum
menjadi kabur sebelum abad Sembilan belas oleh perkembangan teori-teori hukum tentang
kedaulatan nasional dan persamaan hak. Dari sudut teoritis, bahwa hakikat fenomen apolitik
berubah menurut besarnya suatu komunitas dan perbedaan dasar yang memisahkan makro
politik dari mikro politik.
Besarnya suatu komunitas tergantung pada besarnya jumlah penduduk. Sedangkan ukuran
territorial menjadi urutan kedua dalam skala kepentingan.
1) Perbedaan antara makropolitik dan mikropolitik
Makropolitik ialah aktivitas politik didalam komunitas kecil, sedangkan makropolitik
merupakan aktivitas politik didalam komunitas yang besar. Yang membedakan komunitas
tersebut besar atau kecil ialah bahwa komunitas kecil didasarkan pada hubungan manusia
langsung, sedangkan komunitas besar pada hubungannya bisa disebut mediasi atau
perantaraan. Dalam komunitas kecil perjuangan politik mengambil karakter pada
hakikatnya bersifat personal. Meski koalisi, klik-klik, dan fraksi-fraksi terbentuk secara
kasar menyerupai pengelompokan politik didalam komunitas besar. Namun, komunitas
kecil tidak mempunyai organisasi politik formal, hanya aliansi-aliansi antara individu-
individu dan kesamaan pribadi. Sedangkan dalam komunitas besar, perjuangan politik
merupakan kolektif dan individual. Komunitas ini telah mempunyai organisasi yang
kompleks dan diatur dari berbagai ragam tingkat kepentingan dan komplektisitas
berkonfrontasi satu sama lain. Sehingga pergolakan akan terus berlangsung secara
stimulant antar kelompok yang bertanding. Kemudian atas peri yang sama, dalam
komunitas kecil, integrasinya hanya pada masalah mengharmoniskan hubungan-hubungan
interpersonal, dan dalam komunitas besar, integrasinya meliputi masalah – masalah
organisasi komunitas daripada hubungan antar personal.
2) Masalah-masalah makropolitik
Kekuasaan politik yang besar dalam komunitas besar memunculkan masalah besar
yaitu mengenai birokratisasi dan desentralisasi. Dalam birokrasi tidak terbatas pada eselon
kekuasaan atas. Organisasi-organisasi politik yang berusaha menjadi komunitas besar yang
mana hubungan manusianya tidak kurang birokratiknya. Sedangkan dalam partisipasi asli
oleh para warga dalam mencapai keputusan dibagi-bagi menjadi kelompok yang lebih kecil
yang keudian inilah yang disebut desentralisasi. Jika desentralisasi diketahui hanya
mengatur suatu pemerintahan atau sebagainya dengan pengaturan kekuasaan secara
regional, desentralisasi didalam pemerintah yang sentralis ada kebutuhan bagi kekuasaan
untuk memiliki markas-markas lokalnya. Desentralisasi telah menjadi salah satu masalah
besar dalamkomunitas besar.
b. Tekanan demografis
Tekanan demografis didefinisikan sebagai hubungan tertentu antara besarnya jumlah
penduduk dengan jumlah teritorium yang didudukinya.
1) Tekanan demografis dan antagonisme politik
Suatu paham bahwa didalam negera yang memiliki jumlah penduduk besar akan
sering terjadi kesenjangan sosial dan rawan perang. Bahkan Ariestoteles dan Plato percaya
bahwa pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan menumbuhkankerusuhan-
kerusuhan sosial. Pada tahun 1814 dan 1914, penduduk Eropa menjadi dua kali lipat,
kemudian perang-perang besar pada pertengahan abad keduapuluh terjadi, ini
merupakan sebuah bukti tentang teori adanya tekanan demografik. Namun, teori tekanan
demografik terbuka terlihat dalam bentuknya yang simplistic. Missal, negeri – negeri
dengan penduduk paling padat bukanlah negeri yang paling bernafsu untuk perang.
Contoh negaranya ialah China, Negara tersebut memiliki penduduk yang padat dan
rakyatnya hidup dengan damai selama berabad-abad.
2) Tekanan demografis dalamnegara – negara terbelakang
Pertumbuhan penduduk umum bergerak pada tingkatan yang berbeda dalam setiap
Negara, Negara dengan pertumbuhan yang relative rendah terdapat di Negeri-negeri
industry dan pertumbuhan cepat terdapat pada negeri-negeri terbelakang, sehingga
menempatkan negeri tersebut pada situasi kritis.
Sebuah pengamatan menunjukkan bahwa du jenis ekuilibrium demografi cenderung
tumbuh secara alami dikarenakan factor-faktor fisiologis dan psikologis diantaranya
keseimbangan penduduk msyarakat primitive, dan masyarakat dengan tingkat industry
tinggi.
Ekuilibrium masyarakat primitive diibaratkan sebuah komunitas yang berasal dari
kombiasi antara tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang disebut the sturgeon
equilibrium. Sedangkan dalam masyrakat modern atau maju terdapat dua situasi yang
berbeda yaitu tentang tingkat kemajuan yang menurun tajam dan tingkat kelahiran yang
cenderung turun akibat factor biologis yang belum sepenuhnya dipahami efek-efeknya.
Situasi dalam Negara terbelakang berasal dari kenyataan bahwa keseimbangan
penduduk primitive telah terganggu sedangkan keseimbangan di Negara industry belum
tercapai. Misalnya pengenalan hukum-hukum dasar pengobatan dan higina, dan
terutama pengenalan cara-cara mudah dan murah untuk melawan penyakit menular.
Akibat dari ketidak seimbangan demografis ini terjadi ketika kebutuhan
pertumbuhan penduduk yang cepat membuatnya sangat sulit untuk menyiapkan
persediaan pangan pada tingkat biasa.
3) Pertumbuhan yang tidak seimbang di kalangan kelas-kelas yang lebih miskin
Sepanjang sejarah, para pengamat dikejutkan oleh fakta bahwa tingkat kelahiran
lebih rendah di kelas-kelas orang kaya daripada orang-orang miskin, sedangkan
pendapat masa kini perasa pesimis dengan dengan tingkat pertumbuhan penduduk
lebih cepat dikalangan orang-orang miskin. Mereka berpendapat demikian dengan
pertimbangan bahwa orang-orang miskin paling tinggi tingkat buta hurufnya dan pada
umumnya kurang maju secara intelektual.
c. Komposisi penduduk
1) Umur dan seks
Peranan seks dalam mempengaruhi tingkah laku politik lebih jelas daripada umur,
meskipun tidak terlalu penting secara khusus, karena wanita cenderung lebih konservatif
daripada laki-laki, dan orang muda cenderung tidak terlalu konservatif dibandingkan
orang tua.
Dalam negeri yang sangat maju, dimana umur panjang dan tingkat kelahiran rendah,
orang tua banyak dibandigkan dengan generasi muda. Akan tetapi di negeri terbelakang
tidak terdapat hal seperti itu, karena sekarang telah disetujui bahwa orang-orang yang
lebih tua lebih terikat pada ketertiban sosial yang ada sedangkan orang muda lebih
radikal. Namun tetap boleh jadi bahwa bangsa-bangsa yang lebih mudacenderung
kepada revolusi dan pergolakan sosial daripada orang-orang tua yang merasakannya
tidak enak.
2) Komposisi penduduk kualitatif.
3) Distribusi geografis
Kepadatan rata-rata penduduk tidak berarti apa-apa dalam dirinya. Konsekuensi
politis dari distribusi penduduk yang tidak merata berbeda-beda tergantung dari Negara-
negaranya. Pada umumnya kemerataan yang sudah tercipta lama, tradisional tidak
terlalu banyak menghasilkan gema-gema selain melebih-lebihkan ketidakseimbangan
yang ada.
2. STRUKTUR SOSIAL
Struktur sosial merupakan lawan dari struktur fisik (geografis dan demografis) yaitu buatan manusia
dan bukan alam. Seperti penemuan material (alat, mesin), sistem hubungan kolektif (perusahaan, sistem
matrimonial), dan bahkan doktrin dan kebudayaan (marxisme dan humanism barat). Dari definisi
tersebut struktur sosial dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
(1) Keterampilan teknologi
Keterampilan teknologi adalah cara-cara yang dipergunakan manusia untuk mengolah benda-
benda, alat-alat, mesin, dan seterusnya untuk menguasai alam ataupun manusia. Beberapa
penemuan satu setengah abad yang lalu, kemajuan teknologi mampu membalikan kehidupan
manusia yang menimbulkan adanya apa yang kita sebut sebagai negara-negara terbelakang dan
negara-negara maju. Hal ini dikarenakan Ketrampilan teknologi berpengaruh terhadap pembangunan
ekonomi, kultur suatu negara dan berpengaruh pula terhadap kehidupan politik suatu negara.
1) Transformasi struktur sosioekonomik melalui kemajuan teknologis
Revolusi teknologi menghasilkan revolusi ekonomi yang ditandai oleh peningkatan tingkat
produksi dan konsumsi. Revolusi ekonomi ini sendiri menghasilkan revolusi kebudayaan.
a. Kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi
Kemajuan teknologi memberikan kontribusi untuk meningkatkan produksi dalam
tingkatan yang tidak pernah tercapai sebelumnya. Karena tekonologilah manusia mulai
keluar dari kemiskinan dari sini pertumbuham ekonomi meningkat signifikan. Akan
tetapi, hanya negara-negara maju secara teknologi yang menikmati kegunaannya
sedangkan yang lain tetap dalam kemiskinan.
Kemajuan teknologi menghapuskan perbedaan dalam geografi alami (struktur fiskal)
dimana perbedaan-perbedaan alami ini dibatasi oleh perbedaan dalam perlengkapan
teknologi. Dalam arti ini kualitas berbeda dari kondisi-kondisi geografis tidak berkurang
dengan adanya kemajuan teknologi bahkan cenderung meningkat.
b. Kemajuan teknologi dan pembangunan cultural
Kemajuan teknologi menguntungkan pembangunan kultural dengan dua cara:
pertama dengan memungkinkan manusia menkmati waktu senggang yang
memungkinkannya melanjutkan minat-minatnya dibidang pendidikan dan kebudayaan
yang kedua dengan mengembangkan cara-cara untuk kekayaan kultural. Disini kemajuan
teknologi menghasilkan pembebasan manusia. Pengurangan panjangnya hari kerja,
standard, tibanya masa senggang.
Namun ada yang mengkritik kebudayaan modern karna arti fisial dan superfisial dan
mempertentangkannya dengan kebudayaan yang lebih mendalam dan otentik dari
masyarakat tradisional. Akan tetapi kultur modern jauh lebih rundimenter dan pada
waktunya secara perlahan-lahan menembusi masyarakat dan berkembang pesat.
2) Konsekuensi politik dari kemajuan teknologis
a. Kemajuan teknologi dan pengurangan antagonism
Kelangkaan merupakan hukum umum yang menyebabkan ketidak adilan sosial, disini
kemajuan teknologi berperan untuk melemahkan efek dari ketidak adilan sosial tersebut
dengan mengurangi satu penyebab antagonisme sosial yaitu kelangkaan dari barang-barang
konsumsi.
b. Kemajuan teknologi dan pengembangan pemahaman manusia
Kemajuan teknologi meningkatkan taraf kultural manusia, memungkinkannya
memahami dan memecahkan masalah-masalahnya. Karena kemajuan teknologi lebih
mempermudah manusia untuk mendapatkan informasi. Walaupun kemajuan teknologi
meningkatkan kesulitan masalah itu pada saat yang sama ketika ia menaikkan tingkat
pemahaman manusia, akan tetapi kemampuan manusia yang mungkin memahami mungkin
telah lebih baik lagi. Kita tidak boleh lupa bahwa sangat sedikit masyarakat tradisional
menghasilkan kewarganegaraan yang mendapatkan informasi secara baik.
Seperti untuk maslah politik modern, Tidaklah mungkin untuk menjelaskan kepada
parlemen atau masyarakat luas, perincian yang banyak jumlahnya dan rumit dalam
membangun suatu rencana yang komprehensif. Akan tetapi mungkin untuk
mempformulasikan secara sangat jelas opsi-opsi dasar yang bisa diperoleh dan arti masing-
masingnya. Para warga dan wakil-wakilnya dengan demikian bisa membuat pilihan dan
membuatnya dengan pemahaman yang cukup jelas tentang isu-isu yang dibahas. Demikian
adalah salah satu contoh dari korelasi antara kemajuan teknologi dan pemahaman manusia.
c. Kemajuan teknologi dan peningkatan kekuasaan
Kemajuan teknologi secara langsung meningkatkan kekuasaan politik negara.
Misalnya dia memungkinkan pemerintahan pusat untuk memperluas kekuasaanya terhadap
seluruh negara lebih gampang, dengan manghapus masalah jarak. Sentralisasi yang muncul
sebagai akibatnya cenderung membinasakan otonomi lokal dan kebebasan yang diberikan
otonomi semacam itu kepada rakyat. Terutama kemajuan teknologi memberikan
pemerintah alat kekerasan yang tak terlawankan. Selain itu Kemajuan teknologi juga
menawarkakn cara-cara perlawanan yang baru terhadap oposisi.
(2) Lembaga-lembaga
Merupakan alat mempertahankan ketertiban hubungan sosial yang mapan (stabil)-status hukum
keluarga, undang-undang yang mengatur barang-barang dan milik dan konstitusi politik.
1) Pengertian umum tentang lembaga
a. Unsur-unsur yang terlibat dalam konsep lembaga
Lembaga hanya dibatasi oleh dua unsur yaitu unsur struktural dan unsur keyakinan
manusia dan citra-citra rakyat. Struktur adalah sistem hubungan yang tidak mempunyai
eksistensi riil tanpa hubungan itu sendiri. citra-citra popular, keyakinan dan sistem nilai
adalah unsur dasar dari lembaga.
Setiap individu adalah model struktural dan koleksi citra-citra yang secara luas
diterima, kurang atau lebih distandarisir. Pada umumnya, sangat penting bagi lembaga-
lembaga politik. Keyakinan politik kurang lebih bersifat kudus, agar orang memperoleh ide
tertentu bahwa kekuasaan politik harus ada dan dikenal baik. disini kekuasaan absah
bilamana dia sesuai dengan citra popular, dengan sistemnilai masyarakat.
b. Tempat individu dalam lembaga sosial: status dan peran
Lembaga merupakan penjelmaan dari berbagai peranan dan status, peran dan status
ini menjelaskan masalah dari posisi relatif individu didalam lembaga-lembaga sosial. Bagi
setiap status ada sejumlah pola tingkah laku yang diharapkan dari individu, dari yang
memegang posisi, dan serentak atribut-atribut yang harus dia miliki. Atribut-atribut tersebut
diartikan sebagai peranan sebagai akibat dari status dan perilaku yang diharapkan oleh
anggota-anggota lain dari masyarakat terhadap pemegang status. Singkatnya peranan
adalah aspek dari status.
c. Jenis lembaga-lembaga yang berbeda-beda
Dilihat dari institusi dan posisi lembaga-lembaga legal (hukum) lembaga-lembaga ini
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu“institution by pure fact” dan “institutions by
design”. Institution by fact adalah lembaga-lembaga yang muncul secara otomatis, hampir-
hampir secara mekanis, dan boleh dikatakan permainan antara kekuatan dan peristiwa-
peristiwa. Sedangkan institution by design merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk
dengan sengaja atau lembaga-lembaga normatif, karena mereka didasarkan pada norma-
norma. Lembaga-lembaga ini berfungsi menurut undang-undang yang dibuat terdahulu
yang mengaturrules of conducts yang harus dipatuhi oleh para anggotanya didalam tingkah
lakunya dan bersifat obligatoir. Sedangkaninstitution by fact pada hakikatnya bersifat
deterministik. Ada tiga jenis lembaga normative yaitu yang berdasarkan pada hukum, yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip moral, dan yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan
sosial (sosial customs).
d. Lembaga dan teknologi
Lembaga-lembaga masyarakat erat hubungannya dengan perkembangan
tekonilogi. Pada titik ini kaum penganut marxisme cenderung menganggap lembaga-
lembaga semata-mata sebagai pencerminan teknologi. Lembaga-lembaga mempunyai
otonomi tertentu dalam hubungannya dengan perkembangan ekonomi dan teknologi.
sampai pada sebuah tingkat tertentu sebuah ephipenomenon : teknologi yang berhubungan
dengan produksi. Dengan demikian Ada dua tingkat lembaga yaitu lembaga sosio ekonomi
yang berhubungan dengan metode-metode produksi dan kepada hubungan-hubungan kelas
sebagai akibatnya dan lembaga lainnya.
e. Persistensi lembaga-lembaga: inersia sosial
Lembaga-lembaga merupakan hasil dari struktur-struktur tekno ekonomis, dimana
lembaga-lembaga ini memegang otonomi. Satu karakteristik dari otonomi-otonomi ini
adalah bahwa, oleh semacam inersia sosial lembaga-lembaga tetap berlangsung hidup
setelah faktor-faktor yang menghasilkannya telah lenyap. Disini persistensi-persistensi
lembaga sangat lumrah, disemua negara dan setiap waktu ada campuran antara lembaga-
lembaga kontemporer dan lembaga-lembaga kolot yang tetap hidup dimana orang terbiasa
dengan eksistensinya dan tidak sadar sepenuhnya terhadap kadaluarsanya. Persistensi
lembaga-lembaga dengan demikian bisa berakibat pada memelihara, atau bahkan
menghidupkan kembali rezim-rezim yang berbeda dari struktur sosio ekonomi.
2) Lembaga-lembaga politik klasifikasi rezim-rezim politik
Lembaga-lembaga politik adalah lembaga-lembaga yang memperhatikan kekuasaan,
organisasinya, pengalihanya, pelaksanaan, legitimasi, dan sebagainya. Dalam sejarah lembaga-
lembaga ini telah bergabung menurut jenis yang berbeda-beda yang disebut dengan rezim-
rezim politik yang memekar struktur-struktur kelembagaan khusus dikehidupan politik yang
terbuka, akan tetapi struktur itu sendiri merupakan bagian dari kerangka sosial yang terdiri dari
lembaga-lembaga lain dan faktor-faktor geografis dan demografis dari masyarakat yang
bersangkutan. Disinilah pentingnya masalah menggolong-golongkan rezim-rezim politik.
a. Klasifikasi purba
Sampai akhir abad kesembilanbelas, pada umunya diterima sistem klasifikasi yang
diwariskan sejak zaman yunani yang membagi rezim-rezim politik kedalam monarki
(pemerintahan oleh seorang), oligarki (pemerintahan oleh beberapa orang) dan demokrasi
(pemerintahan oleh semua).
b. Klasifikasi legal masa sekarang
Para ahli hukum membuat klasifikasi rezim-rezim politik menurut hubungan-
hubungan internal antara kekuasaan yang berbeda-beda yaitu antara elemen-elemen yang
berbeda-beda membentuk negara. Dengan demikian kita tiba pada pembagian tripartite
dari rezim pemerintah: sebuah rezim dimana ada pemusatan kekuasaanya, sebuah rezim
dengan sebuah pemisahan kekuasaan, dan sebuah rezim parlementer.
Pemusatan kekuasaan berarti bahwa semua keputusan penting diambil oleh satu
organ negara. Didalam pemerintahan-pemerintahan yang mempunyai kekuasaan dan yang
mempunyai sistem parlementer seperti pada pembagian umum yang sama antara monarki
dan republik.
c. Klasifikasi sosiologis modern
Kecenderungan masa sekarang adalah pada perbedaan dasar antara rezim-rezim
pluralistis atau demokratis dan rezim-rezim Unitarian atau otokratis. Didalam rezim-rezim
pluralistis atau demokratik, pergolakan politik terjadi secara terbuka dan bebas dibawah
sinar lampu umum. Di dalam rezim-rezim Unitarian sebaliknya konflik politik secara resmi
tidak terjadi, selain dalam bentuk perjuangan individu untuk memperoleh restu sang
pangeran. Inilah perbedaan dasar dari rezim-rezim demokratik pluralistik, dimana
kekuasaan tertinggi itu sendiri ditantang pada jangka waktu yang teratur setiap empat atau
lima tahun oleh permainan bebas dan pemilihan umum.
d. Maire du palais
Dalam kategori yang besar ini rezim-rezim pluralistic atau demokratis, rezim-rezmi
Unitarian atau otokratik dan turun temurun dan kediktatoran yang berasal dari kemenagan.
Yang lebih realistik dan kurang formal adalah pemerintahan otokrasi moderat, yang
menerima oposisi tertentu terhadap rezim dan mengizinkan cara-cara legal tertentu untuk
mengungkapkan perbedaan pendapat politik secara tidak langsung, dan otokrasi totalitarian
yang menghancurkan semua oposisi dan memaksa kaum pembangkang untuk memakai
kegiatan-kegiatan gelap.
Mengenai demokrasi pluralistis, jalan terbaik untuk mengklasifikasikannya adalah
menggabungkan bentuk-bentuk legal rezim-rezim pemerintahan dengan jenis partai politik
yang terdapa didalamnya. Kita bisa mengenal tiga rezim pluralistik (1) rezim-rezim
presidensisl baik pseudo dwipartai, sebagaimana di Amerika Serikat, atau multipartai
sebagaimana di Amerika latin (2) rezim-rezim parlementer dengan sistem dwipartai jenis
britis (3) rezim-rezim parlementer dengan sistembanyak partai jenis eropa koninental.
3) Lembaga-lembaga politik dan struktur tekno-ekonomik
Ada dua teori besar yang bertentangan dengan masalah ini. Kaum marxis menganggap
rezim-rezim politik mencerminkan sistem produksi suatu masyarakat, yang pada hakikatnya
didefinisikan dalam sistem pemilikan. Dengan ini mereka mengingkati bahwa lembaga-lembaga
politik mempunyai otonomi. lembaga-lembaga kurang penting dalam pandangan Marxis.
Orang-orang barat sebaliknya, yang pada mulanya melebih-lebihkan independensi politik dalam
hubungannya dengan ekonomi, kini mulai mengubah teori-teoorinya yang dulu dan menarik
posisi yang semakin dekat dengan kaum marxis. Bagi analisis barat, factor yang esensial yang
menjadi alasan untuk mendirikan setiap rezim politik bukanlah sistem hak milik, akan tetapi
tingkat pengembangan teknologi.
a. Rezim politik dan sistemhak milik
Marxisme membedakan empat jenis negara : negara budak pada masa purba, negara
feudal, negara borjuis, dan negara sosialis, masing-masing sesuai dengan modus produksi
dan sistem pemilikan dalam jenisnya yang khusus. Setiap jenis negara dibagi-bagi menjadi
beberapa bentuk negara atau rezim politik : depotisme timur, tirani, atau republic didalam
negara budak, seignories atau monarki-monarki yang disentralisir didalam negara feudal;
demokrasi barat atau rezim fasis didalam negara-negara borjuis; sistem sofiet dan
demokrasi rakyat didalam negara-negara sosialis. Dengan demikian berbagai rezim politik
sesuai dengan perbedaan-perbedaan didalam sistemproduksi dan sistemmilik.
b. Rezim-rezim dan tingkat produksi
Demokrasi pluralistis sesuai dengan tingkat industrialisasi yang tinggi tingkatannya.
Mengatakan bahwa masyarakat bebas adalah masyarakat makmur. Dalam hakikat otokratik
dan Unitarian dari rezim-rezim komunis bersifat terbelakang dan setengah maju dari
negara-negara dimana komunisme didirikan. Rusia tahun 1917 dan demokrasi rakyat tahun
1945 mempunyai satu sifat yang sama : mereka berada ditingkat ekonomi yang rendah
dibandingkan dengan negri-negri industry dibarat.
Dibangunnya diktator lebih mudah dan sering dalam masyarakat yang terbelakang
dari pada msyarakat yang sangat maju. Dalam negara-negara yang sangat maju semua
bangunan sosial berdiri atas bahu para ilmuwan, ahli teknik, dan kaum cendekiawan yang
hanya bisa bekerja dalam udara kebebasan.
3. Kultur
Kultur adalah ideology keyakinan, dan ide-ide kolektif yang pada umunya dianut dalam suatu
komunitas tertentu.
(1) Keyakinan : ideology dan mitos
Dalam arti tertentu masyarakat adalah jumlah dari keseluruhan ide-ide dan citra-citra yang telah
dibentuk oleh anggota-anggotanya. Akan tetapi diantara ide-ide kolektif ini, beberapa sesuai dengan
kenyataan-kenyataan eksternal yang mempunyai eksistensi obyektif fisikal. Ide-ide lain adalah hanya
lukisan fikiran states of mind.
a. Berbagai jenis keyakinan
Ada dua jenis kategori keyakinan/kepercayaan yaitu keyakinan-keyakinan yang lebih
rasional, ada rumusannya dan keyakinan-keyakinan irrasional yang lebih bersifat spontan dan
selanjutnya dinamakan mitos. Ideology mengungkapkan kecenderungan psikologisnya sendiri dan
konflik batinnya didalam doktrin yang dirumuskannya. Setelah doktrin-doktrin tersebut
dikerjakannya secara teliti oleh individu-individu yang dibawah tekanan tertentu dari kebutuhan
sosial, ideology tergantung pada reaksi mayarakat. Ideology digunakan untuk mengekspresikan
aspirasi dan tuntutan-tuntutan, dan memberikan definisi tujuan-tujuan dasar dari tindakan
politik, dibentuklah berbagai partai dan organisasi. Penerimaan atau penolakan suatu sistem
ideology tergantung sejauh mana dia mencerminkan kebutuhan-kebutuhan komunitas dan
kekuatan-kekuatan didalamnya.
Mitos merupakan keyakinan yang kurang jelas, kurang rasional dan kurang teliti diolah
dalam pikiran dibandingkan dengan ideology. Disini ada dua macam mitos yaitu mitos yang bisa
disebut tradisional dan mitos aksi. Mitos tradisional kurang lebih pelukisan yang bersifat fable
tentang alam, dunia, manusia, dan masyrakat yang sudah direrima secara kuat untuk memberi
inspirasi kepada kehidupan dari suatu kelompok sosial.
Pada awal abad dua puluh, jurnalis perancis Georges Sorel mengembangkan suatu paham
lain tentang mitos ̶ mythos of action bahwa salah satu cara paling efektif untuk mempengaruhi
suatu komunitas adalah memberikannya citra-citra yang singkat dan tidak rumit tentang masa
depan yang fiktif atau masalalu yang fable, yang mempolarisir emosi-emosi dan bergerak menuju
aksi. Action mhyts ini bisa menggugah gerakan-gerakan revolusioner, sebagaimana diyakini sorel,
sesiap mereka bisa menyumbangkan untuk mempertahakan ketertiban sosial.
b. Pengaruh politik dari keyakinan rakyat
Mitos dan ideologi dasarnya memainkan peranan yang sama dalam kehidupan politik yaitu
mereka memobilisir warga negara, baik dalam oposisi terhadap kekuasaan atau mendukungnya.
Mobilisasi merupakan kamuflase agar keyakinan bisa berlaku untuk menyembunyikan realitas
agar dapat diterima. Disamping itu ideologi juga bisa untuk mengurangi ketegangan-
ketegangan.
Dengan mengintegrasikan setiap pola perilaku yang khusus ini kejalan program politik yang
komprehensif, ideology bisa mempengaruihi jalanya tindakan. Konsep “kesadaran politik” jelas-
jelas menunjukkan peranan ideology. Kesadaran politik adalah produk dari sejumlah faktor,
terutama ideologi-ideologi mengambangkan kesadaran politik rakyat, dengan demikian berlaku
sebagai basis kelompok-kelompok ideologis.
(2) Entitas kulutural (unsur-unsur kebudayaan)
Semua unsur yang membentuk suatu komunitas bercampurbaur dalam situasi aktual, membentuk
kombinasi yang jelas berbeda yang bisa kita sebut entitas kultural. Setiap komunitas individual
merupakan milik dari suatu entitas kultural atau dirinya sendiri merupakan entitas kultural.
a. Konsep entitas cultural
Entitas kultural merupakan bangsa-bangsa atau kelompok bangsa-bangsa yang memiliki
suatu peradaban yang sama. Entitas kultural pada hakikatnya dibentuk oleh sejarah, lantas
diperkuat oleh pendidikan dalam arti seluas-luasnya.
Kebudayaan sebagaimana dibentuk oleh perkembangan sejarah yang unik dari setiap
bangsa atau kelompok bangsa-bangsa, diwariskan melalui mekanisme pendidikan dalam arti
seluas-luasnya. Beberapa unsurnya bekerja secara fisikal tanpa orang menyadarinya. Akan tetapi
kebayakan unsur bekerja melalui fenomena yang sadar, melalui keyakinan kolektif, citra, dan
sikap yang diwariskan dari generasi kegenerasi oleh proses pendidikan yang bukan saja
direncanakan untuk memberikan generasi yang baru dengan keterampilan yang berguna akan
tetapi juga memberikan pandangan kultural yang baru. Dalam bidang politik entitas nasional lebih
penting karena bangsa-bangsa adalah tempat duduk dari organisasi kekuasaan yang fundamental.
b. Pengaruh politik dari entitas cultural
Entitas kultural sangat penting secara politik, akan tetapi tidak sepenting sosio ekonomik.
Entitas kultural menempati posisi sekunder dengan faktoe sosio ekonomik yang merupakan
unsur-unsur primer.
Entitas kuktural dalam mempengaruhi politik dapat saja tidak bekerja sebagai kekuatan
yang memberikan motivasi akan tetapi ia menjadi rem atau akselerator. Di Polandia, Hongaria,
Yugoslavia faktor-faktor kultural mempercepat liberalisasi. Di Jerma faktor kultural
memperlambat evolusi menuju demokrasi barat. Di Perancis faktor-faktor kultural mempercepat
gerakankearah demokrasi liberal. Dalam hal-hal lain, faktor kultural menentukan detail dari rezim-
rezim politik.
3. The Making of Prosperty and Poverty
Bab 3 dari "Why Nations Fail" membahas tentang penciptaan kemakmuran dan kemiskinan.
Sebelum bab ini Acemoglu dan Robinson menjelaskan motivasi di balik kesuksesan dan kegagalan
bangsa-bangsa dalam sejarah. Setelah membuat argumen dasar, Bab 2 membahas sejumlah teori
yang tidak bekerja, termasuk gagasan bahwa geografi adalah faktor penentu. Meskipun demikian,
Jared Diamond (2012) - yang adalah seorang penulis buku "What Makes Countries Rich or Poor?" -
berpendapat bahwa selain institusi dan pemerintah, geografi juga merupakan unsur penting yang
tidak dapat diabaikan. Selain itu Acemoglu dan Robinson menghindari untuk membahas peran
sumber daya alam dengan melakukan serangkaian studi kasus historis yang mencakup lokasi
geografis, budaya, agama, dan pemimpin mereka. Mereka sangat menegaskan bahwa kesenjangan
antara kaya dan miskin dimotivasi oleh struktur kelembagaan negara.
Di bab ini ada 2 jenis struktur kelembagaan: institusi inklusif dan ekstraktif. Yang pertama adalah
lembaga peradilan dan kontrak yang menciptakan hak kepemilikan dan lingkungan hukum yang
aman, dan memungkinkan individu untuk bebas berdagang dan bersaing satu sama lain. Jenis
institusi ini umumnya menghasilkan inovasi. Di sisi lain, lembaga ekstraktif melakukan persis
berlawanan dengan kebijakan inklusif. Acemoglu an Robinson menyatakan bahwa institusi ini tidak
dirancang karena kesalahan, namun dengan tujuan realokasi sumber daya. Lembaga ekstraktif tidak
menciptakan lingkungan hukum dan menjamin hak kepemilikan semua penduduk. Sebaliknya,
mereka menciptakan lapangan kecil yang sebagian besar dipaksakan untuk kepentingan minoritas.
Mereka memblokir inovasi dan perkembangan teknologi karena menghindari destabilisasi kekuatan
dan kontrol. Selain itu, penulis menggunakan bukti dari sebuah sejarah untuk merinci berbagai
contoh yang menggambarkan mengapa institusi penting dan bagaimana dalam setiap kasus lembaga
ekstraktif menghasilkan hasil yang buruk, sementara institusi inklusif menghasilkan hasil yang baik.
Pertama, pada buku ini penulis menguraikan tentang Korea yang dijajah oleh Jepang sampai akhir
Perang Kedua. Setelah runtuhnya koloni Jepang, dan Korea terbagi menjadi dua: Utara dan Selatan.
Kedua negara ini memiliki latar belakang karakteristik, budaya, dan agama yang sama persis. Mereka
berdua memiliki geografi, iklim, dan sumber daya alam yang sama. Tapi hari ini orang-orang di Utara
memiliki standar hidup yang sangat miskin seperti negara Afrika sub-Sahara, sedangkan orang-orang
di Selatan memiliki standar kehidupan yang sejahtera seperti negara-negara Eropa. Penulis
menyatakan bahwa harapan hidup di Utara adalah 10 tahun lebih rendah daripada di Selatan. Selain
itu, Acemoglu dan Robinson menyajikan citra satelit dua negara untuk menunjukkan intensitas
cahaya mereka di malam hari. Dokumen tersebut menyatakan bahwa Korea Utara hampir
sepenuhnya gelap karena kekurangan listrik, sementara Korea Selatan bersinar dengan cahaya. Di
sini, mereka mencatat bahwa perbedaan ekstrim ini tidak muncul oleh perbedaan geografis atau
budaya, dan menambahkan bahwa mereka tidak ada sebelum Perang Kedua. Penulis dengan tegas
menegaskan bahwa motivasi utamanya adalah struktur kelembagaan pemerintah. Mereka
menggarisbawahi bahwa Korea Utara dikelola oleh Rusia, dan Selatan oleh Amerika Serikat. Korea
Selatan dikelola oleh presiden anti-komunis Rhee yang mendirikan ekonomi pasar bebas dengan
industri swasta yang mendorong investasi dan perdagangan. Selain itu, pemerintah sangat
berinvestasi pada pendidikan dan sekolah yang dalam waktu singkat menghasilkan dorongan dalam
inovasi industrialisasi dan teknologi.
Sementara itu, Korea Utara dikelola oleh diktator Kim II-Sung yang mengaktifkan ekonomi
terencana sebagai bagian dari Juche System. Pasar dilarang, dan kebebasan dibatasi. Hanya sedikit
orang di sekitar presiden Kim II-Sung yang mengendalikan semua sumber daya negara tersebut.
Indeks Bank Dunia hari ini menunjukkan bahwa Korea Utara adalah negara yang paling buruk dalam
hal hak asasi manusia, keterbukaan ekonomi, kebebasan pers, persepsi korupsi, dan demokrasi.
Orang-orang di negara ini harus pergi ke tentara selama sepuluh tahun setelah menyelesaikan
sekolah. Mereka tidak bisa memiliki properti sendiri atau memulai bisnis sendiri untuk menjadi lebih
makmur.
Kedua, Acemoglu dan Robinson menguraikan koloni Inggris Barbados - yang merupakan salah satu
tempat terkaya berdasarkan ekonomi gula - sebagai contoh bagi institusi ekstraktif. Tapi ekonomi
bergengsi ini diatur seputar perbudakan. Hampir 67% dari total penduduknya adalah budak Afrika
yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan dan peluang ekonomi. Mereka tidak memiliki hak
kepemilikan dan kontrak. Tidak ada persamaan politik di pulau ini. Hakim didominasi oleh 1% teratas
yang merupakan pekebun besar. Demikian pula kekuatan militer dan politik berada di bawah kontrol
keluarga yang sama yang memiliki perkebunan besar di pulau ini. Penulis berpendapat bahwa
kurangnya institusi inklusif membuat negara gagal dalam jangka panjang, karena hari ini Barbados
adalah salah satu negara termiskin di dunia.
Dalam kasus ketiga, Acemoglu dan Robinson menguraikan Amerika untuk membuat struktur
institusi yang kokoh merupakan penentu utama dengan menceritakan pola taktik penjajahan di
Amerika Selatan oleh orang-orang Spanyol, dibandingkan dengan pengalaman Inggris yang kurang
menguntungkan di Utara. Mereka menyatakan bahwa penjajah Spanyol bertujuan untuk membangun
sebuah model yang dibutuhkan untuk menangkap pemimpin suku setempat, yang memaksa
penduduk untuk bekerja di bawah kendali mereka, terutama dengan mencari emas dan perak yang
kelaparan. Pada awalnya orang-orang Spanyol gagal membangun model ini karena struktur suku-suku
yang jarang dan tidak terkoordinasi. Tapi orang-orang Spanyol berhasil melakukannya ketika mereka
menemukan sebuah suku Indian bernama Guarani di seberang sungai Parana yang menetap dengan
padat dan mengadopsi struktur hirarkis mereka sendiri. Orang-orang Spanyol terintegrasi dengan
masyarakat dan menyatakan diri mereka sebagai elit. Mereka menikah dengan putri, dan mengambil
alih institusi ketenagakerjaan yang ada yang merupakan lembaga pemaksaan. Model ini membantu
meningkatkan kekayaan Kerajaan Spanyol, namun bukan negara-negara terjajah Selatan.
Di sisi lain, perusahaan Inggris melihat bagaimana Spanyol menjajah Selatan dan meningkatkan
kekayaan mereka. Dengan motivasi ini, Virginia Company tiba di Amerika Utara dengan tiga kapal
berisi tentara dan pandai emas. Tapi model Spanyol tidak berhasil dan paksaan suku Indian setempat
tidak berhasil karena pelarangan suku dan pemberontak mereka jarang terjadi. Berbeda dengan
orang-orang Spanyol, mereka tidak dapat menemukan suku yang padat dan mengadopsi struktur
hirarkis mereka sendiri seperti Guarani. Sebagai alternatif, Virginia Company membawa pekerja
mereka sendiri (lapisan bawah) untuk menetap dan memaksa mereka bekerja dengan peraturan yang
ketat. Model ini juga gagal karena kondisi kehidupan yang mengerikan di bawah peraturan ketat yang
mendorong pemukim untuk melarikan diri dan bergabung dengan suku setempat. Setelah itu pada
tahun 1618, Virginia Company memutuskan untuk memberikan insentif kepada pemukim untuk
menghindari masalah ini. Mereka datang dengan sistem kepala kanan yang memberi tanah kepada
setiap pemukim untuk penggunaan secara bebas, dan mengamankan hak kepemilikan. Yang lebih
penting lagi, pada tahun 1619, perusahaan Virginia mengizinkan pemindahan kekuasaan politik
kepada para pemukim dengan Majelis Umum. Inovasi ini membawa kesuksesan dalam penjajahan
Utara. Akhir-akhir ini, model yang sama diterapkan di Carolina dan Maryland.
Selain itu, mereka sangat percaya bahwa kegagalan model kolonisasi orang Spanyol di Utara, dan
konflik antara pemimpin dan pekerja Virginia, telah muncul institusi inklusif yang semakin kuat seiring
berjalannya waktu. Tetapi keberhasilan model penjajahan Spanyol telah muncul intuisi ekstraktif di
Selatan, dan ini bertahan bahkan setelah generasi baru (yang bukan anak penjajah) berkuasa
(misalnya Paraguay, Bolivia, Meksiko). Ini menunjukkan bahwa lembaga ekstraktif pada saat itu
memiliki dampak yang besar terhadap pembangunan institusi masa depan di wilayah yang sama.
Selain itu, penulis terus membahas tentang institusi ekstraktif dan hasil buruknya dengan
mengekstraksi Kongo dan Haiti, di mana sebagian besar penduduk tidak memiliki pendidikan sekolah.
Penulis menyatakan bahwa kualitas pengajaran di negara-negara ini sangat mengerikan, karena tidak
ada sistem pendidikan, dan bahan ajar langka. Mereka menambahkan bahwa tingkat pendidikan
rendah ini gagal menciptakan insentif bagi orang untuk bersekolah. Akhirnya, pasar ekstraktif ini
menyeret negara menuju kemiskinan. Penulis menyimpulkan bahwa distribusi kekuatan politik di
masyarakat merupakan penentu utama hasil pertandingan menang atau gagal. Jika distribusi
kekuasaan itu sempit, maka institusi politiknya ekstraktif atau absolutis seperti Korea Utara dan
Spanyol di Amerika Latin. Dalam rezim ini, mayoritas penduduk dipaksakan untuk kepentingan
minoritas. Dengan demikian, ekonomi gagal mendongkrak, dan stagnan dalam jangka panjang. Di sisi
lain, jika kekuasaan didistribusikan secara luas di masyarakat, maka institusi politik bersifat inklusif
atau pluralistik seperti misalnya Korea Selatan dan penjajah Inggris di Amerika Utara. Di bawah rezim
ini, orang memiliki hak properti yang aman, dan institusi memberi lebih banyak insentif kepada
orang-orang, yang pada akhirnya akan membantu meningkatkan ekonomi.
Namun penulis menggaris bawahi bahwa distribusi kekuatan politik bukanlah satu-satunya penentu
kemajuan ekonomi dan kemakmuran. Mereka menunjuk negara Afrika Timur Somalia di mana
kekuasaan politik didistribusikan secara luas namun negara ini cukup miskin. Tidak ada otoritas nyata
yang mengendalikan negara ini karena masyarakat terbagi dalam klan. Di sini, Acemoglu dan
Robinson menyatakan bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat memiliki institusi ekonomi inklusif
karena tidak hanya mereka memiliki institusi politik yang pluralistik, namun juga negara-negara
terpusat dan berkuasa.
Terakhir, Acemoglu dan Robinson memberikan bukti kehancuran kreatif dari sejarah Eropa. Pada
masa industrialisasi, pemerintah di sebagian besar negara Eropa dikendalikan oleh aristokrasi atau
elit. Penulis menjelaskan bagaimana para elit di Inggris kehilangan kekuatan mereka dengan revolusi
industri, dan bagaimana imperium Austro-Hungaria dan Rusia tidak melakukannya. Lembaga
ekstraktif yang berkuasa di Kekaisaran Austro-Hungaria dan Rusia menghalangi inovasi dan
industrialisasi. Akibatnya, ekonomi mereka terhenti, dan tertinggal di belakang negara-negara Eropa
lainnya yang didorong oleh ekonomi di abad ke-19.

More Related Content

What's hot

pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di des...
pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di des...pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di des...
pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di des...Ekyd
 
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptxTeori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptxdiana238333
 
Perkembangan administrasi-publik
Perkembangan administrasi-publikPerkembangan administrasi-publik
Perkembangan administrasi-publikW. Riany
 
Rezim ekonomi politik dan sistem ekonomi politik
Rezim ekonomi politik dan sistem ekonomi politikRezim ekonomi politik dan sistem ekonomi politik
Rezim ekonomi politik dan sistem ekonomi politikArifRachmanPutra1
 
Penyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politikPenyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politikM fazrul
 
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modern
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modernSejarah pemikiran administrasi di zaman modern
Sejarah pemikiran administrasi di zaman moderndiah dianta
 
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)Elisabeth Lita
 
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi PolitikSosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politikiwan setiawan
 
P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..yudikrismen1
 

What's hot (18)

Pkn
PknPkn
Pkn
 
Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 
Ekonomi politik
Ekonomi politikEkonomi politik
Ekonomi politik
 
Masyarakat sipil
Masyarakat sipilMasyarakat sipil
Masyarakat sipil
 
8.Bab II Materi
8.Bab II Materi8.Bab II Materi
8.Bab II Materi
 
pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di des...
pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di des...pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di des...
pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga di des...
 
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptxTeori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
 
Perkembangan administrasi-publik
Perkembangan administrasi-publikPerkembangan administrasi-publik
Perkembangan administrasi-publik
 
Rezim ekonomi politik dan sistem ekonomi politik
Rezim ekonomi politik dan sistem ekonomi politikRezim ekonomi politik dan sistem ekonomi politik
Rezim ekonomi politik dan sistem ekonomi politik
 
Penyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politikPenyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politik
 
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modern
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modernSejarah pemikiran administrasi di zaman modern
Sejarah pemikiran administrasi di zaman modern
 
Makalah teori kejahatan
Makalah teori kejahatanMakalah teori kejahatan
Makalah teori kejahatan
 
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
 
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi PolitikSosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
Sosialisasi Politik dan Partisipasi Politik
 
60767626 budaya-politik
60767626 budaya-politik60767626 budaya-politik
60767626 budaya-politik
 
P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..P. 2 sejarah viktimologi..
P. 2 sejarah viktimologi..
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6
 
Kapitalis
KapitalisKapitalis
Kapitalis
 

Similar to Struktur Fiskal dan Demografis

Similar to Struktur Fiskal dan Demografis (20)

Hakikat dan konsep sosiologi politik
Hakikat dan konsep sosiologi politikHakikat dan konsep sosiologi politik
Hakikat dan konsep sosiologi politik
 
TP Pertemuan ke-2.pptx
TP Pertemuan ke-2.pptxTP Pertemuan ke-2.pptx
TP Pertemuan ke-2.pptx
 
Hubungan ilmu politik
Hubungan ilmu politikHubungan ilmu politik
Hubungan ilmu politik
 
Tm 08 budaya politik
Tm 08 budaya politikTm 08 budaya politik
Tm 08 budaya politik
 
Geopolitik
GeopolitikGeopolitik
Geopolitik
 
72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik72523867 pembangunan-politik
72523867 pembangunan-politik
 
Budaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerahBudaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerah
 
modernisasi dan komunikasi
modernisasi dan komunikasimodernisasi dan komunikasi
modernisasi dan komunikasi
 
12066-23656-1-PB.pdf
12066-23656-1-PB.pdf12066-23656-1-PB.pdf
12066-23656-1-PB.pdf
 
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainyaHubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
Hubungan ilmu politik dengan ilmu sosial lainya
 
Makalah sistem pers era orde baru
Makalah sistem pers era orde baruMakalah sistem pers era orde baru
Makalah sistem pers era orde baru
 
Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaan
 
36046847 komunikasi-politik
36046847 komunikasi-politik36046847 komunikasi-politik
36046847 komunikasi-politik
 
Sejarah reformasi
Sejarah reformasiSejarah reformasi
Sejarah reformasi
 
Sosiologi lembaga politik ekonomi
Sosiologi lembaga politik ekonomiSosiologi lembaga politik ekonomi
Sosiologi lembaga politik ekonomi
 
PENDAHULUAN.ppt
PENDAHULUAN.pptPENDAHULUAN.ppt
PENDAHULUAN.ppt
 
Artikel kwn
Artikel kwnArtikel kwn
Artikel kwn
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisi
 
Bahan Kuliah ESP.doc
Bahan Kuliah ESP.docBahan Kuliah ESP.doc
Bahan Kuliah ESP.doc
 
Makalah teori kejahatan
Makalah teori kejahatanMakalah teori kejahatan
Makalah teori kejahatan
 

Recently uploaded

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 

Recently uploaded (20)

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 

Struktur Fiskal dan Demografis

  • 1. MANDASYA REGINA PRISCHA 1161004057 SOSIOLOGI POLITIK (KAMIS) 1. STRUKTUR FISKAL Salah satu pengaruh yang menandai struktur fiskal ialah dengan mengatahui kondisi fisik, misalnya geografis dan demografis. (1) Struktur Geografis “politik Negara adalah didalam geografinya”. Pameo Napoleon mengungkapkan sebuah ide yang bisa disusur mundur sampai abad ke lima sebelum Masehi di dalam tulisan Hippocrates Treatise on Airs, Waters, dan Places. Kaum Konservatif, Fasis, Liberal, Marxis- mereka mengakui bahwa politik tergantung dari geografi, akan tetapi mereka tidak sependapat dengan tingkat ketergantungan. Bagi Maurice Barres (1862-1923), politik didasarkan ‘pada bumi dan mayat’, yang berarti bahwa atas geografi dan sejarah, dimana keduanya sangat bergantung pada yang pertama. Secara umum, pengaruh geografi tidak dapat dipisahkan dari penemuan-penemuan teknologi manusia, yang memungkinkannya mengatasi kesulitan-kesulitan dari lingkungan-lingkungan alaminya. Bagi masyarakat primitive fenomena politik tergantung pada kondisi geografik, sedangkan dalam Negara-negara modern ketergantungan akan kondisi geografik berkurang. Adapun hal-hal yang mempengaruhi struktur geografis antara lain : a. Iklim dan sumber-sumber alami 1) Iklim Teori awal tentang hubungan antara geografi dan politik berpusat pada iklim, teori ini berawal dari Ariestoteles sampai Montesquieu cenderung melihat bahwa pengaruh geografi terhadap fenomena politik atas cara yang sama. Teori dari Montesquieu merupakan pengungkapan-pengungkapan kembali pandangan-pandangan Ariestoteles. Rumusan penting dan paling terkenal tentang teori tersebut dari Montesquieu dalam bukunya Spirit of Laws jilid XVII (1748) bahwa iklim dingin memungkinkan kebebasan dan iklim panas perbudakan, dimana Ariestoteles sedang memeriksa masalah iklimsedang. Paham-paham popular tentang pengaruh politik dari iklim memberikan sedikit perubahan dari teori-teori tradisional. Misalnya, pada abad ke sembilanbelas seorang ahli sejarah Prancis Jules Michelet menekankan peranan panas dan pengaruhnya pada revolusi 1789 yang mana terjadi pada bulan Mei dan September (dalam tesisnya). Tesisnya ini dipakai untuk revolusi 1830 (Juli) dan hari-hari Juni (1848), akan tetapi itu tidak terjadi bagi pecahnya Revolusi 1848 pada bulan Februari. Pengaruh langsung iklim terhadap fenomena politik tidak dapat disangkal secara langsung, juga tidak gamapang dan tidak seabsolut sangkaanAriestoteles dan Montesquieu. Dalam hal-hal tertentu, pengaruh politik terlihat dengan jelas karen ada factor – factor lain yang diperhitungkan. Terjadinya iklim yang berbeda-beda hapir semua tidak diperkenankan pada perkembangan politik atau sosial. 2) Sumber – sumber alam Yang dimaksud sumber-sumber alam yaitu semua benda-benda yang disediakan bumi yang diperlukan bagi eksistensi fiscal manusia. Macamnya sumber-sumber alam ada dua yaitu sumber-sumber yang berasal dari binatang dan sumber-sumber yang berasal dari tumbuhan, sedangkan sumber mineral menjadi kebutuhan pokok dengan perkembangan industry. Pada hakikatnya, sebagaimana teori iklim, pembuatan tentang teori sumber-
  • 2. sumber alam sudah lama bersifat psikologis, yang artinya sampai tingkat tertentu akan tetap hingga saat ini yang dilakukan berdasarkan suatu kontradiksi mendasar. 3) Geografi dan keterbelakangan. b. Ruang sebagai struktur politik Iklim dan sumber alam tidak dapat dipisahkan dari factor geografikal lain, misal tentang ruang teritorial. Para ahli geografi semakin yakin bahwa studi tentang ruang hidup adalah salah satu cabang yang penting. Ruang alami tempat aktivitas manusia berkembang bisa dipelajari dari tiga tilik yaitu pembatasan masyarakat, susunan internal dari masyarakat dalam batasan- batasan tertentu, dan lokasi masyarakat bisa terhubung alias strategis untuk berkomunikasi. Adapun macamnya pembagian ruang sebagai struktur politik antara alain : 1) Membatasi struktur ruang masyarakat politik Ruang geografi merupakan suatu bentuk besar untuk bisa dibagi-bagi atau dikecilkan sehingga membuat ruang geografi bersifat ilusi akibat terdapat interpretasi yang berbeda daripada aslinya. Akan tetapi pembagian-pembagian tertentu didasarkan pada factor geografis. Contohnya pulau, .. Pengaruh politik dari pembagian geografis senantiasa dianggap penting. Adanya rintangan alami terhadap invasi mempunyai arti yang sama agak berkurang kepentingannya. 2) Kontak-kontak Secara politik, kontak antar masyarakat dalam saat – saat tertentu sangatlah penting, dan kontak ini bergantung pada sebagaian dari factor-faktor geografis. (2) Struktur Demografis a. Jumlah penduduk Perbedaan antara negera-negara besar dan kecil terkenal bagi penulis-penulis purba sebelum menjadi kabur sebelum abad Sembilan belas oleh perkembangan teori-teori hukum tentang kedaulatan nasional dan persamaan hak. Dari sudut teoritis, bahwa hakikat fenomen apolitik berubah menurut besarnya suatu komunitas dan perbedaan dasar yang memisahkan makro politik dari mikro politik. Besarnya suatu komunitas tergantung pada besarnya jumlah penduduk. Sedangkan ukuran territorial menjadi urutan kedua dalam skala kepentingan. 1) Perbedaan antara makropolitik dan mikropolitik Makropolitik ialah aktivitas politik didalam komunitas kecil, sedangkan makropolitik merupakan aktivitas politik didalam komunitas yang besar. Yang membedakan komunitas tersebut besar atau kecil ialah bahwa komunitas kecil didasarkan pada hubungan manusia langsung, sedangkan komunitas besar pada hubungannya bisa disebut mediasi atau perantaraan. Dalam komunitas kecil perjuangan politik mengambil karakter pada hakikatnya bersifat personal. Meski koalisi, klik-klik, dan fraksi-fraksi terbentuk secara kasar menyerupai pengelompokan politik didalam komunitas besar. Namun, komunitas kecil tidak mempunyai organisasi politik formal, hanya aliansi-aliansi antara individu- individu dan kesamaan pribadi. Sedangkan dalam komunitas besar, perjuangan politik merupakan kolektif dan individual. Komunitas ini telah mempunyai organisasi yang kompleks dan diatur dari berbagai ragam tingkat kepentingan dan komplektisitas berkonfrontasi satu sama lain. Sehingga pergolakan akan terus berlangsung secara stimulant antar kelompok yang bertanding. Kemudian atas peri yang sama, dalam komunitas kecil, integrasinya hanya pada masalah mengharmoniskan hubungan-hubungan
  • 3. interpersonal, dan dalam komunitas besar, integrasinya meliputi masalah – masalah organisasi komunitas daripada hubungan antar personal. 2) Masalah-masalah makropolitik Kekuasaan politik yang besar dalam komunitas besar memunculkan masalah besar yaitu mengenai birokratisasi dan desentralisasi. Dalam birokrasi tidak terbatas pada eselon kekuasaan atas. Organisasi-organisasi politik yang berusaha menjadi komunitas besar yang mana hubungan manusianya tidak kurang birokratiknya. Sedangkan dalam partisipasi asli oleh para warga dalam mencapai keputusan dibagi-bagi menjadi kelompok yang lebih kecil yang keudian inilah yang disebut desentralisasi. Jika desentralisasi diketahui hanya mengatur suatu pemerintahan atau sebagainya dengan pengaturan kekuasaan secara regional, desentralisasi didalam pemerintah yang sentralis ada kebutuhan bagi kekuasaan untuk memiliki markas-markas lokalnya. Desentralisasi telah menjadi salah satu masalah besar dalamkomunitas besar. b. Tekanan demografis Tekanan demografis didefinisikan sebagai hubungan tertentu antara besarnya jumlah penduduk dengan jumlah teritorium yang didudukinya. 1) Tekanan demografis dan antagonisme politik Suatu paham bahwa didalam negera yang memiliki jumlah penduduk besar akan sering terjadi kesenjangan sosial dan rawan perang. Bahkan Ariestoteles dan Plato percaya bahwa pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan menumbuhkankerusuhan- kerusuhan sosial. Pada tahun 1814 dan 1914, penduduk Eropa menjadi dua kali lipat, kemudian perang-perang besar pada pertengahan abad keduapuluh terjadi, ini merupakan sebuah bukti tentang teori adanya tekanan demografik. Namun, teori tekanan demografik terbuka terlihat dalam bentuknya yang simplistic. Missal, negeri – negeri dengan penduduk paling padat bukanlah negeri yang paling bernafsu untuk perang. Contoh negaranya ialah China, Negara tersebut memiliki penduduk yang padat dan rakyatnya hidup dengan damai selama berabad-abad. 2) Tekanan demografis dalamnegara – negara terbelakang Pertumbuhan penduduk umum bergerak pada tingkatan yang berbeda dalam setiap Negara, Negara dengan pertumbuhan yang relative rendah terdapat di Negeri-negeri industry dan pertumbuhan cepat terdapat pada negeri-negeri terbelakang, sehingga menempatkan negeri tersebut pada situasi kritis. Sebuah pengamatan menunjukkan bahwa du jenis ekuilibrium demografi cenderung tumbuh secara alami dikarenakan factor-faktor fisiologis dan psikologis diantaranya keseimbangan penduduk msyarakat primitive, dan masyarakat dengan tingkat industry tinggi. Ekuilibrium masyarakat primitive diibaratkan sebuah komunitas yang berasal dari kombiasi antara tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang disebut the sturgeon equilibrium. Sedangkan dalam masyrakat modern atau maju terdapat dua situasi yang berbeda yaitu tentang tingkat kemajuan yang menurun tajam dan tingkat kelahiran yang cenderung turun akibat factor biologis yang belum sepenuhnya dipahami efek-efeknya. Situasi dalam Negara terbelakang berasal dari kenyataan bahwa keseimbangan penduduk primitive telah terganggu sedangkan keseimbangan di Negara industry belum tercapai. Misalnya pengenalan hukum-hukum dasar pengobatan dan higina, dan terutama pengenalan cara-cara mudah dan murah untuk melawan penyakit menular.
  • 4. Akibat dari ketidak seimbangan demografis ini terjadi ketika kebutuhan pertumbuhan penduduk yang cepat membuatnya sangat sulit untuk menyiapkan persediaan pangan pada tingkat biasa. 3) Pertumbuhan yang tidak seimbang di kalangan kelas-kelas yang lebih miskin Sepanjang sejarah, para pengamat dikejutkan oleh fakta bahwa tingkat kelahiran lebih rendah di kelas-kelas orang kaya daripada orang-orang miskin, sedangkan pendapat masa kini perasa pesimis dengan dengan tingkat pertumbuhan penduduk lebih cepat dikalangan orang-orang miskin. Mereka berpendapat demikian dengan pertimbangan bahwa orang-orang miskin paling tinggi tingkat buta hurufnya dan pada umumnya kurang maju secara intelektual. c. Komposisi penduduk 1) Umur dan seks Peranan seks dalam mempengaruhi tingkah laku politik lebih jelas daripada umur, meskipun tidak terlalu penting secara khusus, karena wanita cenderung lebih konservatif daripada laki-laki, dan orang muda cenderung tidak terlalu konservatif dibandingkan orang tua. Dalam negeri yang sangat maju, dimana umur panjang dan tingkat kelahiran rendah, orang tua banyak dibandigkan dengan generasi muda. Akan tetapi di negeri terbelakang tidak terdapat hal seperti itu, karena sekarang telah disetujui bahwa orang-orang yang lebih tua lebih terikat pada ketertiban sosial yang ada sedangkan orang muda lebih radikal. Namun tetap boleh jadi bahwa bangsa-bangsa yang lebih mudacenderung kepada revolusi dan pergolakan sosial daripada orang-orang tua yang merasakannya tidak enak. 2) Komposisi penduduk kualitatif. 3) Distribusi geografis Kepadatan rata-rata penduduk tidak berarti apa-apa dalam dirinya. Konsekuensi politis dari distribusi penduduk yang tidak merata berbeda-beda tergantung dari Negara- negaranya. Pada umumnya kemerataan yang sudah tercipta lama, tradisional tidak terlalu banyak menghasilkan gema-gema selain melebih-lebihkan ketidakseimbangan yang ada. 2. STRUKTUR SOSIAL Struktur sosial merupakan lawan dari struktur fisik (geografis dan demografis) yaitu buatan manusia dan bukan alam. Seperti penemuan material (alat, mesin), sistem hubungan kolektif (perusahaan, sistem matrimonial), dan bahkan doktrin dan kebudayaan (marxisme dan humanism barat). Dari definisi tersebut struktur sosial dibagi menjadi tiga golongan yaitu : (1) Keterampilan teknologi Keterampilan teknologi adalah cara-cara yang dipergunakan manusia untuk mengolah benda- benda, alat-alat, mesin, dan seterusnya untuk menguasai alam ataupun manusia. Beberapa penemuan satu setengah abad yang lalu, kemajuan teknologi mampu membalikan kehidupan manusia yang menimbulkan adanya apa yang kita sebut sebagai negara-negara terbelakang dan negara-negara maju. Hal ini dikarenakan Ketrampilan teknologi berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi, kultur suatu negara dan berpengaruh pula terhadap kehidupan politik suatu negara. 1) Transformasi struktur sosioekonomik melalui kemajuan teknologis Revolusi teknologi menghasilkan revolusi ekonomi yang ditandai oleh peningkatan tingkat produksi dan konsumsi. Revolusi ekonomi ini sendiri menghasilkan revolusi kebudayaan. a. Kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi
  • 5. Kemajuan teknologi memberikan kontribusi untuk meningkatkan produksi dalam tingkatan yang tidak pernah tercapai sebelumnya. Karena tekonologilah manusia mulai keluar dari kemiskinan dari sini pertumbuham ekonomi meningkat signifikan. Akan tetapi, hanya negara-negara maju secara teknologi yang menikmati kegunaannya sedangkan yang lain tetap dalam kemiskinan. Kemajuan teknologi menghapuskan perbedaan dalam geografi alami (struktur fiskal) dimana perbedaan-perbedaan alami ini dibatasi oleh perbedaan dalam perlengkapan teknologi. Dalam arti ini kualitas berbeda dari kondisi-kondisi geografis tidak berkurang dengan adanya kemajuan teknologi bahkan cenderung meningkat. b. Kemajuan teknologi dan pembangunan cultural Kemajuan teknologi menguntungkan pembangunan kultural dengan dua cara: pertama dengan memungkinkan manusia menkmati waktu senggang yang memungkinkannya melanjutkan minat-minatnya dibidang pendidikan dan kebudayaan yang kedua dengan mengembangkan cara-cara untuk kekayaan kultural. Disini kemajuan teknologi menghasilkan pembebasan manusia. Pengurangan panjangnya hari kerja, standard, tibanya masa senggang. Namun ada yang mengkritik kebudayaan modern karna arti fisial dan superfisial dan mempertentangkannya dengan kebudayaan yang lebih mendalam dan otentik dari masyarakat tradisional. Akan tetapi kultur modern jauh lebih rundimenter dan pada waktunya secara perlahan-lahan menembusi masyarakat dan berkembang pesat. 2) Konsekuensi politik dari kemajuan teknologis a. Kemajuan teknologi dan pengurangan antagonism Kelangkaan merupakan hukum umum yang menyebabkan ketidak adilan sosial, disini kemajuan teknologi berperan untuk melemahkan efek dari ketidak adilan sosial tersebut dengan mengurangi satu penyebab antagonisme sosial yaitu kelangkaan dari barang-barang konsumsi. b. Kemajuan teknologi dan pengembangan pemahaman manusia Kemajuan teknologi meningkatkan taraf kultural manusia, memungkinkannya memahami dan memecahkan masalah-masalahnya. Karena kemajuan teknologi lebih mempermudah manusia untuk mendapatkan informasi. Walaupun kemajuan teknologi meningkatkan kesulitan masalah itu pada saat yang sama ketika ia menaikkan tingkat pemahaman manusia, akan tetapi kemampuan manusia yang mungkin memahami mungkin telah lebih baik lagi. Kita tidak boleh lupa bahwa sangat sedikit masyarakat tradisional menghasilkan kewarganegaraan yang mendapatkan informasi secara baik. Seperti untuk maslah politik modern, Tidaklah mungkin untuk menjelaskan kepada parlemen atau masyarakat luas, perincian yang banyak jumlahnya dan rumit dalam membangun suatu rencana yang komprehensif. Akan tetapi mungkin untuk mempformulasikan secara sangat jelas opsi-opsi dasar yang bisa diperoleh dan arti masing- masingnya. Para warga dan wakil-wakilnya dengan demikian bisa membuat pilihan dan membuatnya dengan pemahaman yang cukup jelas tentang isu-isu yang dibahas. Demikian adalah salah satu contoh dari korelasi antara kemajuan teknologi dan pemahaman manusia. c. Kemajuan teknologi dan peningkatan kekuasaan Kemajuan teknologi secara langsung meningkatkan kekuasaan politik negara. Misalnya dia memungkinkan pemerintahan pusat untuk memperluas kekuasaanya terhadap seluruh negara lebih gampang, dengan manghapus masalah jarak. Sentralisasi yang muncul
  • 6. sebagai akibatnya cenderung membinasakan otonomi lokal dan kebebasan yang diberikan otonomi semacam itu kepada rakyat. Terutama kemajuan teknologi memberikan pemerintah alat kekerasan yang tak terlawankan. Selain itu Kemajuan teknologi juga menawarkakn cara-cara perlawanan yang baru terhadap oposisi. (2) Lembaga-lembaga Merupakan alat mempertahankan ketertiban hubungan sosial yang mapan (stabil)-status hukum keluarga, undang-undang yang mengatur barang-barang dan milik dan konstitusi politik. 1) Pengertian umum tentang lembaga a. Unsur-unsur yang terlibat dalam konsep lembaga Lembaga hanya dibatasi oleh dua unsur yaitu unsur struktural dan unsur keyakinan manusia dan citra-citra rakyat. Struktur adalah sistem hubungan yang tidak mempunyai eksistensi riil tanpa hubungan itu sendiri. citra-citra popular, keyakinan dan sistem nilai adalah unsur dasar dari lembaga. Setiap individu adalah model struktural dan koleksi citra-citra yang secara luas diterima, kurang atau lebih distandarisir. Pada umumnya, sangat penting bagi lembaga- lembaga politik. Keyakinan politik kurang lebih bersifat kudus, agar orang memperoleh ide tertentu bahwa kekuasaan politik harus ada dan dikenal baik. disini kekuasaan absah bilamana dia sesuai dengan citra popular, dengan sistemnilai masyarakat. b. Tempat individu dalam lembaga sosial: status dan peran Lembaga merupakan penjelmaan dari berbagai peranan dan status, peran dan status ini menjelaskan masalah dari posisi relatif individu didalam lembaga-lembaga sosial. Bagi setiap status ada sejumlah pola tingkah laku yang diharapkan dari individu, dari yang memegang posisi, dan serentak atribut-atribut yang harus dia miliki. Atribut-atribut tersebut diartikan sebagai peranan sebagai akibat dari status dan perilaku yang diharapkan oleh anggota-anggota lain dari masyarakat terhadap pemegang status. Singkatnya peranan adalah aspek dari status. c. Jenis lembaga-lembaga yang berbeda-beda Dilihat dari institusi dan posisi lembaga-lembaga legal (hukum) lembaga-lembaga ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu“institution by pure fact” dan “institutions by design”. Institution by fact adalah lembaga-lembaga yang muncul secara otomatis, hampir- hampir secara mekanis, dan boleh dikatakan permainan antara kekuatan dan peristiwa- peristiwa. Sedangkan institution by design merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk dengan sengaja atau lembaga-lembaga normatif, karena mereka didasarkan pada norma- norma. Lembaga-lembaga ini berfungsi menurut undang-undang yang dibuat terdahulu yang mengaturrules of conducts yang harus dipatuhi oleh para anggotanya didalam tingkah lakunya dan bersifat obligatoir. Sedangkaninstitution by fact pada hakikatnya bersifat deterministik. Ada tiga jenis lembaga normative yaitu yang berdasarkan pada hukum, yang berdasarkan pada prinsip-prinsip moral, dan yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan sosial (sosial customs). d. Lembaga dan teknologi Lembaga-lembaga masyarakat erat hubungannya dengan perkembangan tekonilogi. Pada titik ini kaum penganut marxisme cenderung menganggap lembaga- lembaga semata-mata sebagai pencerminan teknologi. Lembaga-lembaga mempunyai otonomi tertentu dalam hubungannya dengan perkembangan ekonomi dan teknologi. sampai pada sebuah tingkat tertentu sebuah ephipenomenon : teknologi yang berhubungan
  • 7. dengan produksi. Dengan demikian Ada dua tingkat lembaga yaitu lembaga sosio ekonomi yang berhubungan dengan metode-metode produksi dan kepada hubungan-hubungan kelas sebagai akibatnya dan lembaga lainnya. e. Persistensi lembaga-lembaga: inersia sosial Lembaga-lembaga merupakan hasil dari struktur-struktur tekno ekonomis, dimana lembaga-lembaga ini memegang otonomi. Satu karakteristik dari otonomi-otonomi ini adalah bahwa, oleh semacam inersia sosial lembaga-lembaga tetap berlangsung hidup setelah faktor-faktor yang menghasilkannya telah lenyap. Disini persistensi-persistensi lembaga sangat lumrah, disemua negara dan setiap waktu ada campuran antara lembaga- lembaga kontemporer dan lembaga-lembaga kolot yang tetap hidup dimana orang terbiasa dengan eksistensinya dan tidak sadar sepenuhnya terhadap kadaluarsanya. Persistensi lembaga-lembaga dengan demikian bisa berakibat pada memelihara, atau bahkan menghidupkan kembali rezim-rezim yang berbeda dari struktur sosio ekonomi. 2) Lembaga-lembaga politik klasifikasi rezim-rezim politik Lembaga-lembaga politik adalah lembaga-lembaga yang memperhatikan kekuasaan, organisasinya, pengalihanya, pelaksanaan, legitimasi, dan sebagainya. Dalam sejarah lembaga- lembaga ini telah bergabung menurut jenis yang berbeda-beda yang disebut dengan rezim- rezim politik yang memekar struktur-struktur kelembagaan khusus dikehidupan politik yang terbuka, akan tetapi struktur itu sendiri merupakan bagian dari kerangka sosial yang terdiri dari lembaga-lembaga lain dan faktor-faktor geografis dan demografis dari masyarakat yang bersangkutan. Disinilah pentingnya masalah menggolong-golongkan rezim-rezim politik. a. Klasifikasi purba Sampai akhir abad kesembilanbelas, pada umunya diterima sistem klasifikasi yang diwariskan sejak zaman yunani yang membagi rezim-rezim politik kedalam monarki (pemerintahan oleh seorang), oligarki (pemerintahan oleh beberapa orang) dan demokrasi (pemerintahan oleh semua). b. Klasifikasi legal masa sekarang Para ahli hukum membuat klasifikasi rezim-rezim politik menurut hubungan- hubungan internal antara kekuasaan yang berbeda-beda yaitu antara elemen-elemen yang berbeda-beda membentuk negara. Dengan demikian kita tiba pada pembagian tripartite dari rezim pemerintah: sebuah rezim dimana ada pemusatan kekuasaanya, sebuah rezim dengan sebuah pemisahan kekuasaan, dan sebuah rezim parlementer. Pemusatan kekuasaan berarti bahwa semua keputusan penting diambil oleh satu organ negara. Didalam pemerintahan-pemerintahan yang mempunyai kekuasaan dan yang mempunyai sistem parlementer seperti pada pembagian umum yang sama antara monarki dan republik. c. Klasifikasi sosiologis modern Kecenderungan masa sekarang adalah pada perbedaan dasar antara rezim-rezim pluralistis atau demokratis dan rezim-rezim Unitarian atau otokratis. Didalam rezim-rezim pluralistis atau demokratik, pergolakan politik terjadi secara terbuka dan bebas dibawah sinar lampu umum. Di dalam rezim-rezim Unitarian sebaliknya konflik politik secara resmi tidak terjadi, selain dalam bentuk perjuangan individu untuk memperoleh restu sang pangeran. Inilah perbedaan dasar dari rezim-rezim demokratik pluralistik, dimana kekuasaan tertinggi itu sendiri ditantang pada jangka waktu yang teratur setiap empat atau lima tahun oleh permainan bebas dan pemilihan umum.
  • 8. d. Maire du palais Dalam kategori yang besar ini rezim-rezim pluralistic atau demokratis, rezim-rezmi Unitarian atau otokratik dan turun temurun dan kediktatoran yang berasal dari kemenagan. Yang lebih realistik dan kurang formal adalah pemerintahan otokrasi moderat, yang menerima oposisi tertentu terhadap rezim dan mengizinkan cara-cara legal tertentu untuk mengungkapkan perbedaan pendapat politik secara tidak langsung, dan otokrasi totalitarian yang menghancurkan semua oposisi dan memaksa kaum pembangkang untuk memakai kegiatan-kegiatan gelap. Mengenai demokrasi pluralistis, jalan terbaik untuk mengklasifikasikannya adalah menggabungkan bentuk-bentuk legal rezim-rezim pemerintahan dengan jenis partai politik yang terdapa didalamnya. Kita bisa mengenal tiga rezim pluralistik (1) rezim-rezim presidensisl baik pseudo dwipartai, sebagaimana di Amerika Serikat, atau multipartai sebagaimana di Amerika latin (2) rezim-rezim parlementer dengan sistem dwipartai jenis britis (3) rezim-rezim parlementer dengan sistembanyak partai jenis eropa koninental. 3) Lembaga-lembaga politik dan struktur tekno-ekonomik Ada dua teori besar yang bertentangan dengan masalah ini. Kaum marxis menganggap rezim-rezim politik mencerminkan sistem produksi suatu masyarakat, yang pada hakikatnya didefinisikan dalam sistem pemilikan. Dengan ini mereka mengingkati bahwa lembaga-lembaga politik mempunyai otonomi. lembaga-lembaga kurang penting dalam pandangan Marxis. Orang-orang barat sebaliknya, yang pada mulanya melebih-lebihkan independensi politik dalam hubungannya dengan ekonomi, kini mulai mengubah teori-teoorinya yang dulu dan menarik posisi yang semakin dekat dengan kaum marxis. Bagi analisis barat, factor yang esensial yang menjadi alasan untuk mendirikan setiap rezim politik bukanlah sistem hak milik, akan tetapi tingkat pengembangan teknologi. a. Rezim politik dan sistemhak milik Marxisme membedakan empat jenis negara : negara budak pada masa purba, negara feudal, negara borjuis, dan negara sosialis, masing-masing sesuai dengan modus produksi dan sistem pemilikan dalam jenisnya yang khusus. Setiap jenis negara dibagi-bagi menjadi beberapa bentuk negara atau rezim politik : depotisme timur, tirani, atau republic didalam negara budak, seignories atau monarki-monarki yang disentralisir didalam negara feudal; demokrasi barat atau rezim fasis didalam negara-negara borjuis; sistem sofiet dan demokrasi rakyat didalam negara-negara sosialis. Dengan demikian berbagai rezim politik sesuai dengan perbedaan-perbedaan didalam sistemproduksi dan sistemmilik. b. Rezim-rezim dan tingkat produksi Demokrasi pluralistis sesuai dengan tingkat industrialisasi yang tinggi tingkatannya. Mengatakan bahwa masyarakat bebas adalah masyarakat makmur. Dalam hakikat otokratik dan Unitarian dari rezim-rezim komunis bersifat terbelakang dan setengah maju dari negara-negara dimana komunisme didirikan. Rusia tahun 1917 dan demokrasi rakyat tahun 1945 mempunyai satu sifat yang sama : mereka berada ditingkat ekonomi yang rendah dibandingkan dengan negri-negri industry dibarat. Dibangunnya diktator lebih mudah dan sering dalam masyarakat yang terbelakang dari pada msyarakat yang sangat maju. Dalam negara-negara yang sangat maju semua bangunan sosial berdiri atas bahu para ilmuwan, ahli teknik, dan kaum cendekiawan yang hanya bisa bekerja dalam udara kebebasan.
  • 9. 3. Kultur Kultur adalah ideology keyakinan, dan ide-ide kolektif yang pada umunya dianut dalam suatu komunitas tertentu. (1) Keyakinan : ideology dan mitos Dalam arti tertentu masyarakat adalah jumlah dari keseluruhan ide-ide dan citra-citra yang telah dibentuk oleh anggota-anggotanya. Akan tetapi diantara ide-ide kolektif ini, beberapa sesuai dengan kenyataan-kenyataan eksternal yang mempunyai eksistensi obyektif fisikal. Ide-ide lain adalah hanya lukisan fikiran states of mind. a. Berbagai jenis keyakinan Ada dua jenis kategori keyakinan/kepercayaan yaitu keyakinan-keyakinan yang lebih rasional, ada rumusannya dan keyakinan-keyakinan irrasional yang lebih bersifat spontan dan selanjutnya dinamakan mitos. Ideology mengungkapkan kecenderungan psikologisnya sendiri dan konflik batinnya didalam doktrin yang dirumuskannya. Setelah doktrin-doktrin tersebut dikerjakannya secara teliti oleh individu-individu yang dibawah tekanan tertentu dari kebutuhan sosial, ideology tergantung pada reaksi mayarakat. Ideology digunakan untuk mengekspresikan aspirasi dan tuntutan-tuntutan, dan memberikan definisi tujuan-tujuan dasar dari tindakan politik, dibentuklah berbagai partai dan organisasi. Penerimaan atau penolakan suatu sistem ideology tergantung sejauh mana dia mencerminkan kebutuhan-kebutuhan komunitas dan kekuatan-kekuatan didalamnya. Mitos merupakan keyakinan yang kurang jelas, kurang rasional dan kurang teliti diolah dalam pikiran dibandingkan dengan ideology. Disini ada dua macam mitos yaitu mitos yang bisa disebut tradisional dan mitos aksi. Mitos tradisional kurang lebih pelukisan yang bersifat fable tentang alam, dunia, manusia, dan masyrakat yang sudah direrima secara kuat untuk memberi inspirasi kepada kehidupan dari suatu kelompok sosial. Pada awal abad dua puluh, jurnalis perancis Georges Sorel mengembangkan suatu paham lain tentang mitos ̶ mythos of action bahwa salah satu cara paling efektif untuk mempengaruhi suatu komunitas adalah memberikannya citra-citra yang singkat dan tidak rumit tentang masa depan yang fiktif atau masalalu yang fable, yang mempolarisir emosi-emosi dan bergerak menuju aksi. Action mhyts ini bisa menggugah gerakan-gerakan revolusioner, sebagaimana diyakini sorel, sesiap mereka bisa menyumbangkan untuk mempertahakan ketertiban sosial. b. Pengaruh politik dari keyakinan rakyat Mitos dan ideologi dasarnya memainkan peranan yang sama dalam kehidupan politik yaitu mereka memobilisir warga negara, baik dalam oposisi terhadap kekuasaan atau mendukungnya. Mobilisasi merupakan kamuflase agar keyakinan bisa berlaku untuk menyembunyikan realitas agar dapat diterima. Disamping itu ideologi juga bisa untuk mengurangi ketegangan- ketegangan. Dengan mengintegrasikan setiap pola perilaku yang khusus ini kejalan program politik yang komprehensif, ideology bisa mempengaruihi jalanya tindakan. Konsep “kesadaran politik” jelas- jelas menunjukkan peranan ideology. Kesadaran politik adalah produk dari sejumlah faktor, terutama ideologi-ideologi mengambangkan kesadaran politik rakyat, dengan demikian berlaku sebagai basis kelompok-kelompok ideologis. (2) Entitas kulutural (unsur-unsur kebudayaan) Semua unsur yang membentuk suatu komunitas bercampurbaur dalam situasi aktual, membentuk kombinasi yang jelas berbeda yang bisa kita sebut entitas kultural. Setiap komunitas individual merupakan milik dari suatu entitas kultural atau dirinya sendiri merupakan entitas kultural.
  • 10. a. Konsep entitas cultural Entitas kultural merupakan bangsa-bangsa atau kelompok bangsa-bangsa yang memiliki suatu peradaban yang sama. Entitas kultural pada hakikatnya dibentuk oleh sejarah, lantas diperkuat oleh pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Kebudayaan sebagaimana dibentuk oleh perkembangan sejarah yang unik dari setiap bangsa atau kelompok bangsa-bangsa, diwariskan melalui mekanisme pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Beberapa unsurnya bekerja secara fisikal tanpa orang menyadarinya. Akan tetapi kebayakan unsur bekerja melalui fenomena yang sadar, melalui keyakinan kolektif, citra, dan sikap yang diwariskan dari generasi kegenerasi oleh proses pendidikan yang bukan saja direncanakan untuk memberikan generasi yang baru dengan keterampilan yang berguna akan tetapi juga memberikan pandangan kultural yang baru. Dalam bidang politik entitas nasional lebih penting karena bangsa-bangsa adalah tempat duduk dari organisasi kekuasaan yang fundamental. b. Pengaruh politik dari entitas cultural Entitas kultural sangat penting secara politik, akan tetapi tidak sepenting sosio ekonomik. Entitas kultural menempati posisi sekunder dengan faktoe sosio ekonomik yang merupakan unsur-unsur primer. Entitas kuktural dalam mempengaruhi politik dapat saja tidak bekerja sebagai kekuatan yang memberikan motivasi akan tetapi ia menjadi rem atau akselerator. Di Polandia, Hongaria, Yugoslavia faktor-faktor kultural mempercepat liberalisasi. Di Jerma faktor kultural memperlambat evolusi menuju demokrasi barat. Di Perancis faktor-faktor kultural mempercepat gerakankearah demokrasi liberal. Dalam hal-hal lain, faktor kultural menentukan detail dari rezim- rezim politik. 3. The Making of Prosperty and Poverty Bab 3 dari "Why Nations Fail" membahas tentang penciptaan kemakmuran dan kemiskinan. Sebelum bab ini Acemoglu dan Robinson menjelaskan motivasi di balik kesuksesan dan kegagalan bangsa-bangsa dalam sejarah. Setelah membuat argumen dasar, Bab 2 membahas sejumlah teori yang tidak bekerja, termasuk gagasan bahwa geografi adalah faktor penentu. Meskipun demikian, Jared Diamond (2012) - yang adalah seorang penulis buku "What Makes Countries Rich or Poor?" - berpendapat bahwa selain institusi dan pemerintah, geografi juga merupakan unsur penting yang tidak dapat diabaikan. Selain itu Acemoglu dan Robinson menghindari untuk membahas peran sumber daya alam dengan melakukan serangkaian studi kasus historis yang mencakup lokasi geografis, budaya, agama, dan pemimpin mereka. Mereka sangat menegaskan bahwa kesenjangan antara kaya dan miskin dimotivasi oleh struktur kelembagaan negara. Di bab ini ada 2 jenis struktur kelembagaan: institusi inklusif dan ekstraktif. Yang pertama adalah lembaga peradilan dan kontrak yang menciptakan hak kepemilikan dan lingkungan hukum yang aman, dan memungkinkan individu untuk bebas berdagang dan bersaing satu sama lain. Jenis institusi ini umumnya menghasilkan inovasi. Di sisi lain, lembaga ekstraktif melakukan persis berlawanan dengan kebijakan inklusif. Acemoglu an Robinson menyatakan bahwa institusi ini tidak dirancang karena kesalahan, namun dengan tujuan realokasi sumber daya. Lembaga ekstraktif tidak menciptakan lingkungan hukum dan menjamin hak kepemilikan semua penduduk. Sebaliknya, mereka menciptakan lapangan kecil yang sebagian besar dipaksakan untuk kepentingan minoritas. Mereka memblokir inovasi dan perkembangan teknologi karena menghindari destabilisasi kekuatan dan kontrol. Selain itu, penulis menggunakan bukti dari sebuah sejarah untuk merinci berbagai contoh yang menggambarkan mengapa institusi penting dan bagaimana dalam setiap kasus lembaga ekstraktif menghasilkan hasil yang buruk, sementara institusi inklusif menghasilkan hasil yang baik.
  • 11. Pertama, pada buku ini penulis menguraikan tentang Korea yang dijajah oleh Jepang sampai akhir Perang Kedua. Setelah runtuhnya koloni Jepang, dan Korea terbagi menjadi dua: Utara dan Selatan. Kedua negara ini memiliki latar belakang karakteristik, budaya, dan agama yang sama persis. Mereka berdua memiliki geografi, iklim, dan sumber daya alam yang sama. Tapi hari ini orang-orang di Utara memiliki standar hidup yang sangat miskin seperti negara Afrika sub-Sahara, sedangkan orang-orang di Selatan memiliki standar kehidupan yang sejahtera seperti negara-negara Eropa. Penulis menyatakan bahwa harapan hidup di Utara adalah 10 tahun lebih rendah daripada di Selatan. Selain itu, Acemoglu dan Robinson menyajikan citra satelit dua negara untuk menunjukkan intensitas cahaya mereka di malam hari. Dokumen tersebut menyatakan bahwa Korea Utara hampir sepenuhnya gelap karena kekurangan listrik, sementara Korea Selatan bersinar dengan cahaya. Di sini, mereka mencatat bahwa perbedaan ekstrim ini tidak muncul oleh perbedaan geografis atau budaya, dan menambahkan bahwa mereka tidak ada sebelum Perang Kedua. Penulis dengan tegas menegaskan bahwa motivasi utamanya adalah struktur kelembagaan pemerintah. Mereka menggarisbawahi bahwa Korea Utara dikelola oleh Rusia, dan Selatan oleh Amerika Serikat. Korea Selatan dikelola oleh presiden anti-komunis Rhee yang mendirikan ekonomi pasar bebas dengan industri swasta yang mendorong investasi dan perdagangan. Selain itu, pemerintah sangat berinvestasi pada pendidikan dan sekolah yang dalam waktu singkat menghasilkan dorongan dalam inovasi industrialisasi dan teknologi. Sementara itu, Korea Utara dikelola oleh diktator Kim II-Sung yang mengaktifkan ekonomi terencana sebagai bagian dari Juche System. Pasar dilarang, dan kebebasan dibatasi. Hanya sedikit orang di sekitar presiden Kim II-Sung yang mengendalikan semua sumber daya negara tersebut. Indeks Bank Dunia hari ini menunjukkan bahwa Korea Utara adalah negara yang paling buruk dalam hal hak asasi manusia, keterbukaan ekonomi, kebebasan pers, persepsi korupsi, dan demokrasi. Orang-orang di negara ini harus pergi ke tentara selama sepuluh tahun setelah menyelesaikan sekolah. Mereka tidak bisa memiliki properti sendiri atau memulai bisnis sendiri untuk menjadi lebih makmur. Kedua, Acemoglu dan Robinson menguraikan koloni Inggris Barbados - yang merupakan salah satu tempat terkaya berdasarkan ekonomi gula - sebagai contoh bagi institusi ekstraktif. Tapi ekonomi bergengsi ini diatur seputar perbudakan. Hampir 67% dari total penduduknya adalah budak Afrika yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan dan peluang ekonomi. Mereka tidak memiliki hak kepemilikan dan kontrak. Tidak ada persamaan politik di pulau ini. Hakim didominasi oleh 1% teratas yang merupakan pekebun besar. Demikian pula kekuatan militer dan politik berada di bawah kontrol keluarga yang sama yang memiliki perkebunan besar di pulau ini. Penulis berpendapat bahwa kurangnya institusi inklusif membuat negara gagal dalam jangka panjang, karena hari ini Barbados adalah salah satu negara termiskin di dunia. Dalam kasus ketiga, Acemoglu dan Robinson menguraikan Amerika untuk membuat struktur institusi yang kokoh merupakan penentu utama dengan menceritakan pola taktik penjajahan di Amerika Selatan oleh orang-orang Spanyol, dibandingkan dengan pengalaman Inggris yang kurang menguntungkan di Utara. Mereka menyatakan bahwa penjajah Spanyol bertujuan untuk membangun sebuah model yang dibutuhkan untuk menangkap pemimpin suku setempat, yang memaksa penduduk untuk bekerja di bawah kendali mereka, terutama dengan mencari emas dan perak yang kelaparan. Pada awalnya orang-orang Spanyol gagal membangun model ini karena struktur suku-suku yang jarang dan tidak terkoordinasi. Tapi orang-orang Spanyol berhasil melakukannya ketika mereka menemukan sebuah suku Indian bernama Guarani di seberang sungai Parana yang menetap dengan padat dan mengadopsi struktur hirarkis mereka sendiri. Orang-orang Spanyol terintegrasi dengan
  • 12. masyarakat dan menyatakan diri mereka sebagai elit. Mereka menikah dengan putri, dan mengambil alih institusi ketenagakerjaan yang ada yang merupakan lembaga pemaksaan. Model ini membantu meningkatkan kekayaan Kerajaan Spanyol, namun bukan negara-negara terjajah Selatan. Di sisi lain, perusahaan Inggris melihat bagaimana Spanyol menjajah Selatan dan meningkatkan kekayaan mereka. Dengan motivasi ini, Virginia Company tiba di Amerika Utara dengan tiga kapal berisi tentara dan pandai emas. Tapi model Spanyol tidak berhasil dan paksaan suku Indian setempat tidak berhasil karena pelarangan suku dan pemberontak mereka jarang terjadi. Berbeda dengan orang-orang Spanyol, mereka tidak dapat menemukan suku yang padat dan mengadopsi struktur hirarkis mereka sendiri seperti Guarani. Sebagai alternatif, Virginia Company membawa pekerja mereka sendiri (lapisan bawah) untuk menetap dan memaksa mereka bekerja dengan peraturan yang ketat. Model ini juga gagal karena kondisi kehidupan yang mengerikan di bawah peraturan ketat yang mendorong pemukim untuk melarikan diri dan bergabung dengan suku setempat. Setelah itu pada tahun 1618, Virginia Company memutuskan untuk memberikan insentif kepada pemukim untuk menghindari masalah ini. Mereka datang dengan sistem kepala kanan yang memberi tanah kepada setiap pemukim untuk penggunaan secara bebas, dan mengamankan hak kepemilikan. Yang lebih penting lagi, pada tahun 1619, perusahaan Virginia mengizinkan pemindahan kekuasaan politik kepada para pemukim dengan Majelis Umum. Inovasi ini membawa kesuksesan dalam penjajahan Utara. Akhir-akhir ini, model yang sama diterapkan di Carolina dan Maryland. Selain itu, mereka sangat percaya bahwa kegagalan model kolonisasi orang Spanyol di Utara, dan konflik antara pemimpin dan pekerja Virginia, telah muncul institusi inklusif yang semakin kuat seiring berjalannya waktu. Tetapi keberhasilan model penjajahan Spanyol telah muncul intuisi ekstraktif di Selatan, dan ini bertahan bahkan setelah generasi baru (yang bukan anak penjajah) berkuasa (misalnya Paraguay, Bolivia, Meksiko). Ini menunjukkan bahwa lembaga ekstraktif pada saat itu memiliki dampak yang besar terhadap pembangunan institusi masa depan di wilayah yang sama. Selain itu, penulis terus membahas tentang institusi ekstraktif dan hasil buruknya dengan mengekstraksi Kongo dan Haiti, di mana sebagian besar penduduk tidak memiliki pendidikan sekolah. Penulis menyatakan bahwa kualitas pengajaran di negara-negara ini sangat mengerikan, karena tidak ada sistem pendidikan, dan bahan ajar langka. Mereka menambahkan bahwa tingkat pendidikan rendah ini gagal menciptakan insentif bagi orang untuk bersekolah. Akhirnya, pasar ekstraktif ini menyeret negara menuju kemiskinan. Penulis menyimpulkan bahwa distribusi kekuatan politik di masyarakat merupakan penentu utama hasil pertandingan menang atau gagal. Jika distribusi kekuasaan itu sempit, maka institusi politiknya ekstraktif atau absolutis seperti Korea Utara dan Spanyol di Amerika Latin. Dalam rezim ini, mayoritas penduduk dipaksakan untuk kepentingan minoritas. Dengan demikian, ekonomi gagal mendongkrak, dan stagnan dalam jangka panjang. Di sisi lain, jika kekuasaan didistribusikan secara luas di masyarakat, maka institusi politik bersifat inklusif atau pluralistik seperti misalnya Korea Selatan dan penjajah Inggris di Amerika Utara. Di bawah rezim ini, orang memiliki hak properti yang aman, dan institusi memberi lebih banyak insentif kepada orang-orang, yang pada akhirnya akan membantu meningkatkan ekonomi. Namun penulis menggaris bawahi bahwa distribusi kekuatan politik bukanlah satu-satunya penentu kemajuan ekonomi dan kemakmuran. Mereka menunjuk negara Afrika Timur Somalia di mana kekuasaan politik didistribusikan secara luas namun negara ini cukup miskin. Tidak ada otoritas nyata yang mengendalikan negara ini karena masyarakat terbagi dalam klan. Di sini, Acemoglu dan Robinson menyatakan bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat memiliki institusi ekonomi inklusif karena tidak hanya mereka memiliki institusi politik yang pluralistik, namun juga negara-negara terpusat dan berkuasa.
  • 13. Terakhir, Acemoglu dan Robinson memberikan bukti kehancuran kreatif dari sejarah Eropa. Pada masa industrialisasi, pemerintah di sebagian besar negara Eropa dikendalikan oleh aristokrasi atau elit. Penulis menjelaskan bagaimana para elit di Inggris kehilangan kekuatan mereka dengan revolusi industri, dan bagaimana imperium Austro-Hungaria dan Rusia tidak melakukannya. Lembaga ekstraktif yang berkuasa di Kekaisaran Austro-Hungaria dan Rusia menghalangi inovasi dan industrialisasi. Akibatnya, ekonomi mereka terhenti, dan tertinggal di belakang negara-negara Eropa lainnya yang didorong oleh ekonomi di abad ke-19.