Keputusan Kepala Puskesmas Suruh menetapkan kriteria outbreak infeksi dan tindakan penanggulangannya. Kriteria outbreak antara lain peningkatan kasus dua kali lipat dari sebelumnya atau munculnya penyakit baru. Tindakan penanggulangan meliputi penyelidikan, pemutusan rantai penularan, dan penanggulangan seperti pembentukan posko pengobatan.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
sk outbreak infeksi (1).docx
1. DHARMOTAMA SATYA PRAJA
PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SURUH
Alamat : Jl.Tingkir Suruh
KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SURUH
NOMOR:
TENTANG
KRITERIA OUTBREAK INFEKSI DI PUSKESMAS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS SURUH
Menimbang : a. Bahwa Puskesmas sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
b. Bahwa dalam rangka sebagai antisipasi terjadinya
ledakan kasus penyakit infeksi air borne di
Puskesmas Suruh
c. Bahwa sehubungan dengan butir 1 dan 2 diatas
perlu ditetapkan melalui suatu Surat Keputusan
Kepala Puskesmas
Mengingat : 1. Undang - undang Nomor : 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan ;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.27 Tahun 2017
tentang pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
2. MEMUTUSKAN
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
:
:
:
:
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SURUH TENTANG
KRITERIA OUTBREAK INFEKSI DI PUSKESMAS
Keputusan kepala puskesmas tentang kriteria Outbreak
infeksi
Memberlakukan kebijakan tentang kriteria outbreak
infeksi di puskesmas Suruh
Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dengan
ketentuan apabila dipandang perlu dikemudian hari
akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Suruh
Pada tanggal :
KEPALA UPTD PUSKESMAS SURUH
ADJI SURYO TOMO
ADE NURMAYA
3. KRITERIA OUTBREAK INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN DI
UPTD PUSKESMAS SURUH
1. Terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada atau sejak lama
tidak pernah muncul yang diakibatkan oleh kegiatan pelayanan
kesehatan yang berdampak risiko infeksi baik di puskesmas maupun
di wilayah kerja puskesmas
2. Peningkatan kajadian 2 kali lipat atau lebih disbanding periode
sebelumnya
3. Kejadian dapat meningkat secara luas dalam kurun waktu yang sama
4. Kejadian infeksi yang ditetapkan sebagai outbreak oleh pemerintah
Ditetapkan di Suruh
Pada tanggal :
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS SURUH
NOMOR :
TENTANG : KRITERIA OUTBREAK INFEKSI
KEPALA PUSKESMAS SURUH
ADJI SURYO TOMO
4. LAMPIRAN II : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS SURUH
NOMOR :
TENTANG : DAFTAR PRIORITAS PENYAKIT
POTENSI KLB DAN KRITERIA KLB
Daftar prioritas penyakit potensi KLB di UPTD Puskesmas Suruh sebagai
berikut:
1. Diare akut
2. Pnemonia
3. Tersangka demam dengue
4. Tersangka Difteri
5. Tersangka Campak
6. AFP(Lumpuh Layuh mendadak)
5. Definisi Penyakit, masa inkubasi,kriteria KLB dan nilali ambang batas
No Penyakit Definisi Masa Inkubasi Kriteria KLB Nilai Ambang Batas
1. 1
1
1
Diare akut BAB yang frekuensinya lebihsering
dari biasanya (pada umumnya 3
kali atau lebih per hari dengan
konsistensi cair dan berlangsung
kurang dari 7 hari
1-3 hari Peningkatan kasus 2
kali dari periode waktu
sebelumnya
Peningkatan kasus 2
kali dari periode waktu
sebelumnya
2. 2
2
2
Pneumonia Pada usia < 5 tahun ditandai
dengan batuk dan/tanda kesulitan
bernafas(adanya nafas cepat<14
hari kadang disertai tarikan dinding
dada bagian bawah
kedalam(TDDK)atau gambaran
radiologi foto torax menunjukan
infiltrate paru akut. Frekuensi nafas
berdasarkan usia penderita:
- <2bulan: RR> 60/menit
- 2-12 bulan : RR >40/menit
- 1-5 tahun : RR>40/menit
Pada usia >5 tahun ditandai
dengan demam >38⁰C, batuk
Peningkatan kasus 2
kali dari periode waktu
sebelumnya
6. dan atau kesulitan bernafas
dan nyeri dada saat menarik
nafas
3 Tersangka
demam
dengue
Demam tinggi (≥39⁰C )mendadak
tanpa sebab yang jelas 2-7
hari,mual muntah,sakit kepala
nyeri dibelakang bola mata (nyeri
retro orbital)nyeri sendi dan adanya
manifestasi perdarahan sekurang-
kurangnya uji tourniquet (rumple
led)positif
4-7 hari Untuk KLB DBD:
- Peningkatan
kasus 2 kali dari
periode waktu
sebelumnya
- Sebelumnya tidak
ada kasus
- Peningkatan
kematian >50%
Untuk tersangka
dengue tidak ada
kriteria KLB
Peningkatan kasus 2
kali dari periode waktu
sebelumnya
4 Tersangka
difteri
Gejala faringitis,tonsillitis,laryngitis
trakeitis atau kombinasi disertai
demam atau tanpa demam dan
adanya pseudomembran putih
keabu-abuan yang sulit
lepas,mudah berdarah apa bila
1-10 hari 1 kasus tersangka
difteri dengan hasil lab
confirm kultur positif
1 kasus tersangka
difteri dengan hasil lab
confirm kultur positif
7. dilepas atau dilakukan manipulasi.
5 Tersangka
Campak
Setiap kasus dengan gejala minimal
demam dan ruam makulo papullar
7-18 hari - KLB Suspek
campak 5 atau
lebih kasus
campak dalam 4
minggu berturut-
turut da nada
hubungan
epidemiologi.
- KLB campak
pasti/konfirmasi:
apabila hasil lab
minimal 2
spesimen positif
IgM campak dari
hasil oemeriksaan
kasus pada KLB
suspek campak
atau hasil
pemeriksaan
kasus pada CBMS
1 tersangka kasus
campak
8. ditemukan
minmal 2
spesimen positif
campak da nada
hubungan
epidemiologi
6 AFP(Lump
uh Layuh
mendadak)
Kasus lumpuh layuh mendadak
bukan disebabkan oleh ruda
paksa/trauma pada anak<15 tahun
1-14 hari 1 kasus konfirmasi polio 1 kasus AFP
9. LAMPIRAN III : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS SURUH
NOMOR :
TENTANG : TATALAKSANA KEJADIAN
OUTBREAK INFEKSI
TATALAKSANA KEJADIAN OUTBREAK INFEKSI
UPTD PUSKESMAS SURUH
TAHUN 2023
A. Penanggulangan KLB pada DBD di UPTD Puskesmas Suruh
1. Langkah-langkah Penanggulangan KLB DBD
Bila terjadi wabah/KLB, dilakukan pengendalian nyamuk dewasa
menggunakan insektisida(2 siklus dengan interval 1 minggu) PSN 3M
plus,larvasidasi,penyuluhan di seluruh wilayah terjangkit KLB, dan
kegiatan penanggulangan lainnya yang diperlukan,seperti;
pembentukan posko pengobatan dan posko
penanggulangan,penyelidikan KLB, pengumpulan dann pemeriksaan
spesimen serta peningkatan kegiatan survelans kasus dan vektor
dann lain-lain.
a. Pengobatan dan perawatan penderita
Penderita DBD derajat 1 dan 2 dapat dirawat di puskesmas yang
mempunyai fasillitas perawatan, sedangkan DBD derajat 3 dan 4
harus segera dirujuk ke rumah sakit
b. Pemberantasan vektor
Pengendalian nyamuk dewasa menggunakan insektisida
(pengasapan/pengabutan)
Pelaksanaan: petugas dinas kesehatan/kota,puskesmas dan
tenaga lain yang telah terlatih
Lokasi: meliputi seluruh wilayah terjanngkit
Sasaran: rumah dan tempat-tempat umum
Insektisida : sesuai dengan dosis
Alat: hot fogger/ mesin pengabut dan atau ULV
10. Cara: fogging/ULV dilaksanakan 2 siklus dengan interval satu
minggu
c. Pengendalian larva/jentik nyamuk (PSN 3M Plus)
Pelaksanaan : masyarakat di lingkungan masing-masing
Lokasi : meliputi seluruh wilayah terjangkit dan wilayah sekitarnya
yang merupakan satu kesatuan epidemiologis
Sasaran:semua tempat potensial bagu habitat perkembangbiakan
nyamuk di dalam dan diluar rumah dengan cara:
Melakukan kegiatan PSN 3M plus
- Menguras tempat penampungan air
- Menutup tempat penampungan air
- Mendaur ulang barang-barang bekas
- Plus: upaya menghindari gigitan nyamuk (penggunaan
repellent,kelambu,insektisida rumah tangga)
d. Larvasidasi:
Pelaksanaan: tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas
puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota
Lokasi: meliputi seluruh wilayah terjangkit
Sasaran: tempat penampungann air (TPA) di rumah dan tempat-
tempat umum( TTU)
Larvasidasi: sesuai dengan dosis
Cara: lasrvasidasi dilaksanakan diseluruh wilayah KLB
e. Penyuluhan
Penyuluhan dapat dilakukan oleh segenap tenaga kesehatan yang
dikoordinir oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat
2. Evaluasi pelaksanaan penanggulanagnan KLB DBD
Penilaian operasioanal ditujukan untuk mengetahui persentase
(coverage)pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan,
penilaian ini dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah secara
acak dan wilayah –wilayah yang direncanakan untuk
pengabutan,larvasidasi, dan penyuluhan. Pada kunjungan tersebut
dilakukan wawancara apakah rumah sudah dilakukan pengabutan
larvasidasi dan pemeriksaan jentik serta penyuluhan.
3. Evaluasi hasil penanggulangan KLB DBD
Penilaian ini ditujukan untuk mengetahui dampak upaya
penanggulangan terhadap jumlah penderita dan kematian DBD.
11. Penilaian epidemiologi dilakukan dengan membandingkan data
kasus/kematian DBD sebelum dann sesudah penanggulangan KLB.
Data-data tersebut digambarkan dengan grafik harian,mingguan atau
bulanan,serta dibandingkan pula dengan keadaan tahun sebelumnya
pada periode yang sama (dalam bentuk laporan).
B. Penanggulangan KLB pada diare
Upaya penanggulangan KLB diare yaitu melakukan
Pra-KLB/Wabah
1. Kab/Kota, Propinsi dan Pusat perlu membuat surat edaran atau
instruksi kesiapsiagaan di setiap tingkat
2. Meningkatkan kewaspadaan dini (SKD) di wilayah Puskesmas
terutama di Desa rawan KLB
3. Mempersiapkan tenaga dan logistik yang cukup di Puskesmas,
Kabupaten/Kota dan Propinsi dengan membentuk Tim Gerak
Cepat (TGC).
4. Meningkatkan upaya promosi kesehatan
5. Meningkatkan kegiatan lintas program dan sector
Saat KLB/Wabah
1. Penyelidikan KLB
Tahapan penyelidikan KLB :
- Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis informasi termasuk
faktor risiko yang ditemukan.
- Membuat kesimpulan berdasarkan : Faktor tempat, Faktor waktu,
Faktor orang
2. Pemutusan rantai penularan meliputi :
Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang mencakup : air
bersih, jamban, pembuangan sampah dan air limbah.
Promosi kesehatan yang mencakup : pemanfaatan jamban, air bersih
dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat
12. 3. Penanggulangan KLB
a. Mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC)
b. Pembentukan Pusat Rehidrasi (Posko KLB Diare)
Pusat Rehidrasi dibentuk dengan maksud untuk menampung
penderita diare yang memerlukan perawatan dan pengobatan,
dipimpin oleh seorang dokter dan dibantu oleh tenaga kesehatan
yang dapat melakukan tatalaksana kepada penderita diare.
c. Penemuan penderita Diare secara aktif untuk mencegah kematian di
masyarakat, dengan kegiatan :
Penyuluhan intensif agar penderita segera mencari pertolongan.
Mengaktifkan Posyandu sebagai Pos Oralit.
Melibatkan Kepala Desa/RW/RT atau tokoh masyarakat untuk
membagikan oralit kepada warganya yang diare.
13. PENANGANAN PEMBERIAN TERAPI PADA DIARE
C. Penanggulangan KLB Difteri UPTD Puskesmas Suruh
1) Setiap suspek Difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi
(PE) dan mencari kasustambahan dan kontak.
2) Dilakukan rujukan segera kasus Difteri ke Rumah Sakit
untuk mendapatkan pengobatandan perawatan.
3) Pemberian profilaksis pada kontak dan karier.
4) Melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI)
sesegera mungkin di lokasi yang terjadi KLB Difteri dengan
sasaran sesuai dengan kajian epidemiologi sebanyak tiga
putaran dengan interval waktu 0-1-6 bulan tanpa
memandang status imunisasi.
5) Meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi
rutin Difteri (baik imunisasi dasar maupun lanjutan) agar
mencapai minimal 95%.
6) Edukasi mengenai difteri, berupa penegakkan diagnosis,
tatalaksana, dan pencegahan kepada tenaga kesehatan dan
pemerintah daerah, serta bekerjasama dengan media masa
untuk melakukan edukasi pada masyarakat mengenai
difteri.
14. 7) Edukasi kepada masyarakat untuk segera ke pelayanan
kesehatan bila ada tanda dan gejala nyeri tenggorok, serta
menggunakan masker termasuk di tempat umum bila
mengalami tanda dan gejala infeksi saluran pernafasan.
1. Kegiatan survelans Epidemiologi
- Setiap laporan tentang adanya kasus yang datang dari
masyarakat, petugas kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas
bahkan media, harus secepatnya ditindaklanjuti dengan
melakukan verifikasi informasi.
- Verifikasi informasi diantaranya dengan menanyakan kembali
informasi yang lebih lengkap ke petugas surveilans tentang
gejala, jumlah kasus, waktu sakit dan tempatnya dan lain-lain.
- Dilakukan kunjungan kepada kasus difteri untuk pengumpulan
data riwayat penyakit, faktor risiko, kontak dan risiko penularan
dan penyebaran dengan menggunakan format daftar kasus
difteri individu (lampiran 1).
- Setelah adanya kepastian bahwa informasi tersebut akurat
terjadi KLB penyakit difteri, secepatnya form W1 dilengkapi
dengan daftar kasus difteri individu dilaporkan secara berjenjang
ke tingkat yang lebih tinggi.
- Petugas yang melaksanakan penyelidikan epidemiologi adalah
petugas yang terlatih (dari Pustu, Puskesmas, Dinkes Kab/Kota,
Dinkes Propinsi, dan Kementerian Kesehatan.
- Petugas yang melakukan penyelidikan epidemiologi harus
menggunakan APD yaitu minimal masker bedah,penutup kepala
dan sarung tangan.
2. Identifikasi Faktor Risiko
- Faktor risiko tertular difteri antara lain status imunisasi dan
intensitas kontakdengan kasus dan karier.
- Faktor Risiko terjadinya KLB yaitu cakupan imunisasi yang
rendah danendemisitas terhadap difteri.
15. 3. Pelaporan.
Pelaporan dalam penanggulangan KLB, antara lain :
a. Laporan W1
Merupakan Laporan cepat <24 jam, dapat didahului
dengan melaporkan langsung secara berjenjang dengan
telepon/ SMS/ WA dan tetap harus dilanjutkan dengan
mengisi dan mengirimkan form W1.
a. Laporan Penanggulangan Sementara KLB.
b. Laporan lnegkap penanggulangan KLB.
D. Penanggulangan KLB pada campak
Penanggulangan KLB suspek campak-rubela didasarkan analisis
dan rekomendasi hasil penyelidikan KLB,dilakukan sesegera
mungkin untuk meminimalisasijumlah kasus.
Langkah-langkah penangggulangan:
a. Tata laksana kasus
b. Lakukan komunikasi risiko kepada masyarakat dan para
pengambil keputusan
c. Pelaksanaan respon imunisasi segera (outbreak response
immunization/ORI )berdasarkan hasil kajian epidemiologi
ORI dilakukan untuk menghentikan transmisi campak dan atau
rubela dengan cara meningkatkan kekebalan masyarakat
terhadap kedua penyakit tersebut sehinga KLB dapat teratasi.
ORI dilaksanakan melalui strategi yaitu selektif dan massal
1. ORI selektif
ORI selektif dilakukan bila KLB terjadi pada wilayah dengan
risiko sedang yaitu bila cakupan imunisasi >95% atau jumlah
balita rentan belum mendekati jumlah kohort bayi satu tahun
ORI seletif dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Lengkapi status imunisasi campak-rubela seluruh anak
usia 9-59 bulan (riwayat imunisasi campak-rubela dapat
diperoleh berdasarkan kartu/catatan). Upaya melengkapi
status imunisasi campak-rubela pada kelempok usia
lainnya yang lebih dewasa dapat dipertimbangkan
disesuiankan dengan hasil kajian epidemiologi
16. - Tentukan luas wilyah ORI selektif sesuai hasil kajian
epidmiologi
- Target cakupan ORI masal adalah 95%, merata di seluruh
desa/kelurahan selanjutnya, bila KLB sudah dapat
ditanggulangi, harus dicapai cakupan imunisasi rutin
campak-rubela yang tinggi dan merata
- Lakukan evaluasi apabila KLB berlanjut, pertimbangkan
untuk melaksanakan ORI massal di wilayah KLB dan
desa/kelurahan sekitar yang mempunyai hubungan
epidemiologi
2. ORI MASSAL
ORI massal dlakukan KLB terjadi pada wilayah daerah risiko
tinggi yaitu daerah dengan pertimbangan hal-hal sebagai
berikut:
- Daerah dengan cakupan imunisasi rendah<95% atau
jumlah balita rentan telah mendekati jumlah kohort bayi
satu tahun
- Mobilitas penduduk tinggi
- Daerah rawan gizi
- Daerah pengungsi maupun daerah padat dan kumuh
Apabila KLB yang terjadi adalah KLB rubela maka:
- Bila ada ibu hamil yang menderita rubela, ibu hamil
tersebut dimonitor untuk mengetahui adakah dampak
dari rubela terhadap kehamilannya (abortus,prematur,
lahir mati)
- Ibu hamil yang tidak menderitaa rubela diupayakan untuk
menghindari kontak dengan kasus
Ditetapkan di Suruh
Pada tanggal :
KEPALA PUSKESMAS SURUH
ADJI SURYO TOMO