Dokumen tersebut membahas tentang penyajian data angka kematian ibu dan bayi di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015-2017. Data tersebut meliputi konsep AKI dan AKB, penyebab kematian ibu dan bayi, serta upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian, seperti peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi di fasilitas kesehatan.
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
AKI DAN AKB DI DIY 2015-2017
1. PENYAJIAN DATA INFORMASI KESEHATAN ANGKA
KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA TAHUN 2015-2017
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sistem Informasi Kesehatan
Disusun Oleh :
4A S1 Keperawatan
Dhea Misja M
Juwita Syafara
Nurhasanah
Sitti Nur Indah
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2019
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu dan perinatal juga berkaitan dengan pertolongan
persalinan “dukun” sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial budaya dan faktor
pelayanan medis. Kematian ibu (maternal) bervariasi antara 5 sampai 800 per
100.000 persalinan, sedangkan kematian perinatal berkisar antara 25 sampai 750
per 100.000 persalinan hidup. (Manuaba, 1998).
Oleh karena angka kematian ibu dan perinatal terbesar terjadi di negara
berkembang maka WHO dan UNICEF mencetuskan ide Health for all by the years
2000, dengan harapan setiap orang mendapatkan pelayanan kesehatan pada tahun
2000. Konsep pelaksanaan Health for all by the years 2000 menjadi pelayanan
kesehatan utama. Unsur pelayanan kesehatan utama mencakup: Salah satu upaya
pemerintah dalam mempercepat penurunan AKI adalah dengan menempatkan bidan
di wilayah Indonesia khususnya di wilayah pedesaan (Depkes RI, 1995).
Angka kematian ibu dan kematian perinatal masih tinggi. Sebenarnya
kematian tersebut masih dapat dihindari karena sebagian besar terjadi pada saat
pertolongan pertama sangat diperlukan, tetapi penyelenggara kesehatan tidak
sanggup untuk memberikan pelayanan. Penyebab kematian ibu masih tetap
merupakan “trias klasik”, sedangkan sebab kematian perinatal terutama oleh “trias
asfiksia”, infeksi, dan trauma persalinan. (Manuaba, 1998).
Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu dengan Safe Motherhood dan
Making Pregnancy Safer, yang mempunyai tujuan sama yaitu melindungi hak
reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan,
kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang
sebenarnya tidak perlu terjadi. Bidan di wilayah pedesaaan diharapkan mampu
memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan kehamilan normal, kehamilan
dengan komplikasi dan kehamilan resiko tinggi, serta mampu memberikan
3. pertolongan persalinan normal, sehingga dapat mempercepat penurunan AKI
(Depkes RI, 2002).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan angka kematian ibu dan bayi ?
2. Bagaimana penyajian data system informasi kesehatan AKI dan AKB di
DIY tahun 2015-2017 ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyajian data system informasi kesehatan AKI dan
AKB di DIY tahun 2015-2017
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep angka kematian ibu dan bayi
b. Untuk mengetahui penyajian data system informasi kesehatan AKI
dan AKB di DIY tahun 2015-2017
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Angka Kematian Ibu dan Bayi
1. Definisi AKI dan AKB
Kematian maternal/AKI merupakan kematian wanita sewaktu hamil,
melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak
tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang
berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara
kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya. (Sarwono, 2002)
Kematian maternal didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang
terjadi pada waktu kehamilan, melahirkan, atau dua bulan setelah
melahirkan atau penghentian kehamilan. Kematian maternal juga
didefinisikan sebagai proporsi kematian pada wanita usia reproduktif
atau proporsi kematian pada semua wanita di usia reproduktif yang
disebabkan oleh penyebab maternal.
Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk
meninggal di umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) ialah jumlah
kematian perinatal dikalikan 1000 dan kemudian di bagi dengan jumlah
bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. (Sarwono, 2002).
2. Tingkat Kematian Maternal dan Perinatal
a) Kematian maternal
Di Negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5-10 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Negara sedang berkembang
berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat
kematian maternal di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000
kelahiran hidup. (Sarwono, 2002). Estimasi AKI Maternal Indonesia
pada tahun 2002-2003 sebesar 307 kematian per 100.000 kelahiran.
5. Di tahun 2007 AKI turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup).
(Survei Demografi dan Kesehatan).
b) Kematian Perinatal (AKB)
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)
berturut-turut tahun 1997, 2002- 2003 dan 2007, AKB Indonesia
adalah 46, 35 dan 34 per 1000 kelahiran hidup.
3. Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal
a) Kematian Maternal
1) Faktor reproduksi meliputi :
i. Usia
Usia paling aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-30 tahun.
ii. Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternal.
iii. Kehamilan tidak di inginkan
2) Komplikasi obstetric :
i. Perdarahan pada abortus
Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan
trimester I umumnya disebabkan oleh abortus, dan hanya
sebagian kecil saja karena sebab-sebab lainnya.
ii. Kehamilan ektopik
Penyakit radang panggul, penyakit hubungan seksual
atau infeksi pada paska abortus sering merupakan factor
predisposisi pada kehamilan ektopik.
iii. Perdarahan pada kehamilan trimester III
Penyebab utama perdarahan ini adalah plasenta previe
dan solusio plasenta.
iv. Perdarahan post partum
6. Disebabkan oleh atonia uteri atau sisa plasenta sering
berlangsung sangat banyak dan cepat. renjat an karena
perdarahan banyak segera akan disusul dengan kematian
maternal, jika masalah ini tidak dapat di atasi secara cepat
dan tepat oleh tenaga yang terampil dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai.
v. Infeksi nifas
Terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak
mengindahkan syarat-syarat asepsis-antisepsis, partus
lama, ketuban pecah dini dan sebagainya.
vi. Gestosis
Primipara dan gravida pada usia 35 tahun merupakan
kelompok resiko tinggi untuk gestosis.
vii. Distosia
Panggung kecil, persalinan pada usia sangat muda,
kelainan presentasi janin, letak lintang dapat menyebabkan
timbulnya distosia.
viii. Pengguguran kandungan
Pengguguran kandungan secara illegal, merupakan
penyebab kematian maternal yang penting. Sisa jaringan,
serta tindakan yang tidak steril serta tidak aman secara
medis akan berakibat timbulnya perdarahan dan sepsis.
3) Factor-faktor pelayanan kesehatan
i. Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan
maternal
ii. Asuhan medic yang kurang baik
iii. Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.
b) Kematian Perinatal
Sebab utama kematian perinatal di Rumah Sakit Dr.Cipo
Mangunkusumo, Jakarta, ialah :
1) Infeksi
7. 2) Asfiksia neonatorum
3) Trauma kelahiran
4) Cacat bawaan/kelainan kongenital
5) Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan
dismaturitas
6) Imaturitas, dll.
4. Upaya Memperbaiki AKI dan AKB
a) AKI
1) Pencegahan
Keluarga berencana. Jika para ibu yang tidak ingin hamil
lagi dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif
sebagaimana yang diharapkan, maka akan berkuranglah
prevalensi abortus provokatus serta prevelensi wanita hamil
pada usia lanjut dan paritas tinggi. Dengan berkurangnya faktor
resiko tinggi ini maka kematian maternal akan turun pula secara
bermakna. Oleh karena itu pelayanan keluarga berencana harus
dapat mencapai sasaran seluas-luasnya dimasyarakat, khususnya
golongan resiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan.
Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas
rujukan bagi kasus resiko tinggi dapat menurunkan angka
kematian maternal. Petugas kesehatan seharusnya dapat
mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan
usia, paritas, riwayat obstetrik buru, dan perdarahan selama
kehamilan. Mereka harus mampu memberi pengobatan pada
penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan, misalnya anemia.
Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda dini infeksi,
partus lama, perdarahan berlebihan dan mengetahui bilamana
saat yang tepat untuk merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih lengkap.
8. 2) Perbaikan pelayanan gawat darurat
Walaupun upaya pencegahan dengan identifikasi faktor-
faktor resiko telah dilakukan sebagaiman diuraikan diatas,
namun masih ada kemungkinan komplikasi berat terjadi
sewaktu-waktu. Dalam hal ini rujukan segera harus dilakukan,
karena kematian dapat terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena
itu petugas kesehatan di lini terdepan harus dibekali dengan
kemampuan melakukan tindakan-tindakan darurat secara cepat.
Perdarahan. Perdarahan postpartum sering memerlukan
tindakan cepat dari penolong persalinan, misalnya pengeluaran
plasenta secara manual, memberikan obat-obat oksitosin, masase
uterus, dan pemberian cairan pengganti cairan tranfusi darah.
Infeksi nifas. Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi
dengan meningktkan kebersihan selama persalinan. Kepada
penolong persalinan senantiasa perlu diingatkan tentang tindakan
. asepsis pada pertolongan persalinan. Antibiotika perlu
diberikan pada persalinan lama dan ketuban pecah dini.
Gestosis. Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-
tanda awal gestasis seperti edema, hipertensi, hiperrefleksia, dan
jika mungkin proteinuria. Jika gestosis memberat maka
diperlukan rujukan.
Distosia. Gravida dengan postur tubuh kecil atau terlalu
pendek, primi atau grandemultigravida, perlu di curigai akan
kemungkinan terjadinya distosia oleh karena disproporsi
sefalopelvix. Pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara
dini persalinan lama terbukti dapat menurunkan angka kematian
maternal.
Abortus provokatus. Kematian karena abortus provokatus
seharusnya dapat di cegah, antara lain dengan pelayanan
kontrasepsi efektif sehingga kehamilan yang tidak diingkan
dapat dihindari. Pengobatan pada abortus incomplate adalah
9. kuretase,yang seharusnya dapat dilakukan di lini terdepan. Jika
diragukan apakah sebelumnya telah dilakukan usaha abortus
provokatus, perlu diberikan antibiotik, walaupun belum ada
tanda-tanda infeksi. Jika sudah terjadi infeksi, perlu diberikan
antibiotik lebih tinggi secara intravena.
3) Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan
Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan. Di indinesia
sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun, khususnya
yang berlangsung di desa desa. Para dukun ini harus
dimanfaatkan dan diajak bekerjasama antara lain dengan melatih
merek dalam teknik asepsis dan pengenalan dini tanda tanda
bahaya serta kemampuan pertolongan pertama dan mengetahui
kemana rujukan yang harus dilakukan pada waktunya. Pada saat
ini pemerintah sedang mengupayakan pengadaan tenaga bidan
untuk setiap desa, sehingga diperkirakan perlu dididik sekitar
80.000orang bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai
pelita VI.
Peningkatan kemampuan puskesmas. Puskesmas yang
merupakan fasilitas rujukan pertama dari petugas lini terdepan
perlu dilengkapi dengan dokter terlatih serta kelengkapan yang
diperlukan untuk mencegah kematian maternal. Puskesma
seharusnya mampu mengatasi perdarahan akut, tersedia
antibiotik dan cairan yang cukup, dan mampu memberikan
pertolongan bedah obstetris sederhana.
Rumah sakit rujukan. Rumahsakit rujukan harus dilengkapi
dengan fasilitas tranfusi darah, listrik, air bersih, alat alat operasi,
anastesi, antibiotik dan obat serta bahan lain, dan tenaga terlatih.
10. b) AKB
1) Perbaikan keadaan social dan ekonomi.
2) Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak,
ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, dan perawat
kesejahteraan ibu dan anak.
3) Pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian
perinatal
4) Pendaftaran kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi
secara sempurna.
5) Perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik,
antara lain memperbaiki keadaan gizi ibu dan menemukan high
risk mothers untuk dirawat dan diobati.
6) Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah
sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup.
7) Perbaikan teknik diagnosis gawat-janin.
8) Persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan
lahir rendah.
9) Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan
perbaikan dalam teknik perawatan bayi baru lahir terutama bayi
premature.
10)Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.
11)Pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh, dll.
5. Strategi Percepatan Penurunan AKB
a) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas baik ditingkat dasar maupun rujukan, terutama bagi bayi
dan balita dengan menggunakan intervensi yang telah terbukti
menurunkan AKB:
1) Tatalaksana penanganan asfiksia (bayi lahir tidak bisa menangis
spontan) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
11. 2) Kunjungan neonatal secara berkala.
3) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
4) Pelayanan Emergensi.
b) Menggerakkan dan mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga
dan masyarakat luas untuk hidup sehat.
c) Menggerakkan penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
d) Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan anak.
12. BAB III
TABEL DAN GRAFIK
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi di Yogyakarta Tahun 2017,
menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) dari tahun 2015-2017 adalah sebagai berikut :
Tahun Kematian Ibu Kematian Bayi
2015 29 329
2016 39 278
2017 34 313
Kematian Ibu
50
40
30
20
10
0
2015 2016 2017
KematianIbu
Kematian Bayi
340
320
300
280
260
240
2015 2016 2017
KematianBayi
13. BAB IV
PEMBAHASAN
A. Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan AKI dan AKB di DIY
Tahun 2015-2017
1. Data Kesehatan dari Dinas Kesehatan Tahun 2015
Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk di dalam target pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs) nomor lima. MDGS
menargetkan bahwa setiap negara yang telah menyepakati MDGs harus
berhasil mengurangi ¾ resiko jumlah kematian ibu. Oleh karena itu,
Indonesia harus berhasil menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Indonesia terancam gagal memenuhi target MDGs tahun 2015. Data
menunjukkan bahwa AKI di Indonesia berdasarkan SDKI tahun 2012
(359 per 100.000 kelahiran hidup) mengalami peningkatan dibandingkan
SDKI tahun 2007 (228 per 100.000 kelahiran hidup). Padahal,
sebelumnya AKI sempat menurun secara bertahap, dari 390 (1991)
menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007).
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indicator kesehatan yang
termasuk di dalam salah satu target MDGs. MDGs menargetkan bahwa
setiap negara yang telah berkomitment di di dalam MDGs harus mampu
menurunkan 2/3 angka kematian bayi ari kondisi tahun 1999. Oleh
karena ibu AKB Indonesia harus berada kurang dari atau sama dengan 23
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
14. B. Pembahasan Hasil Tabel
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi dari tahun
2015-2017. Pada tahun 2016 jumlah kematian ibu mengalami kenaikan dari 29
orang jadi 39 orang dan pada tahun 2017 jumlah kematian ibu mengalami
penurunan menjadi 34 orang. Pada tahun 2016 jumlah kematian bayi mengalami
penurunan dari 329 menjadi 278 dan pada tahun 2017 mengalami kenaikan
menjadi 313.
15. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kematian maternal/AKI merupakan kematian wanita sewaktu hamil,
melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan
dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh
penyebab tambahan lainnya.
Penyebab kematian maternal adalah karena faktor reproduksi, komplikasi
obstetric, factor-faktor pelayanan kesehatan. Penyebab kematian perinatal adalah
karena infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran, cacat bawaan/kelainan
kongenital, dll.
Upaya memperbaiki AKI adalah melalui pencegahan, perbaikan pelayanan
gawat darurat, perbaikan jaringan pelayanan kesehatan. Upaya memperbaiki AKB
adalah melalui perbaikan keadaan social dan ekonomi, kerjasama yang erat antara
ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, dan
perawat kesejahteraan ibu dan anak, dll.
Berdasarkan table disimpulkan bahwa AKI pada tahun 2017 mengalami
penurunan dan AKB pada tahun 2017 mengalami peningkatan.
B. Saran
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui AKI dan AKB dan upaya-upaya
yang sudah dan yang akan dilaksanakan untuk menekan AKI dan AKB.