2. KASUS
Seorang wanita pernah berkeluh
kesah tentang masalah yang
menimpanya. Dia baru saja menikah
dengan seorang pria. Ternyata pria
yang baru dinikahinya telah
memilikki seorang istri. Dia ternyata
menjadi istri kedua sang pria. Lebih
menyakitkan lagi setelah dia
mangetahui bahwa istri pertama
sang pria ternyata sudah menyetujui
perkawinan tersebut. Dia tidak tahu
apa yang seharusnya
diperbuat ????????
3. Para Pelaku
Sang Suami
Istri Pertama
Istri Kedua ( Korban )
4. Permasalahan Yang Timbul
Istri kedua yang tidak mengetahui identitas sebenarnya
dari sang suami saat dilangsungkannya pernikahan, dan
ketahuan setelah pernikahan
Posisi istri pertama yang mengetahui bahwa suaminya
berpoligami
Sang suami sudah mengantungi izin untuk berpoligami dari
istri pertama akan tetapi istri kedua tidak mengetahui
bahwa dirinya akan dimadu
Adanya unsur pemanfaatan atau kesengajaan terhadap
istri kedua yang dicurigai dilakukan oleh sang suami
ataupun istri pertama.
Tidak terpenuhinya syarat-syarat sah untuk dilakukannya
poligami
5. Istilah-Istilah
Poligami yaitu laki-laki yang
beristri lebih dari satu orang
Poliandri yaitu perempuan yang
bersuami lebih dari satu orang
Pemalsuan yaitu tindakan untuk
mengelabui, menipu ataupun
memanipulasi suatu data dengan
tujuan tertentu
Identitas yaitu keadaan atau ciri-
ciri khusus suatu benda maupun
orang
Perkawinan yaitu Ikatan lahir dan
batin antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan
6. Dasar Hukum
UU No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan
PP No. 9 Tahun 1975 Tentang pelaksanaan
UU No. 1 Tahun 1974
7. Pembahasan dan Alternatif
Penyelesaian Kasus
Secara Hukum, meskipun sang
suami sudah mengantungi izin dari
istri pertama, tetapi jika istri
keduanya tidak tahu bahwa dirinya
kan dimadu, maka pihak istri kedua
bisa mengajukan pembatalan
perkawinan. Pembatalan perkawinan
diajukan ke pengadilan yang
membawahi lokasi tempat tinggal
atau terjadinya perkawinan.
8. Hal ini diatur dalam pasal 27 ayat UU No. 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Pasal tersebut menyatakan bahwa seorang
suami atau istri dapat mengajukan permohonan
pembatalan perkawinan jika pada waktu
berlangsungnya perkawinan terjadi salah
sangka mengenai diri suami atau istri
9. Pasal 27 ayat (3) UU No. 1 Tahun 1974
“ Apabilan ancamann telah berhenti, atau yang
bersalah sangka itu menyadari keadaanya,
dan dalam jangka waktu enam (6) bulan
setelah itu masih tetap hidup sebagai suami
istri, dan tidak mempergunakan haknya
untuk mengajukan permohonan pembatalan
maka haknya gugur”
10. Adapun syarat-syarat untuk melakukan poligami
berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 4 ayat
(2) bagi seorang pria adalah sebagai berikut :
Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai
istri
Istri mendapat cacat badan/ atau penyakit yang tidak
dapat disembuhkan
Istri tidak dapat melahirkan keturunan
11. Untuk selanjutnya masalah poligami diatur lebih
lanjut mengenai syarat-syarat lainnya, yang diatur
dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 5 :
Adanya Perjanjian dari istri/istri-istri
Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-
keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka
Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap
istri-istri dan anak-anak mereka
12. Kesimpulan
Satu hal yang perlu diingat saat akan
mengajukan pembatalan perkawinan
adalah permohonan pembatalan
perkawinan jangan sampai melewati
waktu enam (6) bulan karena jika lewat
dari enam (6) bulan sejak perkawinan
tersebut dilangsungkan, perkawinan
tersebut tetap sah dan secara hukum
perempuan tersebut tidak dapat
mengajukan pembatalan. Aturan ini ada
pada pasal 27 ayat (3) UU No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan