3. Bilangan nyata dapat berupa bilangan positif maupun negatif
Contoh: 2 ; -3; 1,1 ; -1,2
Bilangan khayal; bilangan yang berupa akar pangkat genap dari
suatu bilangan negatif
Contoh : √(-4) =± 2
Beda: bilangan nyata tegas sifatnya : positif atau negatif
Bilangan khayal: mengandung kedua sifat positif dan negatif
sekaligus disebut juga bilangan kompleks
4. Bilangan rasional: hasil bagi antara dua bilangan, yang berupa bilangan
bulat, atau berupa pecahan dengan desimal terbatas, atau desimal
berulang.
Contoh: 0,14925 ; 0,14926262626
Bilangan irrasional: hasil bagi antara dua bilangan berupa pecahan dengan
desimal tak terbatas dan tak berulang .
Contoh: 0,147639860.....
Bilangan bulat; hasil bagi antara dua bilangan yang hasilnya bulat ,
termasuk 0.
Bilangan pecahan: hasil bagi antara dua bilangan yang hasilnya pecahan
dengan desimal terbatas atau berulang. (pecahan termasuk bilangan
rasional)
5. Beda antara bilangan rasional dan irrasional: faktor
:keterbatasan” dan “keberulangan” desimalnya,
Semua bil. Bulat adalah bil. Rasional, tapi tidak semua bil rasional
berupa bilangan bulat.
Semua bil, pecahan adalah bil, rasional tapi tidak semua bil. Rasional
berupa bilangan pecahan
Semua bil. Irrasional adalah bilangan berdesimal, tapi tidak semua
bilangan berdesimal adalah bilangan irrasional
6. Bilangan asli: semua bilangan bulat positif, tidak termasuk nol
A = { 1,2,3,4,5,....dst}
Bilangan cacah: semua bilangan bulat positif termasuk nol,
A = {0,1,2,3,4,5,....dst}
Bilangan prima: bilangan asli yang besarnya tidak sama dengan
satu dan hanya habis (bilangan bulat) dibagi oleh dirinya sendiri.
P = {2,3,5,7,11, ...dst}
7. Hubunan perbandingan antar bilangan
Bilangan nyata saling berhubungan satu dengan yang lain secara
relatif.
Tanda < , melambangkan “lebih kecil”
Tanda > , melambangkan “lebih besar”
Tanda ≤ , melambangkan “lebih kecil dari atau sama dengan”
Tanda ≥ , melambangkan “lebih besar dari atau sama dengan”
8. Sifat hubungan perbandingan bilangan
nyata
Jika a ≤ b, maka –a ≥ -b, sedangkan jika a≥ b maka –a ≤ -b
Jika a ≤ b dan x ≥ 0, maka x.a ≤ x.b, sedangkan jika a ≥ b dan x ≥ 0,
maka x.a≥x.b
Jika a ≤ b dan x ≤ 0, maka x.a ≥ x.b, sedangkan jika a ≥ b dan x ≤ 0,
maka x.a≤x.b
Jika a ≤ b dan c ≤ d, maka a + c ≤ b + d, sedangkan Jika a ≥ b dan c
≥ d, maka a + c ≥ b + d
9. CONTOH :
Jika a = 4 dan b = 6, a < b, sebab 4 < 6 dan –a ≥ -b, sebab -4 > -6
Jika a=4 dan b = 6 serta x= 3 maka x.a ≤ x.b, sebab 12 <18
Jika a = 4 dan b = 6 serta x = -3, maka x.a ≥ x.b, sebab -12 > - 18
Jika a = 4, b = 6 serta c= 5 dan d = 7 maka a + c ≤ b + d, sebab 9 < 13
10. OPERASI BILANGAN
Kaidah komutatif
Dalam menjumlahkan dua bilangan a dan b, perubahan
urutan antara keduanya tidak akan mengubah hasil
penjumlahan
A + b = b + a
Contoh : 4 + 6 = 6 + 4
Hasil yang sama juga berlaku untuk perkalian;
A x b = b x a
Contoh : 4 x 6 = 6 x 4
11. Kaidah asosiatif
Dalam menjumlahkan tiga bilangan a, b dan c (atau lebih)
perubahan cara pengelompokan bilangan-bilangan tersebut
tidak akan mengubah hasil penjumlahan
(a + b) + c = a + ( b + c)
Contoh: (4+6)+5=4+(6+5)
Begitu pula dalam hal perkalian
( a x b) x c = a x ( b x c)
Contoh: (4x5)x6 = 4x(5x6)
12. Kaidah pembatalan
Jika jumlah a dan c sama dengan jumlah b dan c, maka a
sama dengan b;
Jika a + c = b + c,
Maka a = b
Jika hasilkali a dan c sama dengan hasil kali b dan c, dimana
adalah bilangan nyata bukan nol, maka a sama dengan b:
Jika a.c = b.c (c≠0)
Maka a=b
13. Kaidah distributif
Dalam pengalian bilangan a terhadap jumlah (b+c), hasil
kalinya adalah sama dengan jumlah hasil kali ab dan hasil
ac, dengan kata lain, hasil kali sebuah bilangan terhadap
suatu penjumlahan adalah sama dengan jumlah hasilkali-
hasilkalinya.
a(b+c) = a.b + a.c
4(6+5) = (4x6)+(4x5)
14. Unsur penyama
Unsur penyama dalam senjumlahan /pengurangan adlaah
bilangan nol, sebab jumlah/selisih antara suatu bilagan
tertentu dengan nol adalah bilangan itu sendiri.
a ± 0 = a
Unsur penyama dalam perkalian atau pembagian adalah
bilangan satu, sebab hasil kali atau hasil bagi antara suatu
bilangan tertentu dengan 1 adalah bilangan itu sendiri
a x 1 = a a : 1 = a
15. Kebalikan
Setiap bilangan nyata mempunyai sebuah balikan penambahan (additive
invers) ; jumlah atara bilangan tertentu dan balikan penambahannya adalah
sama dengan nol
a + (-a) = 0
4 + (-4) = 0
Bilangan -4 disebut balikan penambah dari 4 atau negatif dari 4.
Setiap bilangan nyata bukan nol mempunyai sebuah balikan pengali
(multiplicative invers) ; hasil kali bilangan tertentu terhadap balika
pengalinya adalah sama dengan satu
a x (1/a) = 1
4 x (1/4) = 1 ; ¼ disebut balikan pengali dari 4
16. OPERASI TANDA
Operasi penjumlahan
Jumlah dari bilangan positif (+a) dan (+b) adalah sebuah
bilangan positif baru (+c) yang nilainya lebih besar
(+a)+(+b) = (+c)
(+4)+(+6)=(+10)
Jumlah dari dua bilangan negatif (-a) dan (-b) adalah
sebuah bilangan negatif baru(-c) yang nilainya lebih kecil
(-a)+(-b)=(-c)
(-4)+(-6)=(-10)
17. Jumlah dari bilangan positif (+a) dan bilangan negatif (-b)
adalah bilangan positif (+c) jika harga mutlak a lebih besar
dari harga mutlak b, atau bilangan negatif (-d) jika harga
mutlak a lebih kecil dari harga mutlak b.
(+a)+(-b) = (+c) jika │a │ > │b │
Contoh: (+9)+(-6) =(+3)
(+a)+(-b) = (-d) jika │a │ < │b │
Contoh: (+4)+(-6)=(-2)
18. Jumlah bilangan negatif (-a) dan bilangan positif (+b) adalah
bilangan positif (+c) jika harga mutlak a lebih kecil dari harga
mutlak b, atau bilangan negatif (-d) jika harga mutlak a lebih
besar dari harga mutlak b
(-a)+(+b) = (+c) jika │a │ < │b │
Contoh: (-4)+(+6) =(+2)
(-a)+(+b) = (-d) jika │a │ > │b │
Contoh: (-9)+(+6)=(-3)
19. Operasi pengurangan
Selisih antara dua bilangan positif a dan b adalah bilangan
positif, jika harga mutlak a lebih besar dari harga mutlak b,
dan sebaliknya
(-a) – (+b) = (+c) jika │a │ > │b │
(+9) – (+6) = (+3)
(+a) – (+b) = (-d) jika │a │ < │b │
(+4) – (+6) = (-2)
20. Selisih antara bilangan positif (+a) dan bilangan negatif (-b)
adalah sebuah bilangan positif (+c); hal ini identik dengan
penjumlahan
(-a) – (-b) = (+c)
(+4) – (-6) = (+10)
Selisih antara bilangan negatif (-a) dan bilangan positif (+b)
adalah sebuah bilangan negatif baru (-c); hal ini identik
dengan penjumlahan dua bilangan negatif.
(-a) –(+b) = (-c)
(-4) –(+6) = (-10)
21. Operasi perkalian
Hasil kali antara dua bilangan positif serta antara dua
bilangan negatif adalah sebuah bilangan positif
(+a)x(+b) = (+c) ; (-a)x(-b) = (+c)
(+4)x(+6) =(+24) ; (-4)x(-6) = (+24)
Hasil kali antara dua bilangan yang berlainan tanda adalah
sebuah bilangan negatif
(+a)x(-b) = (-c)
(+4)x(-6) = (-24)
22. Operasi pembagian
Hasil bagi antara dua bilangan positif serta dua bilangan
negatif adalah bilangan positif
(+a) : (+b) = (+c) ; (-a) : (-b) = (+c)
(+8) : (+4) = (+2) ; (-8) : (-4) = (+2)
Hasil bagi antara dua bilangan yang berlainan tanda adalah
sebuah bilangan negatif
(+a) : (-b) = (-c)
(+8) : (-4) = (-2)
23. PANGKAT
Pangkat dari sebuah bilangan ialah suatu indeks yang menunjukkan
banyaknya perkalian bilangan yang sama secara beruntun.
Notasi: xa, artinya x harus dikalikan dengan x itu sendiri secara berturut-
turut sebanyak a kali.
Contoh: 7x7x7x7x7 diringkas menjadi 75
Notasi perpangkatan juga digunakan untuk meringkas bilangan kelipatan
perkalian per sepuluh,
Contoh: 10.000 = 104
,
5.000 = 5 x 103
0,000.000.001 = 10-9
0,000.000.034 = 34 x 10-9
24. Kaidah pemangkatan bilangan
Bilangan bukan nol berpangkat nol adalah satu, x0 = 1 (x≠0) , contoh 30 = 1
Bilangan berpangkat satu adalah bilangan itu sendiri, x1 = x, contoh 31 =3
Nol berpangkat sebuah bilangan adalah nol,
0x = 0, contoh 03 = 0
Bilangan berpangkat negatif adalah balikkan pengali dari bilangan itu
sendiri,
X-a = 1/(xa), contoh 3-2 = 1/(32) = 1/9
Bilangan pecahan berpangkat adalah hasil bagi suku-suku berpangkatnya,
(x/y)a = (xa)/(ya), contoh (3/5)2 = (32)/(52)= 9/25
25. Bilangan berpangkat dipangkatkan lagi adalah bilangan
berpangkat hasil kali pangkat-pangkatnya,
(xa)b = xab, contoh (32)4= 32x4 = 6561